STRATEGI KOMUNIKASI PROGRAM GENRE

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI PROGRAM GENRE
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi
Program GenRe kepada Remaja Untuk Menjadi PS (Pendidik Sebaya) dan
KS (Konselor Sebaya) PIK KRR di Kab. Wonogiri).
Trifian Hanggaristi
Firdastin Ruthnia Yudiningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The problem of juvenile delinquency is now very poor, where they are
already doing things negatife as well as under-age smoking, sex, drugs. Of
problems like that the genre has BKBKSPP make program development program
towards the establishment of an organization known as PIK KRR. In the
organization are management PS (Peer Educators) and KS (Peer Counselors)
where they will provide information and counseling adolescent problems. But the
interest of young people to join this organization very little. Thus the researchers
wanted to know how the communications strategy in the socialization program
genre to teenagers to become supervisors and principals, as well as to determine
the advantages and disadvantages of the program. This study used a qualitative
descriptive study aimed to describe, explain, explained and analyze the data in
depth. Data was collected by interview, and documentation. Sampling using
purposive sampling. Methods of data analysis used qualitative data analysis and
to test the validity of the data is done by triangulation of data.
From this research it is known that socialization program genre is using
the analysis results of the elaboration of the communication strategy of Quinn
with communication theory Lasswell as follows: (1) identify the condition of the
public, (2) choose the methods and media, (3) implementing the communication,
(4 ) evaluation and monitoring. Then the use of the theory of Lasswell, where
there are five communication components such as Source, Message, Channel,
Receiver, Effect included in stage 3 of the communication strategy of Quinn
namely the implementation of the communication. Applications in the concept
Quinn will be giving a more complete translation if Lasswell's theory entered the
1
2
stage of the communication imlpementasi Quinn. Furthermore, using socialization
in their application has put on persuasive communication techniques in the
preparation of communication messages to motivate teenagers.
The result of the teen gave a positive response in the acceptance message
Genre program. But still have difficulties when seeking members of the PS and
KS. Because this field is need for time-consuming training to have to sacrifice
other activities. If applied at the base of society less get a good response because
of a lack of leadership support, but if the school received a positive response and
tend to thrive because it has the organizational structure and appropriate
management.
Keywords: Strategic Communication, socialization, Program Genre
Pendahuluan
Para remaja sekarang ini mempunyai permasalahan yang sangat kompleks
seiring dengan masa transisi yang dialaminya. Remaja sebagai generasi penerus
bangsa tentunya akan menjadi tulang punggung bangsa di masa mendatang,
ternyata saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. Bila kebutuhan remaja kurang
diperhatikan, maka remaja akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang
lemah, bahkan dapat dengan mudah terjerumus ke dalam belenggu permasalahan
remaja seperti penyalahgunaan narkoba, seks pranikah, aborsi, kawin muda, dan
IMS (Wirdhana et al, 2012: 34).
Kondisi saat ini tentang kesehatan reproduksi sangat mengkhawatirkan
seperti kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak di Indonesia saat ini masih renda,
hal ini dapat dilihat dari masih tingginya Angka Kematian IBU (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Data survey demografi kesehatan Indonesia 2012
menunjukkan bahwa AKI sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB
32/1.000 kelahiran hidup dan diperkirakan jumlah persalinan sekitar 4,5-5 juta/
tahun. Pengidap PMS, HIV dan AIDS menunjukkan kecenderungan yang semakin
tinggi dan hanya sekitar 20% yang menggunakan kondom. Berdasarkan data dari
Ditjen PP & PL Kemenkes RI sampai dengan Juni 2014 tercatat jumlah kumulatif
kasus HIV sebanyak 541.700 kasus HIV dan 45.650 kasus AIDS dikalangan
penduduk produktif (BKKBN, 2015:1).
Dengan program yang sasarannya remaja, (usia 10-24 tahun) dan belum
menikah, keluarga
dan masyarakat
peduli
remaja,
diharapkan
mampu
3
mempromosikan penundaan usia perkawinan, penyediaan informasi kesehatan
reproduksi
seluas-luasnya
melalui
PIK
sehingga
tidak
terjebak
pada
penyalahgunaan NAPZA, HIV dan AIDS maupun kehamilan yang tidak
diinginkan serta mempromosikan perencanaan kehidupan berkeluarga dengan
sebaik-baiknya (kapan menikah, kapan mempunyai anak, berapa jumlah anak dsb)
(Hasil Wawancara dengan Dr. Sinung Pribadi, Kepada Bidang KB, Jumat, 30
Oktober 2015).
