Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan 135Th.XIII # Oktober 2015 KATOLIK MENYIKAPI KEMATIAN OMK untuk 22 Gue Indonesia Diri 60 Pengabdian 54 Membangun Positif Seorang Guru Saat Ini Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HARKESNAS 2015) Lansia se-Keuskupan Agung Jakarta Diselenggarakan tanggal 12 November 2015 di Pasirmukti, Bogor, dihadiri sekitar 3600 peserta Dengan acara utama Bakti Sosial, periksa kesehatan gratis dan hiburan meriah. Beberapa umat paroki Cilandak yang dibantu umat paroki lainnya dari Jaksel, sebagai Panitia Pelaksana telah berlangsung dengan aman, lancar dan sukses. 4 : KERLING SEPUTAR PAROKI 5 : Festival Pangan “Gerakan Cinta Pangan sebagai pernyataan syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan” 8 : Wilayah 6, Lingkungan St. Aloysius, Doa Rosario, Hari Pangan Sedunia, dan Hidroponik 11: Wilayah 2, Lingkungan Sta. Bernadette, Ziarah Rekreasi 13: Wilayah 3, Doa Rosario, KKS, Misa Penutupan Rosario, dan Ziarah Rekreasi 15: Wilayah 5, Ziarah Rekreasi 17: Pelayanan PRIMA dengan Sepenuh Hati 19: Ulang Tahun PDKK-Pagi 24: Peringatan Hari Arwah Orang Beriman 28: Bakti Sosial Penutupan Tahun Syukus 31: Terima Kasih Pak Bejo 33: Ulang Tahun Providentia Dei 29 Tahun DAFTAR ISI 39 43: ORBITAN UTAMA Jangan Takut Akan Kematianmu 47: PESONA SABDA Kematian Merupakan Sebuah Tahapan Eskatologis PROFIL “Kematian Bukan Akhir Segalanya” 20 SEPUTAR PAROKI 51: OPINI Apa Pendapatmu Tentang Kematian? 56: CERPEN Lili putih yang Pudar 64: SANTO SANTA St Andreas 65: DANA PAROKI, Oktober 2015 66: TUNAS STEFANUS & ONGKOS CETAK, Ferry Surya Ulang Tahun Koperasi Budi Asih 58 ORBITAN LEPAS Berjiwa Pemimpin 4. KERLING “Hai Kematian, Dimanakah Sengatmu?” B arangkali banyak dari antara kita yang tidak suka berpikir tentang kematian. Kata kematian dapat membawa pikiran kita kepada liang kubur, atau tubuh kita akan membusuk dan berubah menjadi abu ataupun debu tanah. Oleh karenanya, banyak orang takut menghadapi kematian karena dirasa belum waktunya atau bahkan belum siap menerima kenyataan bahwa raga perkasa dan wajah cantik yang kita bangga-banggakan ini akan menjadi debu tanah. Namun ada pula yang siap menghadapi kematian karena kematian adalah suatu realitas yang tidak bisa kita hindari sebagai manusia. Kesiapan itu akan menjadi lebih lengkap atau sempurna bila kita bungkus dengan keyakinan iman kita tentang makna kematian dalam perspektif iman Katolik. Bagi kita, orang beriman, hidup ini memang semata-mata adalah karunia Tuhan. Tuhanlah yang membentuk kita manusia dan memberikan nafas kehidupan kepada kita (lih. Kej.2:7). Dari sini, kita meyakini bahwa kita ini milik Allah, bukan milik dunia, maka sudah semestinya kita tidak perlu takut menghadapi kematian; karena dengan demikian kematian adalah pulang ke rumah kita yang sesungguhnya. Apalagi dengan jaminan yang sudah diberikan oleh Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus dari kematian menjadi jaminan atau bukti bahwa kematian tidak berkuasa atas diriNya (lih. Rom 6:9). Ketika tubuh kita yang fana ini mengenakan Kristus, maka kematian telah ditelan dalam kemenangan (lih. 1 Kor 15:53-57). Dengan kebangkitan dari kematian, Kristus mengalahkan belenggu dosa dan maut, sehingga bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari kasihNya (lih. Rom 8:38-39). Oleh karenanya, St. Paulus dengan berkobar-kobar menantang maut atau kematian dengan berseru, “Hai kematian dimanakah kemenanganmu? Hai kematian, dimanakah sengatmu?” (lih. 1 Kor 15:56). Seruan St. Paulus di atas sungguh mengundang kita untuk berani menghadapi kematian yang berkat Kristus, kematian itu telah kehilangan sengatnya. Sengat kematian ialah dosa dan kuasa dosa telah diremukkan oleh penebusan Kristus. Itulah intisari yang merangkum semua tulisan dalam edisi Bulan November ini. Semoga berkat tulisan-tulisan itu, kita siap dan berani, seperti St. Paulus menghadapi kematian dengan iman, pengharapan dan cinta kasih. Salam dan Berkat, Redaksi MediaPass Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Y. Triasputro B, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya W. S, Constantine J. N, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Donald Saluling, Veronica Putri Larosa, Prima Pasaribu, Saverinus Januar, Ignatia Astrid D. F Liputan/Artikel : redaksimediapass@yahoo. com, [email protected], 081328130513 Facebook: [email protected] Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS: Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Email: [email protected] twitter: @ParokiStefanus Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Yohanes Triasputro B, Benny Arvian Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine J. N Twiter: Susan J, Irene 5. SEPUTAR PAROKI Festival Pangan D “Gerakan Cinta Pangan sebagai pernyataan syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan.” alam rangka memperingati HPS, Seksi PSE bekerjasama dengan PDKK Paroki St stefanus ,pada hari Minggu, 18 Oktober 2015 setelah misa 09.45, mengadakan kegiatan “FESTIVAL PANGAN“ yang melibatkan seluruh umat di wilayah Paroki St Stefanus yang berjumlah 12 wilayah. Kegiatan Festival mewajibkan membuat panganan pengganti beras; yang berupa : Makanan pokok dan snack (kue) dari jenis bahan makanan yang sudah ditentukan oleh panitia dan disepakati bersama peserta dari wilayah masing -masing. Tujuannya adalah memperkenalkan bahan makanan pokok pengganti beras dan meningkatkan kreativitas serta keahlian umat da- lam mengolah penganan pengganti beras. Ketentuan yang diwajibkan yaitu : Banyaknya panganan pengganti beras sebanyak 150 porsi/ wilayah dengan kategori : 100 porsi makanan pokok dan 50 makanan snack. Makanan pengganti beras ternyata dapat digunakan dari bahan yang murah dan sehat untuk diolah. Kemudian menjadi bahan makanan pokok yang lezat dan bergizi sehingga diharapkan hasil kreasi baru dari umat ini dapat menjadi inspirasi bagi keluarga dan sekitarnya. Panganan pengganti beras ini dapat juga diharapkan menolong mereka yang kesulitan untuk membeli beras baik secara materi maupun secara geologis karena di daerahnya sulit mendapatkan beras. Kebersamaan terwujud dalam menikmati makan bersama tanpa memandang sosial ekonomi. Kegiatan ini sendiri diharapkan menjadi sarana bertukar informasi yang kemudian sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Karena hasilnya dapat juga dijual dan diproduksi untuk menambah penghasilan. 6 Selama acara ini berlangsung dengan meriah, terlihat antusiasme yang tinggi baik dari peserta maupun umat yang hadir dalam acara tersebut. Mereka menukarkan makanan tersebut dengan membagikan 2 kupon untuk makanan dan 1 kupon untuk air minum. Tidak kalah serunya, para juri yang terdiri dari pakar Gizi, perwakilan dari PSE dan PDKK juga Para Romo bersemangat berkeliling untuk menilai hasil karya umat yang sangat bervariasi dan kreatif. - Kentang - (WILAYAH 5 &12) - Ubi - (WILAYAH 2 & 9) Perkedel ubi, nasi ubi merah,ubi ungu ,ubi putih, kering ubi kacang tanah dan teri, urap sayur dan opor tahu - Jagung- (WILAYAH 7 & 10) Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam festival panganan terssebut: - Sagu - (WILAYAH 1) - Waluh - (WILAYAH 6) bubur waluh ayam, - Sukun - (WILAYAH 8) kripik,getuk,kue lumpur, oseng sukun, tahu bacem Wilayah 6 menjadi juara umum di ikuti dengan Wilayah 2 dan 8. bakmi goreng waluh, wedang ronde waluh, pumpkin cake - Singkong - (WILAYAH 3 & 11) - Talas - (WILAYAH 4) Selain dari kegiatan lomba panganan pengganti beras ini juga disiapkan Pohon Doa. Pohon doa ini memberikan kesempatan pada umat untuk mendoakan kondisi pangan negara kita yang disebut 7 sebagai RAHIM karena sangat penting bagi kehidupan manusia. Doa yang digantung berupa ucapan syukur, sukacita, dan permohonan yang disampaikan oleh seluruh umat yang menuliskannya kemu- adanya kreasi baru makanan ini dapat bermanfaat dan memberi inovasi untuk perkembangan dunia pangan Indonesia khususnya umat yang memerlukannya bagi kesehatan dan kesejahteraan bersama. Variasi makanan yang baru-pun bisa menjadi menu makanan pasturan. Sehingga romoromo kita bisa semakin sehat dan bersemangat.*** Penulis adalah panitia dari Festival Pangan. Foto: VPL, KJ (DOK MP) dian menggantungkannya kepohon doa tersebut. Pada akhir acara Romo mendoakan pohon doa tersebut. Puji Syukur acara berlangsung dengan meriah dan baik semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita akan bahan makanan pengganti beras yang diharapkan dapat memberikan peng-aruh positif bagi seluruh umat.Hasil karya-karyanya juga luar biasa dari umat se-Paroki St. Stefanus Cilandak semoga dengan 8. SEPUTAR PAROKI T radisi gereja mendedikasikan bulan Mei dan Oktober sebagai bulan Devosi kepada Bunda Maria melalui Doa Rosario, sejarah mengenai ditetapkannya bulan Mei dan Oktober sebagai bulan Rosario adalah ditandai dengan adanya 2 (dua) pe-ristiwa penting yaitu pada saat Paus Pius VII ditangkap dan dipenjara oleh serdadu Napoleon, didalam penjara Paus memohon dukungan Doa Bunda Maria agar dibebaskan dari penjara dan berjanji akan mendedikasikan WILAYAH Maggiore, dan pada tanggal 7 Oktober tahun 1571 pasukan Katolik memenangkan pertempuran tersebut, dan Paus Pius V menetapkan Peringatan Rosario dalam misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober dan penerusnya yaitu Paus Gregorius XIII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari Raya Rosario Suci (Sumber : Katolisitas.Org), hingga saat ini seluruh umat Katolik setiap bulan Mei dan Oktober melakukan kegiatan kerohaniannya baik di Lingkungan, Wilayah atau Paroki (Gereja) dengan Doa Rosario. 6 Kegiatan Lingkungan St. Aloysius Penulis & Foto oleh Rudianto Sihotang perayaan untuk menghormati Bunda Maria pada saat ia dibebaskan, Paus Pius dibebaskan pada tanggal 24 Mei 1814 setelah lima (5) tahun dipenjara, sedangkan peristiwa penting yang tejadi pada bulan Oktober yaitu pada tahun 1571 terjadi pertempuran di Lepanto, dimana pasukan kerajaan Ottoman (Turki) menyerang Agama Kristen di negara-negara Eropa, melihat pertempuran yang hampir mustahil dimenangkan ini Paus Pius V mengajak seluruh orang beriman untuk berdoa Rosario di basilika Santa Maria Pada bulan Oktober 2015 Lingkungan St. Aloysius yang berada di Wilayah VI St. Agustinus, setiap minggunya di hari Rabu malam jam 19.00 - 21.00 WIB mengadakan kegiatan kerohanian dengan Ibadat Singkat dan Doa Rosario. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran ke rumah warga yang berkenan, menerima dan menyediakan tempat (rumahnya) untuk dapat bersekutu dan berdoa mendaraskan Doa Rosario. Pada kesempatan tertentu juga ada warga yang secara khusus meminta untuk dapat berdoa Rosario di rumahnya sebagai ujud syukur karena ada yang berulang tahun anak/cucunya, ulang tahun pernikahan, kelancaran usaha/ 9 pekerjaan, kesembuhan, dan lain-lain, yang hal ini dapat diartikan bahwa kita senantiasa dapat berbagi sesama warga lingkungan atas ucap syukur kita maupun meminta dukungan berupa doa dari sesama warga lingkungan atas pengharapan dan citacita kita, karena kita yakin bahwa kekuatan doa dapat mengubah segala hal. Kegiatan lain yang juga dilaksanakan oleh lingkungan St. Aloysius pada bulan Maria ini adalah ikut serta memeriahkan acara Hari Pangan Sedunia (HPS) yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, Gereja St. Stefanus Cilandak memfasilitasi dengan mengadakan acara lomba penyajian makanan dari seluruh Wilayah I – XII dengan beberapa kriteria yang sudah ditentukan oleh Panitia, salah satunya yaitu penentuan bahan pokok makanan yang akan disajikan. Wilayah VI dimana lingkungan St. Aloysius mendapat tugas menyiapkan dan menyajikan makanan dengan bahan pokok WALUH. Bertepatan dengan informasi yang didapatkan tentang acara tersebut ke-lompok Wanita Katolik (WK) Wilayah VI sedang mengadakan acara ziarah ke beberapa gua Maria di Jawa Tengah, maka di sepanjang perjalanan dan di sela-sela waktu ziarah dilakukan diskusi dan rencana-rencana yang berkaitan de-ngan acara HPS tersebut disempatkan untuk membeli beberapa buah Waluh pada saat perjalanan kembali ke Jakarta. Lingkungan-lingkungan yang berada di Wilayah VI yaitu : Lingkungan Sta. Maria Magdalena, Lingkungan St. Thomas Aquino dan Lingkungan St. Aloysius telah mendapatkan tu- 10 gasnya masing-masing, lingkungan St. Aloysius mendapatkan tugas untuk membuat dan menyediakan 100 porsi makanan pokok, dikoordinir oleh Ibu Mulyono, Ibu Yatno, Ibu Bagyono serta yang lainnya maka di buatlah Bubur Waluh untuk disajikan pada acara HPS tersebut. Hasil dari kerjasama yang baik dari tiaptiap lingkungan maka Wilayah VI mendapat predikat Juara Umum atas semua jenis makanan yang disajikan berbahan dasar Waluh, dan akhirnya semua warga yang hadir pada acara HPS tersebut diajak untuk ikut serta menikmati makanan yang disajikan oleh seluruh Wilayah. yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan, bertanam vertikultur dan bertanam hidroponik (sumber : www.kaj.or.id), untuk yang disebutkan terakhir yaitu bertanam hidroponik lingkungan St. Aloysius pada penutupan (pertemuan terakhir) Doa Rosario pada hari Rabu, 28 Oktober 2015, bertempat di rumah Bapak Leon/Ibu Astrid, setelah Doa Rosario diadakan acara “Panen Raya” sayuran hidroponik berupa sayuran Sawi, Pokchoy dan Bayam Merah. Tanaman hidroponik tersebut dibudidayakan oleh salah satu warga lingkungan St. Aloysius yaitu Keluarga Bapak Rudianto Sihotang, dengan harapan dapat di sosialisasi- Panen Raya HIDROPONIK K egiatan lain yang juga telah dilaksanakan oleh Lingkungan St. Aloysius dalam rangka Hari Pa-ngan Sedunia yang pada tahun ini Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) melalui surat gembala mengambil tema : Merawat Bumi Sebagai Rahim Pangan Kita. Bentuk nyata dari tindakan kita didalam merawat bumi yaitu dengan cara bersiasat di saat sulit dipekarangan yang sulit, seperti : menabung air dengan membuat sumur resapan/lubang biopori, mengurangi bahan pencemar kan dan di ikuti oleh seluruh warga lingkungan yang lain.*** 11. SEPUTAR PAROKI P ada tanggal 16 - 18 Oktober 2015, Lingkungan Bernedette, Wilayah 2 mengadakan ziarah dan rekreasi (ziarek) di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tempat ziarah yang dituju adalah Goa Maria Besokor - Weleri, Goa Maria Kerep - Ambarawa, Gereja Ganjuran Bantul, Goa Maria Tritis - Gunung Kidul, Misa Minggu di Gereja Fransiskus Kidul Lodji - Yogyakarta dan Goa Maria Kaliori - Purwokerto. Sedangkan tempat rekreasi yang dituju adalah Goa Pindul - Wonosari, Gunung Kidul dan belanja/wisata kuliner di Pasar Bringhardjo dan Malioboro, Yogyakarta. kungan, Wilayah dan bahkan Paroki. Yang terakhir, dengan ziarah ini, mereka ingin mengenal lebih dalam tempat-tempat yang menjadi simbol iman Katolik. Sambil menyelam minum air. Acara ziarah ini juga diisi dengan kesempatan WILAYAH 2 Kegiatan Lingkungan Sta. Bernadette Penulis & Foto oleh Frans Jonosewojo Peserta dalam ziarek ini ada 43 orang, terdiri dari warga lingkungan Sta. Bernadette dan beberapa umat paroki tetangga. Program ziarah dimaksudkan untuk membangun iman melalui peribadatan bersama selama perjalanan menuju tempattempat ziarah. Yang kedua adalah menyelaraskan kebersamaan dalam iman Katolik dan membangun keakraban dalam berkomunitas dan berkomunikasi lintas warga Ling- untuk berekreasi bersama. Tujuannya adalah untuk membina fisik dan pikiran secara berkomunitas dengan melepaskan akumulasi beban hidup yang dialami dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Dengan rekreasi, mereka berusaha membina hubungan baik antara warga lingkungan wilayah dan lintas paroki dalam suasana bahagia di tempat rekreasi goa Pindul. Yang tidak bileh dilupakan, rekreasi bersama 12. SEPUTAR PAROKI dimaksudkan untuk mempererat jalinan silaturahmi diantara warga lingkungan agar sebagai saudara seiman dapat lebih saling mengerti, saling membantu dan berusaha menjadi teamwork yang solid dalam pelayanan. S elama bulan Oktober, kami warga wilayah III St. Ambrosius yang terdiri dari 5 Lingkungan yaitu St. Nicodemus, St. Paulinus, St. Markus, St. Quirinus dan St. Octavianus, rutin mengadakan pertemuan doa rosario bersama 2 kali seminggu di masing-masing lingkungan secara bergantian di rumah warga. Jumlah umat yang hadir antara 15 – 30 orang. Seluruh rangkaian acara berjalan lancar, baik, tertib, kekeluargaan, penuh canda tawa dengan senandung tembang kenangan dan bahagia bersama. Semua peserta pulang membawa sukacita dan kenangan indah, dan semoga suka cita itu terus dimunculkan dalam setiap kegiatan dan pelayanan lingkungan, wilayah dan paroki. Karena itulah acara ziarek diadakan, yakni demi membangun semangat pelayanan yang penuh sukacita.*** Pada tanggal 27 Oktober 2015 di rumah salah seorang warga kami, mengadakan doa rosario bersama 13 WILAYAH 3 Penulis & Foto oleh Dewi Janthie dilanjutkan dengan KKS Rutin tiap bulan bimbingan dari Pastur Robby Wowor, OFM. Pada tanggal 29 Oktober kami juga mengadakan doa rosario gabungan 5 lingkungan dan dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Jost Kokoh, Pr dalam rangka penutupan pertemuan doa rosario di bulan Oktober. Bapak Jeffri dan ibu Yama di Jl. Niaga Hijau Raya bersedia membuka rumahnya untuk kami berkumpul. Ada 60 orang berkumpul untuk berdoa bersama dan mengikuti misa Ekaristi. Pertemuan dilanjutkan dengan makan malam bersama. Kami pulang dengan hati gembira karena telah dikenyangkan dengan santapan Rohani dan Jasmani.*** ZIARAH REKREASI GUA MARIA D KEREP – AMBARAWA 31 Oktober – 1 NOVEMBER 2015 alam rangka menutup bulan Maria, akhir Oktober lalu kami warga wilayah 3 mengadakan Ziarek ke Goa Maria Kerep Ambarawa. Di Komplek ini juga terdapat Patung Bunda Maria tertinggi di dunia (42 meter), Patung Bunda Maria Assumpta. Patung ini diberkati dan diresmikan tgl. 15 Agustus 2015 oleh Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Agung Semarang. Dengan jumlah peserta 39 org, kami berangkat dengan bis pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015 pukul 06.00. Perjalanan yang panjang ini kami isi dengan bernyanyi, bercerita, permainan2; dan kami juga berdoa Rosario bersama di bis. Dalam perjalanan, kami mengunjungi Goa Maria Rosa Mystica di Desa Delik Bayuurip (Tuntang), Salatiga. 14 Yusuf, gereja yang bagus, dan letaknya berdekatan dengan komplek Susteran. Setelah santap pagi, dengan kendaraan angkot dari Susteran kami berangkat menuju Goa Maria Kerep. Acara kami diawali dengan Doa Jalan Salib, Setelah itu kami berdoa masing-masing di depan Gua Maria. Selanjutnya berfoto bersama di Patung Maria Assumpta. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Ambarawa, untuk bermalam di Rumah Retret, Susteran Ambarawa. Kami sangat menikmati malam kebersamaan kami dengan makan malam dan canda ria bersama. Kami betul-betul merasakan peziarahan kami pada keesokan harinya, dimulai dengan mengikuti misa Pk. 05.30 WIB di gereja St. 15. SEPUTAR PAROKI Kami sempat mengadakan beberapa perlombaan sampai tiba waktunya untuk makan siang bersama di Komplek Goa Maria Kerep. Selesai makan siang, kami berangkat menuju kota Semarang untuk berburu oleh-oleh khas Semarang, di toko Bandeng Juana. Kami tiba kembali di Pondok Indah, Jakarta pada hari Senin dini hari Pk. 03.00 WIB dengan selamat dan gembira walaupun cukup melelahkan. Demikian perjalanan Ziarek warga Wilayah 3, dengan Kebersamaan, Kesederhaan dan Suka-cita yang kami alami.*** WILAYAH 5 Penulis & Foto oleh Susan J K enapa harus ke Gua Maria Kerep? Dalam kondisi panas teriknya cuaca di bulan Oktober ini, ada banyak orang berbondong-bondong menyempatkan diri pergi ke Gua Maria Kerep. Mulai hari senin hingga ke senin lagi, tak habis-habisnya umat mengalir kesana, jalanan yang sempit mulai dari Terminal Ambarawa membuat lalulintas kendaraan macet. 16 Akhirnya sebagian orang memilih untuk berjalan kaki agar segera sampai tujuan. Jalan berat karena menanjak tidaklah menyurutkan niat mereka. Sungguh ironis, ditengah banyaknya orang mencari kenikmatan/kenyamanan untuk pergi ke mall satu hingga pindah ke mall lainnya yang serba mewah, ternyata masih banyak juga yang dengan berjerih payah pergi kesana. Apa yang mereka cari? Kalau Bunda Maria yang dicari, kenapa harus kesana. Toh patung Bunda Maria ada dimana-mana. Disetiap gereja-gereja, di rumahrumah, bahkan di saku kita juga ada. Tetapi tidaklah demikian. Patung Bunda Maria Asumpta yang di Kerep bak pelita didalam gelap. Disaat kondisi moral dan iman terdegradasi oleh kehidupan modern, belum lagi adanya banyak peristiwa umat kristen ditolak serta dianiaya dimana-mana, munculah orang yang memberanikan membuat patung yang spektakuler itu. Hingga akhirnya menggerakkan hati banyak orang untuk mengapresiasi hasil karyanya dengan berkunjung kesana. Sungguh beruntung nampak ada sebagian kecil umat dari paroki St.Stefanus yang tergabung dalam Lux Mundi Choir berada ditengah banyaknya umat yang berkunjung di Kerep. Ave Maria gratia plena, ora pronobis. Kehadiran Bunda Maria Assumpta di gua Kerep membawa berkah yang luar biasa bagi seluruh lapisan penduduk di daerah ini dengan multipleir effect-nya yang luar biasa dari angkot, warung-warung makan, toko-toko penjual produksi lokal seperti gula aren, buah-buahan, tukang parkir, pedagang makanan pikulan, losmen-losemen dan hotel. Semuanya menikmati ledakan pelanggan yang Luar biasa sehingga mendongkrak pendapatan per Kapita di daerah ini. Kami bertemu dengan Romo Agustinus Parso Subroto MSF yang memimpin misa di Kapel Gua Maria Kerep. Romo Agustinus Parso Subroto MSF, juga bertindak sebagai penanggung jawab pembangunan gedung gereja dan gedung Pastoran Paroki Kristus Raja Semesta Alam, Tegalrejo, Salatiga. Setelah selesai misa, kami terketuk untuk membagi berkat yang telah kami dapatkan dari Tuhan dan terkumpul sejumlah dana sebesar Rp 23,550,000.- sebagai pernyataan kasih dari Wilayah V paroki St Stefanus Jakarta yang akan kami sumbangkan.*** 17. SEPUTAR PAROKI Pelayanan PRIMA dengan Sepenuh HATI Frans Jonosewoyo D alam rangka meningkatkan pelayanan oleh karyawan yang bekerja di paroki, pada tanggal 14 Oktober 2016, bagian Personalia Paroki St. Stefanus mengadakan pelatihan sehari bertemakan, ”Pelayanan sepenuh hati.” Acara yang diadakan di gedung Leo Dehon, mulai pk. 09:00 s/d 18.30 WIB, di ikuti oleh 30 karyawan paroki dan beberapa karyawati yang bekerja di Poliklinik, serta relawan seksi PSE (Pelayanan Sosial Ekonomi). Dengan pelatihan ini, diharapkan adanya pola pikir (mindset) dan semangat yang baru, sehingga para karyawan dapat melayani umat secara lebih baik. Pelatihan ini dipimpin oleh Bapak Andreas Hengky Gosyanto, seorang professional yang sangat kompeten di bidang pembinaan sumber daya manusia, dan aktif melayani paroki lain di Keuskupan Agung Jakarta. Topik Pelayanan sepenuh hati, lebih dikenal dengan nama Service Excellence (Pelayanan prima) yang banyak diberikan oleh perusahaan besar yang memperhatikan pengembangan para karyawannya. Konsep Pelayanan prima adalah memberikan pelayanan bukan hanya sesuai, tetapi bahkan melebihi yang diharapkan mereka yang dilayani, yaitu bukan hanya umat 18 tetapi siapa saja yang berhubungan kerja dengan mereka, termasuk rekan rekan sekerjanya. Hal ini menjadi penting karena harapan dan kebutuhan umat semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya pelayanan yang diberikan paroki dan institusi umum lain, misalnya kantor swasta, pemerintah, bank, hotel, bahkan penjual barang dan jasa. Semuanya semakin berpacu memperbaiki pelayanannya, guna mendapatkan dan mempertahankan pelanggannya, dan tentunya demi berlangsungnya institusi tersebut. Langkah awal untuk meningkatkan pelayanan yang lebih prima, kita harus mengenal SIAPA yang dilayani dan APA kebutuhan masing-masing. Prinsip