ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR KONSUMEN

advertisement
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR KONSUMEN
BEBERAPA KOMODITI SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus: Giant Hypermarket, Botani Square, Kota Bogor)
NATASYA CELONA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesediaan
Membayar Konsumen Beberapa Komoditi Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant
Hypermarket, Botani Square, Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Natasya Celona
NIM H34134064
ABSTRAK
NATASYA CELONA. Analisis Kesediaan Membayar Konsumen Beberapa
Komoditi Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant Hypermarket, Botani Square,
Kota Bogor). Dibimbing oleh YANTI NURAENI M.
Masyarakat mulai sadar dan menjalani pola hidup sehat dan alami dengan
mengkonsumsi produk makanan organik salah satunyasayuran organik. Sayuran
organik merupakan salah satu produk konsumsi yang ramah lingkungan dan baik
untuk menjaga kesehatan Tujuan penelitian ini adalah 1)Menganalisis faktor
utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sayuran organik;
2)Menentukan harga WTP konsumen yang bersedia dibayarkan terhadap sayuran
organik menggunakan Contingent Valuation Method (CVM); 3)Menganalisis
faktor yang mempengaruhi WTP pelanggan sayuran organik dengan analisis
regresi logistik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, faktor yang menjadi
pertimbangan utama konsumen dalam membeli sayuran organik adalah kemasan,
kesegaran sayuran, dan logo halal. Harga yang ingin dibayarkan oleh konsumen
untuk masing-masing sayuran yang dijadikan obyek penelitian adalah untuk
produk kangkung Rp7 159/100 gr; Bayam Rp6 955/100 gr; dan caisim Rp6
928/100 gr. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP sayuran organik
bagi konsumen meliputi usia, jenis kelamin, dan status pernikahan.
Kata kunci : preferensi konsumen, sayuran organik, willingness to pay
ABSTRACT
NATASYA CELONA. Analysis of Consumer Willingness to Pay for Organic
Vegetables (Case Study: Giant Hypermarket, Botani Square, Bogor). Supervised
by YANTI NURAENI M.
People have begun to realize and live for a healthy lifestyle by consuming
organic food products, one of them is organic vegetable’s. Organic vegetable’s
consumption is one of the products that are environmentally friendly and good for
maintaining health. The purpose of this study were 1) To analyze the main factors
that are considered by consumers to buy organic vegetables; 2) Determine the
price consumers are willing to pay WTP for organic vegetables using CVM;
3)Analyze the factors affecting WTP organic vegetable customers with logistic
regression analysis.Based on the results, the factors factors to be considered a
major consumer in buying organic vegetables are packaged, the freshness of
vegetables, and the halal logo. Willingness to pay by the consumer for each
vegetable is Rp7 159/100 gr for kale; Rp6 955/100 gr for spinach; and Rp6
928/100 gr for mustard.While the factors whoaffecting WTP organic vegetables
for consumers include age, gender, and marital status.
Keyword :consumer preferences, organic vegetables, willingness to pay
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR KONSUMEN
BEBERAPA KOMODITI SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus: Giant Hypermarket, Botani Square, Kota Bogor)
NATASYA CELONA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 sampai
November 2015 ini ialah Kesediaan membayar konsumen atau Willingness to Pay
(WTP), dengan judul Analisis Kesediaan Membayar Konsumen beberapa
Komoditi Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant Hypermarket, Botani Square,
Kota Bogor).Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni, SP. MAgribuss
sebagai pembimbing, Tintin Sarianti, SP. MM sebagai dosen evaluator kolokium,
Anak Agung Made Ayu Astri Shinta Dewi sebagai pembahas pada seminar,
Dr.Ir.Anna Fariyanti, Msi dan Eva Yolynda Aviny, SP. MM sebagai dosen
penguji yang sudah memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepala HRD dan
pegawai Giant Hypermarket yang telah membantu selama pengumpulan data.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Nintya Putri
Wardani SE, Resti Wira Kartika SE, Junita Heryanti SE, Anggie Puspita SE, dan
Merlien Lestari atas dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015
Natasya Celona
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian Organik
Produk Organik
Perubahan Pola Hidup Masyarakat
Kesedian Membayar
Analisis Willingness to Pay
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesedian Membayar
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Permintaan
Hukum Permintaan
Konsep Willingness to Pay (WTP)
Karakteristik Konsumen
Regresi Logistik
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Contingent Valuation Method (CVM)
Regresi Logistik
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Visi dan Misi Perusahaan
Organisasi Perusahaan
Supplier Giant
Bauran Pemasaran Giant
Product
Price
Place
Promotion
vi
vi
vi
1
1
3
5
5
6
6
6
7
8
9
9
10
10
10
11
13
14
14
15
16
16
16
17
17
18
18
19
22
22
22
23
24
25
25
26
26
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Faktor Pertimbangan Pembelian Sayuran Organik
27
Sumber Informasi Konsumen Terhadap Sayuran Organik
27
Alasan Konsumen dalam Pembelian Sayuran Organik
28
Nilai Rata-rata WTP
28
Karakteristik Responden
30
Analisis WTP
32
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar
35
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Diatas Harga Ratarata WTP
36
Faktor-fator yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar untuk Masing-masing
Komoditi Sayuran Organik
37
Strategi STP
40
Implikasi Manajerial
41
SIMPULAN DAN SARAN
42
Simpulan
42
Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
45
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Data jumlah pengunjung Giant yang membeli sayuran organik (orang)