Dalam transisi kehidupan remaja, tidak semulus dengan apa yang
diharapkan, banyak remaja yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan
sekolah, memasuki dunia kerja, memulai keluarga dan menjadi anggota
masyarakat secara baik, yang diakibatkan karena terjerumus pada permasalahan
kenakalan remaja seperti seks bebas, menggunakan NAPZA / narkoba dan
mengidap HIV/AIDS. Sehingga remaja tidak siap untuk melanjutkan tugas dan
peran sebagai generasi penerus bangsa.
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah melalui
institusinya BKKBN telah melaksanakan dan mengembangkan program
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang diarahkan untuk
mencapai Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan
Kelurga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
Kadangkala mereka juga lebih nyaman bercerita atau bertanya dengan
teman sebayanya. Di sinilah nantinya fungsi konselor sebaya berperan dalam
memberikan ilmu maupun informasi kepada remaja tentang masalah-masalah
yang mereka hadapi tentang pergaulan saat ini. Maka dari itulah BKKBN
membuat suatu wadah organisasi yang di mana nantinya para remaja mampu
memberi informasi kepada teman sebayanya. Pusat Informasi dan Konseling
(PIK) adalah wadah yang dikelola dari dan untuk remaja dalam memberikan
informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi. Apabila masalah
tersebut tidak bisa ditangani oleh PIK maka yang bersangkutan bisa dirujuk ke
tempat pelayanan kesehatan reproduksi yang lebih lengkap seperti Puskesmas.
Selanjutnya peneliti akan lebih fokus meneliti bagaimana proses strategi
komunikasi yang digunakan dalam sosialiasasi menjadi PS dan KS PIK KRR.
4
Untuk itu penulis memilih judul “Strategi Komunikasi Program Genre (Studi
Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Dalam Sosialisasi Program
Genre Kepada Remaja Untuk Menjadi PS (Pendidik Sebaya) dan KS (Konselor
Sebaya) PIK KRR di Kab. Wonogiri)”.
Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimana strategi komunikasi dalam sosialisasi program Genre untuk
mempersuasi remaja menjadi PS (Pendidik Sebaya) dan KS (Konselor Sebaya)
PIK KRR di Kabupaten Wonogiri?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis strategi komunikasi dalam sosialisasi program Genre untuk
mempersuasi remaja menjadi PS (Pendidik Sebaya) dan KS (Konselor Sebaya)
yang dilakukan PIK KRR di Kab. Wonogiri.
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Dalam definisi secara khusus mengenai pengertian komunikasinya
sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain. Perlu diketahui bahwa kegiatan komunikasi tidak hanya
informatif saja, agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain (Effendy, 2004: 10).
Selain itu, dalam praktiknya ada teknik komunikasi yang dibagi
menjadi 4 yaitu komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi
instruktif dan hubungan manusiawi. Dalam penelitian ini lebih berfokus pada
komunikasi persuasif supaya tujuan tersebut dapat tercapai. Berbicara persuasi
5
dalam komunikasi maka perlu adanya presentasi persuasif supaya audien
mampu menguatkan (atau mengubah) keyakinan audiensi atau agar audiensi
melakukan hal yang diinginkan pembicara, memberi informasi kepada audiensi
adalah komponen penting dari proses ini.
Maka dari itu peneliti akan memusatkan obyek penelitian kepada
remaja di PIK KRR Kab. Wonogiri yang akan dilakukan sosialisasi kepada
remaja supaya mau terlibat dalam wadah organisasi yang menangani kasus
TRIAD KRR dan mampu membantu merancang kehidupan berkeluarga
mereka nantinya. Proses sosial akan tampak bila invidu-individu berinteraksi
dan saling mempengaruhi, maka terjadilah (1) proses belajar yang meliputi
aspek kognitif dan afektif (aspek berfikir dan aspek merasa), (2) proses
penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi), dan (3)
mekanisme
penyesuaian
diri
seperti
sosialisasi,
permainan
peranan,
identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya (Rakhmat: 2002:10).
Sehingga dalam proses penyampaian pesan program Genre ini supaya
lebih efektif bisa menggunakan media sesuai dengan informasi yang hendak
disampaikan. Perencanaan komunikasi tersebut dirancang dan dipersiapkan
melalui komunikasi organisasi. Dalam proses presentasi persuasifnya, pola
yang digunakan untuk menata informasi dalam presentasi persuasif itu sendiri
menggunakan alat / media supaya nantinya pada waktu komunikasi
interpersonal mampu mencapai tujuan dari komunikator.
2. Strategi Komunikasi
Agar pesan yang disampaikan efektif maka komunikator harus
berkomunikasi secara strategis. Komunikator dapat menggunakan model
komunikasi strategis sebagai pedoman untuk komunikasi yang efektif. Modelmodel
tersebut
nantinya
dapat
dipakai
dalam
setiap
situasi
untuk
memaksimalkan kompetensi komunikator dalam proses penyampaian pesan.
