BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun banyak pekerja yang cedera, sampai fatality (kematian) akibat kelalaian atau kurangnya peringatan di tempat kerja tersebut, misalkan ketika mereka bekerja pada peralatan atau mesin yang sedang diperbaiki dan tiba-tiba langsung dioperasikan tanpa memberikan informasi sebelumnya atau menayakan terlebih dahulu status atau kondisi terakhir alat tersebut. Kejadian seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta isolasi atau proteksi sementara terlebih dahulu dengan benar (ANSI, 2004). Banyak ditemukan kasus kecelakaan kerja di luar negeri yang berujung pada kematian pekerja dimana kejadian tersebut melibatkan kontak dengan energi yang tidak terkontrol. Berdasarkan investigasi dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA), diketahui bahwa dalam kurun waktu lima tahun hingga tahun 2007 telah terjadi 1.281 kecelakaan fatal. Seratus lima puluh dua kasus dari kejadian tersebut melibatkan pekerjaan instalasi, pemeliharaan, dan perbaikan pada atau dekat dengan mesin-mesin, peralatan kerja, proses produksi atau sistem (OSHA, 2007). Larkin (2008), menyatakan bahwa sebanyak 70% kematian tenaga kerja di Amerika Serikat terjadi akibat LOTO tidak diterapkan oleh tenaga kerja, 5% kasus akibat kegagalan penerapan LOTO, 1% kasus akibat kegagalan mekanis, dan sisanya tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan, 1 2 untuk data secara nasional mengenai tenaga kerja yang mengalami kecelakaan akibat kontak dengan energi berbahaya yang tidak terkontrol tersebut hingga saat ini masih belum ada (Larkin, 2008). Hambatan yang sering dihadapi dalam era industrialisasi sekarang adalah kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat perusahaan, baik pengusaha maupun tenaga kerja akan arti pentingnya K3. Berdasarkan data ILO 2003, ditemukan bahwa Indonesia tingkat pencapaian penerapan K3 di perusahaan masih sangat rendah, dari data tersebut ternyata hanya sekitar 2% (sekitar 317 buah) perusahaan yang telah menerapkan K3 secara baik. Sedangkan 98% (sekitar 14.700 buah) perusahaan belum menerapkan K3 secara baik. Berdasarkan data jamsostek, bahwa pengawasan K3 secara nasional masih belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan yang terjadi, dimana pada tahun 2003 terjadi kecelakaan sebanyak 105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, tahun 2008 sebanyak 96.081 kasus, dan pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan kerja dan sepanjang tahun 2007 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 65.474 kejadian (Tarwaka, 2008). Angka tersebut tentunya masih sangat fantastis dan dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja K3. Dengan demikian, agar masalah K3 dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan pengawasan secara menyeluruh dan berkesinambungan. K3 merupakan salah satu bagian dari upaya perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingikan pada setiap tingkatan proses kerja. Hal tersebut dimaksudkan untuk pemenuhan terhadap tercapainya 3 tujuan penerapan K3 di tempat kerja seperti diamanatkan oleh UndangUndang No. 1 tahun 1970 tentang keselaman kerja, dimana : 1. Setiap tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja harus selalu mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya 2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien 3. Setiap proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan (Tarwaka, 2008) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja penjelasan pasal 11 ayat 2 (a) yang menyatakan bahwa “tindakan pengendalian meliputi pengendalian terhadap kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sekurang-kurangnya mencakup pengendalian terhadap bahan, peralatan, lingkungan kerja, cara kerja, sifat pekerjaan, dan proses kerja”. PT. Bina Guna Kimia Ungaran merupakan salah satu perusahaan manufaktur penghasil pestisida di Indonesia yang dalam proses produksinya tidak lepas dari bahan kimia sehingga perusahaan ini mempunyai potensi bahaya cukup tinggi. PT. Bina Guna Kimia Ungaran sebagai produsen pestisida dengan kapasitas produksi yang besar tentu memerlukan energi yang besar pula agar dapat memenuhi kapasitas produksi yang ada. Energi yang paling besar digunakan dalam proses produksi di PT. Bina Guna Kimia 4 Ungaran diantaranya adalah energi listrik, kimia, energi mekanik (PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016). Keberadaan energi-energi tersebut tentu dapat menimbulkan kecelakaan kerja apabila penggunaannya tidak terkontrol atau terkendali. Salah satu upaya yang dilakukan PT. Bina Guna Kimia Ungaran dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja secara optimal adalah dengan menerapkan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking sebagai upaya pengendalian energi. Penerapan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking bertujuan untuk mengurangi potensi bahaya yang disebabkan oleh energi release. Penerapan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking tersebut dilaksanakan oleh pekerja dari Departemen Produksi dan Departemen Pemeliharaan saat mesin dan peralatan kerja sedang dalam masa perbaikan atau perawatan (PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016). PT. Bina Guna Kimia Ungaran mempunyai pengertian tersendiri terkait Lock Out Tag Out (LOTO), pada umumnya yang dimaksud dengan LOTO sudah mencakup penguncian, penandaan, pengosongan dan pemutusan energi, tetapi di PT. Bina Guna Kimia Ungaran yang dimaksud dengan LOTO adalah kegiatan yang terkait dengan masalah penguncian dan penandaan sedangkan yang terkait masalah pengosongan dan pemutusan energi disebut dengan Line Breaking (PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016). 5 B. Rumusan Masalah 1. Energi apa saja yang ada di PT. Bina Guna Kimia Ungaran? 2. Apa saja potensi bahaya terkait penggunaan dan pelepasan energi secara tiba-tiba? 3. Bagaimana penerapan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking di PT. Bina Guna Kimia Ungaran? 4. Bagaimana pelaksanaan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking di PT. Bina Guna Kimia Ungaran jika dibandingkan dengan Undang-Undang dan standar yang berlaku? C. Tujuan Tugas Akhir Kegiatan tugas akhir di PT. Bina Guna Kimia Ungaran bertujuan untuk: 1. Mengetahui sumber energi apa saja yang terdapat di PT. Bina Guna Kimia Ungaran 2. Mengetahui potensi bahaya apa saja terkait penggunaan dan pelepasan energi secara tiba-tiba. 3. Mengetahui pelaksanaan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking di PT. Bina Guna Kimia Ungaran. 4. Membandingkan pelaksanaan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking di PT. Bina Guna Kimia Ungaran dengan Undang-Undang dan standar yang berlaku. 6 D. Manfaat Tugas Akhir Dari penelitian yang telah penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusaahaan a. Sebagai bahan evaluasi penerapan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking di PT. Bina Guna Kimia Ungaran. b. Memperoleh masukan program K3 dari mahasiswa magang berupa Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking. 2. Bagi Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking. b. Menerapkan kurikulum kompetensi perkuliahan tentang Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja di bidang K3. c. Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking serta sebagai pembanding bagi penelitian lain. 3. Bagi Mahasiswa a. Meningkatkan kualitas kemampuan dalam hal mendata, menilai, merencanakan penanggulangan terhadap potensi bahaya, kerentanan, dan kemampuan penanganan kondisi darurat. 7 b. Sebagai wahana latihan kerja dalam bidang Hiperkes dan Keselamtan Kerja terutama aspek Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking. c. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking sekaligus dapat membandingkan dengan teori yang telah diperoleh dari perkuliahan untuk menghasilkan suatu karya tulis ilmiah.