dasar Service Excellence adalah sebagai berikut: pertama, Customer Focused. Da- lam hal ini, kita harus mengutamakan kebutuhan pelanggan bukan job focused pada apa yang dikerjakan atau tugasnya sendiri. Kedua, Customer Friendly. Di sini kita membantu pelanggan supaya dengan mudah memperoleh kebutuhannya. Ketiga, Customer Trustworthy. Bagian ini kita harus sungguh berjuang agar bisa dipercaya dan dapat diandalkan untuk memberikan solusi atau jalan keluar. Keempat adalah soal Consistent. Hal ini berkaitan dengan tingkat pelayanan yang setiap saat diberikan. Hanya yang mampu konsisten, yang tidak akan ditinggalkan oleh para pelanggannya. Terakhir adalah soal Continuous Improvement. Bagian ini tidak boleh dilupakan. Hanya yang mempunyai habitus untuk terus menerus belajar melakukan perbaikan, akan selalu diterima oleh para pelanggan. Aspek lain yang perlu ditumbuhkembangkan adalah aspek komunikasi. Komunikasi yang efektif itu terdiri dari 7% pilihan kata, 55% bahasa tubuh, dan 38% dari nada suara. Dalam komunikasi juga harus memperjuangkan bagaimana bersikap yang asertif, bukan agresif 19. SEPUTAR PAROKI atau sebaliknya permisif. Jangan mengabaikan soal penampilan; pakaian, kondisi tubuh, dan bahkan senyum, sangat perlu mendapatkan perhatian. Pada pelatihan ini, peserta berlatih keterampilan menyapa, pilihan kata-kata, etika menerima telepon, menjawab pesan baik email dan short message melalui sms, whatsapp, BBM dan lain sebagainya. Pada session terakhir, peserta diminta membuat commitment perbaikan, apa yang akan dilakukannya. Para peserta secara umum menilai dan merasakan bahwa materi pelatihan sangat bermanfaat dan sesuai kebutuhan. Para pengajar yang ahli, berpengalaman dan pelatihan yang dilakukan dengan cara interaktif, membuat semua peserta dengan antusias terlibat aktif mengikuti pelatihan, bahkan secara spontan bersedia menambah waktu pengajaran melebihi yang dijadwalkan semula. Semoga dengan bekal yang didapat, diharapkan pelayanan yang mereka berikan dapat terus lebih baik, bukan sekedar demi berlangsungnya institusi kita, jauh lebih penting adalah demi kemuliaan Allah.*** Penulis adalah Bagian Personalia Gereja St. Stefanus ULANG TAHUN PDKKPAGI S ebagai ungkapan syukur dalam rangka ulang tahun PDKK –PAGI St. Stefanus yang ke 29 pada tanggal 23 September 2015 yang lalu, diadakan Perayaan Ekaristi kudus di Gedung Leo Dehon lantai 3 pukul 10 pagi. Acara yang cukup meriah dihadiri oleh lebih dari 125 orang. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr. Homili diambil dari bacaan harian tanggal 23 September : Ezr.9:5-9 dan Injil Luk.9:1-6. Intinya tentang Perutusan untuk kerajaan Allah 29 th 2020. SEPUTAR PAROKI dan sesama. Jangan ada kelekatan/ketergantungan pada sarana, perutusan harus menjadikan kita kreatif, penuh inisiatif. Selesai homili, seperti biasa lagu mars PDKK Pagi St Stefanus dengan judul “SETIALAH” dinyanyikan bersama seluruh team dan Romo. Acara ditutup dengan pemotongan tumpeng ulang tahun oleh koordinator PDKK Pagi St Stefanus, Ibu Lenny Anwar dan makan siang bersama. Tuhan memberkati!(AA)*** ULANG TAHUN KOPERASI BUDI ASIH S ebagai ungkapan syukur dalam merayakan hari jadinya yang 31 pada tanggal 28 Oktober, Koperasi Budi Asih mengadakan makan siang bersama di Gedung Leo Dehon lt.2. Acara dimulai pukul 12.00 WIB diawali sambutan dari Ketua Umum Koperasi Budi Asih Ibu Theresia Patty, dalam sambutanya beliau mengajak kita untuk memanfaatkan Koperasi Budi Asih sebagai wadah untuk me- nabung buat masa depan dan meminjam dikala kita membutuhkan modal untuk usaha dan keperluan lainya, beliau juga berharap semoga kedepanya Koperasi Budi Asih semakin maju, aset dan anggota-nya terus bertambah. Acara selanjutnya doa pembukaan oleh Rm. Antonius Sumardi SCJ dan pemotongan kue ulang tahun serta diakhiri makan bersama. Acara yang dikemas secara sederhana ini dihadiri hampir 21 seluruh karyawan gereja St. Stefanus, Anggota PSE dan Karyawan Poliklinik serta pengurus dan pengawas Koperasi Budi Asih sendiri, kurang lebih 40 orang hadir. Tujuan diadakan makan bersama ini untuk menjalin silatuhrahmi antar sesama terutama para karyawan yang berkarya dalam naungan gereja St. Stefanus agar terciptanya keakraban dan kerjasama tim yang solid. kak naik aset dan anggotanyapun terus bertambah, jam operasional pelayanan dibuka setiap hari, sudah memiliki karyawan harian, kondisi keuanganyapun terus stabil, pendidikan dan pelatihan untuk pengurus, karyawan dan anggota terus dilakukan begitupun dengan pembenahan mulai dari pengurusan surat domisili, SIUP,NPWP dan pergantian rekening serta pengalihan dari Sedikit menengok kebelakang memang tak bisa dipungkiri koperasi Budi Asih mengalami jatuh bangun, baru sekitar enam tahun belakang ini koperasi Budi Asih terus merang- system manual ke komputerisasi. Saya yakin tak lama lagi koperasi Budi Asih akan menjadi koperasi yang mandiri dan sejahtera. (KJ) *** 22. SEPUTAR PAROKI Paroki Cilandak – St. Stefanus, Paroki Blok B – St. Yohanes Penginjil, Paroki Blok Q – Sta. Perawan Maria Ratu, Paroki Jagakarsa – Ratu Rosari, Paroki Pasar Minggu – Keluarga Kudus, dan Paroki Tebet – St. Fransiskus Asisi. M enyambut persiapan Keuskupan Agung Jakarta Youth Day 2015, yang akan dilaksanakan di Buperta Cibubur pada tanggal 21 - 22 November 2015 Dekenat Jakarta Selatan menyelenggarakan “Dekenat Selatan Youth Day” di Gedung Leo Dehon Lantai 4 pada tanggal 31 Oktober 2015 yang lalu. Adapun tema dari acara itu adalah “Gue OMK Untuk Indonesia”. Seperti yang kita ketahui, Dekenat Selatan terdiri dari Perayaan Ekaristi Kaum Muda Inkulturatif Bergaya Betawi menjadi pembuka dalam acara ini. Perayaan Ekaristi tersebut berlangsung dengan hikmat dalam pimpinan Rm. Paulus Setiadi, SCJ. Kendatipun Perayaan Ekaristi bergaya betawi, 23 laksanakan Pelantikan Pengurus Seksi Kepemudaan Dekanat Selatan Keuskupan Agung Jakarta yang baru. Yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai penampilan kreativitas dari setiap paroki. Termasuk Talk Show yang bertema “Break Your Limit”. Talk Show tersebut dibawakan oleh saudara tapi untuk dresscode yang dipakai bertemakan perjuangan, mengingat acara tersebut masih tidak begitu jauh dari Hari Sumpah Pemuda. Berbau dengan hal perjuangan tentu adalah ciri khas anak muda. Tidak luput pembacaan Sumpah Pemuda, menjadi pengingat untuk semua orang muda yang hadir akan kecintaan pada tanah air. Bertepatan dengan itu pula, di- kita Vigara dan Cynthia. Adapun narasumber yang menjadi pembicara dalam talk show tersebut adalah Michael Carlos da Lopez dari Grup Acapela Indonesia Jamaica Café, Leonardus Kamilius selaku Founder & CEO Koperasi Kasih Indonesia (KKI) dan Nicholas Harto Wijaya 24. SEPUTAR PAROKI sebagai Founder Rumah Belajar Indonesia Berbasik STEM. Selesai acara talk show, disusul dengan penampilan kembali kreativitas setiap orang orang muda paroki. Dan ditutup dengan “Mini Party” di lantai 3. Semoga dengan sudah terselenggaranya acara Dekenat Selatan Youth Day dan penampilan orang-orang terbaik dari paroki-paroki kita tersebut, semakin menginspirasi orang- orang muda sedekanat selatan menjadi orang muda yang berani keluar dari batas, berani berbuat dan menjadi berkat buat orang-orang sekitarnya.(Pr, Foto ADS)*** Peringatan Hari Orang Beriman S etiap tanggal dua November, Gereja Katolik memperingati hari arwah orang beriman. Paroki ataupun Keuskupan akan mengadakan misa khusus untuk mendoakan arwah jiwa-jiwa orang beriman yang telah terlebih dahulu dipanggil oleh Allah Tuhan kita. Tentu tidak ketinggalan juga Paroki St. Stefanus, ikut serta mengadakan perayaan misa tersebut. Misa di paroki St. Stefanus dimulai pukul 18.00 WIB, diawali dengan doa Malaikat Allah kemudian Arwah dilanjutkan dengan pembacaan nama-nama keluarga yang mendoakan sanak saudaranya yang telah meninggal. Banyak umat yang hadir dalam perayaan ini, ada yang membawa bunga maupun foto dari keluarganya. Perayaan ini dipimpin oleh Rm. Paulus Setiadi, SCJ. Dalam homilinya, beliau menegaskan bahwa kehidupan manusia merupakan peziarahan, baik yang masih di dunia maupun yang sudah meninggal semua tertuju padaNya. Maka kita perlu menyadari dan mempersiapkan diri sebab tidak seorangpun 25 yang tahu kapan Tuhan memanggil kita. Jika kita melihat saudara/i yang telah meninggal dalam figura, apakah kita pernah berpikir bahwa suatu saat foto kita yang ada didalam figura itu? Karena itu mari kita mempersiapkan diri untuk menyosong Tuhan yang datang memanggil kita. Selesai homili, romo membakar salah satu kertas ujud sebagai simbolis yang kemudian nantinya seluruh kertas-kertas ujud akan dibakar oleh para misdinar sesudah misa. Tujuan kita memperingati hari arwah orang beriman adalah untuk mendoakan mereka agar mendapatkan tempat dalam kerajaan Surga, terutama bagi mereka yang kini masih berada di dalam api penyucian. Dengan permohonan lewat doadoa kita, tentunya kita mempunyai harapan agar saudara saudari kita yang masih berada di api penyucian, diangkat dan mengambil bagian dalam kerajaan surga, seperti yang dikehendaki oleh kita bersama dan seperti janji dan kehendak Allah bagi kita. 26 Dalam iman kita yang teguh akan Yesus Kristus, Sang penyelamat umat manusia, maka mendoakan arwah orang beriman yang telah meninggal dunia adalah sebuah tindakan kasih yang dapat mempersatukan kita sebagai anak-anak Allah yang sejati. Makna doa yang kita panjatkan ke hadirat Allah, lebih-lebih bernada permohonan demi pengampunan dosa mereka, selain itu karena sumber dan puncak dari iman Katolik terletak pada “Sengsara, Wafat, dan Kebangkitan Kristus, Sang Juruselamat kita yang kekal”. Dari sinilah kita diajak oleh Gereja untuk turut mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Kematian saudara/i kita mesti dimaknai secara teologis dalam tiga hal yakni “Sengsara, Wafat, & Kebangkitan Kristus”. Oleh sebab itu, Gereja Katolik secara universal turut mendoakan arwah orang beriman yang telah meninggal dunia. Karena siapa pun yang telah menerima sakramen Baptis dari seorang imam, dia telah sah menjadi anak Allah sejati dan ksepadanya dikarunia Roh Kudus yang senantiasa membimbingnya seumur hidup. Nah, lewat penerimaan Sakramen Baptis, kita bukan saja menerima dua tanggung jawab di atas melainkan diharapkan untuk mempertanggung jawabkan iman Katolik kita sampai akhir hayat hidup kita sebagai orang beriman. Pada suatu saat kita akan mengalami situasi yang sama yakni KEMATIAN. Maka selain mendoakan keselamatan mereka, kita pun telah mendoakan keselamatan diri kita, bilamana maut merenggut hidup kita kapan saja.(Pr, sketsa DS)*** Dengan mendoakan orang yang telah meninggal dunia, maka sebenarnya kita sudah membantu meringankan beban dosa dari para arwah itu sendiri. Hukuman dalam bentuk apa pun yang kita alami di dunia ini tak sama bandingnya dengan hukuman di dunia akhirat. 