PEMBERIAN TERAPI RELIGIUS :DZIKIR UNTUKPENURUNAN KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.X DENGAN PRE OPERATIF KANKER SERVIKS DI RUANG MAWAR 1 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: NIA SUGIARTI NIM. P.13 100 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 PEMBERIAN TERAPI RELIGIUS :DZIKIR UNTUKPENURUNAN KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.X DENGAN PRE OPERATIF KANKER SERVIKS DI RUANG MAWAR 1 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KaryaTulisIlmiah UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: NIA SUGIARTI NIM. P.13 100 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : NIA SUGIARTI NIM : P.13100 Program Studi : DIII Keperawatan Judul Karya Ilmiah : Pemberian Terapi Religius :Dzikir Untuk Penurunan Kecemasan Pada Ny.X Dengan Kanker Serviks Diruang Mawar 1 RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 19 Desember 2015 Yang Membuat Pernyataan NIA SUGIARTI NIM. P.13100 ii HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ini diajukan oleh : Nama : NIA SUGIARTI NIM : P.13100 Progam Studi : D III KEPERAWATAN Judul : Pemberian Terapi Religius :Dzikir Untuk Penurunan Kecemasan pada Asuhan Keperawatan pada Ny.X Dengan Kanker Serviks diRuang Mawar 1 RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan : Surakarta Hari/Tanggal :Selasa, 31 Mei 2016 DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ns. Atiek Murhayati, M.Kep NIK. 200680021 ( ) Penguji I : Ns. Meri Oktariani,M.Kep NIK. 200981037 ( ) Penguji II : Ns. Atiek Murhayati, M.Kep NIK. 200680021 ( ) Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ns. Meri Oktariani, M.Kep NIK. 200981037 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Imiah dengan judul “ Pemberian Terapi Religius :Dzikir Untuk Penurunan Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Ny.X dengan Pre Operatif Kanker Serviks di Ruang Mawar 1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan sekaligus dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. Atiek Murhayati M.Kep, selaku dosen membimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan- iv masukan, inspirasi, perasaan nyama dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, Penulis v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................1 B. Tujuan Penulisan ....................................................................................6 C. Manfaat Penelitian .................................................................................7 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Teori ......................................................................................8 1. Kanker Serviks ..................................................................................... 8 2. Kecemasan ...................................................................................29 3. Dzikir ...........................................................................................39 B. Kerangka Teori ..................................................................................43 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset ...........................................................................44 B. Tempat dan Waktu ...............................................................................44 vi C. Media dan Alat yang Digunakan..........................................................44 D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ...................................44 E. Alat Untuk Evaluasi dari Aplikasi Riset ..............................................46 BAB IV LAPORAN KASUS A. Pengkajian ............................................................................................49 B. Perumusan Masalah .............................................................................56 C. Intervensi Keperawatan ........................................................................57 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................59 E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................................65 BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian ............................................................................................68 B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................71 C. Intervensi ..............................................................................................74 D. Implementasi ........................................................................................77 E. Evaluasi ................................................................................................79 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................................83 B. Saran.....................................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Alat Ukur................................................................................................37 viii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Rentan respon kecemasan ..................................................................33 Gambar 2.2 Kerangka teori ....................................................................................43 Gambar 4.1 Genogram ...........................................................................................51 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Usulan Judul Lampiran 2 Surat Pernyataan Lampiran 3 Log Book Lampiran 4 Format Pendelegasian Pasien Lampiran 5 Kuesioner HARS Lampiran 6 Observasi Lampiran 7 Asuhan Keperawatan Lampiran 8 Lembar Konsultasi Lampiran 9 Jurnal Utama Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi dinegara berkembang. Tanpa penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks meningkat 25% dalam 10 tahun mendatang (Rasjidi, 2009). Diperkirakan terdapat 10.370 kasus baru kanker serviks invasif yang didiagnosa di Amerika Serikat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, 3.170 pasien diperkirakan meninggal akibat kanker serviks. Jumlah ini mendekati 1,3% dari kematian akibat kanker pada wanita dan 13% dari kematian akibat kanker ginekologi. Kanker serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi setelah kanker payudara (Rasjidi, 2009). Total jumlah wanita yang didiagnosa kanker serviks di Amerika Serikat pada tahun 1999 adalah 12.900 dengan kematian yang berkaitan dengan kanker sejumlah 4.400, sedangkan jumlah wanita yang mengidap kanker serviks di seluruh dunia sekitar 471.000. Di banyak negara berkembang, kanker serviks merupkan penyebab kematian yang paling umum di usia reproduksi (Rasjidi, 2009). Menurut WHO (2005), terdapat 490.000 perempuan di dunia terkena kanker serviks pada setiap tahunnya. Sebesar 80% diantaranya beradadi 1 2 negara-negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Setiap satu menit muncul kasus baru dan tiap dua menit terdapat satu orang meningal akibat kanker serviks. Jadi kanker serviks adalah jenis kanker yang sering menyerang wanita. Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang paling banyak di Indonesia. Bahkan, Indonesia merupakan negara kedua di dunia setelah Cina yang mengidap kanker leher rahim terbanyak. Padahal kanker ini termudah dideteksi secara dini dan bisa dicegah atau diobati sebelum berkembang lebih lanjut (Ghofar, 2009). Hampir semua (99%) kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). Diperkirakan tiga per empat dari jumlah orang yang pernah melakukan hubungan seks, laki-laki maupun perempuan, mengalaminya (Ghofar, 2009). Yang menyebabkan kanker adalah human papilloma virus (HPV) genetalia tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, dan 58. Lebih dari 70% kanker leher rahim disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Selain menyebabkan kanker leher rahim, HPV juga dapat menyebabkan kanker anus, vagina, vulva, penis, bahkan kanker kerongkongan (Ghofar, 2009). Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas bebeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebinggungan, 3 kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab dan dihubungkan dengan perasaan tidak tertentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi, kekhawatiran terhadap anestesi/kebiusan dan lain-lain (Suliswati, 2005). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu da tidak berdaya (Suliswati, 2005). Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai respon antisipasi pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan pasien, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya (Brunner &Suddarth, 2002). Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan tingkat kecemsan pada penderita di rumah sakit. Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peran yang sangat penting dalam membantu klien mengatasi kecemasannya, sehingga perlu adanya pelayanan keperawatan yang berkualitas termasuk didalamnya. Salah satu metode untuk mnurunkan kecemasan adalah menggunakan dzikir. 4 Menurut Saleh (2010), dzikir merupakan mengkonsentrasikan diri pada satu makna (di dalam hati) yang tidak tersusun dari rangkaian huruf dan suara. Hasil penelitian Human (2014), menyatakan bahwa dzikir efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan. Doa kesembuhan adalah pernyataan sikap ketika berbicara kepada Tuhan dengan bersuara ataupun mengucapkan dalam hati meminta kesembuhan. Ketika berdoa akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimisme (harapan kesembuhan), mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga mengakibatkan rangsangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor ). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini yang akan mnekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan (Rosalind, 2001). Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari siksa Allah (Suhaimie, 2005). Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “mengucapkan “Subhanallah”, “Alhamdullillah”, “Laa ilaha 5 IIIallah”, “Allahu Akbar”, lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar matahiari” (Bayumi, 2005). Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta ruang Mawar 1, penulis memperoleh data hasil wawancara dengan salah satu perawat bahwa mayoritas klien yang akan menjalankan operasi mengalami cemas. Kejadian kanker serviks pada bulan Desember 2015 sebanyak 32 kejadian karena menjadi rumah sakit rujukan. Penerapan terapi religius :dzikir ini belum pernah diterapkan oleh rumah sakit. Penanganan cemas untuk klien kanker serviks sendiri biasanya dibantu oleh keluarganya sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan pengelolahan kasus asuhan keperawatan yang ditunjukan dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Pemberian Terapi Religius :Dzikir Untuk Penurunan Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Ny.X Dengan Pre Operatif Kanker Serviks Diruang Mawar 1 RSUD Dr.Moewardi Surakarta” 6 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mengaplikasikan terapi religius :dzikir untuk penurunan kecemasan pada Ny.X dengan pre operatif kanker serviks diruang Mawar 1 RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 2. Tujuan khusus a) Penulis mampu melakukan pengkajian pasien pre operatif kanker serviks b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien pre operatif kanker serviks c) Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien pre operatif kanker serviks d) Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien pre operatif kanker servik e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien pre operatif kanker serviks f) Penulis mampu menganalisa hasil pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kankers serviks 7 C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi Institusi Sebagai bahan acuhan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks. 2. Bagi pembaca umumnya Memberikan pengertian, pengetahuan, dan pengambilan keputusan yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi masalah pada pasien pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks. 3. