MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis A33YearsOldWomanWithTuberculosisSpondylitis MuhammadMaulana FakultasKedokteranUniversitasLampung Abstrak SpondilitisTuberkulosis(TB)atauPottdiseaseialahsuatuosteomielitiskroniktulangbelakangyangdisebabkanolehbakteri Mycobacterium tuberculosa. Daerah yang paling sering terkena, berturut-turut ialah daerah torakal terutama bagian bawah,daerahlumbaldanservikal1-4.SpondilitisTBdapattimbuldengandefisitneurologispadasekitar10-47%kasus TB.Kasusinimenjelaskanpasienwanitaberusia33tahunyangdatangdengankeluhankelemahanpadakeduatungkaiyang semakin memberat disertai benjolan pada punggung pasien. Pasien memiliki riwayat batuk lama namun tidak pernah mendapat terapi TB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi o 83x/menit, frekuensi napas 22x/menit dan suhu 36,8 C. pada status lokalis didapatkan gibus berukuran 2x3 cm setinggi vertebrae thoracal VII-VIII. Pada pemeriksaan sistem motorik didapatkan penurunan kekuatan otot ekstremitas inferior (4/4). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan LED. Pemeriksaan foto rontgen vertebrae thorakal menunjukkan spondilitis thoracal VII-VIII. Pasien ini didiagnosis paraparese inferior ec spondilitis tuberkulosis. Pasien diberikanOATdanterapisuportiflainnya. Katakunci:Gibus,spondilitistuberculosis,paraparese,Pottdisease. Abstract Tuberculosis (TB) spondylitis or Pott's disease is a chronic osteomyelitis of the spine which is caused by Mycobacterium tuberculosa. The most commonly affected areas is primarily the lower thoracic area, lumbar and cervical regions 1 – 4, respectively.TBspondylitismaypresentswithneurologicaldeficitsinapproximately10-47%ofTBcases.Thiscasedescribes a33-years-oldfemalepatientwhocamewithcomplaintsofweaknessinbothlegswhichwasgettingworse,withalumpon thebackofthepatient.Patienthadahistoryoflong-termcough,butnevergotTBtherapy.Onphysicalexamination,we found the awareness is compos mentis. Blood pressure 110/70 mmHg, pulse 83x/minute, respiratory rate 22x/min and o temperature 36,8 C. The localist status obtained Gibus measuring 2x3 cm on the seventh-eighth thoracic vertebraes. On examinationofthemotorsystem,weobtaineddecreasedmusclestrengthofinferiorlimbs(4/4).Laboratorytestshowed elevated ESR. X-ray examination showed seventh-eighth thoracic vertebraes spondylitis. This patient was diagnosed paraparese inferior ec tuberculosis spondylitis. The patient was given antituberculosis drugs and other supportive therapies. Keywords:Gibus,paraparese,Pottdisease,tuberculosisspondylitis. Korespondensi:MuhammadMaulana,S.Ked,׀[email protected] Pendahuluan Spondilitis Tuberkulosis(TB) atau Pott diseaseialahsuatuosteomielitiskroniktulang belakang yang disebabkan oleh kuman Mycobacteriumtuberculosa.Infeksiumumnya mulai dari korpus vertebra lalu ke diskus intervertebralis dan ke jaringan sekitarnya. Daerah yang paling sering terkena, berturutturut ialah daerah torakal terutama bagian bawah,daerahlumbaldanservikal1-4.1 Menurut World Health Organization (WHO)padatahun2013,terdapat9jutakasus TB baru dan 1,5 juta penduduk dunia meninggal akibat infeksi kuman tuberkulosa. Indonesia menempati peringkat kelima setelah India,Tiongkok, Nigeria dan Pakistan sebagai negara yang memiliki jumlah penderita TB terbanyak, dengan jumlah 410.000 – 520.000 kasus TB.2 Sebanyak 20% penderita TB paru akan mengalami penyebaran TB ke organ di luar paru atau TB ekstraparu atau extrapulmonary tuberculosis(EPTB).3Pada tahun 2007, WHO menyebutkan kasus EPTB sekitar 14%. Lokasi paling umum dari EPTB adalah limfe, pleura dantulangatausendi.DiAmerikaUtara,Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai dewasa, dengan usia rata-rata 4050 tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak (50% kasus terjadi antara usia 1-20 tahun). Spondilitis TB di negara yang memiliki sistem diagnostik dan pelaporan yang baik, jumlah kasusnya dapat mencapai 20-25% kasus TB secara keseluruhan dan mencapai 50% dari seluruhkasusTBtulang.4-8 Spondilitis TB dapat timbul dengan defisit neurologis pada sekitar 10-47% kasus TB. Di negara yang sedang berkembang JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|141 MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi paraplegia non traumatik.9 Berikut akan disajikan sebuah kasus seorang wanita usia 33 tahun dengan parapareseinferioretcausaspondilitisTB. Kasus Pasien wanita berusia 33 tahun, dengan keluhan kelemahan pada kedua tungkaidisertai rasa tebal dan kesemutan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan mulai dari perut bagian atas hingga kedua ujung kaki. Pasien juga mengatakan terdapat benjolankerasdantidakbisadigerakkanpada bagianpunggungyangmunculsebelumpasien mengalami keluhan lemas pada kedua tungkai. Benjolan menyebabkan punggung pasien terasa kaku untuk digerakkan. Pasien pernahmenderitabatukselama1bulantetapi tidak pernah melakukan pemeriksaan dahak dantidakpernahminumobatselama6bulan. Pasien tidak ada keluhan demam. Pasien mengatakanbanyakberkeringatdimalamhari danmengalamipenurunanberatbadandalam satu bulan terakhir. Pasien tidak ada riwayat trauma. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,8oC. Pada status generalis dalam batas normal.Pada status lokalis didapatkan gibus berukuran 2x3 cm setinggi vertebrae thoracal VII-VIII. Pada pemeriksaan sistem motorik didapatkan penurunan kekuatan otot ekstremitasinferior(4/4). Pada pemeriksaan penunjang laboratoriumdidapatkanHb10,1g/dl,LED90 mm/jam, leukosit 8.800/ul, hitung jenis 0/2/0/70/20/8 dan trombosit 427.000/ul. Pemeriksaan kimia darah (profil lipid, ureum kreatinin, asam urat dan elektrolit) dalam batas normal. Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya spondilitis torakal VIIVIII. sore dan malam hari serta adanya riwayat batuk lama (lebih dari 3 minggu). Defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia yang dikenal dengan nama Pott’s paraplegia akibat kompresi medula spinalis. Keluhanbejolanpadapunggungmenunjukkan adanya gibus atau angulasi vertebra akibat spondilitisyangterjadi.10 Pasien ini didiagnosis sebagai paraparese inferior et causa spondilitis tuberkulosa. Terapi yang diberikan berupa terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Pemberian terapi medikamentosameliputicairanRingerLaktat, vitamin B1 B6 dan B12 2 x 1 tablet, Natrium diklofenak 2x25 mg per oral, dan obat antituberkulosis(OAT)RHZE(Rifampisin1x600 mg, Isoniazid 1x300 mg, Pirazinamid 1x1.500 mg, Etambutol 1x1.500 mg). Terapi non medikamentosa meliputi diet tinggi kalori tinggi protein. Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam (ad vitam) dan dubia ad bonam(adfungsionamdanadsanationam). Pembahasan Berdasarkan anamnesis, terdapat defisit neurologis berupa kelemahan pada kedua tungkaipasienyangdirasakanmulaidariperut bagian atas hingga ujung kaki sejak 2 bulan yang lalu, dan makin memburuk tiap harinya. Pasien juga mengeluh adanya benjolan pada punggung belakang yang diperkirakan berasal dari tulang punggung pasien. Benjolan tersebut muncul sebelum timbul keluhan kelemahan pada tungkai pasien.Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan keras danterfiksirdenganukuran2x3cm. Pasien juga memiliki riwayat batuk selama 1 bulan sekitar 6 bulan lalu, namun pasien tidak memeriksakan diri ke puskesmas atas keluhan batuknya ini. Selain itu, pasien mengeluh sering berkeringat di malam hari terutama ketika tidur sehingga pasien beberapa kali mengganti pakaian dan selama 2 bulan terakhir ini pasien mengalami penurunan berat badan yang awalnya 73 kg menjadi68kg. Anamnesis pasien sudah bisa mengarahkanbahwa keluhan paraparese disebabkan spondilitis karena kecurigaan tuberkulosa pada pasien ini. Gambaran adanya penyakit sistemik : kehilangan berat badan, keringat malam, demam yang berlangsung secara intermitten terutama Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weightbearing) dan mempunyai pergerakan yangcukupbesar(mobile)lebihseringterkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakantempatyangpalingseringterkena JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|142 MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis TB tulang (±50% kasus) dengan kecenderungan terjadi defisit neurologis sebanyak 10-47%. Spondilitis TB atau Pott