Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, Nopember 2011 Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Guru Sekolah Dasar Dadang Dahlan FPEB Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk: 1) mendeskripsikan diskrepansi harapan-persepsi guru SD terhadap pengembangan/pemeliharaan SDM; 2) menjelaskan pengaruh diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM terhadap kepuasan kerja dan komitmen guru SD; dan 3) menjelaskan pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen guru SD. Populasi penelitian ini guru SDN di Kabupaten Bandung. Teknik sampling menggunakan multi stage random sampling dengan responden terpilih 322 orang guru. Metode penelitian yaitu survei eksplanatori. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan teknik analisis data menggunakan analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur dengan bantuan program LISREL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tinggi rendahnya kepuasan kerja guru SD secara langsung dipengaruhi oleh besar kecilnya diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM, semakin kecil tingkat diskrepansinya, semakin tinggi tingkat kepuasan kerja; 2) diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM berpengaruh secara tidak langsung terhadap komitmen guru, semakin kecil tingkat diskrepansinya, semakin tinggi keterikatan guru terhadap pekerjaan dan organisasi tempat bekerja; dan 3) kepuasan kerja berpengaruh secara langsung terhadap komitmen guru, serta secara tidak langsung berpengaruh terhadap setiap faktor komitmen guru Kata kunci: pengembangan SDM, diskrepansi, kepuasan kerja, dankomitmen Abstract: This study is aimed for: 1) describing the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance; 2) explaining the influence ot the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/ maintenance for elementary teacher‘s job satisfaction and commitment; 3) explaining the influence of job satisfaction to teacher‘s commitment. The population of the study is state elementary school in Bandung regency. The sample technique is multi stage random sampling whose minimum size is 322 teachers. The method used is explanatory survey. The data is collected by using questionnaire while the data analysis technique is confirmatory factor and path analysis supported by LISREL program. The data analysis show that: 1) the level of the teacher‘s job satisfaction is directly influenced by the magnitude of teacher‘s expectation-perception discrepancy toward human resources development/maintenance, so that the lower discrepancy level is, the higher job satisfaction level; 2) the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance indirectly influences teacher commitment as well so that the lower discrepancy is, the higher teacher commitment on work is; 3) the job satisfaction influences teacher commitment directly and every factor of teacher commitment indirectly. Key words: human resources development, discrepancy, job satisfaction, and commitment Fenomena yang muncul di dunia pendidikan Pendahuluan menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan masyarakat terhadap profesi guru” (Sidi, 2001). yang menyangkut guru di Indonesia, di antaranya mengundang apresiasi negatif masyarakat, karena berkisar pada persoalan “kurang memadainya guru dipandang sebagai masyarakat kelas tiga atau kualifikasi dan kompetensi guru, kurangnya tingkat sama dengan kaum marjinal (Sayogyani, 2002). Hal kesejahteraan guru, rendahnya etos kerja dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga komitmen guru, serta kurangnya penghargaan di negara-negara sedang berkembang lainnya. Di 608 Status sosial ekonomi guru yang rendah telah Dadang Dahlan, Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Guru Sekolah Dasar Liberia dan Somalia dilaporkan merosotnya