VALIDITY OF POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) METHOD IN DIAGNOSING SPONDYLITIS TUBERCULOSIS Yudha Eka Kusuma Y Background: East Java had 55 patients with MDR TB which is treated in two reveral hospital for MDR TB in 2010 and increased 169 cases in every year, especially in East Java. It caused by missed diagnosed and treatment of Spondylitis TB. Diagnosing Spondylitis TB based on clinical, radiological, and acid based bacil still has possibility of missed diagnosed. Recent study used Nucleat Acid amplification, ex. PCR to diagnose spondylitis TB. Method: Observational study to diagnosed Spondylitis TB. We used 11 sample of Spondylitis TB patients which is diagnosed based on clinical and radiological. We had done debridement and biopsy of local pathology. We undergone the PCR for the biopsy with region target DNA gyr B, culture and sensitivity test. This study use cross sectional. Result: PCR has sensitivity 83,33% and specificity 80,0%, NPP 83,0% and NPN 80% and polydrug-resistence 18,2% and multydrug-resistence 9,1%. Summary: Diagnosed using PCR gyr B has high sensitivity in diagnosing Spondylitis Tuberculosis. Keyword: Spondylitis TB, PCR Desember 2009, didapatkan distribusi PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan masalah penderita spondylitis tuberkulosis besar bagi negara-negara berkembang berdasarkan jenis kelamin priasebanyak karena insidens cukup tinggi dengan 53% morbiditas yang serius. Berdasarkan data dengan usia terbanyak antara 30-39 tahun WHO 2010, Indonesia adalah kontributor (47%).4 penderita tuberkulosis nomor 3 di dunia dan perempuan sebanya 47% Tingkat virulensi Mycobacterium setelah India dan Cina. Berdasarkan tuberculosis evaluasi Putut dan Prijambodo di RSUD meningkat. Pada tahun 2003 WHO Dr. Soetomo periode Januari 2007 - menyatakan 1 dari tahun insidens ke tahun TB-MDR meningkat secara bertahap rerata 2% diagnosis tuberkulosis sangat sulit dan pertahun. Aditama kebanyakan baru terdeteksi pada fase mendapatkan resistensi primer 6,86% yang lanjut.10 Studi komparasi oleh Izaak sedangkan resistensi sekunder 15,61%.7 didapatkan hasil untuk mendiagnosa Berdasarkan WHO 2010 tuberkulosis dengan pewarnaan Ziehl diperkirakan prevalensi Multidrug Neelsen memiliki sensitifitas 87,5% dan sebanyak sensitifitas acridine orange mencapai 650.000 kasus dengan kematian karena 100%, tetapi belum dilakukan studi untuk MDR-TB sebanyak 150.000.8 Pada dua uji spesifitas.11 Resistant Penelitian TB tahun (MDR-TB) RS rujukan MDR TB di Jawa Timur PCR dengan gen IS6110 memiliki yaitu RSUD dr Soetomo Surabaya dan beberapa kelemahan yaitu spesifisitas RSU dr Saiful Anwar Malang terdapat 55 yang rendah yang hanya 50% walaupun pasien MDR TB yang diobati pada tahun sensistifitas yang cukup tinggi (83,8%), 2010. Diperkirakan terjadi peningkatan sesuai penelitian Yahya.14,15 169 kasus MDR TB pertahun di Jawa Akhir-akhir ini telah berkembang Timur.8 pemeriksaan PCR dengan berdasar pada Keterlibatan tulang belakang akan gen gyr B H37Rv, yang merupakan regio memperberat morbiditas karena adanya DNA yang conserved, spesifik, high copy potensi defisit neurologis dan deformitas number, dan mewakili strain virulens yang H37R. permanen. belakang adalah