STRATEGI MENJARING PEMILIH PEMULA DALAM DAFTAR

advertisement
STRATEGI MENJARING PEMILIH PEMULA DALAM DAFTAR PEMILIH
Oleh : Kadek Wirati
A. PENDAHULUAN
Banyak
definisi
kepemimpinan
yang
menggambarkan
asumsi
bahwa
kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun
masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain
dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C.
Maxwell
mengatakan
bahwa
inti
kepemimpinan
adalah
mempengaruhi
atau
mendapatkan pengikut. Orang yang melakukan tindakan untuk mempengaruhi atau
mendapat pengikut inilah yang disebut dengan pemimpin.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang
pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok
orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang
yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan
memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tujuan bersama rakyat Indonesia
adalah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai yang tertuang
dalam Pancasila. Untuk mencapai tujuan rakyat Indonesia inilah dibutuhkan pemimpin.
Pemimpin ini harus dipilih dari jutaan rakyat Indonesia. Tentunya orang yang dipilih
adalah orang dipandang mampu mengantarkan rakyat Indonesia kepada cita-citanya.
Pemimpin yang terpilih akan melaksanakan tindakan kepemimpinan. Pemimpin
Indonesia harus mampu mempengaruhi dan mendapatkan pengikut dari rakyat Indonesia
agar rakyat mau berjuang bersama-sama untuk mencapai cita-citanya. Untuk memilih
pemimpin inilah dibutuhkan sarana pemilu/pemilihan yang demokratis. Pemilihan yang
demokratis merupakan cerminan demokrasi sudah berjalan dengan baik.
Partisipasi politik merupakan inti dari demokrasi. Demokratis-tidaknya suatu sistem
politik ditentukan oleh ada-tidaknya atau tinggi-rendahnya tingkat partisipasi politik
warganya. Standar minimal demokrasi biasanya adalah adanya pemilihan umum
reguler yang bebas untuk menjamin terjadinya rotasi pemegang kendali negara tanpa
adanya penyingkiran terhadap suatu kelompok politik manapun; adanya partisipasi
aktif dari warga negara dalam pemilu itu dan dalam proses penentuan kebijakan;
terjaminnya pelaksanaan hak asasi manusia yang memberikan kebebasan bagi para
warga negara untuk mengorganisasi diri dalam organisasi sipil yang bebas atau dalam
partai politik, dan mengekspresikan pendapat dalam forum-forum publik maupun
media massa.2
Dari definisi demokrasi tersebut terlihat bahwa partisipasi politik dan kompetisi politik
merupakan syarat penting bagi tersedianya sistem politik yang bercorak demokrasi.3
Dalam pemilu diakui adanya hak pilih secara universal (universal suffrage). Hak
pilih ini merupakan salah satu prasyarat fundamental bagi negara yang menganut
demokrasi konstitusional modern.4 Pemilu merupakan institusionalisasi partisipasi dalam
menggunakan hak pilih. Hak pilih ini memiliki karakter demokratis bila memenuhi tujuh
prinsip, yaitu umum (universal), setara (equal), rahasia (secret), bebas (free) dan
langsung (direct), jujur dan adil (honest and fair).
Demokrasi memberikan hak yang setara bagi seluruh warga Negara untuk
memberikan suaranya dalam pengambilan keputusan guna mengatur Pemerintahan
dengan perantaraan wakilnya. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak
berminat menggunakan hak pilihnya. Padahal hak memilih dimiliki oleh seluruh
masyarakat yang telah memiliki hak pilih termasuk dalam hal ini pemilih pemula. Namun
nampaknya sampai saat ini hanya sebagian kecil pemilih pemula tergarap denga baik
untuk berpartisipasi dalam pemilu maupun pemilihan. Partisipasi dalam hal ini baik pada
saat persipan maupun pelaksanaan. Untuk menjamin partisipasi pemilih inilah
dibutuhkan sebuah komisi pemilihan umum untuk melaksanakan pemilu/pemilihan. Di
Indonesia pelaksana pemilu/pemilihan adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Komisi Pemilihan Umum telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2011 untuk menyelenggarakan pemilihan umum secara nasional dan lokal.