kualitas Jika keadaan tersebut tidak berhasil diatasi pendidikan, ditandai dengan merosotnya moral maka akan berakibat buruk bagi kinerja dan profesi kerja guru, banyaknya guru yang meninggalkan guru. Bahkan, bukan suatu hal yang mustahil akan sekolah untuk bekerja di luar profesi kependidikan banyak guru yang akan meninggalkan profesinya (teacher turnover). Hal ini merupakan pencerminan jika terdapat peluang untuk bekerja pada profesi merosotnya kualitas kehidupan kerja guru (quality of lain. Seperti disinyalir oleh Surakhmad (2000) bahwa teacher worklife) (Chapman, 1993). Ditinggalkannya “banyak guru yang bertahan menjadi guru hanya profesi guru, antara lain dilatar-belakangi dengan karena tidak memperoleh alternatif kehidupan yang kondisi gaji guru yang rendah, ketidakpuasan lain, guru sudah semakin tidak bangga terhadap terhadap sistem yang ada, dan kondisi kerja yang profesi mereka”. Sinyalemen Surakhmad bukanlah buruk (Schargel,1994). tanpa dasar, sebab penelitian yang dilakukan BP3K Berbagai upaya pembaharuan pendidikan (dalam Pidarta, 2004), memberikan gambaran di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain bahwa banyak guru yang merasa tidak puas melalui perbaikan sarana, kurikulum, sistem dengan kedudukan mereka karena tidak dihargai pengajaran, dsb. Namun, belum memberikan sebagaimana mestinya. Demikian pula kondisi dan prioritas kepada unsur guru sebagai pelaksana, peraturan yang tidak memungkinkan memberikan terutama dari segi kesejahteraannya. Oleh karena penghargaan kepada mereka yang berprestasi itu, menurut Surya (2000) dalam kenyataannya guru sehingga mengurangi motivasi mereka untuk tetap tetap terabaikan dalam perwujudan keberdayaannya sebagai guru. Hal ini mencerminkan komitmen sebagai insan pendidikan. Guru lebih banyak profesi yang rendah (derajat sejauh mana seorang memperoleh perlakuan sebagai objek administratif guru loyal terhadap profesinya). Akibat dari kondisi dan birokratis, sehingga keberdayaannya sebagai ini, akan menurunkan minat generasi muda untuk insan pendidikan selalu terpasung dan tidak memasuki profesi keguruan. Karena itu, berkembang. Manajemen sumber daya manusia profesi guru menjadi menarik, diperlukan model belum memberikan kenyamanan bagi para guru yang efektif untuk menarik sekaligus mengubah dan selalu menimbulkan berbagai kendala dan opini generasi muda tentang profesi guru (Kuzmic, masalah yang selalu dirasakan oleh para guru. 1994). agar Sebagai akibatnya, guru mengalami berbagai Dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi ketidak-berdayaan, baik dalam kemampuan, bahwa salah satu masalah pokok yang dihadapi karir, psikologis, maupun kesejahteraan (Jalal dan guru-guru dewasa ini adalah merosotnya kualitas Supriadi, 2001). kehidupan kerja guru (quality of teacher worklife), Faktor mendasar yang terkait erat dengan atau merosotnya derajat pemenuhan kebutuhan kinerja profesional guru, adalah kepuasan kerja yang manusia (human needs) dalam lingkungan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor imbal jasa, rasa organisasi (Dubrin, 1994). Hal ini ditandai oleh aman, hubungan antarpribadi, kondisi lingkungan indikator kepuasan kerja dan komitmennya yang kerja, dan kesempatan untuk pengembangan rendah. Secara kualitatif, hal ini antara lain ditandai diri (Surya, 2000). Kelima faktor ini belum dapat dengan munculnya gejala: banyaknya keluhan, terwujud sepenuhnya dalam lingkungan kehidupan sering absen meninggalkan tugas, merasa bosan, guru. Sebagai akibatnya, muncul sikap dan perilaku kurangnya kerja keras, kurangnya dedikasi, berniat guru yang sering absen, meninggalkan tugas pindah tugas (sekolah) karena alasan ekonomi sebelum waktunya, sering mengeluh, mengelakkan dll. Kepuasan dan komitmen yang rendah ini sebagian dari tanggung jawab, dan merasa bosan dilatarbelakangi oleh adanya diskrepansi harapan- dalam bekerja. Semua ini menunjukkan gejala persepsi guru mengenai sumber-sumber kepuasan kepuasan kerja yang rendah pada semua jenjang kerja, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Hal ini pendidikan tempat guru mengajar. Bahkan, seperti mencerminkan proses manajemen SDM yang belum dikemukakan Sutjipto dkk. (dalam Jalal dan Supriadi, terkelola secara optimal. 