135Th.XIII - St.Stefanus Cilandak

advertisement
Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
135Th.XIII
#
Oktober 2015
KATOLIK MENYIKAPI KEMATIAN
OMK untuk
22 Gue
Indonesia
Diri
60 Pengabdian
54 Membangun
Positif
Seorang Guru
Saat Ini
Peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HARKESNAS 2015) Lansia
se-Keuskupan Agung Jakarta
Diselenggarakan tanggal 12 November 2015 di
Pasirmukti, Bogor, dihadiri sekitar 3600 peserta
Dengan acara utama Bakti Sosial, periksa
kesehatan gratis dan hiburan meriah.
Beberapa umat paroki Cilandak yang dibantu
umat paroki lainnya dari Jaksel, sebagai Panitia
Pelaksana telah berlangsung dengan aman,
lancar dan sukses.
4 : KERLING
SEPUTAR PAROKI
5 : Festival Pangan “Gerakan Cinta
Pangan sebagai pernyataan syukur
atas anugerah yang diberikan
Tuhan”
8 : Wilayah 6, Lingkungan St. Aloysius,
Doa Rosario, Hari Pangan Sedunia,
dan Hidroponik
11: Wilayah 2, Lingkungan Sta.
Bernadette, Ziarah Rekreasi
13: Wilayah 3, Doa Rosario, KKS, Misa
Penutupan Rosario, dan Ziarah
Rekreasi
15: Wilayah 5, Ziarah Rekreasi
17: Pelayanan PRIMA dengan Sepenuh
Hati
19: Ulang Tahun PDKK-Pagi
24: Peringatan Hari Arwah Orang
Beriman
28: Bakti Sosial Penutupan Tahun
Syukus
31: Terima Kasih Pak Bejo
33: Ulang Tahun Providentia Dei 29
Tahun
DAFTAR ISI
39
43: ORBITAN UTAMA Jangan Takut
Akan Kematianmu
47: PESONA SABDA Kematian
Merupakan Sebuah Tahapan
Eskatologis
PROFIL
“Kematian Bukan Akhir
Segalanya”
20
SEPUTAR PAROKI
51: OPINI Apa Pendapatmu Tentang
Kematian?
56: CERPEN Lili putih yang Pudar
64: SANTO SANTA St Andreas
65: DANA PAROKI, Oktober 2015
66: TUNAS STEFANUS & ONGKOS
CETAK, Ferry Surya
Ulang Tahun Koperasi Budi Asih
58
ORBITAN LEPAS
Berjiwa Pemimpin
4. KERLING
“Hai Kematian, Dimanakah Sengatmu?”
B
arangkali banyak dari antara kita yang tidak suka berpikir tentang kematian. Kata
kematian dapat membawa pikiran kita kepada liang kubur, atau tubuh kita akan
membusuk dan berubah menjadi abu ataupun debu tanah. Oleh karenanya, banyak
orang takut menghadapi kematian karena dirasa belum waktunya atau bahkan belum
siap menerima kenyataan bahwa raga perkasa dan wajah cantik yang kita bangga-banggakan ini akan menjadi debu tanah. Namun ada pula yang siap menghadapi kematian
karena kematian adalah suatu realitas yang tidak bisa kita hindari sebagai manusia.
Kesiapan itu akan menjadi lebih lengkap atau sempurna bila kita bungkus dengan keyakinan iman kita tentang makna kematian dalam perspektif iman Katolik.
Bagi kita, orang beriman, hidup ini memang semata-mata adalah karunia Tuhan. Tuhanlah yang membentuk kita manusia dan memberikan nafas kehidupan kepada kita
(lih. Kej.2:7). Dari sini, kita meyakini bahwa kita ini milik Allah, bukan milik dunia,
maka sudah semestinya kita tidak perlu takut menghadapi kematian; karena dengan
demikian kematian adalah pulang ke rumah kita yang sesungguhnya. Apalagi dengan
jaminan yang sudah diberikan oleh Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus dari kematian
menjadi jaminan atau bukti bahwa kematian tidak berkuasa atas diriNya (lih. Rom
6:9). Ketika tubuh kita yang fana ini mengenakan Kristus, maka kematian telah ditelan dalam kemenangan (lih. 1 Kor 15:53-57). Dengan kebangkitan dari kematian, Kristus mengalahkan belenggu dosa dan maut, sehingga bahkan kematian sekalipun tidak
dapat memisahkan kita dari kasihNya (lih. Rom 8:38-39). Oleh karenanya, St. Paulus
dengan berkobar-kobar menantang maut atau kematian dengan berseru, “Hai kematian
dimanakah kemenanganmu? Hai kematian, dimanakah sengatmu?” (lih. 1 Kor 15:56).
Seruan St. Paulus di atas sungguh mengundang kita untuk berani menghadapi kematian yang berkat Kristus, kematian itu telah kehilangan sengatnya. Sengat kematian
ialah dosa dan kuasa dosa telah diremukkan oleh penebusan Kristus. Itulah intisari
yang merangkum semua tulisan dalam edisi Bulan November ini. Semoga berkat tulisan-tulisan itu, kita siap dan berani, seperti St. Paulus menghadapi kematian dengan
iman, pengharapan dan cinta kasih.
Salam dan Berkat,
Redaksi MediaPass
Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Y.
Triasputro B, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya
W. S, Constantine J. N, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Donald
Saluling, Veronica Putri Larosa, Prima Pasaribu, Saverinus Januar,
Ignatia Astrid D. F Liputan/Artikel : redaksimediapass@yahoo.
com, [email protected], 081328130513 Facebook:
[email protected]
Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi
atau R. Prakoso
Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial
Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS: Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus
Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord.
Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id
Email: [email protected] twitter: @ParokiStefanus Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko
Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Warta Paroki: Dian Wiardi,
Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Yohanes Triasputro B, Benny Arvian Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine
J. N Twiter: Susan J, Irene
5. SEPUTAR PAROKI
Festival Pangan
D
“Gerakan Cinta Pangan sebagai pernyataan syukur
atas anugerah yang diberikan Tuhan.”
alam rangka memperingati
HPS, Seksi PSE bekerjasama dengan PDKK Paroki
St stefanus ,pada hari Minggu, 18
Oktober 2015 setelah misa 09.45,
mengadakan kegiatan “FESTIVAL
PANGAN“ yang melibatkan seluruh umat di wilayah Paroki St Stefanus yang berjumlah 12 wilayah.
Kegiatan Festival mewajibkan
membuat panganan pengganti beras; yang berupa : Makanan pokok
dan snack (kue) dari jenis bahan
makanan yang sudah ditentukan
oleh panitia dan disepakati bersama peserta dari wilayah masing
-masing. Tujuannya adalah memperkenalkan bahan makanan pokok
pengganti beras dan meningkatkan
kreativitas serta keahlian umat da-
lam mengolah penganan pengganti
beras. Ketentuan yang diwajibkan
yaitu : Banyaknya panganan pengganti beras sebanyak 150 porsi/
wilayah dengan kategori : 100 porsi
makanan pokok dan 50 makanan
snack.
Makanan pengganti beras ternyata
dapat digunakan dari bahan yang
murah dan sehat untuk diolah.
Kemudian menjadi bahan makanan pokok yang lezat dan bergizi
sehingga diharapkan hasil kreasi
baru dari umat ini dapat menjadi
inspirasi bagi keluarga dan sekitarnya. Panganan pengganti beras
ini dapat juga diharapkan menolong mereka yang kesulitan untuk
membeli beras baik secara materi
maupun secara geologis karena di
daerahnya sulit mendapatkan beras.
Kebersamaan terwujud dalam menikmati makan bersama tanpa memandang sosial ekonomi. Kegiatan
ini sendiri diharapkan menjadi
sarana bertukar informasi yang
kemudian sangat bermanfaat bagi
mereka yang membutuhkan. Karena hasilnya dapat juga dijual dan
diproduksi untuk menambah penghasilan.
6
Selama acara ini berlangsung dengan meriah, terlihat antusiasme
yang tinggi baik dari peserta maupun umat yang hadir dalam acara tersebut. Mereka menukarkan makanan
tersebut dengan membagikan 2 kupon untuk makanan dan 1 kupon untuk air
minum. Tidak kalah serunya, para juri yang terdiri
dari pakar Gizi, perwakilan
dari PSE dan PDKK juga
Para Romo
bersemangat
berkeliling untuk menilai hasil
karya umat yang sangat bervariasi
dan kreatif.
- Kentang - (WILAYAH 5 &12)
- Ubi - (WILAYAH 2 & 9)
Perkedel ubi, nasi ubi merah,ubi
ungu ,ubi putih, kering ubi kacang tanah dan teri, urap sayur
dan opor tahu
- Jagung- (WILAYAH 7 & 10)
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam festival panganan terssebut:
- Sagu - (WILAYAH 1)
- Waluh - (WILAYAH 6)
bubur waluh ayam,
- Sukun - (WILAYAH 8)
kripik,getuk,kue lumpur, oseng
sukun, tahu bacem
Wilayah 6 menjadi juara umum
di ikuti dengan Wilayah 2 dan 8.
bakmi goreng waluh, wedang
ronde waluh, pumpkin cake
- Singkong - (WILAYAH 3 & 11)
- Talas - (WILAYAH 4)
Selain dari kegiatan lomba panganan pengganti beras ini juga
disiapkan Pohon Doa. Pohon doa
ini memberikan kesempatan pada
umat untuk mendoakan kondisi
pangan negara kita yang disebut
7
sebagai RAHIM karena sangat
penting bagi kehidupan manusia.
Doa yang digantung berupa ucapan
syukur, sukacita, dan permohonan
yang disampaikan oleh seluruh
umat yang menuliskannya kemu-
adanya kreasi baru makanan ini
dapat bermanfaat dan memberi inovasi untuk perkembangan dunia
pangan Indonesia khususnya umat
yang memerlukannya bagi kesehatan dan kesejahteraan bersama.
Variasi makanan yang
baru-pun bisa menjadi
menu makanan pasturan. Sehingga romoromo kita bisa semakin
sehat dan bersemangat.***
Penulis adalah panitia dari
Festival Pangan. Foto: VPL,
KJ (DOK MP)
dian menggantungkannya kepohon doa tersebut. Pada akhir acara
Romo mendoakan pohon doa tersebut.
Puji Syukur acara berlangsung
dengan meriah dan baik semoga
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita akan bahan
makanan pengganti beras yang
diharapkan dapat memberikan
peng-aruh positif bagi seluruh
umat.Hasil karya-karyanya juga
luar biasa dari umat se-Paroki St.
Stefanus Cilandak semoga dengan
8. SEPUTAR PAROKI
T
radisi gereja mendedikasikan bulan Mei dan Oktober
sebagai bulan Devosi kepada
Bunda Maria melalui Doa Rosario,
sejarah mengenai ditetapkannya
bulan Mei dan Oktober sebagai bulan Rosario adalah ditandai dengan
adanya 2 (dua) pe-ristiwa penting
yaitu pada saat Paus Pius VII ditangkap dan dipenjara oleh serdadu
Napoleon, didalam penjara Paus
memohon dukungan Doa Bunda
Maria agar dibebaskan dari penjara
dan berjanji akan mendedikasikan
WILAYAH
Maggiore, dan pada tanggal 7 Oktober tahun 1571 pasukan Katolik
memenangkan pertempuran tersebut, dan Paus Pius V menetapkan
Peringatan Rosario dalam misa di
Vatikan setiap tanggal 7 Oktober
dan penerusnya yaitu Paus Gregorius XIII menetapkan tanggal 7
Oktober sebagai hari Raya Rosario
Suci (Sumber : Katolisitas.Org),
hingga saat ini seluruh umat Katolik setiap bulan Mei dan Oktober
melakukan kegiatan kerohaniannya baik di Lingkungan, Wilayah
atau Paroki (Gereja) dengan Doa
Rosario.
6
Kegiatan Lingkungan St. Aloysius
Penulis & Foto oleh Rudianto Sihotang
perayaan untuk menghormati Bunda Maria pada saat ia dibebaskan,
Paus Pius dibebaskan pada tanggal
24 Mei 1814 setelah lima (5) tahun
dipenjara, sedangkan peristiwa
penting yang tejadi pada bulan Oktober yaitu pada tahun 1571 terjadi
pertempuran di Lepanto, dimana
pasukan kerajaan Ottoman (Turki)
menyerang Agama Kristen di negara-negara Eropa, melihat pertempuran yang hampir mustahil dimenangkan ini Paus Pius V mengajak
seluruh orang beriman untuk berdoa Rosario di basilika Santa Maria
Pada bulan Oktober 2015
Lingkungan St. Aloysius yang berada di Wilayah VI St. Agustinus,
setiap minggunya di hari Rabu
malam jam 19.00 - 21.00 WIB
mengadakan kegiatan kerohanian dengan Ibadat Singkat dan
Doa Rosario.
Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran ke rumah warga yang berkenan, menerima dan menyediakan
tempat (rumahnya) untuk dapat
bersekutu dan berdoa mendaraskan
Doa Rosario. Pada kesempatan tertentu juga ada warga yang secara
khusus meminta untuk dapat berdoa Rosario di rumahnya sebagai
ujud syukur karena ada yang berulang tahun anak/cucunya, ulang tahun pernikahan, kelancaran usaha/
9
pekerjaan, kesembuhan, dan
lain-lain, yang hal ini dapat
diartikan bahwa kita senantiasa dapat berbagi sesama
warga lingkungan atas ucap
syukur kita maupun meminta
dukungan berupa doa dari
sesama warga lingkungan
atas pengharapan dan citacita kita, karena kita yakin
bahwa kekuatan doa dapat
mengubah segala hal.
Kegiatan lain yang juga dilaksanakan oleh lingkungan St. Aloysius
pada bulan Maria ini adalah ikut
serta memeriahkan acara Hari Pangan Sedunia (HPS) yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, Gereja
St. Stefanus Cilandak memfasilitasi
dengan mengadakan acara lomba
penyajian makanan dari seluruh
Wilayah I – XII dengan beberapa
kriteria yang sudah ditentukan oleh
Panitia, salah satunya yaitu penentuan bahan pokok makanan yang
akan disajikan. Wilayah VI dimana
lingkungan St. Aloysius mendapat
tugas menyiapkan dan menyajikan makanan dengan bahan
pokok WALUH. Bertepatan
dengan informasi yang didapatkan tentang acara tersebut ke-lompok Wanita Katolik (WK) Wilayah VI sedang
mengadakan acara ziarah ke beberapa gua Maria di Jawa Tengah,
maka di sepanjang perjalanan dan
di sela-sela waktu ziarah dilakukan
diskusi dan rencana-rencana yang
berkaitan de-ngan acara HPS tersebut disempatkan untuk membeli
beberapa buah Waluh pada saat
perjalanan kembali ke Jakarta.
