9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rumah Tangga Rumah

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan
dari satu dapur berarti pembiayaan keperluan apabila pengurusan kebutuhan
sehari-hari dikelola bersama-sama (Badan Pusat Statistik, 2013).
Rumah tangga menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1 (1990)
adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia. Rumah tangga
memiliki pengertian tempat tinggal beserta penghuninya dan segala yang ada di
dalamnya. Rumah tangga adalah unit perumahan dasar dimana produksi ekonomi,
konsumsi, warisan, membesarkan anak, dan tempat tinggal yang terorganisasi dan
dilaksanakan.
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal disuatu
rumah, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang
sementara tidak ada (Mantra, 2003). Anggota rumah tangga yang telah bepergian
6 bulan atau lebih dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan
tetapi dengan tujuan pindah dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6
bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan dianggap sebagai anggota rumah
tangga.
9
10
Jenis rumah tangga terdiri dari beberapa kategori dan dibedakan menurut
jenis permukiman, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. Rumah
tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari
satu dapur. Rumah tangga terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Rumah tangga
termasuk juga seorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus
tetapi makannya diurus sendiri. Keluarga yang tinggal pada dua bangunan sensus
tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus terdapat dalam blok
yang sama. Pondokan dengan pemondoknya kurang dari 10 orang. Pemondokan
dianggap sebagai anggota rumah tangga induk. Beberapa orang yang bersamasama mendiami satu kamar dalam bangunan sensus walaupun mengurus
makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.
Rumah tangga khusus terdiri dari orang-orang yang tinggal di asrama yaitu
tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu
yayasan atau badan. Orang-orang yang tinggal di lembaga permasyarakatan, panti
asuhan, dan rumah tahanan. Sekelompok orang yang mondok dengan makan yang
berjumlah lebih besar atau sama dengan sepuluh orang.
2.2
Pengertian Iklim dan Perubahan Iklim
Iklim didefinisikan sebagai kejadian cuaca selama kurun waktu yang
panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai
statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate
Conference, 1979) dalam LAPAN (2009). Definisi lain disebutkan bahwa iklim
11
sebagai konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur
atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha,
1980) dalam LAPAN (2009). Menurut Gibbs dalam LAPAN (2009) iklim adalah
peluang statistik berbagai keadaan atmosfer antara lain suhu, tekanan, angin, dan
kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang.
Glossary of Meteorology disebutkan bahwa iklim adalah keseluruhan dari cuaca
yang meliputi jangka waktu panjang di suatu wilayah.
Perubahan iklim adalah perubahan kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Perubahan
fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata
salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Istilah perubahan
iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara
keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada
variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata
secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (umumnya dekade atau lebih).
Perubahan iklim merupakan perubahan pada variabel iklim, khususnya suhu
udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu
yang panjang antara 50 sampai 100 tahun yang telah terukur sejak pertengahan
abad ke-19. Pada dasarnya iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Keadaan
perubahan iklim di masa lampau berlangsung secara alamiah, sedangkan saat ini
perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), terutama
12
yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih guna lahan. Kegiatan
manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan
konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O). Gas-gas tersebut yang selanjutnya
menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca yaitu dapat
meneruskan radiasi gelombang pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan
radiasi gelombang panjang yang bersifat panas. Hal tersebut mengakibatkan
atmosfer bumi semakin memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan
konsentrasi gas rumah kaca.
2.3
Pengertian Emisi Gas Rumah Kaca
Kehidupan di bumi tergantung pada energi dari matahari. Sekitar 30% dari
sinar matahari yang menuju bumi dibelokkan oleh atmosfer luar dan tersebar
kembali ke ruang angkasa. Sisanya mencapai permukaan bumi dan direfleksikan
ke atmosfer lagi sebagai suatu jenis energi yang bergerak lamban dan disebut
radiasi inframerah. Panas yang disebabkan oleh radiasi inframerah ini diserap oleh
gas rumah kaca seperti uap air, karbondiokasida, ozon dan metana, yang
memperlambat lolos dari atmosfer.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang menjebak panas di atmosfer. Beberapa
gas rumah kaca seperti karbondioksida terjadi secara alami dan dipancarkan ke
atmosfer melalui proses alam dan kegiatan manusia. Efek yang ditimbulkan dari
gas-gas ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca menurut Soedomo (1999)
13
adalah suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang ke lapisan
atmosfer yang memiliki sifat penyerap panas yang ada.