Data penjualan sayuran organik di Giant periode 2014-2015
Jenis, rincian, dan sumber data yang diperoleh
Distribusi harga yang ingin dibayarkan oleh konsumen
Sebaran konsumen berdasarkan jenis kelamin
Sebaran konsumen berdasarkan usia
Sebaran konsumen berdasarkan status pernikahan
Sebaran konsumen berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran konsumen berdasarkan pekerjaan
Sebaran konsumen berdasarkan pendapatan
Tabulasi silang karakteristik responden dengan WTP
Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
4
5
16
29
30
31
31
31
32
32
34
35
37
38
39
40
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Perkembangan luas area pertanian organik Indonesia (2007-2011)
Kurva Permintaan
Pergerakan kurva Permintaan
Kerangka operasional
Produk-produk sayuran organik di Giant Hypermarket
Display sayuran organik di Giant Hypermarket
Faktor pertimbangan pembelian sayuran
Sumber informasi konsumen
Alasan konsumen dalam pembelian sayuran organik
Sebaran konsumen bauran harga kangkung yang bersedia membayar
Sebaran konsumen bauran harga bayam yang bersedia membayar
Sebaran konsumen bauran harga caisim yang bersedia membayar
Kesediaan membayar lebih mahal untuk sayuran organik
1
12
12
15
25
26
27
27
28
29
29
30
33
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Kuisioner penelitian analisis kesediaan membayar konsumen beberapa
komoditi sayuran organik (Studi kasus: Giant Hypermarket, Botani
Square, Kota Bogor)
Hasil perhitungan WTP
Hasil perhitungan regresi logistik
Hasil perhitungan regresi logistik kesedian membayar diatas harga ratarata WTP
Hasil perhitungan regresi logistik kesedian membayar kangkung
Hasil perhitungan regresi logistik kesediaan membayar bayam
Hasil perhitungan regresi logistik kesediaan membayar caisim
Struktur organisasi Giant Hypermarket
45
48
49
50
51
52
53
55
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan zaman menuntut segala sesuatu serba cepat, sehingga
masyarakat beralih pada pola hidup yang tidak sehat. Guna menghemat waktu,
masyarakat cenderung menyukai makanan siap saji atau instan. Makanan siap saji
identik dengan proses memasak dan waktu makan yang relatif cepat. Masyarakat
Indonesia belakangan ini dimanjakan oleh berbagai jenis makanan siap saji,
contohnya fast food dan mie instan. Selain makanan siap saji, ada pula makanan
jenis lain yang mengandung kalori tinggi yang berasal dari lemak hewani, daging
dan roti-rotian1. Makanan berlemak tinggi dan bervitamin rendah tersebut dapat
menambahkan racun dan tidak memberikan nutrisi kedalam tubuh. Pola hidup
tersebut mendorong timbulnya penyakit yang berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2012) dalam Priambodo (2013) serangan
jantung, obesitas, hipertensi, diabetes, dan kanker serta berbagai macam penyakit
degeneratif lainnya menyebabkan kematian di Indonesia sebesar 60 persen.
Seiring berjalannya waktu masyarakat semakin sadar akan bahaya yang
ditimbulkan oleh makanan siap saji. Selain itu, masyarakat pun semakin sadar
bahwa makanan yang dikonsumsi akan berpengaruh terhadap kesehatan 2 .
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat menjadi semakin bijaksana dalam memilih
makanan. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan pola konsumsi
masyarakat. Akibat meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola
hidup sehat. Sehinga saat ini gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature”
telah banyak bermunculan dan mendorong masyarakat untuk meninggalkan
makanan berbahan baku kimia dan beralih ke pertanian organik.
Pertanian organik modern di Indonesia diperkenalkan oleh Yayasan Bina
Sarana Bakti (BSB), dengan mengembangkan usahatani sayuran organik di Bogor,
Jawa Barat pada tahun 1984 (Prawoto and Surono 2005; Sutanto 2002) dalam
Aliansi Organis Indonesia (AOI). Berdasarkan Gambar 1, pada tahun 2006,
terdapat 23 605 petani organik di Indonesia dengan luas area 41 431 ha, itu artinya
0.09 persen dari total lahan pertanian di Indonesia digunakan untuk lahan
pertanian organik (Internasional Federation Organization Agriculture Movements
(IFOAM) 2008).
300000
208 535
200000
238 872
214 985
225 063
Ha
100000
0
40 970
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 1 Perkembangan luas area pertanian organik Indonesia (2007-2011)
Sumber: SPOI 2011
1
http://www.kolomsehat.com/kebiasaan-dan-gaya-hidup-penyebab-penyakit/23 november 2015
04:19 pm
2
www.swa.co.id/23 november 2015 04:30 pm
2
Pada tahun 2007 luas areal pertanian organik di Indonesia adalah 40 970 ha
dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 409 persen menjadi 208 535 ha. Pada
tahun 2010 luas pertanian organik meningkat 10 persen dari tahun sebeluumnya
yaitu sebesar 238 872 ha. Semakin luasnya pertanian organik, diharapkan mampu
memberikan manfaat yang lebih luas dalam memenuhi permintaan masyarakat
akan pangan yang sehat dan alami. Pertanian organik saat ini telah berkembang
secara luas, baik dari sisi budidaya, sarana produksi, jenis produk, pemasaran,
pengetahuan konsumen dan organisasi atau lembaga masyarakat yang memiliki
minat pada pertanian organik. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
Masyarakat yang menaruh minat terhadap pertanian organik atau produk
yang berbahan baku organik ini disebut dengan Green Consumerism. Green
Consumerism, merupakan kelanjutan dari gerakan konsumerisme global yang
dimulai dari adanya kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk mendapatkan
produk yang layak dan aman yang muncul sekitar tahun tujuh puluhan, muncul
dari konteks situasi di atas sehingga tuntutan terhadap produk yang ramah
lingkungan (enviroment friendly) semakin kuat. Green Consumerism didefinisikan
sebagai “penggunaan preferensi konsumen individu untuk mempromosikan
produk dan jasa yang tidak merusak lingkungan” (Smith, 1998). Artinya Green
consumerism timbul dari kesadaran yang muncul dari setiap individu.
Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik
ini disebabkanoleh pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang
mulai memperhatikan pentingnya kesehatan dan lingkungan hidup dengan
menggunakan produk organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
sintetis buatan. Salah satunya adalah dengan membeli Green Product. Green
Product (produk yang berwawasan lingkungan) merupakan suatu produk yang
dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat
mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan
pengkonsumsiannya. Perusahaan tentunya akan berlomba-lomba untuk
menyatakan bahwa dirinya “green” agar menarik pembeli.
Berkembangan komoditas produk organik bukan saja karena pengaruh gaya
hidup tetapi juga karena mulai berkembangnya bisnis produk organik. Sehingga
sekarang banyak perusahaan yang menggunakan konsep Green Marketing.
Menurut American Marketing Association, Green Marketing adalah pemasaran
suatu produk yang diasumsikan sebagai produk yang ramah lingkungan. Green
marketing juga dapat diartikan sebagai konsep strategi pemasaran produk oleh
produsen bagi kebutuhan konsumen yang peduli lingkungan hidup salah satunya
adalah Giant Hypermarket. Giant merupakan Hypermarket yang menjual produkproduk berkualitas sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Produk tersebut
sebagian besar berasal dari produk lokal. Salah satunya adalah sayuran organik.
Menurut Widiastuti (2004) dalam AOI, prospek usaha sayuran organik
sebenarnya selama 10 tahun kedepan diperhitungkan sangat prospektif. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini disebabkan karena meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam memilih makana yang sehat dan juga semakin peduli
terhadap lingkungan dengan memilih sayuran organik. Meningkatnya minat
konsumen terhadap berbagai macam jenis sayuran organik menjadi peluang bisnis
yang bagus bagi pasar-pasar modern. Akan tetapi data-data yang menunjukan
3
perkembangan permintaan konsumen akan sayuran organik belum tersedia dipusat
statistik manapun.
Meskipun masyarakat Indonesia sudah banyak yang peduli dan sadar akan
sayuran organik, tetapi menurut Christhoper Emile Jayanata (2015), Ketua Umum
Komunitas Organik Indonesia, saat ini makanan organik termasuk bahan bakunya
seperti sayuran organik masih dianggap oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
sebagai makanan impor dan memiliki harga yang tinggi. Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang tersebut maka fokus penelitian ini adalah Willingness
To Pay sayuran organik guna mengetahui kesediaan membayar untuk sayuran
organik oleh masyarakat.
Perumusan Masalah
Walaupun sudah banyak bermunculan organisasi ataupun lembaga serta
barang-barang hasil produksi organik, namun banyak juga masyarakat kita yang
tidak tahu dengan apa yang dimaksud dengan sayuran organik itu sendiri. Sayuran
organik berbeda dengan sayuran anorganik, sayuran anorganik adalah sayuran
yang sudah biasa berada dipasaran dan biasanya menggunakan zat-zat kimia
berbahaya untuk merangsang pertumbuhan ataupun untuk membasmi hama
tanaman. Sedangkan sayuran organik lebih sehat dan ramah lingkungan karena
sayuran organik menggunakan sistem pertanian yang mempertahankan dan
mendaur ulang kesuburan tanah tanpa menggunakan pestisida dan pupuk yang
beracun dan mengandung banyak bahan kimia.
Sayuran organik memiliki rasa yang lebih manis, renyah dan segar. Hal ini
disebabkan kandungan air dalam sayur tidak terlalu banyak. Selain itu, kandungan
air yang sedikit dibandingkan dengan sayuran non organik membuat sayur
organik ini lebih tahan lama dari proses pembusukan. Sayuran organik tidak
dibentuk menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia serta bahan kimia lain
sehingga tidak merugikan tubuh manusia. Dibutuhkan setidaknya kurang lebih
tiga tahun untuk peralihan dari tanah non-organik ke tanah organik, pada masa ini
biasanya tingkat produksi rendah sehingga menyebabkan harga produk meningkat.
Selain itu sayuran organik juga menggunakan kemasan khusus agar tetap higienis
dan bersertifikat halal maupun organik. Hal-hal tersebut yang membuat sayuran
organik menjadi relatif mahal. Manfaat sayuran organik ini untuk mencegah atau
mengurangi masuknya zat – zat kimia dari pupuk buatan maupun pestisida dalam
sayuran ke tubuh. Zat kimia yang terdapat dalam sayuran anorganik bisa
membahayakan dan menyebabkan berbagai penyakit berbahaya. Dampak-dampak
buruk yang diakibatkan oleh sayuran anorganik menyebabkan masyarakat mulai
beralih ke produk-produk organik salah satunya sayuran organik.Perubahan
preferensi masyarakat yang mulai beralih ke gaya hidup sehat menyebabkan
banyak hypermarket yang mulai menjual produk organik, salah satumya adalah
Giant Hypermarket.
Giant hypermarket merupakan anak perusahaan dari PT. Hero Supermarket
Tbk. Gerai Giant yang pertama kali dibuka di Indonesia adalah Giant
Hypermarket yang berada di Villa Melati Mas, Serpong, Tangerang pada tanggal
26 Juli 2002. Latar belakang berdirinya Giant adalah karena adanya tuntutan dari
konsumen yang mengharapkan sebuah one-stop shopping yang menjual berbagai
4
produk yang berkualitas, tempat yang nyaman, dan juga harga yang terjangkau.
Salah satu visi Giant adalah menyediakan produk-produk sesuai dengan
kebutuhan pelanggan, hal ini juga sejalan dengan mottonya yaitu “Banyak pilihan
harga lebih murah” sehingga Giant menyediakan sekitar 35 000 – 55 000 item,
yang mana 90 persen produk-produk tersebut berasal dari produk lokal untuk
memuaskan pelanggan.
Salah satu contoh produk lokal yang ada di Giant adalah sayuran organik.