Strategi telah didefinisikan dalam beragam cara oleh para ahli, salah
satu definisi strategi yaitu pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang
direncanakan, pengerahan sumber daya, dan interaksi dari organisasi dengan
6
pasar pesaing, dan faktor-faktor lingkungan lain (Boyd, 200: 29). Mengutip
dari Stoner dan Freeman, strategi didefinisikan sebagai program untuk
menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan
misinya (Tjiptono, 1995:3)
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dalla Burnett dalam buku
Techniques For Effective Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral
kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
a. to secure understanding,
b. to establish acceptance,
c. to motivate action.
Pertama, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima.
Kemudian apabila pesan sudah dapat dapat diterima dan dimengerti, maka
penerimaan pesan harus dibina. Pada akhirnya, pesan diharapkan dapat
memotivasi dilakukannya suatu aksi atau kegiatan (Effendy, 2004: 32).
Proses perumusan strategi komunikasi dalam sebuah lembaga menurut
James Brian Quinn dalam buku strategi komunikasi (Arifin 1984:10) yaitu:
1. Mengidentifikasi kondisi khalayak
2. Setelah itu mulai memilih metode dan media yang dapat mengurangi
noise.
3. Melakukan implementasi komunikasi.
4. Setelah komunikasi dilakukan makan dilakukan evaluasi dengan
menampung umpan balik dari komunikasi.
Begitu juga strategi
perencanaan
komunikasi
komunikasi ini merupakan paduan dari
(communication
planning)
dan
manajemen
(management communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi
dan kondisi (Effendy, 2004:32).
Berdasarkan strategi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini
harus didukung dengan teori, sebab teori merupakan pengetahuan berdasarkan
7
pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang
sudah diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi
barangkali yang memadahi dan mendukung untuk dijadikan landasan adalah
apa yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell (Effendy, 1986:36).
Lasswell mengatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan rangkaian
komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To
Whom Whit What Effect?”. Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala
sesuatu harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan
jawaban atas pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu
-
Who?
(Siapakah Komunikatornya?)
-
Says What?
(Pesan apa yang dinyatakanya?)
-
In Which Channel? (Media apa yang digunakannya?)
-
To Whom?
(Siapa komunikannya?)
-
With What Effect?
(Efek apa yang diharapkan?) (Effendy, 1986: 29-
30).
Rumusan Lasswell ini tampaknya sederhana saja. tetapi jika kita kaji lagi lebih
jauh tentang pertanyaan “efek apa yang diharapkan”, secara implisit
mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan
tersebut ialah:
-
When
-
How (Bagaimana melaksanakannya?)
-
Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)
(Kapan dilaksanakannya?)
Tambahan pertanyaan
tersebut dalam strategi komunikasi sangat
penting karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari
suatu kegiatan komunikasi bisa berjenis-jenis yakni:
-
Information (informasi)
-
Persuasion (persuasi)
-
Intruction
(intruksi) (Effendy, 1986: 30).
Maka dari itu strategi komunikasi ini dirancang guna mempersiapkan
proses penyampaian pesan nantinya. Serta pesan yang di persiapan supaya
mampu mendapat feedback sesuai dengan tujuan kita dalam mensosialisasikan
8
program Genre. Maka dari itu dalam menganalisis strategi komunikasi ini
menggunakan konsep Quinn dan dalam pengembangna komponen komunikasi
menggunakan Teori Lasswell. Dimana proses tadi mempunyai tujuan akhir
adalah mampu merubah sikap atau perilaku remaja untuk mau bergabung
dengan PIK KRR sebagai PS (Pendidik Sebaya) dan KS (Konselor Sebaya)
sebagai agen perubahan perilaku kearah mempersiapkan Generasi berencana.
3. Sosialisasi Pesan Program Genre
Sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan sesuatu supaya lebih
dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat. Bentuk sosialisasii dibagi menjadi
2 (dua) bentuk, yaitu :
a. Sosialisasi primer
Adalah sosialisai pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai
manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar
menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.
b. Sosialisasi sekunder
Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu kedalam
lingkungan diluar keluarganya seperti sekolah, lingkungan bermain dan
lingkungan kerja. Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai dalam
masyarakat sebuah proses resosialisasi atau proses penyosialisasian ulang.
Proses ini terjadi apabila sesuatu yang telah disosialisasikan dalam tahap
sosialisasi primer berbeda dengan tahap sosialisasi sekunder (Maryati,
2001 : 109).
Dalam jurnal internasional yang dikemukan oleh Nam-JinLee, Dhavan
V. Shah, and Jack M. McLeod bahwa mereka mengemukakan
model
komunikasi mediasi pada sosialisasi remaja, di mana proses komunikasi saling
bergantung terletak di keluarga, sekolah, media, dan jaringan teman bergabung
untuk menumbuhkan kompetensi komunikasi, serangkaian keterampilan
komunikasi dasar dan motif yang dibutuhkan untuk aktif dan partisipasi
diinformasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
9
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa
dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan
bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Faktanya, berbagai penelitian
menunjukan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat komplek
seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.
