2. Teori 2.1 Perubahan Peran Interaksi sosial diperlukan dalam menjalin kehidupan bersama dengan orang lain. Interaksi sosial merupakan pilar pergaulan yang ditentukan oleh peranan sebagai pengatur perikelakuan seseorang. Kedudukan menunjukkan posisinya dalam masyarakat dan identitas serta citra diri dimana ciri-ciri khasnya sudah dijiwai.1 Usaha untuk mencapai pembentukan sikap, konsep tentang dirinya dan pola perilaku dipelajari melalui proses sosialisasi sehingga dalam sosialisasi inilah maka setiap individu akan memiliki peranan tertentu atau set of roles.2 Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Oleh karena itu kedudukan sosial berarti tempat seseorang dalam masyarakat yang secara umum berhubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak serta kewajibannya.3 Hommes menjelaskan istilah peranan dipinjam dari sandiwara, dimana seseorang memainkan suatu peranan sebagai pahlawan atau bajingan. 4 Peranan yang dimaikan bergantung pada status dan sebaliknya status bergantung pada peranan, sehingga tidak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap peranan dalam pergaulan hidup telah dinilai, telah diberikan posisi atau status yang tetap dalam interaksi sosial. Pada umumnya, jika kedudukan rendah maka kewajibannya lebih banyak dan haknya sedikit sebaliknya jika kedudukannya tinggi, maka haknya lebih besar dari kewajibannya. Hommes mendefinisikan peranan, sebagai petunjuk kelakuan yang diatur menurut norma-norma yang berlaku. Hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara perananperanan individu yang berasal dari pola-pola pergaulan setempat.5 1 Anne Hommes, Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm 19. 2 Anne Hommes. 1992, hlm 20. 3 Brunetta Wolfman, Peran Kaum Wanita Bagaimana Menjadi Cakap dan Seimbang Dalam Aneka Peran, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm 16. 4 Untuk menjelaskan peran apa yang dimainkan, si pemain memakai topeng. Topeng yang dipakai oleh penari jawa atau bali. Saat itu topeng dinamakan “pesona”. Pesona berarti pernyataan lahir, pernyataan keluar seseorang, dalam bahasa inggris “social self”, diri sosial. “social self” ini diwujudkan dalam kumpulan peranan seseorang di mana ia sebagai obyek menyesuaikan diri dengan normanorma yang berlaku. 5 Brunetta Wolfman. 1989, hlm 20. 5 Hommes menuliskan tiga bentuk pentingnya peranan adalah:6 a. Mengatur cara pergaulan dikarenakan peranan sering berbentuk pasangan yang saling mempengaruhi misalnya suami-istri, orang tua dan anak. Jika satu tidak berperan maka yang lain tidak bisa berperan. b. Mengendalikan anggota masyarakat dalam proses menyesuaikan diri dengan normanorma yang pantas. Kemauan individu dikendalikan demi kewajibannya terhadap keadaan yang baik di masyarakat. c. Meramalkan perbuatan dari orang lain dan peranan diri sendiri pada masa depan. Walaupun demikian peranan-peranan yang dimiliki individu tidak tetap, tetapi selalu berubah sesuai dengan tahap perkembangannya (jaman, tempat dan usia individu). Perubahan peranan seseorang bukan saja berdasarkan kematangannya, tetapi juga berdasarkan perkembangan dari kebudayaan primitif sampai yang canggih dari tradisional ke modern. Misalnya dulu anak perempuan tidak boleh bersekolah tetapi tuntutan jaman maka ia harus bersekolah. Sistem peranan ini menjamin kehidupan masyarakat yang teratur dan harmonis. Walaupun akhirnya peranan ini tidak akan lagi dapat diterima, akibat pengaruh perubahan sosial sehingga timbul pertentangan peranan (role conflict).7 Perubahan peran yang terjadi merupakan salah satu bagian perubahan sosial. Selo Soemardjan mendefinisikan perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkembang dari pranata-pranata sosial. Perubahan tersebut akan mempengaruhi sistem nilai sosial, adat, sikap dan pola perilaku kelompok dalam masyarakat yang bersangkutan. 