Sayuran-sayuran organik yang tersedia di Giant berasal dari perkebunanperkebunan organik yang berada di sekitar Bogor. Harga sayuran organik di Giant
Hypermarket tidak berbeda jauh dengan harga sayuran organik yang berada di
hypermarket lainnya. Harga sayuran organik di Giant sendiri berkisar dari
Rp16.990 – Rp21 000. Sedangkan harga sayuran organik yang digunakan dalam
penelitiaan ini berkisar dari Rp16 990/200 gr untuk caisim, dan Rp17 990/200 gr
untuk kangkung dan bayam hijau. Harga tersebut ditetapkan oleh pihak Giant,
karena untuk produk fresh seperti sayuran organik keuntungannya tidak boleh
lebih dari 10 persen, karena jika Giant menentapkan harga diatas itu maka Giant
akan kalah bersaing dengan supermarket-supermarket lain yang menjual dengan
harga murah.
Sedangkan untuk di supermarket seperti All Fresh harga sayuran organiknya
sendiri Rp17 950/200 gr untuk kangkung, dan Rp17 950/200 gr untuk bayam
hijau dan Rp17 890/200 gr untuk caisim. Hal ini mungkin karena supermarket All
Fresh bukan merupakan jenis supermarket yang menjual berbagai macam produk
atau mass product, tetapi lebih ke niche market, yang menjual produk-produk
khusus seperti buah dan sayuran. Oleh karena itu harganya lebih mahal
dibandingkan dengan Giant, kebanyakan konsumen yang berbelanja disana
memang untuk membeli buah dan sayuran organik. Berbeda dengan pelanggan
Giant yang biasanya berbelanja untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
Giant Hypermarket Botani Square memiliki sekitar 2 500 - 3 000 orang
pengunjung perhari pada hari biasa dan 4 000 orang pengunjung pada akhir pekan.
Diantara para pengunjung tersebut sekitar 3000 orang membeli sayuran organik
setiap bulannya. Jumlah pengunjung Giant yang membeli sayuran organik ini bisa
menjadi salah satu peluang yang potensial untuk meningkatkan konsumsi sayuran
organik di Kota Bogor. Berikut merupakan data pengunjung Giant yang membeli
sayuran organik.
Tabel 1 Data jumlah pengunjung Giant yang membeli sayuran organik (orang)
Jenis Sayuran yang
Dibeli
Kangkung
Bayam Hijau
Caisim
Tomat
Total Pengunjung
2014
Desember
991
990
990
140
3111
Sumber : Giant Hypermarket, Botani Square (2015)
Januari
2015
Februari
Maret
990
991
991
147
3119
990
990
990
146
3116
990
990
990
119
3089
5
Tetapi seperti yang dapat dilihat dari Tabel 1 diatas, jumlah pengunjung
sayuran organik di Giant setiap bulannya menurun. Ini juga mengakibatkan pada
penjualan sayuran organik yang menurun. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data penjualan sayuran organik di Giant periode 2014-2015
Uraian
Des-14
Harga
Kuantitas
(Rp/200g)
1 960
17 990
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Harga
Kuantitas
(Rp/200g)
1 451
17 990
1 614
Harga
(Rp/200g)
17 990
1 499
Harga
(Rp/200g)
17 990
Caisim
2 029
16 990
1 883
16 990
1 412
16 990
992
16 990
Bayam
1 054
17 990
1 283
17 990
1 028
17 990
1 022
17 990
Tomat
640
21 000
589
21 000
643
21 000
548
21 000
Kangkung
Kuantitas
Kuantitas
Sumber : Giant Hypermarket, Botani Square (2015)
Hal ini menurut Giant diakibatkan oleh ketesediaan produk yang terbatas
dan juga jenis-jenis produk yang masih sedikit. Tetapi selain itu juga, berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan konsumen sayuran organik di Giant, banyak yang
mengatakan bahwa alasan konsumen tidak membeli sayuran organik adalah
karena harganya yang mahal. Menurut konsuemen tidak ada perbedaan antara
sayuran organik dan anorganik sehingga mereka tidak menginginkan harga yang
mahal untuk sayuran organik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen saat membeli sayuran
organik ?
2. Berapa harga yang bersedia dibayarkan pelanggan untuk manfaat tambahan
yang terdapat dalam sayuran organik ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesedian membayar konsumen
terhadap sayuran organik ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
membeli sayuran organik.
2. Menentukan harga WTP konsumen yang bersedia dibayarkan terhadap sayuran
organik.
3. Menganalisis faktor yang mempengaruhi WTP pelanggan sayuran organik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai batasan-batasan agar dapat lebih terarah
dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Ruang Lingkup dari
penelitian ini adalah:
6
1. Lingkup kajian masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai
kesedian membayar konsumen dan faktor yang mempengaruhi kesedian
membayar konsumen terhadap sayuran organik.
2. Pengambilan sample dilakukan di Giant Hypermarket yang merupakan salah
satu Hypermarket yang menjual sayuran organik di Kota Bogor.
3. Komoditi yang dijadikan obyek pada penelitian ini adalah kangkung, bayam,
dan caisim. Komoditi ini dipilih karena ketiga sayuran ini paling banyak
peminatnya. Hal ini didasarkan dari hasil wawancara dengan pihak Giant yang
menyebutkan bahwa ketiga komoditi ini memiliki hasil penjualan yang paling
baik.