Proses penyampaian pesan tidak serta merta hanya mengacu pada
bagaimana komunikasi berlangsung secara interpersonal. Namun mesti diingat
bahwa demi menunjang proses komunikasi tersebut membutuhkan media
pendukung guna mempermudah proses komunikasi. Media yang digunakan
juga bervariatif sesuai dengan profesionalitas para komunikatornya.
4. PS (Pendidik Sebaya) dan KS (Konselor Sebaya)
Anak usia Remaja adalah orang muda (Young People) yaitu penduduk
usia 10-24 tahun. Remaja sebagai sasaran program Genre adalah penduduk
usia 10-24 tahun yang belum menikah.
PS (Pendidik Sebaya) adalah remaja / mahasiswa yang secara
fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai
narasumber bagi kelompok remaja/ mahasiswa sebayanya, telah mengikuti
pelatihan / orientasi Pendidik Sebaya atau yang belum dilatih dengan
mempergunakan panduan kurikulum dan modul pelatihan yang telah disusun
oleh BKBKBN, serta bertanggung jawab kepada ketua PIK R/M (Wirdhana et
al, 2014: 13).
KS (Konselor Sebaya) adalah pendidik sebaya yang secara fungsional
punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling bagi
kelompok remaja/mahasiswa sebayanya, telah mengikuti pelatihan/orientasi
konseling atau yang belum dilatih dengan mempergunakan panduan kurikulum
dan modul pelatihan yang telah disusun oleh BKBKBN, serta bertanggung
jawab kepada ketua PIK R/M (Wirdhana et al, 2014: 13-14).
Konseling ialah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-
10
perasaan yang terlibat didalamnya maksudnya klien melihat permasalahannya
dan klien memilih sendiri jalan keluarnya (Materi Orientasi Bagi Konselor
Sebaya dan Organisasi Pemuda dan Siswa Sekolah, oleh Dr. Sinung Pribadi,
26-27 Desember 2015).
5. PIK KRR Sebagai Wadah Organisasi
Dalam program Genre ini menjadi pengembangan program lain yaitu
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR).
Dimana PIK KRR ini menjadi wadah atau bisa dikatakan organisasi yang
nantinya menjadi penyalur program Genre. Proses penyampaian program
Genre diatur, dikelola serta dikembangkan melalui PIK KRR ini.
Karena PIK KRR ini sebagai organisasi yang nantinya menjadi
penyalur informasi program GenRe, maka perlu adanya komunikasi organisasi
dalam prakteknya. Seperti yang dikemukakan oleh Wiryanto komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Romli, 2011).
Sehingga program ini nantinya akan menjadi pesan utama yang menjadi
fokus permasalahan yang akan dikelola. Seperti pendapat Evert M. Rogers dan
Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
Organisasi adalah Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, melaui suatu jenjang kepangkatan dan
pembagian tugas (Effendy, 2004: 114).
Organisasi PIK KRR ini terbentuk melalui tahapan, persetujuan dan
juga struktur yang jelas di mana nantinya akan mempermudah berjalannya
organisasi ini dalam mencapai tujuannya. Salah satu yang menjadi poin penting
adalah remaja yang menjadi sasaran dan juga penggerak dalam organisasi ini.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Maka dari itu peneliti akan terjun langsung dalam mencari informasi
11
dalam setiap proses penyampaian pesan tersebut. Tujuan utamanya adalah
memperoleh data hasil wawancara dan dokumentasi yang valid dan juga
mendapat suasana alamiah di setiap prosesnya.
Penelitian ini, penulis hanya memilih dua teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara dan dokumen. Kedua teknik ini dipilih untuk memperkaya informasi
sekaligus untuk memberikan data yang akurat. Dimana pertama kali peneliti
melakukan wawancara kepada narasumber yang dipillih, kemudian dilanjutkan
dengan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
pengambilan sampel, yaitu purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif. Sedangkan validitas data dalam penelitian ini menggunakan
cara triangulasi data yaitu dengan mengumpulkan data sejenis dari berbagai
sumber data yang berbeda.
Sajian dan Analisis Data
A. Strategi Komunikasi Program Genre
Berbicara masalah strategi komunikasi berarti berbicara bagaimana
seorang komunikator menggunakan cara yang strategis dalam penyampaian
pesan kepada komunikan. Karena strategi inilah yang nantinya menjadi
panduan awal bagaimana PIK KRR mampu mensosialisasikan Program
Genre kepada remaja supaya mau menjadi PS dan KS.