2001), terdapat kecenderungan “semakin rendah Te r d a p a t s e j u m l a h f a k t o r ya n g h a r u s jenjang pendidikan tempat guru-guru mengajar, diperhatikan dalam memperbaiki kondisi kualitas semakin rendah pula tingkat kepuasannya“. kehidupan kerja. Tiga faktor di antaranya ialah 609 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, Nopember 2011 kompensasi (imbalan) finansial, pengembangan untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai karir, dan kondisi kerja (lingkungan kerja). Ketiga manusia yang bermartabat dalam profesinya faktor ini merupakan kajian pokok dari kualitas cenderung masih rendah. Hal ini dapat diidentifikasi kehidupan kerja (Beatty and Eric,1992). Dilihat dari dari kepuasan kerja dan komitmennya yang masih tingkat kepentingannya, kompensasi finansial (gaji) rendah. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka merupakan sumber kepuasan kerja yang paling kinerja guru dikhawatirkan akan lebih buruk dari penting, kesempatan promosi merupakan sumber kondisi sekarang, sehingga upaya peningkatan kepuasan yang moderat, sedangkan kondisi kerja kualitas pendidikan tidak akan tercapai secara merupakan sumber kepuasan pada tingkat yang optimal. Karena itu, perlu diupayakan perbaikan lebih bawah (Feldman and Arnold, 1986). Ketiga kualitas faktor tersebut memiliki pengaruh positif terhadap program pengembangan/pemeliharaan SDM yang kepuasan kerja dan komitmen guru. dapat meminimalkan diskrepansi harapan-persepsi Terpenuhinya harapan-harapan guru terhadap kompensasi, pengembangan karir, dan kondisi kerja kehidupan kerja guru melalui program- guru dalam aspek kompensasi, pengembangan karir, dan kondisi kerja. akan mempengaruhi kualitas kehidupan kerjanya. Selanjutnya, dapat dirumuskan pertanyaan Karena itu, pelaksanaan fungsi manajemen SDM penelitian (research questions) sebagai berikut. harus mendukung ke arah terciptanya kondisi Apakah diskrepansi harapan-persepsi guru terhadap tersebut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pengembangan/pemeliharaan SDM, merupakan fungsi/aktivitas manajemen SDM yang perlu faktor dominan yang menyebabkan rendahnya dioptimalkan adalah pengembangan, kompensasi, kepuasan kerja guru, sehingga mempengaruhi dan lingkungan kerja (Miner and Mary Green komitmennya terhadap profesi dan organisasi Miner,1987). tempatnya bekerja? Secara lebih rinci, dirumuskan Ketiga sumber kepuasan kerja tersebut sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengaruh diduga merupakan faktor yang dominan yang diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/ mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen guru pemeliharaan SDM terhadap kepuasan kerja di Indonesia, terutama untuk tingkat Pendidikan guru Sekolah Dasar? 2) Bagaimanakah pengaruh Dasar (Sekolah Dasar). Salah satu rekomendasi diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/ yang dikemukakan Kelompok Kerja Tenaga pemeliharaan SDM terhadap komitmen guru Sekolah Kependidikan di Depdiknas yaitu kenaikan gaji guru Dasar? 3) Bagaimanakah pengaruh kepuasan kerja perlu dilakukan bersamaan dengan perbaikan pada terhadap komitmen guru Sekolah Dasar? 