4. Penelitian ini menggunakan α maksimal lima persen.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian Organik
Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman
dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang
disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input,
dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisida kecuali untuk bahanbahan yang diperkenankan (International Asociation of Sound and Audiovisual
Archive (IASA) 1990). Dapat disimpulkan bahwa pertanian organik yaitu dalam
arti sempit adalah pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari
perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan
penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia,
semua harus bahan alami. Sedangkan pertanian organik dalam artian luas, adalah
sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan
menghindari penggunaan bahan kimia sintetis. Dengan tujuan untuk menyediakan
produk – produk pertanian yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen
serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Produk Organik
Organik memiliki arti berasal dari tanah asli, alami, tidak tercemar dan lainlain. Menurut USAD Consumer Brochure, definisi produk pertanian organik
adalah produk yang dihasilkan dengan mengutamakan penggunaan sumbersumber terbarukan (renewable resources) serta terdapat konservasi lahan dan air
untuk meningkatkan kualitas lingkungan bagi generasi mendatang. Produk
organik adalah produk yang dihasilkan tanpa memakai pestisida, pupuk kimia,
hormon, antibiotik maupun bahan-bahan kimia tambahan lainnya dan diharapkan
setidaknya 95 persen menggunakan bahan-bahan organik.Untuk menjaga kualitas
dari produk akhir, makanan organik minimal diproses tanpa bahan buatan,
pengawet, atau iradiasi3.
3
www.organic-nature-news.com/16 november 2015 01:00 pm
7
Bapak teori organik, Dr. Henry Chang (1994) menyatakan bahwa produk
organik, berarti seluruh produk pertanian yang bebas dari pupuk kimia, bahan
kimia atau bahan tambahan sejak permulaan, yaitu seluruhnya dilakukan secara
alami. Beberapa contoh cara-cara bertani tersebut termasuk membajak tanah
secara tradisional, menggunakan pupuk alami atau tanah yang memang subur,
atau memasukkan cacing kedalam tanah untuk menggemburkan tanah melalui
kegiatan penggalian lubang yang alami. Hal ini menyebabkan tanah
teroksidasikan, sehingga meminimalkan pencemaran tanah, udara, dan air di
kawasan tanah tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa produk pertanian organik
adalah suatu sistim pengolahan pertanian yang mendukung penghijauan dengan
memperhatikan ekologikal produksi, biodiversitas, siklus biologikal dan aktivitas
biologikal tanah sehingga tidak merusak tanah pertanian.
Produk organik yang dijual di Indonesia bisa dibilang masih tergolong
mahal, hal ini disebabkan karena stoknya yang masih sangat terbatas. Belum
banyak petani yang beralih menjadi petani organik. Ongkos produksi relatif tinggi
karena membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Selain itu butuh waktu
untuk menyehatkan atau menyuburkan tanah kembali. Hasil pasca panen lebih
sedikit, karena buangan lebih banyak, tergantung kualitas produk seperti apa yang
dibutuhkan distributor. Proses transportasinya mempunyai perlakuan khusus,
karena produk organik tidak boleh dicampur dengan produk bukan organik, di
samping jarak tempuh yang biasanya cukup jauh. Lahan organik
memperhitungkan benih, air bersih, cara menangani hama dan penyakit tanpa
bahan kimiawi sintetis dan dibutuhkan buffer zone apabila disekitarnya ada lahan
yang menggunakan sistem konvensional. Petani organik baru bisa mencapai
keuntungan yang maksimal setelah 3-4 tahun, karena butuh waktu untuk
menyehatkan tanah dan menghilangkan residu-residu bahan kimia yang terdapat
dalam tanah. Selain itu harga produk organik bisa naik, tetapi tidak fluktuatif.
Namun meskipun produk organik masih tergolong mahal karena
produksinya yang masih minim dan prosesnya yang lebih rumit dibandingkan
dengan produk biasa, permintaan terhadap produk organik meningkat cukup tajam,
dan jauh lebih tinggi dari industri makanan pada umumnya baik di negara
berkembang maupun negara yang sedang berkembang.
Perubahan Pola Hidup Masyarakat
Beberapa tahun terakhir, terjadi banyak perubahan pada masyarakat. Salah
satu perubahan masyarakat Indonesia yaitu mulai menyadari pentingnya
pendidikan. pada tahun 2011-2013 terlihat adanya peningkatan angka partisipasi
sekolah di Indonesia (BPS 2015), data tersebut mendukung adanya kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan. Pendidikan yang semakin tinggi
tersebut melatarbelakangi pola pikir, dimana pola pikir ini ikut merubah pola
hidup masyarakat.
Masyarakat menyadari bahwa apa yang selama ini mereka konsumsi dapat
menimbulkan penyakit degenerative (Priambodo, 2013). Pada akhirnya, pola
hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar kualitas hidup masyarakat masa
kini. Tidak hanya menyeimbangkan antara kesibukan dan olahraga, tetapi pola
hidup sehat bisa dimulai dengan mengkonsumsi makanan sehat (Harahap, 2014).
8
Semakin jauh makanan dari kandungan obat-obatan kimia atau pestisida,
kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup semakin tinggi (Hidayati, 2013).
Hal tersebut menyebabkan, perubahan konsumsi ke produk pertanian yang bebas
unsur pestisida atau lebih dikenal dengan istilah organik.
Perubahan pola hidup dengan mengkonsumsi produk organik menurut
Christdavina, 2013; Hidayati, 2013; Priambodo, 2013 didominasi oleh masyarakat
berpendidikan tinggi dan berusia dewasa. Pada usia tersebut, konsumen produk
organik telah memiliki pekerjaan tetap dan berpenghasilan tinggi. Orientasi
hidupnya adalah menjaga kesehatan guna kehidupan dimasa mendatang.