28. SEPUTAR PAROKI BAKTI SOSIAL Penutupan Tahun Syukur D alam rangka penutupan Tahun Syukur, Dewan Paroki St. Stefanus menyelenggarakan bakti sosial pada Sabtu, 7 November 2015 di Gedung Leo Dehon. Bakti sosial yang pertama kali diselenggarakan ini dipanitiai oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekomomi (PSE), Paguyuban Alumni Kursus Evangelisasi Pribadi (PAK) dan Seksi Hubungan Antara Agama dan Kemasyarakatan (HAAK). Adapun jenis pemeriksaan antara lain adalah Pemeriksaan Gigi dan Mulut, Pemeriksaan Mata dan Pemeriksaan Perbaikan Gizi dan Penyuluhan. Untuk jumlah tenaga Medis yang bertugas ada sebanyak 40 orang yaitu dari Perdami 10 orang, 2 orang dokter mata, 8 orang dokter umum, 9 dokter gigi dan selebihnya adalah tenaga volunteer dari Paroki St. Stefanus. Saat ditemui, bapak Iwan Gunadi sebagai Koordinator dan Ibu Lili Sunarto sebagai sekretaris, mengatakan bahwa dibutuhkan persiapan selama 2 bulan untuk penyelenggaraan bakti sosial ini. Sosialisasi baksos tersebut disebar di RT/RW lingkungan Gereja St. Stefanus, tujuannya tentu saja selain untuk berbagi kepada sesama, adalah untuk membuat warga menyadari keberadaan adanya poliklinik St. Stefanus yang dapat membantu warga sekitar memeriksakan diri. Bakti sosial yang dimulai dari jam 07.00 WIB sampai sore ini ternyata disemarakkan oleh berbagai sponsor makanan anak-anak. Tentu saja dikemas dalam bentuk goody bag, yang kemudian dibawa pulang sebagai bingkisan seusai pemeriksaan. Menurut dr. Victor Christ Hasudungan Napitupulu, Sp.M, sebagai salah satu dokter mata dari PERDAMI, berdasarkan hasil pemeriksaan di bakti sosial tersebut, kebanyakan dari anak-anak yang diperiksa cenderung menderita Refraksi Mata. Refraksi mata adalah kelainan pembiasan pada mata. Dimana sinar sejajar yang jatuh ke bola mata kemudian dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi mata hanya dapat ditanggulangi atau disempurnakan penglihatannya dengan menggunakan media kacamata untuk mempertajam penglihatan. Sehingga disarankan untuk menggunakan kacamata. Hasil pemeriksaan anak-anak yang 29 positif menderita refraksi mata pada baksos tersebut, akan diberikan surat rujukan ke dokter mata atau ke optik untuk kemudian diberikan kacamata. Disarankan untuk seluruh orang tua agar mulai dari sejak dini sudah memperhatikan tingkah laku anak pada saat membaca, menonton TV atau melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi mata anak agar ketidaknormalan pada mata anak dapat terdeteksi lebih awal. Sementara menurut dokter dari bagian Perbaikan Gizi dan Penyuluhan, dr. Wati dan dr. Ilse, pemeriksaaan gizi dari anak-anak tersebut sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari ukuran berat badan dan tinggi badan yang sudah sesuai dengan kartu menuju sehat. Untuk anak-anak yang sekiranya masih membutuhkan penambahan gizi, akan dirujuk ke poliklinik St. Stefanus untuk mengambil vitamin. Yang menarik dari peserta yang ikut dalam bakti sosial ini adalah dua orang anak berusia 4 dan 5 tahun yang memiliki “hobby” yang cukup aneh dan langka. Dikatakan demikian karena Fikha (4) ternyata hobby memakan batu bata dan Siti Kafilah (5) sang kakak juga hobby meminum minyak telon. Saat ditanya kepada sang ibu, beliau hanya mengatakan tidak tahu mengapa kedua anaknya memiliki kebiasaan yang langka itu. Menurut beliau, kedua anaknya sudah pernah dibawa ke dokter, tetapi tidak ada hasil pemeriksaan yang aneh. Siang itu, seusai melakukan pemeriksaan di baksos tersebut, si 30 ibu dan kedua anaknya pun dirujuk untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke Poliklinik St. Stefanus. Semoga saja dengan dirujuknya kedua anak tersebut, dapat membantu memperbaiki kebiasaan sang anak yang aneh tersebut. (PR)**** Tempat/Tgl Lahir: Yogyakarta, 15 November 1942 Tahbisan: Tugumulyo, 14 Desember 1972 Meninggal: 9 November 2015 31. SEPUTAR PAROKI Bpk. Zakarias Aci P aroki St. Stefanus memulai suatu tradisi baru, yakni mengadakan perpisahan secara khusus untuk melepas karyawan yang telah menyelesaikan masa bakti. Pada tanggal 30 Oktober yang lalu, paroki mengadakan acara perpisahan dengan Bapak Yohanes Bejo, di Gedung Leo Dehon, lantai 2. Dalam acara tersebut, diundang secara khusus, tentunya Bapak Bejo dan Istri, seluruh karyawan paroki, dan semua gembala kita; Romo Sumardi, Romo Setiadi, Romo Martin, dan Frater Surya. Anggota Dewan Paroki Harian yang hadir adalah Bapak Edy Cahyanto, Bapak Pangestu, Bapak Frans Jonosewojo, Ibu Endang Surastri, Bapak Bambang Sutarsono dan Bapak Suhartono. Mengawali acara perpisahan ini, diadakan serangkaian kata sambutan, yaitu kata sambutan dan ungkapan terima kasih atas nama umat paroki oleh Romo Sumardi. Tidak ada ungkapan yang lebih indah dalam situasi seperti ini, kecuali ungkapan dari hati yang paling da- lam, “Terima kasih Bapak Bejo atas pengabdiannya selama ini. Semoga berkat Tuhan senantiasa melimpah dalam kehidupan Bapak Bejo dan sekeluarga.” Sambutan yang kedua menyusul dari Bapak Frans Jonosewojo sebagai Kepala kekaryawanan. Tidak begitu berbeda dengan sambutan pertama, Bapak Frans menyucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus atas pelayanan Bapak Bejo yang penuh dengan dedikasi. Setelahnya, diserahkan kepada Bapak Bejo, piagam penghargaan masa kerja, masa bakti 1999 - 2015 oleh Romo Sumardi. Kemudian diserahkan surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai karyawan yang telah memasuki masa pensiun oleh Bapak Eddy Cahyanto, mewakili Dewan Paroki Harian. Tiba giliran Bapak Bejo untuk menyampaikan pesan dan kesan. Dengan segala pengalaman kerja yang ada, Bapak Bejo merasa bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih 32 kepada semua pihak yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan untuk mengabdi kepada Gereja. Ia juga mohon maaf atas segala pengalaman atau prestasi kerja yang tidak menyenangkan. Akhirnya, dengan ketulusan hati, ia mohon doa dan dukungan agar dimampukan untuk menjalani masa pensiun dengan tenang dan bahagia. Tiga wejangan disampaikan oleh Romo Setiadi, Bapak Bambang Sutarsono dan Frater Surya. Semuanya mengalir dan mengarahkan kepada suatu dukungan dan penguatan agar Bapak Bejo dan keluarga diberi rahmat yang berlimpah di dalam segala aktivitas kehidupan. Hidup penuh syukur, begitulah inti semua wejangan. Puncak acara perpisahan, diserahkan piagam kenang-kenangan dari PPG dan Personalia. Kemudian dilengkapi rasa syukur itu dengan santap malam dan ramah tamah, serta dengan gembira bernyanyi dan berjoget poco-poco. *** 33. SEPUTAR PAROKI Pelayanan Penuh Rasa Syukur Penuh dinamika, penuh tantangan, dan sarat upaya untuk terus berpegang pada prinsip utama kelompok: “Sing for God, Joy, and Friendship”. Selama 29 tahun, dinamika itulah yang terasa kental dalam tubuh kelompok koor Providentia Dei (Penyelenggaraan Ilahi). Bermodal motto tersebut, tim paduan suara ini terus termotivasi untuk tampil istimewa di hari dan penugasan biasa. Tampil istimewa di hari istimewa adalah hal biasa. Sejak awal tahun, mendekati hari ulang tahun ke-29 banyak anggota Providentia Dei dengan antusias memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperingati kejadian yang penting itu. Dorongan awal seperti pada umumnya orang berulang tahun adalah bagaimana merekatkan ikatan persaudaraan internal dalam tubuh Providentia Dei-yang lahir 14 Agustus 1986. Muncul ide untuk meningkatkan kebersamaan dengan melakukan piknik bersama demi lebih saling mengenal antaranggota, menjadi lebih solid. Tidak heran karena anggotanya sekarang lebih bervariasi secara umur, yang terentang dari anggota angkatan pertama hingga anggotaanggota baru yang usianya separoh dari anggota-anggota lama. Namun, jangan salah, tidak ada sekat dalam pergaulan antaranggota. Berbagai usulan diajukan untuk menandai usia fenomenal itu, the last twenty. Semua menginginkan suatu kegiatan yang bakal dikenang dan tidak jauh dari makna penyelenggaraan ilahi. Gagasan konser kurang mendapatkan 34 dukungan karena anggota menyadari bahwa mempersiapkan konser secara serius membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Padahal, latihan sekali seminggu saja kadang ada yang terlambat dan kadang tidak lengkap. Di sisi lain, semangat berlatih dan dedikasi anggota kelompok paduan suara pimpinan August Handoko ini tinggi. Dua tahun terakhir, kami melakukan Choir Clinic tiga bulan sekali. Dalam pelatihan intensif ini, kami dilatih mulai dari cara bernapas, teknik-teknik mengeluarkan nada-nada tertentu. Bagaimana menciptakan suara bapakbapak anggota bas agar benar-benar bisa menjadi “jangkar”, atau bagaimana para ibu di kelompok sopran bisa mengurangi suara-suara kecil melengking. Dan, meskipun klinik tersebut berlangsung dari pagi hingga sore hari, bisa dikatakan seharian, justru para anggota ketagihan. Pada setiap klinik yang absen bisa dihitung jari. Anggota seluruhnya ada 40 orang. Sebenarnya ada alasan lain, selain menimba ilmu vokal dan paduan suara, kesempatan klinik menjadi semacam “piknik” karena kadang-kadang dilakukan di luar kota Jakarta. Tidak jauh sebenarnya, hanya ke Sentul atau ke Puncak. Dari pelatihan-pelatihan melalui klinik tersebut, semakin lama anggota-anggota Providentia Dei (PD) pun semakin “pede” (percaya diri) sehingga gagasan konser telah menjadi gagasan yang tak lagi asing. Sayangnya, akhirnya disadari bahwa persiapan sebuah konser membutuhkan komitmen dan waktu yang cukup panjang. Waktu yang tersisa tak lagi memadai. Pemikiran untuk merayakan ulang tahun mulai bergulir sekitar bulan April, dan dari berbagai tawaran dan ide, akhirnya diputuskan, kami akan beramaramai berwisata ke Medan. Namun ada catatan penting, yaitu kami tidak akan meninggalkan misi utama yaitu melakukan penyelenggaraan Ilahi dengan memuliakan namaNya. Maka surat menyurat pun dilayangkan ke Gereja St. Perawan Maria yang Dikandung Tak Bernoda Asal, Katedral Medan. Menawarkan diri untuk mengisi salah satu Misa dengan melantunkan pujian bagi Tuhan. Gayung bersambut. Rekan Mawar dan Ibu Betsy adalah dua anggota 35 35 kami yang berasal dari Medan. Maka, mereka pun dengan suka rela direpoti dengan berbagai urusan. Mulai dari menetapkan tujuan wisata, menyiapkan oleh-oleh, dan sebagainya. Sementara itu, semua anggota lantas bekerja keras untuk menyiapkan lagu-lagu yang khusus dipilih untuk disajikan di Katedral Medan. Dua lagu Batak tak lupa disiapkan, yaitu Sik Sik Sibatumanikam dan Rumbado. Tanggal 27 Agustus, rombongan terdiri dari 42 orang beramai-ramai terbang ke Medan. Dibuka dengan acara makan yang “maknyus” di Medan, hari pertama diakhiri dengan acara bernyanyi dan berjoget penuh keriaan. Selanjutnya, kunjungan ke Danau Toba yang indah dan menyenangkan antara lain karena tawaran tenun ulosnya yang membuat beberapa ibu merogoh koceknya, lengkap dengan acara menari tor-tor yang dijiwai dengan penuh semangat, berjalan menyenangkan. Menurut pemandu wisata di sana, kelompok kami adalah kelompok yang “penuh semangat”. Acara minum kopi di Pematang Siantar dengan hawa sejuknya memompa semangat kami. Sepanjang perjalanan tak henti suara nyanyian dan canda mewarnai udara Medan dan Brastagi yang “berkabut tipis” akibat asap kebakaran hutan. Meski Danau Toba hanya nampak sayup-sayup karena tertutup kabut asap tipis, keceriaan tak berkurang. Akibatnya jelas, sebagian anggota mulai terserang sakit tenggorokan, terlalu banyak tertawa dan bercanda-ria Sampai-sampai Berto, panggilan buat Albertus Wahyu Daryono, sang dirigen merangkap pelatih vokal kami menunjukkan wajah khawatir. Sebab, kami baru akan bernanyi di Katedral di akhir kunjungan yaitu di hari Minggu, 30 Agustus 2015. Menyadari bahwa jika ada anggota yang sakit maka tim paduan suara akan “sakit” juga, anggota-anggota yang sehat dengan heboh menawarkan segala jenis penawar gangguan tenggorokan. Ninik, Connie, Triani, Margaret, dan beberapa teman menyumbangkan “obat” untuk rekan yang suaranya hilang. Syukurlah pada hari-H suara itu telah kembali. Rekreasi tak hanya mengunjungi tempat- 36 tempat wisata, namun juga mengunjungi Gereja Graha Maria Annai Velangkani di Medan. Bangunan gereja yang unik penuh dengan simbol spiritual. Bangunan inkulturatif Batak dengan kultur India yang didirikan oleh Pastur James Bharata Putra, SJ yang berdarah India menjadi satu tujuan ziarah yang ramai dikunjungi. Gereja ini menyimpan cerita “mukzizat” karena saat terjadi kebakaran di tempat tinggal pastur, uang untuk membangun gereja tetap utuh di penyimpanan di pojok ruangan. Di sini kami melantunkan dengan penuh khidmat lagu Ave Maria. Puncak kunjungan. Hari Minggu sejak subuh semua telah bersiap dan semua berwajah ceria karena telah rekreasi sebelumnya telah menghilangkan ketegangan. Maka lagu-lagu seperti Damai dan Sejahtera, serta Hear My Prayer, dan Ordinarium Misa Kita II meluncur cukup mulus. Bertho pun banyak tersenyum. Dan, Pastur Eko, PR pun tersenyum cerah. Romo