Lingkungan-lingkungan yang berada di Wilayah VI yaitu : Lingkungan
Sta. Maria Magdalena, Lingkungan
St. Thomas Aquino dan Lingkungan
St. Aloysius telah mendapatkan tu-
10
gasnya masing-masing, lingkungan
St. Aloysius mendapatkan tugas untuk membuat dan menyediakan 100
porsi makanan pokok, dikoordinir
oleh Ibu Mulyono, Ibu Yatno, Ibu
Bagyono serta yang lainnya maka di
buatlah Bubur Waluh untuk disajikan pada acara HPS tersebut. Hasil
dari kerjasama yang baik dari tiaptiap lingkungan maka Wilayah VI
mendapat predikat Juara Umum
atas semua jenis makanan yang
disajikan berbahan dasar Waluh,
dan akhirnya semua warga yang
hadir pada acara HPS tersebut diajak untuk ikut serta menikmati makanan yang disajikan oleh seluruh
Wilayah.
yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan, bertanam vertikultur
dan bertanam hidroponik (sumber
: www.kaj.or.id), untuk yang disebutkan terakhir yaitu bertanam
hidroponik lingkungan St. Aloysius
pada penutupan (pertemuan terakhir) Doa Rosario pada hari Rabu,
28 Oktober 2015, bertempat di rumah Bapak Leon/Ibu Astrid, setelah
Doa Rosario diadakan acara “Panen
Raya” sayuran hidroponik berupa
sayuran Sawi, Pokchoy dan Bayam
Merah. Tanaman hidroponik tersebut dibudidayakan oleh salah satu
warga lingkungan St. Aloysius yaitu
Keluarga Bapak Rudianto Sihotang,
dengan harapan dapat di sosialisasi-
Panen Raya
HIDROPONIK
K
egiatan lain yang juga
telah dilaksanakan oleh
Lingkungan St. Aloysius
dalam rangka Hari Pa-ngan
Sedunia yang pada tahun ini
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)
melalui surat gembala mengambil tema : Merawat Bumi Sebagai Rahim Pangan Kita. Bentuk
nyata dari tindakan kita didalam merawat bumi yaitu dengan
cara bersiasat di saat sulit dipekarangan yang sulit, seperti :
menabung air dengan membuat
sumur resapan/lubang biopori,
mengurangi bahan pencemar
kan dan di ikuti oleh seluruh warga
lingkungan yang lain.***
11. SEPUTAR PAROKI
P
ada tanggal 16 - 18 Oktober
2015, Lingkungan Bernedette,
Wilayah 2 mengadakan ziarah dan rekreasi (ziarek) di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tempat
ziarah yang dituju adalah Goa Maria
Besokor - Weleri, Goa Maria Kerep
- Ambarawa, Gereja Ganjuran Bantul, Goa Maria Tritis - Gunung
Kidul, Misa Minggu di Gereja Fransiskus Kidul Lodji - Yogyakarta dan
Goa Maria Kaliori - Purwokerto.
Sedangkan tempat rekreasi yang dituju adalah Goa Pindul - Wonosari,
Gunung Kidul dan belanja/wisata
kuliner di Pasar Bringhardjo dan
Malioboro, Yogyakarta.
kungan, Wilayah dan bahkan Paroki. Yang terakhir, dengan ziarah
ini, mereka ingin mengenal lebih
dalam tempat-tempat yang menjadi
simbol iman Katolik.
Sambil menyelam
minum air. Acara
ziarah ini juga diisi
dengan kesempatan
WILAYAH
2
Kegiatan Lingkungan Sta. Bernadette
Penulis & Foto oleh Frans Jonosewojo
Peserta dalam ziarek ini ada 43
orang, terdiri dari warga lingkungan
Sta. Bernadette dan beberapa umat
paroki tetangga. Program ziarah
dimaksudkan untuk membangun
iman melalui peribadatan bersama
selama perjalanan menuju tempattempat ziarah. Yang kedua adalah
menyelaraskan kebersamaan dalam iman Katolik dan membangun
keakraban dalam berkomunitas dan
berkomunikasi lintas warga Ling-
untuk berekreasi bersama. Tujuannya adalah untuk membina fisik dan
pikiran secara berkomunitas dengan
melepaskan akumulasi beban hidup
yang dialami dalam kegiatan atau
aktifitas sehari-hari. Dengan rekreasi, mereka berusaha membina
hubungan baik antara warga lingkungan wilayah dan lintas paroki
dalam suasana bahagia di tempat
rekreasi goa Pindul. Yang tidak
bileh dilupakan, rekreasi bersama
12. SEPUTAR PAROKI
dimaksudkan untuk mempererat
jalinan silaturahmi diantara warga
lingkungan agar sebagai saudara
seiman dapat lebih saling mengerti, saling membantu dan berusaha
menjadi teamwork yang solid dalam
pelayanan.
S
elama bulan Oktober, kami
warga wilayah III St. Ambrosius yang terdiri dari 5 Lingkungan yaitu St. Nicodemus, St.
Paulinus, St. Markus, St. Quirinus
dan St. Octavianus, rutin mengadakan pertemuan doa rosario bersama
2 kali seminggu di masing-masing
lingkungan
secara bergantian di
rumah warga. Jumlah umat yang
hadir antara 15 – 30 orang.
Seluruh rangkaian acara berjalan
lancar, baik, tertib, kekeluargaan,
penuh canda tawa
dengan
senandung
tembang
kenangan dan bahagia
bersama.
Semua
peserta
pulang membawa
sukacita dan kenangan indah, dan
semoga suka cita
itu terus dimunculkan dalam setiap kegiatan dan
pelayanan
lingkungan, wilayah
dan paroki. Karena itulah acara
ziarek diadakan, yakni demi membangun semangat pelayanan yang
penuh sukacita.***
Pada tanggal 27 Oktober 2015 di
rumah salah seorang warga kami,
mengadakan doa rosario bersama
13
WILAYAH
3
Penulis & Foto oleh Dewi Janthie
dilanjutkan dengan KKS Rutin tiap
bulan bimbingan dari Pastur Robby
Wowor, OFM.
Pada tanggal 29 Oktober kami juga
mengadakan doa rosario gabungan
5 lingkungan dan dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Jost Kokoh, Pr dalam rangka penutupan pertemuan
doa rosario di bulan Oktober. Bapak
Jeffri dan ibu Yama di Jl. Niaga Hijau Raya bersedia membuka rumahnya untuk kami berkumpul. Ada 60
orang berkumpul untuk berdoa bersama dan mengikuti misa Ekaristi.
Pertemuan dilanjutkan dengan makan malam bersama. Kami pulang
dengan hati gembira karena telah
dikenyangkan dengan santapan Rohani dan Jasmani.***
ZIARAH REKREASI GUA MARIA
D
KEREP – AMBARAWA 31 Oktober – 1 NOVEMBER 2015
alam rangka menutup bulan
Maria, akhir Oktober lalu
kami warga wilayah 3 mengadakan Ziarek ke Goa Maria Kerep
Ambarawa. Di Komplek ini juga terdapat Patung Bunda Maria tertinggi
di dunia (42 meter), Patung Bunda
Maria Assumpta. Patung ini diberkati dan diresmikan tgl. 15 Agustus 2015 oleh Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Agung Semarang.
Dengan jumlah peserta 39 org, kami
berangkat dengan bis pada hari
Sabtu, 31 Oktober 2015 pukul 06.00.
Perjalanan yang panjang ini kami
isi dengan bernyanyi, bercerita, permainan2; dan kami juga berdoa Rosario bersama di bis.
Dalam perjalanan, kami mengunjungi Goa Maria Rosa Mystica di
Desa Delik Bayuurip (Tuntang), Salatiga.
14
Yusuf, gereja yang bagus, dan letaknya berdekatan dengan komplek Susteran. Setelah santap pagi,
dengan kendaraan angkot dari Susteran kami berangkat menuju Goa
Maria Kerep.
Acara kami diawali dengan Doa
Jalan Salib, Setelah itu kami berdoa masing-masing di depan Gua
Maria. Selanjutnya berfoto bersama di Patung Maria Assumpta.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Ambarawa, untuk bermalam di Rumah Retret, Susteran
Ambarawa.
Kami sangat menikmati malam
kebersamaan kami dengan makan
malam dan canda ria bersama.
Kami betul-betul merasakan peziarahan kami pada keesokan harinya, dimulai dengan mengikuti
misa Pk. 05.30 WIB di gereja St.
15. SEPUTAR PAROKI
Kami sempat mengadakan beberapa perlombaan sampai tiba waktunya untuk makan siang bersama di
Komplek Goa Maria Kerep. Selesai makan siang, kami berangkat
menuju kota Semarang untuk berburu oleh-oleh khas Semarang, di
toko Bandeng Juana.
Kami tiba kembali di Pondok Indah, Jakarta pada hari Senin dini
hari Pk. 03.00 WIB dengan selamat dan gembira walaupun cukup
melelahkan. Demikian perjalanan
Ziarek warga Wilayah 3, dengan
Kebersamaan, Kesederhaan dan
Suka-cita yang kami alami.***
WILAYAH
5
Penulis & Foto oleh Susan J
K
enapa harus ke Gua Maria
Kerep? Dalam kondisi panas teriknya cuaca di bulan Oktober ini, ada banyak orang
berbondong-bondong
menyempatkan diri
pergi ke Gua Maria
Kerep. Mulai hari senin hingga ke senin
lagi, tak habis-habisnya umat mengalir
kesana, jalanan yang
sempit mulai dari Terminal Ambarawa membuat lalulintas kendaraan macet.
16
Akhirnya sebagian orang memilih untuk berjalan kaki agar segera
sampai tujuan. Jalan berat karena
menanjak tidaklah menyurutkan
niat mereka. Sungguh ironis, ditengah banyaknya orang mencari kenikmatan/kenyamanan untuk pergi
ke mall satu hingga pindah ke mall
lainnya yang serba mewah, ternyata
masih banyak juga yang dengan berjerih payah pergi kesana. Apa yang
mereka cari?
Kalau Bunda Maria yang dicari,
kenapa harus kesana. Toh patung
Bunda Maria ada dimana-mana.
Disetiap gereja-gereja, di rumahrumah, bahkan di saku kita juga
ada. Tetapi tidaklah demikian. Patung Bunda Maria Asumpta yang
di Kerep bak pelita didalam gelap.
Disaat kondisi moral dan iman terdegradasi oleh kehidupan modern,
belum lagi adanya banyak peristiwa
umat kristen ditolak serta dianiaya dimana-mana, munculah orang
yang memberanikan membuat patung yang spektakuler itu. Hingga
akhirnya menggerakkan hati banyak orang untuk mengapresiasi hasil karyanya dengan berkunjung kesana. Sungguh beruntung nampak
ada sebagian kecil umat dari paroki
St.Stefanus yang tergabung dalam
Lux Mundi Choir berada ditengah
banyaknya umat yang berkunjung
di Kerep.
Ave Maria gratia plena, ora
pronobis.
Kehadiran Bunda Maria Assumpta
di gua Kerep membawa berkah yang
luar biasa bagi seluruh lapisan penduduk di daerah ini dengan multipleir effect-nya yang luar biasa dari
angkot, warung-warung makan,
toko-toko penjual produksi lokal
seperti gula aren, buah-buahan,
tukang parkir, pedagang makanan
pikulan, losmen-losemen dan hotel.
Semuanya menikmati ledakan pelanggan yang Luar biasa sehingga
mendongkrak pendapatan per Kapita di daerah ini.
Kami bertemu dengan Romo Agustinus Parso Subroto MSF yang
memimpin misa di Kapel Gua Maria
Kerep. Romo Agustinus Parso Subroto MSF, juga bertindak sebagai
penanggung jawab pembangunan
gedung gereja dan gedung Pastoran
Paroki Kristus Raja Semesta Alam,
Tegalrejo, Salatiga. Setelah selesai
misa, kami terketuk untuk membagi berkat yang telah kami dapatkan
dari Tuhan dan terkumpul sejumlah
dana sebesar Rp 23,550,000.- sebagai pernyataan kasih dari Wilayah
V paroki St Stefanus Jakarta yang
akan kami sumbangkan.***
17. SEPUTAR PAROKI
Pelayanan PRIMA dengan
Sepenuh HATI
Frans Jonosewoyo
D
alam rangka meningkatkan
pelayanan oleh karyawan
yang bekerja di paroki, pada
tanggal 14 Oktober 2016, bagian
Personalia Paroki St.
Stefanus
mengadakan pelatihan sehari bertemakan, ”Pelayanan sepenuh hati.”
Acara yang diadakan di gedung Leo
Dehon, mulai pk. 09:00 s/d 18.30
WIB, di ikuti oleh 30 karyawan
paroki dan beberapa karyawati yang
bekerja di Poliklinik, serta relawan
seksi PSE (Pelayanan Sosial Ekonomi). Dengan pelatihan ini, diharapkan adanya pola pikir (mindset) dan
semangat yang baru, sehingga para
karyawan dapat melayani umat secara lebih baik.
Pelatihan ini dipimpin oleh Bapak
Andreas Hengky Gosyanto, seorang
professional yang sangat kompeten
di bidang pembinaan sumber daya
manusia, dan aktif melayani paroki
lain di Keuskupan Agung Jakarta.
Topik Pelayanan sepenuh hati,
lebih dikenal dengan nama Service
Excellence (Pelayanan prima) yang
banyak diberikan oleh perusahaan
besar yang memperhatikan pengembangan para karyawannya.
Konsep Pelayanan prima adalah
memberikan pelayanan bukan hanya sesuai, tetapi bahkan melebihi
yang diharapkan mereka yang dilayani, yaitu bukan hanya umat
18
tetapi siapa saja yang berhubungan
kerja dengan mereka, termasuk rekan rekan sekerjanya. Hal ini menjadi penting karena harapan dan
kebutuhan umat semakin tinggi
sejalan dengan meningkatnya pelayanan yang diberikan paroki
dan institusi umum lain, misalnya
kantor swasta, pemerintah, bank,
hotel, bahkan penjual barang dan
jasa. Semuanya semakin berpacu
memperbaiki pelayanannya, guna
mendapatkan dan mempertahankan
pelanggannya, dan tentunya demi
berlangsungnya institusi tersebut.
Langkah awal untuk meningkatkan pelayanan yang lebih prima,
kita harus mengenal SIAPA yang
dilayani dan APA kebutuhan masing-masing. Prinsip dasar Service
Excellence adalah sebagai berikut:
pertama, Customer Focused. Da-
lam hal ini, kita
harus mengutamakan kebutuhan pelanggan bukan job
focused pada apa
yang
dikerjakan
atau tugasnya sendiri. Kedua, Customer
Friendly.
Di sini kita membantu pelanggan supaya dengan mudah
memperoleh kebutuhannya. Ketiga,
Customer Trustworthy. Bagian ini
kita harus sungguh
berjuang agar bisa
dipercaya dan dapat diandalkan
untuk memberikan solusi atau jalan
keluar. Keempat adalah soal Consistent. Hal ini berkaitan dengan
tingkat pelayanan yang setiap saat
diberikan. Hanya yang mampu konsisten, yang tidak akan ditinggalkan
oleh para pelanggannya. Terakhir
adalah soal Continuous Improvement. Bagian ini tidak boleh dilupakan. Hanya yang mempunyai habitus untuk terus menerus belajar
melakukan perbaikan, akan selalu
diterima oleh para pelanggan.
