Gambaran Pengetahuan Masyarakat Kota Medan

advertisement
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Kota Medan Mengenai Penggunaan
Obat Antijamur Topikal
Siska Situmorang1, Ariyati Yosi2
1
Mahasiswa F.Kedokteran USU angkatan 2009/email : [email protected]
2
Staff pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, F. Kedokteran USU
ABSTRAK
Insiden penyakit jamur kulit merupakan insiden nomor tiga dari seluruh kasus penyakit kulit.
Salah satu penyebab kekambuhan adalah penggunaan obat antijamur topikal yang bersifat mikostatik,
artinya tidak membunuh spora. Obat antijamur topikal sendiri lebih mudah didapatkan masyarakat
bahkan tanpa resep dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
masyarakat mengenai penggunaan obat antijamur topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan masyarakat kota Medan mengenai penggunaan obat antijamur topikal.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah
masyarakat di kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Medan, Medan Selayang, Medan Amplas, Medan
Tuntungan, Medan Johor, Medan Helvetia, Medan Sunggal, dan Medan Baru. Penarikan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu dengan teknik consecutive
sampling. Sampel dikelompokkan berdasarkan karakteristik demografi jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan pekerjaan. Pengetahuan tentang penggunaan obat antijamur topikal akan diukur melalui
wawancara dengan kuesioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori tingkat
pengetahuan yaitu pengetahuan kurang, pengetahuan sedang, dan pengetahuan baik.
Pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antijamur topikal relatif baik ditunjukkan dari
169 orang responden, 92 orang (54.4%) memiliki pengetahuan baik, 74 orang (43.8%) memiliki
pengetahuan sedang dan hanya 3 orang (1.8%) yang memiliki pengetahuan kurang. Diperlukan promosi
dan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan kepada masyarakat mengenai penggunaan antijamur
topikal yang benar.
Kata kunci: pengetahuan, antijamur topikal, Kota Medan
ABSTRACT
Fungal infection is the top third of dermatological diseases. One of the causes of the recurrence
is the use of topical antifungal drugs that have micostatic effect and do not kill spores. The topical
antifungal drugs are easier to get and could be reached by society without prescription. The study has
the aim to determine the level of knowledge of the society about the use of topical antifungal drugs.
This study aims to reveal the knowledge of the city of Medan on the use of topical antifungal
drugs. This is a descriptive study with cross sectional design. The population is the people who lives in
sub-districts in the city of Medan, Medan Selayang, Medan Amplas, Medan Tuntungan, Medan Johor,
Medan Helvetia, Medan Sunggal, and Medan Baru. The samples are obtained with non probability
sampling technique, that is consecutive sampling. Demographic characteristics of respondents are
divided into four aspects. The four aspects are gender, age, education, and employment. Knowledge in
using of topical antifungal drugs measured through interviews with structured questionnaire.
Knowledge in using of topical antifungal drugs be classified into three categories, that are low level of
knowledge, medium level of knowledge, and high level knowledge.
Knowledge in using of topical antifungal drugs is relatively good, the study shows of 169
respondents, 92 peoples (54.4%) are in high level knowledge, 74 peoples (43.8%) are in medium level of
knowledge, and only 3 peoples (1.8 %) are in less level of knowledge. Promotion and health education
such as counseling are required to the public about the proper use of topical antifungal.
Keywords: knowledge, topical antifungal drugs, Medan city
Penggunaan Obat Antijamur Topikal
Pendahuluan
Insiden penyakit jamur kulit merupakan
insiden nomor tiga dari seluruh kasus penyakit
kulit setelah penyakit infeksi oleh bakteri dan
penyakit kulit karena alergi (Siregar, 2005). Di
Sumatera Utara sendiri golongan penyakit kulit
karena infeksi jamur menempati urutan kedua
terbanyak dari insiden penyakit kulit di RSUP H.
Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan dan
pada tahun 2002 dermatofitosis merupakan
penyakit kulit yang menduduki urutan pertama
dibandingkan dengan penyakit kulit yang lain
(Nasution, 2005). Di RSUD Dr. Soetomo tahun
2003-2005, jumlah kasus baru mikosis
superfisialis menempati urutan ke-3 (Hidayati,
2009)
Iklim di Indonesia dengan kelembaban
yang
cukup
tinggi
memudahkan
perkembangbiakan jamur. Faktor lain yang
turut
memengaruhi
angka
kejadian
dermatomikosis adalah pekerjaan atau gaya
hidup. Kurniawati (2006) pernah meneliti angka
kejadian Tinea pedis pada pemulung di TPA
Jatibarang, hasilnya dari 56 orang responden
ditemukan 26 orang (46.4%) positif menderita.
Sifat obat antijamur topikal adalah
mikostatik, artinya tidak membunuh spora
sehingga kekambuhan akan selalu terjadi
(Nasution, 2005). Spektrum aktivitasnya sempit
seperti pada golongan dermatophyta (Adiguna,
2000). Dibandingkan dengan obat antijamur
sistemik, obat antijamur topikal sendiri lebih
mudah didapatkan oleh masyarakat bahkan
bisa dibeli bebas tanpa menggunakan resep
dari dokter.
Besarnya prevalensi dermatomikosis dan
kemudahan
untuk
mendapatkan
obat
antijamur topikal juga belum diperoleh data
mengenai gambaran pengetahuan masyarakat
di Indonesia khususnya di Kota Medan
mengenai penggunaan obat antijamur topikal,
sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah masyarakat di Kota Medan sudah
memahami penggunaan obat antijamur topikal
yang baik dan benar.
E-Journal FK USU Vol. 1 No. 1, 2013
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan desain penelitian
cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Oktober sampai bulan November tahun
2012 di tujuh kecamatan di Kota Medan, yaitu
Medan Selayang, Medan Amplas, Medan
Tuntungan, Medan Johor, Medan Helvetia,
Medan Sunggal, dan Medan Baru. Pada
penelitian ini yang menjadi populasi terjangkau
adalah masyarakat berusia 18-49 tahun yang
ada di kecamatan-kecamatan tersebut. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik non-probability
sampling dengan cara consecutive sampling.
Sampel penelitian berjumlah 169 orang yang
berusia 18-49 tahun dan bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang terdiri dari 13 pertanyaan mengukur
pengetahuan responden yang sudah tervalidasi
dan 2 pertanyaan tambahan mengenai
pengalaman responden pernah atau tidak
membeli obat antijamur topikal tanpa resep
dokter dan sumber informasi dalam
penggunaan obat tersebut.
Data diolah menggunakan metode
statistik dengan program komputer dan
selanjutnya disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Penelitian ini juga telah mendapat
persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik responden pada penelitian
ini adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan
pendidikan terakhir. Distribusi responden
berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
2
Penggunaan Obat Antijamur Topikal
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
n (orang)
%
83
86
169
49,1
50,9
100
Umur
18-28 tahun
29-39 tahun
40-49 tahun
Total
75
61
33
169
44,4
36,1
19,5
100
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Mahasiswa
Pegawai
Wiraswasta
Profesi lainnya
Total
30
31
55
33
20
169
17,8
18,3
32,5
19,5
11,8
100
Pendidikan terakhir
SD
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma
S1
S2
Total
5
17
80
17
47
3
169
3,0
10,1
47,3
10,1
27,8
1,8
100
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Responden
F
92
Baik
%
54,4
F
74