Pembakaran bahan bakar berkontribusi terhadap tiga per empat dari
peningkatan CO2 dari kegiatan manusia selama 20 tahun terakhir, sementara
sisanya berasal dari perubahan tata guna lahan dan penggundulan hutan. Gas
rumah kaca lain diciptakan dan dipancarkan hanya melalui aktivitas manusia. Gas
rumah kaca utama yang memasuki atmosfer karena kegiatan manusia adalah yang
menghasilkan karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan
gas yang mengandung fluorida.
Karbondioksida memasuki atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil
(minyak, gas alam, dan batubara), limbah padat, pohon, produksi kayu, dan juga
sebagai akibat dari reaksi kimia lain. Karbondioksida dapat menghilang dari
atmosfer ketika diserap oleh tanaman sebagai bagian dari siklus karbon biologis.
Karbondioksida dapat diemisikan dengan beberapa cara. Secara alami melalui
siklus karbon dan melalui aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil.
Sumber alami karbondioksida terjadi dalam siklus karbon dimana miliaran ton
karbondioksida atmosfer dihilangkan dari atmosfer oleh lautan dan tanaman yang
tumbuh dan dipancarkan kembali ke atmosfer setiap tahun. Ketika dalam keadaan
keseimbangan, jumlah dan perpindahan emisi karbondioksida dari seluruh siklus
karbon mendekati sama.
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan
rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk
keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk
14
mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Sebagai komponen utama gas alam,
metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana
dengan oksigen akan melepaskan satu molekul karbondioksida (CO2) dan dua
molekul air (H2O). Metana dihasilkan selama produksi dan transportasi
menggunakan batubara, gas alam, dan minyak. Emisi gas metana juga merupakan
hasil dari peternakan dan praktek pertanian lainnya, serta akibat pembusukan
limbah organik di tempat pembuangan sampah.
Nitrogen oksida (N2O) adalah gas insulator panas yang sangat kuat.
Nitrogen oksida dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh
lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari
karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 % apabila dibandingkan
masa praindustri. Nitrogen oksida merupakan gas atmosfer yang penting dan
diemisikan paling banyak dari tanah dan air. Walaupun N2O memiliki konsentrasi
yang rendah dibandingkan dengan CO2 dan H2O, namun N2O sangat berpengaruh
terhadap gas rumah kaca. Nitrogen oksida di atmosfer memiliki waktu hidup yang
relatif lama, serta memiliki kapasitas penyerapan energi (radiasi matahari dalam
bentuk gelombang pendek) yang tinggi per molekul. Sumber N2O berasal dari
lahan, pembakaran biomassa, kegiatan pertanian, dan proses industri.
Gas yang mengandung fluorida contohnya seperti hidrofluorokarbon,
perfluokarbon, sulfur heksafluorida adalah gas rumah kaca yang sintetik dan kuat
dari berbagai proses industri. Gas terflourinasi kadang-kadang digunakan sebagai
pengganti untuk zat yang dapat merusak ozon (CFC, HCFC, dan Halons). Gas-gas
15
ini biasanya dipancarkan dalam jumlah yang lebih kecil, tetapi karena gas tersebut
adalah gas-gas rumah kaca yang potensial menyebabkan pemanasan global.
Faktor emisi merupakan nilai rata-rata suatu parameter pencemar udara
yang dikeluarkan sumber spesifik. Faktor-faktor ini biasanya dinyatakan sebagai
berat polutan dibagi dengan satuan berat, volume, jarak, atau lamanya aktivitas
yang dapat mengeluarkan polutan. Adanya variasi tersebut menimbulkan faktor
emisi dengan unit yang berbeda.
Faktor emisi digunakan untuk membuat perkiraan sumber emisi spesifik
pada suatu area. Pendataan memiliki banyak tujuan termasuk pemodelan dan
analisis disperse ambient. Pada beberapa sumber, faktor emisi dapat disajikan
melalui fasilitas yang memiliki peralatan kontrol polusi udara di tempatnya.
Sumber emisi biasanya diuji ketika masih baru dan ketika diyakini telah
beroperasi dengan benar, sehingga hasil yang didapat sangat berbeda. Pada Tabel
2.1 disajikan faktor emisi berdasarkan aktivitas yang berbeda.