4) Dilihat aspek-aspek kesejahteraan lainnya yang meliputi dari perbedaan jenis kelamin (gender), usia, masa “prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman kerja, dan tingkat pendidikan, pada kelompok mana secara fisik dan psikologis dalam menjalankan tugas, model penelitian ini lebih efektif dalam menjelaskan kondisi kerja, kepastian karier, dan pola hubungan fenomena kepuasan kerja dan komitmen guru yang lebih menonjolkan kolegalitas daripada pola Sekolah Dasar? hubungan hirarkies dalam lingkungan sekolah“ (Jalal Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh dan Supriadi , 2001). Masih terdapat kesenjangan temuan mengenai: 1) Pengaruh diskrepansi (gap) antara harapan dan kenyataan dalam aspek- harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan aspek tersebut, sehingga tidak mengherankan jika SDM terhadap kepuasan kerja guru Sekolah harapan guru di Indonesia masih dominan pada Dasar; 2) Pengaruh diskrepansi harapan-persepsi kebutuhan fisik dan rasa aman, sekalipun asumsi pengembangan/pemeliharaan SDM terhadap harapan pegawai dalam manajemen SDM telah komitmen guru Sekolah Dasar; dan 3) Pengaruh bergeser dari harapan rasa aman pada abad ke kepuasan kerja terhadap komitmen guru Sekolah 20 menjadi harapan pengembangan diri (personal Dasar; growth) pada abad ke 21 (Cascio, 1998). Bertitik tolak dari identifikasi masalah tersebut Tinjauan Literatur maka dapat dirumuskan masalah (problem Mutu Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) statement) sebagai berikut. Kualitas kehidupan Salah satu premis manajemen SDM adalah kerja guru, atau derajat pemenuhan kebu-tuhannya pandangan filosofis bahwa manusia merupakan 610 Dadang Dahlan, Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Guru Sekolah Dasar aktiva organisasi yang dinamis, khas dan sangat mengambil keputusan penting, sistem promosi dan penting (Sastradipoera, 2002). SDM diakui sebagai seleksi yang menjamin perlakuan yang sama dan kunci suksesnya organisasi (Veithzal, 2004). adil, lingkungan fisik dan psikologis yang sehat, Karena dipandang sebagai aset penting maka dan pekerjaan yang diorganisir dalam kelompok. tugas manajemen SDM adalah mengelola unsur Praktek-praktek semacam ini meningkatkan manusia dengan segala potensi yang dimilikinya komitmen dan kepuasan kerja karyawan. seefektif mungkin, sehingga dapat diperoleh SDM yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory) Komitmen dan Kepuasan Kerja bagi organisasi. Karena itu, menurut pendekatan Komitmen merupakan hal yang krusial dalam baru, manajemen SDM dapat dipandang sebagai manajemen SDM, sebab berdampak cukup besar pendekatan stratejik untuk mengelola aset paling terhadap organisasi. Pencapaian misi/tujuan berharga milik organisasi, yaitu orang-orang yang organisasi hanya mungkin bila dapat menjamin bekerja dalam organisasi, guna memberikan komitmen dari pekerjanya dan dengan kreativitas sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi yang tak terkurangi, komitmen akan mampu (Amstrong, 2003). Untuk mencapai tujuan tersebut, meningkatkan kualitas dan produktivitas (Snyder manajemen SDM berupaya mempengaruhi et.al,1994). perilaku, sikap, dan kinerja karyawan, agar sesuai Untuk mempertahankan/memelihara pekerja dengan harapan organisasi (Noe, R et. al, 2003). yang memiliki komitmen yang tinggi, maka organisasi Untuk mencapai tujuan ini, perlu diciptakan dan harus dapat memenuhi seperangkat kebutuhan dipelihara mutu atau kualitas kehidupan kerja yang (needs) karyawannya. Tuntutan karyawan terhadap menyenangkan. organisasi menyangkut eksistensi mereka dalam Terpeliharanya kualitas kehidupan kerja, organisasi, seperti gaji, penghargaan, perlindungan, ditandai dengan meningkatnya keterlibatan lingkungan kerja yang sehat, jaminan sosial, dll. kerja, kepuasan kerja, dan komitmen pekerja, Dalam perspektif pelayanan kualitas total (TQS), menurunnya stress kerja, dan berkurangnya tingkat kepada karyawan harus diberikan “total human kecelakaan. Kualitas kehidupan kerja merupakan reward“ sebagai bentuk kualitas pelayanan internal hal yang krusial, bahkan