8 Salim sependapat dengan pemikiran Comte yang mengatakan bahwa, perubahan sosial (Social Change) mengandung dua konsep dasar yang saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial.9 Dinamika sosial yang dimaksud itu mencakup semua hal yang berubah dari waktu ke waktu, yang mendukung manusia untuk mencapai tahap keseimbangan baru dan lebih lengkap atau lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan struktur sosial mengarah pada hirarki masyarakat, yang berdasarkan tingkat perkembangan dari satu masa ke masa yang berikutnya.10 6 Brunetta Wolfman, Peran Kaum Wanita Bagaimana Menjadi Cakap dan Seimbang Dalam Aneka Peran, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm 21. 7 Brunetta Wolfman. 1989, hlm 21. 8 Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan;Suatu Pengantar, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,1996), hlm 56. 9 Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dalam Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta:Tiara Wacana,2002), hlm 9. 10 Agus Salim. 2002, hlm 10. 6 Perubahan peran perempuan berkaitan dengan struktur sosial dalam masyarakat yang telah berubah, sehingga dinamika sosial yang terjadi menimbulkan pertentangan peranan (role conflic). Hal ini bersesuaian dengan model teori sosiologi konflik, yaitu model yang mendasarkan pandangannya pada adanya unsur konflik di dalam tiap masyarakat (mereka melihat bahwa masyarakat tidak selamanya berada dalam keadaan seimbang dan harmonis). Sebaliknya teori ini melihat bahwa masyarakat mempunyai berbagai unsur yang saling bertentangan, yang dalam berbagai hal dapat menimbulkan letupan-letupan yang mengganggu kestabilan masyarakat yang bersangkutan. Salah satu unsur yang dilihat sebagai puncak konflik adalah kekuasaan yang tak merata.11 2.2 Keluarga Keluarga merupakan lembaga dasar dalam masyarakat. Kehadiran seseorang dalam keluarga merupakan ascribed status (diperoleh). Pembagian kebutuhan oleh Maslow dalam Hommes bahwa, keluarga dapat berfungsi memenuhi berbagai kebutuhan manusiawi mulai dari kebutuhan primer (sandang, pangan serta papan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mencintai serta dicintai, kebutuhan akan harga diri sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. 12 Walaupun demikian, perubahan sosial dapat mempengaruhi keadaan keluarga, khusunya peranan dan status kaum wanita. Pada tempo dulu kaum wanita sering dinomorduakan dalam sistem feodal dan patriarkal beralih dari bawahan menjadi partner.13 Perubahan yang terjadi menghasilkan banyak teori keluarga yang menyoroti persoalanpersoalan keluarga. Misalnya perbedaan yang berhubungan dengan keluarga yaitu keluarga pedesaan berbeda dari keluarga kota. Keluarga pedesaan bersifat agraris, bilamana alam pekerjaan sama dengan alam domestik. Baik suami maupun istri bertugas setempat. Sebaliknya keluarga perkotaan dengan ekonomi perindustrian, sehingga pekerjaan dilaksanakan terpisah dari alam domestik. Demikian juga pembagian pekerjaan dalam keluarga dilaksanakan secara seksual. 14 Pembagian kerja dan kekuasaan sebagai aspek dasar struktur keluarga, mempengaruhi peran masing-masing anggota keluarga. Khususnya peran perempuan dalam keluarga, Sayogyo berdasarkan hasil penelitiannya dalam Lahade bahwa sumber daya berupa pendidikan, pengalaman dan kemampuan ekonomi adalah variabel penting dalam menentukan otonomi perempuan.15 11 Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dalam Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta:Tiara Wacana,2002), hlm 65. 