Selayaknya strategi adalah perencanaan dan manajemen untuk
mencapai tujuan. Sehingga komunikator disini yang dimaksud adalah pihak
BKBKSPP harus mempunyai perencanaan yang matang dan juga manajemen
pada organisasi ini.
Dalam tujuan strategi komunikasi seperti diatas bahwa memastikan
bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima bisa ketahui dari remaja
yang sudah mengikuti sosialisasi melakukan feedback bisa pada saat
sosialisasi dengan mengajukan pertanyaan atau seusai sosialisasi remaja ini
tidak melakukan hal negatife seperti minum-minuman keras, narkoba,
12
melakukan seks bebas dan lain-lain serta mampu menangani masalah dengan
cara yang positif melakukan penanganan sesuai 8 fungsi keluarga.
Setelah itu pembinaan atau pengelolaan pesan yang diterima oleh
komunikan harus selalu mendapat perhatian serta pengulangan. Sehingga
pesan ini selalu diingat dan mampu merubah sikap nantinya. Jika pesan ini
mampu dibina dengan baik maka pesan ini akan dipahami dan dilakukan.
Penerimaan pesan dengan baik mampu mengubah pola pikir dan juga
perilaku.
Selanjutnya mendorong komunikan untuk melakukan tindakan sesuai
dengan yang kita inginkan. Jadi tujuan strategi komunikasi akan tercapai jika
ketiga tujuan strategi komunikasi ini mampu berjalan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Mulai dari memastikan, membina sampai melakukan action.
Uraian mengenai paradigma teori Laswell tersebut diatas dapat
diaplikasikan dalam sosialisasi yang digunakan dalam proses penyampaian
pesan program Genre kepada remaja untuk menjadi PS dan KS PIK KRR di
Kab. Wonogiri. Selanjutna peneliti akan menjabarkan pradigma Laswell
melalui komponen-komponen komunikasi tersebut.
1. Komunikator (Source) : orang yang menyampaikan pesan
Pada bagian ini merupakan jawaban dari pertanyaan Who (siapa
komunikatornya). Proses sosialisasi ini pertama adalah pihak BKBKSPP
sebagai komunikator pertama masalah publikasi program ini. Kemudian dari
pihak PLKB, BKR, Perangkat Desa, Kepala Sekolah, BK, PS dan KS yang
sudah ikut pelatihan.
Implementasi komunikasi dalam penelitian ini salah satunya
ditunjukkan dari bagaimana komunikator membina hubungan baik dengan
para stakeholder terkait pada sosialisasi pesan program Genre ini. Menurut
kegiatan awal yang telah dilakukan oleh BKBKSPP ini berdasarkan data
lapangan dan juga data yang mendukung.
Teknik berkomunikasi adalah cara penyampaian suatu pesan yang
dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan
13
dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator
adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide,
informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya. Selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa komunikator yang digunakan dalam proses
penyampaian pesan program Genre ini berkerjasama dengan stakholder
terkait seperti Dinas Kesehatan, Koramil, Puskesmas, TOMA, TOGA,
Kepolisian dan Puskesmas.
2. Pesan (Message)
: pernyataan yang didukung oleh lambang
Pada bagian ini menjawab pertanyaan says what (pesan apa yang
dinyatakan). Berdasarkan judul yang telah penulis pilih tentang strategi
komunikasi dalam proses penyampaian pesan program Genre. Sehingga
pesan disini yang menjadi fokus materi adalah program Genre, disini akan
dijelaskan apa itu program Genre.
Seperti yang sudah peneliti jelaskan bahwa PIK R/M adalah salah satu
wadah yang dikembangkan dalam program genre, yang dikelola dari, oleh
dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan
konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga,
TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta NApza), Ketrampilan Hidup
(life skills), gender dan ketrampilan advokasi dan KIE. Jadi pesan yang harus
disampaikan dalam program Genre ini banyak sekali.
Namun karena yang peneliti harapkan adalah pesan yang mampu
menarik minat para remaja untuk bergabung dalam organisasi PIK KRR.
Selain menyampaikan pesan tentang program Genre ini harus ada pesan yang
mempersuasi supaya bergabung menjadi PS dan KS.
3. Media (Channel)
: sarana atau saluran yang mendukung pesan
bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya
Pada bagian ini menjawab pertanyaan In Which Channel (Media apa
yang digunakan?). Sehingga akan menunjukkan media apa saja yang
14
digunakan oleh komunikator dalam penyampaian pesan program Genre ini.
Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa media yang
digunakan dalam proses penyampaian pesan program genre kepada remaja ini
menggunakan
bentuk
komunikasi
personal,
komunikasi
kelompok,
komunikasi massa, komunikasi media berupa:
a.
b.
c.
d.
komunikasi personal

sharring

curhat
komunikasi kelompok

sosialisasi

seminar

ceramah
komunikasi massa

radio

televisi

film
komunikasi media

telepon

mading

poster
4. Komunikan (Receiver) : orang yang menerima pesan
Pada
bagian
ini
menjawab
pertanyaa
To
Whom
(Siapa
komunikannya). Sudah peneliti jelaskan pada bab 1 bahwa yang menjadi
komunikannya yaitu sasarannya remaja, (usia 10-24 tahun) dan belum
menikah, keluarga dan masyarakat peduli remaja, diharapkan mampu
mempromosikan
penundaan
usia
perkawinan,
kesehatan reproduksi seluas-luasnya melalui PIK.
penyediaan
informasi
15
Sehingga tidak terjebak pada penyalahguaan NAPZA, HIV dan AIDS
maupun kehamilan yang tidak diinginkan serta mempromosikan perencanaan
kehidupan berkeluarga dengan sebaik-baiknya (kapan menikah, kapan
mempunyai anak, berapa jumlah anak dsb).
Dari hasil wawancara tersebut semua sasaran berbeda-beda dalam
golongan komunikan. Namun bisa ditarik kesimpulan bahwa mereka remaja
usia 10-24 tahun dan belum menikah, keluarga dan masyarakat peduli remaja.
Seperti halnya sebagai berikut:
a. Mahasiswa
b. Remaja desa
c. Remaja SMP
d. Remaja SMA
5. Efek (Effect) : dampak sebagai pengaruh pesan
Pada bagian ini akan menjawab pertanyaan With What Effect (apa
efek yang diharapkan). Tentunya yang pertama mereka memahami semua
materi dari program genre ini kemudian mereka mau bergabung menjadi PS
dan KS di PIK KRR. Sehingga mereka nantinya mendapat wadah yang tepat
dalam merancang kehidupan mereka nantinya.
Berdasarkan hasil yang didapat dari hasil wawancara dengan
komunikator yaitu pihak BKBKSPP dan juga PS dan KS PIK KRR ini bahwa
efek yang diharapkan yaitu menyampaikan informasi (to inform), mendidik
(to educate), mempengaruhi (to influence), dan persuasi (persuasion).
Penjelasan dari efek komunikasi tersebut maksudnya memberikan informasi
tentang program Genre, mendidik remaja untuk merencanakan kehidupannya,
lalu mempengaruhi supaya para remaja melakukan hidup sehat, kemudian
mempersuasi agar remaja bergabung menjadi PS dan KS PIK KRR di Kab.
Wonogiri.
16
6. Evaluasi dan Monitoring
Setelah semua tahapan sudah mampu berjalan maka diperlukan
adanya evaluasi dan juga revisi jika terdapat rencana yang tidak sesuai
dengan keadaan lapangan saat ini. Kegiatan untuk menilai tingkat
keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk merevisi
dan mengadakan penyesuaian rencana untuk kedepan.
Kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana
yang merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian
rencana untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti
ini perencana memperoleh input yang berharga untuk meningkatkan rencana
pada tahapan berikutnya.
Setiap akhir program kerja terlaksana pihak BKBKSPP selalu
mengadakan Monitoring dan Evaluasi (MONEV) pada masing-masing PLKB
gunanya untuk mengetahui hasil dari strategi yang sudah dibuat tadi. Karena
pihak PLKB lah yang memiliki tanggung jawab membina langsung para
kader dan juga organisasi ini.
B. Faktor Pendorong
Program ini merupakan kelanjutan dari program KB, dimana hasil
dari program KB ini terdapat hasil anomali sehingga terjadi pengalihan fokus
ke remaja. Dimana KB ini juga memiliki tujuan yang serupa dengan program
Genre ini yaitu masalah keluarga berencana. Program KB ini fokus pada
program sesudah menikah merencanakan kelahiran yang memiliki slogan 2
anak cukup. Tetapi kalau program Genre ini merencanakan kehidupan
sebelum menikah supaya tercipta keluarga kecil dan bahagia.
PIK KRR Kab. Wonogiri sudah mencapai jumlah 36 dan dibagi
menjadi
2
basis
yaitu
sekolah
dan
masyarakat
kemudian
pada
perkembangannya juga sudah melalui tahapan-tahapan pengembangan
kualitas PIK KRR melalui 3 tahapan yaitu Tumbuh, Tegak dan Tegar.
Dari faktor pendorong di atas masih ada sisi kekuatan kita dalam
melancarkan program ini. Karena kita memiliki petugas yang sudah mumpuni
17
dibidang ini. Ketua tim KB Kab. Wonogiri adalah dokter yang sudah
berpengalaman dan ketua PLKB Kec. Juga seorang dokter yang menangani
kasus remaja ini. Kita juga memiliki Tim PLKB yang tersebar di Kabupaten
Wonogiri juga sudah memiliki perwakilan yang mumpuni dalam hal
komunikasi.
