pengaruh kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa

advertisement
PENGARUH KELENGKAPAN SUMBER BELAJAR DAN KEMANDIRIAN
SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
Novia Wahyu Wardhani
NIM. K6406043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGARUH KELENGKAPAN SUMBER BELAJAR DAN KEMANDIRIAN
SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
Novia Wahyu Wardhani
NIM. K6406043
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.E.S Ardinarto, M.Pd
Drs.Hassan Suryono,S.H,M.H,M.Pd
NIP 19460727 198003 1 001
NIP 19560515 198503 1 002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi :
Ketua
: Drs. Machmud Al Rasyid, S.H., M.Si.
........................
Sekretaris : Dra. Ch. Baroroh, M.Si.
........................
Anggota I : Drs.E.S Ardinarto, M.Pd.
........................
Anggota II : Drs.Hassan Suryono,S.H,M.H,M.Pd.
........................
Disusun oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Novia Wahyu Wardhani. PENGARUH KELENGKAPAN SUMBER
BELAJAR DAN KEMANDIRIAN SISWA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA KELAS X SMA
NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Februari 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh yang
positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar
siswa, adakah pengaruh positif dan signifikan antara kemandirian siswa terhadap
prestasi belajar siswa, dan adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, yang terdiri dari 10
kelas sebanyak 345 siswa. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan teori
dari Suharsimi Arikunto, dan diperoleh sampel sebanyak 90 siswa yang diambil
secara acak dari tiap kelas. Teknik pengumpulan data untuk variabel kelengkapan
sumber belajar (X1) dan kemandirian siswa (X2) menggunakan metode angket
yang bersifat tertutup, sedangkan data untuk variabel Y diperoleh dengan
menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis regresi linier ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) ada pengaruh yang
positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar
ttabel < thitung (1,980 < 5,113). (2) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kemandirian siswa terhadap prestasi belajar ttabel < thitung (1,980 < 4,749), dan (3)
ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar Ftabel < Fhitung
(3,07 < 22,839).
v
ABSTRACK
Novia Wahyu Wardhani. THE INFLUENCE OF RESOURCE
COMPLETENESS AND INDEPENDENCE AGAINST STUDENT
ACHIEVEMENT CIVIC EDUCATION STUDY IN CLASS X OF SMA
NEGERI 2 SURAKARTA YEARS 2009/2010 STUDIES. Thesis: Surakarta.
Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University.
February 2010.
The purpose of this study was to find out is there a positive impact and
significant between the completeness of learning resources for student learning
achievement, is there a positive and significant influence between students 'selfreliance of students' learning achievement, and is there a positive impact and
significant between the completeness and independence of learning resources for
student achievement Citizenship Education study on the class X students SMA
Negeri 2 Surakarta 2009/2010 school year.
This research was conducted using quantitative research methods.
Population used in this study is all class X students SMA Negeri 2 Surakarta
2009/2010 school year, which consists of 10 classes of 345 students. The
determination of this sample using the theory of Suharsimi Arikunto, and obtained
a sample of 90 students drawn at random from each class. Data collection
techniques for studying the source completeness variable (X1) and the
independence of students (X2) using the questionnaire method is closed, while the
data for the variable Y is obtained by using the method of documentation.
Techniques of data analysis technique used is multiple linear regression analysis.
Based on the research results can be concluded: (1) there is a positive
influence and significance of the completeness of the source of learning for
learning achievement ttabel < thitung (1,980 < 5,113). (2) There is a positive influence
and significance of self-reliance of students on school performance (ttabel < thitung
(1,980 < 4,749), and (3) there was a positive influence and significance of the
completeness and independence of learning resources students together for
learning achievement Ftabel < Fhitung (3,07 < 22,839).
vi
MOTTO
“Sing eling lan waspada”
Artinya :
Pada waktu menghadapi kenyataan atau masalah apapun, dimanapun, dan
bagaimanapun sulitnya, hendaknya kita hadapi dengan kesadaran, kesabaran, dan
ketelitian.
“Alon-alon waton klakon. Gliyak-gliyak waton tumindak”
Artinya :
Untuk mencapai cita-cita atau tujuan, diperlukan keseksamaan, ketekunan,
kewaspadaan, serta kesabaran. Namun kita tidak boleh hanya menunggu dan tidak
berbuat apa-apa sama sekali, karena itu lebih baik kita langsung mulai bekerja
sesuai dengan kemampuan, meski perlahan.
(Sabar Narimo)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan
teladan, kasih sayang dan dukungannya selama ini,
semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan
kemuliaan di dunia dan akhirat,
2. Adik-adik tersayang Muttaqin Rahmat Pangaribawa
dan Lilla Prapdhani Agni Hajma yang selalu
memberikan keceriaan di rumah,
3. Cahya Putra Lelana yang selalu menjadi semangat
bagiku,
4. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung langkahku,
dan
5. Almamater.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karuniaNya, taufiq dan hidayahNya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis merasa memperoleh suatu
kebahagiaan tersendiri. Meskipun demikian tidak berarti penulisan ini tanpa
hambatan, namun setidaknya pula hambatan tersebut dapat diantisipasi dan
diatasi. Hal tersebut tidak lain berkat dorongan, motivasi, dan saran dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk dapat memulai penyusunan
skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan yang
baik dalam pengurusan surat-surat untuk kelancaran penelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah
memberikan kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Muh. Muchtarom, S.Ag., M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
5. Drs.E.S Ardinarto, M.Pd., Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan
dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Drs.Hassan Suryono, S.H., M.H., M.Pd., Pembimbing II yang selalu sabar
dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
7. Dosen Prodi PPKn yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8. Kepala sekolah SMA Negeri 2 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Surakarta.
ix
9. Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Surakarta yang telah
membantu untuk kelancaran dalam penelitian ini.
10. Almamater PPKn angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita, khususnya
bagi kemajuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Surakarta, 22 Februari 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN..............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
ABSTRAK ........................................................................................................
v
ABSTRACK.....................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
BAB I
xv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
6
D. Perumusan Masalah ....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
9
1. Prestasi Belajar ......................................................................
9
2. Kelengkapan Sumber Belajar ...............................................
22
3. Kemandirian Belajar ..............................................................
32
4. Pendidikan Kewarganegaraan ...............................................
36
B. Hasil Penelitian yang relevan ......................................................
39
C. Kerangka Berpikir .......................................................................
40
xi
D. Perumusan Hipotesis ...................................................................
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
43
B. Metode Penelitian .......................................................................
44
C. Populasi dan Sampel ..................................................................
44
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
46
E. Teknik Analisis Data ...................................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .............................................................................
59
1. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Surakarta .........................
59
2. Deskripsi Data Validitas dan Reliabilitas .............................
60
3. Data Variabel Kelengkapan Sumber Belajar ........................
62
4. Data Variabel Kemandirian Siswa ........................................
62
5. Data Variabel Prestasi Belajar ..............................................
63
B. Pengujian Prasyarat Analisis .......................................................
63
1. Uji Normalitas .......................................................................
64
2. Uji Linieritas .........................................................................
65
3. Uji Independensi ...................................................................
66
C. Pengujian Hipotesis ....................................................................
66
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................
68
1. Kesimpulan Pengujian Hipotesis ..........................................
68
2. Penafsiran Hasil Analisis Data ..............................................
70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................
73
B. Implikasi .....................................................................................
74
C. Saran ...........................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
77
LAMPIRAN ......................................................................................................
82
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana waktu penelitian ..................................................................
xiii
44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan alur hubungan antara kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa terhadap prestasi belajar .................................
xiv
42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Hasil uji validitas dan reliabilitas variable kelengkapan
sumber belajar .......................................................................
Lampiran 2.
82
Hasil uji validitas dan reliabilitas variable kelengkapan
sumber belajar ........................................................................
84
Lampiran 3.
Data induk penelitian ............................................................
86
Lampiran 4.
Normalitas X1 ........................................................................
89
Lampiran 5.
Normalitas X2.........................................................................
92
Lampiran 6.
Normalitas Y ..........................................................................
95
Lampiran 7.
Uji linieritas dan keberartian X1 terhadap Y .........................
98
Lampiran 8.
Uji linieritas dan keberartian X2 terhadap Y ......................... 103
Lampiran 9.
Uji Independen X1 dan X2 ..................................................... 108
Lampiran 10.
Mencari nilai t hitung ............................................................ 109
Lampiran 11.
Mencari nilai F hitung ........................................................... 110
Lampiran 12.
Data persiapan regresi linier berganda .................................. 111
Lampiran 13.
Mencari nilai sumbangan relatif dan efektif ......................... 115
Lampiran 14.
Macam-macam sumber belajar di SMA Negeri 2 Surakarta 116
Lampiran 15.
Kisi-kisi angket kelengkapan sumber belajar ....................... 117
Lampiran 16.
Kisi-kisi angket kemandirian siswa ...................................... 118
Lampiran 17.
Kunci jawaban angket ........................................................... 119
Lampiran 18.
Hasil penskoran angket ......................................................... 120
Lampiran 19.
Lembar uji coba angket ......................................................... 121
Lampiran 20.
Tabel product moment .......................................................... 126
Lampiran 21.
Tabel t ................................................................................... 127
Lampiran 22.
Tabel F .................................................................................. 128
Lampiran 23.
Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q
pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta.... ....................... 129
Lampiran 24.
Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan
skripsi/makalah..... ................................................................. 130
Lampiran 25.
Permohonan ijin research/ try out kepada rektor UNS di
xv
Surakarta.... ............................................................................. 131
Lampiran 26.
Surat kepada kepala sekolah SMA Negeri 2 Surakarta untuk
mengadakan try out . ............................................................... 132
Lampiran 27.
Surat keterangan telah mengadakan penelitian di SMA
Negeri 2 Surakarta .................................................................. 133
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah membawa dunia kepada berbagai kemajuan. Seiring
dengan lajunya pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di Indonesia, ternyata membawa dampak pada perkembangan pendidikan. “Modal
utama untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan pengetahuan tersebut adalah
melalui pendidikan dan belajar” (Mudrig Triyanto, 2001: 5). Indonesia sebagai
negara berkembang harus lebih memberikan perhatian yang serius di bidang
pendidikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sehinggga dapat
mengikuti perkembangan dean dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting, karena merupakan
kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan. Hampir semua sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan yang kita miliki diperoleh melalui pendidikan.
Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:
3) yaitu “education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect
changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”.
Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan
sikap dari individu, kelompok atau komunitas.
Pendidikan juga merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan sekaligus merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup
manusia. Dengan pendidikan akan terwujud manusia pembangunan yang dapat
diandalkan. Hal ini sesuai dengan semangat Sistem Pendidikan Nasional, yang
menyatakan bahwa :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 3).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
baik untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga melalui pendidikan
nasional diharapkan potensi peserta didik berkembang sehingga menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dan ada peningkatan taraf hidup manusia
kearah yang lebih baik. Pendidikan yang ada akan mewujudkan manusia
pembangunan yang dapat diandalkan.
Kurikulum dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam kurikulum
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi ada muatan yang wajib dicantumkan,
salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu ilmu dasar yang
membekali siswa untuk melanjutkan studi dan untuk bekal hidup di dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sesuai dengan dimensi-dimensi yang
dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang antara
lain meliputi dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), dimensi
ketrampilan
kewarganegaraan
(civics
skills),
dan
dimensi
nilai-nilai
kewarganegaraan (civics value). Didalam proses pendidikan ini terjadi suatu
pembelajaran.
Pembelajaran di SMA merupakan proses dimana manusia belajar dengan
lebih luas. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik. Di dalam proses pembelajaran ini manusia melakukan aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
2
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman,
ketrampilan, dan nilai sikap. “Perubahan itu bersifat konstan dan membekas”
(W.S. Winkel, 1991: 36). Pendapat yang lain menyatakan “learning is the process
by which an organism changes its behaviour as a result of experience” (Maltby,
1995: 219). Artinya bahwa belajar adalah suatu proses dari perubahan tingkah
laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman. ”Tujuan setiap proses pembelajaran
adalah diperolehnya hasil yang optimal. Dengan optimalisasi proses pembelajaran
tersebut diharapkan para peserta didik dapat meraih prestasi belajar yang optimal
dan memuaskan” (Yulianto Bambang Setyadi, 2002: 160).
Untuk mendukung tercapainya keberhasilan atau prestasi yang baik bagi
siswa, salah satunya adalah dengan belajar. Keberhasilan dan kegagalan belajar
ditandai dengan prestasi yang muncul setelah melakukan suatu usaha
pembelajaran. Kualitas pendidikan erat sekali hubungannya dengan prestasi
belajar. Prestasi belajar yang dicapai setiap siswa tidaklah sama, ada yang
mencapai prestasi tinggi, sedang, dan rendah. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung
mendorong maupun yang menghambat serta faktor-faktor baik itu eksternal
maupun internal. Demikian juga yang dialami dalam memperoleh prestasi belajar.
Prestasi belajar seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling terkait satu dengan yang lain. Sehingga tidak ada faktor tunggal
yang secara otomatis dan berdiri sendiri mempengaruhi dan menentukan prestasi
belajar seseorang. Seperti kelengkapan sumber belajar yang merupakan faktor
eksternal dalam diri siswa dan kemandirian siswa yang merupakan faktor internal
dari dalam diri siswa.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003: 77) sumber belajar
adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan
kepada seseorang dalam belajarnya. Sumber belajar itu dapat berupa media atau
alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Seperti contoh guru, buku
pelajaran, majalah, koran, televisi, dan internet. Sedangkan faktor lain yaitu
kemandirian siswa menurut Suharsimi Arikunto (1990: 108), merupakan
kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada
3
aktivitas dan tanggung jawab siswa tanpa tergantung orang lain. Seorang anak
yang memiliki kemandirian belajar, akan mampu bertanggung jawab, berani
menghadapi masalah dan resiko serta tidak mudah terpengaruh atau tergantung
kepada orang lain. Dengan kemandirian belajar diharapkan siswa lebih banyak
belajar sendiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain, karena itu
siswa perlu memiliki kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya. Kemauan yang keras akan mendorong siswa
untuk tidak lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan, sedangkan disiplin tinggi
diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi kemandirian adalah suatu
kecenderungan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan
masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif tanpa tergantung pada orang
lain. Salah satu indikator kemandirian siswa adalah mau mencari sumber belajar
lain.
Kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa disatu sisi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, namun kelengkapan sumber belajar saja atau
kemandirian siswa ternyata tidak menjamin peningkatan prestasi belajar siswa.