Tabel 2.1
Faktor Emisi Berdasarkan Aktivitas yang Berbeda
Aktivitas
Pembangkit listrik
Botol Kemasan
AC 1 PK
Setrika
Rice Cooker
Kertas HVS 70g
Perangkat Computer
TV LCD
Radio
Lampu 10 watt
LPG
LNG
Minyak Tanah
Faktor Emisi
0,725
842
668
446
267
227
223
111
53,5
8,91
17,2
17,5
19,4
Satuan
kg/kWh
g/botol
g/jam
g/jam
g/jam
g/lembar
g/jam
g/jam
g/jam
g/jam
g/kg
kg/GJ
g/liter
16
Aktivitas
Sepeda motor <125cc/Ojek
Sepeda motor >125-500cc
Sepeda motor >500cc
Mobil bensin >1400-2000cc/Taksi
Mobil bensin >2000cc
Mobil diesel <1700 cc
Mobil diesel >1700-2000 cc
Mobil diesel >2000 cc
Bus kota
Sampah
Sumber : IPCC, 2006
2.4
Faktor Emisi
0,085
0,103
0,137
0,215
0,299
0,145
0,181
0,245
0,03
0,075
Satuan
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km
kg/km-penumpang
kg/km
Pemanasan Global
Pemanasan bumi disebabkan karena gas-gas tertentu dalam atmosfer bumi
seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O) dan uap air
membiarkan radiasi matahari menembus dan memanasi bumi, menghambat
pemantulan sinar infra merah dan menyebabkan efek rumah kaca. Naiknya
konsentrasi gas-gas tersebut, maka akan lebih banyak panas tertekan di dalam
atmosfer dan menyebabkan suhu bumi meningkat (Mulyanto, 2007).
Peristiwa perubahan iklim akan berakibat buruk bagi kehidupan di
permukaan bumi, seperti pada bidang pertanian, perubahan ekosistem alam,
meluasnya padang rumput dan gurun, areal hutan menyusut dan bergeraknya suhu
panas ke arah kutub. Akibat dari meningkatnya suhu air laut adalah mencairnya
bongkahan es dan lambat laun mengakibatkan banyak daerah pantai yang
terendam. Pemanasan global dapat menimbulkan berbagai kerusakan melalui
dampak terhadap gejala geosfer dan terakhir terhadap manusia. Semua dampak
akan menimbulkan bencana bagi umat manusia, baik yang melakukan
pencemaran maupun yang tidak melakukannya (Wardhana, 2010).
17
IPCC (2001) menyebutkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui
efek rumah kaca. Hal yang serupa dinyatakan dalam America’s Climate Choice
Full Report (2010), bahwa peningkatan rata-rata suhu global merujuk ke aktivitas
manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer yang tercatat selama 150 tahun
terakhir. Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer dapat disebabkan oleh
meningkatnya emisi CO2 dari aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar
fosil, penggundulan hutan, dan perubahan tata guna lahan. Selain CO2,
konsentrasi gas rumah kaca lainnya seperti metana, oksida nitrogen, dan beberapa
gas halogen juga meningkat akibat aktivitas manusia.
2.5
Pengertian Jejak Karbon
Jejak karbon adalah ukuran dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan,
dan perubahan iklim tertentu. Hal ini terkait dengan jumlah gas rumah kaca yang
dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembakaran bahan bakar fosil
untuk listrik, pemanasan dan transportasi dan hal lainnya. Jejak karbon merupakan
jumlah total dari hasil emisi karbondioksida secara langsung maupun tidak
langsung dan merupakan akumulasi dari penggunaan produk dalam kehidupan
sehari-hari Wiedmann & Minx (2008). Satuan jejak karbon adalah ton setara CO2
(tCO2e) atau kg-setara-CO2 (kgCO2e).
18
Jejak karbon dapat dihitung dengan beberapa cara. Pertama dengan melihat
penggunaan bahan bakar fosil yang digunakan. Penggunaan tersebut berupa
penggunaan bahan bakar fosil berupa minyak bumi atapun gas alam. Bahan bakar
fosil tersebut secara langsung dapat menghasilkan karbondioksida (CO2). Kedua
dengan melihat penggunaan listrik untuk keperluan sehari-hari. Aktivitas
penggunaan listrik memproduksi sejumlah CO2 yang berasal dari pembangkit
listrik pemasok energi listrik yang dipakai.
Jejak karbon merupakan sebuah metode untuk memperkirakan jumlah emisi
gas rumah kaca pada persamaan karbon dari hasil silang daur ulang proses
produksi bahan dasar yang digunakan di industri, pembuangan pada produk akhir
(www.carbontrust.com).