Berbagai tantangan dan permasalahan baik yang datang dari internal dan eksternal
organisasi timbul seiring dengan perubahan dinamika kehidupan politik, ekonomi, sosial
dan budaya masyarakat.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
merupakan peraturan pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang mana
mengalami penyempurnaan dalam konsep birokratis, terutama pada konsep kemandirian
penyelenggara pemilu.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 ini mempertegas bahwa
Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga Negara yang sangat penting secara
konstitusional dan memiliki kelembagaan yang bersifat nasional,tetap dan mandiri dalam
menyelenggarakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Peran startegis tersebut tercermin dalam uraian tugas, fungsi dan kewajiban yang
diemban oleh Komisi Pemilihan Umum .
Komisi Pemilihan Umum dihadapkan pada sejumlah tantangan berupa issue
actual dalam menyelenggarakan pemilu/pemilihan, baik nasional maupun lokal yang
berdampak
pada
pencapaian
lembaga
Komisi
Pemilihan
Umum
secara
keseluruhan.Adapun tantangan tersebut sebagai berikut :
a. Perkembangan masyarakat yang menjadi basis pemilih pada pemilu/pemilihan
sangat dinamis.
b. Peran media massa sangat besar dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dengan berkembangnya isu aktual diatas, pemutakhiran daftar pemilih menjadi
sangat strategis dari lembaga Komisi Pemilihan Umum mengingat masih tingginya Warga
Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pemilih belum terdaftar dalam daftar
pemilih dalam pelaksanaan pemilu baik secara nasional maupun lokal.
B. Hak Memilih merupakan Hak Asasi Manusia
1. Hak Asasi Manusia
a) Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia semata-mata
karena ia manusia. Hak ini dimilikinya bukan karena diberikan oleh masyarakat
atau berdasarkan hukum positif, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai
manusia (Jack Donnely dalam Rhona K.M Smith, dkk, 2008). Meskipun manusia
terlahir dalam kondisi dan keadaan yang berbeda-beda, berbeda jenis kelamin,
ras, agama, suku, budaya dan keanekaragaman lainnya, tetap saja memiliki hakhak tersebut dimana hak tersebut bersifat universal dan tidak dapat dicaput oleh
siapa pun dan kapanpun.
1. Hal senada dikemukakan oleh Miriam Budiardjo (2008), bahwa hak asasi manusia
merupakan hak yang dimiliki setiap manusia yang melekat atau inheren padanya
karena dia adalah manusia. Hak ini merupakan hak yang paling mendasar
(fundamental) agar manusia dapat berkembang sesuai dengan martabatnya.
2. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bagian
menimbang pada huruf b menyebutkan bahwa hak asasi manusia merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan
langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,dihormati, dipertahankan, dan tidak
boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
3. Lebih lanjut, Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia mendeskripsikan pengertian hak asasi manusia sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
4. Hak asasi manusia merupakan hak yang secara kodrati melekat dalam diri
manusia karena keberadaannya sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa,
meskipun manusia dilahirkan dalam keadaan dan kondisi yang beraneka ragam.
Oleh karena itu, hak tersebut tidak boleh dicabut oleh kapanpun dan siapa pun.
5. Hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia adalah
menjaga
keselamatan
eksistensi
manusia
secara
utuh
melalui
aksi
keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum (Dede Rosyada, 2005).
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai saling menghormati antar hak asasi masingmasing orang. Di dalam menerima suatu hak asasi, dalam hak itu disertai
pembebanan yaitu kewajiban asasi untuk melindungi dan menghormati hak asasi
orang lain.
Pelaksanaan hak asasi manusia harus didasarkan atas prinsip-prinsip yang
telah disepakati oleh masyarakat internasional. Hal ini untuk menekan terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam hukum hak
asasi manusia internasional adalah (Rhona K.M. Smith, dkk, 2008):
a. Prinsip kesetaraan, yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki
kesetaraan dalam hak asasi manusia. Kesetaraan mensyaratkan adanya
perlakuan yang setara, dimana pada situasi yang sama harus diperlakukan
dengan sama, dan pada situasi yang berbeda diperlakukan berbeda pula;
b. Prinsip diskriminasi, merupakan salah satu bagian penting prinsip kesetaraan. Jika
semua orang setara, maka seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif.