diseaseialahsuatuosteomielitiskroniktulang belakang yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa. Infeksi umumnya mulai dari korpusvertebralalukediskusintervertebralis dankejaringansekitarnya.Daerahyangpaling seringterkenaadalahareatorako-lumbal.1,5,9 Padapemeriksaanfisikdidapatkangibus padatulangpunggungpasiensetinggithoracal VII-VIII serta terdapat kelemahan otot ekstremitas inferior. Penyempitan rongga diskus terjadi karena perluasan infeksi paradiskal ke dalam ruang diskus, hilangnya tulang subkondral disertai dengan kolapsnya corpus vertebra karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi diskus, karena perubahankapasitasfungsionaldariendplate. Suplai darah juga akan semakin terganggu dengan timbulnya endarteritis yang menyebabkantulangmenjadinekrosis.5 Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian tersebut akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan sehingga kemudianakanterjadikolapsvertebradengan sendi intervertebral dan lengkung saraf posterior tetap intak, jadi akan timbul deformitas berbentuk kifosis yang progresifitasnya tergantung dari derajat kerusakan,levellesidanjumlahvertebrayang terlibat.5 KlasifikasimenurutGulhaneAskeriTip Akademisi (GATA) baru-baru ini telah disusun untuk menentukan terapi yang dianggap paling baik untuk pasien yang bersangkutan. Sistem klasifi kasi ini dibuat berdasarkan kriteria klinis dan radiologis, antara lain: formasi abses, degenerasi diskus, kolaps vertebra, kifosis, angulasi sagital, instabilitas vertebra dan gejala neurologis; membagi spondilitisTBmenjaditigatipe(I,II,danIII).11 Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis diantaranya peningkatan LED (90 mm/jam) dan pemeriksaan rontgen vertebra thorakal (AP/Lat) menunjukkan terjadinya spondilitis pada thoracal VII-VIII. Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti adanya tuberkulosa di tulang belakang.Tandaradiologisbarudapatterlihat setelah 3-8 minggu onset penyakit. Tahap awal tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau sudut inferior korpus vertebra, osteoporosis regional yang kemudian berlanjut sehingga tampak penyempitan diskus intervertebralis yang berdekatan, serta erosikorpusvertebraanterioryangberbentuk scallopingkarenapenyebaraninfeksidariarea subligamentous.10 Pada pasien dengan diagnosis spondilitis tuberkulosa juga seharusnya dilakukan pemeriksaan penunjang mantoux test atau Ig anti tuberkulosa untuk memastikanapakahpenyebabkeluhanpasien memang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa.10 Penatalaksanaan utama adalah obat anti tuberkulosa dengan dosis yang disesuaikan dengan berat badan pasien yaitu 68 kg (>60 kg). Sesuai dengan pedoman penatalaksanaan tuberkulosis yang dikeluarkan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), pada pasien diberikan Rifampisin 1 x 600 mg, Isoniazid 1 x 300 mg, Etambutol 1 x 1500mgdanPirazinamid1x1000mgselama masa intensif. TB pulmoner dan ekstrapulmoner mendapatkan regimen terapi yang sama (2HRZE/4HR) namun untuk terapi TB tulang, kemoterapi OAT perlu dilanjutkan hingga9bulankarenasulitnyamenilairespon terapi.10,12,13 Tabel1.KlasifikasispondilitisTBmenurutGATA. 11 JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|143 MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis Sedangkan, untuk pasien dengan lesi vertebra multipel, tingkat servikal, dan dengan defisit neurologis belum dapat dievaluasi, namun beberapa ahli menyarankandurasikemoterapiselama9– 12bulan.14 Pemberian natrium diklofenakyang termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid ditujukan untuk pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondylitis. Obat ini memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik dan antipiretik dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat sehingga mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien.15 Pemberian Vit B1 B6 dan B12 ditujukan untuk suplemen atau terapi suportif, seperti vitamin B1 bermanfaat untuk membantu mengatasi gejala kelelahan karena sifatnya yang dapat berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi dan dapat mengurangi penumpukan asam laktat. B6 