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam pemberian pelayanan kesehatan berkaitan dengan masalah keperawatan pada pasien dengan pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks. 4. Bagi penulis Untuk memperoleh wawasan serta menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang pegaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kcemasan pasien pre opeatif kanker serviks beserta penatalaksanaan secra Smedis dan konsep keperawatan, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Kanker Serviks 1. Konsep Penyakit a. Definisi Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terusmenerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ketempat yang lebih jauh dari asalya yang disebut metastasis (DepKes RI, 2009). Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi berasal dari sel leher rahim (DepKes RI, 2009). Kanker serviks adalah kanker yang bermula dari serviks uteri. Serviks adalah pintu rahim. Rahim adalah rongga yang berbentuk seperti buah alpukat dimana bayi tumbuh selama kehamilan. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana terdapat kelompok abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Lukman dan Sorensen, 2009). Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerag bagian Squamosa Columnar Junction (SCJ) (Prince ,2005). Kanker leher rahim adalah kanker kanker primer yang terjadi pada jaringan leher rahimatau serviks. Sementara lesi prakanker adalah kelainan pada epitel serviks akibat perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan basal (Andrijono, 2007). 8 9 Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Nanda, 2007). b. Etiologi Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abdominal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel kanker terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang brsifat jinak atau ganas, jika tumor itu ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah : 1) HPV (Human Papilloma Virus) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah PHV tipe 16, 18. a) Timbulnya keganasan pada binatang yang diidikasi dengan virus papilloma. b) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondilom akuminata. c) Pada penelitian 45 dan 56. Keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor yaitu, epidemiologic 10 infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat. 2) Merokok Pada wanita perokok konsetrasi nikoti pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. 3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 18 tahun). 4) Berganti-ganti pasangan seksual. 5) Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18 tahun, berganti-ganti pasanagan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. 6) Pemakaian DES (Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran. 7) Pemakaian pil KB Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian. 8) Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamedia menahun. 9) Golongan ekonomi lemah 11 Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan test pap smer secara rutin dan pendidikan yang rendah (Dr Iman Rasjidi, 2010). c. Manifestasi Klinis Menurut Dr Rama Diananda (2009) ,manifestasi klinis yang muncul antara lain : 1) Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan. 2) Perdarahan yang dialami segera setelah seggama (75-80%) 3) Perdarahan yang terjadi diluar seggama. 4) Perdarahan spontan saat defekasi. 5) Perdarahan diantara haid. 6) Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina. 7) Anemia akibat perdarahan berulang. 8) Rasa nyeri akibat inflamasi sel tumor ke serabut syaraf d. Patofisiologi Dari beberapa faktor yang menyebabakan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacan keluhan dan kemudian selsel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebarab infeksi. Keputihan yang berlebihan 12 dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabakan kelemahan dana kelebihan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkn masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek sampimg dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabakan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah resiko tinggi kerusaan integritas kulit. Semua tadi berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injuri pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia anderson, 2005). 13 e. Komplikasi Pada lesi prakanker, mungkin akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi prakanker. Pada kanker serviks stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi. Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan pengobatan. Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar keberbagai organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ seperti, ginjal, paruparu, hati dan organ lainnya (Hartati Nurwijaya, dkk ,2010). f. Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan Medis Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneiti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dan ginekologi. 14 Penggolongan obat sitostatika antara lain : a) Golongan yang terdiri atas obat-obatan yang mematikan semua sel pada siklus termasuk obat-obatan non spesifik. b) Golongan obat-obatan yang memastikan pada fase tertentu dari mana proliferasi termasuk obat fase spesifik. c) Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar, termasuk obat-obatan siklus spesifik. 2) Penatalaksanaan Keperawatan Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal antara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda-tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 1014 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi da membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas 15 panjang dan latihan rom serta jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia), monitor intake dan output cairan (Bambang sarwiji, 2011). g. Pemeriksaan diagnostik 1) Sitologi Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous (tes PAP) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosa secara holistik. 2) Kolposkopi Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, satu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya (pembesaran 6-40 kali). Kalau pemeriksaan sitologi melalui perubahan morfologi sel-sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular servik yang 16 mencermikan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi dijaringan serviks. 3) Biopsi Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem syaraf pusat) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan formalin 10%. 4) Konisasi Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut : a) Proses dicurigai berada di endoserviks. b) Lesi tidak kolposkopi. tampak seluruhnya dengan pemeriksaan 17 c) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy (Sulaiman , 2006 ). h. Stadium Karsinoma Serviks Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks : Tingkat kriteria Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi. Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri. Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah. Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks uteri. Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi. Tahap IIa : Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor. 18 Tahap IIb : Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul. Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan. Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada ingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal. Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh. Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih. Tahap Ivb : Telah terjadi penyebaran jauh (Dr Imam Rasjidi, 2010). 19 2. Asuhan Keperawatan a. Identitas klien Nama : Ny. X Umur : 52 tahun Jenis Kelamin Agama : Perempuan : Islam b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan keputihan menyerupai air, berbau, bahkan perdarahan. 2) Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien dengan stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stdium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. 3) Riwayat penyakit dahulu Data yang perlu dikaji adalah : riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. 4) Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lainnya. 20 5) Riwayat psikososial Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi dirumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks. Kanker serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. c. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif Kanker Serviks 1) Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang. Kriteria : a) pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0- 3. b) Ekspresi wajah rileks. c) Tanda - tanda vital dalam batas normal. Intervensi a) Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri. b) Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi,message. 21 c) Awasi dan pantau TTV. d) Berikan posisi yang nyaman. e) Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional : a) Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yangakan dilakukan selanjutnya. b) Mengurangi rasa nyeri. c) Mengetahui tanda kegawatan. d) Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri. e) Mengontrol nyeri maksimum. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah karena proses eksternal Radiologi . Tujuan : setelah silakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh Kriterian hasil : a) Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas. b) Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. c) Berat badan klein normal. d) Hasil hemoglobin dalam batas normal. Intervensi a) Kaji status nutrisi pasien b) Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. 22 c) Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya proteindan tetap sesuai diit ( Rendah Garam ). d) Pantau masukan makanan setiap hari. e) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering. Rasional : a) Untuk mengetahui status nutrisi. b) Memantau peningkatan BB. c) Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi. d) Identifikasi defisiensi nutrisi. e) Agar nutrisi terpenuhi. 3) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam ( darah, keputihan ). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi . Kriteria hasil : a) Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks b) Tanda - tanda vital dalam batas normal. c) Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasienkeluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung. d) Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk e) Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit. Intervensi : 23 a) Kaji adanya infeksi disekitar area serviks. b) Tekankan pada pentingnya personal hygiene. c) Pantau tanda - tanda vital terutama suhu. d) Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik. e) Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi. f) Koloborasi pemeberian antibiotik. Rasional : a) Mengurangi terjadinya infeksi. b) Agar tidak terjadi penyebaran infeksi. c) Mencegah terjadinya infeksi. d) Membantu mempercepat penyembuhan. e) Mencegah terjadinya infeksi. 4) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau berkurang. Kriteria hasil : a) Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang. b) Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien. c) Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian. d) Keluarga atau orang mengklarifikasi rasa takut. terdekat dapat mengenai dan 24 e) Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis danpengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat. Intervensi : a) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. b) Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untukmendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara. c) Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara denganmenyentuh klien. d) Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali danmengklarifikasi rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten mengenaiprognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat. Rasional : a) Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya. b) Membantu mengurangi kecemasan. c) Meningkatkan kepercayaan klien. d) Meningkatkan kemampuan kontrol cemas. e) Mengurangi kecemasan. 5) Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari prosedur pengobatan. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan intergritas kulit. 25 Kriteria hasil : a) Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan pengobatan tanpa mengiritasi kulit. b) Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit. c) Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan traumapada area terapi radiasi. d) Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan mencegahcedera dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dansetelahnya. Intervensi : a) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan. b) Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulityang kering dari pada menggaruk. c) Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapiradiasi. d) Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada, biarkanpasien menghindari penggunaan bra bila ini memberi tekanan. Rasional : a) Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit. 26 b) Membantu menghindari trauma kulit. c) Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi. d) Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit. 6) Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelehan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau injuri. Kriteria hasil : a) Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi. b) Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan aktifitas. c) Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas. Intervensi : a) Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat. b) Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan padakeluarga dalam melakukan suatu kegiatan. c) Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan. Rasional : a) Membantu mengurangi kelelahan. b) Membantu pasien untuk melakukan kegiatan. c) Membantu mempercepat penyembuhan. 7) Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit. 27 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien mampu mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin. Kriteria hasil : a) Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas dapat diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikanseseorang. Intervensi : a) Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup. b) Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi pasienmengenai seksualitas c) Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflikkonflikyang muculberikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenaimasalah seksualitas. d) Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yangpenting bagi pasien. Rasional : a) Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan dewasa awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenaiseksualitas dalam penyakit yang perawatan yang lama. 28 b) Untuk memberikan kondisi/lingkungan pandangan bahwa akan berpengaruh pada keterbatasan kemampuan seksual tetapimereka takut untuk menanyakan secara lansung. c) untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual yangmuncul. d) Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan makapemecahan masalah dapat ditemukan e) Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkanmakna terhadap pola interaksi yang telah dibina 8) Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan syokberkurang atau tidak terjadi syok. Kriteria hasil : a) pasien tidak mengalami anemia b) Tanda - tanda vital stabil. c) Pasien tidak tampak pucat. Intervensi : a) Kaji adanya tanda terjadi syok b) Observasi KU c) Observasi TTV d) Monitor tanda pendarahan e) Check hemoglobin dan hematokrit 29 Rasional : a) Mengetahui adanya penyebab syok b) Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saatterjadi pendarahan sehingga segera diketahui tanda syok. c) TTV normal menandakan keadaan umum baik. d) perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien tidaksampai syok. e) Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialamipasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.(Doengoes, 2005) 3. Kecemasan a. Definisi Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara personal. Kecemasan adalah respon emosional dan merupakan penilaian intelektual terhadap suatu bahaya (Stuart, 2007). Definisi lain menjelaskan kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan 30 dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Stuart & Laraia (2005), mengartikan kecemasan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialami pikiran terkait dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan, tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhu Kecemasan Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapt berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas menurut Asmadi (2008), dapat dikelompokkan kedalam dua katagori yaitu : 1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap pemenuhan dasarnya. 2) Ancaman terdapat sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau peran diri, dan hubungan interpersonal. c. Tingkat Kecemasan Menurut Peplau (2005), mengidentifikasi ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu : 1) Tingkat kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan intra. Dapat memotivasi 31 individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti : a) Respon fisiologi : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. b) Respon kognitif : lapang persepsi melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan masalah secara efektif. c) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang tinggi. 2) Tingkat kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon sepeti : a) Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekana darah naik, mulut kering, anorexsia, diare atau konstipasi, dan gelisah. b) Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsangan dari luar tidak dapat diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian. 32 c) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman. 3) Tingkat Kecemasan Berat Kecemasan pada tingkat berat lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti : a) Respon fisiologi : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan. b) Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. c) Respon perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking. 4) Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapunmeskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya 33 pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasian kepribadian. Tahap panik ini, akan menunjukkan beberapa respon seperti : a) Respon fisiologi : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik lemah. b) Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis. c) Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau. Gambar 2.1.Rentan Respon Kecemasan Respon respon Adaftif maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik d. Manifestasi Klinis Kecemasan Manifestasi respon kecemasan dapat mempengaruhikondisi tubuh seseorang, respon kecemasan menurut Suliswati (2005), antara lain : 1) Respon fisiologi terhadap kecemasan Secara fisiologi respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun 34 parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktifkan proses tubuh, sedangkan meminimalkan sistem respon tubuh. saraf parasimpatis Reaksi tubuh akan terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi isotomik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi nonadrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis kekelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih dalam dan nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama kejantung, susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat. 2) Respon Psikologis terhadap Kecemasan Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat 35 membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain. 3) Respon Kognitif Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung. 4) Respon Afektif Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. e. Penatalaksanaan Kecemasan 1) Penatalaksanaan farmokologi pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs, 2005). 2) Penatalaksanaan non farmokologi a) Distraksi Distraksi merupakan model untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal 36 lain sehingga klien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimulus cemas yang ditranmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membaca doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlanbat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebuh dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dalam dan metabolisme yang lebih baik. b) Relaksasi Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi, imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005). 37 f. Alat Ukur Kecemasan Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenalkan dengan nama Hamilton Ratting Scale For Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang lebih spesifik, 14 diantaranya meliputi : Tabel 2.2 Kuesioner HARS No Gejala Kecemasan nilai angka (skor) 0 1 2 1. perasaan Kecemasan a. Cemas b. Firasat Buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2. Ketegangan a. merasa tegang b. Lesu c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3. Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang lain c. Ditinggal sendiri 4. Gangguan tidur a. Sukar tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk) 5.Gangguan kesadaran a. Sukar kosentrasi b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk 6. Perasaan depresi (murung) a. Hilangnya minat b. Sedih c. Bangun dini hari 3 4 38 d. Perasaan berubah-ubah 7. Gejala somatik/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil 8. Gejala somatik/fisik (sensorik) a. Tinitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur c. Muka merah atau pucat d. Merasa lemas 9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) a. Takikardi (denyut jantung cepat) b. Berdebar-debar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Rasa lesu/lemas seperti mau pinsan 10. Gejala respiratory (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit dada b. Rasa tercekik c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek/sesak 11. Gejala gastrointestinal a. Sulit menelan b. Perut melilit c. Gangguan pencernaan d. Nyeri sebelum atau sesudah makan e. Rasa penuh dan kembung f. Buang air lembek atau konstipasi 12. Gejala urogenital (perkemihan) a. Sering buang air seni b. Tidak dapat menahan air seni 13. Gejala autonomy a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Kepala teras berat 14. Tingkah laku a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Muka tegang e. Otot tegang/pengeras 39 Masing-masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : Total nilai (score) = 1. Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan 2. 14-20 : kecemasan ringan 3. 21-27 : kecemasan sedang 4. 28-41 : kecemasan berat 5. 42-56 : kecemasan panik 4. Dzikir a. Definisi Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat-sifatNya, pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir itu sendiri (dalam arti sempit), melainkan meliputi segala bacaan, shalat, ataupun perilaku kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama (Hawari, 2008). b. Manfaan Dzikir Diantara fadhilah dzikir seperti yang dinukilkan oleh Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Wabil Ash-Shayyib Minal Kalimatil Thayyib, Ia menjelaskan : 1) Mampu mengusir setan yang merongrong kalbu manusia. 2) Mendapatkan ridha dari Yang Maha Rahmat. 3) Melenyapkan kecemasan dan kegelisahan kalbu. 40 4) Menghidupkan mahabbah dengan ruhul Islam. 5) Mewariskan inabah kembali kepada Allah. 6) Kesibukan lisan karena dzikir yang bersambungan, maka ia terhindar dari kesibukan yang membawa dosa. 7) Melenyapkan rasa cemas dalam hati karena persoalan dunia yang tidak terpecahkan. c. Langkah-langkah melakukan terapi dzikir Langkah-langkah relaksasi dzikir ini merupakan modifikasi dari tekhnik relaksasi ssengan melibatkan faktor keyakinan dari Benson (2000), yaitu : 1) Melihat kata sesuai deggan keyakinan kata tertentu digunakan sebagai fokus atau pengantar meditasi, dan kata sebaiknya memilki arti khusus terutama fraseyang dapat menimbulkan munculnya kondisitransen-densi, diharapkan dengan kata tersebut dapat meningkatkan respon pasien dengan memberikan kesempatan untuk memilih faktor keyakinan tertentu yang dapat memberikan pengaruh, contohnya : dengan istighfar atau menyebut dengan takbir. Pemilihan frasesebaiknya cukup singkat agar dapat diucapkan dalam hati ketika menghembuskan nafas secara normal, metode yang akan digunakan adalah frase“yaa Allah” karena fraseini sangat dan langsung menuju kepada objek transendensi. 