lDaialah llrniab - Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

advertisement
lDaialah llrniab
ISSN O85+,\, 0728
AGFTIPLIJS
$oedtman, S.A.A. Tartdala, and IuI. Ono : SAGO MABKETING PRACTICES AI{D
PROBLEMS : A Survey of Two Sago Growing Villages in Squtheast Sulawesi
Nt Wayon Srt Sultarttnl : EVOLUSI KROMOSOM PADA KELADI HIAS (Catadiat spp)
Asntah dan Andt l(haerunt B.: PENGARUH WAI(TU APLII(ASI VA MKORIZA DAI-AIvI
MENGENDALIKAI{ PEI.IYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusorium Axysporuml PADA
TOMAI
Horaptn Haltd H.: NILAI PERDAGANGAN
TANAlvLra\N
'
SAPI AUSTRALIAN COMMERCIAL
BERBEDA
JENIS
YAT.IG
CROSS DARI
KEI.AI{IN
Stttt Atda Adha Tartdalo dan Bahart : PAI.IGSA (SHARE/ PENGELUARAN DAhI
ELASTISITAS HARGA SENDIRI BEBERAPA KELOMPOK PANGAT.I DI SULAWESI
TENGGA116\
Iil,IKKUIAU dAN LO OdE SOIdI : PENGELOMPOIGT.I HASIL PRODUI$I KOMODITI
PERTANIAN SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS
KOMPONEN UTAMA DAtl AI,IALISIS KELOMPOK
IUI. TUfoIIa : PENGARUH BOKASHI JERAMI PADI TERHADAP SIFAT KIMA TANAI-I
SAWAFI DA}.I HASIL TANAIvIAN PADI (Oryza sotiuo L.)
La Ode Baq : PENGARUH PENGGUNAAI.I SEMEN CAIR, SEMEN BEKU DARI SAPI
SAPI PO TERHADAP PERSENTASE AT.IGKA KEBUNTINGAI{
Hamsoh don Astesto, E.F : PENGGUNAAN FORMALIN UNTUK PENGOBAIAN
PEI.IYAI{T KUru II{AI{ (Argulus indicus) DAII KUTU JARUM (Lernaea cyprinaceo) PADA
II(Al,l MASKOKI (Corossius aurstus Linnoeus)
TAf.lAlI SERTA
Amtnuddtn ltfione l(andort: FLUKTUASI SUHU DAl.f M
PRODUI{SI CABAI MERAFI (Copsicum annum L.) PADA LAHA}I KERING BERIKUM
KERING YAT.IG DIBERI BERBAGAI JENIS MUISA
IJsman iront., Srl Wdodo, Irhom dan Slamet Hartono : STRAIEGI AtlH FUNGSI
KAWASAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERLUASAN LAHAN
USAHATANI KAKAO RAI(YAil PADA KAWASAI.I HUTAI'{ TAMAI{ NASIONAL RAUTA
AOPA WAf,UMOHAI SULAWESI TENGGARA
Baharuddtn lulappangadJa dan Zulkarnoln : OPTIMTISnSI POLA PENGGUNMI.I
LAHAN UNTUK PENGENDALIAN EROSI DI DAS RORAYA PROPINSI
SULAWESI TENGGARA
BALI
DAT.I
DAF'IAR ISI
Halqma;t
SAGO MARKETING PRACTICES AND PROBLEMS:
Growing Villages in Southeast Sulawesi
Saediman, S.A,A. Taridala, and M. Ono
A Suney of Two
Sago-
.01
*
07
EVOLUSI KROMOSOM PADA KELADI HIAS (Caladiaz spp)
Ni Wayan
Sri
Suliortini
08-11
VA MIKORIZA DALAM
PENGARUH WAI(TU APLII(ASI
IVTENGENDALIKAN PENYAKIT LAYT] FUSARIUM (Fusarium oxltsporum)
PADA TANAMAN TOMAT
R
Asniah dan Andi Khaeruni
NILAI
12-17
PERDAGINGAN SAPI .4USTRALIAN COMMERCIAI, CROSS DAF.I
JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
Harapin Hafid H.