Aspek lain yang perlu ditumbuhkembangkan adalah aspek komunikasi. Komunikasi yang efektif itu
terdiri dari 7% pilihan kata, 55%
bahasa tubuh, dan 38% dari nada
suara. Dalam komunikasi juga
harus memperjuangkan bagaimana
bersikap yang asertif, bukan agresif
19. SEPUTAR PAROKI
atau sebaliknya permisif. Jangan
mengabaikan soal penampilan;
pakaian, kondisi tubuh, dan bahkan
senyum, sangat perlu mendapatkan
perhatian.
Pada pelatihan ini, peserta
berlatih keterampilan menyapa, pilihan kata-kata, etika menerima telepon, menjawab pesan baik email dan
short message melalui sms,
whatsapp, BBM dan lain sebagainya. Pada session terakhir, peserta diminta membuat commitment perbaikan,
apa yang akan dilakukannya.
Para peserta secara umum menilai dan merasakan bahwa materi
pelatihan sangat bermanfaat dan
sesuai kebutuhan. Para pengajar yang ahli, berpengalaman dan
pelatihan yang dilakukan dengan
cara interaktif, membuat semua peserta dengan antusias terlibat aktif
mengikuti pelatihan, bahkan secara
spontan bersedia menambah waktu
pengajaran melebihi yang dijadwalkan semula. Semoga dengan bekal
yang didapat, diharapkan pelayanan yang mereka berikan dapat terus
lebih baik, bukan sekedar demi berlangsungnya institusi kita, jauh lebih penting adalah demi kemuliaan
Allah.***
Penulis adalah Bagian Personalia Gereja St.
Stefanus
ULANG TAHUN PDKKPAGI
S
ebagai ungkapan syukur
dalam rangka ulang tahun
PDKK –PAGI St. Stefanus
yang ke 29 pada tanggal 23 September 2015 yang lalu, diadakan
Perayaan Ekaristi kudus di Gedung
Leo Dehon lantai 3 pukul 10 pagi.
Acara yang cukup meriah dihadiri
oleh lebih dari 125 orang.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh
Rm. Yohanes Rasul Edy Purwanto,
Pr. Homili diambil dari bacaan harian tanggal 23 September : Ezr.9:5-9
dan Injil Luk.9:1-6. Intinya tentang
Perutusan untuk kerajaan Allah
29
th
2020.
SEPUTAR PAROKI
dan sesama. Jangan
ada kelekatan/ketergantungan
pada
sarana, perutusan
harus menjadikan
kita kreatif, penuh
inisiatif.
Selesai homili, seperti biasa lagu mars
PDKK Pagi St Stefanus dengan judul
“SETIALAH”
dinyanyikan bersama
seluruh team dan
Romo.
Acara ditutup dengan pemotongan
tumpeng ulang tahun oleh koordinator PDKK Pagi St Stefanus, Ibu
Lenny Anwar dan makan siang bersama. Tuhan memberkati!(AA)***
ULANG TAHUN
KOPERASI BUDI ASIH
S
ebagai ungkapan syukur dalam merayakan hari jadinya
yang 31 pada tanggal 28 Oktober, Koperasi Budi Asih mengadakan makan siang bersama di
Gedung Leo Dehon lt.2. Acara dimulai pukul 12.00 WIB diawali sambutan dari Ketua Umum Koperasi
Budi Asih Ibu Theresia Patty, dalam sambutanya beliau mengajak
kita untuk memanfaatkan Koperasi
Budi Asih sebagai wadah untuk me-
nabung buat masa depan dan meminjam dikala kita membutuhkan
modal untuk usaha dan keperluan
lainya, beliau juga berharap semoga
kedepanya Koperasi Budi Asih semakin maju, aset dan anggota-nya
terus bertambah. Acara selanjutnya
doa pembukaan oleh Rm. Antonius
Sumardi SCJ dan pemotongan kue
ulang tahun serta diakhiri makan
bersama. Acara yang dikemas secara sederhana ini dihadiri hampir
21
seluruh karyawan gereja St. Stefanus, Anggota PSE dan Karyawan
Poliklinik serta pengurus dan pengawas Koperasi Budi Asih sendiri,
kurang lebih 40 orang hadir. Tujuan
diadakan makan bersama ini untuk
menjalin silatuhrahmi antar sesama terutama para karyawan yang
berkarya dalam naungan gereja St.
Stefanus agar terciptanya keakraban dan kerjasama tim yang solid.
kak naik aset dan anggotanyapun
terus bertambah, jam operasional
pelayanan dibuka setiap hari, sudah
memiliki karyawan harian, kondisi
keuanganyapun terus stabil, pendidikan dan pelatihan untuk pengurus, karyawan dan anggota terus
dilakukan begitupun dengan pembenahan mulai dari pengurusan surat
domisili, SIUP,NPWP dan pergantian rekening serta pengalihan dari
Sedikit menengok kebelakang memang tak bisa dipungkiri koperasi
Budi Asih mengalami jatuh bangun,
baru sekitar enam tahun belakang
ini koperasi Budi Asih terus merang-
system manual ke komputerisasi.
Saya yakin tak lama lagi koperasi
Budi Asih akan menjadi koperasi
yang mandiri dan sejahtera. (KJ) ***
22. SEPUTAR PAROKI
Paroki Cilandak –
St. Stefanus, Paroki
Blok B – St. Yohanes
Penginjil,
Paroki
Blok Q – Sta. Perawan Maria Ratu,
Paroki Jagakarsa –
Ratu Rosari, Paroki
Pasar Minggu – Keluarga Kudus, dan
Paroki Tebet – St.
Fransiskus Asisi.
M
enyambut persiapan
Keuskupan Agung
Jakarta Youth Day
2015, yang akan
dilaksanakan
di
Buperta Cibubur
pada tanggal 21
- 22 November
2015 Dekenat Jakarta Selatan menyelenggarakan “Dekenat Selatan
Youth Day” di Gedung Leo Dehon
Lantai 4 pada tanggal 31 Oktober
2015 yang lalu. Adapun tema dari
acara itu adalah “Gue OMK Untuk
Indonesia”. Seperti yang kita ketahui, Dekenat Selatan terdiri dari
Perayaan Ekaristi Kaum Muda
Inkulturatif Bergaya Betawi menjadi pembuka dalam acara ini. Perayaan Ekaristi tersebut berlangsung
dengan hikmat dalam pimpinan Rm.
Paulus Setiadi, SCJ. Kendatipun
Perayaan Ekaristi bergaya betawi,
23
laksanakan Pelantikan
Pengurus Seksi Kepemudaan Dekanat Selatan Keuskupan Agung
Jakarta yang baru.
Yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai
penampilan kreativitas
dari setiap paroki. Termasuk Talk Show yang
bertema “Break Your
Limit”.
Talk Show tersebut dibawakan oleh saudara
tapi untuk dresscode
yang dipakai bertemakan
perjuangan,
mengingat acara tersebut masih tidak begitu
jauh dari Hari Sumpah
Pemuda. Berbau dengan hal perjuangan
tentu adalah ciri khas
anak muda. Tidak luput pembacaan
Sumpah Pemuda, menjadi pengingat untuk semua orang muda yang
hadir akan kecintaan pada tanah
air. Bertepatan dengan itu pula, di-
kita Vigara dan Cynthia. Adapun
narasumber yang menjadi pembicara dalam talk show tersebut
adalah Michael Carlos da Lopez
dari
Grup
Acapela Indonesia Jamaica Café,
Leonardus
Kamilius selaku Founder & CEO Koperasi Kasih Indonesia
(KKI) dan Nicholas Harto Wijaya
24. SEPUTAR PAROKI
sebagai Founder Rumah Belajar Indonesia Berbasik STEM.
Selesai acara talk
show, disusul dengan
penampilan kembali
kreativitas
setiap
orang orang muda
paroki. Dan ditutup
dengan “Mini Party”
di lantai 3.
Semoga dengan sudah terselenggaranya acara Dekenat Selatan Youth
Day dan penampilan orang-orang
terbaik dari paroki-paroki kita tersebut, semakin menginspirasi orang-
orang muda sedekanat selatan menjadi orang muda yang berani keluar
dari batas, berani berbuat dan menjadi berkat buat orang-orang sekitarnya.(Pr, Foto ADS)***
Peringatan Hari
Orang Beriman
S
etiap tanggal dua November,
Gereja Katolik memperingati
hari arwah orang beriman.
Paroki ataupun Keuskupan akan
mengadakan misa khusus untuk
mendoakan arwah jiwa-jiwa orang
beriman yang telah terlebih dahulu
dipanggil oleh Allah Tuhan kita.
Tentu tidak ketinggalan juga Paroki
St. Stefanus, ikut serta mengadakan
perayaan misa tersebut.
Misa di paroki St. Stefanus dimulai pukul 18.00 WIB, diawali dengan doa Malaikat Allah kemudian
Arwah
dilanjutkan dengan pembacaan
nama-nama keluarga yang mendoakan sanak saudaranya yang telah meninggal. Banyak umat yang
hadir dalam perayaan ini, ada yang
membawa bunga maupun foto dari
keluarganya. Perayaan ini dipimpin
oleh Rm. Paulus Setiadi, SCJ. Dalam homilinya, beliau menegaskan
bahwa kehidupan manusia merupakan peziarahan, baik yang masih di
dunia maupun yang sudah meninggal semua tertuju padaNya. Maka
kita perlu menyadari dan mempersiapkan diri sebab tidak seorangpun
25
yang tahu kapan Tuhan memanggil kita. Jika kita melihat saudara/i
yang telah meninggal dalam figura,
apakah kita pernah berpikir bahwa
suatu saat foto kita yang ada didalam figura itu? Karena itu mari kita
mempersiapkan diri untuk menyosong Tuhan yang datang memanggil
kita.
Selesai homili, romo membakar
salah satu kertas ujud sebagai simbolis yang kemudian nantinya seluruh kertas-kertas ujud akan dibakar
oleh para misdinar sesudah misa.
Tujuan kita memperingati hari arwah orang beriman adalah untuk
mendoakan mereka agar mendapatkan tempat dalam kerajaan Surga,
terutama bagi mereka yang kini
masih berada di dalam api penyucian. Dengan permohonan lewat doadoa kita, tentunya kita mempunyai
harapan agar saudara saudari kita
yang masih berada di api penyucian,
diangkat dan mengambil bagian dalam kerajaan surga, seperti yang
dikehendaki oleh kita bersama dan
seperti janji dan kehendak Allah
bagi kita.
26
Dalam iman kita yang teguh akan
Yesus Kristus, Sang penyelamat
umat manusia, maka mendoakan
arwah orang beriman yang telah
meninggal dunia adalah sebuah
tindakan kasih yang dapat mempersatukan kita sebagai anak-anak
Allah yang sejati. Makna doa yang
kita panjatkan ke hadirat Allah,
lebih-lebih bernada permohonan
demi pengampunan dosa mereka,
selain itu karena sumber dan puncak dari iman Katolik terletak pada
“Sengsara, Wafat, dan Kebangkitan Kristus, Sang Juruselamat kita
yang kekal”. Dari sinilah kita diajak
oleh Gereja untuk turut mendoakan
orang yang telah meninggal dunia.
Kematian saudara/i kita mesti dimaknai secara teologis dalam tiga
hal yakni “Sengsara, Wafat, & Kebangkitan Kristus”.
Oleh sebab itu, Gereja Katolik secara universal turut mendoakan
arwah orang beriman yang telah
meninggal dunia. Karena siapa pun
yang telah menerima sakramen
Baptis dari seorang imam, dia telah
sah menjadi anak Allah sejati dan
ksepadanya dikarunia Roh Kudus
yang senantiasa membimbingnya
seumur hidup.
Nah, lewat penerimaan Sakramen
Baptis, kita bukan saja menerima
dua tanggung jawab di atas melainkan diharapkan untuk mempertanggung jawabkan iman Katolik
kita sampai akhir hayat hidup kita
sebagai orang beriman. Pada suatu
saat kita akan mengalami situasi
yang sama yakni KEMATIAN.
Maka selain mendoakan keselamatan mereka, kita pun telah mendoakan keselamatan diri kita, bilamana maut merenggut hidup kita
kapan saja.(Pr, sketsa DS)***
Dengan mendoakan orang
yang telah meninggal dunia, maka sebenarnya kita
sudah membantu meringankan beban dosa dari para arwah
itu sendiri. Hukuman dalam bentuk apa pun yang kita alami
di dunia ini tak sama bandingnya dengan hukuman di dunia
akhirat.
28. SEPUTAR PAROKI
BAKTI SOSIAL
Penutupan Tahun Syukur
D
alam rangka penutupan
Tahun Syukur, Dewan
Paroki St. Stefanus menyelenggarakan bakti sosial pada
Sabtu, 7 November 2015 di Gedung Leo Dehon. Bakti sosial
yang pertama kali diselenggarakan ini dipanitiai oleh
Seksi Pengembangan Sosial
Ekomomi (PSE), Paguyuban
Alumni Kursus Evangelisasi
Pribadi (PAK) dan Seksi
Hubungan Antara Agama dan
Kemasyarakatan (HAAK).
Adapun jenis pemeriksaan antara
lain adalah Pemeriksaan Gigi dan
Mulut, Pemeriksaan Mata dan Pemeriksaan Perbaikan Gizi dan Penyuluhan. Untuk jumlah tenaga Medis yang bertugas ada sebanyak 40
orang yaitu dari Perdami 10 orang,
2 orang dokter mata, 8 orang dokter
umum, 9 dokter gigi dan selebihnya
adalah tenaga volunteer dari Paroki
St. Stefanus.
Saat ditemui, bapak Iwan Gunadi
sebagai Koordinator dan Ibu Lili
Sunarto sebagai sekretaris, mengatakan bahwa dibutuhkan persiapan
selama 2 bulan untuk penyelenggaraan bakti sosial ini. Sosialisasi
baksos tersebut disebar di RT/RW
lingkungan Gereja St. Stefanus,
tujuannya tentu saja selain untuk
berbagi kepada sesama, adalah
untuk membuat warga menyadari
keberadaan adanya poliklinik St.
Stefanus yang dapat membantu
warga sekitar memeriksakan diri.
Bakti sosial yang dimulai dari jam
07.00 WIB sampai sore ini ternyata
disemarakkan oleh berbagai sponsor makanan anak-anak. Tentu saja
dikemas dalam bentuk goody bag,
yang kemudian dibawa pulang sebagai bingkisan seusai pemeriksaan.
Menurut dr. Victor Christ Hasudungan Napitupulu, Sp.M, sebagai salah satu dokter mata dari
PERDAMI, berdasarkan hasil pemeriksaan di bakti sosial tersebut,
kebanyakan dari anak-anak yang
diperiksa cenderung menderita Refraksi Mata. Refraksi mata adalah
kelainan pembiasan pada mata.