2.5.1
Jejak Karbon Primer
Jejak karbon primer merupakan ukuran emisi CO2 yang bersifat langsung.
Jejak karbon primer didapat dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti
memasak dan transportasi. Setiap kegiatan atau aktivitas manusia yang
menggunakan bahan bakar dapat menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda
tergantung dari lama menggunakan bahan bakar seperti LPG dalam kehidupan
sehari-hari.
Faktor emisi adalah massa dari suatu polutan yang dihasilkan relatif untuk
setiap unit proses, per satuan massa bahan bakar yang dikonsumsi atau per unit
produksi (Porteous, 1996). Faktor emisi primer adalah faktor emisi yang nantinya
akan dikalikan dengan jumlah penggunaan bahan bakar dalam sebulan.
19
Faktor emisi dari LPG adalah sebesar 17,2 g karbon/MJ dengan berat
bersih 48,85 MJ/kg (IPCC, 1996). Rumus perhitungan bahan bakar LPG adalah
sebagai berikut:
Pey = EF x Fcy LPG x NCV
(2.1)
keterangan:
Pey
= Total emisi CO2
EF CO2
= Faktor emisi LPG 17,2 g karbon/MJ
Fcy
= Konsumsi LPG
NCV
= Berat bersih LPG 48,852 MJ/kg
2.5.2
Jejak Karbon Sekunder
Jejak karbon sekunder merupakan emisi karbondioksida yang bersifat
tidak langsung. Jejak karbon sekunder dihasilkan dari peralatan-peralatan
elektronik rumah tangga dimana peralatan elektronik tersebut dapat difungsikan
dengan menggunakan daya listrik. Daya listrik bersumber dari pembangkit listrik
yang produksinya menggunakan bahan bakar fosil. Secara tidak langsung
konsumen pengguna daya listrik telah melakukan pembakaran bahan bakar fosil
untuk mendapatkan sumber energi listrik. Hal ini tentu menunjukkan hubungan
bahwa jejak karbon sekunder tidak terlepas dari karbon primer yang dihasilkan.
Faktor emisi karbon dari konsumsi listrik yang dihitung dari penyediaan
produksi listrik oleh pembangkit listrik terdapat dalam panduan metode ACM
002, persamaannya sebagai berikut:
20
EF = SFC x NCV x CEF x Oxid x 44/12
(2.2)
keterangan :
EF
= Faktor emisi CO2 konsumsi listrik (satuan massa/MWh)
SFC
= Spesific Fuel consumption
NCV
= Nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau
volume bahan bakar (TJ/ton fuel)
CEF
= Carbon Emission Factor (ton CO2/TJ)
Oxid
= Oxidation Factor
Setelah didapat faktor emisi, kemudian dilakukan perhitungan emisi
karbon yang dihasilkan dengan menggunakan rumus berikut ini:
Emisi = EF x konsumsi listrik (kWh)
(2.3)
keterangan :
EF
= Faktor emisi konsumsi listrik 586 g karbon/kWh
Penyediaan listrik ditentukan oleh PT. PLN Pusat dengan produksi
pembangkit listrik menggunakan sistem interkoneksi dalam satu area besar yaitu
Jawa, Madura, dan Bali (Gusman, 2009). Nilai faktor emisi ditentukan
berdasarkan bahan bakar pembangkit listrik. Nilai SFC, NCV, CEF dan Oxidation
Number terdapat pada Tabel 2.2, Tabel 2.3, dan Tabel 2.4.
21
Tabel 2.2
Faktor Emisi Sekunder
No Pembangkit
1 PLTU
2 PLTU
3 PLTU
4 PLTGU
5 PLTGU
6 PLTGU
7 PLTGU
8 PLTGU
Sumber : IPCC 1996
Jenis
Pembangkit
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
OCB Generator
Bahan
Bakar
Batubara
MFO
Gas
HSD
Gas
HSD
Gas
HSD
Pembakaran Efisien
(tCO2/GWh)
1.066,88
641,10
404,27
546,16
392,86
647,51
404,27
647,51
Tabel 2.3
IPCC Indonesia Spesifik NVCs
Fuel
Crude Oil
Natural gas
Sub Bituminous
Gas/Diesel oil
Sumber : IPCC 1996
CEF
42,66
42,77
23
42,66
Units
tC/TJ
tC/TJ
tC/TJ
tC/TJ
Tabel 2.4
Konversi Massa Karbon Per Unit dari Konsumsi Bahan Bakar
Fuel
Crude Oil
Natural Gas
Sub Bitominous Coal
Gas/ Diesel Oil
Sumber : IPCC 1996
2.6
Faktor
0,0009
0,019922
1
0,009
Units
Kt fuel/ kiloliter
Kt fuel/ kiloliter
Kt fuel/ kiloliter
Kt fuel/ kiloliter
Hasil Penelitian Terdahulu
Dasar temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya
merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung.