Diskriminasi adalah kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang
seharusnya sama/setara;
c. Kewajiban positif untuk melindungi hak-hak tertentu. Suatu negara tidak boleh
secara sengaja mengabaikan hak-hak dan kebebasan-kebebasan serta memiliki
kewajiban positif untuk melindungi secara aktif dan memastikan terpenuhinya hakhak dan kebebasan.
Penerapan
prinsip-prinsip
di
atas
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan,
dimaksudkan untuk menekan terjadinya diskriminasi terutama bagi golongan
masyarakat kecil yang kurang diperhatikan olehpemerintah. Oleh karena itu, dalam
rangka menghindari pelanggaran hak asasi manusia negara harus menegakkan
prinsip-prinsip hak asasi manusia di atas.
2. Hak Politik
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional, harus menghormati,
menghargai, dan menjunjung tinggi prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan BangsaBangsa serta Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, yang selanjutnya disingkat
DUHAM. DUHAM ini berisi pokok-pokok hak asasi manusia dan kebebasan dasar
yang dijadikan sebagai acuan dalam penegakan dan penghormatan hak asasi
manusia baik bagi anggota PBB sendiri maupun masyarakat yang berada di wilayah
yurisdiksinya.
Dalam perkembangannya, tanggal 16 Desember 1966, melalui resolusi 2200A (XXI)
MU PBB mengesahkan Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan Politik bersama-sama
dengan Protokol Opsional pada Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan
Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik beserta Protokol Opsional pada Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik mulai berlaku pada tanggal 23 Maret
1976 (Penjelasan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang
Hak-Hak Sipil Dan Politik)).
Indonesia sebagai negara hukum yang berusaha menjunjung penegakan dan
penghormatan hak asasi manusia, telah meratifikasi Kovenan tentang Hak-hak Sipil
dan Politik melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional tentang
Hak-Hak Sipil dan Politik). Hal ini disertai konsekuensi bahwa Pemerintah Indonesia
memiliki tanggungjawab untuk memenuhi pelaksanaan hak sipil dan politik setiap
warganegara.
Hak-hak politik yang diatur dalam Pasal 21 DUHAM diantaranya (Adnan
Buyung Nasution dan Patra M. Zen, 2006):
a. Berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya secara langsung atau melalui
wakil-wakil yang dipilih secara bebas;
b. Berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan
negaranya;
Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah, dimana kehendak
ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan
murni, dengan hak pilih yang bersifat umum dan setara, dengan pemungutan suara
secara rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan
memberikan suara. Hak-hak politik yang diatur dalam Pasal 25 Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik adalah hak dan kesempatan tanpa
pembedaan dan pembatasan yang tidak wajar untuk:
a. Ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik secara langsung ataupun
melalui perwakilan yang dipilih secara bebas;
b. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang jujur, dengan hak pilih yang
universal dan sederajat, dan dilakukan dengan pemungutan suara yang rahasia
yang menjamin kebebasan para pemilih menyatakan keinginannya;
c. Mendapatkan akses, berdasarkan persyaratan yang sama secara umum, pada
dinas pemerintahan di negaranya.
Salah satu hak politik yang dijamin dalam kovenan internasional tersebut
adalah hak setiap warga negara untuk ikut serta dalam penyelenggaraan urusan
publik, untuk memilih dan dipilih, serta mempunyai akses berdasarkan persyaratan
umum yang sama pada jabatan publik di negaranya. Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga memuat ketentuan tentang hak pilih, yaitu hak
setiap warga negara untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan
rakyat. Untuk menjamin terlaksananya hak pilih inilah daftar pemilih tetap yang baik
menjadi sangat penting posisinya. Terlebih-lebih bagi pemilih pemula.
C. Menjaring Pemilih Pemula Melalui Pemutakhiran Data Pemilih
Untuk mewujudkan visi Komisi Pemilihan Umum yang tertuang dalam Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 63 Tahun 2015 tentang rencana Strategis Komisi
Pemilihan
Umum
“MENJADI
PENYELENGGARA
PEMILU
YANG
MANDIRI,
PROFESIONAL, DAN BERINTEGRITAS UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU YANG
LUBER DAN JURDIL”, dimana salah satu misinya adalah : Meningkatkan kualitas
pelayanan Pemilu, khususnya untuk para pemangku kepentingan dan umumnya untuk
seluruh masyarakat, sehingga kami upayakan system yang dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan Pemilu/Pilkada.
