1 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. PERMASALAHAN
A.1. Latar Belakang Permasalahan
Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu:
tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan dibutuhkan demi kelangsungan
hidup setiap makhluk. Tanpa salah satu unsur tersebut, maka kelangsungan hidup di muka bumi
ini tidak akan dapat berlangsung dengan baik.
Secara khusus dan tanpa mengurangi peranan unsur yang lain, dapat dikatakan bahwa tanah
menjadi unsur yang mempunyai kegunaan lebih mendasar. Tanah menjadi tempat berpijak
segala makhluk yang hidup bahkan kelangsungan hidup merekapun diambil dari dalam tanah
ataupun sesuatu yang tumbuh di atas tanah. Dalam kesaksian Alkitab bahkan dikatakan bahwa
manusia diciptakan dari debu tanah (Kejadian 2:7), Allah menempatkan manusia di taman yang
ditumbuhi pohon-pohon (Kejadian 2:9). Pohon-pohon yang tentunya tumbuh di atas tanah,
bahkan pada waktu manusia diusir dari taman Eden, yang harus diusahakan oleh manusia adalah
mengusahakan tanah (Kejadian 3:22-23). Manusia selalu berhubungan dengan tanah, sejak
diciptakan sampai sekarang. Jadi tanah merupakan salah satu unsur yang penting bagi manusia,
melalui pengalamannya manusia memaknai tanah bagi dirinya.
Sebagaimana pendapat Winangun1 tentang makna tanah bagi manusia yaitu: bahwa tanah
merupakan tanah garapan yang digarap untuk menghasilkan barang-barang kebutuhan hidup
manusia, tanah juga memiliki makna ruang di mana manusia hidup dan berada. Tanah juga
sebagai kawasan lingkungan hidup bagi manusia, yang sangat berperan dalam menentukan gaya
hidup seseorang. Mereka yang hidup di tepi pantai tentu saja memiliki gaya hidup yang berbeda
dengan mereka yang hidup di pegunungan. Hal itu sangat menentukan sense of identity (rasa
identitas) bagi mereka. Dan tanah sebagai mata rantai sejarah manusia itu sendiri, artinya bahwa
tanah menjadi suatu penghubung antara mereka yang masih hidup dengan yang telah meninggal.
Karena itu masalah tanah merupakan masalah yang sangat kompleks karena selain menjadi
bahan pembicaraan yang hangat masalah tanah juga menjadi pergumulan tersendiri bagi
1
Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal. 73-75.
1
manusia di muka bumi ini. Suku Atoin2 khususnya di desa Mnelalete yang berada di kampung
Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, merupakan
salah satu suku yang mempunyai pandangan tertentu tentang tanah. Atoin Mnelalete adalah
masyarakat adat yang kuat dalam memelihara dan mempertahankan adat istiadat yang
merupakan warisan turun-temurun dari leluhur mereka. Namun demikian sebagai bagian dari
masyarakat dunia, Atoin Mnelalete juga mengalami pergumulan berkaitan dengan tanah,
pergumulan yang lahir dari kenyataan akan perubahan jaman yang tidak bisa dipungkiri dan
semakin meningkatnya kebutuhan hidup yang menuntut adanya pemenuhan.
Atoin Mnelalete memaknai tanah sebagai bagian dari kehidupan, identitas dan kematian.Tanah
dimaknai sebagai kehidupan artinya tanah merupakan sumber hidup itu sendiri. Sedangkan
tanah sebagai identitas artinya tanah ini menunjuk pada pemilik atas tanah Mnelalete yaitu
kelima Amaf yang adalah tua adat setempat. Tanah bermakna kematian artinya bahwa tanah bisa
menjadi salah satu penyebab kematian dan tanah menjadi tempat dikuburkannya jasad manusia
setelah meninggal dunia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah dan manusia Mnelalete
memiliki hubungan yang saling berkaitan dan mendukung.
Pandangan tersebut telah mereka pegang dalam kurun waktu yang lama dan masih
dipertahankan sampai sekarang, sehingga tanah yang mereka miliki, entah karena telah
diwariskan oleh orang tua ataupun hasil usaha mereka sendiri tidak pernah diperjualbelikan. Hal
tersebut terjadi karena pemahaman bahwa tanah mempunyai makna sebagai bagian penting
dalam hidup mereka. Tanah juga mempunyai nilai kebersamaan dalam suku Timor sehingga
tanah menjadi lambang kekerabatan. Pandangan seperti itu masih dipegang erat oleh kebanyakan
Atoin Meto.3 Namun nilai kekerabatan dan persekutuan yang ada bisa hilang jika tidak adanya
kontrol dari pihak pemerintah daerah, adat dan kesadaran seluruh masyarakat adat akan betapa
pentingnya memelihara pemahaman yang mereka miliki. Dalam pandangan masyarakat Atoin
Meto, secara khusus masyarakat adat Mnelalete, ada larangan untuk menjual tanah karena jika
itu dilakukan maka akan ada sangsi yang berbentuk penyakit dan bisa berakhir dengan kematian.