menjadi salah satu sasaran sehingga tercipta lingkungan internal yang kondusif manajemen SDM (Schuler et.al, 1992). Seperti (Tjiptono, 1997). Dalam terminologi manajemen dikatakan Benardin dan Russel (1993) bahwa SDM, lingkungan internal yang kondusif ini kualitas kehidupan kerja yang baik dalam suatu mencerminkan kualitas kehidupan kerja (quality of organisasi perlu diciptakan dan ditingkatkan terus work life) yang menyenangkan. menerus, karena kualitas kehidupan kerja yang Indikator terpenuhi kebutuhan karyawan adalah baik akan dapat meningkatkan kepuasan kerja, kepuasan kerja (job satisfaction). Indikator ini harga diri, motivasi, keterlibatan, dan komitmen merupakan tujuan utama organisasi yang kedua individu yang berkenaan dengan kehidupan selain produktivitas (Gaffar,1987). Kepuasan mereka dalam bekerja. Peningkatan kualitas kerja memiliki peranan yang penting, sebab kehidupan kerja ini antara lain dapat dilakukan pekerja yang puas merupakan prakondisi bagi melalui program-program: 1) kondisi kerja, yang meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, mencakup keamanan, kesehatan, dan lingkungan dan layanan pelanggan (Kaplan dan Norton, 2000). fisik; 2) keadilan dalam pemberian kompensasi; Demikian pula, kepuasan kerja akan meningkatkan 3) manajemen partisipasi (Bowin & Harvey,1996). keterlibatan kerja dan komitmen organisasi Sejalan dengan pendapat tersebut, Lawler (1992) (Robbins,1996). Dalam hal ini, kepuasan kerja menyatakan pula bahwa banyak aspek dari yang rendah cenderung mengakibatkan komitmen manajemen SDM yang memberikan sumbangan pekerja yang rendah pula, sebaliknya kepuasan pada kehidupan kerja yang berkualitas seperti kerja yang tinggi cenderung mengakibatkan pelatihan dan pengembangan, rancangan jabatan komitmen yang tinggi pula. Begitu pentingnya yang memungkinkan karyawan menggunakan konsep kepuasan kerja, sehingga keterampilan mereka, praktik manajemen yang sebagai konsep sentral (a central concept) di dalam memberikan karyawan tanggung jawab untuk pekerjaan dan psikologi organisasi (Dorman dan ditempatkan 611 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, Nopember 2011 Zape, 2001). Kepuasan dan komitmen (loyalitas) merasa nyaman dalam lingkungan kerja. pekerja dianggap sebagai kunci penggerak ke arah produktivitas dan efisiensi (Silvestro, Rhian, 20 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan 02). Kerja dan Komitmen Guru Dalam perspektif manajemen kualitas total (TQM), kemampuan Bertitik tolak dari kerangka teori tersebut di atas, organisasi merespon kebutuhan pelanggan secara pemberdayaan SDM guru, seyogyanya diarahkan efektif, ditentukan oleh karyawannya yang puas pula pada sasaran: 1) peningkatan kapabilitas dan loyal. Ditegaskan oleh Silvestro (2002) bahwa (kemampuan/kompetensi); 2) peningkatan “employee satisfaction and loyalty are seen as critical komitmen, baik komitmen profesi, komitmen to the capability of service organizations to respons organisasi, maupun komitmen mengajar (teaching effectively to customer needs“. Memperlakukan commitment). Komitmen guru dapat dianggap karyawan dengan baik, akan membuat mereka puas, penting, sebab temuan terdahulu menunjukkan karyawan yang puas tersebut akan memberikan bahwa komitmen guru yang rendah akan menurunkan pelayanan yang baik terhadap pelanggan. prestasi belajar siswa (Firestone dan Pennel, 1993). Kepuasan kerja yang tinggi merupakan ciri Komitmen guru yang tinggi ditandai dengan kuatnya organisasi yang dikelola dengan baik dan pada ikatan psikologis dengan profesi, sekolah, siswa, dasarnya merupakan hasil manajemen perilaku dan mata pelajaran yang dibinanya. yang efektif (Feldman and Arnold H.J,1986). Oleh Untuk meningkatkan dan memelihara komitmen karena itu, fungsi manajemen SDM dalam organisasi guru, perlu diperhatikan kepuasan