Pengetahuan
Sedang
%
43,8
F
3
Kurang
%
1,8
Tabel 3. Pengalaman Responden dalam Membeli Obat Antijamur Topikal Tanpa Resep Dokter dan
Alasannya
Pernah/Tidak pernah
N
%
Ya, karena sudah tahu
105
62,1
obatnya
Ya, karena mau mencoba
28
13,4
setelah melihat dari iklan
Tidak pernah
36
17,2
Total
100
100
E-Journal FK USU Vol. 1 No. 1, 2013
3
Penggunaan Obat Antijamur Topikal
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik
Karakteristik
Baik
F
Kelompok umur
18-28 tahun
25
29-39 tahun
25
40-49 tahun
19
%
Pengetahuan
Sedang
F
%
Kurang
F
%
33,3
41,0
57,6
46
36
14
61,3
59,0
42,4
4
0
0
5,3
0
0
Pendidikan
SD
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma
S1
S2
0
5
42
12
32
1
0
29,4
52,5
70,6
68,1
33,3
4
12
36
5
15
2
80,0
70,6
45,0
29,4
31,9
66,7
1
0
2
0
1
0
20,0
0
2,5
0
2,1
0
Pekerjaan
IRT
Mahasiswa
Pegawai
Wiraswasta
Profesi lainnya
18
15
34
18
7
60,0
48,4
61,8
54,5
35,0
11
16
21
13
13
36,7
51,6
38,2
39,4
65,0
1
0
0
2
0
3,3
0
0
6,1
0
Tabel 5. Sumber Informasi Responden dalam Menggunakan Obat Antijamur Topikal
Sumber Informasi
Dokter dan tenaga medis
Kemasan obat
Pekerja apotek
Televisi
Saudara dan teman
Total
N
33
76
25
18
17
100
Pada umumnya pengetahuan responden
mengenai penggunaan obat antijamur topikal
relatif baik, yaitu sebanyak 92 orang (54.4%).
Bila hal ini ditinjau dari karakteristik usia
diperoleh hasil bahwa kelompok usia 40-49
adalah kelompok usia tertinggi dengan
persentase sebesar 57.6%. Hasil penelitian ini
sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
Mubarak (2007) yang menyatakan dengan
bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan pada aspek fisik dan psikologis
(mental) dimana pada aspek ini, taraf berpikir
seseorang akan semakin matang dan dewasa
yang selanjutnya mempengaruhi pengetahuan.
Pengetahuan baik paling banyak
dijumpai pada kelompok responden yang
bekerja sebagai pegawai yaitu sebesar 61.8%.
E-Journal FK USU Vol. 1 No. 1, 2013
%
19,5
45,0
10,7
14,8
10,1
100
Hal ini sesuai dengan yang diuraikan Mubarak
(2007) bahwa lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan
seseorang
memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung,
demikian juga yang terlihat dalam kelompok
responden pekerjaan pegawai.
Berdasarkan
karakteristik
tingkat
pendidikan, pengetahuan baik terbanyak
didapati pada responden tamatan diploma
yaitu sebanyak 12 orang (70.6%). Hasil ini tidak
selaras dengan pernyataan Mubarak (2007)
yaitu semakin tinggi pendidikan maka semakin
mudah pula mereka menerima informasi dan
pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya. Ketidakselarasan ini terjadi
oleh karena selain daripada faktor-faktor yang
4
Penggunaan Obat Antijamur Topikal
telah disebutkan dalam mempengaruhi
pengetahuan
seperti
usia,
pekerjaan,
pendidikan, adalah kembali kepada proses
terbentuknya pengetahuan pada setiap
individu di luar dari tingkat pendidikannya
seperti yang diuraikan Bloom dalam
Notoatmodjo (2010) yaitu pengetahuan adalah
hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Artinya sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek.
Penelitian
mengenai
pengetahuan
penggunaan obat pernah dilakukan oleh
Pulungan (2010), akan tetapi subjek
penelitiannya
terbatas
pada
kalangan
mahasiswa USU dari fakultas non-kesehatan
dan pengetahuan yang diukur seputar
penggunaan
obat
antibiotika.
Hasilnya
mayoritas
responden
termasuk
dalam
pengetahuan baik. Dalam penelitian ini sendiri
untuk responden mahasiswa mayoritas dalam
kategori pengetahuan sedang.
