Bahan komsel 25 – 30 April 2016 HEART OF GOD Jika kita membaca dan menyimak kembali perkataan Yesus di kayu salib sebelum Dia menghembuskan nafas terakhir, lalu kita renungkan kembali bagimana Tuhan Yesus di telanjangi, diludahi, dicambuk, dipaku tangan dan kakinya, di mahkotai duri, dan ditikam lambungnya, dan pada saat-saat terakhirnya berkata ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lalu bagaimana dengan kita sebagai manusia jika diperlakukan demikian mampukah kita berdoa dan berkata ampuni dia, sebab dia tidak tahu apa yang diperbuatnya ? Mari kita belajar 2 hal sehingga hati Kristus menjadi bagian dari hati kita, sehingga kita bisa melepaskan pengampunan. 1. Kasih yang murni Ketika kita disakiti kecenderungan kita akan membalas, bahkan lebih daripada yang telah dilakukan orang yang menyakiti kita. Bukankah ini realita yang terjadi sekarang darah balas darah, lalu kenapa Tuhan Yesus yang disiksa dan diperlakukan seperti penjahat padahal Dia tidak bersalah, bisa berkata demikian! Jawabannya Tuhan Yesus mempunyai kasih yang murni sehingga cara pandang tentang pengampunan kepada orang-orang yang menganiaya Dia pun berbeda. Jika kita pikirkan memang sangat aneh bagaimana bisa Tuhan berkata ampunilah mereka, tapi inilah kasih yang murni, mari kita lihat 2 Korintus 4 : 4, inilah cara pandang Tuhan terhadap orang – orang yang menyiksa dan menyakitinya, Tuhan tidak melihat manusianya yang salah tapi Dia melihat oleh karena dosa mereka bisa berbuat seperti itu, Tuhan membenci dosa tapi tidak membenci manusia, maka milikilah kasih yang murni dan tanpa syarat dengan mengubah cara pandang kita terhadap orang – orang yang menyakiti kita sekalipun, maka dengan sendirinya akan timbul rasa pengampunan dari diri kita. 2. Cinta mula-mula Semua saudara pasti pernah merasakan cinta yang pada awal-awalnya semua terasa indah, ketika pasangan kita terlambat untuk menepati janjinya pasti saudara maafkan, bahkan ketika berbuat kesalahanpun saudara pasti akan juga memaafkannya. Tapi bagaimana sekarang apakah perasaan tersebut masih sama atau sudah berubah ? Jika kita baca Kisah Para Rasul 7 yang menceritakan tentang Stefanus yang menjadi martir yang mati dirajam batu, dan sebelum putus nyawanya Stefanus masih sempat berdoa memohon pengampunan bagi para penganiayanya. Dan disitu ada Saulus yang menjadi penggerak dari penganiayaan kepada Stefanus, tidak sampai disitu ketika Stefanus mati, Saulus semakin gencar untuk mengejar dan menganiaya murid Tuhan. Lalu jika kita lompat langsung ke pasal 9 kita akan melihat bagaimana doa seorang Stefanus yang di akhir hidupnya masih mengucapkan doa dan pengampunan menjadi titik balik bagi Saulus. Inilah cinta mula-mula yang terus dipelihara yang kemudian dirasakan juga oleh Saulus yang kemudian menjadi rasul Paulus yang sangat militan sampai akhir hidupnya menyebarkan kebenaran Firman Tuhan. Conclusion Ternyata untuk kita bisa mempunyai standart mengampuni seperti Kristus, maka biarkan hati Kristus menjadi bagian dari hati kita. Setelah kita mempelajari bagaimana agar hati kita menjadi seperti hati Kristus ada dua pelajaran yang bisa membantu kita untuk mencapainya, yang pertama bagaimana kita harus memiliki kasih yang murni yaitu kasih tanpa syarat yang akan mengubah cara pandang kita untuk bisa mengampuni. Dan yang kedua bagaimana kita harus terus memiliki cinta mula-mula yang ternyata bisa mengubahkan hidup seseorang. Para imam jangan berhenti berdoa dan mengampuni istri dan anak-anakmu, istri-istri jadilah penopang dan ampunilah suamimu, maka rumah tanggamu akan menjadi manis seperti cinta mula-mula, dan karakter kita akan terus terbentuk menjadi serupa akan Kristus. Sharing 1. Bagaimana cara pandang saudara mengenai orang berdosa? 2. Bagaimana cara pandang saudara kepada orang-orang yang pernah menyakiti saudara ? 3. Apakah cintamu pada pasanganmu masih seperti dulu ketika awalawal pernikahan atau malah sudah berubah ? ( cinta dan kesetiaan kita kepada pasangan menjadi ukuran cinta dan kesetiaan kita kepada Tuhan yang kita sembah )