yang berasal dari Sragen, Jawa Tengah ini seakan mendapatkan kunjungan dari sanak saudara sendiri. Acara persembahan bagi Tuhan di gereja tersebut bermakna lebih bagi Ibu Betsy dan Mawar. Ibu Betsy menerima komuni pertamanya di gereja tersebut, sedangkan Mawar menerima Sakramen Pernikahan di gereja yang sama. Umat yang melimpah hingga ke halaman gereja pun menyambut kami dengan meriah dan memberikan salam khusus di akhir misa. Perpisahan berlangsung berat. Waktu pertemuan yang demikian singkat menorehkan kesan mendalam, sehingga secara spontan tanpa aba-aba Berto, kami pun mendendangkan Sik Sik Sibatumanikam dan Rumbado. Semua tersenyum lebar dan mencoba menari tortor. Dan, keceriaan itu diakhiri dengan foto bersama di pelataran Katedral Medan. Selamat jalan..., selamat tinggal...majuahjuah.... Dan, dengan rasa bahagia dan puas, rombongan pun menenteng pulang bingkisan oleh-oleh berisi kopi, pancake durian, durian segar, serta kopi Sidikalang, srikaya, dan banyak lagi. Semua tentengan terbungkus rapi atas jerih payah Richardo dan teman-temannya yang tak kenal lelah mendampingi kami yang terus heboh di sepanjang kegiatan. Pesan Pak August yang kami pegang teguh yaitu, “Ini merupakan perjalanan untuk mengungkapkan syukur karena Providentia Dei telah berhasil melewati segala dinamika dan tantangan. Kita 37 37 harus menghargai semua kerja keras rekan yang menyiapkan acara.” Maka benarlah, acara berlangsung tanpa ada komplain dan berlangsung penuh rasa kekeluargaan. Heboh, akrab, sekaligus menjadi perjalanan penuh syukur. Rangkaian “perayaan” ternyata berlanjut dengan datangnya undangan untuk ambil bagian dalam Konser “Prayer” yang diadakan oleh Komunitas Soli Dei. Konser yang digelar di Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta. Mulailah kerja keras diiringi rasa waswas, terutama menurut apa yang kami rasakan, ada pada sang dirigen. Akhirnya kami akan tampil juga. Namun, Berto dengan sangat luar biasa memberi motivasi dan target yang bagi kami agak di awang-awang. Maklum, lebih dari separoh anggota telah berusia di atas 50 tahun bahkan ada yang sudah melewati angka 70. Berto mematok target: menyanyi acapella. Woow... kalau boleh berkeringat dingin pasti semua sudah berkeringat dingin. Dua lagu dipilih: Hear My Prayer dan Lead Me Lord. Sungguh tidak mudah bagi kami. Kepercayaan diri mesti dihimpun, karena kami berbagi panggung dengan empat grup paduan suara lainnya. Waktu latihan yang efektif tinggal enam kali dijalani secara spartan dan militan. Anggota berupaya keras dan berkali-kali membuat Berto kecewa dengan hasilnya. Banyak anggota yang masih terlihat tertekan saat bernyanyi. Nada turun sudah menjadi langganan kritik. Hari-H tanggal 17 Oktober 2015 tiba, tiga hari setelah latihan terakhir mencoba “panggung” yang dirasa cukup baik hasilnya. Kami berdoa, semoga Tuhan memampukan kami memberikan yang terbaik. Setiap orang menjaga sendiri suaranya. Itu pesan Berto. Sesuai harapan kami, dua lagu meluncur dengan lancar. Kata Berto, adrenalin kami tinggi. Tepuk tangan yang hadir seperti siraman air dingin yang menyegarkan. Demikian bersyukurnya kami, hingga kami memberanikan diri untuk berbagi dengan khalayak dan mengunggahnya ke Youtube. Sejarah baru ditorehkan: Providentia Dei bernyanyi acapella dalam sebuah konser dan berbagi melalui Youtube. Perjalanan wisata dan konser tahun 2015 kami maknai sebagai sebuah perjalanan spiritual: bagaimana bisa terus bersyukur, saling menghargai, saling mendukung, dan pada akhirnya adalah semua demi Penyelenggaraan Ilahi (Providentia Dei)..... (Brigitta) LIPUTAN ARDAS 39. PROFIL Kematian, Bukan Akhir dari Segalanya Tyo-MediaPASS D alam edisi ini, akan diperkenalkan sosok keluarga sederhana yang tinggal di daerah Cilandak Jakarta Selatan. Keluarga ini adalah keluarga Bapak Yustinus Untung dengan istri bernama Lucia Supriyati dan bersama kedua putrinya, bernama Fransiska Eva Puspita Sari dan Monica Selvia Sari. Bapak Untung dan Ibu Lucia lahir di kota yang sama, yakni di Gunung Kidul, dan saat ini Bapak Untung bekerja sebagai karyawan swasta dan Ibu Lucia sebagai Guru TK Charitas. Untuk putri pertamanya, saat ini bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan putri bungsunya masih kuliah semester VII di kampus UPN Veteran Pondok Labu. Keterlibatan Bapak Untung di Lingkungan sekarang ini sebagai seksi kematian, sedangkan ibu menjadi anggota WKRI Lingkungan. Putri-putrinya pun juga tergabung dalam Orang Muda Katolik. Bapak Untung sudah menjalani tugas sebagai seksi kematian kurang lebih 10 tahun lamanya, dan tentunya mengalami sukaduka dalam bertugas. Pengalaman 40 40 yang diperoleh selama ia menjadi seksi kematian diantaranya adalah melayani atau membantu prosesi kelancaran pemakaman, membantu dalam hal mengurus makam, dan mengurusi surat-surat kematian. Dari beberapa pengalaman itu, terkadang ia terbentur dengan masalah pekerjaannya, khususnya ketika ada warga Lingkungan yang meninggal dunia, sementara itu ia tidak di rumah atau sedang bekerja. Namun dari semua yang dialaminya, ia bersyukur karena semunya bisa diatasi dengan baik dan lancar tanpa ada hambatan. Allah telah menyediakan tempat kediaman yang baru, yaitu Surga. Pengalaman Keluarga dalam Situasi Krisis Bapak Untung berkenan mensharing pengalaman keluarganya. Keluarganya pernah mengalami cobaan yang luar biasa, yang terjadi pada putri pertamanya, Eva. Pada saat itu putri pertamanya seperti menghadapi kematian dalam hidupnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2005, di mana pada saat itu Eva masih duduk di kelas 2 SMK. Eva menderita penyakit kelainan darah dan di rawat di RS Carolus Arti Kematian di Mata Bapak Untung Bapak Untung mensharingkan arti tentang kematian. Berdasarkan imannya sebagai orang Katolik, ia menyakini bahwa kematian itu merupakan titik akhir dari perjalanan hidup manusia di dunia ini. Titik akhir dari masa rahmat dan masuk alam kehidupan yang terakhir. Kehidupan terakhir ini tidak ditentukan oleh seberapa besar kita melaksanakan hukum cinta kasih yang merupakan hukum yang utama, melainkan melulu berkat belas kasih Allah. Kematian bukanlah hal yang menakutkan, karena kematian telah dikalahkan oleh kebangkitan Kristus dan bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari kasihNya. Maka, oleh jasa Kristus ini, ketika tubuh kita mati, tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, karena Eva Jakarta Pusat. Selama dalam perawatan minggu pertama, tidak ada perkembangan dan saat itu pula, Eva sempat diberi Sakramen Minyak Suci. Karena dalam satu minggu itu tidak ada perubahan, keluarga Bapak Untung harus mencari kantong darah ke PMI atas anjuran dokter, Eva harus ditambah darah trombosit sebanyak 20 kantong dan belum ada perubahan. Selama 5 hari, Bapak Untung berjuang 41 41 untuk mendapatkan kantong darah PMI untuk diteruskan ke rumah sakit dan berhasil mendapatkan 24 kantong darah tambahan, untuk segera didonorkan kepada Eva guna pemulihan penyakitnya. Namun penyakit darah pada trombositnya sudah mencapai batas bawah sekitar 5000. Dapat dibayangkan, jika seorang penderita mempunyai ukuran trombositnya sudah mencapai angka seperti itu, kemungkinan besar sudah tidak dapat bertahan hidup. Akan tetapi pada saat itu, Eva masih mempunyai semangat luar biasa untuk sembuh dan selalu berdoa dengan menyebut nama Yesus dan Bunda Maria. Dalam perjuangannya mencari kantong darah tambahan melalui PMI, Bapak Untung tidak beruntung karena sudah kehabisan stok. Ia tidak kenal menyerah, persis seperti putrinya, Eva yang juga tidak mau menyerah dengan sakitnya. Maka ia memohon pertolongan kepada warga Lingkungan St. Timotius, Suster, Guru dan karyawan Charitas, mau mendonorkan darah trombositnya untuk Eva dan akhirnya berhasil terkumpul 4 kantong darah trombosit. Namun, lagi-lagi setelah di proses di rumah sakit, tetap belum ada perkembangan. Dari pihak rumah sakit, dokter yang merawat Eva berinisiatif untuk tidak menambah darah trombositnya, karena sudah tidak ada hasil apapun. Pada minggu ketiga, pihak rumah sakit ingin mengambil sumsum Silvi & Eva tulang belakang untuk mengecek penyakitnya, dan hasilnya pun juga sama, tidak ada sesuatu yang dapat merubah kehidupan Eva. Dokter mengatakan pasrah kepada keluarga dan menyarankan untuk berdoa secara intensif, dan kemudian Eva dibawa pulang hari itu juga. Ketika tiba di rumah, Bapak Untung mencari seorang Imam yang bernama Romo Rohadi, untuk membantu doa kesembuhan Eva melalui Misa Penyembuhan di rumah. Melalui Misa Penyembuhan Eva oleh Romo Rohadi, Romo Stanly, Rom Lukman dan dibantu Romo Mulyadi, doa Novena selama 9 hari berturut-turut oleh warga Lingkungan St. Timotius, Tuhan berkenan memberikan mudjizatNya. Eva mulai berangsur-angsur sembuh, dan bagi keluarga Bapak Untung, Mudjizat Tuhan Yesus itu benar-benar luar biasa dan nyata. Kesembuhan putrinya pada saat itu membuat keluarga dan orangorang yang terlibat pada masa kesembuhan putrinya juga turut bahagia. Tuhan masih memberikan kesempatan putri Bapak Untung 42 42 untuk berkarya di dunia ini dan mencintai keluarga. Padahal sebelumnya keluarga sudah pasrah melihat kondisi putrinya yang masih belum ada perkembangan dan keluarga seperti sudah siap seandainya Eva harus menghadapi kematian, tetapi Tuhan menjawab usaha-usaha dan kerja keras dari keluarga Bapak Untung, agar putrinya bisa berkumpul bersama, menjalani aktifitas kehidupan ini. Usaha dan kerja keras keluarga berbuah hasil dan sungguh luar biasa. Bapak Untung mengatakan bahwa semua penyakit baik medis maupun non medis akan dikalahkan oleh kuasa Tuhan Yesus apabila kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan penuh sukacita, dan hingga saat ini putri Bapak Untung tidak pernah lagi merasakan sakitnya berkat dari Tuhan Yesus. Hikmah dari Peristiwa Kepasrahan Dari cerita pengalaman keluarganya ini, Bapak Untung memetik pembelajaran sebagai berikut. Ketika Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita, khususnya Eva untuk berziarah di dunia ini, kita harus memaknai peziarahan hidup ini dengan penuh makna. Perziarahan ini merupakan gambaran dari kehidupan kita yang bergerak menuju Allah dan dengan demikian juga menuju persekutuan dengan sesama manusia. Tujuan ziarah bukan hanya untuk memperdalam pengetahuan Kitab Suci, melainkan untuk mendapatkan pengalaman spiritual tertentu, dan itulah pelajaran yang berharga sehingga keluarga Bapak Untung masih diberi waktu untuk memuji dan memuliakan namaNya. Pelajaran itulah yang keluarga Bapak Untung pergunakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, Ia juga menyampaikan bahwa manusia tidak bisa menghindar dari kematian. Bagi umat Kristiani, kematian bukanlah akhir dari hidup ini, tetapi kematian adalah sebuah kesempurnaan untuk hidup bersama Allah di dalam kerajaanNya. Sehingga kita sebagai umat Katolik harus siap dalam menghadapi kematian nanti. Hendaklah kita harus menggunakan waktu kita dengan sesuatu yang lebih bermakna, yang tentunya akan membentuk sikap kita yang terarah kepada Tritunggal Maha Kudus. Tentunya kita harus beriman teguh kepada Allah dan kerahimanNya, menjauhkan dosa, beramal kasih, serta menerima kematian dengan pasrah, sehingga kita percaya kepada Allah bahwa pada akhirnya kita akan dibangkitkan pada akhir zaman.