FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR Isy Royhanaty1), Dwi Indah Iswanti2), Linda Saraswati3) 1 Prodi Kebidanan, STIKes Karya Husada Semarang 2 Prodi Keperawatan, STIKes Karya Husada Semarang 3 Prodi Kebidanan, STIKes Karya Husada Semarang Email : [email protected] Abstrak Latar Belakang : BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan. Secara statistik, angka kematian dan kesakitan pada neonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan penyebab utama adalah BBLR (Puspitasari,2011). Ada beberapa faktor penyebab dari BBLR, misalnya faktor maternal dari ibu. Contoh dari faktor maternal adalah usia, paritas, status gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, dan riwayat prematur sebelumnya. Tujuan Penelitian : Mengetahui faktor maternal yang berhubungan dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD DR. Soeselo Slawi. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan waktu Retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSUD DR Soeselo Slawi periode tahun 2013 berjumlah 287 orang. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil Penelitian Ada hubungan antara usia ibu, paritas, status gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, riwayat prematur sebelumnya dengan kejadian BBLR dengan nilai probabilitas (p) value yaitu 0,000. Kesimpulan Ada hubungan antara usia ibu, paritas, status gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, riwayat prematur sebelumnya dengan kejadian BBLR di RSUD DR Soeselo Slawi. Keywords: usia, paritas, status gizi, anemia, jantung, hipertensi, kelahiran premature, BBLR 1. PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi di Indonesia hasil dari SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sementara target yang akan dicapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015, angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup (kepmenkes RI,2012:12). Kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 40% dari semua kematian pada anak balita (6,6 juta). Mayoritas dari semua kematian neonatal, 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan antara 25% sampai 45% terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama kematian bayi baru lahir, yaitu prematur dan berat lahir rendah (30%), infeksi (25%), asfiksia (kekurangan oksigen saat lahir) dan trauma kelahiran (28%) , dan (17%) penyebab lain (WHO, 2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 40 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Dep.Kes, 2005). Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499 gram) (Sarwono Prawirohardjo, 2008). Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan Bayi Baru Lahir (BBL). Rata-rata berat badan normal (usia gestasi 37s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih besar resikonya untuk mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir (Damanik, 2010). Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian, BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak Prosiding | 67 jangka panjang dengan kehidupannya di masa depan (Pantiawati, 2010: 3). Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 21.573 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 21.184. adapun presentase BBLR sebesar 3,75% meningkat bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 3,73% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Salah satu kabupaten di Jawa Tengah adalah Kabupaten Tegal yang beribukotakan di Slawi. Slawi memiliki Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit DR Soeselo Slawi. Rumah Sakit Umum Daerah Slawi ini merupakan Rumah Sakit Rujukan baik oleh Bidan Praktek Swasta, Klinik Bersalin, dan Puskesmas. Menurut data kelahiran dari RS Soeselo Slawi tahun 2012 di Ruang Nusa Indah terdapat 54 kejadian BBLR. Dan 4 diantaranya meninggal. Jumlah meninggal ini lalu meningkat di tahun 2013 yaitu terdapat 5 meninggal dari 54 kejadian BBLR , Keadaan ini justru semakin memburuk dengan prosentase kenaikan 1,85 %. Sebagai tenaga kesehatan, diharapkan dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan ibu hamil sehingga dapat membantu mengurangi angka kematian neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) bisa disebabkan oleh faktor maternal seperti usia ibu hamil (<16 tahun atau >35 tahun),paritas ibu, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi ibu, dan bisa juga karena nutrisi/status gizi pada ibu, anemia, penyakit jantung, (Anik Maryunani, 2013: 12-13). 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah kuantitatif, dengan pendekatan waktu retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit Dr. Soeselo Slawi pada tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Ruang Nusa Indah di RSUD Dr. Soeselo Slawi dari rentang bulan Januari sampai Desember tahun 2013 sejumlah 364 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini purposive sampling, dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien yang mempunyai data lengkap dalam rekam medisnya, sedangkan kriteria eksklusinya adalah data pasien 68 | Prosiding yang tidak bisa dibaca oleh peneliti, bayi baru lahir yang berat badannya >4000 gram dan ibu yang memiliki status gizi overweight atau IMT >23. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan melihat catatan medis ibu bersalin periode tahun 2013 di bagian rekam medik RSUD Dr. Soeselo Slawi. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah chi square. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang hubungan usia dan BBLR pada 287 responden di RSUD Dr. Soesilo Slawi periode tahun 2013 didapatkan bahwa ada hubungan antara usia dengan BBLR. Responden yang mengalami kejadian BBLR sejumlah 54 orang, sebagian besar adalah usia beresiko (<20 tahun dan >35 tahun). Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur <20tahun dan >35 tahun merupakan umur yang risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan (Cuningham, 2005) (Padila,2014,86) Usia ibu yang kurang dari 20 tahun memiliki alat reproduksi belum matang, sehingga belum siap untuk hamil karena merugikan kesehatan ibu, secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Wanita berusia lebih dari 35 tahun beresiko lebih tinggi mengalami obstretis serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Sehingga umur ibu beresiko dianggap lebih rentan mengalami BBLR. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan teori yang ada, dimana menunjukkan adanya hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR dan sebagian besar responden yang mengalami kejadian BBLR adalah pada usia beresiko. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ika Kunia R pada tahun 2012 di Puskesmas Jepara Kabupaten Jepara, dengan hasil adanya hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di Puskesmas Jepara Kabupaten Jepara 2012. Hasil penelitian dari 287 responden, menunjukkan adanya hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Dr. Soesilo Slawi periode tahun 2013. Responden yang mengalami kejadian BBLR yaitu sebanyak 54 orang dan sebagian besar adalah responden primipara. Paritas tinggi (> dari 3) atau grandemultipara mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Menurut Astuti (2008) kehamilan dengan paritas tinggi menyebabkan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direngangkan kehamilan. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin sehinga melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari ibu ke janin dan semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan BBLR semakin tinggi. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan teori diatas, dimana menunjukkan adanya hubungan paritas dengan kejadian BBLR, tetapi sebagian besar responden yang mengalami kejadian BBLR ada responden primigravida yang merupakan bukan resiko terjadinya BBLR, hal ini disebabkan karena adanya faktor resiko BBLR lainnya seperti faktor kondisi maternal (penyakit jantung, anemia, hipertensi), status gizi, usia ibu dan faktor lainnya. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurfi Laela dengan judul Faktor – faktor yang Mempengaruhi dengan Kejadian BBLR di RSUD Dr. Zainoel Abidin Periode Tahun 2012, dimana pada penelitiannya menggunakan variabel paritas dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan paritas dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian dari 287 responden, menunjukkan adanya hubungan status gizi ibu dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Dr. Soesilo Slawi periode tahun 2013. Sebagian besar responden yang mengalami kejadian BBLR adalah responden dengan status gizi kurang yaitu sejumlah 41 orang. Status gizi yang optimal pada ibu hamil, berpengaruh dalam menjalani kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. Apabila di dalam masa kehamilan terjadi malnutrisi maka akan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Seorang ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi, maka bayi yang dilahirkan akan mengalami berat badan lahir yang rendah, sakit-sakitan, dan mempengaruhi kecerdasannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil dianggap mempengaruhi kejadian BBLR. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan teori yang ada, dimana menunjukkan adanya hubungan status gizi ibu dengan kejadian BBLR dan sebagian besar responden yang mengalami kejadian BBLR adalah responden dengan status gizi kurang. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurnia Rufaida pada tahun 2012 dengan judul Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Jepara Kabupaten Jepara pada Tahun 2012, dimana pada penelitiannya menggunakan variabel status gizi dan hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan status gizi dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian dari 287 responden menunjukkan adanya hubungan anatara riwayat penyakit anemia dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Soesilo Slawi. Sebagian besar responden yang mengalami BBLR adalah responden yang tidak memiliki riwayat penyakit anemia. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas ibu. Anak yang dikandung oleh ibu yang menderita anemia juga akan mengalami penurunan kecerdasan intelijensi stelah dilahirkan (Padila, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori di atas, dimana menunjukkan adanya hubungan riwayat penyakit anemia dengan kejadian BBLR, tetapi dari 54 responden yang mengalami BBLR sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit anemia. Sedangkan pada teori yang lebih rentan mengalami BBLR adalah responden yang memiliki riwayat penyakit anemia. Hal ini Prosiding | 69 disebabkan karena adanya factor lain penyebab BBLR seperti paritas, umur, status gizi, riwayat penyakit jantung, riwayat hipertensi dan riwayat prematur sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nelli Simanjuntak yang berjudul Hubungan Anemia terhadap Kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Rantau Prapat Labuhan Batu pada Tahun 2008 juga menggunakan anemia sebagai variabel penelitiannya dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan anemia dengan kejadian BBLR. Hasil penelian dari 287 responden menunjukkan adanya hubungan antara riwayat penyakit jantung dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Soesilo Slawi. Sebagian besar responden yang mengalami BBLR adalah responden yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Teori menurut Arif Mansjoer (2009, 282) hipervolemia dalam kehamilan yang sudah dimulai umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Uterus yang semakin membesar mendorong diafragma ke atas, kiri dan depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran. Kemudian 12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti periode diuresis pascapersalinan yang menyebabkan hemokonsentrasi. Jadi penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal jantung. Sehingga ibu yang memiliki penyakit jantung dapat menimbulkan edema paru, abortus pada kehamilan muda, bayi premature, berat badan lahir rendah, hipoksia , gawat janin, hingga kematian. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori di atas, dimana menunjukkan adanya hubungan riwayat penyakit jantung dengan kejadia BBLR, tetapi dari 54 responden yang mengalami BBLR sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Sedangkan pada teori yang lebih rentan mengalami BBLR adalah responden yang memiliki riwayat penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena adanya factor lain penyebab BBLR seperti paritas, umur, status gizi, riwayat penyakit anemia, riwayat hipertensi dan riwayat premature sebelumnya. 70 | Prosiding Penelitian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Karlina Sulistiani yang berjudul Faktor Resiko Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanggerang Selatan Tahun 20122014, dimana dalam penelitiannya menggunakan variabel riwayat penyakit ibu termasuk riwayat penyakit jantung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan riwayat penyakit jantung dengan kejadian BBLR. Hasil penelian dari 287 responden menunjukkan adanya hubungan antara riwayat penyakit jantung dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Soesilo Slawi. Sebagian besar responden yang mengalami BBLR adalah responden yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Teori menurut Manuaba (2009), riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Pada ibu hamil terjadinya hipertensi, akan menyebabkan terjadinya spasme pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan terganggu sehingga janin akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori diatas, dimana menunjukkan adanya hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian BBLR dan dari 54 responden yang mengalami BBLR sebagian besar memiliki riwayat penyakit hipertensi. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Karlina Sulistiani yang berjudul Faktor Resiko Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanggerang Selatan Tahun 20122014, dimana dalam penelitiannya menggunakan variabel riwayat penyakit ibu termasuk riwayat penyakit hipertesni. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian BBLR. Hasil penelian dari 287 responden menunjukkan adanya hubungan antara riwayat prematur sebelumnya dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Soesilo Slawi. Sebagian besar responden yang mengalami BBLR adalah responden yang tidak memiliki riwayat prematur sebelumnya. Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah mengalami persalinan premature sebelumnya pada kehamilan yang terdahulu (Hacker, 2001). Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi sampai usia aterm dapat disebabkan karena kandungan / rahim ibu yang lemah atau faktor lain yang belum diketahui jelas penyebabnya. Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu memiliki resiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali (Varney, 2007). Persalinan prematur dapat terulang kembali pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan resikonya meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua juga mengalami persalinan prematur. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori di atas, dimana menunjukkan adanya hubungan riwayat prematur dengan kejadian BBLR, tetapi dari 54 responden yang mengalami BBLR sebagian besar tidak memiliki riwayat prematur sebelumnya. Sedangkan pada teori yang lebih rentan mengalami BBLR adalah responden yang memiliki riwayat prematur sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor lain penyebab BBLR seperti kondisi penyakit ibu, faktor janin, faktor jalan lahir, dan faktor lainnya. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Karlina Sulistiani yang berjudul Faktor Resiko Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanggerang Selatan Tahun 20122014, dimana dalam penelitiannya menggunakan variabel riwayat prematur. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan riwayat prematur dengan kejadian BBLR. 4. KESIMPULAN Ada hubungan antara usia ibu, paritas, status gizi, riwayat anemia, riwayat jantung, riwayat hipertensi, riwayat prematur sebelumnya dengan kejadian BBLR di RSUD DR Soeselo Slawi. RS diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dengan resiko BBLR untuk menghindari bertambahnya angka kematian ibu dan mengevaluasi tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien preeklamsia. Tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan terhadap masyarakat tentang BBLR dan factor-faktor yang menjadi predisposisi terjadinya BBLR supaya dapat menghindarinya, melakukan screening terhadap pasien hamil yang mempunyai resiko terjadinya BBLR dan menekankan kepada masyarakat bahwa hamil <20 tahun dan >35 tahun adalah sangat beresiko. 5. REFERENSI Damanik, S.M. 2010. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Dewi Vivian NL. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Graha Ilmu Hasdianah, 2014. Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika Istianty, Ari, dkk. 2013. Gizi Terapan.Bandung : PT Remaja Rodakarya Kepmenkes 2012 Kosim Sholeh.dkk. 2007. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Kristiyanasari,Weni. 2010.Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Maryunani,Anik. 2011. Buku Saku Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta : CV Trans Info Media Notoatmadja,Soekijo. 2010. Askeb pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Padila. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012 Pusat Pendidikan Kesehatan 2003 Salmah,dkk.2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Sastroasmoro,Sudigdo,dkk. 2011. Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta : Sagung Seto Sulistyawati,A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Prosiding | 71