18-24
PANGSA (SHA RE) PENG ELUARAA' DAN E LA STI SMAS HARGA
BEBERAPA KELOMPOK PANGAN DT SUT,AWESI TENGGARA
Sitti Aida.Adlta Taridalo dan lhhari
PENGELOII1POKAN
HASIL PRODTJKSI
SULAWESI TENGGARA DENGAN
KOMODITI
MENGGT]NAKAN
KOMPONEN UTAMA DAN ANAI,ISIS KELOMPOK
Mskulau dan La Ode Saidi
S
ENDIRI
25
-32
PERTANIAN
ANALISIS
33-39
PENGARUH BOKASHI JERAMI PADI TERIIADAP SIFAT KIIVIIA TANAH
SAWAH DAN HASIL'IANAMAN PA:DI (Oryzt sativa L.)
M. Tufaila
40-46
PENGARTJH PENC,GT]NAAN SEMEN CAIR, SEMEN BEKU DARI SAPI BALI
DAN SAPI P.O TERHADAP PERSENTASE ANGKA KEBU]YTINGAN
La
Ode
lht
47-53
PENGGUNAAN FORMALIN UNTUK PENGOBI\TAN PENYAKIT KTITU
IKAN (,4rgzlus indicus) DAN KUTU JARUM (Lernoea cyprinacea\ PADA IKAN
MASKOKI (Carassius aurstus Linnaeus)
HamsahdanAsteria,E.F...
54-59
FLTJKTUASI SUHU DAN KELEMBABAN TANAH SERTA PROD('KSI CABAI
MERAH (Capsicum annum L.) PADA LAHAN KERING BERIKLIM KERING
YANG DIBERI BERBAGAI JENIS MT]LSA
Aminuddin Mane Kandari
60-66
STRATEGI ALIH FUNGSI KAWASAN DAN FAKTOR-F'AKTOR YANG
MEMPENGARTJHI PERLUASAN LAIIAN USAHAT.{NI KAKAO RAKYAT
PADA KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL RI\WA AOPA WATT]MOIIAI
SULAWESI TF,NGG,{RA
Usmtn Rianse, Sri Widotlo, Irlrum dan Slamet Harlono
.
OPTIMALISASI POLA PENGGT]NAAN LAIIAN TJNTTJK PENGENDALIAN
EROSI DI DAS RORAYA PR.OVINSI SULAWESI TI'NGGARA
Ilalnruddin Mappungadja dun Zulkarnuin
AGRIPLUS, Volume 16 l{omor
:
01
tanuari 2006 ISSN 08i4-0128
67
-74
75-84
PENGGUNAAN FORMAI,IN UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT KUTU TKAN
(Argulus indicus) DAN KUTU JARUM (Lernaea cyprinacea)
Pr\DA IKAN MASKOKI (Carussius uurutus Linnaeus)
oleh : Hamsah
t)
dan Asteriu, E.F
2)
ABSTRACT
Three levels of formalin concentration of 25 ppm, 30 ppou and 35 ppm were used to eradication of
disease of fish louse (Arg,ulus indicus) and the needle louse (Lernaea cypinacea) on goldfish (Carassitts
aurans,L). The effectivity of formalin to eradication of A. inditns and L. cypinacea was measured by times
interval of A. indicus and L. cyprinacea deads after beurg treated by the formalin. The prevalensi and attack
intensity of A. indicus and L. cyprinacea on C. aumtus,L within every l4 days during 42 days were observ9d.
The result showed that the preualensi and attack intensity rate of thel. indicus were32Yo and 1,16 ind fish-'.
Howeveq the prevalensi and attack intensitv rate of theI. cyprinaceawere22,6TYo and 1,11 ind fish-I. The
optimum concentration of lbrmaiin to eradication of A. indicus and L. cyprinacea wete 35 ppm during 35
minutes and 141 ,67 minutes, respectively.
Key words: Formalinr,4rgulus irulictts, Lernaea qtprinacea, Corassius aurutus L.