12 Agus Salim.2002, hlm 137. 13 Agus Salim. 2002, hlm 139. 14 Agus Salim. 2002, hlm 139. 15 Jhon R. Lahade, Perempuan, Kuda dan Tenun (Salatiga: Widya Sari Press, 2011), hlm 25. 7 2.3 Peran Perempuan dalam Keluarga Rogers menjelaskan peran (role) adalah suatu kumpulan ekspetasi masyarakat berkaitan dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap dan norma kebiasaan sosial sesuai dengan status khusus. 16 Peran menentukan status sosial seseorang, sehingga orang berusaha untuk mendapatkan pengaruh dalam status sosial. Peran dan status dapat diperoleh dengan suatu upaya tertentu atau sama sekali tanpa usaha yang berarti. Seseorang bisa memperoleh status dan peran tanpa upaya atau bahkan di luar kekuasaannya sama sekali. Peran dan status berdasarkan jenis kelamin seperti perempuan menjadi istri atau ibu rumah tangga. Status dan peran yang diperoleh ini bersifat ascribed (dibawa sejak lahir). Tetapi banyak status yang tidak datang dengan sendirinya melainkan harus diupayakan. Seseorang mendapatkan statusnya sesuai dengan tingkat kemampuan atau kemajuan yang dapat diperlihatkannya di dalam berbagai peran. Misalnya status sebagai dokter adalah hasil capaian sehingga status dan peran seperti ini disebut sebagai status yang achieved (dicapai). Di dalam masyarakat tradisional, umumnya para warga lebih memberikan status berdasarkan bawaan lahir (ascribed).17 Status yang diterima berdasarkan pada struktur sosial18 seseorang dalam masyarakat tersebut. Tidak demikian dengan masyarakat industri atau kota. Didaerah perkotaan, masyarakat cenderung memberi status kepada warganya berdasarkan apa yang dicapai. Sehingga dalam masyarakat industri, status seseorang cenderung diperoleh lewat suatu prestasi kerja (achievement). Pembagian pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian seseorang, pada dasarnya merupakan sarana atau tangga bagi seseorang untuk dapat meningkatkan status.19 Dalam hal ini terdapat pembedaan status di desa dan di kota. Di desa seseorang dapat secara langsung memperoleh status dan perannya sesuai dengan struktur keluarganya sehingga ia tidak perlu bersusah payah untuk mengupayakan status dan peran yang akan dimainkan sebagai penghargaan masyarakat. Hal ini disebabkan karena struktur sosial desa yang homogen.20 16 Everett M. Rogerts et all ,Social change in rural societies, an instruction to rural sociology,(New Jersey: Prentice Hall, 1988), hlm 71. 17 Bahrein Sugihen, Sosiologi Pedesaan; Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), hlm 140-141. 18 Struktur Sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam suatu masyarakat. struktur sosial dapat horizontal (kelompok pria dan wanita) maupun vertikal ( kelompok kaya dan miskin). 19 Bahrein Sugihen, Sosiologi. 1996,hlm 142. 20 Struktur homogen adalah struktur sosial di mana unsur-unsur didalamnya mempunyai pengaruh yang sama terhadap dunia luar. 8 Walaupun masyarakat desa tidak memiliki keahlian tetapi ia bisa berperan dalam sistem pertanian desa. Berbeda dengan keadaan di kota yang heterogen,21 status sosial seseorang dan perannya tidak lagi dapat di tentukan oleh struktur sosial (walaupun ia adalah anak seorang bupati tetapi statusnya tidak sama dengan ayahnya). Sehingga warga kota membutuhkan ketrampilan untuk mendapatkan status dalam masyarakat. Kedudukan seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan atau berperan dalam menentukan status orang tersebut, Sehingga perempuan yang dahulu tinggal didesa