**** 43. ORBITAN UTAMA Matheus Aditya Nugroho-Guru Agama Sekolah Swasta “Tuhan berikanlah istirahat abadi dan tenang bagi yang wafat. Beri pengampunan segala dosanya, kar’na mahamurah hatiMu Allah.” (PS.712, ay 1). U ngkapan tersebut biasa kita nyanyikan pada saat Perayaan Ekaristi Kematian. Lagu tersebut mengingatkan kepada kita bahwa kita yang hidup di dunia pasti juga akan menuju pada kematian. Kematian dalam arti fisik berarti berhentinya fungsi organ-organ tubuh manusia dan tidak mampu lagi menyangga kehidupan ini. 4444 44 Hal ini menandakan bahwa manusia itu lemah dan tak berdaya dalam arti fisik. Kematian dapat menghampiri kita kapan saja dan dimana saja, tidak mengenal tua ataupun muda, kaya ataupun miskin. Suatu ketika saya berjumpa dan berbincangbincang dengan teman saya pada sore hari, keesokan harinya saya mendengar kabar bahwa teman saya itu sudah tiada. Tentunya peristiwa tersebut sangat memukul saya, sorenya baru berjumpa, paginya sudah tiada. Seolah-olah kematian menghantui kehidupan kita dan hal ini membuat khawatir ataupun gelisah kita sebagai umat manusia. Kematian dalam sudut pandang iman Kristiani adalah perjumpaan dengan Kristus dan dibangkitkan olehNya: “... ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan.” (1Kor 15:43) “Tubuh kita yang hina ini akan diubah oleh Yesus Kristus, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia.” (Flp 3: 21) Hidup merupakan suatu perziarahan manusia dan Yesus Kristus ikut serta dalam perziarahan kehidupan manusia sampai dengan selesainya hidup kita. Hal ini terbukti ketika Yesus Kristus membangkitkan Lazarus (Yoh 11: 1-44). “Lazarus, marilah keluar!” (Yoh 11:43) Yesus me- “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh 14: 1-2) 45 45 nyambut kematian kita dengan kebangkitan yang berarti kehidupan kekal. “Kami menantikan saat itu; maut akan lenyap diganti hidup. Semoga kami kelak memandang wajahMu, disinari terang dalam rumahMu.” (PS 712, ay 3) Penggalan ayat ini menjadi suatu peneguhan bagi kita sebagai anak-anak Allah, bahwa kita sudah dijanjikan oleh Yesus Kristus akan masuk pada kebahagian dan kehidupan kekal di surga. Keyakinan ini kita imani semenjak kita dibaptis menjadi anak-anak Allah dan di materaikan dengan Kristus Yesus. Segala kegelisahan kita tentang kematian seharusnya sudah dilebur menjadi satu dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Sehingga kita semakin yakin bahwa kita akan selalu didampingi oleh Yesus Kristus sepanjang hidup sampai pada kematian. Dan kita tinggal berfokus pada sikap dan karya hidup kita yang masih dalam perziarahan mewartakan Injil Kristus Yesus melalui kegiatan kita sehari-hari. Ad Maiorem Dei Gloriam. Semoga kita semakin memuliakan Tuhan dan biarlah nama Tuhan semakin tinggi dan agung.**** SERAPHIM CHOIR 47. PESONA SABDA ;Sebuah Tahapan Eskatologis Rm. Antonius Purwono, SCJ S ebagai orang Katolik, sudah umum memaklumi bulan Nopember sebagai bulan yang didedikasikan untuk mengenang, mendoakan sanak saudari, kerabat dan siapapun yang sudah meninggal. Diawali dengan hari raya semua orang kudus pada tanggal 1 Nopember, lalu peringatan arwah semua orang beriman pada tanggal 2 Nopember, berlanjut dengan indulgensi yang diberikan oleh Paus bagi mereka yang berdoa bagi arwah dan mengunjungi makam selama 9 hari berturut-turut. Itu semua hendak menunjukkan bahwa praktek mengenang dan mendoakan arwah, bukanlah terjadi akhir-akhir ini, bahkan terjadi sejak awal gereja. Pada abad ke-7 beberapa biara Monastik menjadikan tanggal 2 Nopember sebagai hari untuk mendoakan arwah anggota biara yang sudah meninggal dan para donator. Lalu di tahun 988, Abas Odilio pemimpin biara Kluni Perancis memutuskan untuk meneruskan tradisi ini dengan kasih yang besar untuk mendoakan mereka yang meninggal sejak permulaan dunia sampai akhir. Baru pada abad 14 tradisi mendoakan arwah ini menyebar ke seluruh Eropa dan secara umum diterima oleh Gereja Katolik Latin. Tradisi Meskipun diungkapkan bahwa sejak awal gereja, umat Katolik mendoakan orang mati, tradisi tersebut sudah mengakar dalam dunia perjanjian lama. Penulis Kitab Makabe misalnya, mengungkapkan sebuah tradisi yang sangat menarik berhadapan dengan kematian sebagai berikut: “Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orangorang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. 48 48 Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (2Mak 12:43-45) Dalam tradisi tersebut tidak didefinisikan paham tentang kematian, melainkan paham tentang apa yang mesti dilakukan terhadap mereka yang sudah meninggal dan apa yang terjadi sesudah kematian. Sekelumit ajaran Gereja tentntang kematian Kendati demikian, paham atau pandangan Gereja Katolik tentang kematian bisa kita lihat, misalnya dalam Katekismus Gereja Katolik no 1006-1009, sebagai berikut; “Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya” (GS 18). Dalam arti tertentu kematian badani itu sifatnya alami; tetapi untuk iman, itu adalah “upah dosa” (Rm 6:23) Bdk. Kej 2:17.. Dan untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah “keikut-sertaan” dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya Bdk. Rm 6:3-9; Flp 3:10-11. (No. 1006) Kematian adalah akhir kehidupan duniawi. Kehidupan kita berlangsung selama waktu tertentu, dan di dalam peredarannya kita berubah dan menjadi tua. Kematian kita, seperti pada semua makhluk hidup di dunia ini, adalah berakhirnya kehidupan alami. Aspek kematian ini memberi kepada kehidupan kita sesuatu yang mendesak: keyakinan akan kefanaan dapat mengingatkan kita bahwa un- tuk menjalankan kehidupan kita, hanya tersedia bagi kita suatu jangka waktu terbatas. “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu sebelum debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan napas kembali kepada Allah, yang mengaruniakannya” (Pkh 12:1.7). (No. 1007) Kematian adalah akibat dosa. Sebagai penafsir otentik atas pernyataan Kitab Suci Bdk. Kej 2:17; 3:3; 3:19; Keb 1:13; Rm 5:12; 6:23. dan tradisi, magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa Bdk. DS 1511.. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk ke dunia sebagai akibat dosa Bdk. Keb 2:23-24. “Kematian badan, yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa” (GS 18), adalah “musuh terakhir” manusia yang harus dikalahkan Bdk. 1 Kor 15:26. (No. 1008) Kematian telah diubah Kristus. Juga Yesus, Putera Allah, telah mengalami kematian, yang termasuk bagian dari eksistensi manusia. Walaupun Ia merasa takut akan maut Bdk. Mrk 49 14:33-34; Ibr 5:7-8, namun Ia menerimanya dalam ketaatan bebas kepada kehendak Bapa-Nya. Ketaatan Yesus telah mengubah kutukan kematian menjadi berkat Bdk. Rm 5:19-21. (No. 1009) Sementara itu, Mgr. Joseph Pohle dalam bukunya, The Catholic Doctrine of the Last Things, menjabarkan bahwa kehidupan manusia terdiri dari tiga hal, yakni kehidupan fisik, kehidupan spiritual dan kehidupan kekal. Paralel dengannya, kematianpun sama terdiri dari tiga hal; kematian badan, kematian spiritual dan kematian kekal. Kematian badan adalah proses berpisahnya antara jiwa dan badan. Kematian spiritual merupakan hilangnya rahmat kesucian akibat dosa asal maupun dosa berat, dan kematian kekal dipahami sebagai kehancuran yang oleh Yohanes disebut sebagai kematian kedua, sedangkan Paulus menyebutnya sebagai hukuman kekal (2Tes, 1:9). Menurutnya, realitas kematian hanyalah bagian kecil tema besar yakni, eskatologi. Eskatologi merupakan mahkota teologi dogmatic, yang didefinisikan sebagai doktrin tentang akhir segala sesuatu; tentang segala ciptaan “dipanggil” dan diarahkan keadaan supernatural oleh Allah. Seperti disebut dalam Rm 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Maka eskatologi sesungguhnya lebih antropologis dan kosmologis daripada teologis, karena membahas tentang Tuhan sebagai sang Akhir (Consummator) dan Hakim Semesta yang objeknya adalah alam semesta; manusia dan kosmos. Akhir dunia, akan berhadapan dengan Allah sebagai hakim, yang akan membedakan dan memisahkan antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan akan mengarah ke surga dan kejahatan akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya. Kemudian Allah akan menunjukan keadilan, yang didahului dengan menunjukan kasih dan kerahimanNya. Dengan hanya berbicara tentang kebaikan dan kejahatan, Dia pada saat yang sama menunjukan kemahakuasaan, kesucian dan kekudusan. Dengan demikian eskatologi kembali menuntun kita ke prinsip teologis bahwa alam semesta dalam setiap tahapnya memuji dan memuliakan Tuhan. Akhir dunia merupakan sebuah proses (in fieri), atau juga, sebagai fakta yang telah terjadi (in facto esse). Maka bicara tentang akhir segala sesuatu berarti berbicara tentang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Akhir segala sesuatu dari manusia adalah; kematian, penghakiman, surga (api pencucian) dan neraka. Dan akhir segala sesuatu dari alam semesta adalah; akhir jaman, kebangkitan badan, penghakiman terakhir yang disertai berakhirnya dunia. 50 50 Refleksi Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus mengungkapkan; “Hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya ( 2Kor 5:6-9).” Dalam surat tersebut, Paulus tidak hanya memberikan pelajaran tentang kematian. Lebih dari itu, ia mensharingkan penghayatan imannya. Bahwa hidup di dunia, dimana jiwa masih bersatu dengan badan, kelemahan dan kerapuhan disadari. Sembari mengarahkan pandangan mata iman kepada Tuhan, berjuang untuk membuat DIA berkenan diupayakan. Maka tidak heran ia sampai mengatakan kepada jemaat di Filipi bahwa baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp 1:21). Artinya, hidup yang ia miliki disadari bukanlah miliknya. Ia membiarkan Kristus hidup didalam dirinya, sehinga kehidupannya berbuah. Dan bila mati, itupun merupakan keuntungan, karena boleh kembali kepada Sang Abadi, tempat jiwa menanti. Dan bagi kita, PR selalu ada. Menabur kebaikan dalam kehidupan. Menebar kasih dan kerahiman. Itu tidak berarti, bahwa segala sesuatu be- rakhir indah di dunia. Karna sekali lagi, kematian sudah masuk ke dunia karena dosa. Ketika itu terjadi, manifestasinya menjadi sangat kentara dalam tindakan manusia, baik dosadosa pribadi maupun komunal, seperti kekerasan, arogansi, lenyapnya budaya “welas asih”, yang menyebabkan keluhuran hidup dan nyawa manusia seperti tidak ada harganya. Penembakan dan bom yang terjadi di Paris, Perancis, yang menyebabkan ratusan orang meninggal akhir akhir ini, dan juga menjadi bukti nyata. Lalu akhirnya kita “menundukkan kepala” terhadap misteri misteri kehidupan, dan mencoba untuk memerankan peran kita secantik dan seciamik mungkin, seturut iman kita, seturut kehendakNya. Sehingga, yang menjadi focus tidak lagi kematian yang kerap menakutkan, melainkan mewarnai kehidupan yang terus harus diperjuangkan. Karena, sebagaimana kematian merupakan bagian proses eskatologis, demikianpun kehidupan, menjadi bagian darinya.