PENDAHULUAN
Maskoki (Oarassius
aurahts
Linnaeus) merupakan salah satu jenis ikan
hias yang mulai banyak dikembangkan di
daerah Sulawesi Tenggara khususnya di Kota
Kendari. Jenis ikan ini cukup banyak diminati
dan mempunyai nilai ekono'ni yang cukup
tinggi. Namun salah sahr permasalahan yang
dihadapi petani ikan maskokr pada umumnya
di
Kota Kendari adalah adanya
serangan
parasit utamanya Argulu.s irulictts dan LernueQ
cyprinacea. Parasit ini dapat merryebabkan
Turunnya populasi dzur nilai estetika rkan
maskoki sehingga dapat menyebabkan rendahnya nilai jual dari ikan tersebut.
Parasit A. indicus dm I'. cyprinacca
dapat menyerang pada bagian luar tubuh ikan
seperti ekor, sisik, dan sirip. Tanda-tanda ikan
yang terserang parasit ini akan terlihat bercakbercak merah pada bagian tubuhnya. Jika
upaya penanggulangan tidak dilakukan dengan
segera maka ikan akan mengalami kematian
secara massal.
Upaya penanggulangan parasit ini
yang biasa dilakukan oleh petani ikan di Kota
Kendari adalah melalui pencabutan dengan
menggunakan pinset, tetapi cara inr tidak
efisicn sehrngga perlu digunakan antiseptik.
Salah satu antiseptik yang efektif dalam
penanggulangan parag.{ termasuk jenis ,'{.
indicus dan l. cyprinaiea adalah formahn
(Treves-Brown, 2000). Namun dalam penggunaannya harus diketahui secara tepat
konsentasi yang akan digunakan sehrngga
tidak mcnyebabkan kematian pada ikan.
ngetal
Penelitian rni bertujuan untuk meui konsenfasi formalin yang optimal
untuk pengobatan penyakrt kutu ikan (4.
indicus) dan kutu jarum
(I.
cyprinacea) pada
ikan nraskoki (C. auratus Linnaeus).
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April - Mei 2005.
Pengambilan sampel
dilakukan di Sentral Penjualan Ikan Hia.s Kota
Kenderi, sedangkan pengamatan parasit serta
penan;;gulangan penyakit dilakukan di
Labor;ttorium Jurusan Perikanan Fakultas
Pertan ian Universitas Haluoleo Kendari.
Hewan
uji
yang digunakan
adalah
ikan nraskoki yang sudah terserangA. indiurs
dan 1,. cyprinacea dengan berat
rata-rata
sekitar 7 gr ekor-r. Formalin yang digunakan
untuk penanggulangan serangan l. indiats
dan L. cyprinacea adalah formalin 1009/o
sebanyak 0,1 l. Wadah yang digunakan untuk
pemeliharaan ikan maskoki adalah aktnrium
StaJ Pengajar.hntsan Pe rikanan [;ahrilas l'ertaniqn Uni'ersiltts Hah:oleo, Kendai.
Alumni Jurusan Perikemcm Fahiltas Pertanian Univer.silas Haluoleo, Kendari.
5,s
dengan volume air 20 I dan drlengkapi dengan
Hasil identrfikasi parasit, prevaler,sr
dan rntensitas serangar l. indicu.s dan L.
cyprinacea yang menyerang ikan maskokr
aerasi.
Tingkat serangan parasit A. indicus
dan L. cyprinacea pada ikarr maskoki
dianalisis secera deskriptif. Sedangk.rn data
efektivitas formalin dalam membunuh A.
indicus dan L. cyprinacea pada setiap
perlakuan dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA). Jika berpengaruh'nyata maka
ditentukan dengan cara menghitung prevaiensi
dan intensitas serangan kedua tenis parasit
tersebut (Brotowidjoyo, 1987). Perhitungan
prevalensi dan intensitas serangan drlakukan
pada 50 ekor sampel ikan maskoki dan
dilakukan setiap 14 han selama 42 hari.