Dimana sinar sejajar yang jatuh ke
bola mata kemudian dibiaskan oleh
media refrakta dalam sumbu orbital
tidak tepat pada retina. Kelainan
refraksi mata hanya dapat ditanggulangi atau disempurnakan penglihatannya dengan menggunakan media kacamata untuk mempertajam
penglihatan. Sehingga disarankan
untuk menggunakan kacamata.
Hasil pemeriksaan anak-anak yang
29
positif menderita refraksi mata pada
baksos tersebut, akan diberikan surat rujukan ke dokter mata atau ke
optik untuk kemudian diberikan kacamata. Disarankan untuk seluruh
orang tua agar mulai dari sejak dini
sudah memperhatikan tingkah laku
anak pada saat membaca, menonton
TV atau melakukan aktivitas yang
membutuhkan konsentrasi mata
anak agar ketidaknormalan pada
mata anak dapat terdeteksi lebih
awal.
Sementara menurut dokter dari
bagian Perbaikan Gizi dan Penyuluhan, dr. Wati dan dr. Ilse, pemeriksaaan gizi dari anak-anak tersebut
sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari ukuran berat badan dan
tinggi badan yang sudah sesuai
dengan kartu menuju sehat. Untuk
anak-anak yang sekiranya masih
membutuhkan penambahan gizi,
akan dirujuk ke poliklinik St. Stefanus untuk mengambil vitamin.
Yang menarik dari peserta yang ikut
dalam bakti sosial ini adalah dua
orang anak berusia 4 dan 5 tahun
yang memiliki “hobby” yang cukup
aneh dan langka. Dikatakan demikian karena Fikha (4) ternyata hobby
memakan batu bata dan Siti Kafilah
(5) sang kakak juga hobby meminum
minyak telon. Saat ditanya kepada
sang ibu, beliau hanya mengatakan
tidak tahu mengapa kedua anaknya
memiliki kebiasaan yang langka itu.
Menurut beliau, kedua anaknya sudah pernah dibawa ke dokter, tetapi
tidak ada hasil pemeriksaan yang
aneh. Siang itu, seusai melakukan
pemeriksaan di baksos tersebut, si
30
ibu dan kedua anaknya pun dirujuk
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke Poliklinik St. Stefanus. Semoga saja dengan dirujuknya kedua
anak tersebut, dapat membantu
memperbaiki kebiasaan sang anak
yang aneh tersebut. (PR)****
Tempat/Tgl Lahir: Yogyakarta, 15 November 1942
Tahbisan: Tugumulyo, 14 Desember 1972
Meninggal: 9 November 2015
31. SEPUTAR PAROKI
Bpk. Zakarias Aci
P
aroki St. Stefanus memulai
suatu tradisi baru, yakni
mengadakan
perpisahan
secara khusus untuk melepas
karyawan yang telah menyelesaikan
masa bakti. Pada tanggal 30 Oktober
yang lalu, paroki mengadakan acara
perpisahan dengan Bapak Yohanes
Bejo, di Gedung Leo Dehon, lantai
2.
Dalam acara tersebut, diundang secara khusus, tentunya Bapak Bejo
dan Istri, seluruh karyawan paroki,
dan semua gembala kita; Romo Sumardi, Romo Setiadi, Romo Martin,
dan Frater Surya. Anggota Dewan
Paroki Harian yang hadir adalah
Bapak Edy Cahyanto, Bapak Pangestu, Bapak Frans Jonosewojo, Ibu
Endang Surastri, Bapak Bambang
Sutarsono dan Bapak Suhartono.
Mengawali acara perpisahan ini,
diadakan serangkaian kata sambutan, yaitu kata sambutan dan ungkapan terima kasih atas nama umat
paroki oleh Romo Sumardi. Tidak
ada ungkapan yang lebih indah
dalam situasi seperti ini, kecuali
ungkapan dari hati yang paling da-
lam, “Terima kasih Bapak Bejo atas
pengabdiannya selama ini. Semoga
berkat Tuhan senantiasa melimpah
dalam kehidupan Bapak Bejo dan
sekeluarga.” Sambutan yang kedua
menyusul dari Bapak Frans Jonosewojo sebagai Kepala kekaryawanan. Tidak begitu berbeda dengan
sambutan pertama, Bapak Frans
menyucapkan banyak terima kasih
dan penghargaan yang tulus atas
pelayanan Bapak Bejo yang penuh
dengan dedikasi. Setelahnya, diserahkan kepada Bapak Bejo, piagam
penghargaan masa kerja, masa bakti 1999 - 2015 oleh Romo Sumardi.
Kemudian diserahkan surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai karyawan yang telah
memasuki masa pensiun oleh Bapak
Eddy Cahyanto, mewakili Dewan
Paroki Harian.
Tiba giliran Bapak Bejo untuk menyampaikan pesan dan kesan. Dengan segala pengalaman kerja yang
ada, Bapak Bejo merasa bersyukur
kepada Tuhan dan berterima kasih
32
kepada semua pihak
yang telah memberi
kepercayaan
dan
kesempatan untuk
mengabdi
kepada
Gereja. Ia juga mohon maaf atas segala pengalaman atau
prestasi kerja yang
tidak
menyenangkan. Akhirnya, dengan ketulusan hati,
ia mohon doa dan
dukungan agar dimampukan
untuk
menjalani masa pensiun dengan tenang
dan bahagia. Tiga
wejangan
disampaikan oleh Romo
Setiadi, Bapak Bambang Sutarsono dan Frater Surya.
Semuanya mengalir dan mengarahkan kepada suatu dukungan dan
penguatan agar Bapak Bejo dan
keluarga diberi rahmat yang berlimpah di dalam segala aktivitas
kehidupan. Hidup penuh syukur,
begitulah inti semua wejangan.
Puncak acara perpisahan, diserahkan piagam kenang-kenangan dari
PPG dan Personalia. Kemudian
dilengkapi rasa syukur itu dengan
santap malam dan ramah tamah,
serta dengan gembira bernyanyi
dan berjoget poco-poco. ***
33. SEPUTAR PAROKI
Pelayanan Penuh Rasa Syukur
Penuh dinamika, penuh tantangan, dan
sarat upaya untuk terus berpegang pada
prinsip utama kelompok: “Sing for God,
Joy, and Friendship”. Selama 29 tahun,
dinamika itulah yang terasa kental dalam
tubuh kelompok koor Providentia Dei
(Penyelenggaraan Ilahi).
Bermodal motto tersebut, tim paduan
suara ini terus termotivasi untuk tampil
istimewa di hari dan penugasan biasa.
Tampil istimewa di hari istimewa adalah
hal biasa.
Sejak awal tahun, mendekati hari ulang
tahun ke-29 banyak anggota Providentia
Dei dengan antusias memikirkan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk memperingati
kejadian yang penting itu. Dorongan awal
seperti pada umumnya orang berulang
tahun adalah bagaimana merekatkan
ikatan persaudaraan internal dalam tubuh
Providentia Dei-yang lahir 14 Agustus
1986.
Muncul ide untuk meningkatkan
kebersamaan dengan melakukan piknik
bersama demi lebih saling mengenal
antaranggota, menjadi lebih solid. Tidak
heran karena anggotanya sekarang lebih
bervariasi secara umur, yang terentang dari
anggota angkatan pertama hingga anggotaanggota baru yang usianya separoh dari
anggota-anggota lama. Namun, jangan
salah, tidak ada sekat dalam pergaulan
antaranggota.
Berbagai usulan diajukan untuk
menandai usia fenomenal itu, the last
twenty. Semua menginginkan suatu
kegiatan yang bakal dikenang dan tidak
jauh dari makna penyelenggaraan ilahi.
Gagasan konser kurang mendapatkan
34
dukungan karena anggota menyadari
bahwa mempersiapkan konser secara
serius membutuhkan waktu dan tenaga
yang tidak sedikit. Padahal, latihan sekali
seminggu saja kadang ada yang terlambat
dan kadang tidak lengkap.
Di sisi lain, semangat berlatih dan
dedikasi anggota kelompok paduan suara
pimpinan August Handoko ini tinggi.
Dua tahun terakhir, kami melakukan
Choir Clinic tiga bulan sekali. Dalam
pelatihan intensif ini, kami dilatih
mulai dari cara bernapas, teknik-teknik
mengeluarkan
nada-nada
tertentu.
Bagaimana menciptakan suara bapakbapak anggota bas agar benar-benar bisa
menjadi “jangkar”, atau bagaimana para
ibu di kelompok sopran bisa mengurangi
suara-suara kecil melengking.
Dan,
meskipun
klinik
tersebut
berlangsung dari pagi hingga sore hari,
bisa dikatakan seharian, justru para
anggota ketagihan. Pada setiap klinik
yang absen bisa dihitung jari. Anggota
seluruhnya ada 40 orang. Sebenarnya ada
alasan lain, selain menimba ilmu vokal dan
paduan suara, kesempatan klinik menjadi
semacam “piknik” karena kadang-kadang
dilakukan di luar kota Jakarta. Tidak
jauh sebenarnya, hanya ke Sentul atau ke
Puncak.
Dari pelatihan-pelatihan melalui klinik
tersebut, semakin lama anggota-anggota
Providentia Dei (PD) pun semakin “pede”
(percaya diri) sehingga gagasan konser
telah menjadi gagasan yang tak lagi asing.
Sayangnya, akhirnya disadari bahwa
persiapan sebuah konser membutuhkan
komitmen dan waktu yang cukup panjang.
Waktu yang tersisa tak lagi memadai.
Pemikiran untuk merayakan ulang
tahun mulai bergulir sekitar bulan April,
dan dari berbagai tawaran dan ide,
akhirnya diputuskan, kami akan beramaramai berwisata ke Medan. Namun
ada catatan penting, yaitu kami tidak
akan meninggalkan misi utama yaitu
melakukan penyelenggaraan Ilahi dengan
memuliakan namaNya.
Maka surat menyurat pun dilayangkan
ke Gereja St. Perawan Maria yang
Dikandung Tak Bernoda Asal, Katedral
Medan. Menawarkan diri untuk mengisi
salah satu Misa dengan melantunkan pujian
bagi Tuhan. Gayung bersambut. Rekan
Mawar dan Ibu Betsy adalah dua anggota
35
35
kami yang berasal dari Medan. Maka,
mereka pun dengan suka rela direpoti
dengan berbagai urusan. Mulai dari
menetapkan tujuan wisata, menyiapkan
oleh-oleh, dan sebagainya. Sementara itu,
semua anggota lantas bekerja keras untuk
menyiapkan lagu-lagu yang khusus dipilih
untuk disajikan di Katedral Medan. Dua
lagu Batak tak lupa disiapkan, yaitu Sik
Sik Sibatumanikam dan Rumbado.
Tanggal 27 Agustus, rombongan terdiri
dari 42 orang beramai-ramai terbang
ke Medan. Dibuka dengan acara makan
yang “maknyus” di Medan, hari pertama
diakhiri dengan acara bernyanyi dan
berjoget penuh keriaan.
Selanjutnya, kunjungan ke Danau Toba
yang indah dan menyenangkan antara
lain karena tawaran tenun ulosnya yang
membuat beberapa ibu merogoh koceknya,
lengkap dengan acara menari tor-tor yang
dijiwai dengan penuh semangat, berjalan
menyenangkan. Menurut pemandu wisata
di sana, kelompok kami adalah kelompok
yang “penuh semangat”. Acara minum
kopi di Pematang Siantar dengan hawa
sejuknya memompa semangat kami.
Sepanjang perjalanan tak henti suara
nyanyian dan canda mewarnai udara
Medan dan Brastagi yang “berkabut tipis”
akibat asap kebakaran hutan.
Meski Danau Toba hanya nampak
sayup-sayup karena tertutup kabut asap
tipis, keceriaan tak berkurang. Akibatnya
jelas, sebagian anggota mulai terserang
sakit tenggorokan, terlalu banyak tertawa
dan bercanda-ria
Sampai-sampai
Berto,
panggilan
buat Albertus Wahyu Daryono, sang
dirigen merangkap pelatih vokal kami
menunjukkan wajah khawatir. Sebab,
kami baru akan bernanyi di Katedral di
akhir kunjungan yaitu di hari Minggu, 30
Agustus 2015.
Menyadari bahwa jika ada anggota yang
sakit maka tim paduan suara akan “sakit”
juga, anggota-anggota yang sehat dengan
heboh menawarkan segala jenis penawar
gangguan tenggorokan. Ninik, Connie,
Triani, Margaret, dan beberapa teman
menyumbangkan “obat” untuk rekan yang
suaranya hilang. Syukurlah pada hari-H
suara itu telah kembali.
Rekreasi tak hanya mengunjungi tempat-
36
tempat wisata, namun juga mengunjungi
Gereja Graha Maria Annai Velangkani
di Medan. Bangunan gereja yang unik
penuh dengan simbol spiritual. Bangunan
inkulturatif Batak dengan kultur India
yang didirikan oleh Pastur James Bharata
Putra, SJ yang berdarah India menjadi satu
tujuan ziarah yang ramai dikunjungi.
Gereja ini menyimpan cerita “mukzizat”
karena saat terjadi kebakaran di tempat
tinggal pastur, uang untuk membangun
gereja tetap utuh di penyimpanan di pojok
ruangan. Di sini kami melantunkan dengan
penuh khidmat lagu Ave Maria.
Puncak kunjungan. Hari Minggu sejak
subuh semua telah bersiap dan semua
berwajah ceria karena telah rekreasi
sebelumnya
telah
menghilangkan
ketegangan. Maka lagu-lagu seperti Damai
dan Sejahtera, serta Hear My Prayer, dan
Ordinarium Misa Kita II meluncur cukup
mulus. Bertho pun banyak tersenyum. Dan,
Pastur Eko, PR pun tersenyum cerah.
Romo yang berasal dari Sragen,
Jawa Tengah ini seakan mendapatkan
kunjungan dari sanak saudara sendiri.
Acara persembahan bagi Tuhan di gereja
tersebut bermakna lebih bagi Ibu Betsy
dan Mawar. Ibu Betsy menerima komuni
pertamanya di gereja tersebut, sedangkan
Mawar menerima Sakramen Pernikahan
di gereja yang sama. Umat yang melimpah
hingga ke halaman gereja pun menyambut
kami dengan meriah dan memberikan
salam khusus di akhir misa.
Perpisahan berlangsung berat. Waktu
pertemuan yang demikian singkat
menorehkan kesan mendalam, sehingga
secara spontan tanpa aba-aba Berto,
kami pun mendendangkan Sik Sik
Sibatumanikam dan Rumbado. Semua
tersenyum lebar dan mencoba menari tortor. Dan, keceriaan itu diakhiri dengan
foto bersama di pelataran Katedral Medan.
Selamat jalan..., selamat tinggal...majuahjuah....
Dan, dengan rasa bahagia dan puas,
rombongan pun menenteng pulang
bingkisan oleh-oleh berisi kopi, pancake
durian, durian segar, serta kopi Sidikalang,
srikaya, dan banyak lagi. Semua tentengan
terbungkus rapi atas jerih payah Richardo
dan teman-temannya yang tak kenal lelah
mendampingi kami yang terus heboh di
sepanjang kegiatan.