Terbukti banyak sekolah yang menyedikan kelengkapan sumber belajar tidak
disertai dengan prestasi siswa yang gemilang bila tidak diikuti dengan
kemandirian siswa, sebaliknya kemandirian siswa tidak dapat meningkatkan
prestasi belajar bila tidak diikuti dengan kelengkapan sumber belajar.
SMA Negeri 2 Surakarta merupakan sekolah rintisan mandiri dimana
fasilitas serta sumber belajar telah tersedia dan lengkap. Kelengkapan sumber
belajar ini diharapkan dapat membantu para siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Begitu pula dengan kemandirian yang dimiliki para siswa SMA
Negeri 2 Surakarta, kemandirian siswa tersebut diharapkan dapat membantu
mereka untuk menjadi siswa yang mempunyai prestasi belajar yang baik dan
menjadi lulusan yang dapat bersaing dengan lulusan SMA yang lain dalam
mendapatkan pendidikan selanjutnya.
Peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Surakarta dikarenakan ingin
4
mengetahui apakah kedua hal tersebut yakni kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa dapat memberikan pengaruh bagi baik dan buruknya prestasi
belajar siswa-siswi SMA Negeri 2 Surakarta khususnya pada kelas X yang
digunakan sebagai subjek penelitian. Selain itu juga dikarenakan peneliti melihat
bahwa SMA Negeri 2 Surakarta memiliki peluang yang besar untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui kelengkapan sumber belajar baik
yang disediakan oleh sekolah maupun yang dimiliki oleh siswa dan kemandirian
yang ada dalam diri peserta didiknya. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
mengambil judul “Pengaruh Kelengkapan Sumber Belajar dan Kemandirian
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas
X SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah apa saja yang
mungkin terjadi. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor internal
maupun faktor eksternal dari dalam diri siswa yang saling berkaitan satu
dengan yang lain.
2. Intelegensi siswa ikut menentukan dan mempengaruhi prestasi belajar yang
dicapai.
3. Kelengkapan sumber belajar belum menjamin adanya peningkatan prestasi
belajar siswa.
4. Kemandirian siswa perlu ditumbuhkan dan dikembangkan untuk mendukung
peningkatan prestasi belajar siswa.
5. Guru merupakan salah satu sumber belajar tetapi bukan merupakan satusatunya sumber.
6. Sumber-sumber belajar yang lain juga dapat digunakan untuk memperluas
ilmu pengetahuan dan wawasan.
5
7. Bukan hanya sumber belajar yang berpengaruh tetapi juga dibutuhkan
kemandirian siswa sendiri untuk belajar dan mencari sumber belajar lain
sehingga siswa tidak tergantung hanya pada guru.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran
dalam suatu penelitian. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang
ada perlu dipilih mana yang sesuai yang akan diteliti, maka penilitian ini hanya
dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :
1. Objek
Objek dalam penelitian ini antara lain :
a. Kelengkapan sumber belajar,
b. Kemandirian siswa, dan
c. Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA
Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting yang nantinya akan
menjadi penunjuk arah untuk merumuskan suatu hipotesis. Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber
belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas
X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 ?
2. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian siswa
dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 ?
3. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber
belajar dan kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
6
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta
tahun ajaran 2009/2010.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal yang sangat penting. “Tujuan penelitian
adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh
setelah penelitian selesai” (Suharsimi Arikunto, 2002: 51). Berdasarkan
perumusan masalah diatas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan
sumber
belajar
dengan
prestasi
belajar
Pendidikan
Kewarganegaraan,
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kemandirian siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan,
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka adapun manfaat yang akan diperoleh
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai sarana bagi penulis untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi
para pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini antar lain :
7
a. Siswa
Memberi masukan kepada siswa agar dapat memanfaatkan sumber belajar
dengan optimal dan lebih mandiri, sehingga dapat tercapai prestasi belajar
yang baik.
b. Guru dan Sekolah
Memberikan masukan kepada guru dan sekolah agar lebih memperhatikan
kelengkapan sumber belajar dan membangkitkan kemandirian siswa agar
tercapai prestasi belajar yang optimal.
c. Pembaca
Sebagai bahan informasi bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar
i.
Hakikat Prestasi
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha. Menurut
Peter Salim dan Yenny Salim (1991: 190) “Prestasi adalah hasil yang
diperoleh dari sesuatu yang dilakukan”. Prestasi dapat disimpulkan sebagai
hasil akhir yang akan diterima peserta didik setelah dia mengikuti serangkaian
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Seseorang akan mendapatkan prestasi atau hasil akhir yang baik atau
buruk adalah tergantung dari siswa itu sendiri dalam mengikuti proses belajar.
Jika siswa tersebut mengikuti proses belajar dengan baik maka dia akan
mendapatkan prestasi yang baik begitu pula sebaliknya jika dalam proses
belajar siswa tidak mengikuti dengan baik maka prestasi yang akan
diterimanya pun akan buruk. Jadi yang dimaksud dengan prestasi berdasarkan
beberapa pengertian diatas adalah hasil akhir yang diperoleh dari usaha yang
telah dilakukan.
b. Hakikat Belajar
Menurut Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M
(2005: 20) definisi belajar adalah sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi:
“Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”.
Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil
dari pengalaman.
9
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something
themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan:
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Belajar berdasarkan beberapa pengertian diatas mengandung makna
sebagai hasil, proses dan fungsi yang disertai perubahan perilaku yang terjadi
di dalam dan sepanjang kehidupan. Selain pendapat diatas masih ada beberapa
pendapat dari para ahli yang lain. Robert M. Smith dalam bukunya Sudjana
memberikan pengertian sebagai sebuah transformasi pikiran manusia,
perubahan disposisi kemampuan dan perubahan pemahaman, pandangan,
harapan atau pola pemikiran (Sudjana S, 2000: 86). Belajar sebagai sebuah
proses dan sebuah transformasi pemikiran manusia, Smith menjelaskan
bahwa:
“Learning has been variously described as a transformation that
occurs in the brain; problem solving; an internal process that leads to
behavioral change the construction and exchange of personally
relevant and viable meanings; a retained change in disposition or
capability that is not simply ascribable to growth; and a process of
changing insights, outlooks, expectations or through patterns”.
Artinya bahwa belajar berarti : transformasi (pembentukan) yang terjadi dalam
pikiran manusia, dan upaya pemecahan masalah; proses yang terjadi dalam
diri manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku;
pembinaan dan pertukaran keterkaitan antar pikiran manusia dan antar
pengertian yang bermakna; perubahan disposisi atau kemampuan yang
diperoleh manusia, bukan karena pertumbuhan fisik; proses perubahan
pemahaman, pandangan, harapan, atau pola pemikiran (Sudjana S, 2000: 86).
Belajar menurut pengertian diatas mengandung makna sebagai hasil,
proses atau fungsi, sebagaimana disimpulkan Smith bahwa :
10
“Learning then, is an activity of one ho learns. It may be intentional
or random; it may involve acquiring new information or skills, new
attitudes, understandings or values. It usually is accompanied by
change in behavior and goes on throughout life. It is often though as
both processes and out came. Educations can be defined as “the
organized, systematic effort to foster learning, to establish the
conditions and to provide the activities through which learning can
occur”.
Artinya bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara disengaja
ataupun secara kebetulan. Belajar dapat melibatkan kegiatan penguasaan
informasi baru atau keterampilan, berbagai sikap baru, pengertian atau nilai.
Belajar biasanya disertai perubahan perilaku yang terjadi di dalam dan
sepanjang kehidupan. Belajar juga dipandang sebagai proses dan sebagai
hasil. Sehubungan dengan itu, pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
terorganisasi dan sistematik untuk membangkitkan belajar, menumbuhkan
kondisi-kondisi dan menyajikan berbagai kegiatan sehingga belajar dapat
berlangsung (Sudjana S, 2000: 86).
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Hilgrad dan Bower dalam
bukunya Baharudin dan Esa Nur Wahyuni belajar memiliki arti :
1) to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or
study,
2) to fix in the mind or memory, memorize,
3) to acquiretrough experience,
4) to become in forme to find out.
Artinya belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan (Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,
2007: 13).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara
seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya
perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik
11
bersifat
kognitif
(pengetahuan),
afektif
(sikap),
dan
psikomotorik
(keterampilan).
c. Pengertian Prestasi Belajar
Manusia dalam batas-batas tertentu dapat belajar dengan sendiri dan
mandiri tanpa bantuan orang lain, namun dalam batas-batas tertentu manusia
dalam belajar memerlukan bantuan. Hadirnya bantuan dalam pembelajaran
dimaksudkan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan
mengarah pada tujuan. Upaya inilah yang dimaksud dengan pembelajaran.
Pembelajaran yang baik belum dapat menjamin baiknya prestasi belajar,
masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar,
diantaranya adalah peserta didik itu sendiri dan sumber belajar yang tersedia.
Selain itu kemampuan intelektual siswa juga merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Hal ini
yang terjadi dalam kegiatan belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Karena evaluasi dapat menggambarkan berapa besar pencapaian
prestasi siswa.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Belajar mungkin saja terjadi
tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar
hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian prestasi dan belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan
yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan
satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, W.S. Winkel (1996:
162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
12
belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Setelah mengetahui apa itu prestasi dan belajar maka kita tahu
mengenai prestasi belajar. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang
biasanya sesuai dengan tingkat keberhasilannya dalam mempelajari materi
pelajaran dan biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu "faktor intern dan faktor ekstern" (Dimyati &
Mujiono, 2002: 36). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1) Faktor Intern (Berasal dari Dalam Diri Siswa)
a. Sikap terhadap belajar
"Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu,
berarti atau tidak bagi dirinya" (Nana Sudjana, 2000: 48). Adanya
penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikannya. Akibat penerimann, penolakan, atau
pengabaikan kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan kepribadian mereka. Oleh karena itu, ada baiknya siswa
mempertimbangkan masak-masak apa yang menjadi akibat dari sikap
mereka terhadap belajar.
b) Motivasi belajar
Menururt Oemar Hamalik "motivation is a energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions" (Oemar Hamalik, 2000: 173). Motivasi disini merupakan
suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
13
dengan timbulnya suatu perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus agar
keinginan atau dorongan untuk melakukan proses belajar dalam diri
siswa semakin kuat.
c) Konsentrasi belajar
"Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada belajar" (Dimyati & Mujiono, 2002: 239). Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan
waktu belajar serta istirahat.
d) Mengolah bahan belajar
"Mengolah bahan belajar merupakan proses berfikir peserta didik
dalam menjalani pengolahan belajar" (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi,
1991: 40). Mengolah bahan belajar dapat berupa kemampuan siswa
untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran sehingga menjadi
bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai
kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian. serta keterampilan mental dan
jasmani.
e) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan
perolehan
hasil
belajar
merupakan
kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimparn ini dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu
yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil
belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama
berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Penyimpanan hasil belajar
tersebut diharapkan dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang
hayat.
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali
hasil
belajar
yang
tersimpan
merupakan
"proses
mengaktifkan pesan yang telah diterima" (Dimyati & Mujiono, 2002:
14
242). Dalam menerima pesan baru, siswa dapat memperkuat pesan
dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan
yang lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau
membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk unjuk hasil belajar.
g) Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar.
”Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, dapat dilakukan
dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar
yang ditunjukkannya" (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 160).
Kemampuan berprestasi tersebut dipengaruhi oleh proses-proses
penerimaan,
pengaktifan, pengolaan,
serta
pemanggilan
untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman, bila proses-proses tersebut tidak
baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal
berprestasi.
h) Rasa percaya diri siswa
Rasa Percaya diri adalah "suatu keyakinan yang dimiliki seseorang
terhadap dirinya sendiri" (Dimyati & Mujiono, 2002: 245). Siswa yang
memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri dalam belajar akan merasa
yakin bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang menimbulkan
perasaan optimis dalam menghadapi kesulitan khususnya yang
berhubungan dengan pelajaran sekolah.
i) Intelegensi
Intelegensi dapat diartikan sebagai "kemampuan psiko-fisik
untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat" (Wasty Soemanto, 1998: 133). Tingkat
kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
15
j) Kebiasaan belajar
"Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar,
keteraturan belajar maupun suasana belajar merupakan faktor
penunjang keberhasilan belajar peserta didik" (Ahmad Rohani & Abu
Ahmadi, 1991: 161). Dalam kehidupan sehari-hari ada kebiasaan baik
dan ada pula kebiasaan buruk yang dilakukan siswa. Kebiasaan buruk
biasanya disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar
bagi diri sendiri. Pemberian penguatan dalam keberhasilan belajar
dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga
diri siswa.
k) Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan wujud emansipasi diri siswa. "Cita-cita siswa
dapat memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar
siswa" (Dimyati & Mujiono, 2002: 98). Didikan pemilikan dan
pencapaian
cita-cita
sebaiknya
berpangkal
dari
kemampuan
berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan
mengaitkan
pemilikan
cita-cita
dengan
kemampuan
berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuan dirinya sendiri.
l) Kemandirian
Menurut teori kognitif yang diungkapkan oleh Gagne dan Berliner
dalam Sutama “belajar menunjukkan jiwa yang sangat aktif, jiwa yang
mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja
tanpa mengadakan trasformasi” (Sutama, 2001: 144). Menurut teori ini
siswa memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu memecahkan
sesuatu. Siswa secara mandiri mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. “Kemandirian siswa
dalam belajar secara efektif mampu mengacu pada tujuan yang
diharapkan (Holstein, 1986: 3). Dalam melakukan aktivitas belajar,
setiap siswa dituntut kemandirian belajarnya, karena dengan adanya
sikap siswa tersebut siswa akan mencapai hasil belajar atau prestasi
16
belajar yang optimal. Siswa yang memiliki kemandirian mampu untuk
belajar mandiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif,
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar. “Keuntungan
belajar mandiri bagi siswa salah satunya memberikan kemungkinan
untuk maju sesuai pelajaran masing-masing” (Yusuf Hadi Miarso,
1986: 82). Menurut Rahmawati (2003: 87) “kemandirian siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar”. Maka dari itu perlu
dikembangkannya sikap mandiri dalam diri siswa.
2) Faktor Ekstern (Berasal dari Luar Diri Siswa)
a) Guru sebagai pembina siswa belajar .
"Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah" (Syaiful Bahri Djamarah &
Aswan Zain, 1997: 126) Sebagai pengajar guru bertugas mengelola
kegiatan belajar siswa di sekolah. Tugas pengelolaan pembelajaran
tersebut meliputi hal-hal berikut yaitu menjalin hubungan baik dengan
siswa,
menumbuhkan
minat,
perhatian
dan
motivasi
belajar,
mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran
secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif, serta
melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna
bagi masa depan siswa. Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru
mempunyai tanggung jawab membantu peserta didik belajar agar
belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru
dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan
pemanfaatan sumber belajar. Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39),
guru harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber
belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam
pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar
dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai
sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g)
Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari
17
bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan
sumber belajar secara efektif. Adanya kelengkapan sumber belajar
akan mempermudah guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
b) Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,
lapangan olah raga dan lain-lain yang dapat digunakan siswa sebagai
tempat belajar. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku
bacaan, alat dan fasilitas laboratoriun sekolah. "Lengkapnya prasarana
dan sarana pembelajaran akan mendukung proses belajar agar lebih
baik" (Dimyati & Mujiono, 2002: 249).
c) Kebijakan penilaian
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan
tiugkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang
keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Kelulusannya dengan
memperoleh nilai rendah, sedang, atau tinggi. "Keputusan tentang hasil
belajar merupakan umpan balik ,bagi siswa dan bagi guru serta puncak
harapan siswa" (Dimyati & Mujiono, 2002: 252). Secara kejiwaan,
hasil belajar akan mempengaruhi diri siswa. Oleh karena itu, sekolah
dan guru diminta berlaku adil dan bijak dalam menyampaikan
keputusan hasil belajar siswa.
d) Lingkungan sosial siswa
"Lingkungan adalah situasi sekitar tempat pesan disalurkan atau
ditransmisikan (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Suasana
kejiwaan dalam likungan sosial dapat menghambat proses belajar.
Selain itu, lingkungan sosial siswa di sekolah atau di kelas dapat juga
berpengaruh pada semangat belajar siswa di kelas.
e) Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekoiah didasarkan pada suatu kurikulum.
"Kurikulum adalah program belajar untuk siswa sebagai dasar
merencanakan pengajaran" (Nana Sudjana, 2000: 11). Kurikulum
18
disusun berdasarkan tuntutan masyarakat. Dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat, timbul tuntutan kebutuhan baru, sehingga
kurikulum sekolah perlu untuk dirubah. Perubahan kurikulum sekolah
ini akan berpengaruh juga pada siswa, yaitu siswa perlu mempelajari
cara-cara belajar, buku pelajaran, dan sumber belajar yang baru
lainnya agar dapat melakukan proses belajar dengan baik.
f) Sumber Belajar
Hakekatnya pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne (1979: 101)
sebagai upaya yang tujuannya adalah membantu orang belajar.
Peristiwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar dan dukungan kelengkapan sumber
belajar tersebut maka akan dapat dicapai prestasi belajar yang baik.
Menurut Nasution S (2000: 194) “Jika langkah-langkah dalam belajar
mengajar diatur dengan baik, maka belajar mengajar itu akan efesien”.
“Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar
adalah tersedianya sumber belajar yang memadai” (Ahmadi,1998: 72 ).
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sudjarwo S (1988: 49) bahwa
“Makin banyak jenis sumber belajar yang dimanfaatkan, makin
lengkap dan makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem
instruksional, dan makin menyatu dengan komponen-komponen
tersebut maka hasil belajar yang diperoleh akan semakin baik”. Sejalan
dengan Syaiful Bahri D dan Aswan Zain (1997: 19) bahwa “Semakin
lengkap sumber belajar maka semakin banyak alternatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar. Misalnya kurangnya
buku yang tersedia menyebabkan metode mencatat lebih dominan dan
sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual”. Dari
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sumber belajar
berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa.
Salah satu cara untuk mencapai prestasi belajar yang baik, selain
dengan belajar secara efektif dan efisien, perlu juga didukung oleh
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa itu sendiri. Menurut
19
Suyatmi (1999: 87) ”kelengkapan sumber belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar”. Sumber belajar ada berbagai macam bentuk baik yang dibuat
maupun yang dimanfaatkan. Kelengkapan sumber belajar adalah ketersediaan
sumber belajar secara lengkap yang akan memberikan suatu pengaruh positif
dalam pembelajaran dan pada prestasi belajar. Kemandirian disamping
kelengkapan sumber belajar memiliki arti yang sangaat penting dalam
peningkatan prestasi atau hasil belajar. Menurut Agus Ahmadi F (2001: 87)
”kemandirian berpengaruh terhadap prestasi belajar”. Sejalan dengan Mulyasa
”Sumber belajar tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan belajar secara
langsung, maka dalam proses belajar diperlukan kesiapan mental dan
kemauan, serta kemampuan untuk menjelajahi aneka ragam sumber belajar
yang ada dan yang mungkin ada” (Mulyasa, 2002: 51). Menurut Eni Pratiwi
(2004: 90) ”kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar”
e. Indikator Prestasi Belajar
Menurut Wasty Soemanto, beberapa hal yang dapat dijadikan
indikator prestasi belajar ada 5, yaitu "intelegensi (intelligenee) atau tingkat
kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa
(Wasty Soemanto, 1998: 133). Kelima indikator tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Intelegensi siswa
"lntelegensi adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan tugas yang
sukar dan kompleks dengan cepat dan benar, efektif dan efesien."
(Fudyartanto, 2002: 137). Heidenrich yang dikutip oleh Muhibbin Syah
menyatakan "intelligence refers to the ability to learn and to utilize what
has been learned in adjuting to unfamiliar situations, or in the solving of
problems" (Muhibbin Syah, 2003: 142). Intelegensi disini menyangkut
kemampuan belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
usaha penyesuaian tehadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam
pemecahan masalah-masalah.
20
2) Sikap siswa
"Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek orang; barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Wasty Soemanto, 1998: 135). Sikap siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diajarkannya
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran dapat
menimbulkan kesulitan dalam belajar siswa tersebut.
3) Bakat siswa
"Bakat adalah suatu kemampuan seseorang yang kelihatan menonjol,
istimewa jika dibandingkan dengan kemampuan-kemampuannya yang
lain" (Fudyartanto, 2002: 136). Secara umum bakat merupakan
kemampuan
potensial
yang
dimiliki
seseorang
untuk
mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
4) Minat siswa
Minat dimiliki oleh setiap siswa. "Secara sederhana minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap, sesuatu" (Wasty Soemanto, 1998: 136). Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang studi tertentu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
suatu pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada
siswa lainnya. Perhatian ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat
dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
5) Motivasi siswa
"Motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu" (Fudyartanto, 2002:
137). Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
21
tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
2. Kelengkapan Sumber Belajar
a. Pengertian Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan proses yang tidak terlepas dari
komponen- komponen yang saling berinteraksi. Salah satu komponen dalam
proses tersebut adalah sumber belajar. Dalam batas-batas tertentu manusia
dapat belajar dengan sendiri dan mandiri tanpa bantuan orang lain, namun
dalam batas-batas tertentu manusia dalam belajar memerlukan bantuan pihak
lain. Hadirnya orang lain dalam pembelajaran dimaksudkan agar belajar
menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan mengarah pada tujuan,
upaya inilah yang dimaksud dengan pembelajaran. Pembelajaran yang baik
belum dapat menjamin baiknya prestasi belajar, masih ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar, diantaranya adalah peserta didik
itu sendiri. Hakekatnya pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne sebagai
upaya yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Peristiwa pembelajaran
terjadi apabila peserta didik secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar.
Dalam pengertian sederhana, sumber belajar adalah guru dan bahanbahan pengajaran atau bahan pelajaran, baik buku-buku bacaan atau
semacamnya. Dalam arti luas yang dimaksud sumber belajar adalah segala
daya yang dapat digunakan untuk kepentingan proses atau aktifitas pengajaran
baik secara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik
(lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.
Mulyasa berpendapat bahwa "sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses
belajar mengajar" (Mulyasa, 2002: 48). Suatu sumber belajar adalah "suatu
lingkungan belajar yang dirancang khusus, dengan maksud membangkitkan
semangat siswa untuk menggunakan berbagai media pembelajaran, mengajak
mereka untuk terlibat dalam kegiatan belajar yang berubah-ubah dan dapat
22
menerima tanggung jawab yang lebih besar dalam hal belajar mereka"
(Latuheru, 1988: 87). Dengan kata lain bahwa segala yang mendatangkan
manfaat atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah kearah yang
lebih positif, dinamis, atau menuju perkembangan dapat disebut sumber
belajar.
Sumber belajar dalam pengajaran adalah segala apa (daya,
lingkungan, pengalaman) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses
atau kegiatan pengajaran secara lebih efektif dan dapat memudahkan
pencapaian tujuan pengajaran atau belajar tersedia (segala disediakan atau
dipersiapkan), baik yang langsung maupun tidak langsung, baik yang konkrit
atau yang abstrak (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 154).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sumber
belajar adalah segala macam apa yang ada diluar diri seseorang yang
memudahkan dan mendukung proses atau kegiatan pengajaran untuk
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
b. Peranan Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai peran yang sangat erat dengan
pembelajaran yang dilakukan, adapun peranan tersebut dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1) Peranan sumber belajar dalam pembelajaran Individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan
sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat
pembelajaran individual adalah pada peserta didik, sedang guru
mempunyai
peranan
sebagai
penunjang
atau
fasilitator.
Dalam
pembelajaran individual terdapat tiga pendekatan yang berbeda yaitu :
a) Front line teaching method, dalam pendekatan ini guru berperan
menunjukkan sumber belajar yang perlu dipelajari.
b) Keller Plan, yaitu pendekatan yang menggunakan teknik personalized
system of instruksional (PSI) yang ditunjang dengan berbagai sumber
berbentuk audio visual yang didesain khusus untuk belajar individual
23
c) Metode proyek, peranan guru cenderung sebagai penasehat dibanding
pendidik, sehingga peserta didiklah yang bertanggung jawab dalam
memilih, merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan belajar.
2) Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Klasikal
Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang dipergunakan adalah
komunikasi langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar
sangat tergantung oleh kualitas guru, karena guru merupakan sumber
belajar utama. Sumber lain seolah-olah tidak ada peranannya sama sekali,
karena
frekuensi
belajar
didominasi
interaksinya
dengan
guru.
Pemanfaatan sumber belajar selain guru, sangat selektif dan sangat ketat di
bawah petunjuk dan kontrol guru. Peranan Sumber Belajar secara
keseluruhan seperti terlihat dalam pola komunikasinya selain guru rendah.
Keterbatasan
penggunaan
sumber
belajar
terjadi
karena
metode
pembelajaran yang utama hanyalah metode ceramah. Perhatian yang
penuh dalam belajar dengan metode ceramah (attention spannya) makin
lama makin menurun drastis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan SOVOCOM COMPANY di Amerika dalam Sardiman A.M
(2005: 155-156), tentang kemampuan manusia dalam menyimpan pesan
adalah : verbal (tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio
visual 50%. Tetapi kalau proses belajar hanya menggunakan methode (a)
Membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10% (b)
Mendengarkan saja pengetahuan yang mengendap hanya 20%. (c) Melihat
saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Dan (e) Mengungkapkan
sendiri pengetahuan yang mengendap bisa 80%. (f) Mengungkapkan
sendiri dan mengulang pada kesempatan lain 90%. Dari penjelasan
tersebut diatas, bahwa guru harus pandai memilih dan mengkombinasikan
metode pembelajaran dengan belajar yang ada.
3) Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Kelompok
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menyajikan dua pola
komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam belajar yaitu pola
24
a) Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh
peserta didik untuk didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar
yang digunakan adalah materi yang digunakan sebelumnya.
b) Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol guru), sumber
belajarnya antara lain adalah bab dari suatu buku, materi dari program
audio visual, atau masalah dalam praktek laboratorium.
c) Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya
adalah masalah yang ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat
bab dari buku, topik masalah dan tujuan instruksional tertentu.
d) Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar
anggota kelompok dengan cara mengenai suatu proyek oleh tim.
e) Simulasi
(persentasi
untuk
menggambarkan
keadaan
yang
sesungguhnya).
f) Micro teaching, (proyek pembelajaran yang direkam dengan video).
g) Self helf group (kelompok swamandiri).
c. Fungsi Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki fungsi penting dalam proses belajar.
Sumber belajar memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan
waktu secara lebih baik dan
b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara:
a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
25
b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; dan
b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; dan
b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang pentingnya
kelengkapan sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil
pembelajaran siswa.
d. Klasifikasi Sumber Belajar
Wallington dalam bukunya Job in Instruction Media Study
menyatakan bahwa "peran utama sumber belajar adalah membawa atau
menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa" (Nana Sudjana & Ahmad
Rivai, 2003: 78). AECT (Association of Education Communication
Technology) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam. yaitu :
1)
2)
3)
4)
Message (pesan), yaitu informasi atau ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data.
Termasuk dalam komponen pesan adalah semua bidang studi atau
mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta
didik.
People (orang), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan,
pengola, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini adalah guru,
dosen, tutor, dan peserta didik.
Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan
untuk disajikan melalui penggunaan alat atau perangkat keras
ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk
kategori materials seperti transparansi, slide, film, video, modul,
majalah, dan buku.
Device (alat), yaitu sesuatu (perangkat keras) yang digunakan
untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
26
5)
6)
Misalnya : overhead projector, slide, video, tape recorder, radio,
dan televisi.
Technique (teknik), yaitu prosedur yang dipersiapkan untuk
penggunaan bahan, peralatan, orang, dnn lingkungan untuk
menyampaiknn pesan. Misalnya : pengajaran berprogram,
simulasi demonstrasi, tanya jawab, dan CBSA.
Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana
pesan disampaikan, baik lingkungan fisik seperti ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, maupun lingkungan
non fisik misalnya suasana belajar itu sendiri : tenang, ramai, dan
lelah. (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 155).
Sedangkan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengklasifikasikan
sumber belajar sebagai berikut:
1) Sumber belajar tercetak : buku, majalah, brosur, koran,
ensiklopedi, kamus, dan lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak : film, slides, video, transparansi, dan
sebagainya.
3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas : perpustakaan, ruang
belajar, lapangan olah raga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok,
observasi, permainan, dan lain-lain.
5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat : teman, terminal,
pasar, toko, pabrik, museum, dan lain-lain. (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai, 2003: 80).
Belajar yang mengutamakan sumber belajar adalah sistem belajar
yang berorientasi pada siswa untuk belajar secara individual. Sistem belajar
ini akan memungkinkan keseluruhan kegiatan belajar dilakukan dengan
menggunakan sumber belajar baik manusia maupun non manusia dalam
situasi belajar yang diatur secara efektif. Dalam hal ini sumber belajar yang
dimaksud adalah segala sesuatu diluar diri siswa yang dapat digunakan siswa
dalam membantu belajarnya, memotivasi siswa untuk belajar, dan
mempernudah siswa dalam mencapi tujuan belajarnya. Sumber belajar ini
meliputi guru sebagai penyaji pesan dan teknik yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, bahan atau alat yang digunakan baik berupa buku
pegangan dan buku penunjang pendidikan kewarganegaraan serta lingkungan
belajar siswa di sekolah.