kerjanya. Dalam diperlukan untuk menciptakan dan memelihara hal ini, terdapat kualitas kehidupan kerja (quality of work life) yang pembentuk kepuasan kerja, baik faktor intrinsik menyenangkan, sehingga dapat menimbulkan maupun ekstrinsik. Tiga faktor di antaranya adalah kepuasan dan motivasi kerja (Werther and Davis kompensasi (imbalan), pengembangan karir, dan ,1996). Dalam hal ini proses manajemen SDM yang kondisi kerja (lingkungan kerja). Gaji merupakan terkelola secara profesional, akan menghasilkan bentuk imbalan finansial yang diberikan kepada SDM yang kompeten, bermotivasi tinggi, memiliki karyawan berdasarkan periode tertentu. Karyawan komitmen dan kepuasan kerja, yang akhirnya biasanya mengharapkan gaji yang adil dan layak akan berpengaruh terhadap produktivitas dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan mereka. Karena perkembangan organisasi. itu, penerapan sistem kompensasi yang adil Dalam kaitannya dengan sejumlah faktor sebagai unsur variabel-variabel dan dapat memenuhi kebutuhan pekerja dalam penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa penge- suatu organisasi, akan meningkatkan kepuasan lolaan yang efektif dalam pengembangan karir kerja, motivasi kerja, (fungsi pengembangan SDM), kompensasi dan (Mangkunegara, 1995). Pada gilirannya, sistem kondisi kerja (fungsi pemeliharaan SDM) akan kompensasi yang adil juga dapat meningkatkan menghasilkan kepuasan kerja dan komitmen komitmen, sebab mereka merasa diperlakukan karyawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lawler secara adil (Susanto, 1997). dan produktivitas kerja (dalam Steers,1987) yang menyatakan bahwa Pengembangan karir merupakan aktivitas manajemen SDM memiliki peranan yang penting kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai dalam meningkatkan komitmen karyawan terhadap merencanakan karir masa depan mereka di organisasi melalui keterlibatan kerja yang tinggi. perusahaan agar pegawai yang bersangkutan dapat Menurut Lawler (1992), ciri-ciri organisasi yang mengembangkan diri mereka secara maksimum memiliki keterlibatan kerja yang tinggi, antara (Mangkunegara, 2000). Program pengembangan lain: 1) Penggajian (kompensasi) karyawan tidak karir yang efektif biasanya dihubungkan dengan didasarkan pada skor jabatan, tetapi berdasarkan p e n y e s u a i a n k a r i r p e r - s e o ra n g a n d e n g a n keterampilan dari masing-masing karyawan; 2) kesempatan-kesempatan karir yang diberikan sesuai Organisasi merencanakan dan melakukan pelatihan, kebutuhan, melalui program pelatihan, mutasi, perencanaan karir, dan pengembangan pribadi dan promosi (Flippo,1993). Sistem pengembangan karyawan; dan 3) Organisasi mengatur tata ruang karir yang efektif ini akan meningkatkan motivasi, kerja sedemikian rupa, sehingga setiap karyawan kepuasan kerja dan produktivitas kerja karyawan 612 Dadang Dahlan, Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Guru Sekolah Dasar (Bowin and Harvey, 1996 ). Di sisi lain, akan Objek Penelitian meningkatkan komitmen, sebab dengan adanya Sesuai dengan kerangka penelitian, terdapat tiga kesempatan untuk berkembang dan untuk variabel yang diteliti sebagai objek penelitian meningkatkan karir secara jelas, karyawan akan ini, yaitu diskrepansi harapan-persepsi pengem- merasa lebih aman berada dalam organisasi, dan bangan/pemeliharaan SDM (dengan subvariabel dengan sendirinya akan membentuk keterikatan kompensasi, pengembangan karir, dan kondisi psikologis (Susanto, 1997) . kerja), kepuasan kerja, dan komitmen. Dalam Di samping kompensasi finansial dan penelitian ini, variabel bebasnya adalah diskrepansi pengembangan karir, karyawan pun sangat harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan dipengaruhi oleh kondisi kerja (lingkungan kerja) SDM, sedangkan variabel tergantungnya adalah ini dapat berupa kondisi