diberikan untuk mengantisipasi efek samping dari pemberian rifampisin, sedangkan vitamin B12 dapat membantu pembentukan sel darah merah yang akan digunakan untuk menghasilkan oksigen yang akan diberikan ke seluruh jaringan dan mencegah terjadinya hipoksia terutama sistem persarafan. Kombinasi ketiganya juga dapat mempengaruhi pembentukan serotonin dimana serotonin sangatterlibatdalamprosesrelaksasi.12 Terapi konservatif memberikan hasilyangbaik,namunpadakasustertentu diperlukantindakanoperatif.Tujuanterapi operatif adalah menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan lebih lanjut. Indikasi tindakan operatifantaralain:16-18 a. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secaraklinisdanradiologismemburuk. b. Deformitas bertambah, terjadi destruksikorpusmultipel. c. Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan defisit neurologik, terdapat abses paravertebral d. Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak. Lesi pada daerah ini akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan tidak dapat ditanggulangi hanyadenganOAT. e. Radiologis menunjukkan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik dalamjumlahbanyak. Meskipun beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaaan yangsignifikanspondilitistuberkulosayang diterapi konservatif maupun operatif, namun ada beberapa keunggulan dari JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|144 MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis tindakan operatif. Keunggulan tersebut antara lain kejadian kifosis lebih sedikit, pembebasan jaringan saraf yang terkompresi dengan cepat, nyeri lebih cepat berkurang, tingginya persentasi dari fusi tulang, fusi tulang yang lebih cepat, tingkat relaps yang lebih rendah, dapat kembali beraktivitas lebih cepat dan lebih sedikitkehilanganjaringantulang.19-22 Prognosis ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam karena hal ini dipengaruhiolehkeadaanpasienpadasaat datang masih baik.Prognosis ad fungsionamadalah dubia ad bonam dikarenakansangattergantungdarikondisi pasien sendiri yang dipengaruhi luas lesi yang tidak terlalu besar sehingga pengembalian fungsi diharapkan dapat kembali mendekati semula. Prognosis ad sanationam dubia ad bonam dikarenakan tidak ada faktor resiko yang dapat membuat keadaan pasien makin memburuk tetapi harus selalu diingatkan untukmengkonsumsiOATtepatwaktu. Prognosispasiendenganspondilitis TB dipengaruhi oleh usia, deformitas kifotik, letak lesi, defisit neurologis, diagnosis dini, kemoterapi, fusi spinal, komorbid, tingkat edukasi dan sosioekonomi. Faktor usia muda dihubungkan dengan prognosis yang lebih baik.24 Parthasarathy et al.menyatakan bahwa pasien dibawah 15 tahun dan dengan kifosis lebih dari 30o cenderung tidak responsif terhadap pengobatan. Kifosisberat,selainmemperburukestetika, dapat mengurangi kemampuan bernafas. Diagnosis dini sebelum terjadi destruksi korpus vertebra yang nyata dikombinasi dengan kemoterapi OAT yang adekuat menjanjikan pemulihan yang sempurna pada semua kasus. Adanya resistensi terhadap OAT memperburuk prognosis spondilitis TB. Komorbid lain seperti AIDS memiliki prognosis yang buruk. Sebuah penelitian lain di Nigeria menyebutkan bahwapasiendengantingkatedukasiyang rendah cenderung malas datang berobat sebelum muncul gejala yang lebih berat sepertiparaplegia.25-27 Simpulan Spondilitis Tuberkulosis (TB) atau Pott disease adalah suatu osteomielitis kronik tulang belakang yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosa. Spondilitis TB dapat timbul dengan defisit neurologis.Regimenterapiyangdigunakan sama seperti TB pulmoner yaitu obat antituberkulosa. DaftarPustaka 1. Mumenthaler M, Mattle H. Fundamental of neurology. NewYork: Thieme;2006.hlm.146-7. 2. World Health Organization. Global tuberculosis report 2014. Geneva: WHOPress;2014. 3. World Health Organization. Global tuberculosis control - epidemiology, strategy, financing. Geneva: WHO Press;2005. 