41 2) Atur posisi tubuh yang nyaman sebelum memulai relaksasi carilah posisi duduk yang nyaman sehinggan posisi tidak menggangu pikiran. Posisi dapat dilakukan misalnya dengan bersila atau duduk disofa. Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses relaksasi misalnya suhu, kebisingan, pakaian yang terlalu ketat dan bau-bauan yang tidak enak. 3) Memejamkan mata, pejamkan mata secara perlahan dan pejamkan secara wajar. Karena pemaksaan untuk memejamkan akan membuat otot-otot mata tidak rileks. 4) Lemaskan otot-otot mulailah melemaskan otot dari kaki, kemudian betis, dan perut seterusnya hingga kepala. Caranya dengan meremaskan otot yang akan di rilekskan kemudian otot tersebut di perintahkan untuk rileks misalnya akan melemaskan otot kaki ;dengan memerintahkan pada kaki “lemas...lemas...” sambil merasakan dan membiarkan otot-otot kaki untuk lemas. 5) Pehatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berasal dari keyakinan. Bernafaslah perlahan-lahan dan wajar, tanpa memaksakan iramanya tahap ini mulailah berulang-ulang dalam hati kata atau fraseyang dipilih sambil mengambil dan mengeluarkan nafas. 6) Pertahankan sikap pasif selain pengulangan kata atau frase, sikap pasif adalah aspek penting untuk membangkitkan respon relaksasi. Saat mulai duduk dan mengulang-ulang fraseberbagai macam 42 pikiran akan bermunculan yang akan mengalihkan perhatian fraseyang diulung-ulang. Teknik untuk menghindari gangguan ini adalah dengan tidak mempedulikan dan tidak memaksa menghilangkan gangguan tersebut. Selain itu bila muncul rasa nyeri akibat duduk terlalu lama bersikap pasif saja tidak tidak perlu dilawan, ketika rasa nyeri itu muncul katakan pada diri sendiri “baiklah” dan kembali mengulang fraseatau kata yang digunakan. 43 B. Kerangka Teori 1. 2. 3. 4. 5. 6. Human Papilloma Virus (HPV) Merokok Berganti-ganti pasangan seksual Pemakaian pil KB Infeksi herpes genetali Golongan ekonomi rendah Kanker Serviks 1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi 2. Perdarahan spontan saat defekasi 3. Perdarahan diantara haid 4. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina 5. Anemia akibat perdarahan berulang 6. Rasa nyeri akibat inflamasi sel tumor keserabut syaraf Mendatangkan ketenangan, kedamaian dan merasa kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Merangsang ke hipotalamus Terapi religius :dzikir Merangsang kelenjar pituitari anterior Kortisol memberikan daya tahan tubuh meningkat cemas ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon) menurun Sekresi kortison memenurun ACTH merangsang korteks adrenal Cemas menurun Gambar 2.2 Kerangka Teori BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek aplikasi riset Subjek dari aplikasi riset adalah pemberian terapi dzikir untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operatif pada Ny.X dengan Kanker Serviks. B. Tempat dan waktu Aplikasi riset ini dilakukan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta diruang Mawar 1 pada tanggal 7 Januari 2016 sampai 9 Januari 2016. C. Media dan alat yang digunakan Lembar Observasi dan kuesioner HARS untuk mencatat hasil pengukuran atau pemeriksaan kecemasan. D. Prosedur yang digunakan berdasarkan aplikasi riset Langkah-langkah relaksasi dzikir ini merupakan modifikasi dari tekhnik relaksasi ssengan melibatkan faktor keyakinan dari Benson (2000), yaitu : 7) Melihat kata sesuai dengan keyakinan kata tertentu digunakan sebagai fokus atau pengantar meditasi, dan kata sebaiknya memilki arti khusus terutama frase yang dapat menimbulkan munculnya kondisitransen-densi, diharapkan dengan kata tersebut dapat meningkatkan respon relaksasi pasien dengan memberikan kesempatan untuk memilih faktor keyakinan tertentu yang dapat 44 45 memberikan pengaruh, contohnya : dengan istighfar atau menyebut dengan takbir. Pemilihan frase sebaiknya cukup singkat agar dapat diucapkan dalam hati ketika menghembuskan nafas secara normal, metode yang akan dugunakan adalah frase “yaa Allah” karena frase ini sangat dan langsung menuju kepada objek transendensi. 8) Atur posisi tubuh yang nyaman sebelum memulai relaksasi carilah posisi duduk yang nyaman sehinggan posisi tidak menggangu pikiran. Posisi dapat dilakukan misalnya dengan bersila atau duduk disofa. Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses relaksasi misalnya suhu, kebisingan, pakaian yang terlalu ketat dan bau-bauan yang tidak enak. 9) Memejamkan mata, pejamkan mata secara perlahan dan pejamkan secara wajar. Karena pemaksaan untuk memejamkan akan membuat otot-otot mata tidak rileks. 10) Lemaskan otot-otot mulailah melemaskan otot dari kaki, kemudian betis, dan perut seterusnya hingga kepala. Caranya dengan meremaskan otot yang akan di rilekskan kemudian otot tersebut di perintahkan untuk rileks misalnya akan melemaskan otot kaki ;dengan memerintahkan pada kaki “lemas...lemas...” sambil merasakan dan membiarkan otot-otot kaki untuk lemas. 11) Pehatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berasal dari keyakinan. Bernafaslah perlahan-lahan dan wajar, tanpa memaksakan iramanya tahap ini mulailah berulang-ulang dalam hati kata atau frase yang dipilih sambil mengambil dan mengeluarkan nafas. 46 12) Pertahankan sikap pasif selain pengulangan kata atau frase, sikap pasif adalah aspek penting untuk membangkitkan respon relaksasi. Saat mulai duduk dan mengulang-ulang frase berbagai macam pikiran akan bermunculan yang akan mengalihkan perhatian frase yang diulung-ulang. Teknik untuk menghindari gangguan ini adalah dengan tidak mempedulikan dan tidak memaksa menghilangkan gangguan tersebut. Selain itu bila muncul rasa nyeri akibat duduk terlalu lama bersikap pasif saja tidak tidak perlu dilawan, ketika rasa nyeri itu muncul katakan pada diri sendiri “baiklah” dan kembali mengulang frase atau kata yang digunakan. E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset Tabel 2.2 Kuesioner HARS No Gejala Kecemasan 1. Perasaan Kecemasan a. Cemas b. Firasat Buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2. Ketegangan a. merasa tegang b. Lesu c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3. Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang lain c. Ditinggal sendiri 4. Gangguan tidur f. Sukar tidur g. Terbangun malam hari h. Tidur tidak nyenyak nilai angka (skor) 0 1 2 3 4 47 i. Bangun dengan lesu j. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk) 5. Gangguan kesadaran d. Sukar kosentrasi e. Daya ingat menurun f. Daya ingat buruk 6. Perasaan depresi (murung) e. Hilangnya minat f. Sedih g. Bangun dini hari h. Perasaan berubah-ubah 7. Gejala somatik/fisik (otot) f. Sakit dan nyeri otot g. Kaku h. Kedutan otot i. Gigi gemerutuk j. Suara tidak stabil 8. Gejala somatik/fisik (sensorik) e. Tinitus (telinga berdenging) f. Penglihatan kabur g. Muka merah atau pucat h. Merasa lemas 9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) f. Takikardi (denyut jantung cepat) g. Berdebar-debar h. Nyeri di dada i. Denyut nadi mengeras j. Rasa lesu/lemas seperti mau pinsan 10.Gejala respiratory (pernafasan) e. Rasa tertekan atau sempit dada f. Rasa tercekik g. Sering menarik nafas h. Nafas pendek/sesak 11. Gejala gastrointestinal g. Sulit menelan h. Perut melilit i. Gangguan pencernaan j. Nyeri sebelum atau sesudah makan k. Rasa penuh dan kembung l. Buang air lembek atau konstipasi 12 Gejala urogenital (perkemihan) c. Sering buang air seni d. Tidak dapat menahan air seni 13.Gejala autonomy e. Mulut kering f. Muka merah 48 g. Mudah berkeringat h. Kepala teras berat 14. Tingkah laku f. Gelisah g. Tidak tenang h. Jari gemetar i. Muka tegang j. Otot tegang/pengeras Masing-masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : Total nilai (score) = 6. Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan 7. 14-20 : kecemasan ringan 8. 21-27 : kecemasan sedang 9. 28-41 : kecemasan berat BAB IV LAPORAN KASUS Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan kecemasan pada Ny.X dengan Kanker Serviks yang dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2016 sampai 9 Januari 2016. Asuhan keperawatan yang terdiri dari identitas klien, pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. A. Identitas Klien Hasil pengkajian data diantara lain, nama klien Ny.X ,usia 52 tahun, agama islam, pendidikan terakhir sekolah dasar (SD), pekerjaan sebagai tani, alamat di Magetan Jawa Timur, dirawat di RSUD Dr.Moewardi Surakarta dengan diagnosa medis Kanker Serviks. Identitas penanggung jawabnya adalah Tn.S berusia 60 tahun, pendidikan terakhir sekolah dasar (SD), pekerjaan sebagai tani, alamat Magetan Jawa Timur, hubungan dengan klien adalah suami. B. Pengkajian Keluhan utama klien saat dikaji, klien mengeluh nyeri. Riwayat penyakit sekarang pasien masuk pada tanggal 31 Desember 2015 pukul 11.00 WIB, klien mengeluh nyeri dibagian perut bawah, khawatir dan takut akan terjadinya infeksi pada penyakitnya dan cemas akan dilakukannya pembedahan atau operasi untuk penyakitnya.Klien juga mengatakan perdarahan dijalan rahimnya seperti flek-flek dan kadang disertai keputihan berbau busuk. Nyeri yang dirasakan hilang timbul sejak 1,5 tahun yang lalu, klien datang dari poli 49 50 kandungan. Hasil pengkajian pada tanggal 7 Januari 2016 diperoleh : tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,8 oC. Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan baru mengetahui penyakitnya sekitar 1,5 tahun yang lalu, awalnya klien mengatakan berobat ke bidan didaerah rumahnya, kemudian klien dirujuk kedokter SpOG, setelah itu didokter SpOG klien di lakukan tindakan kuret ,selama 3hari perawatan setelah tindakan kuret, klien dirujuk ke RSUD Dr.Moewardi Surakarta untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut. Klien juga mengatakan beberapa kali masuk Rumh Sakit, mendapatkan tindakan kemotherapi 1 minggu 4x selama 5 minggu dan mendapatkan sinar radiasi kurang lebih 25kali. Klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan. 51 Riwayat pengkajian kesehatan keluarga Ny. X 52 tahun Keterangan : : laki – laki : perempuan / : meninggal : tinggal serumah : klien Gambar 4.1 genogram 52 Riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa didalam keluarganya maupun keluarga klien tidak ada penyakit keturunan seperti diabetes melitus, jantung, dan hipertensi. Riwayat kesehatan linhkungan, klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, terdapat ventilasi, ada tempat pembuangan sampah, jauh dari sungai maupun pabrik. Hasil pengkajian menurut pola gordon, pada persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa sehat itu penting dan berharga, menurut klien sakit merupakan sesuatu yang tidak nyaman, apabila ada anggota keluarganya yang sakit segera diperiksakan ke puskesman maupun dokter. Pola nutrisi dan metabolic sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, klien tidak memiliki keluhan, habis dengan 1 porsi dan tidak alergi dengan jenis makanan apapun. Minumnya setiap pagi teh manis 1 gelas dan 6 – 7 gelas air putih. Selama sakit klien mengatakan tidak mengalami gangguan makan, bisa menghabiskan 1 porsi menu rumah sakit, bubur, sayur, lauk dan buah. Minum 7 – 8 gelas air putih. Pola eliminasi BAB, baik sebelum sakit maupun selama sakit klien tidak memiliki keluhan. Klien BAB 1x sehari dengan konsentrasi lunak, bau khas, dan warna kuning kecoklatan. Pada pola eliminasi BAK, sebelum sakit klien mengatakan BAK 4-6 x sehari kurang lebih 1500cc sekali BAK dengan warna kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit mampu BAK 5-7 x sehari kurang lebih 2500cc sekali BAK dengan warna kuning jernih, bau obat, dan tidak ada keluhan. 53 Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (skor 0). Selama sakit untuk makan atau minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM, dan toileting, klien memerlukan bantuan orang lain (skor 2). Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak dan baik malam maupun siang hari, tidur malam kurang lebih 7 – 8 jam dan tidur siang kurang lebih 2 jam. Selama sakit klien mengatakan tidur malam kurang lebih 4 jam tidak nyenyak dan sering terbangun karena merasa nyeri dibagian perut bawah dan memikirkan operasi yang akan segera dilakukan. Pola kognitif – perseptual, sebelum sakit klien mampu berbicara dengan normal, pendengaran dan penglihatan baik, klien juga dapat berjalan dengan normal. Selama sakit klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah, nyeri seperti ditusuk – tusuk skala nyeri 5, nyeri terasa didaerah vaginanya, nyeri muncul saat bergerak atau pengeluaran pervagina (daah, keputihan), nyeri terasa hilang timbul. Klien mengatakan cemas dalam menghadapi operasi, berdasarkan hasil pemeriksaan HARS diperoleh skor 28 termasuk dalam katagori kecemasan berat. Pola persepsi konsep diri, gambaran diri klien menerima dengan keadaan sakit saat ini, ideal diri klien ingin segera sembuh dan pulang kerumah agar bisa melakukan aktivitas kembali, harga diri klien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang istri dan seorang nenek untuk 54 cucunya, sedangkan identitas diri klien berjenis kelamin perempuan dengan usia 52 tahun. Pola hubungan peran, klien mengatakan sebelum sakit maupun selama sakit hubungan dengan keluarga, saudara, tetangga – tetangganya baik dan tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, klien berusia 52 tahun sudah menikah, mempunyai 1 anak perempuan dan 1 cucu laki – laki. Pola mekanisme koping, klien mengatakan sebelum sakit maupun selama sakit untuk menghilangkan kepenatannya dengan istirahat dan berkumpul bersama keluarga atau tetangga, apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarga, jika ada anggota keluarganya yang sakit selalu diperiksakan kepuskesmas atau dokter. Pola nilai dan keyakinan, klien beragama islam menjalankan sholat 5 waktu dengan tepat, tetapi selama sakit klien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur dan menerima penyakitnya sebagai ujian Allah SWT. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan kesdaan klien lemas dengan keadaan composmetis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit teraba kuat dan irama teratur, respirasi 20 x/menit irama teratur, suhu 36,8 oC. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala sedikit bkotor, rambut berwarna hitam putih ,rontok ,berketombe. Hasil pemeriksaan mata, didapatkan data mata simetris kanan dan kiri, fungsi penglihatan baik, konjungtiva anemis, dan sclera ikterik. Hasil pemeriksaan hidung, bersih, tidak ada polip, dan tidak terdapat secret. Mulut simetris, bersih, mukosa bibir lembab. Gigi sejajar sedikit kotor, terdapat karies gigi. Telinga simetris, tidak ada serumen, dan tidak mengalami 55 gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe. Pemeriksaan fisik paru, didapatkan hasil inspeksi : bentuk dada simetris dan tidak ada jejas, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi : sonor seluruh lapang paru, aukultasi : suara vesikuler dan irama teratur. Pemeriksaan jantung, didapatkan hasil inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi : ictus cordis teraba kuat di SIC V, perkusi : bunyi pekak, aukultasi : bunyi jantung I dan II sama, tidak ada bunyi tambahan, irama reguler. Hasil pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi : perut simetris dan tidak ada jejas, aukultasi : bising usus 20 x/menit, perkusi : redup dikuadrat I dan tympani dikuadrat 2, 3, 4, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan genetalia, didapatkan genetalia bersih dan tidak ada jejas, begitu juga pada rektum. Pemeriksaan ekstermitas bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan bergerak terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm, perubahan akral hangat, tidak ada oedema, dan capilary refill < 2 detik. Pemeriksaan ekstermitas bagian bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), perabaan akral hangat, capillary refille < 2detik. Hasil pemeriksaan vagina klien mengalami perdarahan seperti flekflek dan kadang keptihan berbau busuk, menganti pembalut 6-8 x sehari. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 6 Januari 2016 diperoleh hasil : Hemastosis PT 14.7 detik (nilai normal 10.0-15.0), APTT 31.6 detik (nilai normal 20.0-40.0), Creatinine 0.8 mg/dl (nilai normal 0.6-1.1), Ureum 9 mg/dl 56 (nilai normal <50), Natrium darah 137 mmol/L (nilai normal 136-145), Kalium darah 2.4 mmol/L (nilai normal 3.3-5.1), Chlorida darah 105 mmol/L (nilai normal 98-106). Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Januari 2016 diperoleh hasil : Natrium darah 132 mmol/L (nilai normal 136-145), Kalium darah 2.7 mmol/L (3.3-5.1), Chlorida darah 106 mmol/L (nilai normal 98-106). Hasil pemeriksaan foto thorak pada tanggal 31 Desember 2015 diperoleh hasil : Cor = besar dan bentuk normal, Pulmo = tampak multiple nodule ukuran bervariasi disertai infiltrak dikedua lapang paru, sinus costophrenicus kanan posterior tumpul kiri anterior posterior tajam, Restrosternal dan retrocardiac space dalam batas normal, Trakheal ditengah, tak tampak proses ostedilik dan blastik pada tulang-tulang yang bervisualisasi. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan foto thorak diperoleh : coarse nodul dan pneumonic type pulmonal metastase, Efusi pleura kanan minimal. Selama dirawat di ruang Mawar, klien mendapatkan therapy infus RL 20 tpm untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi, injeksi ketorolac 30 mg/8 jam untuk pengelolaan nyeri berat dalam jangka pendek, injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam untuk infeksi gram positif dan negatif, injeksi ranitidin 50 mg/8 jam untuk pengobatan tukak lambung jangka panjang. C. Perumusan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa keperawata. Data subjektif klien dikaji tentang karakteristik nyeri ditentukan P (provocate) adalah nyeri dibagian perut bawah, Q (quality) rasa nyeri seperti ditusuk – tusuk, R (regio) adalah pada 57 daerah vagina, S (skala) nyeri dirasakan berat yaitu 5, T (time) dirasakan saat bergerak atau saat pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Data objektif yang didapatkan data klien tampak lemah dan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Data subjektif : klien mengatakan badannya lemas dan takut akan terjadinya infeksi pada penyakitnya, sedangkan data objektif klien tampak lemas, tidak ada tanda – tanda infeksi didaerah vagina, suhu 36,8 oC. Data subjektif : klien mengatakan sulit tidur dan tidak nyenyak sering terbangun, sedangkan data objektif yang diperoleh berdasarkan HARS diperoleh score 28 atau kecemasan berat, klien tampak cemas dan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,8 oC. Berdasarkan data diatas maka penulis merumuskan masalah keperawatan adalah nyeri akut berhubungan agen cidera biologis, resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina ( darah, keputihan ) dan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. D. Intervensi Keperawatan Berdasarkan diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil mampu mengontrol nyeri dengan non farmakologi, melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan manajemen nyeri (skala nyeri 2), mampu mengenali nyeri, mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 58 Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, berikan posisi nyaman dengan rasional untuk mengurangi penyebab utama rasa nyeri, berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dengan rasional istirahat akan melaksanakan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan, ajarkan tekhnik non farmakologi (kompres dingin) dengan rasional tekhnik non farmakologi mudah dipelajari klien sehingga saat nyeri muncul klien mampu mengontrol nyeri secara mandiri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (keterolac 30mg/8jam) dengan rasional analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akut berkurang. Perencanaan untuk mengatasi masalah pada diagnosa keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak terdapat tanda-tanda infeksi didaerah vagina, tidak timbul adanya tandatanda infeksi karena lingkungan yang buruk, tanda- tanda vital dalam batas normal. Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji adanya tanda–tanda infeksi didaerah vagina dengan rasional untuk mengetahui akan terjadinya infeksi, berikan perawatan pada daerah vagina dengan prinsip aseptik dengan rasional untuk membantu proses penyembuhan dan akan terjadinya infeksi, pantau TTV klien dengan rasional untuk mengetahui ada 59 tidaknya penyebaran infeksi, kolaborasi dengan dokter dengan rasional untuk proses penyembuhan. Perencanaan untuk mengatasi masalah pada diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan kecemasan dapat teratasi, dengan kriteria hasil klien tidak gelisah, tidak khawatir, tidak tegang, berdasarkan kuesioner HARS tingkat kecemasan dalam rentang ringan (7-14), tekanan darah normal 120/80 mmHg, nadi normal 80 x/menit. Rencana keperawatan yang dapat diberikan, antara lain observasi tingkat cemas klien menggunakan kuesioner HARS dan tanda – tanda vital normal dengan rasional untuk mengetahui tingkat cemas klien, ajarkan terapi religius :dzikir dengan rasional untuk menurunkan tingkat kecemasan klien, observasi kembali tingkat kecemasan klien dengan menggunakan kuesioner HARS dengan rasional untuk mengetahui perkembangan tingkat cemas klien setelah diajarkan terapi religius :dzikir, berikan pendidikan kesehatan tentang keadaan klien dengan rasional untuk mengalihkan perhatian dan mengurangi kecemasan, kolaborasi dengan keluarga untuk selalu menemani klien dengan rasional untuk meningkatkan perhatian pada keluarga untuk klien, berikan lingkungan nyaman dengan rasional agar klien tenang. E. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis pada hari kamis, 7 Januari 2016 pukul 08.00 WIB 60 mengobservasi keadaan umum klien, tingkat nyeri, tanda – tanda infeksi dan tingkat kecemasan klien dengan respon subjektif P : klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah, Q : nyeri seperti ditusuk – tusuk, R : nyeri didaerah vagina, S : skala nyeri 5, T : saat bergerak. Respon objektif klien tampak cemas, meringis menahan sakit, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, tidak terdapat tanda – tanda infeksi, berdasarkan kuesioner diperoleh skor 28 dengan tigkat kecemasan sedang. Pukul 08.30 WIB memberikan posisi yang nyaman dengan respon klien mengatakan bersedia diberikan posisis setengan duduk untuk mengurangi nyerinya. Respon Objektif klien tampak lebih rileks dan nyaman. Pukul 09.00 mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam dengan respon klien mengatakan nyeri dan bersedia diajarkan relaksasi nafas dalam. Respon objektif klien tampak mengikuti dengan baik. Pukul 09.30 WIB memberikan kesempatan klien waktu istirahat jika nyeri terasa dengan respon klien mengatakan akan istirahat jika merasa nyeri lagi. Respon objektif klien tamapk beristirahat dengan nyaman. Pukul 09.40 WIB mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik keterolac 30 mg/8 jam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk disuntik lewat selang infus. Respon objektif obat analgetik ketorolak 30 mg masuk via selang infus. Diagnosa kedua resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Pukul 09.45 WIB mengobservasi keadaan umum, tanda – tanda infeksi. Respon objektif klien tampak cemas, meringis menahan sakit. Pukul 10.00 memberikan perawatan pada daerah vagina dengan prinsip aseptik (vulva hygiene) dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia 61 untuk diberikan perawatan agar tidak terjadi resiko infeksi dan klien juga mengatakan takut akan terjadi resiko infeksi untuk penyakitnya,vagiana bau karna keputihan. Respon objektif klien tampak tenang dan rileks saat diberikan perawata. Pukul 10.10 WIB memantau TTV klien dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk dipantau TTV , TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit , suhu 36,8 oC. Diagnosa ketiga kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, pukul 10.45 WIB mengobservasi keadaan umum dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk diobservasi. Respon objektif klien tampak cemas, meringis menahan sakit, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Pukul 10.50 WIB mengobservasi tingkat kecemasan menggunakan kuesioner HARS dengan respon subjektif klien mengatakan cemas terhadap keadaan sekarang dan memikirkan tindakan operasi yang akan segera dilakukan. Respon objektif berdasarkan kuesioner HARS diperoleh nilai 28 dengan tingkat kecemasan berat, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Pukul 11.15 WIB mengajarkan terapi religius :dzikir selama 30 menit dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia. Respon objektif klien tampak mengikuti dengan dengan baik. Pukul 12.20 WIB mengobservasi kembali observasi kembali tingkat kecemasan klien dengan menggunakan kuesioner HARS denga respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk di observasi kembali. Respon objektif berdasarkan kuesioner HARS diperoleh nilai 24 dengan tingakt kecemasan sedang. Pukul 12.40 mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 30mg/8 jam dan 62 ranitidine50 mg/12 jam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk ditusuk lewat selang infus agar cepat sembuh. Respon objektif obat masuk lewat via selang infus. Pukul 12.55 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang keadaan klien dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dberikan pendidikan kesehatan tentang dirinya agar tidak cemas. Respon objektif klien tampak memahami. Tindakan keperawatan yang dilakukan hari kedua, Jumat 8 Januari 2016, diagnosa keperawatan yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis. Pukul 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum klien, tingkat nyeri, tanda – tanda infeksi dan tingkat kecemasan klien dengan respon subjektif P : klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi, Q : nyeri melilit, R : nyeri didaerah vagina, S : skala nyeri 2, T :- . Respon objektif klien tamapk sedikit gelisah dan sedih, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit. Pukul 08.30 WIB memberikan posisi yang nyaman dengan respon klien mengatakan bersedia diberikan posisi setengah duduk untuk mengurangi rasa nyeri. Respon Objektif klien tampak lebih rileks dan nyaman. Pukul 09.00 mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam dengan respon klien mengatakan nyeri dan bersedia diajarkan relaksasi nafas dalam. Respon objektif klien tampak mengikuti dengan baik. Pukul 09.30 WIB memberikan kesempatan klien waktu istirahat jika nyeri terasa dengan respon klien mengatakan akan istirahat jika merasa nyeri lagi. Respon objektif klien tamapk beristirahat dengan nyaman. Pukul 09.40 WIB mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik keterolac 30 mg/8 jam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia 63 untuk disuntik lewat selang infus. Respon objektif obat analgetik ketorolac 30 mg masuk via selang infus. Diagnosa kedua resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Pukul 09.45 WIB mengobservasi keadaan umum, tanda – tanda infeksi. Respon objektif klien tampak cemas, meringis menahan sakit.. Pukul 10.00 memberikan perawatan pada daerah vagina dengan prinsip aseptik (vulva hygiene) dengan respon subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih baik dan sedikit tidak bau . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks saat diberikan perawata. Pukul 10.10 WIB memantau TTV klien dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk dipantau TTV , TD 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit, RR 20 x/menit , suhu 36,5oC. Diagnosa ketiga kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, pukul 10.45 WIB mengobservasi keadaan umum dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk diobservasi. Respon objektif klien tampak sedikit tidak cemas, gelisah, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit. Pukul 10.50 WIB mengobservasi tingkat kecemasan menggunakan kuesioner HARS dengan respon subjektif klien mengatakan cemas terhadap keadaan sekarang dan memikirkan tindakan operasi yang akan segera dilakukan. Respon objektif berdasarkan kuesioner HARS diperoleh nilai 20 dengan tingkat kecemasan ringan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit. Pukul 11.15 WIB mengajarkan terapi religius :dzikir selama 30 menit dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dan setelah melakukan 64 dengan mandiri merasa lebih tenang. Respon objektif klien tampak mengikuti dengan dengan baik. Pukul 12.20 WIB mengobservasi kembali observasi kembali tingkat kecemasan klien dengan menggunakan kuesioner HARS denga respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk di observasi kembali. Respon objektif berdasarkan kuesioner HARS diperoleh nilai 15 dengan tingakt kecemasan ringan. Pukul 12.40 WIB mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 30mg/8 jam dan ranitidine 50 mg/12 jam dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk ditusuk lewat selang infus agar cepat sembuh. Respon objektif obat masuk lewat via selang infus. Pukul 12.55 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang keadaan klien dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia diberikan pendidikan kesehatan tentang dirinya agar tidak cepas. Respon objektif klien tampak memahami. Tindakan keperawatan hari ketiga Sabtu, 9 Januari 2016 diagnosa kedua resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Pukul 09.45 WIB mengobservasi keadaan umum, tanda – tanda infeksi. Respon objektif klien tampak cemas, meringis menahan sakit.. Pukul 11.00 memberikan perawatan pada daerah vagina dengan prinsip aseptik (vulva hygiene) dengan respon subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih segar dan tidak bau lagi . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks. Pukul 11.20 WIB memantau TTV klien dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk dipantau TTV , TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit , suhu 36,2oC. 65 F. Evaluasi Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dilakukan evaluasi pada hari kamis, 7 Januari 2016 jam 13.00 WIB. Menggunakan metode SOAP pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen codera biologis didapatkan data subjektif P : klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah, Q : nyeri seperti ditusuk – tusuk, R : nyeri didaerah vagina, S : skala nyeri 5, T : saat bergerak atau saat pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Respon objektif klien tampak gelisah, klien tampak meringis menahan sakit, TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Analisis masalah belum teratasi (skala nyeri masih 5, TD masih 150/90 mmHg dan nadi 88 x/menit). Planning lanjutkan intervensi seperti kaji skala nyeri, monitor tanda – tanda vital, keadaan umum, relaksasi nafas dalam dan kolaborasi pemberian analgesik. Pukul 13.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : klien mengatakan takut akan terjadi resiko infeksi untuk penyakitnya, perdarahan seperti flek-flek dan kadang keputihan berbau busuk. Klien tamapak cemas akan sakitnya. Hasil analisa belum teratasi (masih mengalami perdarahan seperti flek-flek dan kadang keputihan berbau busuk). Intervensi dilanjutkan yaitu observasi tanda – tanda inveksi, monitor tanda - tanda vital. Pukul 13.40 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan didapatkan data subjektif klien mengatakan cemas dan sedih dengan keadaan sekarang. 66 Respon objektif klien tampak cemas dan gelisah TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, hasil kuesiner HARS dengan skor 28 termasuk tingkat kecemasa berat. Hasil analisa belum teratasi (kuesioner HARS dari 28 menjadi 24 ). Planning lanjutkan intervensi seperti observasi tingkat kecemasan, boservasi keadaan umum, ajarkan terapi religiua :dzikir, berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dievaluasi pada hari kedua Jumat, 8 Januari 2016 jam 13.00 WIB. Menggunakan metode SOAP pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen codera biologis didapatkan data subjektif P : klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi, Q : nyeri melilit, R : nyeri didaerah vagina, S : skala nyeri 2, T : saat ditekan. Respon objektif klien tamapk sedikit gelisah dan sedih, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit. Analisis masalah teratasi (nyeri dari 5 menjadi 2, TD dari 150/90 mmHg menjadi 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit menjadi 82 x/menit). Planning pertahankan intervensi. Pukul 13.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : respon subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih baik, sedikit perdarahan dan sedikit tidak berbau . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks saat diberikan perawatan. Hasil analisa belum teratasi (dari masih perdarahan dan masih berbau menjadi sedikit perdarahan dan sedikit tidak berbau). Intervensi dilanjutkan yaitu observasi tanda – tanda inveksi, monitor tanda - tanda vital. 67 Pukul 13.40 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan didapatkan data subjektif klien mengatakan semalam tidur dengan nyenyak.. Respon objektif klien tampak segar TD 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit, Hasil analisa teratasi (kuesioner HARS dari 20 menjadi 15 termasuk tingkat kecemasan ringan ). Intervensi dipertahankan. Evaluasi hari ketiga ,Sabtu 9 Januari 2016 pukul 13.20 WIB penulis juga mengevakuasi untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih segar, tidak perdarahan dan tidak bau lagi . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks. Hasil analisa teratasi. Intervensi dipertahankan. BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito, 2005). Pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode alloanamnesa dan autoanamnesa, dimulai dari biodata klien, riwayat kesehatan, pengkajian pola kesehatan Gordon, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang. Metode dalam pengumpulan data adalah observasi yaitu dengan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah – masalah yang dialami klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukn diagnosa keperawatan untuk mengatasi masalah – masalah klien (Darmawan, 2012). Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Januari 2016 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama klien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah. Yonneau (2007) dalam Judha, dkk (2012), mengidentifikasi nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan. Pengkajian riwayat pengkajian sekarang, klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah sejak 1,5 tahun yang lalu, awalnya klien mengatakan berobat ke bidan didaerah rumahnya, kemudian klien dirujuk kedokter SpOG, 68 69 setelah diperiksa didokter SpOG klien di lakukan tindakan kuret ,selama tiga hari perawatan setelah tindakan kuret, klien dirujuk ke RSUD Dr.Moewardi Surakarta untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut. Klien juga mengatakan beberapa kali masuk Rumh Sakit, mendapatkan tindakan kemotherapi 1 minggu 4x selama 5 minggu dan mendapatkan sinar radiasi kurang lebih 25kali. Secara umumnya, keluhan utama pada kasus kanker serviks adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut timbul karena pengeluaran pervagina (darah, keputihan) yang terus berlanjut. Nyeri dapat timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat, atau nyeri saat pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Pengkajian pola kognitif-perceptual, klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada pada penginderaan maupun komunikasi, tetapi klien merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5, nyeri terasa diperut bagian bawah nyeri timbul karena ada pergerakan atau pengeluaran pervagina (darah, keputihan), nyeri terasa hilang timbul. Pasien mengatakan cemas dalam mengahadapi operasi, pasien tampak cemas dan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,8 oC, berdasarkan kuesiner HARS diperoleh skore 28 termasuk katagori kecemasan berat. Pengkajian kecemasan menggunakan kuesoner HARS untuk mengetahui tingkat kecemasan pada klien. Pengkajian nyeri meliputi (PQRST). P : mengatakan nyeri ketika bergerak atau pengeluaran pervagina (darah, keputihan), Q : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri terasa diperut bagian bawah, S : skala nyeri 5, T : nyeri hilang timbul. P (provocate) yang 70 berarti penyebab atau stimulu-stimulus nyeri, Q (quality) yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (regio) yang berarti lokasi nyeri, S (skala) yang berarti tingkat keparahan nyeri, T (time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian nyeri (Prasetya, 2010). Dalam pemeriksaan ekstermitas bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan bergerak terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm, perubahan akral hangat, tidak ada oedema, dan capilary refill < 2 detik. Pemeriksaan ekstermitas bagian bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), perabaan akral hangat, capillary refille < 2detik. Kekuatan otot diuji melalui pengkajian kemampuan klien untuk melakukan fleksi dan ekstensi ekstermitas sambil dilakukan penahanan (Muttaqim, 2008). Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 6 Januari 2016 diperoleh hasil : Hemastosis PT 14.7 detik (nilai normal 10.0-15.0), APTT 31.6 detik (nilai normal 20.0-40.0), Creatinine 0.8 mg/dl (nilai normal 0.6-1.1), Ureum 9 mg/dl (nilai normal <50), Natrium darah 137 mmol/L (nilai normal 136-145), Kalium darah 2.4 mmol/L (nilai normal 3.3-5.1), Chlorida darah 105 mmol/L (nilai normal 98-106). Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Januari 2016 diperoleh hasil : Natrium darah 132 mmol/L (nilai normal 136-145), Kalium darah 2.7 mmol/L (3.3-5.1), Chlorida darah 106 mmol/L (nilai normal 98-106). 71 Hasil pemeriksaan foto thorak pada tanggal 31 Desember 2015 diperoleh hasil : Cor = besar dan bentuk normal, Pulmo = tampak multiple nodule ukuran bervariasi disertai infiltrak dikedua lapang paru, sinus costophrenicus kanan posterior tumpul kiri anterior posterior tajam, Restrosternal dan retrocardiac space dalam batas normal, Trakheal ditengah, tak tampak proses ostedilik dan blastik pada tulang-tulang yang bervisualisasi. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan foto thorak diperoleh : coarse nodul dan pneumonic type pulmonal metastase, Efusi pleura kanan minimal. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diatas mrnunjukan peningkatan kalium darah 2.4 mmol/L (nilai normal 3.3-5.1) pada tanggal 6 Januari 2016 dan kalium darah 2.7 mmol/L (3.3-5.1) pada tanggal 7 Januari 2016. Kalium darah mengalami peningkatan yang sedikit dan belum dalam batas normal. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual, potensi atau proses kehidupan (Potter dan Perry, 2005). Diagnosa pertama yang diangkat penulis adalah nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri yang dialami Ny.X merupakan nyeri akut karena memiliki awitan yang sangat cepat dan dirasakan kurang dari satu hari. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa nyeri akut memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi dan berlangsung dari beberapa detik sampai enam bulan (Andarmoyo, 2013). 72 Hal ini sesuai dengan teori Hierarki Maslow yang menyebutkan bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu dari pada kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008). Saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif klien dikaji tentang katakteristik nyeri ditemukan nyeri dibagian perut bawah, seperti tertusuk – tusuk, skala nyeri 5 katagori nyeri berat, sakit saat bergerak. Data objektif yang didapatkan klien tampak lemah dan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukan klien sangat beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis kesakitan, mengeluarkan gigi, menyengirkan dahi, menggigit bibir, menutup mata dan mulut dengan rapat, serta membuka mata dan mulut dengan lebar (Andarmoyo, 2013). Nyeri yang dialami Ny.X merupakan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual karena nyeri merupakan faktor utama. Secara verbal klien mengatakan mengalami nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai dengan teori Hierarki Maslow yang menyebutkan bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu dari pada kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008). Diagnosa kedua yang diangkat penulis yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran ervagina (darah, keputihan). Pada resiko 73 infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang pleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lainnya) dari sumber – sumber eksternal, sumber – sumber eksogen dan endogen (NANDA, 2009-2011). Saat dilakukan pengkajian diperoleh data subjektif : klien mengatakan takut akan terjadinya infeksi pada daerah vagianya. Data objektif : klien tampak cemas, gelisah, tidak ada tanda – tanda infeksi didaerah vaginanya, TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Diagnosa ketiga yang diangkat penulis yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kecemasan adalah respon emosional dan merupakan penilaian intelektual terhadap suatu bahaya (Stuart, 2007). Saat dilakukan pengkajian diperoleh data subjektif klien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak sering terbangun. Data objektif yang diperoleh berdasarkan HARS diperoleh score 28 atau kecemasan berat, klien tampak cemas, gelisah dan tekanan darah 150/890 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,8 oC. Batasan karakteristik kecemasan menurut (Nanda NIC NOC, 2013) yaitu perilaku meliputi: gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, affektif meliputi : gelisah distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat, bingung, khawatir, fisiologi meliputi : peningkatan tekanan darah. Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual. Secara verbal klien mengalami nyeri akan melaporkan adanya ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Hal ini sesuai denagn teori Hieraki Maslow yang 74 menyebutkan bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologi. Kebutuhan fisiologi merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu dari pada kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008). C. Intervensi Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan dapat diselesaikan dengan Spesifik (jelas dan khusus). Berdasarkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri (menggunakan tekhnik non farmakologi). Metode pereda nyeri non farmakologi biasanya memiliki resiko yang sangat rendah, tindakan tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung (Brunner & Suddart, 2002). Kriteria hasil yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu skala nyeri 1. Menurut Andarmoyo (2013), skala nyeri menentukan seberapa berat nyeri yang dirasakan oleh klien, skala juga dapat menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas skala nyeri 1-3 menunjukan nyeri ringan, 4-6 menunjukan nyeri sedang, skala 7-9 menunjukan nyeri hebat dan skala nyeri menunjukan nyeri paling hebat. 75 Kriteria hasil yang selanjutnya pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Ketika nyeri sudah berkurang belum tentu klien sudah merasa nyaman, dan kriteria hasil selanjutnya adalah tanda – tanda vital dalam batas normal. Peningkatan tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu mempengaruhi tingkat nyeri pada klien. Kriteria hasil yang disusun penulis sesuai dengan teori Nurarif dan Kusuma (2013). Intervensi pertama pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu observasi nyeri (PQRST) dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik nyeri. Menurut Andarmoyo (2013), observasi nyeri dilakukan untuk membantu klien dalam mengutarakan masalah atau keluhan secara lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan analisis symptom. Komponen pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST) : P (Paliatif/Profocatif = yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality = kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio = lokasi nyeri), S (Severity = keparahan), T (Time = waktu). Intervensi yang kedua yaitu berikan posisi semi fowler dengan tujuan agar klien dapat beristirahat dengan nyaman. Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi dilingkungan tersebut dapat tersebut dapat memperberat nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008). Berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dengan rasional istirahat akan melaksanakan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan, ajarkan tekhnik non farmakologi (kompres dingin) dengan 76 rasional tekhnik non farmakologi mudah dipelajari klien sehingga saat nyeri muncul klien mampu mengontrol nyeri secara mandiri. Memberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat oedema atau trauma, dan menurunkan respon inflamasi jaringan (Istichomah, 2007). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik(ketorolac 30 mg/8 jam) dengan rasional analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akiut berkurang. Ketorolac 30 mg/8 jam akan pengolahan nyeri kronis atau akut dalam jangka panjang (Iso, 2013). Berdasarkandiagnosa keperawatan yang kedua resiko infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan) dengan intervensi yang akan dilakukan adalah observasi tanda – tanda infeksi yaitu untuk mendeteksi dini terhadap ifeksi akan mudah (Wilkinson, 2012). Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik yaitu membersihkan, memantau, dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pantau tanda- tanda vital untuk mengetahui dugaan adanya infeksi. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dan Ny.X sesuai teori. Perencanaan untuk mengatasi masalah pada diagnosa keperawatan selanjutnya kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan kecemasan dapat teratasi, dengan kriteria hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification) : tidak gelisah, tidak khawatir, tidak tegang, berdasarkan kuesioner HARS tingkat kecemasan dalam rentang ringan (14-20), tekanan darah normal 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit. Berdasarkan tujuan dan 77 kriteria hasil tersebut, kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion Classification) : observasi tingkat cemas klien menggunakan kuesioner HARS dan tanda – tanda vitas dengan rasional untuk mengetahui tingkat cemas klien. Meurut Hawari (2013) observasi kecemasan untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument). Ajarkan terapi religius :dzikir dengan rasional untuk menurunkan tingkat kecemasan klien. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat terjadinya rileks, dengan kata lain kombinasi respon relaksasi melibatkan keyakinan akan gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi (Benson, 2005). Berikan penkes tentang keadaan klien dengan rasional untuk mengalihkan perhatian dan mengurangi kecemasan, berikan dukungan pada keluarga untuk selalu menemani klien dengan rasional untuk meningkatkan perhatian pada keluarga untuk klien, berikan lingkungan yang nyaman dengan rasional agar klien tenang. D. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah komponen dari proses keperawatan yang merupakan katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005). Dalam melakukan tindakan keperawatan selam tiga hari yaitu pada tanggal 7, 8 dan 9 Januari 2016 penulis tidak mengalami kesulitan, penulis melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat. Diagnosa 78 keperawatan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2016 pukul 09.40 WIB mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ketorolac 30 mg/8 jam untuk penatalaksanaan jangka pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat (Informasi Spesialite Obat, 2012). Respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk disuntik lewat selang infus. Respon onjektif obat analgetik ketorolac 30 mg/8 jam masuk via selang infus. Pukul 10. 