fisik seperti gedung kepuasan kerja dan komitmen. Karena variabel tempat bekerja, penerangan, ventilasi, kebisingan, kepuasan kerja merupakan variabel bebas bagi dll. Dalam hal ini perbaikan lingkungan kerja komitmen maka variabel ini ditempatkan sebagai akan meningkatkan kualitas kehidupan kerja variabel moderator. Subjek penelitiannya adalah dan produktivitas (Schuler,et.al. 1992). Semua guru SD Negeri di Kabupaten Bandung, dengan unit faktor lingkungan kerja ini dapat mempengaruhi observasi dan analisisnya pada tingkat individu. kepuasan kerja karyawan, yang pada gilirannya Pengumpulan data dalam rangka penelitian ini akan mempengaruhi komitmen mereka terhadap dilakukan pada bulan Januari sampai April tahun profesi dan organisasi sebab komitmen karyawan ini 2005. dipengaruhi pula oleh lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan kesehatan, serta tersedianya Pendekatan Penelitian fasilitas kerja yang mendukung (Susanto, 1997). Berd as ar k an t u j u an p e n el i t i an yan g t el ah Selain faktor-faktor tersebut di atas, kepuasan dirumuskan, bahwa penelitian ini selain bertujuan kerja dan komitmen dipengaruhi pula oleh faktor untuk mengetahui diskrepansi harapan-persepsi individu (pribadi) yang melekat pada diri karyawan, para guru terhadap fungsi pengembangan/ seperti usia, jenis kelamin (gender) masa pemeliharaan SDM, juga untuk mengetahui kerja, jenjang pekerjaan, dan tingkat pendidikan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap (Handoko,1996). kepuasan kerja dan komitmennya (komitmen profesi maupun komitmen organisasi). Karena itu, Hipotesis dilihat dari tingkat eksplanasinya, penelitian yang Bertitik tolak dari kerangka pemikiran dapat dilakukan ini termasuk jenis penelitian deskriptif- dirumuskan hipotesis yang merupakan dugaan analitik (untuk mendeskripsikan variabel yang sementara terhadap masalah yang diteliti, yang diamati dan untuk menguji hubungan variabel- selanjutnya akan diuji kebenarannya berdasarkan variabel yang diamati). Karena tujuannya difokuskan hasil pengolahan data. Hipotesis penelitian untuk menguji hubungan kausal antarvariabel, dirumuskan sebagai berikut: 1) Diskrepansi penelitian ini dikategorikan juga sebagai penelitian harapan-persepsi guru SD terhadap pengembangan/ eksplanatori yang bersifat noneksperimental. pemeliharaan SDM berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerjanya; 2) Diskrepansi harapan- persepsi guru SD terhadap Populasi dan Sampel pengembangan/ Populasi penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar pemeliharaan SDM berpengaruh negatif terhadap Negeri di kabupaten Bandung sebanyak 12.905 komitmennya terhadap profesi dan organisasi; orang yang tersebar di 42 kecamatan dan 2.171 3) Kepuasan kerja guru SD berpengaruh positif sekolah (Rangkuman Data Sekolah Dasar Kabupaten terhadap komitmennya terhadap profesi dan Bandung, 2004) . organisasi; 4) Jenis kelamin (gender), usia, masa Sesuai dengan karakteristik sebaran populasi, kerja, dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengambilan sampel dilakukan dengan teknik kepuasan kerja dan komitmen guru SD “multi stage random sampling“ yakni penarikan sampel secara random yang dilakukan melalui tiga Metodologi Penelitian tahap, yaitu 1) menentukan jumlah kecamatan 613 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, Nopember 2011 yang menjadi sampel wilayah, 2) menentukan dalam kerangka analisis SEM, yang divisualisasikan jumlah sekolah dari setiap kecamatan yang terpilih pada Gambar 1. sebagai sampel, 3) menentukan jumlah guru dari Pada tahap ketiga, dilibatkan variabel kontrol setiap sekolah yang terpilih sebagai sampel. Dengan ke dalam model penelitian. Variabel kontrol teknik ini ditetapkan ukuran sampel 322 orang yang yang dimaksud meliputi jenis kelamin (gender), mewakili 5 area atau