lDaialah llrniab ISSN O85+,\, 0728 AGFTIPLIJS $oedtman, S.A.A. Tartdala, and IuI. Ono : SAGO MABKETING PRACTICES AI{D PROBLEMS : A Survey of Two Sago Growing Villages in Squtheast Sulawesi Nt Wayon Srt Sultarttnl : EVOLUSI KROMOSOM PADA KELADI HIAS (Catadiat spp) Asntah dan Andt l(haerunt B.: PENGARUH WAI(TU APLII(ASI VA MKORIZA DAI-AIvI MENGENDALIKAI{ PEI.IYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusorium Axysporuml PADA TOMAI Horaptn Haltd H.: NILAI PERDAGANGAN TANAlvLra\N ' SAPI AUSTRALIAN COMMERCIAL BERBEDA JENIS YAT.IG CROSS DARI KEI.AI{IN Stttt Atda Adha Tartdalo dan Bahart : PAI.IGSA (SHARE/ PENGELUARAN DAhI ELASTISITAS HARGA SENDIRI BEBERAPA KELOMPOK PANGAT.I DI SULAWESI TENGGA116\ Iil,IKKUIAU dAN LO OdE SOIdI : PENGELOMPOIGT.I HASIL PRODUI$I KOMODITI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAtl AI,IALISIS KELOMPOK IUI. TUfoIIa : PENGARUH BOKASHI JERAMI PADI TERHADAP SIFAT KIMA TANAI-I SAWAFI DA}.I HASIL TANAIvIAN PADI (Oryza sotiuo L.) La Ode Baq : PENGARUH PENGGUNAAI.I SEMEN CAIR, SEMEN BEKU DARI SAPI SAPI PO TERHADAP PERSENTASE AT.IGKA KEBUNTINGAI{ Hamsoh don Astesto, E.F : PENGGUNAAN FORMALIN UNTUK PENGOBAIAN PEI.IYAI{T KUru II{AI{ (Argulus indicus) DAII KUTU JARUM (Lernaea cyprinaceo) PADA II(Al,l MASKOKI (Corossius aurstus Linnoeus) TAf.lAlI SERTA Amtnuddtn ltfione l(andort: FLUKTUASI SUHU DAl.f M PRODUI{SI CABAI MERAFI (Copsicum annum L.) PADA LAHA}I KERING BERIKUM KERING YAT.IG DIBERI BERBAGAI JENIS MUISA IJsman iront., Srl Wdodo, Irhom dan Slamet Hartono : STRAIEGI AtlH FUNGSI KAWASAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERLUASAN LAHAN USAHATANI KAKAO RAI(YAil PADA KAWASAI.I HUTAI'{ TAMAI{ NASIONAL RAUTA AOPA WAf,UMOHAI SULAWESI TENGGARA Baharuddtn lulappangadJa dan Zulkarnoln : OPTIMTISnSI POLA PENGGUNMI.I LAHAN UNTUK PENGENDALIAN EROSI DI DAS RORAYA PROPINSI SULAWESI TENGGARA BALI DAT.I DAF'IAR ISI Halqma;t SAGO MARKETING PRACTICES AND PROBLEMS: Growing Villages in Southeast Sulawesi Saediman, S.A,A. Taridala, and M. Ono A Suney of Two Sago- .01 * 07 EVOLUSI KROMOSOM PADA KELADI HIAS (Caladiaz spp) Ni Wayan Sri Suliortini 08-11 VA MIKORIZA DALAM PENGARUH WAI(TU APLII(ASI IVTENGENDALIKAN PENYAKIT LAYT] FUSARIUM (Fusarium oxltsporum) PADA TANAMAN TOMAT R Asniah dan Andi Khaeruni NILAI 12-17 PERDAGINGAN SAPI .4USTRALIAN COMMERCIAI, CROSS DAF.I JENIS KELAMIN YANG BERBEDA Harapin Hafid H. 18-24 PANGSA (SHA RE) PENG ELUARAA' DAN E LA STI SMAS HARGA BEBERAPA KELOMPOK PANGAN DT SUT,AWESI TENGGARA Sitti Aida.Adlta Taridalo dan lhhari PENGELOII1POKAN HASIL PRODTJKSI SULAWESI TENGGARA DENGAN KOMODITI MENGGT]NAKAN KOMPONEN UTAMA DAN ANAI,ISIS KELOMPOK Mskulau dan La Ode Saidi S ENDIRI 25 -32 PERTANIAN ANALISIS 33-39 PENGARUH BOKASHI JERAMI PADI TERIIADAP SIFAT KIIVIIA TANAH SAWAH DAN HASIL'IANAMAN PA:DI (Oryzt sativa L.) M. Tufaila 40-46 PENGARTJH PENC,GT]NAAN SEMEN CAIR, SEMEN BEKU DARI SAPI BALI DAN SAPI P.O TERHADAP PERSENTASE ANGKA KEBU]YTINGAN La Ode lht 47-53 PENGGUNAAN FORMALIN UNTUK PENGOBI\TAN PENYAKIT KTITU IKAN (,4rgzlus indicus) DAN KUTU JARUM (Lernoea cyprinacea\ PADA IKAN MASKOKI (Carassius aurstus Linnaeus) HamsahdanAsteria,E.F... 54-59 FLTJKTUASI SUHU DAN KELEMBABAN TANAH SERTA PROD('KSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) PADA LAHAN KERING BERIKLIM KERING YANG DIBERI BERBAGAI JENIS MT]LSA Aminuddin Mane Kandari 60-66 STRATEGI ALIH FUNGSI KAWASAN DAN FAKTOR-F'AKTOR YANG MEMPENGARTJHI PERLUASAN LAIIAN USAHAT.