Walapun
bukan
seorang
dokter
beliau-beliau
mampu
menyampaikan pesan ini dengan baik.
Begitu pula masalah stakeholder kita sudah berjalan dan juga
memiliki feedback yang baik dengan mereka. Semua itu bisa dilihat dari
jumlah pembentukan PIK KRR yang sudah hampir memiliki perwakilan
disetiap kecamatan dan sekarang difokuskan pada jalur pendidikan.
Pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis dalam
perbuatan atau action. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang
menentukan apakah suatu rencana itu feasible, baik dan efektif.
Pelaksaan ini dilakukan dalam tahapan sosiaslisasi, gathering, game,
sampai pada perlombaan. Sehingga action dari program ini dapat dievaluasi
dari berbagai cara dan juga hasil dari kegiatan tersebut.
C. Faktor Penghambat
Selain beberapa keberhasilan diatas ada juga beberapa hal yang
menjadi hambatan dalam proses komunikasi ini. Seperti yang sudah peneliti
kemukakan pada bab 1 yaitu :
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
Dalam hal proses komunikasi nanti tentu pada prakteknya mengalami
perbedaan situasi antara di basis sekolah maupun masyarakat. Situasi ini
sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang
berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
a. Hambatan Sosiologis
Dalam
hambatan
sosiologis
kehidupan
manusia
pada
masyarakat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
-
Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis dan
tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga.
18
Hambatan semacam ini sering terjadi kepada remaja
yang
mengakibatkan saat terjalin komunikasi mereka tidak dapat fokus. Lalu
kepribadian mereka yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang
keluarganya. Hal ini menjadi salah satu penyebab remaja memiliki
kepribadian yang menyimpang jika pada kehidupan pribadinya tidak
terbentuk dengan baik.
Hal-hal seperti inilah yang membentuk karakter awal tidak sempurna
sehingga menimbulkan efek negatife pada kepribadian remaja.
-
Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi,
dinamis, dan rasional, seperti pergaulan dikantor atau dalam
organisasi.
Sebagai makhluk sosial kita memang harus menjalin hubungan
dengan yang lain, karena kita tidak bisa hidup seorang diri. Salah satunya
dengan organisasi ini tetapi pada basis masyarakat masih sulit remaja untuk
diajak bergabung pada organisasi.
Perbedaan semacam ini harus menjadi perhatian dari pihak BKBKSPP
selaku pelaksana program supaya terjadi keseimbangan dalam pengembangan
program ini. Sehingga di kedua basis mampu berjalan beriringan dan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Hambatan Antropologis
Dalam hambatan antropologis ini lebih menekankan pada pemahaman
tentang perbedaan yang ada seperti halnya dalam postur, warna kulit, dan
kebudayaan, yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup (way of
life), norma, kebiasaan, dan bahasa.
Hal ini sangat kentara terlihat pada proses komunikasi yang terjadi di
PIK KRR basis masyarakat. Kita tahu bahwa sasaran program ini usia 10-24
tahun. Di desa sendiri memiliki tingkat latar belakang yang beda-beda mulai
dari tingkat pendidikan, pergaulan dan rentan usia yang bergabung saat
diadakan
sosialisasi
program.
Sehingga
agak
kesulitan
dalam
hal
penyampaian pesan kepada mereka. Berikut beberapa pernyataan yang
dikemukakan PS dan KS yang menangani PIK basis desa.
19
Sehingga perlu adanya perbaikan dan juga perhatian yang lebih dalam
sosialisasi program ini kepada PIK KRR yang berbasis desa. Maupun cara
lain untuk menarik perhatian dengan dilakukannya inovasi-inovasi.
c. Hambatan Psikologis
Dalam hambatan psikologis ini berhubungan dengan masalah
psikologi saat komunikator sedang menyampaikan pesan kepada komunikan
harus tetap memperhatikan hal seperti munculnya perasaan sedih, bingung,
marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya pada
komunikan.
Kejadian semacam itu sering terjadi pada saat proses sosialisasi
berlangsung. Jika komunikatornya sudah berpengalaman tentu hal semacam
ini bisa dikendalikan saat itu juga. Namun jika komunikatornya seorang
pendidik sebaya, yang sebenarnya pendidik sebaya ini adalah temannya
sendiri maka akan kesulitan dalam menangani hal ini.
Namun kenyataannya kegiatan tersebut belum mampu membentuk
karakter PS dan KS secara sempurna sehingga masih memerlukan campur
tangan dari pihak BKBKSPP. kegiatan yang dilaksanakan cenderung hanya
melakukan sosialisasi penyampaian pesannya saja efek dari pesannya belum
sampai tahapan action.
