bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi dalam masa kehamilan sangat penting. Selama kehamilan, terjadi
penyesuaian metabolisme dan fungsi tubuh terutama dalam hal mekanisme dan
penggunaan energi. Selain itu zat gizi yang terkandung dalam makanan akan
diserap oleh janin untuk pertumbuhan dan perkembangannya selama di dalam
uterus. Pada trimester pertama janin membutuhkan zat gizi berupa mikronutrien
penting untuk pembentukan antara lain sistem saraf pusat dan organ-organ vital
(Waryono, 2010; Arisman, 2009).
Sikap yang kurang hati-hati dalam memperhatikan asupan makan dapat
menyebabkan kekurangan zat gizi yang akan berdampak pada ibu maupun janin.
Kekurangan zat gizi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan
turunnya kadar hemoglobin (anemia zat gizi), hiperemesis gravidarum, perubahan
berat badan yang tidak normal dan abortus. Selain pada ibu dapat berefek samping
pada janin seperti kelahiran prematur, kelainan kongenital dan kelainan pada
sistem saraf pusat (Chomaria, 2012; Arisman, 2009).
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kurang gizi pada ibu
hamil antara lain pengetahuan tentang gizi yang kurang, keterbatasan ekonomi,
perilaku yang masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, pemenuhan makanan
berdasarkan pada makanan kesukaan saja, pantangan pada makanan tertentu, tidak
seimbang antara kebutuhan energi dengan intake makanan dan penyakit infeksi.
Sedangkan penyebab kurang gizi pada ibu hamil trimester pertama yang paling
sering terjadi adalah mual muntah kehamilan (emesis gravidarum), penyakit
infeksi, dan status gizi kurang pada prakonsepsi (Chomaria, 2012).
Emesis gravidarum atau mual dan muntah merupakan keluhan yang sering
terjadi pada wanita hamil terutama di trimester pertama. Mual dan muntah pada
kehamilan biasa dikenal dengan morning sickness. Morning sickness dapat terjadi
setiap saat sepanjang hari (meskipun tidak di malam hari saat tidur) dan bukan
merupakan penyakit. Mual dan muntah merupakan karakteristik yang normal dari
1
2
awal kehamilan (Wedro, 2012). Sekitar 20-30% dari wanita hamil akan
mengalami gejala lebih dari 20 minggu, hingga saat persalinan (Gadsby et al.,
1993). Kurang dari 2% wanita dengan gejala mual dan muntah kehamilan akan
berkembang menjadi hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ditandai
dengan
muntah-muntah
yang
berkepanjangan
sehingga
menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, defisiensi nutrisi dan penurunan berat
badan lebih dari 5% dibandingkan berat sebelum hamil. Komplikasi tersebut yang
sering menyebabkan pasien dirawat inap (Verberg et al., 2005). Mual muntah
kehamilan yang hebat (Hiperemesis Gravidarum) merupakan salah satu penyebab
ibu beresiko tinggi kehamilan. Mual muntah kehamilan tanpa komplikasi (Emesis
gravidarum) juga dapat menjadi penyebab ibu beresiko tinggi kehamilan jika ibu
sampai malnutrisi.
Berdasarkan studi prospektif oleh Lacasse et al. (2009), dari 367 wanita
hamil, 78.5% melaporkan mengalami mual dan muntah pada trimester pertama,
52.2% mengalami mual muntah ringan, 45.3% mual muntah sedang, dan 2.5%
mual muntah berat. Arsenault et al. (2002), mengatakan bahwa patogenesis mual
dan muntah pada kehamilan masih kurang dipahami dan etiologinya bersifat
multifaktorial. Penyebab mual dan muntah dapat saja terjadi diantaranya karena
hormonal, gangguan pada saluran gastrointestinal, genitourinaria, sistem saraf
pusat, dan terjadi toksisitas atau masalah metabolik.