Kesedian Membayar
Konsep kesediaan membayar atau Willingness to Pay (WTP) menghasilkan
nilai ekonomi yang didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum
seseorang ingin mengorbankan barang atau jasa untuk memperoleh barang atau
jasa lainnya (Priambodo, 2013). WTP juga dapat didefinisikan sebagai kesediaan
individu untuk membayarsuatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap
sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan
(Hidayati, 2013). WTP dihitung untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar, atau
mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai
dengan standar yang diinginkan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah maksimum yang bersedia
dibayarkan oleh konsumen adalah metode Contingent Valuation Method (CVM)
(Chirstdavina 2013; Hidayati 2013; Lee dan Yoon 2011; Priambodo 2013; Phillip
dan Diplou 2010; O. Coulibaly 2011). Tahap operasional pendekatan CVM
meliputi membuat hipotesis pasar, mendapatkan nilai lelang (bids), menghitung
rataan WTP, memperkirakan kurva lelang (bid curve), mengagregatkan data dan
melakukan evaluasi pelaksanaan CVM (Chirstdavina 2013; Hidayati 2013;
Priambodo 2013).
Terdapat empat metode yang digunakan untuk menghitung WTP meliputi
metode tawar-menawar (Bidding Game), pertanyaan terbuka (Open Ended
Question), kartu pembayaran (Payment Card) dan pertanyaan pilihan dikotomi
(Dichotomous Choice). Penelitian Phillip dan Diplou (2010) dalammenganalisis
Willingness to Pay terhadap sayuran organik pada masyarakat Abeokuta di
Nigeria menggunakan metode pertanyaan pilihan dikotomis dan pertanyaan WTP
maksimal. Dalam pertanyaan pilihan dikotomis, konsumen ditanyai apakah
mereka bersedia membayar untuk membeli sayuran organik daripada sayuran nonorganik. Konsumen dapat menjawab YA jika mereka bersedia membayar lebih
untuk sayuran organik atau sebaliknya. Konsumenkemudian diminta memberikan
harga. Berapa nominal yang bersedia mereka keluarkan untuk membayar sayuran
organik. Berbeda dengan penelitian mengenai Willingness To Pay Sayuran
Organik di toko All Fresh Kota Bogor yang menggunakan metode pertanyaan
terbuka (Open Ended Question) dalam penelitiannya. Metode ini dilakukan
dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang
yang ingin dibayarkan atas produk yang ingin dikonsumsi (Hidayati, 2013).
Penelitian Priambodo (2013) dan Christdavina (2013) pun menggunakan metode
9
pertanyaan terbuka guna memperoleh informasi mengenai kesediaan konsumen
membayar suatu produk. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa
informasi untuk memperoleh nilai kesediaan membayar dapat dilakukan dengan
pertanyaan terbuka yang langsung dapat ditanyakan kepada konsumen.
Analisis Willingness to Pay
Hidayati (2013) dalam menganalisis Willingness To Pay Sayuran Organik
di toko All Fresh Kota Bogor, dengan responden sebanyak 100 orang terdapat 90
persen responden menyatakan bersedia untuk membayar dengan harga lebih
mahal terhadap sayuran organik. Sedangkan sisanya sebanyak 10 persen
menyatakan tidak bersedia membayar. Tidak jauh berbeda dengan penelitian
mengenai kesediaan membayar (Willingness To Pay) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Priambodo 2013), sebanyak 134 orang atau 95.70 persen
bersedia membayar untuk peningkatan kualitas sayuran menjadi organik. Sisanya
sebanyak enam orang atau sebanyak 4.30 persen tidak bersedia membayar atas
peningkatan kualitas tersebut dengan jumlah responden 140 orang.
Responden menyatakan bahwa tidak mampu membayar atas peningkatan
harga yang ada akibat peningkatan kualitas, serta sayuran konvensional yang
dibeli saat ini sudah dapat memuaskan kebutuhan fisiknya saat ini, sehingga tidak
perlu meningkatkan daya belinya pada produk yang dianggap sebagai produk
sejenis. Sedangkan nilai rata-rata maksimum WTP untuk untuk setiap kilogram
komoditas kol adalah sebesar Rp18 738; selada sebesar Rp30 048; brokoli sebesar
Rp40 250; pakchoy sebesar Rp24 368; dan wortel sebesar Rp19 820 (Priambodo,
2013). Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Chirstdavina (2013), bahwa
dari 54 reponden, sebesar 91 persen responden bersedia untuk membayar dan 9
persen responden tidak bersedia untuk membayar dan nilai rata-rata maksimum
WTP untuk setiap kilogram komoditi wortel adalah sebesar Rp22 989 80; selada
keriting sebesar Rp33 744 90; kol/kubis sebesar Rp21 989 80; kembang kol
sebesar Rp36 989 80; brokoli sebesar Rp42 989 80 dan pakchoy sebesar Rp27
989 80.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesedian Membayar
Konsumen sebagai pengguna akhir dari produk ini hanya menikmati produk
dalam bentuk siap konsumsi, sehingga tidak mengetahui dengan pasti terhadap
kebenaran keorganikan suatu produk organik. Permasalahan yang terjadi di lapang
bahwa produk sayuran organik belum dicantumkan dengan pelabelan organik dari
instansi pemerintahan melainkan hanya dicantumkan label tulisan organik,
sehingga memunculkan ketidakyakinan konsumen terhadap produk tersebut.
Kurang yakinnya konsumen akan produk organik yang beredar
mempengaruhi nilai kesediaan membayar atas produk tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya diformulasikan berdasarkan model struktural yang terdiri dari
lima variabel yang saling terkait, yaitu Socio Economic Status yang direfleksikan
oleh usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan formal terakhir, total pendapatan;
Sikap yang direfleksikan oleh persepsi terhadap kesehatan dan lingkungan,
10
kepecayaan terhadap klaim sayuran organik dan persepsi terhadap atribut sayuran
organik; Hambatan pembelian yang direfleksikan oleh persepsi terhadap biaya dan
kemudahan akses dalam mendapatkan sayuran organik; WTP yang direfleksikan
oleh pembelian produk pada berbagai pilihan, harapan manfaat dari dilakukannya
pembelian, pengorbanan dalam pembelian, dan menunjukkan kekebalan dari daya
tarik produk sejenis dari pesaing; Pembelian yang direfleksikan oleh pembelian
aktual, jumlah aggaran untuk pembelian, perbandingan presentase pilihan
terhadap produk sejenis, tingkat atau daya konsumsi akan produk tersebut (Lee
dan Yoon 2011).