27
e. Memilih Sumber Belajar
Memilih sumber belajar harus didasarkan pada kriteria
tertentu.
Menurut Sudjana dan Rivai ada dua kriteria, yaitu "kriteria umum dan kriteria
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai" (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,
2003: 84). Adapun kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:
1) Kriteria umum
Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih berbagai sumber
belajar, misalnya :
a) Ekonomis dalam pengertian murah
Ekonomis tidak berarti harganya selalu harus murah. Bisa saja dana
pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi, sehingga harganya mahal
tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang, maka itu sudah termasuk
terhitung murah.
b) Praktis dan sederhana
Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan
sampingan yang sulit dan langka. Sedangkan sederhana maksudnya
tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus
yang rumit. Semakin praktis dan sederhana sumber belajar itu,
semakin perlu diprioritaskan untuk dipilih dan digunakan.
c) Mudah diperoleh
Mudah diperoleh, artinya sumber belajar itu dekat tidak perlu diadakan
atau dibeli di toko atau pabrik. Sumber belajar yang tidak dirancang
lebih mudah diperoleh asal jelas tujuannya dan dapat dicari di
lingkungan sekitar.
d) Bersifat Fleksibel
Fleksibel
artinya
bisa
dimanfaatkan
untuk
berbagai
tujuan
instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya
kemajuan teknologi, nilai, budaya, keinginan berbagai pemakai sumber
belajar itu sendiri.
28
e) Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan
Komponen-komponen yang sesuai dengan tujuan merupakan kriteria
yang paling penting. Sering terjadi sumber belajar mempunyai tujuan
yang sesuai, pesan yang dibawakan juga cocok, tetapi keadaan fisik
tidak terjangkau karena di luar kemampuan disebabkan oleh biaya
yang tinggi yang tidak dapat terjangkau dan banyak memakan waktu
sehingga pemanfaatannya tidak efektif dan efisien.
2) Kriteria berdasarkan tujuan
Beberapa kriteria sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain adalah:
a) Sumber belajar untuk memotivasi
Sumber belajar untuk memotivasi ini sangat berguna untuk siswa yang
lebih rendah tingkatannya, karena penggunaannya dimaksudkan untuk
memotivasi mereka terhadap mata pelajaran yang diberikan agar
prestasinya dapat meningkat lebih baik.
b) Sumber belajar untuk tujuan pengajaran
Sumber belajar yang digunakan untuk tujuan sumber belajar ini adalah
untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Kriteria ini dipakai untuk
memperluas bahan pelajaran, melengkapi berbagai kekurangan bahan,
dan sebagai kerangka mengajar yang sistematis bagi para guru.
c) Sumber belajar untuk penelitian
Sumber belajar untuk penelitian ini merupakan bentuk yang dapat
diobservasi, dianalisis, dan dicatat secara teliti. Jenis sumber belajar ini
diperoleh langsung dari masyarakat.
d) Sumber belajar untuk memecahkan masalah
Sumber belajar untuk memecahkan masalah memiliki beberapa ciri
yang harus diperhatikan, misalnya sebelum mulai perlu diketahui,
apakah masalah yang dihadapi sudah cukup jelas sehingga bisa
diperoleh sumber belajar yang tepat? Apakah bisa disediakan? Dimana
bisa memperolehnya? Kesimpulan : benarkah atau tepatkah keputusan
yang diambil terhadap sumber belajar itu?
29
e) Sumber belajar presentasi
Sumber belajar presentasi disini lebih ditekankan kepada arti sumber
sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan. fungsi sumber
belajar ini sebagai strategi, teknik, atau metode (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai, 2003: 84-86).
Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik untuk belajar
yang dirancang maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
f. Indikator Kelengkapan Sumber Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 515-516) lengkap
yaitu segala-galanya telah tersedia dengan sempurna sedangkan kelengkapan
berarti hal yang lengkap atau kekompletan. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kelengkapan sumber belajar adalah tersedianya segala
macam apa yang ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung
proses atau kegiatan pengajaran untuk memperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Sumber belajar tidak terebatas pada sarana yang dirancang tetapi
juga mengarah kepada dua hal yaitu pemanfaatan sumber belajar, dan
pengelolaan sumber belajar yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan
pembelajaran.
Suatu
faktor
yang
menyebabkan
rendahnya
kualitas
pembelajaran menurut Mulyasa antara lain ”belum dimanfaatkannya sumber
belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun peserta didik” (Mulyasa,
2002: 47). Indikator kelengkapan sumber belajar adalah sebagai berikut :
1) Kelengkapan buku acuan atau buku penunjang
Guru memegang peranan penting dalam sebuah proses belajar mengajar,
tetapi siswa juga dituntut agar dapat memanfaatkan sumber-sumber yang
ada. Dengan demikian siswa tidak tergantung pada guru dan dapat belajar
dengan baik tanpa didampingi oleh guru selama proses belajar
berlangsung. "Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, peserta didik
dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam
kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber
30
belajar yang diperlukan" (Mulyasa, 2002: 47). Berdasarkan Permendiknas
No. 2 (2008: 4) “Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik
dan peserta didik dalam proses pembelajaran”. Schorling dan Batchelder
(1956) memberikan empat ciri buku teks yang baik, yaitu :
a) Direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman sebagai buku
teks yang baik;
b) Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan
kebutuhan masyarakat;
c) cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan latihan/tugas; dan
d) memuat ilustrasi yang membantu siswa belajar.
2) Pemanfaatan Perpustakaan
Salah satu sumber belajar yang cukup mendukung adalah perpustakaan.
Siswa diharapkan dapat memanfaatkan sumber belajar karena menurut
Mulyasa "pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah
penting, karena keefektifan proses pembelajaran ditentukan oleh
kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada"
(Mulyasa, 2002: 50).
3) Kondisi Lingkungan Non Fisik
Lingkungan non fisik juga sangat mendukung proses belajar siswa, karena
suasana yang ramai akan menganggu konsentrasi sebagian siswa.
Sebaliknya suasana yang tenang atau damai akan memberi kemudahan
kepada siswa dalam belajar. Lingkungan non fisik misalnya suasana
belajar itu sendiri yang meliputi ”Suasana tenang, ramai, lelah dan
sebagainya” (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 155).
4) Sumber Belajar Non Cetak
Sumber belajar non cetak misalnya : film, slides, video, transparansi,
realita, objek, dan lain-lain" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80).
Sumber ini dapat digunakan di sekolah maupun di rumah. Melalui sumber
ini siswa dapat melatih nalar dan mengembangkan pemahamannya melalui
pembelajaran dengan melihat secara langsung.
31
5) Orang sebagai penyampai pesan
"Orang sebagai penyampai pesan adalah orang yang menyimpan informasi
atau menyalurkan informasi" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80).
Orang yang menyampaikan pesan secara langsung seperti guru, konselor,
administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan
belajar.
6) Teknik penyampaian pesan
Teknik penyampaian pesan adalah "prosedur yang disiapkan dalam
mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk
menyampaikan pesan" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Teknik
penyampaian pesan juga dapat berupa "langkah-langkah operasional untuk
menelusuri secara lebih teliti menuju pada penguasaan keilmuan secara
tuntas" (Mulyasa, 2002: 50).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan sumber belajar lengkap apabila
ada kelengkapan buku acuan atau buku penunjang, pemanfaatan perpustakaan,
kondisi lingkungan non fisik, sumber belajar non cetak, orang sebagai
penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan.
3. Kemandirian Belajar
i.
Hakikat Kemandirian
Kemandirian merupakan sebuah bentuk kepercayaan pada diri
sendiri untuk mengorganisir, mengembangkan dan menyelesaikan berbagai
masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh seseorang. Perilaku mandiri adalah
sebuah bentuk perilaku yang dapat berdiri sendiri dan tanpa tergantung pada
orang lain. (Drost 1995: 7).
Schultz Doane, (1995: 44) menyebut bahwa kemandirian sebagai
bentuk perilaku yang sehat, yang mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai
suatu kebutuhan fundamental. Kecenderungan aktualisasi diri ini mendorong
individu menuju ke satu tingkat kedewasaan berikutnya, yang diikuti oleh
pertumbuhan dan penyesuaian diri.
32
Menurut Hoistein yang dikutip oleh Ali Imran juga menyatakan
sebagai berikut kemandirian menandakan sesuatu dengan tidak adanya
ketergantungan dan perlunya kebebasan bagi munculnya keputusan, penilaian,
pendapat, dan pertanggungjawaban. Kemandirian juga dapat terungkap
sebagai keswakaryaan atau diartikan bekerja sendiri dengan inisiatif sendiri
(Ali Imran, 2000: 202). Sementara itu Anwar Hartoyo yang dikutip oleh
Nasution memberikan definisi belajar mandiri sebagai suatu sistem, yaitu
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri
yang dimiliki oleh siswa dan disesuaikan dengan keadaan perorangan siswa
yang melipuli antara lain : kemampuan, kecakapan belajar, kemauan, minat,
waktu yang dimiliki, dan keadaan sosial ekonominya (Tamrin Nasution, 1986:
175).
Sistem belajar mandiri diharapkan dapat membuat siswa lebih
banyak belajar mandiri atau dengan bantuan seminimal mungkin dari orang
lain. Siswa perlu mempunyai kemauan yang kuat serta disiplin yang tinggi
dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Kemauan yang keras akan
mendorong siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan
belajarnya. Sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya siswa selalu
belajar sesuai dengan jadwal waktu yang diaturnya sendiri.
Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib yang dikutip oleh
Zainun Mu’tadin, meliputi "perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan dapat melakukan
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain" (Zainun Mu'tadin, 2002: 01).
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang dikutip oleh
Zainun Mu'tadin yang mengatakan bahwa "kemandirian adalah "hasrat untuk
mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri" (Zainun Mu'tadin, 2002: 01)
Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah suatu bentuk kebebasan siswa dalam mengidentifikasi dirinya yaitu
mampu menemukan kompetensi, mampu mengaktualisasikan diri secara
bertanggung jawab dan mampu melakukan yang lebih. Kemandirian
merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama
33
berlangsungnya perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungannya,
sehingga individu tersebut pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak
sendiri tanpa tergantung kepada orang lain.
ii.
Indikator Kemandirian
Perilaku mandiri memiliki beberapa ciri tertentu. Drost (1995: 152)
mengungkapkan bahwa ciri orang yang mandiri antara lain :
1) Menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik yang berbeda
dari yang lain,
2) Pengorbanan tujuan-tujuan material dan sifat kepribadian akan
mendorong seseorang mencapai tujuan,
3) Integrasi diri dengan lingkungan, dan
4) Aktualisasi yang merupakan ungkapan dari kepribadian individu.
Sejalan dengan itu, Schultz Doane (1995: 159) mengemukakan
bahwa eksistensi manusia yang sehat memiliki ciri-ciri spiritualitas, kebebasan
dan tanggung jawab. Spiritualitas sebagai konsep tidak dapat diungkapkan,
namun dapat dipikirkan sebagai roh atau jiwa. Kebebasan sebagai suatu hal
yang tidak dapat di kendalikan oleh faktor non spiritual, insting maupun
kondisi lingkungan, namun kebebasan digunakan untuk mengembangkan diri
secara penuh. From dalam Schultz Doane (1995: 162), mengemukakan bahwa
perilaku mandiri memiliki ciri adanya tanggung jawab, inisiatif yang tinggi,
kebebasan berkreasi, integritas dan identitas yang jelas yang bermuara pada
ide-ide baru yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Sedangkan
menurut Emil Salim seseorang dikatakan mempunyai kemandirian apabila
mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Bebas, yakni timbulnya tindakan atas kehendak sendiri bukan
karena orang lain, bahkan tidak tergantung pada orang lain
2) Progresif dan ulet, seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh
ketekunan, merencanakan, dan mewujudkan harapan-harapannya
3) Berinisiatif, yakni mampu berfikir dan bertindak secara orisinil,
kreatif dan penuh inisiatif.
4) Pengendalian diri dari dalam, yaitu adanya kemampuan mengatasi
masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya, serta
mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
34
5) Kemantapan diri mencakup aspek percaya pada diri sendiri dan
memperoleh kepuasan atas usahannya sendiri. (Emil Salim, 1991:
31).
Kemandirian perlu ditanamkan pada diri anak sejak kecil agar anak
terbiasa hidup mandiri. Kemandirian merupakan unsur penting dalam setiap
kegiatan belajar. Siswa yang mandiri dalam menghadapi permasalahan tidak
akan mudah putus asa dan pantang menyerah, karena dengan kemampuan
yang dia miliki dan kepercayaan yang ada pada dirinya maka dia akan
memiliki inisiatif untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya
tanpa tergantung pada orang lain.
Ciri-ciri kemandirian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan
mengenai indikator kemandirian siswa dalam belajar yaitu sebagai berikut :
1) Memiliki Inisiatif yang tinggi
Yaitu mampu berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan penuh
inisiatif seperti contoh memanfaatkan waktu luang dengan baik.
2) Pengendalian diri dari dalam
Yaitu adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, mampu
mengendalikan tindakannya, mampu berintegrasi dengan lingkungan serta
mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
3) Memiliki integritas dan identitas yang jelas
Yaitu progresif, ulet, bertanggung jawab dan menyadari bahwa dirinya
adalah individu yang unik yang berbeda dari yang lain.
4) Mampu mengaktualisasikan dirinya,
Yaitu mampu menampilkan hal-hal baru yang aktual dan tidak mengikuti
gaya orang lain.
5) Kebebasan berkreasi dan berinovasi,
Yaitu timbulnya tindakan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain,
bahkan tidak tergantung pada orang lain.
6) Percaya diri
Yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri
Siswa yang memiliki kemandirian belajar bukan berarti tidak
membutuhkan orang lain dalam belajar, tetapi dalam hal ini dia cenderung
35
untuk mendayagunakan segenap kemampuan yang dia miliki dalam
menyelesaikan tugasnya tanpa menunggu bantuan orang lain. Kemandirian
belajar erat kaitannya dengan motivasi dan hasrat berprestasi. Seseorang
yang telah mencapai kemandirian belajar senantiasa termotivasi untuk
selalu belajar dan meningkatkan prestasi.
4. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu ilmu dasar yang
membekali siswa untuk melanjutkan studi dan untuk bekal hidup di dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sesuai dengan dimensi-dimensi yang
dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang antara
lain meliputi dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang
mencakup
bidang
politik,
hukum
dan
moral;
dimensi
ketrampilan
kewarganegaraan (civics skills) yang meliputi ketrampilan partisipasi dalam
berkehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan dimensi nilai- nilai
kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen,
penguasaan atas nilai religius, norma dan norma luhur, nilai keadilan, demokratis,
toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
berserikat, dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas.
Menurut Cogan dalam Muhamad Subarkah (2009) mengartikan Civic
Education sebagai “... the foundational course work in school designed to prepare
young citizens for an active role in their communities in their adult lives”.
Pendapat di atas mempunyai arti bahwa Pendidikan kewarganegaraan merupakan
suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan
warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam
masyarakatnya. Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen
Pendidikan
Nasional
(2007)
“Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran wajib pada semua satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian
interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa
36
disiplin ilmu antara lain, ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum,
sejarah, ekonomi, moral dan filsafat. Kewarganegaraan dipandang sebagai mata
pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang
baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi negara RI yang tertuang dalam
visi dan misinya.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah
mempunyai tujuan, visi dan misi, serta ruang lingkup. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
Tujuan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Permendiknas (2006: 21) adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertibdak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti korupsi;
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
b. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya
suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak
bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga
negara. Adapun misi dari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni
warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945.
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007).
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
Menurut Permendiknas No. 22 (2006: 21) ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap
37
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan.
Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di
masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional.
Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.
Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan
di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan
kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,
Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam
masyrakat demokrasi.
Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar
negara, Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar
negeri, Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi,
Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Menguasai globalisasi.
Warga
negara
yang
menanam
dan
menguasai
pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge) dan ketrampilan kewarganegaraan (civics
skills) akan menjadi seorang warga yang berkompeten. Warga negara yang
menguasai dan memahami pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge)
serta nilai-nilai kewarganegaraan (civics value) akan menjadi warga negara yang
memiliki rasa percaya diri. Warga negara yang telah memahami dan menguasai
ketrampilan kewarganegaraan (civics skills) serta nilai-nilai kewarganegaraan
(civics values) akan menjadi seorang warga negara yang memiliki komitmen kuat.
Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan
(civics knowledge), memahami dan menguasai ketrampilan kewarganegaraan
38
(civics skills), serta menguasai nilai- nilai kewarganegaraan (civics values) akan
menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan, terampil dan berkepribadian.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 4). Menurut Udin S. Winataputra (2007)
karakteristik warga negara yang baik adalah sebagai berikut:
1) Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Mencintai sesama manusia, keluarga, masyarakat, bangsa, dan tanah
airnya.
3) Menghormati sesama warga negara.
4) Dapat hidup bersama dalam masyarakat majemuk.
5) Toleransi keagamaan.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat perlu untuk diajarkan
disetiap sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah menengah karena
melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik dapat belajar untuk menjadi
warga negara yang baik, cerdas dan kreatif. Oleh karena itu perlu dipikirkan
bagimana cara meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganagaraan
melalui kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa, sehingga siswa
berhasil untuk mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan secara baik dan benar,
dan dapat menerapkannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan
ini antara lain :
1. Penelitian Wahidin Hisyam tahun 2006 tentang Hubungan Motivasi Belajar
Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di
SMAN 12 Bandar Lampung dengan hasil terdapat hubungan positif antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI.
2. Penelitian Ekowati T tahun 2006 tentang Kontribusi Inteligensi dan
Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dan
Sejarah dengan hasil terdapat kontribusi positif antara kemandirian belajar
terhadap hasil belajar siswa.
39
3. Penelitian Menik Susanti tahun 2008 tentang Pengaruh Pola Belajar Dan
Kelengkapan Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 2 Mojolaban Semester Gasal Tahun Ajaran 2007/2008
dengan hasil bahwa pola belajar dan kelengkapan sumber belajar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar Ekonomi.
4. Penelitian Suyatmi tahun 1999 tentang Studi Korelasi antara Motivasi
Berprestasi dan Kelengkapan Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan dari
kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini
membuktikan bahwa semakin lengkap sumber belajar yang dimiliki semakin
baik pula prestasi belajar yang dapat diraihnya.
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Perbedaannya yaitu penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA
Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dimana di tempat tersebut dan pada
siswanya belum pernah dijadikan objek penelitian dengan variabel yang sama.
Penelitian ini juga ditekankan pada prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
dimana dalam mempelajari mata pelajaran ini diperlukan banyak sumber belajar
karena materi pembelajarannya selalu mengikuti perkembangan jaman sehingga
memerlukan kemandirian siswa untuk terus menggali ilmu dari berbagai sumber
belajar setiap saat. Penelitian ini juga bermaksud untuk mengungkap pengaruh
antara kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan secara bersamaan pada siswa kelas X SMA
Negeri 2 Surakarta.
H. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Kelengkapan Sumber Belajar dengan Prestasi Belajar
Kelengkapan sumber belajar dengan prestasi belajar merupakan dua hal
yang saling berhubungan. Kelengkapan sumber belajar adalah segala macam
sumber yang ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung proses
atau kegiatan pengajaran yang diciptakan dengan sengaja untuk memperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Dapat dikatakan
lengkap sumber belajarnya apabila memiliki ciri ada kelengkapan buku acuan dan
40
buku penunjang, pemanfaatan perpustakaan, kondisi lingkungan non fisik, sumber
belajar non cetak, orang sebagai penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan dari kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi
belajar siswa. Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting
untuk melengkapi dan memperkaya ilmu. Kelengkapan sumber belajar juga
menguntungkan bagi guru dan siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi.
Dengan menggunakan sumber belajar yang lengkap dan maksimal, mereka akan
mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi kemampuan dan kemauan siswa dalam menggunakan
sumber belajar yang ada maka semakin baik pula prestasi belajarnya.
2. Hubungan Kemandirian Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa
Kemandirian siswa merupakan salah satu faktor internal yang mampu
meningkatkan prestasi belajar. Kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan
siswa dalam mengidentifikasi dirinya yaitu mampu menemukan kompetensi,
mampu mengaktualisasikan diri secara bertanggung jawab dan mampu melakukan
yang lebih. Kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan siswa dalam
berinisiatif tinggi, pengendalian diri dari dalam, memiliki integritas dan identitas,
kemampuan mengaktualisasikan diri, kebebasan berekspresi dan berinovasi, dan
percaya diri.
Berdasarkan penelitian yang terdahulu menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa. Dengan
kemandirian, siswa akan mampu bertanggung jawab dan sadar akan tugasnya
untuk belajar. Jadi semakin tinggi tingkat kemandirian seseorang, maka
prestasinya akan semakin baik pula. Melalui sikap mandiri siswa diharapkan
siswa mampu menggunakan kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan
masalah tanpa banyak tergantung kepada orang lain.
41
3. Hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dan Kemandirian Siswa
dengan Prestasi Belajar Siswa
Sumber belajar secara langsung tidak dapat memenuhi berbagai
kebutuhan belajar. Dalam proses belajar diperlukan kesiapan mental dan kemauan
serta kemampuan untuk memanfaatkan berbagai macam sumber belajar yang ada.
Sumber belajar berperan besar terhadap peningkatan kemampuan belajar mandiri
para siswa. Kemandirian timbul akibat adanya sumber belajar yang lengkap dan
untuk memanfaatkan sumber belajar diperlukan kemandirian. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa dengan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa
dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Hubungan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa dengan
prestasi belajar siswa sebagaimana telah dikemukakan diatas dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kelengkapan Sumber Belajar
(X1)
Prestasi Belajar
(Y)
Kemandirian Siswa
(X2)
Gambar 1.
Bagan Alur Hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dan
Kemandirian Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa
I. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji
kebenarannya (Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1996: 183). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar
dengan prestasi belajar.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian siswa dengan
prestasi belajar.
42
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber belajar
dan kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2
Surakarta, Jl. Monginsidi 40 Surakarta. Alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai
tempat penelitian adalah sebagai berikut :
a. SMA Negeri 2 Surakarta memiliki data-data yang dibutuhkan oleh peneliti
dalam melaksanakan penelitiannya,
b. SMA Negeri 2 Surakarta belum pernah dijadikan sebagai obyek penelitian
dengan materi variabel yang sama yaitu kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa, dan
c. Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 belum
pernah dijadikan sebagai obyek penelitian dengan materi variabel yang sama
yaitu kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama tujuh bulan, sejak
penyusunan proposal sampai dengan penulisan laporan hasil penelitian yaitu
mulai dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Januari 2010, dengan jadwal
kegiatan sebagai berikut :
Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian
Tahun 2009-2010
No
Kegiatan
Juli
1.
Pengajuan Judul
2.
Penyusunan Proposal
3.
Ijin Penelitian
44
Ags
Sep
Okt
Nov
Des Jan
4.
Uji Coba Angket
5.
Pengumpulan Data
6.
Analisis Data
7.
Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan yang memiliki langkah yang sistematis Iqbal
Hasan, 2002: 20). Suharsimi Arikunto (2002: 136) juga mengatakan bahwa
“metode
penelitian
adalah
cara
yang
digunakan
oleh
peneliti
dalam
mengumpulkan data penelitiannya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah dalam
penelitian.
Metode penelitian ada empat yaitu “metode filosofis, metode deskriptif,
metode historis, dan metode eksperimen” (Hadari Nawawi, 1995: 62). Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif. “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat) pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya” (Hadari Nawawi, 1995: 63).
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu dari permasalahan yang diteliti.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Dalam penelitian ini, berdasarkan penggolongan populasi di atas
maka termasuk populasi yang terhingga yaitu populasi yang memiliki elemen atau
unsur dengan jumlah tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
45
kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 345
siswa.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Mengenai penentuan sample penelitian ini, apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana,
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data, dan
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sample besar, hasilnya akan lebih baik.
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah
90 siswa atau 26,1% dari jumlah populasi. Jumlah ini dianggap representatif
karena sudah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto.
3. Sampling
Menurut Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo (1998: 111) “Sampling
adalah cara atau teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel”. Ada dua
macam teknik pengambilan sampel yaitu non random sampling dan random
sampling.
a. Non Random Sampling
Non random sampling adalah “cara pengambilan sampel yang tidak semua
anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel” (Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi, 1997: 114).
b. Ramdom sampling
Random sampling adalah “teknik sampel dimana semua individu dalam
populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, diberi kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel” (Cholid Narbuko dan Abu
46
Achmadi, 1997: 111). Random sampling meliputi simple random sampling,
proportionate stratified random sampling, dispropotionate stratified random
sampling, dan cluster random sampling.
Teknik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah random
sampling dengan cara Cluster Random Sampling yaitu pemilihan sample yang
dilakukan secara acak, dari kelas yang sudah ditentukan. Kelas yang telah
ditentukan adalah kelas X-1 sampai dengan X-10.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data dan
keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Data dan keterangan
tersebut dapat diperoleh dengan menentukan teknik pengumpulan data yang
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Ketepatan pemilihan teknik
pengumpulan data sangat diperlukan, karena tanpa adanya ketepatan, maka data
yang diperoleh dalam penelitian tidak mungkin memberikan hasil yang tepat.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan
metode angket.
1. Metode Dokumentasi
”Dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya" (Suharsimi Arikunto, 2002: 206). Dalam
penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang sejarah
dan profil SMA Negeri 2 Surakarta, daftar nama siswa kelas X yang akan
digunakan sebagai sampel penelitian, daftar nilai mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas X dan sumber belajar yang ada di sekolah tersebut.
2. Metode Angket
"Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui" (Suharsimi Arikunto, 2002: 123). Angket
47
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu suatu bentuk
angket yang memberi kesempatan kepada responden untuk memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Angket tersebut dimaksudkan untuk mengukur
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa.
3. Instrumen Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh
peneliti sebagai suatu yang diteliti, dipelajari dan ditarik kesimpulannya oleh
peneliti. Penelitian ini melibatkan tiga variabel yang terdiri atas dua variabel
bebas dan satu variabel terikat. Penjabaran variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel
penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu : kelengkapan
sumber belajar (X1) dan kemandirian siswa (X2).
2) Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel
tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta (Y).
b. Pembuatan Instrumen
Instrumen penelitian berupa angket yang digunakan untuk
mendapatkan data. Data yang dibutuhkan adalah data tentang kelengkapan
sumber belajar dan kemandirian siswa. Sebelum instrumen atau soal dibuat,
maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk angket. Kisi-kisi angket yang
perlu dibuat adalah kisi-kisi angket yang diambil dari definisi konsep yang
kemudian dijadikan definisi operasional.
Definisi konsep kelengkapan sumber belajar adalah segala macam
sumber yang ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung
48
proses atau kegiatan pengajaran yang diciptakan dengan sengaja untuk
memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Sedangkan definisi konsep kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan
siswa dalam mengidentifikasi dirinya yaitu mampu menemukan kompetensi,
mampu mengaktualisasikan diri secara bertanggung jawab dan mampu
melakukan yang lebih. Kemudian definisi operasional kelengkapan sumber
belajar yaitu kelengkapan sumber belajar adalah sumber belajar yang meliputi
kelengkapan buku acuan dan buku penunjang, pemanfaatan perpustakaan,
kondisi lingkungan non fisik, sumber belajar non cetak, orang sebagai
penyampai pesan dan teknik penyampaian pesan. Sedangkan definisi
operasional kemandirian siswa adalah suatu bentuk kebebasan siswa dalam
berinisiatif tinggi, pengendalian diri dari dalam, memiliki integritas dan
identitas, kemampuan mengaktualisasikan diri, kebebasan berekspresi dan
berinovasi, dan percaya diri.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan konsep variabel penelitian.
2) Membuat definisi operasional.
3) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari definisi
operasional variabel penelitian.
4) Menyusun kisi-kisi angket.
5) Menyusun butir-butir pertanyaan.
6) Menentukan kunci jawaban.
7) Melakukan uji coba angket.
Penelitian ini menggunakan angket berdasarkan skala Likert, dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1) Untuk menggali informasi tentang diri responden
2) Memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan yang dinilai paling
sesuai dengan keadaan dirinya.
3) Memperlancar penelitian, karena skor telah ditentukan terlebih dahulu
sesuai dengan tingkatannya.
49
Skala Likert yang digunakan adalah yang memiliki empat katagori
jawaban, yaitu sangat setuju sekali, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Penetapan empat kategori jawaban karena untuk menhindari hasil
penelitian yang bisa. Penskoran atas empat katagori tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Skoring untuk item positif, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Sangat Setuju
: Nilainya 4
b) Setuju
: Nilainya 3
c) Tidak Setuju
: Nilainya 2
d) Sangat tidak setuju
: Nilainya 1
2) Skoring untuk item negatif dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Sangat Setuju
: Nilainya 1
b) Setuju
: Nilainya 2
c) Tidak Setuju
: Nilainya 3
d) Sangat tidak setuju
: Nilainya 4
Angket
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa.