{NI KAKAO RAKYAT PADA KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL RI\WA AOPA WATT]MOIIAI SULAWESI TF,NGG,{RA Usmtn Rianse, Sri Widotlo, Irlrum dan Slamet Harlono . OPTIMALISASI POLA PENGGT]NAAN LAIIAN TJNTTJK PENGENDALIAN EROSI DI DAS RORAYA PR.OVINSI SULAWESI TI'NGGARA Ilalnruddin Mappungadja dun Zulkarnuin AGRIPLUS, Volume 16 l{omor : 01 tanuari 2006 ISSN 08i4-0128 67 -74 75-84 PENGGUNAAN FORMAI,IN UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT KUTU TKAN (Argulus indicus) DAN KUTU JARUM (Lernaea cyprinacea) Pr\DA IKAN MASKOKI (Carussius uurutus Linnaeus) oleh : Hamsah t) dan Asteriu, E.F 2) ABSTRACT Three levels of formalin concentration of 25 ppm, 30 ppou and 35 ppm were used to eradication of disease of fish louse (Arg,ulus indicus) and the needle louse (Lernaea cypinacea) on goldfish (Carassitts aurans,L). The effectivity of formalin to eradication of A. inditns and L. cypinacea was measured by times interval of A. indicus and L. cyprinacea deads after beurg treated by the formalin. The prevalensi and attack intensity of A. indicus and L. cyprinacea on C. aumtus,L within every l4 days during 42 days were observ9d. The result showed that the preualensi and attack intensity rate of thel. indicus were32Yo and 1,16 ind fish-'. Howeveq the prevalensi and attack intensitv rate of theI. cyprinaceawere22,6TYo and 1,11 ind fish-I. The optimum concentration of lbrmaiin to eradication of A. indicus and L. cyprinacea wete 35 ppm during 35 minutes and 141 ,67 minutes, respectively. Key words: Formalinr,4rgulus irulictts, Lernaea qtprinacea, Corassius aurutus L. PENDAHULUAN Maskoki (Oarassius aurahts Linnaeus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mulai banyak dikembangkan di daerah Sulawesi Tenggara khususnya di Kota Kendari. Jenis ikan ini cukup banyak diminati dan mempunyai nilai ekono'ni yang cukup tinggi. Namun salah sahr permasalahan yang dihadapi petani ikan maskokr pada umumnya di Kota Kendari adalah adanya serangan parasit utamanya Argulu.s irulictts dan LernueQ cyprinacea. Parasit ini dapat merryebabkan Turunnya populasi dzur nilai estetika rkan maskoki sehingga dapat menyebabkan rendahnya nilai jual dari ikan tersebut. Parasit A. indicus dm I'. cyprinacca dapat menyerang pada bagian luar tubuh ikan seperti ekor, sisik, dan sirip. Tanda-tanda ikan yang terserang parasit ini akan terlihat bercakbercak merah pada bagian tubuhnya. Jika upaya penanggulangan tidak dilakukan dengan segera maka ikan akan mengalami kematian secara massal. Upaya penanggulangan parasit ini yang biasa dilakukan oleh petani ikan di Kota Kendari adalah melalui pencabutan dengan menggunakan pinset, tetapi cara inr tidak efisicn sehrngga perlu digunakan antiseptik. Salah satu antiseptik yang efektif dalam penanggulangan parag.