2. Hambatan Semantis
Hambatan semantis ini terdapat dalam diri komunikatornya dimana
seorang komunikator harus menggunakan bahasa sebagai alat untuk
menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.
Hal ini menjadi salah satu permasalahan oleh PS dan KS yang sudah
mengikuti pelatihan atau belum. Dimana dalam pelatihan dibekali cara-cara
menjadi PS dan KS serta diberikan buku panduan dalam mengelola PIK
masing-masing. Namun dalam prakteknya hal ini belum sepenuhnya
menjamin lahirnya PS dan KS yang handal. Pada proses pelatihan pun pihak
BKBKSPP juga sudah memiliki pembicara yang berpengalaman. Sehingga
proses sosialisasi dalam penyampaian materi dapat diterima dengan baik.
20
Penjelasan diatas merupakan salah satu contoh komunikator dari pihak
BKBKSPP namun jika dari PIK KRR belum mahir seperti diatas kebanyakan
dari mereka hanya memanfaatkan slide power point dalam menyajikan pesan,
tanpa ada pemanisnya seperti joke atau pun selingan lain.
3. Hambatan Mekanis
Dalam hambatan mekanis ini terdapat pada media apa yang digunakan
dalam melancarkan komunikasi. Hambatan pada beberapa media tidak
mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada
surat kabar, radio dan televisi. Tetapi pada beberapa media komunikator
dapat mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu seperti halnya
gangguan saat ada telefon masuk bisa diatasi dengan mematikannya.
Pada hambatan mekanis ini biasanya lebih sering terjadi hambatan
pada saat sosialisasi yang berlangsung di desa. Karena kita tahu di desa itu
kurang nya fasilitas dan juga sedikit sekali media yang bisa digunakan.
Berbeda dengan di sekolah sudah ada fasilitas yang memadai dari pihak
sekolah mulai dari alat-alat elektronik seperti LDC, proyektor, laptop dan lain
sebagainya. Karena pada saat launching PIK KRR sekolah mendapat fasilitas
tersebut.
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis ini juga jarang terjadi karena setiap proses
sosialisasi yang diadakan sudah terjadwal dengan baik. Sehingga pada saat
program ini dilaksanakan sudah dipersiapkan segala sesuatunya. Namun jika
masih ada hambatan yang tidak terduga biasanya pada proses sosialisasi ini
ada pendampingan dari pihak yang bertanggung jawab. Kelemahannya ialah
kesemua itu sulitnya dalam hal eksekusi maupun dalam hal koordinasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya bisa disimpulkan bahwa program Genre ini telah diaplikasikan
berdasarkan konsep strategi komunikasi menurut James Brian Quinn.
Menurut Quinn strategi komunikasi harus melewati 4 tahap yaitu
21
mengidentifikasi kondisi khalayak, memilih metode dan media, melakukan
implementasi komunikasi, serta evaluasi dan monitoring. Lebih lanjut untuk
mengelaborasi hasil yang lebih mendalam maka tahap ke 3 strategi
komunikasi perlu dilakukan implementasi komunikasi dalam hubungan tahap
ke 3 ini maka implementasi komunkasi menurut teori laswell telah pula
dilakukan analisisnya yang menhasilkan temuan mengenail SMCRE.
Saran
1. Proses pengembangan kualitas PIK KRR harusnya di Desa juga di
sediakan alat bantu supaya lebih menarik dan dalam hal penyampaian
pesan memiliki inovasi supaya lebih menarik perhatian remaja.
2. Pihak PLKB harus juga melakukan penjadwalan kontroling kepada
masing-masing PIK KRR yang menjadi tanggung jawabnya.
3.
Seharusnya proses orientasi ini yang dilakukan untuk mempersiapkan
para PS dan KS diolah sedemikian rupa baik dari kesiapan materi dan
juga dalam pembentukan psikisnya dan diajarkan sesuai dengan
prosesnya.
4. Action dari kegiatan ini juga diharapkan tidak setengah-setengah dalam
pengelolaannya. Maksudnya harus ada tidak lanjut diluar acara program
sosialisasi yang menjadi media utama dalam penyampaian pesannya.
Daftar Pustaka
Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi. Armico, Bandung.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung :
Remaja Rosda karya.
Effendy, Onong Uchjana. (2004). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Kun Maryati, Juju Suryawati. (2006). Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X (Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin. (2002). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja.
Romli, Khomsahrial. (2011). Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT.
Grasindo.
Tjiptono, Fandy. (1995). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
22
Wirdhana, Indra, et al. (2012). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan
Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, cetakan pertama
Wirdhana, Indra, et al. (2014). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan
Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, cetakan keempat.
Download