wilayah di kabupaten Bandung. usia, masa kerja, dan latar belakang pendidikan. Dilibatkannya variabel kontrol (multigroup sample) Teknik Pengumpulan Data ke dalam model, dimaksudkan untuk dapat Sesuai dengan pendekatan penelitian yang memberikan penjelasan secara lebih rinci mengenai digunakan maka teknik pengumpulan data yang keberlakuan model penelitian. digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket). Seperti ditegaskan oleh Sevilla et.al Hasil Penelitian dan Pembahasan (1993 ) “kuesioner sangat efektif digunakan dalam Untuk menguji hipotesis penelitian, telah dirumuskan pendekatan survey”. Alasan lainnya, penggunaan rancangan pengujian hipotesis. Melalui program kuesioner dalam penelitian ini dianggap efektif, LISREL 8,30 pengujian hipotesis penelitian dilakukan sebab responden penelitian ini adalah guru-guru secara simultan. Hasil perhitungan statistik program yang minimal berpendidikan sederajat SLTA, disajikan pada Gambar 2 dan 3. sehingga mudah membaca dan memahami Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, pertanyaan/pernyataan yang tercantum dalam sebagaimana divisualisasikan pada Gambar 2 dan 3 kuesioner. (Model I) diperoleh suatu simpulan bahwa hipotesis Untuk menjaring data sesuai dengan variabel penelitian pertama, dan hipotesis ketiga dapat yang diteliti, dikembangkan lima macam kuesioner, diterima, sedangkan untuk hipotesis penelitian yaitu 1) kuesioner skala harapan dan persepsi kedua, tidak dapat diterima, sebab terdapat kompensasi (SHPK); 2) kuesioner skala harapan dan koefisien jalur yang tidak signifikan, yaitu dari persepsi pengembangan karir (SHPP); 3) kuesioner Diskrepansi ke Komitmen. Dengan demikian, model skala harapan dan persepsi kondisi kerja (SHPKK); perlu diperbaiki dengan metode “trimming”, yaitu 4) dengan cara mendrop jalur yang koefisiennya tidak kuesioner skala kepuasan kerja (SKK) ; 5) kuesioner skala komitmen guru (SKG). signifikan. Hasil perbaikan model I, disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4. Teknik Analisis Data Tabel 1 menginformasikan bahwa 1) besarnya Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan koefisien jalur variabel laten diskrepansi harapan- penelitian, dan perumusan hipotesis, maka teknis persepsi pengembangan SDM terhadap variabel analisis data yang dipergunakan dalam penelitian laten kepuasan kerja sebesar –0,24 dengan ini adalah analisis multivariat, yaitu analisis faktor nilai kesalahan standar 0,066 dan t hitung 3,65 konfirmatori (confirmatory factor analysis) dan (signifikan dalam taraf kepercayaan 0,05); 2) analisis jalur (path analysis). besarnya koefisien jalur variabel laten kepuasan Analisis multivariat yang digunakan terdiri atas kerja terhadap variabel laten komitmen sebesar dua teknik analisis. Pada tahap pertama, 0,56 dengan nilai kesalahan standar sebesar digunakan analisis faktor konfirmatori. Hal ini 0,069 dan t hitung 9,21 (signifikan dalam taraf dilakukan untuk mengkonfirmasi struktur ketepatan kepercayaan 0,05). model yang dibangun berdasarkan kerangka teori Hasil pengujian model menunjukkan bahwa dengan data empirik hasil pengamatan. Sebelum hampir semua ukuran goodness of fit, yakni dilakukan analisis faktor konfirmatori, terlebih GFI, NFI, NNFI, CFI lebih besar dari 0,90. Hal ini dahulu dilakukan pengujian asumsi statistik untuk menunjukkan bahwa model persamaan struktural memenuhi persyaratan penggunaan model SEM. pengaruh diskrepansi pengembangan SDM terhadap Pada tahap kedua, digunakan analisis jalur kepuasan kerja dan komitmen, fit dengan data. (path analysis). Tujuan utama penelitian ini adalah Hasil pengujian hipotesis pertama, menun- menguji hubungan kausalitas antarvariabel laten. jukkan bahwa diskrepansi harapan-persepsi Hipotesis dalam model tersebut, dapat digambarkan pengembangan/pemeliharaan SDM berpengaruh 614