Pemilihan pengobatan yang tepat untuk mengatasi mual dan muntah pada
kehamilan sangat penting dilakukan mengingat etiologi mual dan muntah sangat
bervariasi. Apabila penyebab emesis ditemukan, terapi yang dilakukan berbedabeda. Terapi awal pada emesis sebaiknya konservatif disertai dengan perubahan
diet, dukungan emosional, dan terapi alternatif seperti herbal. Terapi farmakologi
diberikan jika mual dan muntah yang terjadi lebih kompleks (hiperemesis
gravidarum)
seperti
pemberian
piridoksin
dan
doksilamin,
pemberian
kortikosteroid oral atau intravena, dan nutrisi parenteral total jika pasien di rawat
inap.
Herbal sebagai unsur natural dapat digunakan untuk mengatasi mual dan
muntah pada awal kehamilan. Jahe (Zingiber officinale R) merupakan tanaman
3
herbal yang banyak terdapat di Indonesia. Jahe biasa digunakan sebagai penyedap
masakan sama seperti cabai dan bumbu-bumbu lainnya. Jahe telah banyak
digunakan untuk mengatasi berbagai variasi kondisi medis termasuk mual dan
muntah (Chrubasik, 2005). Hasil penelitian emesis pada burung dara
menunjukkan aktivitas jahe sebagai antiemetik berada di perifer dan tidak
melibatkan sistem saraf pusat. Efek antiemetik pada jahe dikaitkan dengan
aktivitas kombinasi zingerones dan shogaols yang terkandung dalam jahe (WHO
monographs, 1999). Mekanisme yang tepat dari kerja jahe diketahui memberikan
efek pada gastrik, meningkatkan denyut dan peristaltik sama dengan aksi
antikolinergik dan antiserotonin. Jahe bertindak secara langsung pada saluran
pencernaan dan menghindari efek samping pada sistem saraf pusat yang biasa
terjadi pada kerja antiemetik (Huang, 1991, Micklefield, 1999, Lien, 2003,
Yamahara, 1990, Yamahara, 1989, disitasi dari Bryer, 2005).
Beberapa penelitian menggunakan metode randomized controlled trial
terhadap efektivitas jahe, menyimpulkan bahwa jahe dapat digunakan untuk
mengatasi mual dan muntah pada kehamilan (Vutyavanich et al., 2001; Willetts et
al., 2003; Smith et al., 2004; Chittumma et al., 2007; Pongrojpaw et al., 2007; dan
Ozgoli et al., 2009). Review dan evaluasi dengan studi Evidence base yaitu
diantaranya oleh Bryer (2005) serta Cochrane systematic review untuk intervensi
mual dan muntah pada kehamilan dini pada tahun 2010, juga menyimpulkan
bahwa jahe dapat digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan.
Penelitian tentang efektivitas ekstrak jahe untuk mengatasi mual dan muntah pada
kehamilan di Indonesia dilakukan oleh Ariyanto (2008). Melakukan uji terhadap
wanita hamil dengan 350 mg ekstrak jahe dan kombinasi 350 mg ekstrak jahe
dengan piridoksin yang diberikan 2 kali sehari untuk terapi mual dan muntah pada
emesis gravidarum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe efektif
untuk mengatasi mual dan muntah pada emesis gravidarum.
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan sedang meningkatkan program pelayanan
kesehatan ibu dan anak untuk mencapai target MDG’s yaitu penurunan angka
kematian ibu dan anak serta penanganan gizi buruk. Salah satu programnya adalah
deteksi ibu dengan kehamilan beresiko tinggi. Pada tahun 2011 dari cakupan ibu
4
hamil di wilayah Balikpapan yang berjumlah 13.931 ibu hamil, 2.888 jiwa
terdeteksi beresiko tinggi kehamilan yang dapat menyebabkan komplikasi
kehamilan sampai dengan kematian ibu dan anak (Profil DKK Balikpapan, 2011).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini ingin melihat efektivitas jahe
instan dalam menurunkan kejadian mual muntah serta pengaruhnya terhadap
peningkatan jumlah asupan energi ibu hamil yang mengalami mual dan muntah
kehamilan trimester pertama di kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
B. Perumusan Masalah
1.
Apakah pemberian jahe instan efektif dalam menurunkan kejadian mual
muntah kehamilan trimester pertama?
2.