Pesan Pak August yang kami pegang
teguh yaitu, “Ini merupakan perjalanan
untuk mengungkapkan syukur karena
Providentia Dei telah berhasil melewati
segala dinamika dan tantangan. Kita
37
37
harus menghargai semua kerja keras
rekan yang menyiapkan acara.” Maka
benarlah, acara berlangsung tanpa ada
komplain dan berlangsung penuh rasa
kekeluargaan. Heboh, akrab, sekaligus
menjadi perjalanan penuh syukur.
Rangkaian “perayaan” ternyata berlanjut
dengan datangnya undangan untuk ambil
bagian dalam Konser “Prayer” yang
diadakan oleh Komunitas Soli Dei. Konser
yang digelar di Gereja Santa Perawan
Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta.
Mulailah kerja keras diiringi rasa waswas,
terutama menurut apa yang kami rasakan,
ada pada sang dirigen. Akhirnya kami
akan tampil juga.
Namun, Berto dengan sangat luar biasa
memberi motivasi dan target yang bagi
kami agak di awang-awang. Maklum,
lebih dari separoh anggota telah berusia
di atas 50 tahun bahkan ada yang sudah
melewati angka 70. Berto mematok target:
menyanyi acapella. Woow... kalau boleh
berkeringat dingin pasti semua sudah
berkeringat dingin. Dua lagu dipilih: Hear
My Prayer dan Lead Me Lord. Sungguh
tidak mudah bagi kami. Kepercayaan diri
mesti dihimpun, karena kami berbagi
panggung dengan empat grup paduan
suara lainnya.
Waktu latihan yang efektif tinggal enam
kali dijalani secara spartan dan militan.
Anggota berupaya keras dan berkali-kali
membuat Berto kecewa dengan hasilnya.
Banyak anggota yang masih terlihat
tertekan saat bernyanyi. Nada turun sudah
menjadi langganan kritik.
Hari-H tanggal 17 Oktober 2015 tiba,
tiga hari setelah latihan terakhir mencoba
“panggung” yang dirasa cukup baik
hasilnya. Kami berdoa, semoga Tuhan
memampukan kami memberikan yang
terbaik. Setiap orang menjaga sendiri
suaranya. Itu pesan Berto. Sesuai harapan
kami, dua lagu meluncur dengan lancar.
Kata Berto, adrenalin kami tinggi. Tepuk
tangan yang hadir seperti siraman air
dingin yang menyegarkan.
Demikian bersyukurnya kami, hingga
kami memberanikan diri untuk berbagi
dengan khalayak dan mengunggahnya
ke Youtube. Sejarah baru ditorehkan:
Providentia Dei bernyanyi acapella
dalam sebuah konser dan berbagi melalui
Youtube.
Perjalanan wisata dan konser tahun 2015
kami maknai sebagai sebuah perjalanan
spiritual: bagaimana bisa terus bersyukur,
saling menghargai, saling mendukung,
dan pada akhirnya adalah semua demi
Penyelenggaraan
Ilahi
(Providentia
Dei)..... (Brigitta)
LIPUTAN
ARDAS
39. PROFIL
Kematian,
Bukan Akhir dari Segalanya
Tyo-MediaPASS
D
alam edisi ini, akan
diperkenalkan
sosok
keluarga sederhana yang
tinggal di daerah Cilandak Jakarta
Selatan. Keluarga ini adalah
keluarga Bapak Yustinus Untung
dengan istri bernama Lucia Supriyati
dan bersama kedua putrinya,
bernama Fransiska Eva Puspita
Sari dan Monica Selvia Sari. Bapak
Untung dan Ibu Lucia lahir di kota
yang sama, yakni di Gunung Kidul,
dan saat ini Bapak Untung bekerja
sebagai karyawan swasta dan Ibu
Lucia sebagai Guru TK Charitas.
Untuk putri pertamanya, saat ini
bekerja sebagai karyawan swasta,
sedangkan putri bungsunya masih
kuliah semester VII di kampus UPN
Veteran Pondok Labu. Keterlibatan
Bapak Untung di Lingkungan
sekarang ini sebagai seksi kematian,
sedangkan ibu menjadi anggota
WKRI Lingkungan. Putri-putrinya
pun juga tergabung dalam Orang
Muda Katolik.
Bapak Untung sudah menjalani
tugas sebagai seksi kematian
kurang lebih 10 tahun lamanya,
dan tentunya mengalami sukaduka dalam bertugas. Pengalaman
40
40
yang diperoleh selama ia menjadi
seksi kematian diantaranya adalah
melayani atau membantu prosesi
kelancaran pemakaman, membantu
dalam hal mengurus makam, dan
mengurusi surat-surat kematian.
Dari beberapa pengalaman itu,
terkadang ia terbentur dengan
masalah pekerjaannya, khususnya
ketika ada warga Lingkungan
yang meninggal dunia, sementara
itu ia tidak di rumah atau sedang
bekerja. Namun dari semua yang
dialaminya, ia bersyukur karena
semunya bisa diatasi dengan baik
dan lancar tanpa ada hambatan.
Allah telah menyediakan tempat
kediaman yang baru, yaitu Surga.
Pengalaman Keluarga dalam
Situasi Krisis
Bapak
Untung
berkenan
mensharing
pengalaman
keluarganya. Keluarganya pernah
mengalami cobaan yang luar biasa,
yang terjadi pada putri pertamanya,
Eva. Pada saat itu putri pertamanya
seperti menghadapi kematian dalam
hidupnya. Peristiwa itu terjadi pada
tahun 2005, di mana pada saat itu
Eva masih duduk di kelas 2 SMK.
Eva menderita penyakit kelainan
darah dan di rawat di RS Carolus
Arti Kematian di Mata Bapak
Untung
Bapak Untung mensharingkan
arti tentang kematian. Berdasarkan
imannya sebagai orang Katolik,
ia menyakini
bahwa kematian
itu merupakan titik akhir dari
perjalanan hidup manusia di dunia
ini. Titik akhir dari masa rahmat
dan masuk alam kehidupan yang
terakhir. Kehidupan terakhir ini
tidak ditentukan oleh seberapa
besar kita melaksanakan hukum
cinta kasih yang merupakan hukum
yang utama, melainkan melulu
berkat belas kasih Allah. Kematian
bukanlah hal yang menakutkan,
karena kematian telah dikalahkan
oleh kebangkitan Kristus dan bahkan
kematian sekalipun tidak dapat
memisahkan kita dari kasihNya.
Maka, oleh jasa Kristus ini, ketika
tubuh kita mati, tempat kediaman
kita di bumi ini dibongkar, karena
Eva
Jakarta Pusat. Selama dalam
perawatan minggu pertama, tidak
ada perkembangan dan saat itu pula,
Eva sempat diberi Sakramen Minyak
Suci. Karena dalam satu minggu
itu tidak ada perubahan, keluarga
Bapak Untung harus mencari
kantong darah ke PMI atas anjuran
dokter, Eva harus ditambah darah
trombosit sebanyak 20 kantong
dan belum ada perubahan. Selama
5 hari, Bapak Untung berjuang
41
41
untuk mendapatkan kantong darah
PMI untuk diteruskan ke rumah
sakit dan berhasil mendapatkan
24 kantong darah tambahan,
untuk segera didonorkan kepada
Eva guna pemulihan penyakitnya.
Namun penyakit darah pada
trombositnya
sudah
mencapai
batas bawah sekitar 5000. Dapat
dibayangkan, jika seorang penderita
mempunyai ukuran trombositnya
sudah mencapai angka seperti itu,
kemungkinan besar sudah tidak
dapat bertahan hidup. Akan tetapi
pada saat itu, Eva masih mempunyai
semangat luar biasa untuk sembuh
dan selalu berdoa dengan menyebut
nama Yesus dan Bunda Maria.
Dalam perjuangannya mencari
kantong darah tambahan melalui
PMI, Bapak Untung tidak beruntung
karena sudah kehabisan stok. Ia
tidak kenal menyerah, persis seperti
putrinya, Eva yang juga tidak mau
menyerah dengan sakitnya. Maka ia
memohon pertolongan kepada warga
Lingkungan St. Timotius, Suster,
Guru dan karyawan Charitas, mau
mendonorkan darah trombositnya
untuk Eva dan akhirnya berhasil
terkumpul 4 kantong darah trombosit.
Namun, lagi-lagi setelah di proses
di rumah sakit, tetap belum ada
perkembangan. Dari pihak rumah
sakit, dokter yang merawat Eva
berinisiatif untuk tidak menambah
darah trombositnya, karena sudah
tidak ada hasil apapun.
Pada minggu ketiga, pihak rumah
sakit ingin mengambil sumsum
Silvi & Eva
tulang belakang untuk mengecek
penyakitnya, dan hasilnya pun
juga sama, tidak ada sesuatu
yang dapat merubah kehidupan
Eva. Dokter mengatakan pasrah
kepada keluarga dan menyarankan
untuk berdoa secara intensif, dan
kemudian Eva dibawa pulang hari
itu juga. Ketika tiba di rumah,
Bapak Untung mencari seorang
Imam yang bernama Romo Rohadi,
untuk membantu doa kesembuhan
Eva melalui Misa Penyembuhan di
rumah. Melalui Misa Penyembuhan
Eva oleh Romo Rohadi, Romo
Stanly, Rom Lukman dan dibantu
Romo Mulyadi, doa Novena selama
9 hari berturut-turut oleh warga
Lingkungan St. Timotius, Tuhan
berkenan memberikan mudjizatNya.
Eva
mulai
berangsur-angsur
sembuh, dan bagi keluarga Bapak
Untung, Mudjizat Tuhan Yesus itu
benar-benar luar biasa dan nyata.
Kesembuhan putrinya pada saat
itu membuat keluarga dan orangorang yang terlibat pada masa
kesembuhan putrinya juga turut
bahagia. Tuhan masih memberikan
kesempatan putri Bapak Untung
42
42
untuk berkarya di dunia ini dan
mencintai
keluarga.
Padahal
sebelumnya keluarga sudah pasrah
melihat kondisi putrinya yang
masih belum ada perkembangan
dan keluarga seperti sudah siap
seandainya Eva harus menghadapi
kematian, tetapi Tuhan menjawab
usaha-usaha dan kerja keras dari
keluarga Bapak
Untung, agar
putrinya bisa berkumpul bersama,
menjalani aktifitas kehidupan ini.
Usaha dan kerja keras keluarga
berbuah hasil dan sungguh luar
biasa.
Bapak Untung mengatakan bahwa
semua penyakit baik medis maupun
non medis akan dikalahkan oleh
kuasa Tuhan Yesus apabila kita
berdoa dengan sungguh-sungguh
dan penuh sukacita, dan hingga
saat ini putri Bapak Untung tidak
pernah lagi merasakan sakitnya
berkat dari Tuhan Yesus.
Hikmah dari Peristiwa
Kepasrahan
Dari
cerita
pengalaman
keluarganya ini, Bapak Untung
memetik pembelajaran sebagai
berikut. Ketika Tuhan masih
memberikan kesempatan bagi kita,
khususnya Eva untuk berziarah
di dunia ini, kita harus memaknai
peziarahan hidup ini dengan penuh
makna. Perziarahan ini merupakan
gambaran dari kehidupan kita yang
bergerak menuju Allah dan dengan
demikian juga menuju persekutuan
dengan sesama manusia.
Tujuan ziarah bukan hanya
untuk memperdalam pengetahuan
Kitab Suci, melainkan untuk
mendapatkan pengalaman spiritual
tertentu, dan itulah pelajaran yang
berharga sehingga keluarga Bapak
Untung masih diberi waktu untuk
memuji dan memuliakan namaNya.
Pelajaran itulah yang keluarga
Bapak Untung pergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu, Ia juga menyampaikan
bahwa
manusia
tidak
bisa
menghindar dari kematian. Bagi
umat Kristiani, kematian bukanlah
akhir dari hidup ini, tetapi kematian
adalah
sebuah
kesempurnaan
untuk hidup bersama Allah di
dalam kerajaanNya. Sehingga kita
sebagai umat Katolik harus siap
dalam menghadapi kematian nanti.
Hendaklah kita harus menggunakan
waktu kita dengan sesuatu yang
lebih bermakna, yang tentunya akan
membentuk sikap kita yang terarah
kepada Tritunggal Maha Kudus.
Tentunya kita harus beriman teguh
kepada Allah dan kerahimanNya,
menjauhkan dosa, beramal kasih,
serta menerima kematian dengan
pasrah, sehingga kita percaya
kepada Allah bahwa pada akhirnya
kita akan dibangkitkan pada akhir
zaman.****
43. ORBITAN UTAMA
Matheus Aditya Nugroho-Guru Agama Sekolah Swasta
“Tuhan berikanlah istirahat abadi dan tenang
bagi yang wafat. Beri
pengampunan segala
dosanya, kar’na mahamurah hatiMu Allah.”
(PS.712, ay 1).
U
ngkapan tersebut biasa kita
nyanyikan pada saat Perayaan Ekaristi Kematian. Lagu
tersebut mengingatkan kepada
kita bahwa kita yang hidup di
dunia pasti juga akan menuju
pada kematian. Kematian dalam arti fisik berarti berhentinya
fungsi organ-organ tubuh manusia dan tidak mampu lagi menyangga kehidupan ini.
4444
44
Hal ini menandakan bahwa manusia itu lemah dan tak berdaya
dalam arti fisik. Kematian dapat
menghampiri kita kapan saja
dan dimana saja, tidak mengenal tua ataupun muda, kaya
ataupun miskin. Suatu ketika
saya berjumpa dan berbincangbincang dengan teman saya pada
sore hari, keesokan harinya saya
mendengar kabar bahwa teman
saya itu sudah tiada.
Tentunya peristiwa tersebut sangat memukul saya, sorenya baru
berjumpa, paginya sudah tiada.
Seolah-olah kematian menghantui kehidupan kita dan hal ini
membuat khawatir ataupun gelisah kita sebagai umat manusia.
Kematian dalam sudut pandang
iman Kristiani adalah perjumpaan dengan Kristus dan dibangkitkan olehNya: “... ditaburkan
dalam kehinaan, dibangkitkan
dalam kemuliaan.” (1Kor 15:43)
“Tubuh kita yang hina ini akan
diubah oleh Yesus Kristus, sehingga serupa dengan tubuhNya
yang mulia.” (Flp 3: 21) Hidup
merupakan suatu perziarahan
manusia dan Yesus Kristus ikut
serta dalam perziarahan kehidupan manusia sampai dengan
selesainya hidup kita. Hal ini
terbukti ketika Yesus Kristus
membangkitkan Lazarus (Yoh
11: 1-44). “Lazarus, marilah
keluar!” (Yoh 11:43) Yesus me-
“Janganlah gelisah
hatimu; percayalah
kepada Allah, percayalah kepadaKu. Di
rumah BapaKu banyak tempat tinggal.
Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi ke
situ untuk menyediakan tempat bagimu.”
(Yoh 14: 1-2)
45
45
nyambut kematian kita dengan
kebangkitan yang berarti kehidupan kekal. “Kami menantikan saat itu; maut akan lenyap
diganti hidup. Semoga kami
kelak memandang wajahMu, disinari terang dalam rumahMu.”
(PS 712, ay 3)
Penggalan ayat ini menjadi
suatu peneguhan bagi kita sebagai anak-anak Allah, bahwa
kita sudah dijanjikan oleh Yesus
Kristus akan masuk pada kebahagian dan kehidupan kekal di
surga. Keyakinan ini kita imani
semenjak kita dibaptis menjadi
anak-anak Allah dan di materaikan dengan Kristus Yesus.
Segala kegelisahan kita tentang
kematian seharusnya sudah
dilebur menjadi satu dengan
sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Sehingga kita
semakin yakin bahwa kita akan
selalu didampingi oleh Yesus
Kristus sepanjang hidup sampai
pada kematian. Dan kita tinggal
berfokus pada sikap dan karya
hidup kita yang masih dalam
perziarahan mewartakan Injil
Kristus Yesus melalui kegiatan
kita sehari-hari. Ad Maiorem Dei
Gloriam. Semoga kita semakin
memuliakan Tuhan dan biarlah
nama Tuhan semakin tinggi dan
agung.****
SERAPHIM
CHOIR
47. PESONA SABDA
;Sebuah Tahapan Eskatologis
Rm. Antonius Purwono, SCJ
S
ebagai orang Katolik, sudah
umum
memaklumi
bulan
Nopember sebagai bulan yang
didedikasikan untuk mengenang,
mendoakan sanak saudari, kerabat
dan siapapun yang sudah meninggal. Diawali dengan hari raya semua orang kudus pada tanggal 1
Nopember, lalu peringatan arwah
semua orang beriman pada tanggal
2 Nopember, berlanjut dengan indulgensi yang diberikan oleh Paus bagi
mereka yang berdoa bagi arwah dan
mengunjungi makam selama 9 hari
berturut-turut. Itu semua hendak
menunjukkan bahwa praktek mengenang dan mendoakan arwah, bukanlah terjadi akhir-akhir ini, bahkan terjadi sejak awal gereja. Pada
abad ke-7 beberapa biara Monastik
menjadikan tanggal 2 Nopember sebagai hari untuk mendoakan arwah
anggota biara yang sudah meninggal dan para donator. Lalu di tahun
988, Abas Odilio pemimpin biara
Kluni Perancis memutuskan untuk
meneruskan tradisi ini dengan kasih
yang besar untuk mendoakan mereka yang meninggal sejak permulaan
dunia sampai akhir. Baru pada abad
14 tradisi mendoakan arwah ini menyebar ke seluruh Eropa dan secara
umum diterima oleh Gereja Katolik
Latin.
Tradisi
Meskipun diungkapkan bahwa sejak
awal gereja, umat Katolik mendoakan
orang mati, tradisi tersebut sudah
mengakar dalam dunia perjanjian
lama. Penulis Kitab Makabe misalnya, mengungkapkan sebuah tradisi
yang sangat menarik berhadapan
dengan kematian sebagai berikut:
“Kemudian dikumpulkannya uang
di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak
dikirimkannya ke Yerusalem untuk
mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh
karena Yudas memikirkan kebangkitan.Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur
itu akan bangkit, niscaya percuma
dan hampalah mendoakan orangorang mati. Lagipula Yudas ingat
bahwa tersedialah pahala yang amat
indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh
suatu pikiran yang mursid dan saleh.
48
48
Dari sebab itu maka disuruhnyalah
mengadakan korban penebus salah
untuk semua orang yang sudah mati
itu, supaya mereka dilepaskan dari
dosa mereka.” (2Mak 12:43-45)
Dalam tradisi tersebut tidak didefinisikan paham tentang kematian,
melainkan paham tentang apa yang
mesti dilakukan terhadap mereka
yang sudah meninggal dan apa yang
terjadi sesudah kematian.
Sekelumit ajaran Gereja tentntang kematian
Kendati demikian, paham atau pandangan Gereja Katolik tentang kematian bisa kita lihat, misalnya dalam Katekismus Gereja Katolik no
1006-1009, sebagai berikut;
“Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya” (GS 18). Dalam arti tertentu
kematian badani itu sifatnya alami;
tetapi untuk iman, itu adalah “upah
dosa” (Rm 6:23) Bdk. Kej 2:17.. Dan
untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah “keikut-sertaan” dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil
bagian dalam kebangkitan-Nya Bdk.
Rm 6:3-9; Flp 3:10-11. (No. 1006)
Kematian adalah akhir kehidupan
duniawi. Kehidupan kita berlangsung
selama waktu tertentu, dan di dalam peredarannya kita berubah dan
menjadi tua. Kematian kita, seperti
pada semua makhluk hidup di dunia
ini, adalah berakhirnya kehidupan
alami. Aspek kematian ini memberi
kepada kehidupan kita sesuatu yang
mendesak: keyakinan akan kefanaan
dapat mengingatkan kita bahwa un-
tuk menjalankan kehidupan kita,
hanya tersedia bagi kita suatu jangka waktu terbatas. “Ingatlah akan
Penciptamu pada masa mudamu
sebelum debu kembali menjadi tanah
seperti semula, dan napas kembali
kepada Allah, yang mengaruniakannya” (Pkh 12:1.7). (No. 1007)
Kematian adalah akibat dosa. Sebagai penafsir otentik atas pernyataan
Kitab Suci Bdk. Kej 2:17; 3:3; 3:19;
Keb 1:13; Rm 5:12; 6:23. dan tradisi,
magisterium Gereja mengajarkan
bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa Bdk. DS 1511.. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat
mati, namun Pencipta menentukan
supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan
keputusan Allah Pencipta. Kematian
masuk ke dunia sebagai akibat dosa
Bdk. Keb 2:23-24. “Kematian badan,
yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa” (GS 18), adalah
“musuh terakhir” manusia yang harus dikalahkan Bdk. 1 Kor 15:26. (No.
1008)
Kematian telah diubah Kristus. Juga
Yesus, Putera Allah, telah mengalami kematian, yang termasuk bagian
dari eksistensi manusia. Walaupun
Ia merasa takut akan maut Bdk. Mrk
49
14:33-34; Ibr 5:7-8, namun Ia menerimanya dalam ketaatan bebas kepada
kehendak Bapa-Nya. Ketaatan Yesus
telah mengubah kutukan kematian
menjadi berkat Bdk. Rm 5:19-21. (No.
1009)
Sementara itu, Mgr. Joseph Pohle dalam bukunya, The Catholic Doctrine of
the Last Things, menjabarkan bahwa
kehidupan manusia terdiri dari tiga
hal, yakni kehidupan fisik, kehidupan spiritual dan kehidupan kekal.
Paralel dengannya, kematianpun
sama terdiri dari tiga hal; kematian
badan, kematian spiritual dan kematian kekal. Kematian badan adalah
proses berpisahnya antara jiwa dan
badan. Kematian spiritual merupakan hilangnya rahmat kesucian akibat dosa asal maupun dosa berat, dan
kematian kekal dipahami sebagai kehancuran yang oleh Yohanes disebut
sebagai kematian kedua, sedangkan
Paulus menyebutnya sebagai hukuman kekal (2Tes, 1:9). Menurutnya,
realitas kematian hanyalah bagian
kecil tema besar yakni, eskatologi. Eskatologi merupakan mahkota teologi
dogmatic, yang didefinisikan sebagai
doktrin tentang akhir segala sesuatu;
tentang segala ciptaan “dipanggil”
dan diarahkan keadaan supernatural
oleh Allah. Seperti disebut dalam Rm
11:36 “Sebab segala sesuatu adalah
dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada
Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya!” Maka eskatologi
sesungguhnya lebih antropologis dan
kosmologis daripada teologis, karena
membahas tentang Tuhan sebagai
sang Akhir (Consummator) dan Hakim Semesta yang objeknya adalah
alam semesta; manusia dan kosmos.
Akhir dunia, akan berhadapan
dengan Allah sebagai hakim, yang
akan membedakan dan memisahkan antara kebaikan dan kejahatan.
Kebaikan akan mengarah ke surga
dan kejahatan akan masuk ke dalam
neraka selama-lamanya. Kemudian
Allah akan menunjukan keadilan,
yang didahului dengan menunjukan
kasih dan kerahimanNya. Dengan
hanya berbicara tentang kebaikan
dan kejahatan, Dia pada saat yang
sama menunjukan kemahakuasaan,
kesucian dan kekudusan. Dengan demikian eskatologi kembali menuntun
kita ke prinsip teologis bahwa alam
semesta dalam setiap tahapnya memuji dan memuliakan Tuhan. Akhir
dunia merupakan sebuah proses (in
fieri), atau juga, sebagai fakta yang
telah terjadi (in facto esse). Maka bicara tentang akhir segala sesuatu berarti berbicara tentang kedatangan
Tuhan yang kedua kalinya. Akhir
segala sesuatu dari manusia adalah;
kematian, penghakiman, surga (api
pencucian) dan neraka. Dan akhir segala sesuatu dari alam semesta adalah; akhir jaman, kebangkitan badan,
penghakiman terakhir yang disertai
berakhirnya dunia.
50
50
Refleksi
Paulus dalam suratnya yang kedua
kepada jemaat di Korintus mengungkapkan;
“Hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami
mendiami tubuh ini, kami masih
jauh dari Tuhan, sebab hidup kami
ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat tetapi hati kami
tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada
Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh
ini, maupun kami diam di luarnya,
supaya kami berkenan kepada-Nya (
2Kor 5:6-9).”
Dalam surat tersebut, Paulus tidak
hanya memberikan pelajaran tentang kematian. Lebih dari itu, ia
mensharingkan penghayatan imannya. Bahwa hidup di dunia, dimana
jiwa masih bersatu dengan badan,
kelemahan dan kerapuhan disadari.
Sembari mengarahkan pandangan
mata iman kepada Tuhan, berjuang
untuk membuat DIA berkenan diupayakan. Maka tidak heran ia sampai mengatakan kepada jemaat di
Filipi bahwa baginya hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan
(Flp 1:21). Artinya, hidup yang ia miliki disadari bukanlah miliknya. Ia
membiarkan Kristus hidup didalam
dirinya, sehinga kehidupannya berbuah. Dan bila mati, itupun merupakan keuntungan, karena boleh kembali kepada Sang Abadi, tempat jiwa
menanti.
Dan bagi kita, PR selalu ada. Menabur kebaikan dalam kehidupan. Menebar kasih dan kerahiman. Itu tidak
berarti, bahwa segala sesuatu be-
rakhir indah di dunia. Karna sekali
lagi, kematian sudah masuk ke dunia
karena dosa. Ketika itu terjadi, manifestasinya menjadi sangat kentara
dalam tindakan manusia, baik dosadosa pribadi maupun komunal, seperti kekerasan, arogansi, lenyapnya
budaya “welas asih”, yang menyebabkan keluhuran hidup dan nyawa manusia seperti tidak ada harganya.
Penembakan dan bom yang terjadi di
Paris, Perancis, yang menyebabkan
ratusan orang meninggal akhir akhir
ini, dan juga menjadi bukti nyata.
Lalu akhirnya kita “menundukkan
kepala” terhadap misteri misteri kehidupan, dan mencoba untuk memerankan peran kita secantik dan seciamik mungkin, seturut iman kita,
seturut kehendakNya. Sehingga,
yang menjadi focus tidak lagi kematian yang kerap menakutkan, melainkan mewarnai kehidupan yang
terus harus diperjuangkan. Karena,
sebagaimana kematian merupakan
bagian proses eskatologis, demikianpun kehidupan, menjadi bagian
darinya.***
51
51.
OPINI
Imanuel Antonius Sohirin (koor wilayah 2, Laudamus Te choir,
Seraphim Choir)
kematian itu sama dekatnya dengan kehidupan itu sendiri. Bahkan waktu kita berbicara hidup atau umur yang panjang, pasti
kita berbicara dalam konteks dibatasi oleh kematian. Dan ketika
membicarakan kematian seperti saat ini, kita pasti masih hidup.
Selanjutnya kematian itu juga bukan dari akhir, juga belum
tentu berarti awal. Dalam konteks kekekalan, kita saat ini hanya
“sedang” berada dalam ke-sementaraan. Kematian itu hanyalah
sebuah pintu, sebuah jalan, kembali ke dalam kekekalan.
Banyak orang yang menganggap bahwa dengan amal baiknya
atau pahalanya dapat mencapai surga, seringkali dihinggapi
ketakutan kalau pahalanya tidak cukup menutup dosanya.
Tetapi orang yang tau bahwa dirinya telah menerima anugerah
keselamatan berdasarkan janji Tuhan sendiri: “barangsiapa
percaya kepadaKu pasti diselamatkan”, harusnya tidak lagi
takut akan kematian karena hari itu dia percaya, hari itu juga
dia diselamatkan. Kepastian yang sangat mudah. Yang sulit
memang untuk “percaya”nya itu.
Sewaktu kita hidup adalah satu-satunya waktu dan kesempatan dimana kita bisa bertobat dan percaya. Manusia adalah
satu-satunya yang dapat menikmati kesempatan itu di dalam
kesementaraan. Setelah kematian, tidak ada lagi waktu untuk
bertobat atau jangan harap Tuhan berubah pikiran terhadap kita
karena doa orang lain. Setelah kematian, kita hanya sendiri,
berhadap-hadapan dengan keadilan Tuhan. Maka dengan kita
percaya kepada Tuhan dan bertobat, di saat kematian tiba, maka
jiwa kita pun pasti akan diselamatkanNya. Tuhan berkati
52
Antonius A. Obelix - Ling. Veronika/VIII,OMK
Kematian adalah langka awal bagi setiap manusia untuk
memasuki suatu kehidupan yang baru, yang mana kehidupan
tersebut belum kita tahu/mengerti cara melaluinya. Kematian bukan suatu hal harus kita takuti karena pada hakekatnya
manusia pasti akan mengalami kematian. Kematian merupakan kejadian yang tidak bisa kita prediksi baik dari segi
umur, tempat waktu dan cara kita mati. Siap dan tidak siapnya
manusia menyongsong kematian itu suda menjadi takdirnya.
Karena manusia diciptakan dari tanah dan kembali ke tanah.
Bapak Helmy (paroki Gereja Maria Bunda Karmel)
berbeda, tubuh dan jiwa kita milik Tuhan. Pertanyaannya
apakah kita sudah siap menghadapi kematian, bahwa seharusnya kita sudah siap, karena jiwa dan tubuh kita milik Tuhan
tetapi pasti tidak siap karena kita manusia yang masih banyak
mau nya,
S. Wangsit Jati Terra (OMK Stefanus)
Kematian adalah tidak adanya gerak kehidupan, tidak ada
mimpi dan harapan. Kematian itu stagnasi dan degradasi
entitas hidup.