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkccrl
(BNT) pada taraf 95olo (Gaspersz, 1995)
Prevalensi dihitung dengan rumus:
HASIL DAN PEMBAHASAN
P = LxlOTYo
N
dimana: P : Prevalensi (%); n : Jumlah
sampel yang diserang parasit /ekor)dan N:
Identifi kasi Ektoparasit Ikan Maskoki
Hasil pemeriksaan ektoparasit pada
Jumlah sampelyang diamati (ekor).
sampel ikan maskoki selama penelitian,
diperoleh parasit Argulus indicus dan Lernqe(t
cyprinacea (Gambar 1).
Sedangkan intensitas serangan parasit dihitwrg dengan rumus:
Ip
n
I : lntensitas serangan parasit
(individu ekor-r); ),P : Jumlah parasii yang
menyerang (individu) dsn n : Jumlah sampel
dimana:
yang diserang parasit (ekor)
Percobaan pengobatan ikan maskoki
terhadap serangan
A. indicus dan
L.
cyprinacea menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial, terdrri dari dua
faktor yaitu faktor jenis parasrt (A. indicus dan
L. cyprinacea) dan faktor konsentrasr formalin
(25 ppm, 30 ppm, 35 ppm) dengan 3 kali
ulangan. Pada percobaan pengobatan, ikan
maskoki yang digunakan berjumlah 2 ekor
untuk setiap perlakuan, masing-masing I ekor
terserang A. indicus dan I ekor terserang l.
cyprinacea dengan jumlah A. indicu.s dan L.
cyprinacea pada setiap ekor sama. Efektivitas
formalin dalam upaya pengobatan, ditentukan
dengan melihat lama waktu A. inclicus dan L.
cyprinacea mati atau lepas dari tubuh ikan
A. indicus
Gambar 1. Morlologi parasit A. indit:us dan /..
cyprinacea yang ditemukan pada ikan
maskoki saat penelitian (Pembesaran 4 kali)
Tingkat Serangan Argulus intlicus
dan
Lernaea cyprinacea Pada Ikan Maskoki
Tingkat serangan A. intlicu.y dan 1,.
cyprinacea pada ikan maskoki dapat diketahur
dengan menghitung prevalensi dan intensitas.
Hasil perhihrngan prevalensi dan intensitas l.
indicus dart L. cyprinacea yang menyerang
tkan maskoki selama penelitian dapat diLhat
pada Tabel 1 dan2.
maskoki sejak waktu perendaman.
AGRIPLUS, Yolume 16 Nornor
L. cyprinacca
:
01
tanuari 200q fSSN 0854-0129
56
Tabel
1
Rata-Rata Prevalensi A. indicus dan L. cyprinacea yang Menyerang Ikan Maskoki selama
Penelitian
,
Jenis parasit
A. indicus
L. cyprinacea
,
I
II
III
04 -04-05
36
26
25-04-C5
28
22
16-05-05
JZ
20
kata-rata
(o/o)
32
22,67
Tabel 2. Rata-Rata Intensitas Serangan A. indicus dan .t. cyprinacea pada Ikan Maskoki selama
o"t"tttt-'
Jenis parasit
A. indicus
L. cyprinacea
- ,,,,,, ,' ,,
III
(04-04-0s)
III
(25-04-05)
128
1.07
1,23
Hasil pengamatan prevalensi dan intensitas serangan A. indrcus dan L. cyprinacea
pada ikan maskoki (Tabel I dan 2), menunjukkan bahwa prevalensi dan intensitas serangan
l.l3
I,16
1,1
I.l I
serang;an A. indicus (1,28 individrr ekor-r) dan
L. cyprinacea (1,23 ndividu ekor'').
Perbedaan tingkat serangan A. indicus
dan L. cyprinacea pada setiap waktu pengambllan sampel, dimungkrnkan disebabkan
perubahan kondisi lingkungan perairan utamanya suhu dan pH. Pada pengambilan sampel I,
suhu lrerairan berkisar 26"C dan pH
Pada
penga,.nbilan sampel II, suhu perairan berkrsar
28oC dan pH 7. Sementara pada pengambilan
sampel III, suhu dan pH perairan masingmasing 27'C dan 6. Rendahnya suhu dan pH
6
pada pengambilan sampel I, memungkinkan
indlicus cian 1,. cyprinacea lebih mudah
menyerang ikan maskoki. Ini terlihat dari hasil
peneli:.ian bahwa prevalensi dan rntensitas l.
