BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Sumber karbohidrat yang terdapat dalam bahan pangan dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi manusia untuk beraktivitas. Namun dewasa ini fungsi pangan mulai bergeser, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan melainkan untuk menjaga kesehatan yang dikenal sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional adalah pangan yang memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan disamping memenuhi kebutuhan nutrisi dasar (Winarno dan Koswara, 2002). Jenis pangan fungsional bermacam-macam diantaranya adalah prebiotik. Prebiotik adalah komponen pangan yg tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (nondigestible food ingredient) yang mempunyai pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni kolon (Suryacaesa, 2010). Prebiotik umumnya merupakan oligosakarida yang tidak dapat dicerna dalam saluran inang (Lesmanawati, 2013). Beberapa jenis oligosakarida yang telah dikenal sebagai prebiotik yaitu FOS (fruktooligosakarida), GOS (glukooligosakarida), inulin, dan rafinosa (Krisnayudha, 2007). 1 Oligosakarida adalah karbohidrat berbobot molekul rendah, terdiri dari tiga sampai 10 gugus gula sederhana (monosakarida).Oligosakarida merupakan rantai pendek polisakarida (Manning et al., 2004). Oligosakarida tidak mampu dicerna oleh enzim-enzim dalam saluran pencernaan manusia. Oligosakarida merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan, sehingga oligosakarida disebut sebagai prebiotik (Silalahi dan Hutagalung, 2002). Oligosakarida banyak terdapat dalam biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian (Krisnayudha, 2007). Tanaman gadung (Dioschorea hispidaDennst) merupakan jenis tanaman umbi-umbian yang mudah dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia karena tidak mengenal musim tanam (Rustiana, 2011). Di beberapa daerah, gadung masih merupakan tanaman liar yang belum dibudidayakan dan hanya tumbuh di kebun atau pekarangan rumah (Pambayun, 2007). Kandungan utama umbi gadung berupa karbohidrat sehingga umbi ini banyak digunakan masyarakat sebagai sumber energi alternatif . Kandungan karbohidrat dalam umbi gadung cukup tinggi yaitu sebesar 29,7 g dalam setiap 100 g bahan (Novalinda, 2015). Diantara kandungan karbohidrat tersebut, senyawa oligosakarida dalam umbi gadung berpotensi sebagai prebiotik. Krisnayudha (2007) menyatakan bahwa ekstrak oligosakarida umbi ganyong dan umbi garut mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat dan menurunkan jumlah bakteri patogen. Umbi gadung juga dapat disejajarkan dengan umbi-umbi 2 lainnya. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan eksplorasi untuk mempelajari potensi umbi gadung sebagai prebiotik. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang timbul untuk penelitian ini adalah : 1. Apakah jenis oligosakarida yang terkandung dalam umbi gadung (Dioscorea hispidaDennst) ? 2. Bagaimana nilai indeks prebiotik yang dihasilkan dari oligosakarida yang diisolasi dari umbi gadung (Dioscorea hispidaDennst) ? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis oligosakarida yang terkandung dalam umbi gadung (Dioscorea hispidaDennst). 2. Mengetahui nilai indeks prebiotik yang dihasilkan dari oligosakarida yang diisolasi dari umbi gadung (Dioscorea hispidaDennst) berdasarkan pada pertumbuhan bakteri probiotik dan bakteri patogenik dari feses bayi. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan potensi umbi gadung(Dioscorea hispidaDennst) sebagai sumber pangan fungsional yang mengandung prebiotik. 3