Hal tersebut dipercayai berasal dari nenek moyang mereka.
2
Atoin Meto atau Atoni Pah Meto adalah sebutan masyarakat Timor tentang keberadaan mereka sebagai penghuni
pulau Timor yang kering/gersang. Selain itu, kata Atoin dan Atoni merupakan dua suku kata yang dipakai
sekaligus dalam skripsi ini.
3
Wawancara dengan Amaf Neunufa di Oekamusa, tanggal 04 Mei 2006.
2
Perkembangan yang terjadi sekarang memperlihatkan bahwa makna tanah mengalami
pergeseran dalam konteks masyarakat Atoin Mnelalete. Tanah yang mereka miliki awalnya
merupakan pemberian dari Amaf (Kepala Suku) dan kemudian diwariskan orang tua kepada
anak-anaknya jadi tidak ada transaksi jual beli, tetapi dalam perkembangannya tanah telah mulai
diperjualbelikan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya konflik dalam masyarakat. Konflik
antara masyarakat yang tidak setuju adanya jual beli tanah dan mereka yang setuju dengan
penjualan tanah. Masyarakat yang tidak setuju dengan jual beli tanah berpendapat bahwa tanah
yang mereka miliki tidak boleh diperjualbelikan karena itu merupakan pemberian yang harus
dijaga dan dipertahankan, sementara mereka yang setuju berpendapat bahwa saat ini tanah
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan tentu saja dapat menunjang pemenuhan
kebutuhan hidup.
Dalam masyarakat Atoin Mnelalete, kepemilikan tanah memang dikuasai oleh masyarakat suku
setempat, tetapi masyarakat dari suku lain juga bisa mendapatkan atau memiliki tanah di daerah
tersebut. Namun demikian tanah yang dimiliki oleh masyarakat yang tidak berasal dari
Mnelalete itu tidak didapatkan melalui proses jual beli, tetapi merupakan pemberian. Secara
garis besar, proses kepemilikan tanah tersebut dimulai dengan keinginan pihak luar untuk
tinggal dan memiliki tanah di daerah Mnelalete, mereka mendatangi kepala suku, dan kepala
suku menunjukkan tanah yang bisa mereka miliki. Memang ada tata cara adat yang harus dilalui
untuk mendapatkan tanah tersebut yaitu ritual Oko Mama tetapi proses tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai jual beli. Jika sekarang ada anggota masyarakat yang menjual tanahnya pada
pihak luar berdasarkan kesepakatan jual beli tanah, hal itu berarti menyalahi tata cara adat dan
dianggap melanggar ketentuan adat dan ada sangsi yang harus diterima.
A.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka skripsi ini
membahas pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah makna tanah dan pengaruhnya terhadap sikap Atoin Mnelalete?
2. Apakah pokok permasalahan yang dihadapi Atoin Mnelalete berkaitan dengan
pemaknaan atas tanah dan perubahan dalam kepemilikan tanah?
3. Bagaimana persoalan yang terjadi di Mnelalete di nilai secara Sosiologis – Teologis?
3
B. Alasan Pemilihan Judul.
B.1. Rumusan Judul
Berangkat dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka skripsi ini diberi judul:
PERBEDAAN PANDANGAN TENTANG TANAH DI TENGAH ATOIN METO4
KHUSUSNYA MNELALETE
(Suatu Tinjauan Sosiologis – Teologis)
B.2. Alasan Pemilihan Judul
Penyusun memilih judul di atas karena beberapa alasan, sebagai berikut:
a. Penyusun hendak mengetahui mengapa ada perbedaan pandangan tentang tanah di dalam
masyarakat adat Mnelalete yang muncul dalam kasus penjualan tanah adat ?
b. Penyusun ingin mengetahui mengapa terjadi perubahan makna dan kepemilikan atas
tanah menimbulkan masalah bagi pihak kalangan adat dan masyarakat saat ini ?
c. Penyusun hendak melihat bagaimana persoalan tanah tersebut dapat ditinjau dari segi
sosiologis dan iman kristen?