*** 51 51. OPINI Imanuel Antonius Sohirin (koor wilayah 2, Laudamus Te choir, Seraphim Choir) kematian itu sama dekatnya dengan kehidupan itu sendiri. Bahkan waktu kita berbicara hidup atau umur yang panjang, pasti kita berbicara dalam konteks dibatasi oleh kematian. Dan ketika membicarakan kematian seperti saat ini, kita pasti masih hidup. Selanjutnya kematian itu juga bukan dari akhir, juga belum tentu berarti awal. Dalam konteks kekekalan, kita saat ini hanya “sedang” berada dalam ke-sementaraan. Kematian itu hanyalah sebuah pintu, sebuah jalan, kembali ke dalam kekekalan. Banyak orang yang menganggap bahwa dengan amal baiknya atau pahalanya dapat mencapai surga, seringkali dihinggapi ketakutan kalau pahalanya tidak cukup menutup dosanya. Tetapi orang yang tau bahwa dirinya telah menerima anugerah keselamatan berdasarkan janji Tuhan sendiri: “barangsiapa percaya kepadaKu pasti diselamatkan”, harusnya tidak lagi takut akan kematian karena hari itu dia percaya, hari itu juga dia diselamatkan. Kepastian yang sangat mudah. Yang sulit memang untuk “percaya”nya itu. Sewaktu kita hidup adalah satu-satunya waktu dan kesempatan dimana kita bisa bertobat dan percaya. Manusia adalah satu-satunya yang dapat menikmati kesempatan itu di dalam kesementaraan. Setelah kematian, tidak ada lagi waktu untuk bertobat atau jangan harap Tuhan berubah pikiran terhadap kita karena doa orang lain. Setelah kematian, kita hanya sendiri, berhadap-hadapan dengan keadilan Tuhan. Maka dengan kita percaya kepada Tuhan dan bertobat, di saat kematian tiba, maka jiwa kita pun pasti akan diselamatkanNya. Tuhan berkati 52 Antonius A. Obelix - Ling. Veronika/VIII,OMK Kematian adalah langka awal bagi setiap manusia untuk memasuki suatu kehidupan yang baru, yang mana kehidupan tersebut belum kita tahu/mengerti cara melaluinya. Kematian bukan suatu hal harus kita takuti karena pada hakekatnya manusia pasti akan mengalami kematian. Kematian merupakan kejadian yang tidak bisa kita prediksi baik dari segi umur, tempat waktu dan cara kita mati. Siap dan tidak siapnya manusia menyongsong kematian itu suda menjadi takdirnya. Karena manusia diciptakan dari tanah dan kembali ke tanah. Bapak Helmy (paroki Gereja Maria Bunda Karmel) berbeda, tubuh dan jiwa kita milik Tuhan. Pertanyaannya apakah kita sudah siap menghadapi kematian, bahwa seharusnya kita sudah siap, karena jiwa dan tubuh kita milik Tuhan tetapi pasti tidak siap karena kita manusia yang masih banyak mau nya, S. Wangsit Jati Terra (OMK Stefanus) Kematian adalah tidak adanya gerak kehidupan, tidak ada mimpi dan harapan. Kematian itu stagnasi dan degradasi entitas hidup. Lucia Agustina- Ling. Maria goretti/x Kematian adalah meninggalkan kehidupan dunia untuk bertemu dengan Allah yang mengasihi kita dan kita kasihi. Semua orang yang telah dbaptis tidak akan hilang (Yoh 6 : 3740) tetapi akan dibangkitkan bersama dengan Kristus (1 Kor 15 : 12-34). Namun sebelumnya mereka harus dimurnikan dengan api pencucian, kita bisa membantu proses pemurnian dengan doa-doa terutama dengan kurban Kristus dalam Ekaristi. (2 Mrk 12 : 43-44). Berkati kami ya Tuhan. Amin. 53 Fernando Fransisco Ling-Thumewah Anastasia/Wilayah XI, Menurut saya, kehidupan kita sebagai manusia di dunia ini hanyalah suatu persiapan untuk suatu kehidupan pada suatu dunia yang akan datang, dalam kemuliaan surgawi, suatu kehidupan yang mulia tempat kita dapat memandang Allah dari muka ke muka dalam kebahagiaan (Visiun Beatifica). Kematian hanyalah suatu peralihan dari dunia yang nyata kepada dunia yang baru seperti yang dikatakan dalam kitab Wahyu: Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya tetapi merupakan suatu perjalanan menuju kediaman abadi dalam rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita, Kristus harus meninggalkan dunia ini dan wafat disalib. (bdk. Yoh 14:2). Dengan demikian, kematian merupakan perjalanan pulang dari perziarahan menuju pangkuan Bapa. Bapa menanti kita semua untuk berkumpul dalam kerajaan-Nya sebagai anak dan Bapa, dan memerintah bersama Dia untuk selamalamanya....(Why 22:5). Komunikasi UMAT KOMAT Apakah boleh seorang Romo memimpin misa Kudus hanya memakai jubah saja tanpa stola? Dari Bp. Yacobus Bp. Yacobus yang dikasihi Tuhan, jubah bukanlah busana liturgis, dan karena itu tidak benar untuk dikenakan imam dalam memimpin perayaan Ekaristi. Busana liturgis yang standar adalah alba (dengan atau pun tanpa singel). Untuk keperluan perayaan misa kudus, seorang imam diwajibkan mengenakan busana liturgis lengkap dalam tata urut pemakaian berikut: amik (untuk menutupi krah pakaian sehari-hari, boleh tidak dipakai jika alba sudah menutupi pakaian sehari-hari), alba (wajib jika mengenakan kasula, tidak boleh diganti dengan superpli), singel (boleh tidak di- gunakan jika alba dimaksud didesain tanpa singel), stola (pastikan tertumpang single, wajib dikenakan di bawah kasula) dan kasula (harus dipakai di atas alba dan stola). Itulah yang diakui sebagai busana liturgis standar bagi para imam dalam memimpin perayaan misa kudus. Berdasarkan rekonstruksi norma PUMR 336-337, jelas bahwa imam tidak diperkenankan merayakan misa kudus hanya dengan memakai jubah dan apa lagi tanpa stola. Pemakaian stola di atas pakaian preman pun oleh instruksi RS 126 dianggap sebagai "berlawanan dengan apa yang ditentukan dalam buku-buku liturgi". Bahkan, LI 8 pun menyatakan dengan keras, "Adalah suatu penyelewengan apabila seorang imam, dalam merayakan ekaristi entah sebagai selebran entah sebagai konselebran, hanya mengenakan stola di atas mantol rahib atau di atas jubah klerus, apalagi di atas pakaian preman". Tuhan memberkati. 54. PSIKOLOGI Arie Mukti-Dosen Psikologi “Ayolah Stev kamu kan suaramu bagus, kamu dong mewakili kelompok kita untuk menyanyi”. Hampir semua teman-teman sepakat bahwa Stevi suaranya bagus dan pantas untuk tampil. Namun apa reaksi Stevi? Dia menolak dengan alasan dan merasa tidak ‘pede’. “Gustav, ajak dan temani tamu-tamu itu ngobrol dong. Kan kalian seusia, sebaya masak kamu dari tadi main ‘hp’ melulu”. Lalu apa jawaban Gustav kepada mamanya? “Males mah, ngak ‘pede’ lagian malu juga sama mereka”. Sering orang tua melihat atau merasakan bahwa anaknya mampu untuk melakukan sesuatu hal, namun ternyata anak tersebut tidak percaya bahwa dirinya mampu. Rasa tidak percaya diri ini tidak hanya terjadi pada seorang anak saja, namun juga terjadi pada banyak orang dewasa. Berbagai alasan dari ketidak percayaan diri terkadang muncul dalam perilaku menarik diri, atau diekspresikan dengan kata-kata malu, segan, malas dan enggak ‘pede’ . Sering pula rasa tidak percaya diri dikemas dan muncul dalam sikap defensive seperti ngapain mesti harus begitu, ngak perlu, walah ‘carmuk’ aja itu orang atau sikap sinism lain yang mencerminkan rasa kurang percaya 55 diri atau bahkan kemungkinan rasa rendah diri. Kepercayaan Diri Membangun kepercayaan diri adalah bagaimana mengembangkan diri untuk mampu mengenali diri sendiri secara baik, nyaman berinteraksi dan bersikap mandiri. Mengenali diri sendiri adalah kemampuan untuk menerima diri apa adanya. Kelebihan maupun kekurangan, mampu menyikapi keberhasilan maupun kegagalan secara seimbang. Bagi orang tua dapat membantu si kecil untuk menumbuhkan perasaan diri mampu dan sekaligus bisa menerima kegagalan dengan memberi pujian, harapan, dukungan dan kepercayaan yang dapat dipraktekkan seharihari. Membuat anak menyadari dirinya mampu, tapi juga sekaligus mengingatkan adanya keterbatasan – membangun sikap realistik. Membuat diri nyaman berinteraksi. Sederhana caranya, yaitu membuat diri kita semakin mampu membuka diri – tidak perlu pakai topeng – tidak ingin belas kasih orang. Hal ini membuat orang nyaman dengan kita, maka kitapun akan nyaman dalam membangun relasi sosial. Penting juga mengenali emosi diri dan orang lain dengan baik, sehingga kita tidak terjebak pada kesalahpahaman. Pendidikan ini diperoleh ketika anak mampu melihat dan merasakan bagaimana orang tua mau mendengar ketika dia bicara, ada waktu ketika diajak bermain dan berdiskusi, ada di saat anak memerlukan. Mampu meresponse dengan dukungan dan memberi semangat di saat anak dalam kegalauan atau kegagalan. Anak merasa percaya dirinya ada, dirinya bernilai dan berarti bagi orang tuanya, dirinya dikasihi dan bahkan dirinya tetap diterima dengan kelemahan ataupun kegagalannya. Situasi ini menumbuhkan kepercayaan diri anak. Menjadikan diri mandiri adalah upaya terhadap diri sendiri bahwa mampu melakukan. Percaya bahwa dirinya bisa, tidak malu, tidak enggan, tidak mengasihani diri atau melihat orang lain selalu lebih dari dirinya. Kita adalah diri kita dengan kebisaan kita, dan biarlah mereka dengan diri mereka. Membiasakan diri untuk selalu mempunyai positive self-talk “Saya bangga dan senang dengan apa yang sudah dapat saya lakukan”. Jangan pernah mundur hanya karena melihat orang lain bisa yang kita tidak bisa, dan karena ke’bisa’an masing-masing dari diri kita memang berbeda. Ada sebuah teori ‘self ’efficacy’ – efikasi diri yaitu seberapa kita meyakini kemampuan diri kita dalam mengorganisasi diri untuk menyelesaikan suatu tugas guna mencapai tujuan tertentu. Upaya meningkatkan efikasi diri sekaligus bagian dari meningkatkan kepercayaan diri dengan cara mampu memotivasi diri di dalam mengerjakan tugas sesuai peran hidup kita masingmasing. Selanjutnya, mampu dalam mengambil tindakan dan mengatasi tantangan untuk mencapai suatu tujuan.*** 56. CERPEN bag II L ily sedang duduk-duduk di meja belajarnya sambil menulis-nulis dengan spidol berwarna. Sambil tersenyumsenyum. Ayahnya, mengintip dari celah pintu, dan membuka pintu itu perlahan. “Syailen-dra Putra Sudirman,” kata ayahnya membaca tulisan di buku harian Lily. “Ah, Ayah kenapa baca-baca?!” kata Lily. Wajahnya berubah merah padam. Ia langsung menutup bukunya dan memasang tampang malu sekaligus tidak senang dengan kelakuan ayahnya tadi. “Siapa dia?” tanya ayahnya. “Ah, bukan siapa-siapa. Lily kenal Putra, dia mahasiswa. Dulunya satu sekolah dengan Lily,” ceritanya. “Kamu suka ya sama Putra?” tebak ayahnya. Dan tebakan ayahnya memang tidak salah. Lily jatuh cinta kepada Putra. Lily menggeleng. “Ng... nggak kok,” katanya. “Kamu jangan bohong,” kata ayahnya sambil mengelus pelan rambutnya. “Ayah tidak masalah kalau kamu suka sama Putra, asalkan kamu yakin dia orang yang jelas, dan nggak akan berani macammacam sama kamu,” Lily mengangguk-angguk. “Iya, ayah tenang saja. Putra itu dulu sekolah juga di sekolah Lily, dia alumni sekolah Lily. Jelas kok orangnya,” 57 Ayahnya tersenyum. “Ayah harap Putra bisa menerima kamu apa adanya,” Setelah berkata demikian, ayahnya pergi. Lily teringat akan penyakitnya. Namun, akhir-akhir ini, ia merasa baik-baik saja. Bersama Putra, ia jadi melupakan penyakitnya. Ia yakin Putra adalah orang yang baik. Ia sangat sangat yakin. Hingga suatu hari, perusahaan yang dikelola ayah Lily bangkrut. Hutang mereka terlalu banyak, sehingga beberapa aset mereka disita oleh bank. Termasuk rumah. Ayahnya pun tak mampu melunasi gaji seluruh karya-wannya. Mereka terpaksa tinggal di sebuah kontrakan. Ayahnya harus mencari pekerjaan lain. Dan, ketika ia mendapatkan pekerjaan itu. Pekerjaannya mengharuskannya untuk meninggalkan Jakarta. Ia hanya pulang setiap akhir minggu saja. Pelajaran telah berganti. Lily sibuk memandangi jendela di kelasnya, dari jendela itu menghadap langsung ke pohon rindang yang digunakannya sebagai tempat untuk bertemu dengan Putra. Mendadak haus, ia meraih botol minumnya. Namun, tangannya tidak kuat menggenggam botol itu, sehingga botol itu jatuh dan airnya tumpah. Lily berusaha berdiri. Mengambil kain pel, namun kakinya juga terasa sangat lemas. Sangat sangat lemas, sehingga ia terjatuh. Semua teman-teman sekelasnya langsung menghampirinya. “Lily! Lily kamu kenapa?” tanya mereka. A...a...a..., mulutnya tidak bisa bicara. Ia benarbenar tidak mampu mengeluarkan kata apa pun. Dan, ia merasa sesak nafas. Teman-teman-nya langsung memanggil guru yang sedang berjaga di piket. Guru piket yang panik dan tidak tahu harus melakukan apa, langsung menelepon ambulans (bersambung... 58. ORBITAN LEPAS Men rise from one ambition to another: first,they seek to secure themselves against attack, and they attack others.Niccolo Macchiavelli M acchiavelli dalam The Prince mengatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk mempertahankan dirinya sendiri dan juga menyerang sesamanya. Selanjutnya, Macchiavelli mengatakan bahwa manusia senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan setelah memiliki kuasa cenderung menyalahgunakan kuasa yang diberikan kepadanya. Sifat seperti inilah yang menyebabkan banyaknya tindakan korupsi dari kalangan para pemimpin, dikarenakan kekuasaan yang dimilikinya hanya untuk kepentingan dirinya. Keinginan pribadi mengalahkan tugas utamanya sebagai seorang pemimpin. Gubernur DKI, Basuki Tjahaya “Ahok” Purnama, terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam memimpin Jakarta. Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, terkenal dengan gaya penampilannya yang ‘nyentrik’ dan menteri pertama dengan gelar pendidikan yang ‘luar biasa’ untuk seorang pejabat pemerintahan. 