Lucia Agustina- Ling. Maria goretti/x
Kematian adalah meninggalkan kehidupan dunia untuk
bertemu dengan Allah yang mengasihi kita dan kita kasihi.
Semua orang yang telah dbaptis tidak akan hilang (Yoh 6 : 3740) tetapi akan dibangkitkan bersama dengan Kristus (1 Kor
15 : 12-34). Namun sebelumnya mereka harus dimurnikan
dengan api pencucian, kita bisa membantu proses pemurnian
dengan doa-doa terutama dengan kurban Kristus dalam
Ekaristi. (2 Mrk 12 : 43-44). Berkati kami ya Tuhan. Amin.
53
Fernando Fransisco Ling-Thumewah Anastasia/Wilayah XI,
Menurut saya, kehidupan kita sebagai manusia di dunia ini
hanyalah suatu persiapan untuk suatu kehidupan pada suatu
dunia yang akan datang, dalam kemuliaan surgawi, suatu kehidupan yang mulia tempat kita dapat memandang Allah dari
muka ke muka dalam kebahagiaan (Visiun Beatifica). Kematian hanyalah suatu peralihan dari dunia yang nyata kepada
dunia yang baru seperti yang dikatakan dalam kitab Wahyu:
Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya tetapi merupakan suatu perjalanan menuju kediaman abadi dalam rumah
Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita, Kristus harus
meninggalkan dunia ini dan wafat disalib. (bdk. Yoh 14:2).
Dengan demikian, kematian merupakan perjalanan pulang
dari perziarahan menuju pangkuan Bapa. Bapa menanti kita
semua untuk berkumpul dalam kerajaan-Nya sebagai anak
dan Bapa, dan memerintah bersama Dia untuk selamalamanya....(Why 22:5).
Komunikasi UMAT
KOMAT
Apakah boleh seorang Romo memimpin
misa Kudus hanya memakai jubah saja
tanpa stola? Dari Bp. Yacobus
Bp. Yacobus yang dikasihi Tuhan, jubah
bukanlah busana liturgis, dan karena
itu tidak benar untuk dikenakan imam
dalam memimpin perayaan Ekaristi.
Busana liturgis yang standar adalah
alba (dengan atau pun tanpa singel).
Untuk keperluan perayaan misa kudus,
seorang imam diwajibkan mengenakan
busana liturgis lengkap dalam tata urut
pemakaian berikut: amik (untuk menutupi krah pakaian sehari-hari, boleh
tidak dipakai jika alba sudah menutupi
pakaian sehari-hari), alba (wajib jika
mengenakan kasula, tidak boleh diganti
dengan superpli), singel (boleh tidak di-
gunakan jika alba dimaksud didesain
tanpa singel), stola (pastikan tertumpang single, wajib dikenakan di bawah kasula) dan kasula (harus dipakai di atas
alba dan stola). Itulah yang diakui sebagai busana liturgis standar bagi para
imam dalam memimpin perayaan misa
kudus. Berdasarkan rekonstruksi norma PUMR 336-337, jelas bahwa imam
tidak diperkenankan merayakan misa
kudus hanya dengan memakai jubah
dan apa lagi tanpa stola. Pemakaian
stola di atas pakaian preman pun oleh
instruksi RS 126 dianggap sebagai "berlawanan dengan apa yang ditentukan
dalam buku-buku liturgi". Bahkan, LI 8
pun menyatakan dengan keras, "Adalah
suatu penyelewengan apabila seorang
imam, dalam merayakan ekaristi entah
sebagai selebran entah sebagai konselebran, hanya mengenakan stola di atas
mantol rahib atau di atas jubah klerus,
apalagi di atas pakaian preman". Tuhan
memberkati.
54. PSIKOLOGI
Arie Mukti-Dosen Psikologi
“Ayolah Stev kamu kan suaramu
bagus, kamu dong mewakili kelompok
kita untuk menyanyi”. Hampir semua
teman-teman sepakat bahwa Stevi
suaranya bagus dan pantas untuk
tampil. Namun apa reaksi Stevi? Dia
menolak dengan alasan dan merasa
tidak ‘pede’.
“Gustav, ajak dan temani tamu-tamu
itu ngobrol dong. Kan kalian seusia,
sebaya masak kamu dari tadi main
‘hp’ melulu”.
Lalu apa jawaban
Gustav kepada mamanya? “Males
mah, ngak ‘pede’ lagian malu juga
sama mereka”.
Sering orang tua melihat atau
merasakan bahwa anaknya mampu
untuk melakukan sesuatu hal, namun
ternyata anak tersebut tidak percaya
bahwa dirinya mampu. Rasa tidak
percaya diri ini tidak hanya terjadi
pada seorang anak saja, namun juga
terjadi pada banyak orang dewasa.
Berbagai
alasan
dari
ketidak
percayaan diri terkadang muncul
dalam perilaku menarik diri, atau
diekspresikan dengan kata-kata
malu, segan, malas dan enggak ‘pede’
. Sering pula rasa tidak percaya diri
dikemas dan muncul dalam sikap
defensive seperti ngapain mesti harus
begitu, ngak perlu, walah ‘carmuk’ aja
itu orang atau sikap sinism lain yang
mencerminkan rasa kurang percaya
55
diri atau bahkan kemungkinan rasa
rendah diri.
Kepercayaan Diri
Membangun kepercayaan diri adalah
bagaimana mengembangkan diri
untuk mampu mengenali diri sendiri
secara baik, nyaman berinteraksi dan
bersikap mandiri.
Mengenali diri sendiri adalah
kemampuan untuk menerima diri
apa adanya. Kelebihan maupun
kekurangan, mampu menyikapi
keberhasilan maupun kegagalan
secara seimbang. Bagi orang tua
dapat membantu si kecil untuk
menumbuhkan
perasaan
diri
mampu dan sekaligus bisa menerima
kegagalan dengan memberi pujian,
harapan, dukungan dan kepercayaan
yang dapat dipraktekkan seharihari. Membuat anak menyadari
dirinya mampu, tapi juga sekaligus
mengingatkan adanya keterbatasan
– membangun sikap realistik.
Membuat diri nyaman berinteraksi.
Sederhana caranya, yaitu membuat
diri kita semakin mampu membuka
diri – tidak perlu pakai topeng –
tidak ingin belas kasih orang.
Hal ini membuat orang nyaman
dengan kita, maka kitapun akan
nyaman dalam membangun relasi
sosial. Penting juga mengenali emosi
diri dan orang lain dengan baik,
sehingga kita tidak terjebak pada
kesalahpahaman.
Pendidikan ini
diperoleh ketika anak mampu melihat
dan merasakan bagaimana orang tua
mau mendengar ketika dia bicara,
ada waktu ketika diajak bermain
dan berdiskusi, ada di saat anak
memerlukan. Mampu meresponse
dengan dukungan dan memberi
semangat di saat anak dalam
kegalauan atau kegagalan. Anak
merasa percaya dirinya ada, dirinya
bernilai dan berarti bagi orang tuanya,
dirinya dikasihi dan bahkan dirinya
tetap diterima dengan kelemahan
ataupun kegagalannya. Situasi ini
menumbuhkan kepercayaan diri
anak.
Menjadikan diri mandiri adalah
upaya terhadap diri sendiri bahwa
mampu melakukan. Percaya bahwa
dirinya bisa, tidak malu, tidak
enggan, tidak mengasihani diri atau
melihat orang lain selalu lebih dari
dirinya. Kita adalah diri kita dengan
kebisaan kita, dan biarlah mereka
dengan diri mereka. Membiasakan
diri untuk selalu mempunyai positive
self-talk “Saya bangga dan senang
dengan apa yang sudah dapat saya
lakukan”. Jangan pernah mundur
hanya karena melihat orang lain
bisa yang kita tidak bisa, dan karena
ke’bisa’an masing-masing dari diri
kita memang berbeda. Ada sebuah
teori ‘self ’efficacy’ – efikasi diri yaitu
seberapa kita meyakini kemampuan
diri kita dalam mengorganisasi diri
untuk menyelesaikan suatu tugas
guna mencapai tujuan tertentu.
Upaya meningkatkan efikasi diri
sekaligus bagian dari meningkatkan
kepercayaan diri dengan cara mampu
memotivasi diri di dalam mengerjakan
tugas sesuai peran hidup kita masingmasing. Selanjutnya, mampu dalam
mengambil tindakan dan mengatasi
tantangan untuk mencapai suatu
tujuan.***
56. CERPEN
bag II
L
ily sedang duduk-duduk
di meja belajarnya sambil
menulis-nulis dengan spidol berwarna. Sambil tersenyumsenyum. Ayahnya, mengintip dari
celah pintu, dan membuka pintu
itu perlahan. “Syailen-dra Putra
Sudirman,” kata ayahnya membaca tulisan di buku harian Lily.
“Ah, Ayah kenapa baca-baca?!”
kata Lily. Wajahnya berubah merah padam. Ia langsung menutup
bukunya dan memasang tampang
malu sekaligus tidak senang dengan kelakuan ayahnya tadi. “Siapa
dia?” tanya ayahnya.
“Ah, bukan siapa-siapa. Lily kenal
Putra, dia mahasiswa. Dulunya
satu sekolah dengan Lily,” ceritanya. “Kamu suka ya sama Putra?”
tebak ayahnya. Dan tebakan ayahnya memang tidak salah. Lily jatuh
cinta kepada Putra. Lily menggeleng. “Ng... nggak kok,” katanya.
“Kamu jangan bohong,” kata ayahnya sambil mengelus pelan rambutnya. “Ayah tidak masalah kalau
kamu suka sama Putra, asalkan
kamu yakin dia orang yang jelas,
dan nggak akan berani macammacam sama kamu,”
Lily mengangguk-angguk. “Iya,
ayah tenang saja. Putra itu dulu
sekolah juga di sekolah Lily, dia
alumni sekolah Lily. Jelas kok
orangnya,”
57
Ayahnya tersenyum. “Ayah harap
Putra bisa menerima kamu apa
adanya,”
Setelah berkata demikian, ayahnya pergi. Lily teringat akan penyakitnya. Namun, akhir-akhir ini,
ia merasa baik-baik saja. Bersama
Putra, ia jadi melupakan penyakitnya. Ia yakin Putra adalah orang
yang baik. Ia sangat sangat yakin.
Hingga suatu hari, perusahaan
yang dikelola ayah Lily bangkrut.
Hutang mereka terlalu banyak,
sehingga beberapa aset mereka
disita oleh bank. Termasuk rumah.
Ayahnya pun tak mampu melunasi
gaji seluruh karya-wannya. Mereka terpaksa tinggal di sebuah
kontrakan.
Ayahnya harus mencari pekerjaan lain. Dan, ketika ia mendapatkan pekerjaan itu. Pekerjaannya
mengharuskannya untuk meninggalkan Jakarta. Ia hanya pulang
setiap akhir minggu saja.
Pelajaran telah berganti. Lily sibuk
memandangi jendela di kelasnya,
dari jendela itu menghadap langsung ke pohon rindang yang digunakannya sebagai tempat untuk
bertemu dengan Putra. Mendadak
haus, ia meraih botol minumnya.
Namun, tangannya tidak kuat
menggenggam botol itu, sehingga
botol itu jatuh dan airnya tumpah.
Lily berusaha berdiri. Mengambil kain pel, namun kakinya juga
terasa sangat lemas. Sangat sangat lemas, sehingga ia terjatuh.
Semua teman-teman sekelasnya
langsung menghampirinya.
“Lily! Lily kamu kenapa?” tanya
mereka.
A...a...a...,
mulutnya tidak bisa
bicara. Ia benarbenar tidak mampu
mengeluarkan kata
apa pun. Dan, ia
merasa sesak nafas.
Teman-teman-nya
langsung memanggil
guru yang sedang
berjaga di piket.
Guru piket yang panik dan tidak
tahu harus melakukan apa, langsung menelepon ambulans (bersambung...
58. ORBITAN LEPAS
Men rise from one ambition to another:
first,they seek to secure themselves
against attack, and they attack others.Niccolo Macchiavelli
M
acchiavelli dalam The Prince
mengatakan bahwa pada
dasarnya manusia memiliki
naluri
untuk
mempertahankan
dirinya sendiri dan juga menyerang
sesamanya. Selanjutnya, Macchiavelli
mengatakan
bahwa
manusia
senantiasa memiliki ambisi terhadap
kuasa, dan setelah memiliki kuasa
cenderung menyalahgunakan kuasa
yang diberikan kepadanya.
Sifat seperti inilah yang menyebabkan
banyaknya tindakan korupsi dari
kalangan para pemimpin, dikarenakan
kekuasaan yang dimilikinya hanya
untuk kepentingan dirinya. Keinginan
pribadi mengalahkan tugas utamanya
sebagai seorang pemimpin.
Gubernur DKI, Basuki Tjahaya “Ahok”
Purnama, terkenal dengan sifatnya
yang tegas dalam memimpin Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan,
Susi Pudjiastuti, terkenal dengan
gaya penampilannya yang ‘nyentrik’
dan menteri pertama dengan gelar
pendidikan yang ‘luar biasa’ untuk
seorang pejabat pemerintahan.
59
Mereka adalah beberapa dari banyak
pemimpin yang mempunyai prestasi
dari profesi mereka masing-masing.
Jika dilihat dari keduanya, mereka
memiliki satu kesamaan, yaitu
mementingkan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi. Hal ini
yang menjadikan mereka sebagai figur
pemimpin idaman.
Munculnya nama-nama seperti Ahok
dan Menteri Susi, menjawab kerinduan
banyak orang akan sosok pemimpin
idaman.
Apakah jiwa pemimpin
seperti mereka hanya dimiliki oleh
beberapa orang.
Sebagai umat Katolik, kita memiliki
ayat
pedoman
sebagai
seorang
pemimpin. “Jika seseorang ingin
menjadi yang terdahulu, hendaklah ia
menjadi yang terakhir dari semuanya
dan pelayan dari semuanya. Maka
Yesus mengambil seorang anak kecil
dan menempatkannya di tengahtengah mereka, kemudian Ia memeluk
anak itu dan berkata kepada mereka.
Barangsiapa
menyambut seorang
anak seperti ini dalam namaKu, ia
menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus
Aku.”” (Markus 9: 35-37). Ayat ini
diambil dari perikop tentang wafatnya
Sang Anak Manusia. Para rasul
mengetahui hal ini dan meributkan
siapa yang terhebat di antara mereka
untuk menjadi pemimpin. Hal ini persis
menggambarkan sifat dasar manusia
yang
menginginkan
kekuasaan,
keagungan, kemahsyuran.
Konsep seorang pemimpin menurut
Yesus,
berbeda
dengan
konsep
kepemimpinan
pada
umumnya.
Kepemimpinan sangat identik dengan
kekuasaan, kekuatan, harta, senjata,
dan keahlian. Yesus memberikan
pemahaman
kepemimpinan
yang
melayani. Pemimpin yang melayani,
ini merupakan suatu kontradiksi
(oxymoron).
Dalam kutipan ayat tersebut, Yesus
menggambarkan
bahwa
seorang
pemimpin adalah pelayan bagi sesama.