{ termasuk jenis ,'{. indicus dan l. cyprinaiea adalah formahn (Treves-Brown, 2000). Namun dalam penggunaannya harus diketahui secara tepat konsentasi yang akan digunakan sehrngga tidak mcnyebabkan kematian pada ikan. ngetal Penelitian rni bertujuan untuk meui konsenfasi formalin yang optimal untuk pengobatan penyakrt kutu ikan (4. indicus) dan kutu jarum (I. cyprinacea) pada ikan nraskoki (C. auratus Linnaeus). METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2005. Pengambilan sampel dilakukan di Sentral Penjualan Ikan Hia.s Kota Kenderi, sedangkan pengamatan parasit serta penan;;gulangan penyakit dilakukan di Labor;ttorium Jurusan Perikanan Fakultas Pertan ian Universitas Haluoleo Kendari. Hewan uji yang digunakan adalah ikan nraskoki yang sudah terserangA. indiurs dan 1,. cyprinacea dengan berat rata-rata sekitar 7 gr ekor-r. Formalin yang digunakan untuk penanggulangan serangan l. indiats dan L. cyprinacea adalah formalin 1009/o sebanyak 0,1 l. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan maskoki adalah aktnrium StaJ Pengajar.hntsan Pe rikanan [;ahrilas l'ertaniqn Uni'ersiltts Hah:oleo, Kendai. Alumni Jurusan Perikemcm Fahiltas Pertanian Univer.silas Haluoleo, Kendari. 5,s dengan volume air 20 I dan drlengkapi dengan Hasil identrfikasi parasit, prevaler,sr dan rntensitas serangar l. indicu.s dan L. cyprinacea yang menyerang ikan maskokr aerasi. Tingkat serangan parasit A. indicus dan L. cyprinacea pada ikarr maskoki dianalisis secera deskriptif. Sedangk.rn data efektivitas formalin dalam membunuh A. indicus dan L. cyprinacea pada setiap perlakuan dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Jika berpengaruh'nyata maka ditentukan dengan cara menghitung prevaiensi dan intensitas serangan kedua tenis parasit tersebut (Brotowidjoyo, 1987). Perhitungan prevalensi dan intensitas serangan drlakukan pada 50 ekor sampel ikan maskoki dan dilakukan setiap 14 han selama 42 hari. dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkccrl (BNT) pada taraf 95olo (Gaspersz, 1995) Prevalensi dihitung dengan rumus: HASIL DAN PEMBAHASAN P = LxlOTYo N dimana: P : Prevalensi (%); n : Jumlah sampel yang diserang parasit /ekor)dan N: Identifi kasi Ektoparasit Ikan Maskoki Hasil pemeriksaan ektoparasit pada Jumlah sampelyang diamati (ekor). sampel ikan maskoki selama penelitian, diperoleh parasit Argulus indicus dan Lernqe(t cyprinacea (Gambar 1). Sedangkan intensitas serangan parasit dihitwrg dengan rumus: Ip n I : lntensitas serangan parasit (individu ekor-r); ),P : Jumlah parasii yang menyerang (individu) dsn n : Jumlah sampel dimana: yang diserang parasit (ekor) Percobaan pengobatan ikan maskoki terhadap serangan A. indicus dan L. cyprinacea menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, terdrri dari dua faktor yaitu faktor jenis parasrt (A. indicus dan L. cyprinacea) dan faktor konsentrasr formalin (25 ppm, 30 ppm, 35 ppm) dengan 3 kali ulangan. Pada percobaan pengobatan, ikan maskoki yang digunakan berjumlah 2 ekor untuk setiap perlakuan, masing-masing I ekor terserang A. indicus dan I ekor terserang l. cyprinacea dengan jumlah A. indicu.s dan L. cyprinacea pada setiap ekor sama. Efektivitas formalin dalam upaya pengobatan, ditentukan dengan melihat lama waktu A. inclicus dan L. cyprinacea mati atau lepas dari tubuh ikan A. indicus Gambar 1. Morlologi parasit A. indit:us dan /.. cyprinacea yang ditemukan pada ikan maskoki saat penelitian (Pembesaran 4 kali) Tingkat Serangan Argulus intlicus dan Lernaea cyprinacea Pada Ikan Maskoki Tingkat serangan A. intlicu.y dan 1,. cyprinacea pada ikan maskoki dapat diketahur dengan menghitung prevalensi dan intensitas. Hasil perhihrngan prevalensi dan intensitas l. indicus dart L. cyprinacea yang menyerang tkan maskoki selama penelitian dapat diLhat pada Tabel 1 