Apakah pemberian jahe instan dapat meningkatkan asupan energi wanita
hamil dengan mual muntah?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas jahe instan dalam menurunkan kejadian mual muntah
dan peningkatan asupan energi pada ibu hamil trimester pertama.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi
karakteristik
ibu
hamil
trimester pertama
yang
mengalami mual muntah di Kota Balikpapan antara kelompok jahe instan
dengan plasebo.
b. Mengidentifikasi pengaruh pemberian jahe instan untuk menurunkan
kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester pertama di Kota
Balikpapan.
c. Mengidentifikasi pengaruh pemberian jahe instan terhadap peningkatan
rata-rata jumlah asupan energi ibu hamil trimester pertama yang
mengalami mual muntah di Kota Balikpapan.
d. Mengidentifikasi pengaruh usia kehamilan, paritas dan penggunaan
antiemetik atau suplementasi terhadap penurunan kejadian mual muntah
5
dan peningkatan rata-rata jumlah asupan energi ibu hamil trimester
pertama di Kota Balikpapan.
D. Manfaat Penelitian
1.
Ibu hamil
Membantu ibu hamil mengatasi mual muntah maupun mencegah mual
muntah pada trimester pertama kehamilan.
2.
Tenaga kesehatan
Memberikan alternatif terhadap penanganan dan pencegahan mual muntah
(emesis) pada kehamilan trimester pertama selain penggunaan obat-obatan.
3.
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
Membantu meningkatkan program kesehatan ibu dan anak dengan mengatasi
salah satu faktor predisposisi kehamilan beresiko tinggi.
4.
Ilmu pengetahuan
Menambah khasanah kekayaan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan
kesehatan tentang manfaat nutrisetikal (jahe) terhadap manajemen mual muntah
pada kehamilan.
5.
Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan peneliti tentang khasiat jahe untuk manajemen
mual muntah pada kehamilan trimester pertama.
E. Keaslian Penelitian
1.
Vutyavanich et al. (2001), Ginger for Nausea and Vomiting in Pregnancy:
Randomized, Double-Masked, Placebo-Controlled Trial
Melakukan studi dengan tujuan menentukan efektivitas jahe untuk
pengobatan mual dan muntah kehamilan. Metode penelitian adalah randomized
double-masked placebo-controlled trial. Subjek penelitian adalah 70 wanita
dengan mual dan muntah kehamilan, usia gestasi sebelum 17 minggu. Intervensi
pemberian jahe 1 g peroral setiap hari dan placebo. Hasil studi Vutyavanich, et al.,
2001, mual menurun secara signifikan pada kelompok jahe dibandingkan dengan
6
kelompok plasebo. Jumlah episode muntah juga menurun secara signifikan pada
kelompok
jahe
dibandingkan
dengan
kelompok
plasebo.
Skala
Likert
menunjukkan bahwa pada kelompok jahe mengalami perbaikan dalam gejala mual
dibandingkan dengan pada kelompok plasebo (P <.001). Tidak ada efek samping
dari jahe yang terdeteksi pada hasil kehamilan. Kesimpulannya jahe efektif untuk
menghilangkan keparahan mual dan muntah kehamilan. Pengobatan selama 4
hari. Perbedaan pada metode, dosis jahe, populasi, kriteria sampel, jumlah sampel,
instrumen penilai mual muntah, jumlah hari intervensi, penilaian asupan energi.
2.
Willetts et al. (2003), Effect of a ginger extract on pregnancy-induced
nausea: A randomised controlled trial
Melakukan studi dengan tujuan untuk meneliti efek dari ekstrak jahe
(EV.EXT35) pada gejala morning sickness. Metode penelitian double-blind
randomized placebo-controlled trial. Subjek penelitian 120 wanita dengan
kehamilan kurang dari 20 minggu, yang mengalami morning sickness setiap hari.