Seorang anak itu menggambarkan
kaum yang tidak mampu, lemah dan
membutuhkan pertolongan.
Sifat
seorang pemimpin yang melayani dan
memperhatikan sesama yang tidak
mampu.
Sejenak kita melihat kembali, sosok
Ahok dan Susi selaras dengan pedoman
kepemimpinan
yang
melayani.
Hal ini menjadi pedoman bagi kita
semua bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin, hendaklah secara tulus mau
peka terhadap sesama, mengetahui
sumber permasalahan yang terjadi
agar menemui jalan keluar yang
terbaik.
A leader is one who
knows the way, goes the
way, and shows the way.
John C. Maxwell
60
60.
PENDIDIKAN
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan selalu
hidup dalam sanubariku.
Semua baktimu akan kuukir di
dalam hatiku, sebagai prasasti
terima kasihku ‘tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam
kegelapa., Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan.
Engkau patriot pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia.
T
entu kita masih ingat syair lagu
ini bukan?
Ya, ini adalah lagu Hymne
Guru yang diciptakan oleh alm.
Sartono. Jika kita membaca dengan
seksama ada syair yang berubah
pada kalimat terakhir, yakni kalimat
sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’.
Mungkin sekarang hanya menjadi
sebuah kalimat yang tak ada nilainya.
Betapa tidak? Para pahlawan ini
(Guru) memang tak pernah diingat
oleh siapapun dan kapanpun. Meski
sejatinya ia bermakna dalam kehidupan
manusia. Kalimat yang mengandung
arti luas dan sangat mengena ketika
mengenang
kembali
kilas
balik
kehidupan kita di masa kecil saat
pertama kali mengecap pendidikan di
61
Sekolah Dasar. Maka dari syair Hymne
Guru tersebut, kata-kata “tanpa tanda
jasa” diganti menjadi “pembangun
insan cendekia”. Sehingga Hymne
tersebut diakhiri dengan “Engkau
patriot pahlawan bangsa pembangun
insan cendekia.” Sebuah langkah yang
mungkin dirasa lumayan bijak untuk
mengakhiri “penderitaan” guru yang
tak kunjung hilang.
Pergantian lirik lagu Hymne Guru
pada kalimat terakhir telah disepakati
dan ditandatangani pada tanggal 8
November 2007 disaksikan oleh Dirjen
PMPTK Depdiknas dan Ketua Pengurus
Besar PGRI dan juga dengan diperkuat
dengan surat edaran Persatuan Guru
Republik Indonesia, Nomor : 447/Um/
PB/XIX/2007 tanggal 27 November
2007.
Dari sebuah syair lagu mari kita
bergeser makna atau arti seorang Guru
bagi kehidupan masyarakat ini. Kata
“Guru” dalam Bahasa Indonesia berarti
orang yang pekerjaannya mengajar dan
mendidik. Lalu dalam perkembangan
zaman menjadi sebuah pertanyaan,
apakah pekerjaan Guru saat ini
hanyalah mengajar dan mendidik?
Jika kita melihat dari segi penampilan
bahwa tugas seorang Guru di sekolah
memang mengajar, menyampaikan
pengetahuan baru bagi muridnya,
menguji mereka dan mengevaluasi
hasil pelajarannya dalam bentuk nilai
yang akan menentukan kenaikan kelas
atau kelulusan murid-muridnya. Dari
tugas inilah istilah “Guru” seharusnya
mempunyai makna yang mendalam,
tidak hanya sekedar sebagai pengajar,
tetapi Guru juga dipandang sebagai
orang tua pengganti di rumah atau
pembimbing
rohani,
terutama
memberikan inisiasi kepada muridmurid. Guru tidak hanya berhenti ketika
melihat murid-muridnya berhasil lulus
sekolah, tetapi juga mendampingi,
memberi pandangan kepada muridmurid atas pilihan sekolah selanjutnya
untuk tingkat SD dan SMP atau pilihan
bekerja, kuliah dan wirausaha untuk
tingkat SMA/SMK.
62
dan menguasai kompetensi sebagai
pelaku pembelajaran. Tanpa harus
mengesampingkan perlunya muatan
ilmu modern yang harus dikuasai para
Guru zaman sekarang, Guru diharuskan
memiliki keahlian dalam mengajar
dengan kewajiban memperoleh Akta
IV.
Ada pepatah mengatakan: “Seorang
Guru akan bangga pada ilmunya
hanya jika ia bisa melahirkan seorang
Ksatria.”
Dalam era modern sekarang, Guru
sudah dipandang sebagai sebuah profesi
karena seorang Guru juga dituntut
untuk bekerja secara baik dan benar,
menjalankan kemampuannya yang
didasari pengetahuan dan kemampuan
kerja dengan bidang khusus yang
dimilikinya. Artinya pengetahuan
tersebut harus dikuasai secara baik,
secara teoritis maupun penerapannya.
Maka seorang professional akan bekerja
dengan optimal dan menghasilkankan
hal-hal sesuai dengan tuntutan
pekerjaan tersebut.
Dalam sistem pendidikan kita saat
ini, tuntutan profesionalitas Guru
dinyatakan dalam Undang-Undang RI
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang Undang
RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dan Peraturan Pemerintah
RI no 19 Tahun 2005 tentang
Standard Nasional Pendidikan. Untuk
kepentingan itu, Guru disyaratkan
memiliki kualifikasi akademik minimal
Sarjana atau Diploma IV yang relevan
Jadi
istilah
“Guru”
memang
mempunyai
bobot
yang
harus
dibedakan dari “pengajar” yang betapa
pun mempunyai pengetahuan ilmiah
yang tinggi dan kompetensi andal,
namun misinya berbeda.
Selamat Hari Guru (25 November),
teruslah berjuang demi tercapainya
Pendidikan yang cerdas bagi bangsa
Indonesia dan melahirkan calon-calon
penerus bangsa yang berkarakter dan
berjiwa besar.****
sumber: Tyo Komsos dan diambil dari kutipan buku Pendidikan Dalam Tantangan
Zaman dan http://blogdekitriadi.blogspot.
co.id/2012/05/normal-0-false-false-false-enus-x-none.html
63
64. SANTO SANTA
melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal
bersama Yesus, ketika ia menyadari bahwa
Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias.
Sejak saat itu, ia memutuskan untuk
mengikuti Yesus. Ia menjadi murid Yesus
yang pertama.
St Andreas
30 November
Andreas, sama seperti saudaranya:
Simon Petrus, adalah seorang nelayan.
Ia menjadi murid St. Yohanes Pembaptis.
Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada
Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba
Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus
lebih besar daripada Yohanes. Pada saat
itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk
mengikuti Tuan Ilahi. Yesus tahu bahwa
Andreas mengikuti-Nya dari belakang.
Yesus berbalik dan bertanya, “Apakah
yang kamu cari?”
Andreas menjawab bahwa ia ingin
tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus
menjawab, “Marilah dan kamu akan
Selanjutnya,
Andreas
membawa
saudaranya Simon (St. Petrus) kepada
Yesus. Yesus menerima Simon juga
sebagai murid-Nya. Pada awalnya, kedua
bersaudara itu tetap menjalankan pekerjaan
mereka sehari-hari sebagai nelayan dan
mengurus keluarga mereka. Kemudian
Yesus meminta mereka untuk tinggal
bersama-Nya sepanjang waktu. Ia berjanji
akan menjadikan mereka penjala manusia,
pada waktu itulah mereka meninggalkan
jala mereka. Menurut tradisi, dikatakan
bahwa sesudah Yesus naik ke surga, St.
Andreas mewartakan Injil ke Yunani. Ia
dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan,
tubuhnya diikatkan pada salib, bukan
dipakukan. Andreas bertahan dua hari
lamanya dalam penderitaan itu. Masih
juga Andreas mempunyai cukup kekuatan
untuk berkhotbah kepada orang banyak
yang berkerumun di sekeliling rasul yang
mereka kasihi.
Dua negara memilih St. Andreas
sebagai pelindung mereka, yaitu Rusia
dan Skotlandia.****
65. DANA PAROKI
Paroki St. Stefanus
DANA Dana
PAROKI
- 2015
OKTOBER - OKTOBER
2015
No Wil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
12
12
12
Lingkungan
St.Hubertus
St.Yoh.Pemandi
St.Gregorius
St.Yudas Tadeus
Sta. Theresia
Sta.M.Immaculata
Sta.Maria Fatima
Sta.M. Bernadette
St.Markus
St.Nicodemus
St.Oktavianus
St.Paulinus
St.Quirinus
St.Antonius
St.Clementus
Sta. Faustina
Sta.Angela
St.Bartholomeus
Emmanuel
Sta.Ursula
St.M.Magdalena
St.Aloysius
St.Thomas Aquino
Sta.Helena
Romo Sanjoyo
St.Simeon
Sugiyopranoto
St.Theodorus
St.Paulus
St.Timotius
Sta.Veronica
St.Bonaventura
St.Bonifacius
Keluarga Kudus
St.Yoh Don Bosco
St.Kristoforus
Sta. Maria Goretti
Sta.Maria B.Setia
Sta.Felicitas
Sta.Anastasia
Maria Ratu Damai
St.Bernardus
St.Dionisius
St.Elias
Kode
HBS
YPE
GRR
YTA
THE
MIM
MFA
BDE
MKI
NDS
OTS
PLN
QRS
ATS
CLS
FSA
AGE
BTS
EML
URS
MMA
ALS
TAQ
HLN
RSO
SMN
SGO
THO
PLS
TTS
VRA
BVA
BFS
KKS
DBD
CRS
MGI
MBS
FSE
ANS
MRD
BDS
DNS
ELS
Perhit. 5-Okt15
Amplop
1
1
5
1
2
1
3
4
3
2
3
2
2
3
1
1
7
2
1
2
1
2
23
6
11
2
1
2
2
1
3
2
3
2
2
1
6
4
Perhit. 12-Okt15
Amplop
RP
15.000
4
1
200.000
210.000
16
20.000
9
100.000
1
17.000
300.000
8
430.000
250.000
7
100.000
2
600.000
1
40.000
4
150.000
1
750.000
1
150.000
2
3
50.000
2
95.000
100.000
1
15.000
1
16.000
4
4
15.000
5
4.000
6
620.000
21
145.000
9
315.000
7
120.000
25.000
1
110.000
1
50.000
50.000
5
115.000
3
110.000
1
250.000
1
80.000
6
40.000
2
10.000
1
440.000
4
170.000
1
Perhit. 19-Okt15
Amplop
RP
620.000
4
20.000
4
1
594.000
6
63.000
3
50.000
2
1
381.000
2
1
120.000
5
120.000
2
100.000
4
125.000
3
4
33
50.000
4
100.000
8
300.000
400.000
10
40.000
7
2
50.000
3
10.000
4
46.000
4
19.000
45.000
32
90.000
10
886.000
300.000
13
340.000
7
7
15.000
9.000
3
2
100.000
4
65.000
5
50.000
1
50.000
5
90.000
100.000
20.000
350.000
1
10.000
3
Perhit. 26-Okt15
Amplop
RP
290.000
9
600.000
6
100.000
350.000
9
95.000
1
60.000
20.000
5
25.000
7
4
100.000
320.000
6
150.000
5
800.000
5
70.000
170.000
6
2.000.000
2
250.000
2
2.320.000
5
10
900.000
2
450.000
7
55.000
2
130.000
5
25.000
4
30.000
3
3
210.000
1
130.000
4
3
425.000
6
110.000
1
130.000
13
5
200.000
1
27.000
60.000
5
140.000
4
100.000
1
350.000
9
1
1
6
50.000
6
180.000
1
Perhit. 31-Okt15
Amplop
RP
1.470.000
455.000
6
4
406.000
5
15.000
2
2
117.000
7
285.000
1
130.000
2
11
185.000
500.000
1
450.000
4
3
420.000
5
70.000
200.000
3
1.650.000
3
1.070.000
5
200.000
180.000
6
55.000
1
250.000
9
32.000
10
20.000
3
14.000
1
20.000
9
95.000
2
75.000
32
95.000
10
25.000
2
510.000
1
192.000
5
50.000
2
10
115.000
1
180.000
5
100.000
3
220.000
100.000
100.000
260.000
290.000
2
10.000
-
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS)
“Memberitakan pekerjaan tanganNYA”
ST. STEFANUS
Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai
wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo
(HP: 081328130513)
RP
60.000
200.000
265.000
110.000
50.000
100.000
10.000
70.000
1.060.000
20.000
2.140.000
170.000
370.000
150.000
700.000
470.000
230.000
5.000
415.000
51.000
50.000
15.000
169.000
20.000
1.295.000
149.000
20.000
20.000
290.000
30.000
185.000
20.000
195.000
150.000
150.000
-
66. TUNAS STEFANUS
Umat Cilik Lingkungan Sta Maria Goretti/ Wlayah X
Ferry Surya
umat cilik yang lahir di Palembang 21 November 2004 ini adalah putra ketiga dari
pasangan Bpk. Johan Wahyudi dan Ibu
Kristagiovana Yus Dahlia. Ferry anak yang
sungguh menyenangkan bila diajak berbicara. Aura bahagia dan sukacita terpancar
dari wajahnya saat diajak berbicara.
Ferry duduk di kelas 4 SD Kartika Jl Cendrawasih Pondok Pinang. Masuk sekolah
setiap pagi pukul 06:30 WIB. Jarak yang
cukup dekat, tidak lebih dari 3 km mencapai sekolah SD Kartika, Ferry setiap pagi
dibonceng naik sepeda motor oleh papanya. Pulang sekolah setiap hari pukul 13:00
WIB, Ferry pulang sendirian dengan naik
angkutan umum.
Sepulang dari sekolah Ferry biasanya akan
membantu Sang Bunda berjualan alat-alat
listrik di toko yang berlokasi di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang. Sambil belajar
mengerjakan tugas-tugas dan PR sekolah, Ferry menemani Sang Bunda . Untuk setiap hari Senin dan Kamis, sepulang
sekolah, Ferry tidak akan langsung pulang
ke rumah, tetapi Ferry mengikuti pelajran
ekstra kurijuler pelajaran matematika, Kumon.
Ketika ditanya, apa cita-cita Ferry kelak
kalau sudah dewasa, dengan yakin Ferry
menjawab ingin menjadi ABRI (tentara).
Semoga cita-cita Ferry menjadi tentara
diberkati oleh Tuhan. Amin.
Jika teman-teman sudah mewarnai lembar mewarnai dalam Tunas Stefanus. Hasil karya-nya bisa dimasukkan ke dalam kotak
KOMSOS atau difoto dan dikirimkan ke email redaksimediapass@
yahoo.com. Hasil karya pemenang akan dipasang di website dan
Facebook.
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS NOVEMBER 2015
1
Lingk. Romo Sanjoyo
2
Lingk. Sta. Maria Fatima
TOTAL
200,000
50,000
250,000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi,
akan diberikan bukti penerimaan resmi.
Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419)
No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Mewarnai
Download