Berpedoman pada Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“Tiap-tiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” secara
konstitusi menentukan warga Negara memiliki hak dan kedudukan yang sama dalam
pemerintahan, yakni hak untuk dipilih dan memilih dan berdasarkan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 untuk melindungi Hak Konstitusi Warga Negara
Indonesia dalam Pemilu/Pilkada.
Dari beberapa permaslaahan yang dihadapi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali
salah satunya adalah “BELUM OPTIMALNYA PENDAFTARAN PEMILIH DALAM
PEMUTAKHIRAN DAFTAR PEMILIH PEMILU/PEMILIHAN” isu stragtegisnya adalah :
a. Kualitas DP4 yang diserahkan Pemerintah buruk;
b. Pencocokan dan Penelitian Pemilih kurang maksimal;
c. Terjadi mobilisasi Pemilih dari satu daerah ke daerah lain;
d. WNI yang memenuhi syarat sebagai pemilih tidak terdaftar dalam Daftar
Pemilih Tetap.
e. Banyaknya pemilih pemula yang belum terdaftar dalam daftar pemilih.
Sehingga
untuk
meningkatkan
kualitas
Pemutakhiran
Daftar
Pemilih
Pemilu/Pemilihan yang akurat, komprehensif dan mutakhir maka perlu dilakukan sebuah
inovasi dalam proses pemutakhiran daftar pemilih pemilu/pemilihan serta untuk mencari
solusi permasalahan.
Dengan demikian Daftar Pemilih Pemilu/Pemilihan merupakan point penting
dalam setiap proses pemilu/pemilihan, sekaligus juga menjadi komponen utama dalam
menjamin hak pilih warna Negara didalam penyelenggaraan pemilihan yang
berkualitas.Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menjamin hak konstitusi warga Negara
yang
mempunyai
hak
pilih
untuk
memilih
dan
dipilih
dalam
Pemilihan
Umum/Pemilihan.Pemerintah menjamin Setiap warga Negara yang berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau lebih atau sudah pernah kawin untuk menggunakan hak pilihnya dalam
memilih pemimpinnya.Terdaftarnya warga Negara yang mempunyai hak pilih kedalam
Daftar Pemilih Tetap adalah salah satu indikator suksesnya pelaksanaan Pemilihan
Umum/Pemilihan yang berkualitas.
Sebenarnya setiap warga Negara yang berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih
atau sudah pernah kawin sudah masuk dalam DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih
Pemilihan), yang mana DP4 ini adalah bahan awal proses untuk menjadi Daftar Pemilih
Tetap (DPT) .
Komisi Pemilihan umum (KPU) berupaya menjadi parameter yang mampu menjadi
agen hak konstitusional warga Negara untuk memilih dan dipilih.Mampu menjamin warga
Negara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih ,terdaftar sebagai pemilih,dan dapat
menggunakan hak pilih mereka.
Untuk meminimalisir isu stargtegis pemilih pada pelaksanaan Pemilihan Gubernur
Bali Tahun 2018 dan Pemilu Tahun 2019 serta mengikuti trend teknologi yang makin
pesat terhadap penggunaan medsos, maka dilakukan inovasi dengan “PENDAFTARAN
PEMILIH PEMILU/PILKADA SECARA ONLINE DENGAN PEMILIH PINTAR” yang
berbasis web dan terintegrasi dengan website Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali
(www.kpud-baliprov.go.id).Program ini dinamai “PEMILIH PINTAR” buah karya kasubag
program data.
GAMBAR
SITUS WEB KPU PROVINSI BALI
Pemilih Pintar ini memberikan akses seluas-luasnya kepada publik secara online
mandiri memberikan tanggapan terhadap hasil penetapan daftar pemilih disetiap tahapan
pemilu/pilkada di Provinsi Bali. Dalam hal ini Pemilih Pemula yang menjadi sasaran
pengguna media sosial akan dapat mengakses apakah yang bersangkutan sudah
terdaftar dalam daftar pemilih pemilu/pilkada sejak tahapan awal pemutakhiran data
pemilihan dilaksanakan. Nampaknya berita launching pemilih pintar menyita cukup
banyak perhatian, sudah lebih dari 5000 orang membaca berita tersebut. Sehingga KPU
Provinsi Bali berkeyakinan pemilih pintar ini menarik bagi kaum pemilih pemula.