Intervensi pemberian ekstrak jahe 125 mg (EV.EXT35; sama dengan 1.5 g jahe
kering) atau placebo yang diberikan 4 kali sehari selama 4 hari. Hasilnya mual
secara signifikan berkurang untuk kelompok ekstrak jahe relatif terhadap
kelompok plasebo setelah hari pertama pengobatan. Muntah-muntah juga
berkurang oleh ekstrak jahe meskipun pada tingkat lebih rendah. Tidak ada
pengaruh yang signifikan diamati pada muntah. Tindak lanjut dari kehamilan
menunjukkan rentang normal dalam berat lahir, usia kehamilan, skor Apgar dan
frekuensi kelainan kongenital saat bayi pada kelompok studi dibandingkan dengan
populasi umum. Kesimpulannya jahe dapat dianggap sebagai pilihan pengobatan
yang berguna bagi wanita yang mengalami morning sickness. Perbedaan pada
metode, populasi, kriteria sampel, jumlah sampel, dosis jahe, instrumen penilai
mual muntah, jumlah hari intervensi, penilaian asupan energi.
3.
Smith et al. (2004), A Randomized Controlled Trial of Ginger to Treat
Nausea and Vomiting in Pregnancy
7
Melakukan studi yang bertujuan untuk memperkirakan apakah penggunaan
jahe untuk mengobati mual atau muntah dalam kehamilan adalah setara dengan
piridoksin hidroklorida (vitamin B6). Metode penelitian randomized, controlled
equivalence trial. Subjek penelitian 291 wanita dengan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu. Intervensi pemberian 1,05 g jahe atau 75 mg vitamin B6 setiap
hari selama 3 minggu. Hasilnya jahe setara dengan vitamin B6 dalam mengurangi
mual (mean difference 0.2, 90% confidence interval [CI] 0.3, 0.8), muntah kering
(mean difference 0.3; 90% CI 0.0, 0.6) dan muntah - muntah (mean difference 0.5;
90% CI 0.0, 0.9). Perbedaan pada metode, populasi, kriteria sampel, jumlah
sampel, dosis jahe, instrumen penilai mual muntah, jumlah hari intervensi,
penilaian asupan energi.
4.
Chittumma et al. (2007), Comparison of the Effectiveness of Ginger and
Vitamin B6 for Treatment of Nausea and Vomiting in Early Pregnancy: A
Randomized Double-Blind Controlled Trial
Melakukan studi dengan disain Randomized double-blind controlled trial
terhadap 126 wanita hamil dengan usia kehamilan <16 minggu yang mengalami
mual dan muntah, membutuhkan anti-muntah, tidak memiliki komplikasi medis,
dan tidak dirawat di rumah sakit. Wanita hamil secara acak dialokasikan untuk
menerima baik 650 mg jahe atau 25 mg vitamin B6. Pengobatan diberikan 3 kali
per hari selama 4 hari. Tingkat mual dan muntah dinilai menggunakan Rhodes
Index. Jahe dan vitamin B6 secara signifikan mengurangi skor mual dan muntah
secara berturut-turut dari 8.7 + 2.2
5.4 + 2.0 dan 8.3 + 2.5
5.7 + 2.3, (p <
0.05). Perubahan skor rata-rata setelah pengobatan dengan jahe lebih besar dari
pada dengan vitamin B6 (3.3 + 1.5 versus 2.6 + 1.3), (p < 0.05). Terdapat efek
samping minor pada kedua grup secara berturut-turut yaitu 25.4% dan 23.8% (p =
0.795), seperti sedasi, nyeri ulu hati, aritmia. Perbedaan pada metode, populasi,
kriteria sampel, jumlah sampel, dosis jahe, instrumen penilai mual muntah, jumlah
hari intervensi, penilaian asupan energi.
8
5.
Pongrojpaw et al. (2007), A Randomized Comparison of Ginger and
Dimenhydrinate in the Treatment of Nausea and Vomiting in Pregnancy
Melakukan studi dengan disain Double blind randomized controlled trial
terhadap 170 perempuan hamil yang hadir di klinik antenatal Thammasat
University Hospital dengan gejala mual dan muntah pada kehamilan. Bertujuan
untuk mempelajari khasiat jahe dan dimenhydrinate dalam pengobatan mual dan
muntah di kehamilan. Pasien diacak dalam 2 kelompok yaitu A dan B. Kelompok
A diberikan satu kapsul berisi 0,5 gram bubuk jahe (2 kali per hari) dan kelompok
B diberikan kapsul identik 50 mg dimenhydrinate (2 kali per hari). Skor mual dan
muntah dievaluasi pada hari 0-7 dari pengobatan. Hasilnya, tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam skor mual dan episode muntah pada kelompok A dan
kelompok B pada hari 1-7 dari episode pengobatan. Ada perbedaan statistik yang
signifikan pada efek samping setelah perawatan yaitu mengantuk, lebih besar pada
kelompok B (77.64%) dibandingkan dengan kelompok A (5,88%) (p <0,01).