Ironisnya tulang lokasi infeksi Sampai saat ini belum diketahui tuberkulosis tulang dan sendi tersering.1 Muller melaporkan validitas PCR yang berbasis gen gyr B adanya H37Rv kesalahan diagnostik dan pengobatan spondilitis TB.9 Turgut ini Tuberculosis terhadap di Micobacterium Indonesia. Pada berpendapat penelitian ini peneliti ingin mengetahui bahwa keterlambatan untuk menentukan validitas PCR berbasis gen gyr B H37Rv diagnosis dan terapi dapat menyebabkan ini kompresi medulla spinalis dan deformitas Tuberkulosis di Indonesia. dapat mendiagnosis pasien pada tulang punggung. Sinan menyatakan METODOLOGI PENELITIAN pengenalan dini sangat diperlukan untuk meminimalisasi deformitas pada tulang punggung dan kerusakan Penelitian ini merupakan suatu saraf.9 penelitian Cormican juga mengemukakan bahwa 2 observasional pada diagnostik spondilitis TB dengan desain hasil PCR diamati dengan gel agarose cross lintang); pada konsentrasi 2% yang mengandung penentuan validitas metode PCR pada etidium bromide dan dielektroforesis penegakan dalam sectional (potong diagnosis spondilitis bufer TBE. Strainreference tuberkulosis; deskriptif virulensi strain virulens Mycobaterium tuberculosis isolasi dari H37Rv digunakan sebagai kontrol positif. spesimen Kontrol negatif: reagensia larutan PCR jaringa biopsi penderita adalah semua tuberkulosis pada penelitian penderita dewasa tuberculosis tanpa DNA template.32 spondilitis tuberkulosis Populasi Mycobaterium di ini Untuk kultur, sampel suspensi spondilitis spesimen RSU diinokulasi pada permukaan medium Dr. Soetomo, Surabaya tahun 2011/2012. padat Dilakukan pengambilan spesimen jaringan yang Lowenstein Jensen, diterima diinkubasi selama 3-8 minggu, setiap 1 minggu ukuran 1 x 1 x 1 cm untuk spesimen dilakukan padat dan volume 3 cc untuk spesimen koloni karakteristik (kering, kasar, putih cair, tehnik biopsi jaringan pada saat krem, granuler seperti bunga kol). Pada operasi pemeriksaan koloni karakteristik dilakukan identifikasi laboratorium TB oleh ahli mikrobiologi secara standar WHO, uji akumulasi reaksi klinik di Laboratorium TB Instalasi positif, uji pertumbuhan pada medium Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo. PNB, Jaringan biopsi dilakukan homogenisasi specimen (jaringan dipotong kecil-kecil secara Pada aseptik dan divortex sampaii homogen), tuberculosis kemudian dilakukan sentrifugasi 10.000 metode kultur proporsional untuk OAT rpm lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampicin dan selama dilakukan 15 menit, dilakukan dilakukan dan BTA positif Mycobaterium koloni pertumbuhan positif dilakukan dinyatakan tuberculosis. Mycobaterium uji kepekaan (R), Ethambutol (E), Streptomycin (S).32 dekontaminasi NALC-NaOH. PCR pengamatan dengan Thermocycler (Perkin Elmer). Kemudian 3 Alur Penelitian Spondilitis Tuberculosis Klinis Laboratorium Anamnesis DL, LED Pemeriksaan Fisik Lymphocyte Radiologi Plain foto MRI Albumin Operatif (Debridement) Spesimen Kultur PCR + Tes kepekaan OAT Analisis Data Kesimpulan PEMBAHASAN Pemeriksaan tuberkulosis, baik Pemeriksaan mycobacterium pengecatan konvensional pulmonal maupun ekstrapulmonal, belum spesifitas memberikan hasil yang sensitifitasnya memuaskan. 