dan2. maskoki sejak waktu perendaman. AGRIPLUS, Yolume 16 Nornor L. cyprinacca : 01 tanuari 200q fSSN 0854-0129 56 Tabel 1 Rata-Rata Prevalensi A. indicus dan L. cyprinacea yang Menyerang Ikan Maskoki selama Penelitian , Jenis parasit A. indicus L. cyprinacea , I II III 04 -04-05 36 26 25-04-C5 28 22 16-05-05 JZ 20 kata-rata (o/o) 32 22,67 Tabel 2. Rata-Rata Intensitas Serangan A. indicus dan .t. cyprinacea pada Ikan Maskoki selama o"t"tttt-' Jenis parasit A. indicus L. cyprinacea - ,,,,,, ,' ,, III (04-04-0s) III (25-04-05) 128 1.07 1,23 Hasil pengamatan prevalensi dan intensitas serangan A. indrcus dan L. cyprinacea pada ikan maskoki (Tabel I dan 2), menunjukkan bahwa prevalensi dan intensitas serangan l.l3 I,16 1,1 I.l I serang;an A. indicus (1,28 individrr ekor-r) dan L. cyprinacea (1,23 ndividu ekor''). Perbedaan tingkat serangan A. indicus dan L. cyprinacea pada setiap waktu pengambllan sampel, dimungkrnkan disebabkan perubahan kondisi lingkungan perairan utamanya suhu dan pH. Pada pengambilan sampel I, suhu lrerairan berkisar 26"C dan pH Pada penga,.nbilan sampel II, suhu perairan berkrsar 28oC dan pH 7. Sementara pada pengambilan sampel III, suhu dan pH perairan masingmasing 27'C dan 6. Rendahnya suhu dan pH 6 pada pengambilan sampel I, memungkinkan indlicus cian 1,. cyprinacea lebih mudah menyerang ikan maskoki. Ini terlihat dari hasil peneli:.ian bahwa prevalensi dan rntensitas l. indicus dan L. cyprinacea yang menyerang ikan rnaskoki pada pengambilan sampel I lebih tinggi dibanding-kan pada pengambilan sampel II dan III. Hal ini sejalan dengan A. cenderung organisme penyakit menjadi lebih baik. Lebih lanjut di- A. indicus merupakan organisme yang dapat mudah berpindah dari satu ekor rkan ke ikan lainnya. Sementara parasit Lernaea berkembang biak pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik seperti sisa pemupukan, sampah alau sisa makanan (Amri dan Khairuman, 2003). Pada Tabel I dan 2 juga terlihat bahwa prevalensi dan intensitas serangan ,4. indicus dan L. cyprinacea berbeda pada setiap waktu pengambilan sarnpel. Tingkat serangan A. indicus dm 1,. cyprinacea tertinggi diperoleh pada saat pengambilan sampel rl yaitu AGRIPLUS, Volume 16 Nomor 6-05-05) masrnrl-masrng prevalensi A. indicus 360/o dan clprinacea 26%, sedangkan intensitas kondisi lingkungan perairan yang kurang baik dan cara penularan A. indicus dan satu rkan ke rkan lainny'a. Afrianto dan Liviawaty (1992) menyatakan bahwa jrka kondisi lingkungan jelaskan bahwa (l Rata-rata (ind ekor-') L. parasit tertinggi diperoleh pada A. indicu,s yaitu rata-rata 32o dan 1,16 individu per ekor, sementara L. cyprinacea rata-rata 22,67% dan i,il individu per ekor. Hal ini menunjukkan bahwa parasit .4. indicus lebih banyak menyerang ikan maskoki ciibandingkan dengan L. cyprinacea Tingginya tr,ngkat serangan A. indicu:; dimungkinkan olelr kolam buruk Mya tahan ikan menurun dan perkembangan ,' pernyi taan Kabata (1985); Untergasscr (1989); Noble dan Noble (1989), bahwa kondisi lingkungan peraran yang buruk .1uga dapat menyebabkan parasit ber-kembang lebrh cepat sehingga menimbulkan gangguan atau penyakit pada rkan. Amri dan Khairuman (2003) menyatakan bahwa kenaikan atau penurunan suhu yang mendadak dapat menyebabkan ikan mengalami stres sehingga mudah terserang penyakit. Malole ( 1988) : A1 tanuari 2006 ISSN 0854-0128 