indicus dan L. cyprinacea yang menyerang
ikan rnaskoki pada pengambilan sampel I
lebih tinggi dibanding-kan pada pengambilan
sampel II dan III. Hal ini sejalan dengan
A.
cenderung
organisme
penyakit menjadi lebih baik. Lebih lanjut di-
A. indicus merupakan
organisme yang dapat mudah berpindah dari
satu ekor rkan ke ikan lainnya. Sementara
parasit Lernaea berkembang biak pada kondisi
lingkungan yang banyak mengandung bahan
organik seperti sisa pemupukan, sampah alau
sisa makanan (Amri dan Khairuman, 2003).
Pada Tabel I dan 2 juga terlihat
bahwa prevalensi dan intensitas serangan ,4.
indicus dan L. cyprinacea berbeda pada setiap
waktu pengambilan sarnpel. Tingkat serangan
A. indicus dm 1,. cyprinacea tertinggi diperoleh pada saat pengambilan sampel rl yaitu
AGRIPLUS, Volume 16 Nomor
6-05-05)
masrnrl-masrng prevalensi A. indicus 360/o dan
clprinacea 26%, sedangkan intensitas
kondisi lingkungan perairan yang kurang baik
dan cara penularan A. indicus dan satu rkan ke
rkan lainny'a. Afrianto dan Liviawaty (1992)
menyatakan bahwa jrka kondisi lingkungan
jelaskan bahwa
(l
Rata-rata
(ind ekor-')
L.
parasit tertinggi diperoleh pada A. indicu,s
yaitu rata-rata 32o dan 1,16 individu per
ekor, sementara L. cyprinacea rata-rata
22,67% dan i,il individu per ekor. Hal ini
menunjukkan bahwa parasit .4. indicus lebih
banyak menyerang ikan maskoki ciibandingkan dengan L. cyprinacea Tingginya tr,ngkat
serangan A. indicu:; dimungkinkan olelr
kolam buruk Mya tahan ikan
menurun dan perkembangan
,'
pernyi
taan Kabata (1985);
Untergasscr
(1989); Noble dan Noble (1989), bahwa
kondisi lingkungan peraran yang buruk .1uga
dapat menyebabkan parasit ber-kembang lebrh
cepat sehingga menimbulkan gangguan atau
penyakit pada rkan. Amri dan Khairuman
(2003) menyatakan bahwa kenaikan atau
penurunan suhu yang mendadak dapat
menyebabkan ikan mengalami stres sehingga
mudah terserang penyakit. Malole ( 1988)
:
A1
tanuari 2006 ISSN 0854-0128
57
Nilai
menyatakan bahwa lingkungan yang buruk
menyebabkan hewan mengalami cekaman
atau stres sehingga peka terhadap infeksr vrrus
atau penyakit karena hormon korttkosteroid
yang banyak pada hewan tersebut rnenekan
produksi interferon, antibodr dan
l.
indiurs
parasit yang diperoleh mas*r dalam kategon
tahap serangan yang ringan sehingga mudah
diadakan pengobatan. Soejanto (1972 rlalam
Cell
lvlediated Immunrty (CMI)
Perbedaan tingkat serangrut A.
intensitas serangan
L. cyprinacea pada ikan maskoki selama
penelrtian rata-rata berkisar l ,1 l - 1 ,1 6
individu ekor-r. Nilai intensiras serangan
oan
indius
Mardianah, 1996) rrrenyatakari bahwa nilai
intensitas 2 - 5 individu ekor-r belum
berbahaya bagi tubuh ika'r, sedangkan nilai
rntensitas l0 individu ekor-r atau lebih sudah
berbatraya bagi ikan. Prevalensr dan intensitas
parasit pada inang dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti umur, ukuran ikan, kebiasaar
makan Can tingkah laku ikan, perubahan
musim, suhu air, keturggian arr dan beberapa
aktivitas manusia (Surtika, 1917 dalanr
Yuniar, 1999).
