ekonomi tanpa pengampunan pajak hanya tumbuh 5,04

advertisement
Agus Martowardojo:
ekonomi tanpa pengampunan pajak hanya tumbuh 5,04 persen
Kamis, 14 Juli 2016 19:42 WIB | 2.445 Views
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan ekonomi domestik tanpa
stimulus dari pengampunan pajak hanya akan tumbuh 5,04 persen pada tahun ini, lebih
rendah dibandingkan target pemerintah dalam APBN-Perubahan 2016 sebesar 5,2
persen.
Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di
Jakarta, Kamis, jika pengampunan pajak efektif diberlakukan, maka akan signifikan
mengerek naik laju pertumbuhan ekonomi, bahkan, pada 2017 pertumbuhan ekonomi
dapat terangkat ke 5,7 persen.
"Itu perhitungan kami sesuai baseline (skenario mendasar)," katanya.
Meskipun demikian, Agus masih enggan mengungkapkan "outlook" pertumbuhan ekonomi
pada tahun ini jika pengampunan pajak efektif diberlakukan. Dia memasang proyeksi
moderat pertumbuhan ekonomi 2016 di 5--5,4 persen.
Bank sentral sebelumnya memperkirakan dana repatriasi dari pengampunan pajak akan
masuk sebesar Rp560 triliun.
Sedangkan pemerintah memperkirakan aset repatriasi yang masuk mencapai Rp1000
triliun, dengan aset yang dideklarasikan Rp4000 triliun.
Namun, setelah disahkan oleh Presiden Joko Widodo, implementasi pengampunan pajak
tidak berjalan mulus. Sejumlah kelompok masyarakat sudah mengajukan gugatan
peninjauan kembali UU Pengampunan Pajak ke Mahakamah Konstitusi.
Dewan Perwakilan Rakyat meminta pemerintah menyiapkan tim khusus untuk mengawal
jalannya peradilan peninjauan kembali di MK.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini, Agus memandang pada paruh kedua
tahun ini akan membaik. Pemicunya adalah percepatan belanja pemerintah dan juga
semakin derasnya aliran investasi, dan dana asing yang masuk.
Hingga pekan kedua Juli 2016, kata Agus, dana masuk (capital inflow) ke Indonesia
mencapai Rp108 triliun. Jumlah itu sudah lebih tinggi dibandingkan realisasi sepanjang
2015 yang sebesar Rp55 triliun.
Menurut Agus, melonjaknya dana asing itu karena tingginya kepercayaan investor
terhadap perekonomian Indonesia. Ketahanan ekonomi Indonesia, lanjut dia, teruji
dengan tertahannya dampak dari refrendum rakyat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa
(Brexit).
Selain itu, kondisi internal perekonomian juga menandakan fundamental ekonomi
domestik semakin kuat, ditandai dengan perbaikan defisit transaksi berjalan dan inflasi
yang terkendali.
"Defisit transaksi berjalan telah menyempit menjadi 2,1 persen dari Produk Domestik
Bruto (PDB) di triwulan I 2016, atau lebih rendah dibanding 2,4 persen dari PDB pada
kuartal IV 2015," ujar dia.
Laju inflasi juga terkendali hingga Lebaran 1437 Hijriah. Padahal, Ramdahan pada Juni
2016 dan Lebaran 6 Juli 2016 lalu merupakan momentum konsumsi tinggi, yang diprediksi
menjadi puncak laju inflasi.
"Juni 2016, inflasi 0,66 persen dan secara tahunan sebesar 3,45 persen. Ini
menunjukkan inflasi hingga akhir tahun sesuai arah di 4 persen plus minus 1 persen," kata
dia.
Editor: B Kunto Wibisono
Download