4. Uji Coba Instrumen
Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket kelengkapan
sumber belajar dan kemandirian siswa. Sebelum angket digunakan, perlu
dilakukan uji coba atau try out terlebih dahulu kepada subjek diluar sampel. Hal
ini didasari oleh pendapat Hadari Nawawi, yaitu "untuk uji coba dapat dilakukan
pada sejumlah kecil orang yang termasuk populasi tetapi tidak terpilih sebagai
sampel” (Hadari Nawawi, 1995: 122). Uji coba instrumen ini akan diberikan
kepada 20 siswa. Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas untuk mengetahui bahwa angket yang akan digunakan adalah valid dan
reliabel. Lembar uji coba angket dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 88.
50
a. Uji Validitas
"Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen" (Suharsimi Arikunto, 2002: 144). Sebuah
angket dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Valid berarti dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas instrumen menggunakan pengujian
validitas konstruksi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu kemudian dikonsultasikan dengan ahli.
2) Instrumen yang telah disetujui ahli kemudian dicobakan pada 20 orang
dari populasi diluar sampel.
3) Setelah data ditabulasikan kemudian dilakukan pengujian.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
kesahihan suatu instrumen adalah teknik korelasi product moment dengan
angka kasar, yaitu dengan menggunakan rumus :
rxy =
Nå XY - (å X)(å Y)
{Nå X
2
}{
}
- (å X 2 ) N å Y 2 - (å Y 2 )
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
X = skor tiap-tiap item
Y = jumlah dari skor item
N = Jumlah subjek
Jika rxy > rtabel pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal) valid,
sebaliknya bila rxy < rtabel maka butir soal tidak valid sekaligus tidak memiliki
persyaratan (Suharsimi Arikunto, 2002: 146).
b. Uji Reliabilitas
"Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kehandalan sesuatu"
(Suharsimi Arikunto, 2002: 154). Untuk menguji kehandalan instrumen
digunakan rumus Spearman Brown, yaitu sebagai berikut:
51
r11
æ
ö
2çç r1 ÷÷
21
2ø
= è
æ
ö
çç1 + r1 ÷÷
21
2ø
è
Keterangan :
r11 = korelasi antara skor setiap belahan
r1/21/2 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Skor item dikatakan reliabel apabila r
hitung
> r
tabel
setelah harga tersebut
dikonsultasikan dengan tabel r (Suharsimi Arikunto, 2002: 156).
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini untuk mengetahui apakah data skor intensitas kelompok
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa maupun skor prestasi
belajar siswa sudah mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakah uji liliefors, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menghitung Zi
Zi
é Xi - X ù
= ê
ë S úû
Keterangan :
X=
å Xi
N
(
)
S=
N å Xi 2 - (å X )
Zi
= angka bantu
X
= rata-rata
S
= simpangan baku
2
N(N - 1)
2) Untuk setiap angka baku (Zi) dengan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang : F (Zi) = P (Zi < Zi)
52
3) Hitung S (Zi) = banyaknya
Zi, Z2,....., Nn yang £ Zi
N
4) Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) dan tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai terbesar selisih F (Zi) - S (Zi) dan jadikan L hitung
6) Tarik kesimpulan :
a) Jika L hitung > L tabel maka ditolak hipotesis statistik, berarti
distribusi sebenarnya tidak normal
b) Jika L hitung < L label, diteriina hipotesis statistik, berarti distribusi
sebenarnya normal (Sudjana S, 1996: 466-468).
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah model persamaan linier
yang diperoleh cocok dengan keadaan atau tidak. Langkah-langkah yang
digunakan dalam uji linieritas sebagaimana telah dikemukakan oleh Sudjana
sebagai berikut:
1) Nilai X : yang sama harus disusun bersatu dengan Yi pasangannya
2) Menghitung:
a) KJ(1)
2
æ
(
Yi ) ö÷
2
å
ç
= å Yi ç
N ÷
è
ø
b) KJ(2) = KJres - KJ(E)
c) KJ(C) = KJres - KJ(TE)
3) Menghitung
a) df(E) = N – K
b) df(TE) = K-2
K = banyaknya kelompok X
4) Menghitung:
a) RJK(E)
=
b) RJK(TE) =
JK (E)
df (E)
JK (TC)
df (TC)
53
5) Fhitung
=
JK (TC)
df (E)
6) Ftabel = (l-3)(K-2.N-K)
Jika Fhitung > Ftabel, hipotesis nol ditolak, berarti persamaannya tidak linier
Jika Fhitung < Ftabel, hipotesis nol diterima, berarti persamaannya linier
(Sudjana S, 1996: 330).
c.
Uji Independensi
Uji independensi antar variabel X dilakukan untuk mengetahui bahwa
antara variabel bebas (X1 dan X2) saling lepas atau tidak terjadi korelasi,
rumus korelasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
rx1 x 2 =
N (å X 1 X 2 ) - (å X 1 )(å X 2 )
{N (å X ) - (å X ) }{N (å X ) - (å X ) }
2
2
1
1
2
2
2
2
Keterangan:
rx1 x 2 = Koefisien korelasi antar prediktor
X1 = Jumlah skor variabel X1
X2 = Jumlah skor variabel X2
N = Banyaknya sampel
Kriteria uji, jika rhitung < rtabel maka antar variabel bebas tidak tergantung atau
independen.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak. Adapun langkah-langkah dalam pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Analisis Korelasi Parsial
"Korelasi parsial (partial correlation) adalah korelasi antara sebuah variabel
terikat (dependent variable) dengan sebuah variabel bebas tertentu
54
(independent variable), sementara sejumlah variabel bebas lainnya sifatnya
tetap atau konstan" (Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 352).
Koefisien korelasi parsial dinyatakan dengan rumus :
rY1,2 =
rY1 - rY2r12
(1 - r )(1 - r )
2
2
Y2
rY2,1 =
12
rY2 - rY1r12
(1 - r )(1 - r )
2
Y1
2
12
Koefisien korelasi Y dengan X1
rY1 =
n (å X1Y ) - (å X1 )(å Y )
[n(å X ) - (å X ) ][n(å Y ) - (å Y) ]
2
2
1
2
2
1
Koefisien korelasi Y dengan X1
rY2 =
n (å X 2 Y ) - (å X 2 )(å Y )
[n(å X )- (å X ) ][n(å Y ) - (å Y) ]
2
2
2
2
2
2
Koefisien X1 korelasi dengan X2
rY12 =
n (å X1X 2 ) - (å X1 )(å X 2 )
[n(å X )- (å X ) ][n(å X )- (å X) ]
2
2
1
1
2
2
2
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 352-354).
b. Uji t (Uji Parsial)
Uji t parsial digunakan untuk menguji koefisien korelasi parsial dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perumusan hipotesis
H0 : β = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel
terikat (Y)
H0 : β ≠ 0, ada pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat
(Y)
2) Menentukan nilai ttabel dengan tingkat keyakinan 95 % atau α = 5% dan
degree of freedom (df) = n-k
55
3) Kriteria pengujian
H0 diterima apabila thitung < ttabel
H0 ditolak apabila thitung > ttabel
4) Menentukan nilai t hitung dengan rumus :
t hitung =
b -β
Sb
Keterangan :
t = nilai t hitung
β = koefisien regresi
S = standar error
5) Menentukan kesimpulan pengujian dengan cara membandingkan antara
thitung dengan t tabel.
6) Apabila , thitung < ttabel maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh yang
positif antara variabel independent dengan variabel dependent
Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh yang positif
antara variabel independent dengan variabel dependent
(Supranto. C, 1994: 285).
d. Analisis Korelasi Berganda
Korelasi berganda (multiple correlation) merupakan alat ukur untuk
mengetahui hubungan antara variabel terikat (variabel Y) dengan beberapa
variabel bebas (varibel X1 dan X2) secara serempak dengan ketentuan sebagai
berikut :
Korelasi berganda :
rY,1,2 =
b1 å x1y +b 2 å x 2 y
å y2
56
( X )( Y )
åx y = åX Y - å n å
( X )( Y )
åx y = åX Y - å å
1
1
1
2
2
2
å y = åY
(å Y )
n
2
2
-
n
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 350).
e. Uji F
Uji F dilakukan untuk pengujian signifikasi terhadap koefisien korelasi ganda.
Rumus pengujiannya adalah :
F=
R 2 (N - m - 1)
m(1 - R 2 )
Keterangan :
F = harga F garis regresi
N = cacah kasus
m = cacah prediktor
R = koefisien korelasi antara kriterium (y) dengan prediktor (x1 dan x2).
Sebelumnya mencari:
1) JKT = Σy2
2) JK reg= ΣR2(Σy2)
3) Jkres= (1-R2)(Σy2)
4) dbr = N-1
5) db reg = m
6) db res = N-m-1
7) Krreg =
JKreg
1
dbreg
8) Krres =
JKres
2
dbres
Keterangan : Derajat kebebasan (db) untuk menguji harga F
(Sutrisno Hadi, 2000: 26).
57
f. Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda (multiple regression) digunakan untuk mengetahui pertautan
(association) antara variabel terikat (variabel Y) dengan beberapa variabel
bebas (varibel XI dan X2) sebagai berikut :
Regresi berganda : Y = a + b1X1 +b2X2
Parameter yang ada dapat ditentukan inelalui persamaan berikut :
åY
= n.a + b1 å X 1 + b2 å X 2
åX Y
= a å X 1 + b1 å X 1 + b2 å X 1 X 2
åX Y
= a å X 2 + b1 å X 1 X 2 + b2 å X 2 2
2
1
2
(Djarwanto Ps & Subagyo, 1998 : 309).
Untuk mendapatkan nilai a, b1 dan b2 dapat digunakan rumus berikut :
( x )(å x y ) - (å x x )(å x y )
= å
(å x )(å )
2
b1
2
1
1 2
2
2
1
(Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 1998: 312).
g. Uji Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
1) Sumbangan Relatif (SR) dalam persen (%)
SR%x1 =
SR%x 2 =
a1 å X1Y
a1 å x1 +a 2 å x 2 y
a 2 å X2Y
a 2 å x 2 +a 2 å x 2 y
2) Sumbangan Efektif (SE) dalam persen (%)
SE%x1 =SR%X1.R2
SE%x2 =SR%X2.R2
(Sutrisno Hadi, 2000: 42).
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Surakarta
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
SMA Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 17 Agustus 1951, pada
saat itu di Solo terdapat 3 SMA Negeri, yaitu : SMA Negeri I A/B, SMA
Negeri II A/B, SMA Negeri Bagian Malam, yang dipimpin oleh R. Soepandan
(Pimpinan), R. Parjatmo (Wakil Pimpinan) dan Roespandji (Wakil Pimpinan).
b. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 2 Surakarta
Visi Sekolah
Mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olahraga
dan IMTAQ dengan indikator sebagai berikut :
1) Unggul dalam hal kedisiplinan dan ketertiban.
2) Unggul dalam penguasaan perangkat teknologi modern.
3) Unggul dalam perolehan NEM.
4) Unggul dalam persaingan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)
5) Unggul dalam bidang Fisika,Kimia, Biologi dan Matematika.
6) Unggul dalam penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman.
7) Unggul dalam Kesenian dan Olahraga.
8) Unggul dalam bidang Kesenian.
Misi Sekolah
Misi sekolah ini adalah sebagai berikut :
1) Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah.
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efesien,
sehingga mencapai hasil yang optimal.
3) Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih berprestasi sesuai
bakat minatnya.
59
4) Membantu
siswa
untuk
mengenali
potensi
dirinya
agar
dapat
dikembangkan secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni,
budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan), sehingga memiliki kepercayaan
diri yang kuat dan mampu bersaing masuk perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta yang favorit.
5) Mendorong meningkatkan penghayatan dan pengamatan agama dan budi
pekerti
luhur
dalam
kehidupan
sehari-hari
untuk
menciptakan
persaudaraan yang sejati.
6) Mendorong dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan untuk meningkatkan
sumber daya warga sekolah, sehingga lebih dapat meningkatkan kualitas
dirinya.
7) Membawa warga sekolah untuk menjadi agen perubahan kearah
perubahan kehidupan masyarakat.
Tujuan sekolah
Melandaskan kepada visi dan misi diatas, maka tujuan sekolah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1) Menumbuhkan serta menanamkan semangat kedisiplinan yung tinggi.
2) Menumbuhkembangkan
tentang ketrampilan
hidup
sesuai
dengan
perkembangan, tuntutan masyarakat dan dunia kerja.
3) Meningkatkan kualitas mutu akademik sesuai dengan perkembangan dan
menjadikan sebagai sekolah unggulan.
4) Meningkatkan ketrampilan yang berwawasan IPTEK , Seni, Olahraga
yang didasari sikap mental IMTAQ.
5) Menanamkan sikap budi pekerti luhur dan sopan santun / tata krkama.
6) Menghindarkan perilaku yang menyimpang (narkoba, napza, miras,
pergaulan bebas, dan lain-lain).
2. Deskripsi Data Validitas dan Reliabilitas
Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian maka terlebih
dahulu dilakukan tryout angket dengan tujuan untuk mengetahui adanya item-item
yang tidak memenuhi syarat validitas dan reliabilitas angket sebagai instrumen
60
penelitian. Dalam penelitian ini tryout angket dilakukan pada 20 siswa di luar
sampel penelitian. Uji validitas dilakukan untuk menguji butir soal dalam angket
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa.
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kelengkapan Sumber Belajar (X1)
Uji validitas terhadap butir soal angket kelengkapan sumber belajar
terbukti bahwa rxy< rtabel yaitu lebih dari 0,444 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ke 20 butir soal angket kelengkapan sumber belajar tersebut dapat
dinyatakan valid, sehingga angket ini dapat dipercaya untuk dipergunakan
mengambil data penelitian. Setelah diketahui kevalidan masing-masing item
pertanyaan, langkah selanjutnya dilakukan uji reliabilitas yaitu untuk
menunjuk sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif
tidak berbeda bila dilakukan pengujian kembali terhadap subyek yang sama.