4 cukup masih tinggi rendah dengan memiliki namun karena sangat tergantung ketelitian analis yang Mycobacterium menghitung dibandingkan C-reactive protein.6,33 jumlah kuman lewat tuberculosis mikroskop. Pemeriksaan melalui kultur Pada penelitian ini, pada pasien tetap merupakan gold standard dari spondilitis TB didapatkan peningkatan pemeriksaan dengan CRP, LED, dan WBC. Pada penelitian konsekuensi butuh waktu yang lama lain didapatkan peningkatan CRP, LED, untuk WBC berkaitan dengan proses inflamasi, tuberkulosis mendapatkan biakan mycobacterium. kemungkinann proses kerusakan jaringan. Pemeriksaan spondilitis Tetapi hanya 3 (27,3%) diantaranya yang menggunakan menghasilkan ICT TB positif. Hal ini pemeriksaan laju endap darah belum bisa dikarenakan sifat dorman di bawah level memberikan hasil yang diinginkan. Laju deteksi. tuberkulosis dengan endap darah akan meningkat pada infeksi Pada penelitian ini ditemukan yang bersifat kronis maupun faktor-faktor kultur positif 6 (54,5%), kesesuaian lain. Penderita spondilitis tuberkulosis dengan PCR 100 %. Hal ini dikarenakan akan mengalami peningkatan laju endap sifat dorman di bawah level deteksi, darah tindakan yang signifikan karena operasi bermafaat jaringan rusak untuk pemeriksaan biasanya dilakukan saat mengeliminasi gejala klinis berupa massa di tulang intraseluler belakang terlihat, sehingga infeksi sudah penambahan pemeriksaan PBMC dari dikategorikan sebagai infeksi kronis.5 darah penderita. epiteloid, M.tbc diperlukan Pemeriksaan C-reactive protein Dalam mendiagnosis spondylitis akan kehilangan efektivitasnya seiring tuberkulosis, ICT-TB terbukti memiliki dengan perjalanan waktu sejak kuman spesifitas 100% namun sensitifitasnya masuk masih dan mengnfeksi penderita. berkisar 40-50% hingga spondylitis 100%.31,33,34 Pemeriksaan ICT TB tepat tuberkulosis baru diperiksa CRP-nya saat digunakan untuk memperkuat diagnosis sudah didapatkan gejala klinis khas tuberkulosis pada pasien dengan seperti gibbus sehingga fase akut sudah pengecatan BTA positif sambil lama terlewati. Laju endap darah menunggu hasil dari kultur keluar.35,36 memiliki nilai diagnostik yang lebih Pada hasil penelitian ini didapatkan nilai bagus sensitifitas dan spesifisitas ICT TB Umumnya pada penderita infeksi kronis seperti 33,3% dan 100%. 5 Pada penelitian ini didapatkan 3 membutuhkan jumlah sampel yang (27,3%) dengan ICT TB positif disertai sedikit dan bisa dilakukan pada specimen dengan kultur positif dimana diantara yang sudah dimatikan sehingga lebih pasien tersebut aman.11,22 didapatkan resistensi sebanyak 2 (66,7%). Hal ini dikarenakan Pada penelitian ini, didapatkan sifat dorman yang tidak terdeteksi, namun hanya 3 (27,3%) ICT TB positif dimana dapat dideteksi oleh PCR sehingga dapat kesemuanya disertai dengan PCR positif diketahui resistensinya. dan sebaliknya, diantara 11 pasien Pada saat ini pemeriksaan PCR suspect spondilitis TB didapatkan 6 spondilitis untuk (54,5%) dengan hasil positif, dimana mendeteksi Mycobacterium tuberculosis diantaranya 3 (50%) dengan ICT TB sehingga positif. pada tuberkulosis keberadaan penyakit dapat diketahui terlebih dahulu dan pengobatan dapat segera dimulai dkk berpendapat harus bahwa PCR meningkatkan ketepatan menunggu hasil kultur. Sensitifitas