Konsumen memberikan nilai kesediaan membayar berdasarkan model
struktural yang lebih terperinci. Beberapa faktor yang masuk kedalam variabel
Socio Economic Status merupakan karakteristik dari tiap konsumen. Variabelvariabel lain merefleksikan penialain konsumen atas produk yang tersedia.
Terdapat banyak faktor yang masuk kedalam model struktural, antara lain usia,
status perkawinan, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, sikap peduli
terhadap kesehatan, serta keyakinan akan produk organik yang tersedia di pasaran
(Hidayati, 2013 dan Christdavina, 2013). Faktor-faktor tersebut dianalisis untuk
mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kesedian konsumen untuk
membayar produk organik. Alat analisis yang digunakan yaitu Regresi Logistik
(Christdavina 2013; Hidayati 2013; Phillip dan Diplou 2010).
Beberapa faktor yang masuk kedalam variabel Socio Economic Status
mempengaruhi nilai kesediaan membayar. Penelitian yang dilakukan Hidayati
(2013) mendapatkan hasil status pernikahan, usia, dan jumlah anggota keluarga
berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar. Semakin meningkatnya
faktor-faktor tersebut dapat mengurangi kesediaan membayar produk sayuran
organik. Begitu pula dengan penelitian Christdavina (2013), jumlah anggota
keluarga berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar. Selain pengaruh
negatif, ada pula faktor yang berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar
yaitu sikap peduli terhadap kesehatan (Hidayati, 2013) dan pendapatan
(Christdavina, 2013). Menandakan apabila terjadi peningkatan untuk faktor
tersebut akan meningkatkan kesediaan membayar.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Permintaan
Secara ekonomi, permintaan atau demand dapat didefinisikan sebagai
jumlah keseluruhan dari barang dan jasa yang ingin dibeli atau diminta oleh
konsumen, atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai macam tingkat harga
(Sukirno, 2010). Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang
diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Permintaan timbul akibat adanya kebutuhan seseorang terhadap barang
tertentu dan barang yang diminta pada umumnya berbeda-beda.Dalam konsep
11
Permintaan tersebut terdapat dua variabel yaitu variabel jumlah permintaan dan
variabel tingkat harga, variabel jumlah barang yang diminta atau yang akan dibeli
dan tingkat harga menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lainnya.
Sedangkan variabel waktu dianggap konstan. Variabel harga merupakan vaiabel
yang mempengaruhi jumlah permintaan barang, atau disebut sebagai variabel
bebas, atau independent variable, sedangkan jumlah barang yang diminta sebagai
variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat, atau dependent variable. Faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu
akan bertambah.
2. Harga barang lain yang terkait
Berpengaruh apabila terdapat dua barang yang saling terkait yang
keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen
(penggenap).
3. Tingkat pendapatan perkapita
Dapat mencerminkan daya beli. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka daya
beli semakin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.
4. Selera atau kebiasaan
Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari
pola hidup suatu masyarakat.
5. Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan
kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang
tersebut.
6. Perkiraan harga di masa mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, akan lebih baik
jika membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk
membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan.
7. Distribusi pendapatan
Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila
distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli
secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.
Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam
mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering
mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya.
Hukum Permintaan
Hukum permintaan menjelaskan bahwa jumlah barang yang diminta akan
selalu berbanding terbalik dengan harga barang yang diminta. Kedua besaran
berkorelasi negatif Artinya jika harga barang cenderung naik, misal akibat inflasi,
maka jumlah barang yang diminta akan cenderung berkurang. Sebaliknya, jika
harga barang cenderung turun, maka jumlah barang yang diminta akan cenderung
bertambah.
Hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan yang lain ceteris paribus
atau keadaan lainnya di luar harga harus dianggap tetap. Keadaan lain yang
dimaksud adalah pendapatannya tetap, seleranya tetap, harga barang yang lain
12
tetap, dan tidak ada barang substitusi atau barang pengganti. Terdapat tiga jenis
permintaan, yaitu:
1. Permintaan efektif atau effective demand adalah permintaan terhadap suatu
barang yang disertai dengan kemampuan untuk membayar harga barang
tersebut.
2. Permintaan absolut atau absolute demand adalah permintaan terhadap suatu
barang yang tidak disertai dengan kemampuan untuk membayar harga barang
tersebut.
3. Permintaan potensial atau potential demand adalah permintaan yang memiliki
kemampuan membeli namun todak dengan segera melaksanakan pembelian.
Keadaan ini merupakan potensi permintaan.
Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah
barang tersebut yang diminta para pembeli (Ahman H dan Rohmana, 2007).
Gambar 2 Kurva Permintaan
Sesuai dengan hukum permintaan, maka bentuk kurva permintaan adalah
miring atau membentuk lereng, dari kiri atas ke kanan bawah atau dari kanan
bawah ke kiri atas seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Kurva yang
demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta
yang mempunyai sifat hubungan terbalik seperti yang ditunjukan Gambar 2.
Sesuai dengan hukum permintaan, Kurva permintaan dapat bergeser ke
kanan atau ke kiri, jika keadaan lain yang ceteris paribus tidak dipenuhi. Apabila
pendapatan seseorang bertambah, maka permintaan barang cenderung bertambah,
sehingga kurva bergeser ke kanan. Sebaliknya apabila pendapatan seseorang
turun, maka permintaan juga turun, hal ini akan menggeser kurva ke arah kiri
(Ahman H dan Rohmana, 2007). Dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pergerakan kurva Permintaan
13
Konsep Willingness to Pay (WTP)
Kesediaan untuk membayar adalah harga tertinggi yang bersedia dibayarkan
konsumen untuk beberapa barang atau jasa. Berapa banyak konsumen bersedia
untuk membayar tergantung pada nilai ekonomi yang dirasakan dan pada
manfaatnya (Breidert, 2006). Kesediaan konsumen untuk membayar (Willingness
To Pay) juga didefinisikan sebagai jumlah uang yang ingin diberikan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan (Yakin, 1997)
dalam Hidayati (2013).