dengan struktur sosialnya, ketika berpindah ke kota maka perannya pun berubah karena struktur sosial (di kota) berbeda. Berkaitan dengan status dan peran, ada beberapa konsep dasar dalam pembagian peran yaitu konsep seks dan konsep gender. Jenis kelamin mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan secara biologis dimana secara fisik perempuan dianggap lebih lemah dari pada laki-laki. Secara psikologis laki-laki dianggap lebih rasional, lebih aktif dan lebih agresif sedangkan perempuan lebih emosional, lebih pasif, dan lebih submisif. 22 Perbedaan ini di dasarkan pada dua teori besar yakni teori nature dan teori nurture.23 Ide-ide serta stereotipe yang diberikan kepada perempuan menciptakan peran dan kedudukan perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Adapun peran-peran perempuan di dalam keluarga adalah: 24 Wanita sebagai isteri pendamping suami, ibu pendidik dan pembina generasi muda, pengatur ekonomi rumah tangga, pencari nafkah tambahan, wanita sebagai anggota masyarakat, terutama organisasi wanita, badan-badan sosial dan sebagainya yang menyumbang tenaga kepada masyarakat. Bagi perempuan yang terikat perkawinan dalam kehidupan modern, peran perempuan bertambah dengan kegiatan ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga (bekerja) peran ganda.25 Munandar mengemukakan faktor yang mendorong seorang perempuan yang telah berkeluarga untuk bekerja adalah:26 21 Struktur heterogen adalah struktur sosial yang unsur-unsur di dalamnya tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam memberi pengaruh ke dalam dan ke luar. 22 Bahrein Sugihen, Sosiologi Pedesaan; Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), hlm 117. 23 Teori nature beranggapan bahwa perbedaan psikologis laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis sedangkan teori nurture berpendapat bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan tercipta melalui proses belajar dari lingkungan (Budiman, 1981) 24 Liza Hadiz (Editor) Perempuan Dalam Wacana Politik Orde Baru (Jakarta:LP3ES Indonesia, 2004), hlm 428. 25 Utami Munandar, Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 1985), hlm 4-7. 26 Utami Munandar. 1985, hlm 47. 9 - Faktor penghasilan untuk menambah penghasilan keluarga. - Faktor ekonomi untuk tidak tergantung dari suaminya. - Faktor mengisi waktu luang untuk menghindari rasa kebosanan atau mengisi waktu kosong. - Faktor pendidikan karena mempunyai minat atau keahlian (pendidikan) yang di manfaatkan. - Status sosial untuk memperoleh status sosial. - Pengembangan diri untuk pengembangan diri. Peran yang dimainkan perempuan merupakan citra diri yang meliputi: citra fisik dan psikis, sedangkan citra sosial perempuan meliputi citra perempuan dalam keluarga dan perempuan dalam masyarakat.27 Peran laki-laki dan perempuan yang berbeda dalam keluarga bukan hanya terkait dengan faktor biologis tetapi karena faktor budaya, dimana ada kekuasaan patriakhi. Faktor budaya yang dimaksud diantaranya adat, agama (gereja) serta pendidikan dan pekerjaan yang secara tidak sengaja telah menciptakan peran bagi perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dengan keadaan yang seperti ini, perempuan masih berada dan dianggap sebagai mahkluk kelas dua, dan perempuan diperhadapkan dengan dilema peran yang sesungguhnya diciptakan bagi dirinya. Dalam relasi yang demikian maka relasi antara laki-laki dan perempuan adalah relasi atas-bawah atau relasi yang tidak setara. Padahal laki-laki dan perempuan adalah mahkluk yang setara, sehingga hubungan laki-laki dan perempuan adalah sebagai mitra dengan demikian ada relasi kemitraan. 