GAMBAR
BERITA LAUNCHING PEMILIH PINTAR
Mekanisme dan metode pengolahan data pemilih dalam Aplikasi Pemilih Pintar
adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat mengakses daftar pemilih online www.kpud-baliprov.go.id untuk
memastikan diri terdaftar dalam daftar pemilih;
2. Masyarakat yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih online dapat mengakses
aplikasi Pemilih Pintar atau klik tombol belum terdaftar atau akses
www.dptbali.kpud-baliprov.go.id/pemilihpintar.php;
3. Masyarakat mengisi formulir pendaftaran pemilih dengan memasukkan
informasi seperti :
1. Nama Lengkap ;
2. Nomor Kartu Keluarga;
3. Nomor Induk Kependudukan;
4. Tempat Lahir;
5. Tanggal Lahir;
6. Jenis Kelamin;
7. Status Perkawinan;
8. Jenis Kelamin;
9. Alamat sesuai Identitas;
10. Alamat Sekarang;
11. Kabupaten;
12. Kecamatan;
13. Desa/Kelurahan;
14. Nomor Telepon Pemilih yang bisa dihubungi oleh petugas.
4. Setelah Masyarakat mengisi Formulir tersebut dengan benar, akan
mendapatkan bukti pengisian formulir pendaftaran dan akan diverifikasi faktual
oleh Petugas PPS;
GAMBAR
SITUS PEMILIH PINTAR
Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali menjaring Pemilih Pemula terdaftar
dalam Daftar Pemilih Pemilu/Pilkada melalui Aplikasi “PEMILIH PINTAR” tentu di ikuti
dengan sosialisasi pada setiap tahapan Pemutakhiran Daftar Pemilih melalui :
1. Sosialisasi melalui kegiatan rutin Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali
yaitu Sosialisasi Pendidikan Pemilih dengan sasaran siswa kelas 3 di
SMA/SMK ;
2. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi, Karang Taruna, Muda mudi di
Banjar-banjar;
3. Melakukan broadcast ajakan untuk “menjadi generasi pemilih pintar”
melalui media social seperti : BBM, Whatsapp, Line, Facebook, Path,
Twitter dan google plus;
4. Melalui
media
massa
elektronik
maupun
cetak
untuk
ikut
mensosialisasikan pemilih pintar.
Untuk
memberikan
layanan
maksimal
kepada
pemilih
dalam
penyelenggaraan Pemilu/Pilkada dimana masyarakat /pemilih merupakan
stakeholder penyelenggara, Komis Pemilihan Umum Provinsi Bali telah
melakukan inovasi berupa layanan daftar pemilih online yang dapat memberikan
informasi kepada pemilih. Daftar Pemilih Online (dptbali.kpud-baliprov.go.id).
Namun Daftar Pemilih Online hanya memberikan informasi kepada pemilih sudah
terdaftar dan lokasi tempat pemungutan suara (TPS) sedangkan pemilih yang
belum terdaftar tidak dapat ditampung dalam daftar pemilih online tersebut. Untuk
meningkatkan kualitas daftar pemilih dan meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam pelaksanaan demokrasi baik untuk pemilu maupun pilkada ,maka di bangun
system yang menyatu dengan informasi daftar pemilih online pada website Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Bali berupa Aplikasi “PEMILIH PINTAR”.
Aplikasi ini dibangun dalam rangka :
1. Mendukung tahapan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pemilu/Pilkada;
2. Meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
/publik
terhadap
penyelenggara Pemilu/Pilkada sehingga hasil Pemilu/Pilkada dapat
diterima oleh banyak pihak;
3. Menampung tanggapan masyarakat dan stakeholder Pemilu/Pilkada
terhadap Daftar Pemilih;
4. Aplikasi ini dapat memberikan informasi secara lengkap dan akurat
kepada petugas penyelenggara yang menghasilkan informasis pemilih
yang lengkap berdasar tanggapan masyarakat;
5. Dapat diakses oleh publik secara luas dan memberikan manfaat kepada
individu maupun kelompok untuk berperan aktif dalam mensukseskan
pelaksanaan pemilu/pilkada.