C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini bertujuan untuk menggali makna tanah yang dimiliki oleh orang Mnelalete dan
perubahan yang terjadi dari awal mula pemahaman tentang tanah sampai dengan saat ini. Hal
tersebut dilakukan dengan cara menggali informasi dan memberikan perhatian kepada persoalan
yang terjadi di Mnelalete yaitu alasan mereka mulai menjual tanah dan pokok permasalahan
berkaitan dengan perubahan pemaknaan dan kepemilikan atas tanah. Kemudian hasil proses
tinjauan sosiologis – teologis tersebut akan diimplementasikan dan diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat adat Mnelalete yang adalah jemaat GMIT. Dari sana akan didapatkan
sebuah nilai teologis yang patut diperjuangkan dan diterapkan ke dalam konteks masyarakat
Mnelalete dan sebaliknya. Dan diharapkan hasil penulisan skripsi ini akan dapat memberikan
masukan dan membuka paradigma baru pandangan dari masyarakat adat Mnelalete yang
merupakan orang kristen.
4
Suku Atoin Meto merupakan salah satu suku yang berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Atoin Meto
berarti orang dari tanah kering (Lih. H.G. Schulte Nordholt, The Political System of The Atoin of Timor,
Driebergen: Offsetdruk Van Manen&Co, 1971, hal. 19)
4
D. Metode Pembahasan
D.1. Deskriptif-analitis
Deskriptif-analitis berarti memetakan data-data yang telah ada kemudian menganalisa dan
melakukan penafsiran atas data-data tersebut. Dalam skripsi ini, penyusun juga menggunakan
kajian sosiologis-kultural yaitu metode untuk menganalisa perubahan kemasyarakatan dari
komunitas Mnelalete dan bagaimana mereka menanggapi perubahan tersebut.
D.2. Metode Pengumpulan Data
D.2.1. Studi Lapangan
Pengumpulan data melalui studi observasi partisipatif yang bertujuan untuk menggali data-data
di lapangan. Dalam penelitian lapangan, penyusun menggunakan penelitian kualitatif yang
penekanannya pada proses yang sarat akan nilai dan makna berdasarkan pengalaman sosial.5
Sarana yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara dengan orang yang
menjual tanah dan pihak adat, dan pengumpulan data melalui dokumen, buku atau data yang
terdapat di administrasi pemerintahan Kecamatan Amanuban Barat dan foto.6 Dengan penelitian
kualitatif diharapkan penyusun dapat memperoleh data tentang:
a. Konteks masyarakat Mnelalete
b. Makna tanah bagi masyarakat Mnelalete
c. Alasan yang melatarbelakangi penjualan atas tanah
d. Alasan yang melatarbelakangi orang tidak boleh menjual tanah
e. Kemungkinan untuk mempertemukan kelompok yang pro dan kelompok yang kontra
terhadap tindakan menjual tanah.
D.2.2. Studi Kepustakaan
Penyusun menggunakan studi kepustakaan dalam pengumpulkan data-data, dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dan untuk membangun landasan teoretis berhubungan dengan
pemahaman tentang tanah. Dari segi sosiologis bisa diketahui bagaimana perkembangan dari
masyarakat tradisional kepada masyarakat yang modern dan melalui studi eksegese Alkitab
dapat digali lebih banyak mengenai bagaimana Alkitab berbicara tentang makna tanah. Melalui
landasan yang telah terbentuk dapat dibuat analisa sosiologis-teologis tentang tanah di Mnelalete
dan pengaruhnya bagi hubungan sosial antar manusia dan antara manusia dengan tanah.
5
Andreas B. Subagyo, Ph.D., Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2004,
hal. 62.
6
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 7.
5
E. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dengan judul di atas akan dijelaskan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan
Pada bagian ini penyusun menuliskan Latar Belakang Permasalahan, Rumusan
Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan
Sistematika Pembahasan.
BAB II
Masyarakat Mnelalete dan Pandangan Mereka Tentang Tanah
Pada bagian ini penyusun memaparkan konteks daerah Mnelalete termasuk
sejarahnya, keadaan geografis, keadaan sosial-kultural, sistem kepercayaan,
sistem kekerabatan, keKristenan di Mnelalete, pandangan Atoin Meto tentang
tanah, pola kepemilikan, makna tanah, dan sikap Atoin Mnelalete terhadap tanah.
BAB III
Pergeseran Pemahaman Tentang Tanah
Pada bagian ini penyusun akan mendeskripsikan secara ringkas dan teliti
mengenai fakta (kasus) penjualan tanah (telah dilakukan) dan proses adat yang
sampai saat ini terus dilakukan walaupun orang yang melakukan jual tanah telah
meninggal.
BAB IV
Tinjauan Sosiologis – Teologis Terhadap Perbedaan Makna Tanah
Pada bagian ini penyusun meninjau permasalahan yang terjadi di Mnelalete
khususnya mengenai pergeseran pemahaman tentang tanah.
BAB V
Penutup
Pada bagian ini penyusun menyimpulkan seluruh pembahasan pada bab-bab
sebelumnya dan relevansinya bagi kehidupan masyarakat adat Mnelalete saat ini.
6
Download