L. cyprinacea pada ikan maskoki setiap
waktu pengambilan sampel, dimungkinkan
juga disebabkan oleh perbedaan daya tahan
(status kesehatan) ikan rnaskoki yang didan
datangkan setiap wakLr pengambilan sampel.
Adanya variasi insidensi tingkat serangan rl.
indicus dan L. cyprinacea pada ikan maskoki
disebabkan oleh banyak faktor, antara iain
kondisi lingkungan yang memungkinkan
parasrt tersebut tumbuh dan berkembang,
kelimpahan parasit pada perairan dan sistem
kekebalan ikan itu sendiri. Rukyani (1991)
Efektivitas Formalin pada Pengobatan Ikan
Maskoki yang Terserang A. indicus dan L.
menyatakan bahwa perbedaan tingkat
serangan ektoparasit dimungkinkan oleh
cyprinacea
Efektivitas formalin pada pengobatan
kan maskoki dtketahui dengan melihat lama
waktu A. indicus dan L. cyprinacea mati atau
lepas pada setiap perlakuan pemberian
konsentrasi formalin. Hasil pengamatan
adanya sifat kosmopolit parasit, siklus hidup
organisme patogen (parasit), habitat yang
cocok dengan parasit dan ketahanan tubuh
organisme yang dijadikan inang
efektivitas formaliir dapat dilihat pada
T
abel
3
Tabel 3. Rata-Rata Lama Waktu Parasit Mati/Lepas dari Tubuh Ikan Maskoki Setelah Diben
Formalin Selama Peneiitian
Konsentrasi formalin
Rata-rata lama waktu parasit mati/lepas
(menit)
(pp.n)
Rata-rata konsentrasi
formalin
A. ind!cu.s
L. cyprinacea
73,67
48,33
230
30
190
151,94"
I l9,r7d
35
35
141,67
88.34"
25
__
s?;_3:
181,22D
tselercleg1rys{9!'t _
Keterangan: a,b : Pada baris, anE;ka dengan superscript yang berbeda menunlukkan hasil yang
berbeda nyata (P<0,05); dan c,d,e : Pada kolom, angka dengan superscript yang
berbeda menuirjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
3 terlihat bahwa rata-rata
lama rvaktu parasit mati/lepas dari tubuh ikan
Pada Tabel
88,34 menit. Pada perlakuan jenis parasit yang
menyerang, ' terlihat rata-raia lama waktr-r
parasit mati/lepas tercepat diperoleh pada A.
indicus yaitu selama 52.33 menit.
maskoki berbeda pada setiap konsentrasi
formalin yang diberikan dan pada setiap jenis
parasit yang menyerang. Pada perlakuan konsentrasi formalin, rata-rata lama waktu parasit
Hasil analisis ragam menun_jukkan
bahwa pemberian konsentrasi formalin dan
jenis parasit yang berbeda mcmberikan
pengaruh yang nyata terhadap rala-rata lama
mati/lepas dari tubuh ikan maskoki tercepat
diperoleh pada perlakuan 35 ppm yaitu selama
AGRIPLUS,Vo|ume 16 Nomor
:
01
Januad 2004 ISSN0854-0125
58
waktu parasit mati/lepas dari tubuh ikan
Pada Gambar 2 di atas terlihat bahwa
dengan menrngkatnya konsentrasr formalin
yang dicobakan, rata-rata iama waktu parasit
rnati/h:pas dari tubuh ikan maskoki cenderung
maskoki (P<0,05). Hasil analisrs ragam juga
memperlilratkan adanya pengaruh interaksi
yang nyata antara konsentrasi formalin dengan
jenis parasit yang menyerang ter.hadap ratarata lama waktu parasrt mati/lepas dari tubuh
ikan maskoki.
lebih cepat. Demikian pula A.