Hasil dari perhitungan reliabilitas terhadap angket kelengkapan sumber belajar
diperoleh r11 sebesar 0,82, dimana nilai tersebut berada pada ketetapan
reliabilitas tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini sangat
reliabel. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 73
b. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kemandirian Siswa (X2)
Uji validitas terhadap butir soal angket kemandirian siswa terbukti
bahwa rxy< rtabel yaitu lebih dari 0,444 sehingga dapat disimpulkan bahwa ke
20 butir soal angket kemandirian siswa tersebut dapat dinyatakan valid,
sehingga angket ini dapat dipercaya untuk dipergunakan mengambil data
penelitian. Setelah diketahui kevalidan masing masing item pertanyaan,
langkah selanjutnya dilakukan uji reliabilitas yaitu untuk menunjuk sejauh
mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila
dilakukan pengujian kembali terhadap subyek yang sama. Hasil dari
perhitungan reliabilitas terhadap angket kelengkapan sumber belajar diperoleh
r11 sebesar 0,81, dimana nilai tersebut berada pada ketetapan reliabilitas tinggi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini sangat reliabel. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 75
61
3. Data Variabel Kelengkapan Sumber Belajar (X1)
Kelengkapan sumber belajar merupakan variabel bebas pertama (X1),
yang pengumpulan datanya dengan menggunakan angket yang disebarkan pada
90 siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari hasil pengumpulan data variabel
kelengkapan sumber belajar diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi 71;
b. Nilai terendah 48;
c. Mean 57,69;
d. Standar deviasi 5,18.
Angket variabel kelengkapan sumber belajar (X1) berisi 20 pernyataan,
pengukurannya dinilai dengan 4 alternatif jawaban. Setelah melalui tabulasi data
menunjukkan nilai terendah 48, sedangkan nilai tertinggi sebesar 71 dengan ratarata 57,69. Apabila dihitung dalam persentase maka skor tertinggi adalah jumlah
item x skor tertinggi jawaban yaitu 20 x 4 = 80, sedang jumlah responden adalah
90, maka diperoleh nilai tertinggi 90 x 80 = 7200. Jumlah nilai kelengkapan
sumber belajar berdasarkan data yang terkumpul adalah 5181. Dengan demikian
tingkat kelengkapan sumber belajar di SMA Negeri 2 Surakarta sebesar
5192:7200 = 0,7211 atau sebesar 72,11 %. Hasil perhitungannya dapat dilihat
pada lampiran 3 halaman 77.
4. Data Variabel Kemandirian Siswa (X2)
Kemandirian siswa merupakan variabel bebas kedua (X2), yang
pengumpulan datanya menggunakan angket yang disebarkan pada 90 siswa kelas
X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari hasil pengumpulan data variabel kemandirian
siswa diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi 71;
b. Nilai terendah 43;
c. Mean 57,52;
d. Standar deviasi 5,03.
Angket variabel kemandirian siswa (X2) berisi 20 pernyataan, pengukurannya
dinitai dengan 4 alternatif jawaban. Setelah melalui tabulasi data menunjukkan
62
nilai terendah 43, sedangkan nilai tertinggi sebesar 71 dengan rata-rata 57,52.
Apabila dihitung dalam persentase maka skor tertinggi adalah jumlah item x skor
tertinggi jawaban yaitu : 20 x 4 = 80, sedang jumlah responden 90, maka
diperoleh nilai tertinggi 90 x 80 = 7200. Jumlah nilai kemandirian siswa
berdasarkan data yang terkumpul adalah 5177. Dengan demikian tingkat
kemandirian siswa di SMA Negeri 2 Surakarta sebesar 5177 : 7200 = 0,7190 atau
sebesar 71,90 %. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 77.
5. Data Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
Prestasi belajar merupakan variabel terikat (Y), yang pengumpulan
datanya
diperoleh
dari
prestasi
belajar
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan. Dari hasil pengumpulan data tentang prestasi belajar diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi 100;
b. Nilai terendah 65;
c. Mean 82,09;
d. Standar deviasi 7,126.
Nilai prestasi belajar diambil dari nilai ujian semester siswa. Setelah melalui
tabulasi data menunjukkan nilai terendah 65 sedangkan nilai tertinggi sebesar 100
dengan rata-rata 82,09. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3
halaman 77.
B. Pengujian Persyarat Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi
linier ganda. Sebelum mengadakan pengujian hipotesis untuk analisis regresi
linier ganda ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Populasi harus berdistribusi normal.
2. Uji linieritas harus menunjukkan kelinierannya.
3. Tidak terdapat hubungan yang berarti di antara variabel bebas yang satu
dengan yang lainnya.
63
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini diuraikan mengenai uji persyaratan analisis
data yang telah dilakukan :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
dari populasi memiliki distribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji
normalitas dengan menggunakan uji liliefors, maka diperoleh hasil
masing-
masing variabel sebagai berikut :
a. Uji normalitas variabel kelengkapan sumber belajar (X1)
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak. Berdasarkan uji Liliefors pada variabel kelengkapan sumber belajar
yang diperoleh berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Sudjana
(2002: 466) sehingga akhirnya diperoleh Lo = 0,064 dan Ltabel = 0,093. Data
sampel dikatakan berdistribusi normal apabila jika Lo< Ltabel dan jika L0 >
Ltabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Karena Lo < Ltabel (0,064 <
0,093), maka dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sumber belajar
berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Hasil perhitungannya dapat
dilihat pada lampiran 4 halaman 80.
b. Uji normalitas variabel kemandirian siswa (X2)
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak. Untuk uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji
Liliefors. Berdasarkan uji Liliefors pada variabel kemandirian siswa yang
diperoleh berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Sudjana (2002:
466) sehingga akhirnya diperoleh Lo = 0,060 dan Ltabel = 0,093. Data sampel
dikatakan berdistribusi normal apabila jika Lo dan jika Ltabel, berarti data
sampel tidak berdistribusi normal. Karena Lo < Ltabel (0,060< 0,093), maka
dapat disimpulkan bahwa kemandirian siswa berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan 95%. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 5
halaman 83.
64
c. Uji normalitas variabel Y
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak. Untuk uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji
Liliefors. Berdasarkan uji Liliefors pada variabel prestasi belajar siswa yang
diperoleh berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Sudjana (2002:466)
sehingga akhirya diperoleh Lo = 0,061 dan Ltabel = 0,093. Data sampel
dikatakan berdistribusi normal apabila jika Lo < Ltabel dan jika Lo < Ltabel
berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Karena Lo < Ltabel (0,061 <
0,093), maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa berdistribusi
normal pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 86.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis merupakan data yang berbentuk regresi linear. Data yang akan diuji
adalah sebagai berikut :
a. Uji linearitas variabel kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
Hasil perhitungan uji linearitas dan keberartian kelengkapan sumber belajar
(X1) terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y) diperoleh
Fhitung < Ftabel atau 1,32 < 3,95, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
persamaan fungsi garis adalah linear (X1 linear terhadap Y) dan karena hasil
uji keberartian jatuh didalam daerah kritik, maka regresi linear antara X1
dengan Y adalah berarti. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7
halaman 89.
b. Uji linearitas variabel kemandirian siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa kelas X SMA N 2 Surakarta
Hasil perhitungan uji linearitas kemandirian siswa (X2) terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y) diperoleh Fhitung < Ftabel atau 1,35 <
3,95, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk persamaan fungsi garis adalah
linear (X2 linear terhadap Y) dan karena hasil uji keberartian jatuh didalam
65
daerah kritik, maka regresi linear antara X2 dengan Y adalah berarti. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 94.
3. Uji Independensi
Uji independensi dilakukan untuk membuktikan, bahwa antar
variabel bebas tidak berhubungan atau independen. Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai rhitung = -0,0713.
Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel. Nilai rtabel sebesar
0,207. Karena rhitung < rtabel atau -0,0713 < 0,207 maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2. Penghitungannya dapat dilihat pada
lampiran 9 halaman 99.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dilakukan setelah data
yang akan dianalisis dengan regresi ganda telah memenuhi uji prasyarat analisis
tersebut di atas. Adapun langkah-langkahnya yaitu analisis data, penafsiran
pengujian hipotesis dan kesimpulan pengujian hipotesis.
1. Uji Hipotesis Pengaruh Kelengkapan Sumber Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk menguji adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan sumber belajar dengan prestasi belajar, maka dilakukan analisis
korelasi parsial dengan uji t. Sedangkan untuk menguji apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak dapat dilihat dalam tabel signifikasi. Hasil
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Ho = 0, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan
sumber belajar dengan prestasi belajar.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan
sumber belajar dengan prestasi belajar.
b. Taraf signifikasi α = 0,05
c. ttabel = 1,980
66
d. Kriteria pengujian =
Ho diterima apabila -1,980 ≤ t ≤ 1,980
Ha diterima apabila t > 1,980 atau t < 1,980
e. thitung = 5,133
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 100.
2. Uji Hipotesis Pengaruh Kemandirian Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk menguji adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kemandirian siswa dengan prestasi belajar, maka dilakukan analisis korelasi
parsial dengan uji t. Sedangkan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak dapat dilihat dalam tabel signifikasi. Hasil pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Ho = 0, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian
siswa dengan prestasi belajar.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian
siswa dengan prestasi belajar.
b. Taraf signifikasi α = 0,05
c. ttabel = 1,980
d. Kriteria pengujian =
Ho diterima apabila -1,980 ≤ t ≤ 1,980
Ha diterima apabila t > 1,980 atau t < 1,980
e. thitung = 4,749
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 101.
3. Uji Hipotesis Pengaruh Kelengkapan Sumber Belajar dan Kemandirian Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berganda. Regresi berganda digunakan untuk mengetahui pertautan antara
variabel terikat (Y) dengan beberapa variabel bebas (XI dan X2). Hasil analisis
regresinya adalah sebagai berikut :
67
a. Persamaan garis regresi Y = 12,972 + 0,615 X1 + 0,585 X2
b. Untuk menguji adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa dengan prestasi
belajar, maka dilakukan uji F. Hasilnya Fhitung = 22,839
c. Ftabel dengan derajat kebebasan 0,05 = 3,07
d. Kriteria pengujian =
Ho diterima apabila -3,07 ≤ F ≤ 3,07
Ha diterima apabila F > 3,07 atau F < 3,07
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 102.
4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Untuk mengetahui sumbangan relatif dan sumbangan efektif ditunjukkan
dengan perhitungan sumbangan relatif dan perhitungan sumbangan efektif.
Variabel kelengkapan sumber belajar memberikan sumbangan relatif sebesar
54,211% dan sumbangan efektif sebesar 18,679%. Sedangkan variabel
kemandirian siswa memberikan sumbangan relatif sebesar 45,789% dan
sumbangan efektif sebesar 15,777%. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 13 halaman 106.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji hipotesis maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengaruh yang positif dan signifikan kelengkapan sumber belajar terhadap
prestasi belajar
Berdasarkan pengujian hasil analisis data ketahui nilai ttabel < thitung
(1,980 < 5,113) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan
sumber
belajar
dengan
prestasi
belajar
Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Pengaruh ini dapat
ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif X1 terhadap Y sebesar 18,679
68
% yang terkandung dalam aspek-aspek pada indikator variabel kelengkapan
sumber belajar yaitu kelengkapan buku acuan dan buku pegangan,
pemanfaatan perpustakaan, kondisi lingkungan non fisik, sumber belajar non
cetak, orang sebagai penyampai pesan, dan teknik penyampaian pesan.
b. Pengaruh yang positif dan signifikan kemandirian siswa terhadap prestasi
belajar
Berdasarkan pengujian hasil analisis data ketahui nilai ttabel < thitung
(1,980 < 4,749) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kemandirian siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, sehingga variabel kemandirian siswa
secara parsial mampu berpengaruh terhadap prestasi belajar. Pengaruh ini
dapat ditunjukkan dengan adanya sumbangan efektif X2 terhadap Y sebesar
15,777 % yang terkandung dalam aspek-aspek pada indikator variabel
kemandirian
siswa
mempertimbangkan
yaitu
kemampuan
mengontrol
perilaku,
memanfaatkan
bertanggung
jawab
waktu,
atas
tindakannya, melakukan sesuatu tanpa dorongan dan bantuan orang lain, dan
mampu mengatasi masalah sendiri.
c. Pengaruh yang positif dan signifikan kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
Berdasarkan hasil perhitungan uji regresi linear ganda diperoleh
Fhitung > Ftabel (22,839 > 3,07) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
Arah perubahan nilai Y akan bertambah atau berkurang tergantung
pada koefisien X1 dan X2 yang positif atau negatif. Apabila dilihat dari
persamaan regresi Y = 12,972 + 0,615 X1 + 0,585 X2, koefisien dari X1 dan
X2 adalah positif sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata peningkatan
atau penurunan prestasi belajar (Y) diperkirakan sebesar 0,615 untuk setiap
peningkatan atau penurunan satu unit kelengkapan sumber belajar dan juga
69
akan meningkat atau menurun sebesar 0,585 untuk setiap peningkatan atau
penurunan satu unit tingkat kemandirian siswa.
2. Penafsiran Hasil Analisis Data
Setelah melakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil analisis data.
Pembahasan analisis data adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh kelengkapan sumber belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y)
Hipotesis yang berbunyi ”ada pengaruh yang positif dan signifikan
kelengkapan sumber belajar terhadap prestasi belajar” dinyatakan diterima.
Terbukti dengan hasil perhitungan nilai thitung kelengkapan sumber belajar
siswa sebesar 5,113 dengan ttabel sebesar 1,980 maka hipotesis nol (Ho) ditolak
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Adanya kelengkapan sumber belajar
baik sumber belajar yang dimiliki oleh siswa maupun yang tersedia di sekolah
dapat memperlancar proses pembelajaran. Kemudahan dalam memperoleh
sumber belajar akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa
dapat memperdalam materi tidak hanya bertumpu pada pengetahuan guru.
b. Pengaruh kemandirian siswa terhadap prestasi belajar
Hipotesis yang berbunyi ”ada pengaruh yang positif dan signifikan
kemandirian siswa terhadap prestasi belajar” dinyatakan diterima. Terbukti
dengan hasil perhitungan nilai thitung kemandirian siswa sebesar 4,749 dengan
ttabel sebesar 1,980 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif
(Ha) diterima. Siswa yang memiliki kemandirian dalam dirinya akan memiliki
dorongan kuat untuk berprestasi. Siswa yang mandiri memiliki motivasi
berprestasi lebih tinggi dalam proses pembelajaran sehingga kemandirian
dapat mendukung proses pembelajaran.
c. Pengaruh kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap
prestasi belajar
Hipotesis yang berbunyi ”ada pengaruh yang positif dan signifikan
kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa terhadap prestasi belajar”
dinyatakan diterima. Terbukti Fhitung > Ftabel (22,839 > 3,07) dan dengan hasil
70
dua perhitungan diatas yang menyatakan diterima. Siswa yang memiliki
kemandirian dan didukung dengan kelengkapan sumber belajar yang tersedia
akan menghasilkan siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk berprestasi.