Tabel 4 memberi informasi jawaban
apakah responden pernah membeli obat
antijamur topikal tanpa resep dokter dan
mayoritas pernah melakukannya (62.1%)
dengan alasan sudah tahu obatnya. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diuraikan dalam
Notoadmojo (2010) bahwa satu hal yang sering
dilakukan masyarakat dalam merespon sakit
yang dialami adalah dengan mengobati sendiri
yaitu salah satunya membeli obat yang dibeli
bebas di warung obat atau apotik. Alasannya
karena masyarakat menganggap kondisinya
tidak sedemikian mengganggu kegiatan atau
kerja mereka sehari-hari atau karena sudah
percaya kepada diri sendiri, merasa bahwa
berdasarkan pengalaman yang lalu usaha
pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan
kesembuhan.
Mayoritas responden (45%) menjawab
bahwa mereka mengetahui cara menggunakan
obat antijamur oles dari keterangan di kemasan
obat (tabel 5). Hasil yang diperoleh sesuai
karena umumnya mereka pernah membeli obat
antijamur topikal tanpa resep dokter dan tentu
saja aturan cara pakai diperoleh dari membaca
keterangan (brosur) dalam kemasan obat.
Simpulan dan Saran
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengetahuan
masyarakat
mengenai
penggunaan antijamur topikal sudah relatif baik
E-Journal FK USU Vol. 1 No. 1, 2013
dimana dari 169 orang responden, 54.4% yang
tergolong memiliki pengetahuan baik. Selain itu
juga dapat disimpulkan bahwa 62.1%
responden pernah membeli obat antijamur
topikal tanpa resep dokter dengan alasan sudah
tahu obatnya dan 45.0% responden
mengetahui cara menggunakan obat antijamur
topikal dari keterangan di kemasan obat.
Bila dilihat dari hasil penelitian ini maka
diharapkan agar tenaga medis lebih
meningkatkan informasi mengenai prosedur
pengambilan obat yang benar dalam mengatasi
keluhan kulit dalam hal ini obat yang dijual
bebas dan dapat diperoleh masyarakat tanpa
resep dokter dan kepada masyarakat agar lebih
teliti dalam pengambilan obat dan penggunaan
obat antijamur topikal, tepat guna sesuai
dengan keluhan yang diderita dan tidak
menganggap sebelah mata penanganan
masalah kulit dengan membeli obat bebas
tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan
dokter.
Peneliti
selanjutnya
juga
dapat
membuat penelitian dengan subjek penelitian
pekerja
apotek
untuk
mengetahui
pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerjaan
apotek terhadap obat-obatan khususnya
antijamur topikal, karena pekerja apotek
sebagai salah satu sumber informasi bagi
masyarakat sebagai konsumen yang datang ke
apotek untuk membeli obat tanpa resep
dokter.
Daftar Pustaka
Adiguna, Made S. Pengobatan Dermatomikosis
dengan Flukonazol. Majalah Kedokteran
Udayana 2000 Jul;31(109). Diunduh dari:
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/MK
U/article/view/173 [Diakses 10 Januari
2013]
Hidayati A, Suyoso S, Hinda D, Sandra E. Mikosis
Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 2003-2005.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
2009 Apr;21(1). Diunduh dari:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/mikosis
%20superfisialis%20vol%2021%20no%201.
pdf [Diakses 10 Januari 2013]
Kurniawati, R. D., 2006. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Tinea Pedis
pada Pemulung di TPA Jatibarang
5
Penggunaan Obat Antijamur Topikal
Semarang. Diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/15799/ [Diakses
10 Januari 2013)
Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K., &
Supriadi. 2007. Promosi Kesehatan:
Sebuah
Pengantar
Proses
Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 30 – 31.
Nasution, Amirsyam M. 2005. Mikologi dan
Mikologi
Kedokteran
Beberapa
Pandangan Dermatologis, Medan: USU eRepository.
Diunduh
dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/691/1/08E00107.pdf [Diakses 27
Maret 2012]
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta, 27-29, 79, 107.
Pulungan, Sahara. 2011. Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Antibiotika dan
Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa
Non Medis Universitas Sumatera Utara.
Medan: USU e-Repository. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/25623/3/Chapter%20III-VI.pdf
[Diakses 5 Desember 2012)
E-Journal FK USU Vol. 1 No. 1, 2013
6
Download