57 Nilai menyatakan bahwa lingkungan yang buruk menyebabkan hewan mengalami cekaman atau stres sehingga peka terhadap infeksr vrrus atau penyakit karena hormon korttkosteroid yang banyak pada hewan tersebut rnenekan produksi interferon, antibodr dan l. indiurs parasit yang diperoleh mas*r dalam kategon tahap serangan yang ringan sehingga mudah diadakan pengobatan. Soejanto (1972 rlalam Cell lvlediated Immunrty (CMI) Perbedaan tingkat serangrut A. intensitas serangan L. cyprinacea pada ikan maskoki selama penelrtian rata-rata berkisar l ,1 l - 1 ,1 6 individu ekor-r. Nilai intensiras serangan oan indius Mardianah, 1996) rrrenyatakari bahwa nilai intensitas 2 - 5 individu ekor-r belum berbahaya bagi tubuh ika'r, sedangkan nilai rntensitas l0 individu ekor-r atau lebih sudah berbatraya bagi ikan. Prevalensr dan intensitas parasit pada inang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, ukuran ikan, kebiasaar makan Can tingkah laku ikan, perubahan musim, suhu air, keturggian arr dan beberapa aktivitas manusia (Surtika, 1917 dalanr Yuniar, 1999). L. cyprinacea pada ikan maskoki setiap waktu pengambilan sampel, dimungkinkan juga disebabkan oleh perbedaan daya tahan (status kesehatan) ikan rnaskoki yang didan datangkan setiap wakLr pengambilan sampel. Adanya variasi insidensi tingkat serangan rl. indicus dan L. cyprinacea pada ikan maskoki disebabkan oleh banyak faktor, antara iain kondisi lingkungan yang memungkinkan parasrt tersebut tumbuh dan berkembang, kelimpahan parasit pada perairan dan sistem kekebalan ikan itu sendiri. Rukyani (1991) Efektivitas Formalin pada Pengobatan Ikan Maskoki yang Terserang A. indicus dan L. menyatakan bahwa perbedaan tingkat serangan ektoparasit dimungkinkan oleh cyprinacea Efektivitas formalin pada pengobatan kan maskoki dtketahui dengan melihat lama waktu A. indicus dan L. cyprinacea mati atau lepas pada setiap perlakuan pemberian konsentrasi formalin. Hasil pengamatan adanya sifat kosmopolit parasit, siklus hidup organisme patogen (parasit), habitat yang cocok dengan parasit dan ketahanan tubuh organisme yang dijadikan inang efektivitas formaliir dapat dilihat pada T abel 3 Tabel 3. Rata-Rata Lama Waktu Parasit Mati/Lepas dari Tubuh Ikan Maskoki Setelah Diben Formalin Selama Peneiitian Konsentrasi formalin Rata-rata lama waktu parasit mati/lepas (menit) (pp.n) Rata-rata konsentrasi formalin A. ind!cu.s L. cyprinacea 73,67 48,33 230 30 190 151,94" I l9,r7d 35 35 141,67 88.34" 25 __ s?;_3: 181,22D tselercleg1rys{9!'t _ Keterangan: a,b : Pada baris, anE;ka dengan superscript yang berbeda menunlukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05); dan c,d,e : Pada kolom, angka dengan superscript yang berbeda menuirjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). 3 terlihat bahwa rata-rata lama rvaktu parasit mati/lepas dari tubuh ikan Pada Tabel 88,34 menit. Pada perlakuan jenis parasit yang menyerang, ' terlihat rata-raia lama waktr-r parasit mati/lepas tercepat diperoleh pada A. indicus yaitu selama 52.33 menit. maskoki berbeda pada setiap konsentrasi formalin yang diberikan dan pada setiap jenis parasit yang menyerang. Pada perlakuan konsentrasi formalin, rata-rata lama waktu parasit Hasil analisis ragam menun_jukkan bahwa pemberian konsentrasi formalin dan jenis parasit yang berbeda mcmberikan pengaruh yang nyata terhadap rala-rata