Pengamh konsentrasi fbrmalin yang
diberikan terhadap rata-rata lama waktu
parasit matiAepas dari tubuh ikan maskoki
Perbe,laan rata-rata lama waktu parasit mati/
lepas pada setiap perlakuan sangat terkait
denga
tergantung dari jenis parasit yang menyerang.
Rata-rata lama waktu parasit mati/lepas dan
pada A. indicu:; dibandingkan L. cyprinacea
pada setiap konsenhasi formalur yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh lenis
dan
A.
L.
cenderung lebih cepat pada konsentrasi
parasit yang menyerang ikan pada bagian
permukaan tubuh dengan cara menancapkan
aiat penusuknya dan mengisap cairan
makanan serta mudah berpindah pada ikan
laur. Sedangkan I. cyprinacea menyerang
ikan pada bagian permukaan tubuh hurgga ke
dalam tubuh dengan cara menancapkan
sebagian badannya fangkar) unhrk mencari
formalin yang lebih tinggi (35 ppm)
Hubungan konsentasi formalin dan jenrs
parasit yang menyerang terhadap ratz-rata
lama waktu parasit mati/lepas dari tubuh ikar,
maskoki selama penelitian dapat dihhat pada
Gambar 2.
300
46
st
69
makanan (Lingga dan Susanto, 1993).
Purwakusuma (2005) menyatakan bahwa
230
formalin sering digunakan dan efektif dalam
pengobatan penyakit akibat serangan Argulus
drt l,ernqea.
Secara urnum kualitas air (suhu dan
pH) selama penelitian masih berada pada
kisaran yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan maskoki, yaitu suhu perairan
berkisar 26"C - 28oC dan pH 6 - 8 Rachmat
(1989) menyatakan bahwa suhu dan pH arr
yang optimal untuk perhrmbuhan dan perkembangan maskoki adalah berkr-ar antara
25'C - 3l'C'dan pH berkisar 6,5 - 8,-5
Kondisi suhu dan pH air yang optimal dapat
menekan tingkat serangan A. indicus dm L.
cyltrinacea pada- ikan maskoki. Hal ini sejalan
dcngarr pendapat Spotte (1970 dalan Hamid,
2001) bahwa perkembangan parasit Argulus
dan Lernaea akan sangat aktif pada tubuh
t90
200
qo
Jr<
I
4
l.(r'
de
6e
&,
;8
4{r.33
riZb
25
30
Konscntrasi Formalin (ppm)
-a-4.
indicus lebih peka atau rentan
setelah diberi formalin. Hal ini sangat terkait
dengan perbedaan cara pa,'asit A. indicus dw't
L. cyprinacea dalam menyerang inang (ikan
maskoki). A. indicus merupakan jenis esto-
cyprinacea mati/lepas dari tubuh ikan maskoki
250
(A.
terhadap formalin dibandingkan dengan Z.
cyprinacea sehingga lebih cepat mati/lepas
lama waktu parasit mati/lepas bergantung dan
konsenfasi formalin yang diberika.n. Rata-rata
inclicu.s
toleransi setiap jenis parasit
cyprinaceo.
parasit yang menyerarrg terhadap rata-rata
A.
r
indictrs dan L. cyprinacea) terhadap formalin
yang diberikan dan kemampuan formalrn
dalam membunuh parasit A. indicus dan L.
tubuh ikan maskoki cenderung lebih cepat
lama waktu parasit
inelicu,s
cende r:ng lebih cepat mati/lepas setelah diberr
formalrn dibandingkan dengan L.. cyprinacea.
indicus ---t--L. qprinacea
Gambar 2. Crrafik Hubungan Konsentrasi Formalin
dan Jenis Parasit Terhadap Rata-Rata
Lama Waktu Parasit Mati/Lepas dari
Tubuh Ikan Maskoki.