45 WIB mengobservasi tingkat kecemasan menggunakan kuesioner HARS dengan respon subjektif klien mngatakan cemas terhadapa keadaan sekarang dan memikirkan tindakan operasi yang akan segera dilakukan. Respon objektif berdasarkan kuesiner HARS diperoleh skor 28 dengan tingkat kecemasan berat, TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Respon fisiologi pada seseorang yang mengalami kecemasan berat yaitu nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan (Popplau, 2005). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berpedoman pada Hamilton Anxiety Rantting Scale (HARS) untuk melihat tingkat keparahan terhadap gangguan kecemasan seorang klien (Norman, 2005) dalam (Kusumadewi,2008). Pengukuran dilakukan pada hari pertama dan kedua pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Pukul 11.15 WIB mengajarkan terapi religius :dzikir selam 30 menit, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia. Respon objektif klien tampak mengikuti perintah. Relaksasi dzikir merupakan penggerakan emosi perasaan, dzikir ini muncul melalui rasa, yaitu 79 rasa tentang penzahiran keagungan dan keindahan Allah SWT, sehingga akan dapat pula mempengaruhi pola koping seseorang dalam menghadapi stresor, sehingga stress respon berbeda. Koping yang adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi kecemasan dan sebaliknya seseorang mengatasi kecemasan (Hannan, 2014). Pukul 13.40 WIB mengobservasi tingkat kecemasan menggunakan kuesioner HARS, dengan respon subjektif klien mengatakan perasaannya tenang. Respon objektif berdasarkan kuesioner diperoleh skor 15 dengan tingkat kecemsan sedang, tekanan darah 130 mmHg, nadi 82 x/menit. E. Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005). Hasil evaluasi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis pada hari Kamis, 7 Januari 2016 puku 13.00 WIB dengan metode SOAP pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, subjektif klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah, nyeri seperti ditusuktusuk, nyeri didaerah vagina, skala nyeri 5, saat bergerak atau pengeluaran pervagina (darah, keputihan). Respon objektif klien tampak gelisah dan menahan rasa nyeri, TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit. Analisa data belum teratasi. Planning lanjut intervensi seperti kaji skala nyeri, monitor tanda – tanda vital, keadaan umum, ajarkan relaksasi nafas dalam, dan kolaborasi pemberian analgetik. 80 Pukul 13.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : klien mengatakan takut akan terjadi resiko infeksi untuk penyakitnya,mengalami perdarahan seperti flek-flek dan kadang keputihan berbau busuk. Klien tampak cemas akan sakitnya. Hasil analisa belum teratasi. Intervensi dilanjutkan yaitu observasi tanda – tanda inveksi, monitor tanda - tanda vital. Pukul 13.40 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan didapatkan data subjektif klien mengatakan cemas dan sedih dengan keadaan sekarang. Respon objektif klien tampak cemas dan gelisah TD 150/90 mmHg, nadi 88 x/menit, hasil kuesiner HARS dengan skor 28 termasuk tingkat kecemasa berat. Hasil analisa belum teratasi (hasil kuesioner HARS dari 28 menjadi 24) . Planning lanjutkan intervensi seperti observasi tingkat kecemasan, boservasi keadaan umum, ajarkan relaksasi terapi teligius :dzikir, berikan lingkungan yang nyaman dan tenag. Hasil evaluasi pada hari kedua Jumat, 8 Januari 2016 untuk diagnosa pertama diagnosa nyeri berhubungan dengan agen codera biologis didapatkan data subjektif P : klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi, Q : nyeri melilit, R : nyeri didaerah vagina, S : skala nyeri 2, T : saat ditekan. Respon objektif klien tamapk sedikit gelisah dan sedih, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit. Analisis masalah teratasi (nyeri dari 5 menjadi 2, TD dari 150/90 mmHg menjadi 130/80 mmHg, nadi dari 88 x/menit menjadi 82 81 x/menit). Planning lanjutkan intervensi seperti kaji skala nyeri, monitor tanda – tanda vital, keadaan umum, relaksasi nafas dalam dan kolaborasi pemberian analgesik. Pukul 13.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : respon subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih baik dan sedikit tidak bau . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks saat diberikan perawata. Hasil analisa teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan yaitu observasi tanda – tanda inveksi, monitor tanda - tanda vital. Pukul 13.40 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah yang ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan didapatkan data subjektif klien mengatakan semalam tidur dengan nyenyak.. Respon objektif klien tampak segar TD 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit, hasil pengukuran tingkat kecemasan HARS skor 20 menjadi 15 termasuk tingkat kecemasan ringan. Hasil analisa teratasi. Hasil evaluasi hari ketiga Sabtu, 9 Januari 2016 pukul 13.20 WIB untuk masalah yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), diperoleh hasil : subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih segar dan tidak bau lagi . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks. Hasil analisa teratasi. Intervensi dipertahankan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi tentang pemberian terapi religius : dzikir untuk menurunkan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan Ny.X dengan pre operatif kanker serviks di ruang mawar 1 RSUD Dr.Moewardi Surakarta secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan : A. Kesimpulan 1. Pengkajian terhadap masalah kecemasan pada Ny.X telah dilakukan secara komprehensifdan diperoleh hasil yaitu dengan keluhan utama nyeri akut, klien mengatakan nyeri didaerah vagina, rasa seperti ditusuk tusuk, dengan skala 8, dirasakan saat bergerak, klien tampak lemas, gelisah dan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, klien sulit tidur dan tidur tidak nyenyak sering terbangun, berdasarkan HARS diperoleh skor 28 atau kecemasan berat, klien tampak cemas, gelisah dan 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36 oC klien mengatakan makan dan minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi /ROM, toileting dibantu keluarga, klien tampak lemas, kesulitan bergerak, dan tangan kiri terpasang infus. 2. Diagnosa yang muncul pada Ny.X yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, resiko terjadinya infeksi 82 83 berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan) dan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 3. Rencana keperawatn yang disusun untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu observasi karakteristik nyeri meliputi PQRST, observasi tanda – tanda vital, berikan perubahan posisi yang nyaman, ajarkan relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik. Rencana keperawatan untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan ) observasi ada tidaknya tanda – tanda resiko infeksi, pemberikan perawatan pada daerah vagina dengan prinsip septik dan aseptik, pantau tanda – tanda vital, dan kolaborasi dengan medis. Rencana keperawatan untuk diagnosa kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan observasi tingkat cemas klien menggunakan kuesioner HARS dan tanda – tanda vital, ajarkan terapi religius :dzikir, berikan penkes tentang keadaan klien, berikan lingkungan yang nyaman. 4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun. 5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selam tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan acuan rencana asuhan keperawatan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Data subjektif klien mengatakan nyeri berkurang seperti digigit semut, nyeri melilit, nyeri didaerah vagina, skala nyeri 2, saat bergerak atau saat pngeluaran pervagina (darah, 84 keputihan). Hasil analisa belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi seperti kaji nyeri, monitor tanda – tanda vital, kolaborasi pemberian analgetik. Diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervagina (darah, keputihan), respon subjektif klien mengatakan setelah diajarkan perawatan merasa lebih segar dan tidak bau lagi . Respon objektif klien tampak tenang dan rileks. Hasil analisa teratasi. Diagnosa kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, respon subjektif klien mengatakan semalam tidur nyenyak. Respon objektif klien tampak segar. Hasil analisis masalah teratasi. 6. Hasil analisa kondisi Ny. X tingkat kecemasan membaik dari hari pertama skore 28 (kecemasan berat ) menjadi skor 24 dan pada harii kedua dari skor 20 menjadi 15 (kecemasan ringan) setelah diberikan terapi religius :dzikir untuk menurunkan kecemasan selama 2 jam sebelum dilakukannya operasi, tetapi untuk penulis sendiri melakukan selama 2 hari sebelum operasi dengan durasi 30 menit sebanyak 1 kali sehari, bahwa pemberian terapi religius : dzikir untuk menurunkan tingkat kecemasan sangat efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien pre operasi kanker serviks. 85 B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan perawat yang profesional dan inovatif, terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien pre operasi kanker serviks. 2. Bagi Perawat Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pemberian tindakan kebersihan diri kepada klien khususnya klien pre operasi kanker serviks, serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP). 3. Bagi Rumah Sakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai untuk penyembuhan klien, khususnya klien dengan pre operasi kanker serviks. 4. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan para perawat memiliki keterampilan dan tanggung jawab yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mampu menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga klien dalam membantu proses penyembuhan klien khususnya pada klien pre opeasi kanker serviks. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo,S. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Ar-Ruzz: Yogyakarta Asmadi. 2008. Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC Bayumi, Syaikh Muhammad. 2005. Hidup Sehat dengan Dzikir & Doa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Benson, Herbert. MD. 2005. Dasar-dasar Respon Relaksasi: Bagaimana Menggabungkan Respon Relaksasi dengan Keyakinan Pribadi Anda (terjemahan). Bandung: Mizan Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Juall. 2007. Rencana Asuhan & Dokementasi Keperawatan. Diagnosa Keperawatam dan Masalah Kolaoratif. Edisi 2. Jakarta: ECG Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Konsep dan Kerangka Kerja. Gosyen Publising: Yogyakarta Doenges, Marilinn E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Ghofar, Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal & Mengobati Kanker. Yogyakarta Hawari, Dadang. 2013. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI Issacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ISO. 2013. Handbook of Quality Standards and Compliance. New Jersey: Prentice-Hall Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika: Yogyakarta Kusumadewi, 2008. Informatika Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Mubarak. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC Mubarak dan Chayantin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. ECG: Jakata NANDA Internasional. 2007. Nursing Diagnose : Definitions & Classifications. Jakarta : EGC NANDA Internasional. 2011. Nanda International; Diagnosa Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Penerbit Buku Kedokteran. ECG NANDA International. 2012. Nursing Diagnose: Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta: EGC Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Nanda NIC-NOC. Edisi 4. Jakarta: ECG Pepplau, 2005. Fundamentak Keperawatan: jonsep, proses, dan praktik. Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry. 2005. Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Edisi pertama. Jakarta: CV Sagung Seto Saleh. 2010. Berzikir untuk Kesehatan Saraf. Penerbit Zaman: Jakarta Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG Stuart, Gall W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: ECG Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta :EGC Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Wilkinson. Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: ECG