lama mati/lepas dari tubuh ikan maskoki tercepat diperoleh pada perlakuan 35 ppm yaitu selama AGRIPLUS,Vo|ume 16 Nomor : 01 Januad 2004 ISSN0854-0125 58 waktu parasit mati/lepas dari tubuh ikan Pada Gambar 2 di atas terlihat bahwa dengan menrngkatnya konsentrasr formalin yang dicobakan, rata-rata iama waktu parasit rnati/h:pas dari tubuh ikan maskoki cenderung maskoki (P<0,05). Hasil analisrs ragam juga memperlilratkan adanya pengaruh interaksi yang nyata antara konsentrasi formalin dengan jenis parasit yang menyerang ter.hadap ratarata lama waktu parasrt mati/lepas dari tubuh ikan maskoki. lebih cepat. Demikian pula A. Pengamh konsentrasi fbrmalin yang diberikan terhadap rata-rata lama waktu parasit matiAepas dari tubuh ikan maskoki Perbe,laan rata-rata lama waktu parasit mati/ lepas pada setiap perlakuan sangat terkait denga tergantung dari jenis parasit yang menyerang. Rata-rata lama waktu parasit mati/lepas dan pada A. indicu:; dibandingkan L. cyprinacea pada setiap konsenhasi formalur yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh lenis dan A. L. cenderung lebih cepat pada konsentrasi parasit yang menyerang ikan pada bagian permukaan tubuh dengan cara menancapkan aiat penusuknya dan mengisap cairan makanan serta mudah berpindah pada ikan laur. Sedangkan I. cyprinacea menyerang ikan pada bagian permukaan tubuh hurgga ke dalam tubuh dengan cara menancapkan sebagian badannya fangkar) unhrk mencari formalin yang lebih tinggi (35 ppm) Hubungan konsentasi formalin dan jenrs parasit yang menyerang terhadap ratz-rata lama waktu parasit mati/lepas dari tubuh ikar, maskoki selama penelitian dapat dihhat pada Gambar 2. 300 46 st 69 makanan (Lingga dan Susanto, 1993). Purwakusuma (2005) menyatakan bahwa 230 formalin sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat serangan Argulus drt l,ernqea. Secara urnum kualitas air (suhu dan pH) selama penelitian masih berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan maskoki, yaitu suhu perairan berkisar 26"C - 28oC dan pH 6 - 8 Rachmat (1989) menyatakan bahwa suhu dan pH arr yang optimal untuk perhrmbuhan dan perkembangan maskoki adalah berkr-ar antara 25'C - 3l'C'dan pH berkisar 6,5 - 8,-5 Kondisi suhu dan pH air yang optimal dapat menekan tingkat serangan A. indicus dm L. cyltrinacea pada- ikan maskoki. Hal ini sejalan dcngarr pendapat Spotte (1970 dalan Hamid, 2001) bahwa perkembangan parasit Argulus dan Lernaea akan sangat aktif pada tubuh t90 200 qo Jr< I 4 l.(r' de 6e &, ;8 4{r.33 riZb 25 30 Konscntrasi Formalin (ppm) -a-4. indicus lebih peka atau rentan setelah diberi formalin. Hal ini sangat terkait dengan perbedaan cara pa,'asit A. indicus dw't L. cyprinacea dalam menyerang inang (ikan maskoki). A. indicus merupakan jenis esto- cyprinacea mati/lepas dari tubuh ikan maskoki 250 (A. terhadap formalin dibandingkan dengan Z. cyprinacea sehingga lebih cepat mati/lepas lama waktu parasit mati/lepas bergantung dan konsenfasi formalin yang diberika.n. Rata-rata inclicu.s toleransi setiap jenis parasit cyprinaceo. parasit yang menyerarrg terhadap rata-rata A. r indictrs dan L. cyprinacea) terhadap formalin yang diberikan dan kemampuan formalrn dalam membunuh parasit A. indicus dan L. tubuh ikan maskoki cenderung lebih cepat lama waktu parasit inelicu,s cende r:ng lebih cepat mati/lepas setelah diberr formalrn dibandingkan