AGRIPLUS,Vo|ume 16 Nomor
:
01
Januari 2006 ISSN0SS4-0U8
59
inang brla suhu perarran berkrsar l0"C lcebawah dan sebaliknya kurang aktif pada srrhu
dratas 10"C. Oleh sebab itu dimungk;nkan
dalam penelitian inr diperoleh nilar prevalensi
dan intensitas serangan l. indicus dan L.
cyprinocea masih dalam kategori rendalr/
ringan, sebab selania penelitran suhu perairan
berkisar 26"C - 28'C dan pH 6 - 8.
,
'
Pada Kolam Budidaya Desa Lamomea
Kecamatan Konda Kabupaten Kendari.
Skripsi Program Sarjana.
IJniversitas
Haluoleo. Kendari.
Kabata,
Z.
1985. Parasites and Diseases of Fish
Culture in T'he Tropics. Taylor and
Francis. London and PhiJadelpia.
Lingga, P. dan H. Susanto. 1993. Ikan hias Air
Tawar. Cetakan
ke4.
Penebar Swadaya
Jakarta.
KESINIPULAN
M.B 1988. Virologi. Pusat Antar
Universitas. Institut Pertanian Bogor dan
Lembaga Sumberdaya Informasi Institrrt
Malole,
Berciasarkan hasil dan pemhahasan di
atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-raur
prevalensi dan intensitas serangan A. indicus
pada ikan maskoki selama penelitian, masing-
masing 32% dan
l,l6
indivrciu
Pertanian Bogor. Bogor.
Mardianah. 1996. Identifikasi dan Inventarisasi
Parasit Pada Budidaya Ikan Nila Merah
(l{irbid Oreochromi.g nibtictts) Dr
Beberapa Balai Benih Ikan Di Sulawesi
ekor-r.
Sedangkan rata-rata prevalensi dan intensitas
serangan L. cyprinat'eo. masing-masing
22,67% dan I.l I individu ekor-r. (2)
Konsentrasi formalin yang optimal untuk
penanggulangan penyakit ,1. inclicus dan Z.
cyprinacea pada rkan maskokr adalah 35 ppm
dengan cara perendaman masing-masing
selama 35 menit dan i 4l ,67 menit.
Selatan. Skripsi Program Sarlana
Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Ujung Pandang.
Noble, E. R. dan G. A. Noble. 1989 Parasitologi,
Biologi Parasit Ilewan, Edisi Baha"sa
Indonesia. Edisi V. Gadlah Mada
University Press. Indonesia.
W. 2005. O-Fish. Ornamental -Fish Information Service Highlights.
DAFTAR PTISTAKA
Afrianto,
E,
Purwakusuma,
http ://www.
dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian
Hama Dan Penyakit Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
l)ustaka.
m/Ham
a
Departemen Khusus lbukota Jakarta
Rukyani,
2000 Applied Fish
Pharmacology. Kluwer Academic Publisher,
The Netherlands.
Jakarta.
Untergasser, D. 1989. Handbook of Fish Diseases.
T.F.H. Publications, Inc. United States of
America (U S A)
1995. Teknik Analisis Dalam
Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.
200l
lw'entarisasi Ektoparasit
Beberapa Ukuran
(('larir
tkan Lele
gen'epinus) Yang
Di
Yuniar, T.'1999. Inventarisasi Parasit Pada Ikan
Laut dari TPI Kronjo. Tanggerang. 'fesis
Institut Pertanian Bogor. Bcgor.
pada
Dumbo
Pelihara
AGRIPLLTS, Voiume 16 l,{omor
A. 1991. Petunjuk Teknis Pengelolaan
Kesehatan Bagi lkan Akuakultur. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Treves-Brown,K.M.
Hamid, B.
h. co
Jakarta.
Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme.
Edisi I. Media Press. Jakarta.
V.
s
S. 1989. Rudidaya lkan Koki.
Departemen Pertanian, Kantor Wilayrrh
Jakarta.
Gaspersz,
-fi
Rachmat,
Amri, K dan Khaimnran. 2003. Budidaya Ikan Nila
Secara Int,ensif. Agromedia
o
Penyakit/Formalin.htn. Tanggal Kunju,rg
18 Mei2005. Pukul 14.30 WTIA.
:
01
Januari 2006 fSSN 0854-0128
Download