Aplikasi Pemilih Pintar dirancang untuk dapat secara fleksibel untuk
pelaksanaan Pemilu Tingkat Nasional dan Pilkada di tingkat lokal,oleh karena itu
penayangan aplikasi pemilih pintar disesuaikan dengan Tahapan, Program dan
Jadwal Pemilu/Pilkada yang mengacu pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum.
Pemilih pemula yang penulis gambarkan disini adalah Pemilih yang berusia
17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun, sesuai hasil
survey hampir seratus persen menggunakan hp android lebih dari satu, sehingga
segala hal yang dibutuhkan akan melalui teknologi informasi yang semakin maju
seperti mudahnya kita mengakses google maupun situs website lainnya. Maka
dari sinilah kita menjaring agar semaksimal mungkin pemilih pemula khususnya
dengan
mudah
memanfaatkan
aplikasi
ini
untuk
berpartisipasi
dalam
penyelenggaraan Pemilu/Pilkada.
Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali dalam menjaring Pemilih
Pemula masuk dalam daftar Pemilih Pemilu/Pilkada melalui Aplikasi “PEMILIH
PINTAR”. Untuk mengecek apakah sudah terdaftar sebagai pemilih pemilu/pilkada
yang ada di Provinsi Bali tentu secara berjenjang. Pemilih pemula diharapkan
dapat mengecek dirinya melalui aplikasi Pemilih Pintar tersebut apakah sudah
terdaftar dalam daftar pemilih atau belum, bila belum maka pemilih pemula dapat
segera mengisi formulir pada aplikasi untuk dapat ditindaklanjuti oleh petugas
secara berjenjang.
D. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
seperti terurai di bawah ini.
1. Memilih adalah merupakan hak asasi manusia, sehingga tidak boleh
dilanggar.
2. KPU Provinsi Bali melakukan berbagai hal untuk menjaring pemilih pemula.
3. Situs pemilih pintar mendapat respon yang sangat baik dari pemilih pemula
yang relatif ramah teknologi informasi.
4. Aplikasi Pemilih pintar adalah salah satu upaya/strategi menjaring pemilih
pemula melalui dunia maya/ media sosial;
5. Aplikasi Pemilih Pintar ini adalah upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Bali untuk meningkatkan kualitas Daftar Pemilih Pemilu/Pilkada yang
akurat,komprehensif dan termuktahir dengan pendaftaran pemilih secara
online;
6. Aplikasi pemilih pintar sebagai wujud layanan publik dari penyelenggara
pemilu/pilkada untuk mendukung proses dan tahapan pemutakhiran daftar
pemilih;
7. Keterbukaan informasi melalui system yang terintegrasi dalam mendukung
setiap
tahapan
pelaksanaan
pemilu/pilkada
sehingga
mampu
meningkatkan kepercayaan publik kepada penyelenggara;
8. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam setiap pelaksanaan proses
demokrasi pemilu/pilkada di Provinsi Bali;
9. Menurunnya prosentase penggunaan KTP/Identitas lain oleh Pemlih pada
saat Hari Pemungutan Suara.
DAFTA PUSTAKA
Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi
Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Dede Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta; Kencana.
Rhona K.M. Smith, Christina Ranheim, dkk, Hukum hak asasi manusia, Yogyakarta,
PUSHAM UII, 2008
Sumber lainnya :
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005
Undang-Undang Dasar 1945
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 untuk melindungi Hak
Konstitusi Warga Negara Indonesia dalam Pemilu/Pilkada
Buku 9. Meningkatkan Akurasi Data Pemilih. Diterbitkan oleh : Kemitraan bagi Pembaruan
Tata Pemerintahan
Laporan Laboratorium Kepemimpinan Instasional : Pendaftaran Pemilih Pemilu/Pilkada
Secara Online Dengan “Pemilih Pintar” oleh : I PUTU GEDE EKA SWAMBARA, ST
Download