dan deteksi tuberkulosis sekaligus sebagai spesifisitas metode yang efisien dari segi waktu dan PCR mycobacterium antara tanpa Bermudez dalam diagnosis tuberculosis 70%-90% biaya.11,33 berkisar layak Dari penelitian yang dilakukan diagnosis oleh Yahya, tehnik PCR menggunakan spondilitis tuberkulosis, saat ini masih IS6110 dapat menegakkan spondilitis dibatasi pelayanan di laboratorium besar tuberkulosis dengan sensitivitas 83,8%, atau laboratorium rujukan.22 spesifisitas digunakan sebagai sehingga sarana Pada hasil penelitian ini metode diperlukan dan spesifisitas PCR.14,15 gyr B yang merupakan regio conserved Mycobacterium tetapi monitoring efektivitas dari sensitivitas PCR digunakan target regio DNA dari spesifik 50%, Pada penelitian ini didapatkan 3 tuberculosis, (27,3%) dengan ICT TB positif dimana didapatkan nilai sensitifitas 83.33% dan diantara spesifisitas 80.0%. Didapatkan juga nilai resistensi sebanyak 2 (66,7%) Dari prediksi positif (NPP) sebesar 83.0% dan penelitian ini didapatkan PCR positif nilai prediksi negatif (NPN) sebesar pada 6 (54,5%) dimana diantaranya 5 80.0%. (83,3%) yang disertai dengan kultur PCR dianggap lebih pasien tersebut didapatkan efisien positif. Dari keseluruhan sampel, hanya 2 karena prosesnya lebih cepat, hanya (18,2%) yang memiliki hasil ICT TB 6 positif dengan kultur positif disertai oleh bakteria M. tbc complex, MOTT, dengan resistensi, dan PCR positif. bacteria Staphylococcus aureus, juga Kepekaan OAT pada isolat dari spesimen biopsi jaringan didapatkan Monodrug-resistence 0%, jamur pada polydrug-resistence pathogen permigatus, persentase seperti Aspergillus Aspergillus niger, dan Candida albicans atau patogen lainnya. persentase Standar baku penegakan diagnose 18,2%, multydrug-resistence persentase spondilitis TB pada awalnya berdasar 9,1%, manifestasi klinis.dan ICT TB. Kemudian dan extensivedrug-reistence persentase 0%. dikarenakan fase dormant, maka standar Laporan penelitian di Indonesia, baku harus ditambah dengan kultur. strain isolasi klinik dari pasien TB paru Diagnostik yang berat, 100% dari 112 pasien TB kelemahan dikarenakan waktu yang lama paru dari berbagai daerah di Indonesia maka PCR gyr B positif, dan 100% homolog dengan PCR. Untuk terapi TB ditemukan dengan strain virulensi M. tbc H37rv resistensi, pada regio gen 1020 DNA gen gyr B PCR gyr B sehingga dapat diketahui regio strain yang menginfeksi dan resistensi gen conserved dan spesifik menunjukkan proses penyakit infeksi TB dengan diagnostik kultur standar sehingga memiliki ditegakkan dikembangkanlah OAT. berat berkaitan dengan strain M. Tbc Virulensi strain M. tbc berkitan virulensi.32 dengan data dari pasien manifestasi Penegakan diagnosis spondilitis spondilitis TB berat, ICT TB, kerusakan TB berdasarkan manifestasi klinis ICT jaringan luas, memiliki sekuens gen gyr B TB homolog dengan sekuens regio DNA ditegakkan dengan penentuan identifikasi specimen M. tbc karena conserved berbeda H37Rv.Pada terapi antimikrobanya; specific M. tbc gen isolasi gyr B pasien penentuan virulensi antara lain PCR gyr memiliki hasil positif PCR gen gyr B dan B atau metode genotyping target gen pada keenam pasien ini memiliki kaitan virulensi yang lain dan penentuan strain virulensi