4. Agarwal P, Rathi P, Verma R, Pradhan CG. Tuberculous spondilitis: Global lesion. Special issues on tuberculosis [internet]. Bombay: Bombay Hospital; 1999 [diakses tanggal 12 Mei 2015]. Tersedia dari: http://www.bhj.org.in/journal/special_ issue_tb/SP_17.htm. 5. American Cancer Society. Brain andspinal cordtumor inadults [internet]. Atlanta: American Cancer Society; 2009 [diakses tanggal 4 Mei 2015]. Tersedia dari: http://www.cancer.org/acs/groups/cid /documents/webcontent/003088-pdf. 6. Guzey FK. Thoracic and lumbar tuberculous spondylitis treated by posterior debridement, graft placement and instrumentation: a retrospective analysis in 19 cases. J NeurosurgSpine.2005;3:450-8. 7. Hidalgo JA, Alangaden G, Cunha BA, Herchline TE, Gohn JF Jr, Talavera F. PottDisease.Medscape;2014.[disitasi 2015 Mei 12]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/articl e/226141-overview. 8. NataprawiraHM,RahimAH,DewiMM, Ismail Y. Comparation between operative and conservative therapy in JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|145 MuhammadMaulana׀A33YearsOldWomanwithTuberculosisSpondylitis 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. spondylitis tuberculosis in Hasan Sadikin Hospital Bandung. Maj Kedokt Indon.2010;60(7):318-22. Sai Kiran NA, Vaishya S, Kale SS, Sharma BS, Mahapatra AK. Surgical results in patients with tuberculosis of the spine and severe lower-extremity motordeficits:aretrospectivestudyof 48 patients.J Neurosurg Spine.2007; 6:320–6. Aminorf JM, Greenberg AD, Simon PR. ClinicallNeurology. Edisi ke-7. New York: Lange Medical Books/McGrawHill;2005.hlm.155-7. Oguz E, Sehirlioglu A, Altinmakas M, Ozturk C, Komurcu M, Solakoglu C, Vaccaro AR. A new classifi cation and guide for surgical treatment of spinal tuberculosis. International Orthopaedics (SICOT). 2008; 32: 127– 33. Treatment of Tuberculosis: guidelines. Edisi ke-4. Geneva: World Health OrganizationPress;2010. American Thoracic Society, CDC, InfectiousDiseasesSocietyofAmerica. Treatment of tuberculosis. MWRR. 2003;52(RR-11):1–77. Cormican L, Hammal R, Messenger J, Milburn HJ. Current diffi culties in the diagnosis and management of spinal tuberculosis.PostgradMedJ.2006;82: 46-51. HassanSS,YunusSH,LatifA.Studyand improvement of methods for The determination of diclofenac sodium in pharmaceutical preparations. Pak J Pharm.2007-2010;20-23(1&2):7-10. SudjadiCV.Pengaruhpemberiantablet kombinasi vitamin B1, B6, dan B12 terhadap kelelahan otot. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;2010. Cormican L, Hammal R, Messenger J, Milburn HJ. Current difficulties in the diagnosis and management of spinal tuberculosis.PostgradMedJ.2006;82: 46-51. Solomon L, Marwick DJ, Nayagam S.Apley'ssystem of orthopaedics and 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. fracture.Edisi ke-9. London: Arnold; 2010. Sell P. Expert's comment concerning grand rounds case entitled "Posterior listhesis of a lumbar vertebra in spinal tuberculosis" (by Matthew A. Kirkman and Krishnamurthy Sridhar). Eur Spine J.2011;20(1):6-8. Moesbar N. Infeksi tuberkulosa pada tulang belakang. Majalah Kedokteran Nusantara.2006;39(3):279-89. JuttePC,VanLoenhout-RooyackersJH. Routine surgery in addition to chemotherapy for treating spinal tuberculosis. Cochrane Database Syst Rev.2006;1:CD004532. National Collaborating Centre for ChronicConditions.TB(partialupdate) clinical guideline DRAFT (November 2010). Tuberculosis: clinical diagnosis and management of tuberculosis, and measures for its prevention and control. London: Royal College of Physicians;2006. Rasouli MR, Mirkoohi M, Vaccaro AR, Yarandi KK, Rahimi-Movaghar V.Spinal Tuberculosis: Diagnosis and management.AsianSpineJ.2012;6(4): 294-308. Garg RK, Somvanshi DS. Spinal tuberculosis: a review.The Journal of SpinalCordMedicine.2011;34(5):44054. Jain AK. Tuberculosis of the spine a freshlookatanolddisease.JBoneand JointSurg.2010;92(7):905-13. Njoku CH, Makusidi MA, Ezunu EO. Experiences in management of pott’s paraplegia and paraparesis in Medical WardsofUsmanuDanfodiyoUniversity Teaching Hospital, Sokoto, Nigeria. AnnalsofAfricanMedicine.2007;6(1): 22–5. Zuwanda, Janitra R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis.CDK.2013;40(9):661-73. JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|146