59 Mereka adalah beberapa dari banyak pemimpin yang mempunyai prestasi dari profesi mereka masing-masing. Jika dilihat dari keduanya, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Hal ini yang menjadikan mereka sebagai figur pemimpin idaman. Munculnya nama-nama seperti Ahok dan Menteri Susi, menjawab kerinduan banyak orang akan sosok pemimpin idaman. Apakah jiwa pemimpin seperti mereka hanya dimiliki oleh beberapa orang. Sebagai umat Katolik, kita memiliki ayat pedoman sebagai seorang pemimpin. “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya. Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengahtengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”” (Markus 9: 35-37). Ayat ini diambil dari perikop tentang wafatnya Sang Anak Manusia. Para rasul mengetahui hal ini dan meributkan siapa yang terhebat di antara mereka untuk menjadi pemimpin. Hal ini persis menggambarkan sifat dasar manusia yang menginginkan kekuasaan, keagungan, kemahsyuran. Konsep seorang pemimpin menurut Yesus, berbeda dengan konsep kepemimpinan pada umumnya. Kepemimpinan sangat identik dengan kekuasaan, kekuatan, harta, senjata, dan keahlian. Yesus memberikan pemahaman kepemimpinan yang melayani. Pemimpin yang melayani, ini merupakan suatu kontradiksi (oxymoron). Dalam kutipan ayat tersebut, Yesus menggambarkan bahwa seorang pemimpin adalah pelayan bagi sesama. Seorang anak itu menggambarkan kaum yang tidak mampu, lemah dan membutuhkan pertolongan. Sifat seorang pemimpin yang melayani dan memperhatikan sesama yang tidak mampu. Sejenak kita melihat kembali, sosok Ahok dan Susi selaras dengan pedoman kepemimpinan yang melayani. Hal ini menjadi pedoman bagi kita semua bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, hendaklah secara tulus mau peka terhadap sesama, mengetahui sumber permasalahan yang terjadi agar menemui jalan keluar yang terbaik. A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way. John C. Maxwell 60 60. PENDIDIKAN Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku, sebagai prasasti terima kasihku ‘tuk pengabdianmu Engkau sebagai pelita dalam kegelapa., Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia. T entu kita masih ingat syair lagu ini bukan? Ya, ini adalah lagu Hymne Guru yang diciptakan oleh alm. Sartono. Jika kita membaca dengan seksama ada syair yang berubah pada kalimat terakhir, yakni kalimat sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’. Mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini (Guru) memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia. Kalimat yang mengandung arti luas dan sangat mengena ketika mengenang kembali kilas balik kehidupan kita di masa kecil saat pertama kali mengecap pendidikan di 61 Sekolah Dasar. Maka dari syair Hymne Guru tersebut, kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”. Sehingga Hymne tersebut diakhiri dengan “Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.” Sebuah langkah yang mungkin dirasa lumayan bijak untuk mengakhiri “penderitaan” guru yang tak kunjung hilang. Pergantian lirik lagu Hymne Guru pada kalimat terakhir telah disepakati dan ditandatangani pada tanggal 8 November 2007 disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas dan Ketua Pengurus Besar PGRI dan juga dengan diperkuat dengan surat edaran Persatuan Guru Republik Indonesia, Nomor : 447/Um/ PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007. Dari sebuah syair lagu mari kita bergeser makna atau arti seorang Guru bagi kehidupan masyarakat ini. Kata “Guru” dalam Bahasa Indonesia berarti orang yang pekerjaannya mengajar dan mendidik. Lalu dalam perkembangan zaman menjadi sebuah pertanyaan, apakah pekerjaan Guru saat ini hanyalah mengajar dan mendidik? Jika kita melihat dari segi penampilan bahwa tugas seorang Guru di sekolah memang mengajar, menyampaikan pengetahuan baru bagi muridnya, menguji mereka dan mengevaluasi hasil pelajarannya dalam bentuk nilai yang akan menentukan kenaikan kelas atau kelulusan murid-muridnya. Dari tugas inilah istilah “Guru” seharusnya mempunyai makna yang mendalam, tidak hanya sekedar sebagai pengajar, tetapi Guru juga dipandang sebagai orang tua pengganti di rumah atau pembimbing rohani, terutama memberikan inisiasi kepada muridmurid. Guru tidak hanya berhenti ketika melihat murid-muridnya berhasil lulus sekolah, tetapi juga mendampingi, memberi pandangan kepada muridmurid atas pilihan sekolah selanjutnya untuk tingkat SD dan SMP atau pilihan bekerja, kuliah dan wirausaha untuk tingkat SMA/SMK. 62 dan menguasai kompetensi sebagai pelaku pembelajaran. Tanpa harus mengesampingkan perlunya muatan ilmu modern yang harus dikuasai para Guru zaman sekarang, Guru diharuskan memiliki keahlian dalam mengajar dengan kewajiban memperoleh Akta IV. Ada pepatah mengatakan: “Seorang Guru akan bangga pada ilmunya hanya jika ia bisa melahirkan seorang Ksatria.” Dalam era modern sekarang, Guru sudah dipandang sebagai sebuah profesi karena seorang Guru juga dituntut untuk bekerja secara baik dan benar, menjalankan kemampuannya yang didasari pengetahuan dan kemampuan kerja dengan bidang khusus yang dimilikinya. Artinya pengetahuan tersebut harus dikuasai secara baik, secara teoritis maupun penerapannya. Maka seorang professional akan bekerja dengan optimal dan menghasilkankan hal-hal sesuai dengan tuntutan pekerjaan tersebut. Dalam sistem pendidikan kita saat ini, tuntutan profesionalitas Guru dinyatakan dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah RI no 19 Tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan. Untuk kepentingan itu, Guru disyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV yang relevan Jadi istilah “Guru” memang mempunyai bobot yang harus dibedakan dari “pengajar” yang betapa pun mempunyai pengetahuan ilmiah yang tinggi dan kompetensi andal, namun misinya berbeda. Selamat Hari Guru (25 November), teruslah berjuang demi tercapainya Pendidikan yang cerdas bagi bangsa Indonesia dan melahirkan calon-calon penerus bangsa yang berkarakter dan berjiwa besar.**** sumber: Tyo Komsos dan diambil dari kutipan buku Pendidikan Dalam Tantangan Zaman dan http://blogdekitriadi.blogspot. co.id/2012/05/normal-0-false-false-false-enus-x-none.html 63 64. SANTO SANTA melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal bersama Yesus, ketika ia menyadari bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti Yesus. Ia menjadi murid Yesus yang pertama. St Andreas 30 November Andreas, sama seperti saudaranya: Simon Petrus, adalah seorang nelayan. Ia menjadi murid St. Yohanes Pembaptis. Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus lebih besar daripada Yohanes. Pada saat itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk mengikuti Tuan Ilahi. Yesus tahu bahwa Andreas mengikuti-Nya dari belakang. Yesus berbalik dan bertanya, “Apakah yang kamu cari?” Andreas menjawab bahwa ia ingin tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus menjawab, “Marilah dan kamu akan Selanjutnya, Andreas membawa saudaranya Simon (St. Petrus) kepada Yesus. Yesus menerima Simon juga sebagai murid-Nya. Pada awalnya, kedua bersaudara itu tetap menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari sebagai nelayan dan mengurus keluarga mereka. Kemudian Yesus meminta mereka untuk tinggal bersama-Nya sepanjang waktu. Ia berjanji akan menjadikan mereka penjala manusia, pada waktu itulah mereka meninggalkan jala mereka. Menurut tradisi, dikatakan bahwa sesudah Yesus naik ke surga, St. Andreas mewartakan Injil ke Yunani. Ia dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan, tubuhnya diikatkan pada salib, bukan dipakukan. Andreas bertahan dua hari lamanya dalam penderitaan itu. Masih juga Andreas mempunyai cukup kekuatan untuk berkhotbah kepada orang banyak yang berkerumun di sekeliling rasul yang mereka kasihi. Dua negara memilih St. Andreas sebagai pelindung mereka, yaitu Rusia dan Skotlandia.**** 65. DANA PAROKI Paroki St. Stefanus DANA Dana PAROKI - 2015 OKTOBER - OKTOBER 2015 No Wil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 Lingkungan St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai St.Bernardus St.Dionisius St.Elias Kode HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS Perhit. 5-Okt15 Amplop 1 1 5 1 2 1 3 4 3 2 3 2 2 3 1 1 7 2 1 2 1 2 23 6 11 2 1 2 2 1 3 2 3 2 2 1 6 4 Perhit. 12-Okt15 Amplop RP 15.000 4 1 200.000 210.000 16 20.000 9 100.000 1 17.000 300.000 8 430.000 250.000 7 100.000 2 600.000 1 40.000 4 150.000 1 750.000 1 150.000 2 3 50.000 2 95.000 100.000 1 15.000 1 16.000 4 4 15.000 5 4.000 6 620.000 21 145.000 9 315.000 7 120.000 25.000 1 110.000 1 50.000 50.000 5 115.000 3 110.000 1 250.000 1 80.000 6 40.000 2 10.000 1 440.000 4 170.000 1 Perhit. 19-Okt15 Amplop RP 620.000 4 20.000 4 1 594.000 6 63.000 3 50.000 2 1 381.000 2 1 120.000 5 120.000 2 100.000 4 125.000 3 4 33 50.000 4 100.000 8 300.000 400.000 10 40.000 7 2 50.000 3 10.000 4 46.000 4 19.000 45.000 32 90.000 10 886.000 300.000 13 340.000 7 7 15.000 9.000 3 2 100.000 4 65.000 5 50.000 1 50.000 5 90.000 100.000 20.000 350.000 1 10.000 3 Perhit. 26-Okt15 Amplop RP 290.000 9 600.000 6 100.000 350.000 9 95.000 1 60.000 20.000 5 25.000 7 4 100.000 320.000 6 150.000 5 800.000 5 70.000 170.000 6 2.000.000 2 250.000 2 2.320.000 5 10 900.000 2 450.000 7 55.000 2 130.000 5 25.000 4 30.000 3 3 210.000 1 130.000 4 3 425.000 6 110.000 1 130.000 13 5 200.000 1 27.000 60.000 5 140.000 4 100.000 1 350.000 9 1 1 6 50.000 6 180.000 1 Perhit. 31-Okt15 Amplop RP 1.470.000 455.000 6 4 406.000 5 15.000 2 2 117.000 7 285.000 1 130.000 2 11 185.000 500.000 1 450.000 4 3 420.000 5 70.000 200.000 3 1.650.000 3 1.070.000 5 200.000 180.000 6 55.000 1 250.000 9 32.000 10 20.000 3 14.000 1 20.000 9 95.000 2 75.000 32 95.000 10 25.000 2 510.000 1 192.000 5 50.000 2 10 115.000 1 180.000 5 100.000 3 220.000 100.000 100.000 260.000 290.000 2 10.000 - SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” ST. STEFANUS Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513) RP 60.000 200.000 265.000 110.000 50.000 100.000 10.000 70.000 1.060.000 20.000 2.140.000 170.000 370.000 150.000 700.000 470.000 230.000 5.000 415.000 51.000 50.000 15.000 169.000 20.000 1.295.000 149.000 20.000 20.000 290.000 30.000 185.000 20.000 195.000 150.000 150.000 - 66. TUNAS STEFANUS Umat Cilik Lingkungan Sta Maria Goretti/ Wlayah X Ferry Surya umat cilik yang lahir di Palembang 21 November 2004 ini adalah putra ketiga dari pasangan Bpk. Johan Wahyudi dan Ibu Kristagiovana Yus Dahlia. Ferry anak yang sungguh menyenangkan bila diajak berbicara. Aura bahagia dan sukacita terpancar dari wajahnya saat diajak berbicara. Ferry duduk di kelas 4 SD Kartika Jl Cendrawasih Pondok Pinang. Masuk sekolah setiap pagi pukul 06:30 WIB. Jarak yang cukup dekat, tidak lebih dari 3 km mencapai sekolah SD Kartika, Ferry setiap pagi dibonceng naik sepeda motor oleh papanya. Pulang sekolah setiap hari pukul 13:00 WIB, Ferry pulang sendirian dengan naik angkutan umum. Sepulang dari sekolah Ferry biasanya akan membantu Sang Bunda berjualan alat-alat listrik di toko yang berlokasi di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang. Sambil belajar mengerjakan tugas-tugas dan PR sekolah, Ferry menemani Sang Bunda . Untuk setiap hari Senin dan Kamis, sepulang sekolah, Ferry tidak akan langsung pulang ke rumah, tetapi Ferry mengikuti pelajran ekstra kurijuler pelajaran matematika, Kumon. Ketika ditanya, apa cita-cita Ferry kelak kalau sudah dewasa, dengan yakin Ferry menjawab ingin menjadi ABRI (tentara). Semoga cita-cita Ferry menjadi tentara diberkati oleh Tuhan. Amin. Jika teman-teman sudah mewarnai lembar mewarnai dalam Tunas Stefanus. Hasil karya-nya bisa dimasukkan ke dalam kotak KOMSOS atau difoto dan dikirimkan ke email redaksimediapass@ yahoo.com. Hasil karya pemenang akan dipasang di website dan Facebook. DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS NOVEMBER 2015 1 Lingk. Romo Sanjoyo 2 Lingk. Sta. Maria Fatima TOTAL 200,000 50,000 250,000 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Mewarnai