strain resisten OAT . resistensi OAT atau antimikroba. Penegakan diagnosis berdasar SIMPULAN DAN SARAN temuan agent penyebab bakteria atau jamur penting karena infeksi jaringan Simpulan tulang dan sendi juga dapat disebabkan 7 1. PCR (Polymerase Chain Reaction) memiliki sensitifitas 83% dari pasien klinis spondilitis TB nilai di dalam 3. Perlu Chain Reaction) memiliki spesifisitas 80% nilai dalam Jensen. pemeriksaan Ziehl Nielsen pada pembiakan Lowenstein Chain Reaction) memiliki nilai prediksi DAFTAR PUSTAKA positiv 83% dalam penegakkan 1. Kurniawan. A, Sapardan. S, diagnosa spondilitis tuberkulosis. (Polymerase seluruh sediaan kultur yang tumbuh pada tuberkulosis. 4. PCR di dilakukan dengan media (Polymerase kasus pengecatan batang tahan asam penegakkan diagnosa spondilitis 3. PCR Sutomoyang Indonesia. tuberkulosis. (Polymerase Dr. mewakili penegakkan diagnosa spondilitis 2. PCR RSU Tobing, Chain Dohar. S.2006. Spondilitis Tuberkulosis. FKUI- Reaction) memiliki nilai prediksi RSCM. Jakarta. negativ 80% dalam penegakkan 2. Kementrian Kesehatan Republik diagnosa spondilitis tuberkulosis. Indonesia. Pengendalian TB di 5. Ditemukan strain virulensi Indonesia Mendekati dengan PCR gen gyr B positif 6 MDG. dari 11 pasien (54,5%) dengan http://www.depkes.go.id/index.ph karakter p/berita/press-release/857- resistensi Polydrug- Available Target at: http:// resistence sebanyak 18,2% dan pengendalian-tb-di-indonesia- Multydrug-resistence mendekati-target-mdg.html. sebanyak 9,1%. Diunduh tanggal 11 November 2011, 6:49:10. 3. Bhawono. A. 2006. Karakteristik Saran 1. Perlu dilakukan penelitian Spondilitis Tuberkulosis dengan sampel yang lebih besar Rumah dan jangka waktu yang lebih Mangunkusumo dan Rumah Sakit panjang. Fatmawati 2. Perlu dilakukan penelitian untuk Sakit Tahun Departemen meneliti virulensi strain isolasi Traumatologi 8 Dr. di Cipto 2001-2004. Orthopaedi dan Fakultas Kedokteran Universitas Terjadinya Indonesia. Jakarta. Departemen Ilmu 4. Sugiantoro. P, Prijambodo B. 2010. Evaluasi Stabilisasi Anterior TB-MDR. Retrospektif Posterior Pasca Debridement Pada Pulmonologi Kedokteran dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Persahabatan. Jakarta. Penderita Spondylitis Tuberculosa 8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Timur, 2010. Profil Kesehatan Mulai 1 Januari 2007 Sampai 31 Provinsi Jawa Timur 2010 Desember 2009. Universitas 9. Muller, I. 2000. Mistakes in The Airlangga – Rumah Sakit Daerah Diagnosis Dr. Sutomo. Surabaya. Tuberculous Spondylitis. A Case 5. Derese Y., Hailu Treatment 2012. PCR with Orthopaedic Surgery, Bohunice Satndard Culture of Fine Needle Teaching Hospital, Faculty of Aspiration Samples Medicine,Masaryk Diagnosis of of in the Tuberculosis Lymphadenitis. J. Infect Dev University, 73(3):157-160. 10. Cormican G. of Brno. J. Scripta Medica (BRNO). Ctries. 6(1): 53-57. 6. Dietrich Department of E. Comparison Study. and 2003. L, Hammal R, Messenger J, Milburn HJ. 2006. Mycobacterium bovis BCG based Current vaccine Diagnosis and Management of Against Tuberculosis: novel development. J. NCBI. Spinal 21:667-670. 7. Soepandi. Faktor Difficulties Tuberculosis. Med J. 82(963):46-51. P. yang Diagnosis dan Mempengaruhi 9 in the Postgrad