Siswa mandiri akan berusaha mencari sumber belajar selain guru untuk
memperdalam materi sehingga pengetahuannya lebih luas. Siswa yang
memiliki kemandirian dan dapat menggunakan sumber belajar yang lengkap
dan optimal dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan maka tujuan,
visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan akan tercapai dengan baik. Seperti
contoh dalam aspek-aspek sebagai berikut:
9) Persatuan dan Kesatuan bangsa
Dengan kita membaca, mendengar, melihat teladan maupun fenomena
yang ada dalam masyarakat dimana kita hidup dalam keanekaragaman
baik suku, golongan, agama, maupun ras kita akan dapat lebih dewasa
dalam menyikapi permasalahan dalam hal persatuan dan kesatuan bangsa.
Semua itu memerlukan sumber belajar yang lengkap dan kemandirian
siswa.
10) Norma, Hukum dan Peraturan
Dengan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa, mereka akan
mendapatkan pengetahuan dengan lengkap, mudah, dan murah. Contohnya
ingin mengetahui isi UU No.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan
maka dengan adanya internet mereka tidak perlu membeli buku, dan
dengan adanya perpustakaan mereka hanya tinggal meminjam.
11) Hak Asasi Manusia,
Kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa dapat mempermudah
siswa dalam mempelajari HAM, baik dalam ruang lingkup nasional
maupun
internasional
melalui
kelengkapan
sumber
belajar
dan
kemandirian siswa.
12) Kebutuhan warga negara
Kebutuhan warga negara dapat kita pelajari secara optimal dengan
kelengkapan sumber belajar serta kemandirian siswa. Contohnya dalam
mempelajari kebutuhan warga negara kita tidak hanya dituntut tahu
71
tentang hak dan kewajiban kita sebagai warga negara namun kita juga
dituntut untuk dapat menggunakannya dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Hal tersebut dapat kita implementasikan bila kita terjun
dalam sebuah organisasi seperti OSIS dan Karang Taruna.
13) Konstitusi negara
Dari sini dapat kita lihat bahwa materi-materi tentang konstitusi negara
merupakan materi sejarah yang kita tidak mengalaminya. Dengan
kelengkapan sumber belajar seperti, buku, internet, vidio dan lain-lain
serta kemandirian siswa dalam mencari dan menggunakan sumber belajar
tersebut maka pengetahuan akan konstitusi negara dapat diperoleh secara
optimal.
14) Kekuasaan dan politik
Dalam kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ada sebuah
kekuasaan dan politik yang timbul dalam sebuah kebijakan. Dengan
berbagai sumber belajar dan kemandirian siswa maka siswa dapat
mengetahui, bersikap dan berperilaku dalam menanggapi kebijakan yang
dikeluarkan.
15) Pancasila
Dengan kelengkapan sumber belajar serta kemandirian siswa dalam
mencari dan menggunakan sumber belajar maka pengetahuan akan
Pancasila dapat diperoleh dengan mudah, dan optimal.
16) Globalisasi
Dengan kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa maka
pengetahuan tentang globalisasi akan lebih mudah dipahami dan
dipelajari. Contohnya kita dapat mengetahui perkembangan negara-negara
lain di era globalisasi saat ini tanpa kita harus kenegara-negara tersebut.
Dari sini terlihat bahwa kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain dalam
meningkatkan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan pada kelas X di
SMA Negeri 2 Surakarta.
72
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis data yang dilakukan,
maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber
belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemandirian siswa
dengan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa
kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kelengkapan sumber
belajar dan intensitas kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta.
Selain kesimpulan di atas, temuan lain yang dapat dikemukakan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil persamaan garis regresi linear diperoleh Y = 12,972 + 0,615 X1 +
0,585 X2, ini berarti bahwa rata-rata prestasi belajar siswa (Y) akan meningkat
atau menurun sebesar 0,615 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit
kelengkapan sumber belajar dan juga akan meningkat atau menurun sebesar
0,585 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit tingkat kemandirian
siswa.
2. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah :
a. Sumbangan relatif kelengkapan sumber belajar (X1) terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y) sebesar 54,21 %.
b. Sumbangan relatif kemandirian siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (Y) sebesar 45,79 %.
c. Sumbangan efektif kelengkapan sumber belajar (X1) terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y) sebesar 18,68 %.
73
d. Sumbangan efektif kemandirian siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (Y) sebesar 15,78 %.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditemukan implikasi
hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang positif antara kelengkapan sumber belajar terhadap
prestasi belajar siswa. Dengan demikian kelengkapan sumber belajar
memberikan kontribusi yang besar dalam upaya peningkatan prestasi belajar
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta. Jadi semakin baik kelengkapan sumber belajar, maka akan diikuti
dengan meningkatnya motivasi belajar siswa. Dengan motivasi belajar yang
meningkat akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2. Terdapat pengaruh yang positif antara kemandirian siswa terhadap prestasi
belajar siswa. Dengan demikian kemandirian siswa memberikan kontribusi
yang besar dalam upaya peningkatan prestasi belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Jadi
semakin lengkap kemandirian siswa, akan meningkatkan motivasi belajar
siswa. Siswa akan merasa senang dalam belajarnya, hal ini dikarenakan setiap
siswa yang belajar mampu menyelesaikan masalah dengan sendiri.
3. Ada pengaruh yang positif antara kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan demikian kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa
memberikan kontribusi yang besar dalam upaya peningkatan prestasi belajar
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta. Jadi dengan semakin baik kelengkapan sumber belajar dan
kemandirian siswa memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar
siswa. Semakin baik kelengkapan sumber belajar dan kemandirian siswa,
maka akan diikuti dengan tingginya prestasi belajar siswa, begitu pula
sebaliknya siswa yang memiliki kelengkapan sumber belajar dan kemandirian
siswa yang kurang baik atau rendah, maka akan diikuti dengan prestasi belajar
74
yang rendah pula. Dengan demikian siswa tidak hanya memperhatikan salah
satu faktor saja, akan tetapi kedua faktor tersebut sama-sama harus
diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang penting dalam upaya
peningkatan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu bukti bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi
oleh faktor internal siswa yaitu kemandirian siswa dan faktor eksternal yaitu
kelengkapan sumber belajar. Di samping itu hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya karena masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat penulis berikan, yaitu :
1. Kepada siswa
a. Hendaknya siswa berkonsentrasi penuh saat mengikuti pelajaran di kelas,
sehingga siswa akan mengerti materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Pada saat guru memberikan penjelasan hendaknya berkonsentrasi,
mencatat hal-hal yang penting atau garis besar dari penjelasan guru
tersebut dan menanyakan segala sesuatu yang dianggap kurang paham
atau tidak dimengerti.
b. Hendaknya siswa didalam membaca buku membuat ringkasan terlebih
dahulu. Di dalam kelengkapan sumber belajar dengan membuat ringkasan
sangat besar manfaatnya bagi siswa apabila menghadapi ujian atau
ulangan harian, maka siswa tidak harus membaca lagi. Siswa hanya cukup
mengulang-ulang dari buku ringkasan yang telah dibuatnya.
c. Hendaknya siswa dalam kegiatan membaca melakukan pemahaman
terhadap materi atau konsep terlebih dahulu dan kemudian baru
melakukan menghafal. Dengan memahami dan hafal suatu konsep, maka
siswa akan mudah menggunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan dalam
menjawab soal-soal.
75
d. Siswa harus dapat memanfaatkan waktu luang yang ada ataupun
kesempatan yang datang pada dirinya dengan sebaik mungkin. Misalnya
apabila ada jam pelajaran yang kosong siswa dapat memanfaatkan jam
kosong tersebut untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang belum
dikuasai ataupun mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mencari buku
referensi pada pelajaran berikutnya.
e. Hendaknya siswa ikut serta aktif dalam kegiatan diluar sekolah seperti
OSIS ataupun ekstrakulikuler agar mereka dapat mengembangkan
ketrampilan berwarganegara yang baik.
2. Kepada Guru
a. Guru hendaknya memberikan tugas kepada siswa apabila akan
meninggalkan jam mengajar, dengan catatan guru diberi tugas dari sekolah
untuk kepentingan sekolah. Hal ini bertujuan agar apabila jam kosong
siswa menggunakan sebaik-baiknya untuk mengerjakan tugas yang
diberikan dan digunakan untuk nilai tugas. Dan tugas tersebut juga harus
dikumpulkan pada saat itu juga agar siswa menggunakan waktunya
dengan baik.
b. Guru hendaknya kreatif dalam penggunaan sumber belajar dalam
memberikan tugas-tugas agar siswa menjadi kreatif dan trampil serta
berkembangnya pengetahuan mereka.
c. Selama mengajar sebaiknya guru memberikan teladan yang baik agar
dicontoh oleh siswa sehingga terbentuklah kepribadian yang baik sesuai
visi dan misi pendidikan kewarganegaraan.
3. Kepada Kepala Sekolah
Hendaknya Kepala Sekolah senantiasa meningkatkan sarana dan
prasarana (kelengkapan sumber belajar) misalnya dengan jalan melengkapi
koleksi buku diperpustakaan, melengkapi alat-alat laboraturium, dan
melengkapi
ruang
multimedia.
Dengan
demikian
diharapkan
dapat
memperlancar kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
76
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahmadi Fauzie. 2001. Pengaruh Kemandirian Belajar dan Tingkat
Ekonomi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa SMU 1 Boyolali
Tahun Ajaran 2000/2001. Surakarta: FKIP UNS
Ahmad Rohani dan Abu Ahmad. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ali Imran. 2000. Kreativitas dan Kemandirian Berpikir : Mencari Paradigma
Baru Pendidikan Nasional Abad XXI. Varidika Vol. XII No.20 Juni
2000. Surakarta: UMS.
Anonim.
2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
Http://www.dikmenum.go.id /dataapp/ kurikulum. 28 April 2009.
SI.
Anonim. 2006. Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Wipress.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Tujuan PKn. Http : //andriez
1980.blogspot.com/2007/07/tujuan-pkn-10.html. 13 Juni 2009.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.
Depertemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian
Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djarwanto P.S dan Pangestu Subagyo. 1998. Statistik Induktif. Jakarta: BPFE.
Doane,
Schultz. 1995. Psikologi
Yogyakarta: Kanisius.
Pertumbuhan
(Terjemahan
Yustinus).
Drost. 1995. Menjadi Pribadi Dewasa dan Mandiri. Yogyakarta: Kanisius.
Ekowati T. 2006. Kontribusi Intelegensi Dan Kemandirian Belajar Terhadap
Hasil
Belajar
Pendidikan
Kewarganegaraandan
Sejarah.
Http://www.google.co.id/search?Hl=id&ei=uco1sorzh5cckqxz07cfcg&s
a=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=Kontribusi+Intelegensi+
77
Dan+Kemandirian+Belajar+Terhadap+Hasil+Belajar+Pendidikan+Kew
arganegaraan+dan+Sejarah&spell=1. 10 Juni 2009.
Emil Salim. 1991.Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional
Menjelang Abad XXI. Jakarta: Gramedia.
Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta:
Global Pustaka Utama.
Gagne, Robert M. and Leslie J. Briggs. (1979). Principles of instructional design.
New York: Rinehart and' Winston
Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press.
Herman Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung: Remaja Karya.
Kartono. 1997. Psikologi Anak. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kevin Carmody And Zane Berge. 2005. “Elemenal Analysis Of The Online
Learning Experience”. International Journal of Education and
Development Using ICT. Vol 1 No 3.
Maltby, dkk. 1995. Educational psychology An Australian and New Zealand
Perspective. New york: John Wiley & Sons.
Menik Susanti. 2008. Pengaruh Pola Belajar Dan Kelengkapan Sumber Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Mojolaban Semester Gasal Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta: FKIP
UMS.
Mudrig Triyanto. 2001. Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan
Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Surakarta:
FKIP UNS.
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Galia.
Muhamad Subarkah. 2009. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Http://muhamadsb-teknologi
pendidikan.blogspot.com/2009/03/paradigma-pendidikan
kewarganegaraan.html. 8 Juni 2009.
78
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Nasution S. 200. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Agensindo.
Peter Salim dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English Press.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan yang Koheren dengan
Pendidikan Nilai-Nilai Pancasila. http:// www.puskur.net/ download/
prod2007/ 48-Kajian Kebijakan Kurikulum PKn. pdf. 8 Juni 2009.
Rahmawati. 2003. Pengaruh Kemandirian belajar dan Persepsi Tentang
Kompetensi Keguruan Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
Semester IV Program Pendidikan Ekonomi Akutansi FKIP UMS Tahun
Akademik 2003/2003. Surakarta: FKIP UMS
Raleigh Schorling and Howard T Batchelder. 1956. Student Teaching in
Secondary Schools. New York (330 West 42nd Street): McGraw-Hill
Book Company.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 78.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Sardiman A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudjana S. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
_____. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.
Sudjarwo S. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT
Mediyatama Sarana Perkasa.
Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran secara manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta.
79
_____. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Supranto C. 1994. Statistik. Jakarta: Erlangga.
Sutama. 2001. Perhatian, Kemandirian Siswa, dan Efektifitas Pembelajaran
Matematika. Varidika vol. XIII No. 22 Juli 2001. Surakarta: UMS.
Sutrisno Hadi. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suyatmi. 1999. Studi Korelasi Antara Motivasi Berprestasi Dan Kelengkapan
Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Surakarta: FKIP
UNS.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tamrin Nasution. 1986. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak.
Jakarta: Gunung Mulia.
Udin S. Winataputra. 2007. Temu Sambut Mahasiswa baru Program Studi Pkn.
Http://sps.upi/edu/prodi/?wp=1&p=event&id=11. 8 Juni 2009.
W.S. Winkel. 1991. Psikologi Pendidikan Dalam Evaluasi Belajar . Jakarta:
Gramedia.
_____. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wahidin Hisyam. 2006. Hubungan Motivasi Belajar Dan Kemandirian Belajar
Dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMAN 12 Bandar
Lampung. Http://digilib.unila.ac.id/go.php?Id=laptunilapp-gdl-s2-2006wahidinhis-506. 10 Juni 2009.
Wasty Soemanto. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Yulianto Bambang Setyadi. 2002. Prestasi Belajar Ditinjau dari Faktor
Pendapatan dan Intensitas Perhatian Orang Tua serta Motivasi Belajar
Anak. Varidika Vol. 14 No. 25 Desember 2002. Surakarta: UMS.
Yusuf Hadi Miarso, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan, Pengertian
dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Zainun Mu’tadin. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada
Remaja. Http://www.e-psikologi.com/remaja. 10 Juni 2009.
80
81
Download