dengan L.. cyprinacea. indicus ---t--L. qprinacea Gambar 2. Crrafik Hubungan Konsentrasi Formalin dan Jenis Parasit Terhadap Rata-Rata Lama Waktu Parasit Mati/Lepas dari Tubuh Ikan Maskoki. AGRIPLUS,Vo|ume 16 Nomor : 01 Januari 2006 ISSN0SS4-0U8 59 inang brla suhu perarran berkrsar l0"C lcebawah dan sebaliknya kurang aktif pada srrhu dratas 10"C. Oleh sebab itu dimungk;nkan dalam penelitian inr diperoleh nilar prevalensi dan intensitas serangan l. indicus dan L. cyprinocea masih dalam kategori rendalr/ ringan, sebab selania penelitran suhu perairan berkisar 26"C - 28'C dan pH 6 - 8. , ' Pada Kolam Budidaya Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Kendari. Skripsi Program Sarjana. IJniversitas Haluoleo. Kendari. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Culture in T'he Tropics. Taylor and Francis. London and PhiJadelpia. Lingga, P. dan H. Susanto. 1993. Ikan hias Air Tawar. Cetakan ke4. Penebar Swadaya Jakarta. KESINIPULAN M.B 1988. Virologi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Sumberdaya Informasi Institrrt Malole, Berciasarkan hasil dan pemhahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-raur prevalensi dan intensitas serangan A. indicus pada ikan maskoki selama penelitian, masing- masing 32% dan l,l6 indivrciu Pertanian Bogor. Bogor. Mardianah. 1996. Identifikasi dan Inventarisasi Parasit Pada Budidaya Ikan Nila Merah (l{irbid Oreochromi.g nibtictts) Dr Beberapa Balai Benih Ikan Di Sulawesi ekor-r. Sedangkan rata-rata prevalensi dan intensitas serangan L. cyprinat'eo. masing-masing 22,67% dan I.l I individu ekor-r. (2) Konsentrasi formalin yang optimal untuk penanggulangan penyakit ,1. inclicus dan Z. cyprinacea pada rkan maskokr adalah 35 ppm dengan cara perendaman masing-masing selama 35 menit dan i 4l ,67 menit. Selatan. Skripsi Program Sarlana Universitas Muslim Indonesia (UMI). Ujung Pandang. Noble, E. R. dan G. A. Noble. 1989 Parasitologi, Biologi Parasit Ilewan, Edisi Baha"sa Indonesia. Edisi V. Gadlah Mada University Press. Indonesia. W. 2005. O-Fish. Ornamental -Fish Information Service Highlights. DAFTAR PTISTAKA Afrianto, E, Purwakusuma, http ://www. dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. l)ustaka. m/Ham a Departemen Khusus lbukota Jakarta Rukyani, 2000 Applied Fish Pharmacology. Kluwer Academic Publisher, The Netherlands. Jakarta. Untergasser, D. 1989. Handbook of Fish Diseases. T.F.H. Publications, Inc. United States of America (U S A) 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung. 200l lw'entarisasi Ektoparasit Beberapa Ukuran (('larir tkan Lele gen'epinus) Yang Di Yuniar, T.'1999. Inventarisasi Parasit Pada Ikan Laut dari TPI Kronjo. Tanggerang. 'fesis Institut Pertanian Bogor. Bcgor. pada Dumbo Pelihara AGRIPLLTS, Voiume 16 l,{omor A. 1991. Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Bagi lkan Akuakultur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Treves-Brown,K.M. Hamid, B. h. co Jakarta. Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme. Edisi I. Media Press. Jakarta. V. s S. 1989. Rudidaya lkan Koki. Departemen Pertanian, Kantor Wilayrrh Jakarta. Gaspersz, -fi Rachmat, Amri, K dan Khaimnran. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Int,ensif. Agromedia o Penyakit/Formalin.htn. Tanggal Kunju,rg 18 Mei2005. Pukul 14.30 WTIA. : 01 Januari 2006 fSSN 0854-0128