Salah satu data pendukung yang menurut peneliti dapat dijadikan bagian tersendiri
22
adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang
dibahas dalam penelitian ini. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan
adalah terkait dengan nilai jejak karbon. Hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5
Hasil Penelitian Terdahulu
No.
1.
Peneliti
Wicaksono,
Andria
Muchlisin
(2010)
Judul
Penelitian
Studi carbon
footprint (CO2)
dari
kegiatan
permukiman di
Surabaya
Bagian Barat
-
-
-
2.
Setiawan,
Yusdianto
Ricky
(2011)
3.
Astari, Gita
Ratih
(2012)
4.
Wulandari,
Mira Tri
(2013)
Kajian carbon
footprint dari
kegiatan
industri di
Kota Surabaya
Studi Jejak
Karbon dari
aktivitas
Permukiman di
Kecamatan
Pademangan
Kotamadya
Jakarta Utara
Kajian Emisi
CO2
Berdasarkan
Penggunaan
Energi Rumah
-
-
Variabel
Penelitian
Jumlah
bahan bakar
Alat listrik
yang
digunakan
Waktu
pemakaian
alat listrik
Daya listrik
rumah
Tipe rumah
Jumlah emisi
berdasarkan
komoditi
industri
Jumlah emisi
berdasarkan
jenis industri
- Daya listrik
rumah
- Tipe rumah
- Jumlah
penghasilan
- Penggunaan
bahan bakar
di rumah
tangga dan
BBM
Hasil Penelitian
Faktor yang
mempengaruhi emisi
CO2 adalah jumlah
penggunaan bahan
bakar, alat-alat listrik
yang digunakan di
rumah tangga, waktu
pemakaian alat-alat
listrik, daya listrik dan
tipe rumah.
Hasil komoditi industri
paling besar berasal dari
industri kimia yaitu
sebesar 8523,61 ton
CO2/bulan dan paling
kecil dari industri alat
angkut sebesar 68,26 ton
CO2/bulan.
Hasil analisis dan uji
statistik, faktor-faktor
yang mempengaruhi
nilai emisi yang
dihasilkan dari suatu
rumah tangga yaitu tipe
rumah, daya listrik, dan
jumlah penghasilan.
1. Perbedaan tingkatan
perumahan/
pemukiman
berpengaruh dalam
penggunaan energi
23
No.
Peneliti
Judul
Penelitian
Tangga
Sebagai
Penyebab
Pemanasan
Global
(Studi Kasus
Perumahan
Sebantengan,
Gedang Asri,
Susukan RW
07 Kab.
Semarang)
Variabel
Penelitian
kendaraan
bermotor
- Peralatan
elektronik
rumah
tangga
- Daya listrik
rumah setiap
bulan
- Tipe rumah
Hasil Penelitian
rumah tangga
2. Perumahan kelas atas
atau dengan tingkat
ekonomi yang lebih
tinggi menggunakan
energi rumah tangga
lebih besar sehingga
menghasilkan emisi
CO2 yang lebih besar.
Dari beberapa hasil penelitian pada Tabel 2.5, dapat digambarkan beberapa
persamaan dan perbedaan dari penelitian ini. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada variabel yang digunakan dalam
membahas pokok permasalahan. Variabel pokok yang dicari adalah untuk
mengetahui berapa besaran emisi karbon yang dihasilkan. Variabel lain yang
digunakan adalah untuk melihat hubungan nilai jejak karbon adalah jumlah
konsumsi bahan bakar, jumlah alat-alat yang menggunakan daya listrik, dan
jumlah konsumsi daya listrik yang digunakan.
Perbedaan dari penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya
adalah pada variabel yang mempengaruhi nilai jejak karbon. Pada penelitian ini
menggunakan variabel anggota rumah tangga dan jumlah alat-alat yang
menggunakan bahan bakar fosil seperti LPG atau minyak tanah. Pada penelitian
lain variabel yang digunakan yaitu tipe rumah dan jumlah penghasilan untuk
memberikan gambaran mengenai hubungan nilai karbon.
Download