28 Dalam hubungan kemitraan terjadi dialog, yakni hubungan saling pengaruh-mempengaruhi secara positif, keduanya saling memberi. Di dalam relasi kemitraan, terjadi hubungan dua manusia yang sederajat, yang satu tidak lebih rendah dari yang lainnya. Keduanya saling menghormati, keduanya saling merasa diuntungkan oleh hubungan tersebut. 29 Adanya hubungan kemitraan antara laki-laki dan perempuan maka peran laki-laki dan perempuan tidak menjadi dilema. Begitupun dengan perubahan-perubahan peran yang terjadi akibat perubahan status, dalam hal ini perubahan peran perempuan dalam keluarga setelah perpindahan ke kota. 27 Siti hariti sastriyani (editor) Woman in Public Sector (Yogyakarta:Tiara Wacana,2008), hlm 291. Mitra berarti sahabat, hubungan antara dua sahabat merupakan hubungan yang sederajat. 29 Ester Mariani Ga, Cinta dalam Kemitraan; pendekatan filsafat terhadap relasi perempuan dan lakilaki (Salatiga:UKSW Press,1999), hlm 40. 28 10 2.4 Pembagian Peran Sosial Masyarakat Suku Timor Dalam budaya orang Timor, sangat kental dengan budaya patriakhi. Bagi orang Timor sendiri terdapat istilah lasi nak atoni yang dapat diartikan sebagai laki-laki adalah kepala semua urusan.30 Walaupun demikian, pembagian kerja yang dilakukan oleh masyarakat (adat) tidak bersesuaian dengan pemahaman masyarakat yang menganggap laki-laki menguasai perempuan Timor. Kenyataan tersebut dapat di buktikan dengan pembagian peran sosial oleh masyarakat kepada anak yang baru lahir setelah mereka mengetahui jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan). Dalam budaya Timor sendiri, terdapat dua perkakas yang akan diberikan kepada laki-laki dan perempuan setelah mereka lahir. Kedua perkakas tersebut adalah ike-suti dan suni-auni. Ike-suti adalah benda kembar yang berguna bagi setiap perempuan dewasa suku Timor (meto) dalam proses pembuatan tenunan. Dua perkakas ini masing-masing adalah alat pemintal benang. Sedangkan suni-auni merupakan benda kembar yang berguna bagi setiap laki-laki suku Timor (meto), untuk mempermudah tugas-tugas mereka. Seperti berburu, berkebun, membangun rumah, dan berperang melawan musuh. Kedua perkakas ini merupakan atribut kebanggaan bagi laki-laki dan perempuan suku Timor (meto). Karena pemilik benda-benda ini diakui oleh masyarakat sebagai manusia dewasa, dan karena itu boleh mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.31 Pembagian peran sosial diumumkan pada waktu upacara kelahiran bayi 40 hari sesuai dengan budaya dan komunitas adat (suku Timor). Pembagian peran sosial laki-laki dan perempuan suku Timor (meto tradisional) bertanggung jawab dan seimbang sehingga perempuan dan laki-laki saling menolong, melengkapi dan menghargai. Laki-laki menjadi penguasa di luar rumah, tetapi menjadi penolong perempuan di dalam rumah. Sebaliknya perempuan menjadi penguasa di dalam rumah, tetapi menjadi penolong laki-laki di luar rumah. Dengan demikian tercipta prinsip kemitraan yang setara, seimbang dan lengkap. 32 Perempuan dan laki-laki, urusan rumah tangga dan kebun adalah dua hal yang oleh masyarakat suku Timor dianggap sebagai dua bagian yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Tetapi pemahaman ini kemudian dibelokkan oleh laki-laki untuk memperoleh kekuasaan di dalam dan di luar rumah sehingga laki-laki menciptakan mitos mengenai suniauni yang lebih berkuasa. Alhasilnya muncullah budaya patriakhi yang menindas perempuan suku Timor dengan peran ganda yang harus dimainkan. 30 31 32 Eben Nuban Timo, Sidik Jari ALLAH Dalam Budaya (Maumere: Ledalero,2009), hlm 2. Eben Nuban Timo. 2009, hlm 4. Eben Nuban Timo. 2009, hlm 14. 11