Perbedaan pada metode, populasi, kriteria sampel, jumlah sampel, dosis jahe,
instrumen penilai mual muntah, jumlah hari intervensi, penilaian asupan energi.
6.
Ozgoli et al. (2009), Effects of Ginger Capsules on Pregnancy, Nausea, and
Vomiting
Melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui efek jahe dalam mual dan
muntah kehamilan. Metode penelitian single blind clinical trial. Subjek penelitian
melibatkan 67 ibu hamil yang mengeluhkan mual dan muntah, usia kehamilan
kurang dari 20 minggu kehamilan. Intervensi pemberian 250 mg kapsul jahe, 4
kali sehari selama 4 hari. Hasilnya, pengguna jahe menunjukkan tingkat perbaikan
yang lebih tinggi dari pada pengguna plasebo (85% versus 56%; p
0.01).
Penurunan episode muntah pada pengguna jahe lebih besar secara signifikan
dibandingkan wanita yang menerima plasebo (50% versus 9%; p
0.05).
Perbedaan pada metode, populasi, kriteria sampel, jumlah sampel, dosis jahe,
instrumen penilai mual muntah, jumlah hari intervensi, penilaian asupan energi.
9
7.
Arianto (2008), Keefektifan Pemberian Ekstrak Jahe dan Kombinasi
Ekstrak Jahe dengan Piridoksin untuk Mual dan Muntah pada Emesis
Gravidarum
Melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan pemberian
ekstrak jahe dan kombinasi ekstrak jahe dengan piridoksin untuk mengurangi
mual dan muntah pada emesis gravidarum. Penelitian prospective randomized
controlled trial. Subjek 105 wanita hamil dengan mual dan muntah, usia
kehamilan kurang dari 17 minggu. Intervensi pemberian ekstrak jahe 350 mg +
piridoksin 37.5 mg 2 kali sehari, ekstrak jahe 350 mg 2 kali sehari, dan plasebo.
Pengobatan selama 5 hari. Hasilnya, mual secara signifikan menurun pada grup
jahe+piridoksin dibandingkan grup plasebo (4,06±1,98 versus 1,31±1,96; p
0,05), pada grup jahe, mual juga menurun secara signifikan dibanding grup
plasebo (3,45±1,20 versus 1,31±1,96; p
0,05). Episode muntah juga menurun
secara signifikan antara grup jahe+piridoksin dibandingkan grup jahe dan grup
plasebo (1,33±1,29 versus 0,82±1,10 versus 0,00±1,02; p
0,05). Perbedaan pada
metode, populasi, kriteria sampel, jumlah sampel, dosis jahe, instrumen penilai
mual muntah, jumlah hari intervensi, penilaian asupan energi.
Sedangkan pada penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen
dengan disain pre-post control group. Intervensi pemberian jahe instan selama 1
minggu. Subjeknya terdiri dari 94 ibu hamil dengan kriteria umur kehamilan
15
minggu, mengeluh mual dan emesis di wilayah Balikpapan, Kal-Tim. Jahe pada
penelitian ini berasal dari daerah Samigaluh, Kulon Progo, DI. Yogyakarta.
Bubuk jahe instan di produksi oleh industri rumah tangga Mekar Jaya, dengan ijin
Dep.Kes RI No.554/3401/2007. Jahe dibentuk menjadi jahe instan yang
mengandung 290 mg sari jahe. Instrumen untuk menilai tingkat mual muntah
menggunakan PUQE indeks atas izin Anais Lacasse (izin terlampir). Pada
penelitian ini juga dilakukan penilaian asupan energi ibu hamil yang mengalami
mual muntah dengan menggunakan repeated 24-h recalls. Penilaian jumlah
asupan energi terdiri dari 2 hari kerja dan 1 hari libur.
Download