Penghitungan WTP dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan
melakukan survei, dan secara tidak langsung (indirect method), yaitu
penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi.
Terdapat empat metode bertanya (Elicitaion Method) yang digunakan untuk
memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden (Hanley dan Barbier,
2009), yaitu:
1. Metode tawar menawar (bidding game)
Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah
bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal
(starting point). Jika “ya”, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai ke
tingkat yang disepakati.
2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question)
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa
jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atas perubahan. Sehingga
diketahui secara pasti berapa besar responden bersedia membayar.
3. Metode kartu pembayaran (payment card)
Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari
berbagai nilai kemampuan untuk membayar dimana responden tersebut dapat
memilih nilai maksimal atau minimal yang sesuai dengan preferensinya. Untuk
menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik.
4. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice)
Metode ini menawarkan responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan
apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk
memperoleh peningkatan kualitas lingkungan tertentu.
5. Metode Contingent Ranking
Metode ini responden tidak ditanya secara langsung berapa nilai yang ingin
dibayarkan, tetapi responden diperlihatkan ranking dari kombinasi kualitas
lingkungan yang berbeda dan nilai moneternya kemudian diminta mengurut
beberapa pilihan dari yang paling memungkinkan sampai yang paling tidak
memungkinkan.
Adapun tahapan dalam melakukan CVM (Hanley dan Barbier 2009):
1. Membangun pasar hipotetis
2. Memunculkan atau menghasilkan nilai tawaran (bid)
3. Menduga nilai rata-rata WTP
4. Menduga kurva nilai tawaran (bid curve)
5. Agregasi data total WTP
6. Evaluasi
14
Karakteristik Konsumen
Menurut Engel et al (1995), karakteristik konsumen atau pengaruh individu
yang mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan adalah usia, jenis
kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Usia
Usia seseorang biasanya mempengaruhi persepsinya dalam melakukan
pengambilan keputusan dan mempengaruhi selera terhadap produk/jasa yang
ditawarkan.
2. Jenis Kelamin
Dasar segmentasi pasar yang digunakan dalam berbagai produk umumnya
berdasarkan jenis kelamin. Wanita dan pria dianggap memiliki perbedaan
selera terhadap produk dan jasa yang ditawarkan.
3. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen mempengaruhi besar kecilnya produk dan jasa
yang akan digunakannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Semakin
tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar pula produk dan jasa yang
dikonsumsinya, sebaliknya semakin rendah tingkat pendapatan maka akan
semakin sedikit produk/jasa yang dibelinya.
4. Tingkat Pendidikan
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih kritis
dalam memilih produk/jasa dan mengedepankan kualitas, dibandingkan dengan
seseorang yang berpendidikan rendah.
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kewajiban atau rutinitas yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan imbalan berupa materi maupun non materi. Pekerjaan seseorang
juga dapat mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Regresi Logistik
Menurut Schimdt, regresi logistik atau yang lebih dikenal dengan LOGIT
merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh
peubah (-peubah) penjelas (X) terhadap responden (Y) melalui model persamaan
matematis tertentu (Firdaus M dan M.A Farid, 2008). Apabila peubah y
merupakan peubah dengan data numerik maka dapat menggunakan metode
kuadrat terkecil biasa, namun dalam beberapa kondisi tertentu, peubah y dapat
berupa peubah kategorik. Apabila peubah y berupa peubah kategorik maka
analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Alat analisis ini digunakan ketika variabel dependen berupa variabel
dikotomi yang hanya memiliki dua nilai dan mewakili kemunculan atau tidaknya
suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0, atau 1. Regresi logisik tidak
mengaumsikan hubungan antara variabel independen dan dependen secara linier
tetapi secara non linier sehingga tidak memerlukan asumsi-asumsi klasik
sebagaimana pada regresi linier.
15
Kerangka Pemikiran Operasional
Perubahan preferensi masyarakat negara maju terhadap produk organik
secara tidak langsung mempengaruhi preferensi masyarakat di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Gaya hidup sehat yang demikian telah meluas
secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian organik
harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan
Dengan semakin berkembangnya sayuran organik di indonesia, tidak
sebanding dengan permintaan masyarakat akan sayuran organik. Masyarakat
Indonesia masih banyak yang mengeluhkan tentang harga sayuran organik.
Willingness To Pay dalam hal ini digunakan sebagai metode untuk mengetahui
nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh konsumen dari peningkatan
kualitas sebuah produk. Berikut merupakan kerangka berpikir yang peneliti
lakukan pada penelitian ini dan disajikan pada Gambar 4.
1. Pertimbangan utama konsumen dalam membeli sayuran organik
2. Harga yang ingin dibayarkan oleh konsumen untuk sayuran organik
3. Karakteristik yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen
terhadap sayuran organik
Atribut Produk
X1 : Kesegaran sayuran
X2 : Ramah Lingkungan
X3 : Kemasan
X4 : Logo Halal
Microsoft Excel
Nilai Willingness To Pay
(WTP)
WTP Kangkung
WTP Bayam
WTP Caisim
: Rp8 995/100 gr
: Rp8 9950/100 gr
: Rp8 495/100 gr
Contingent Valuation
Method (CVM)
Karakteristik
konsumen yang
mempengaruhi
WTP
X5: Usia
X6: Jenis Kelamin
X7: Status
X8: Pendidikan
X9: Pekerjaan
X10: Pendapatan
AnalisisRegresi
Logistik
Rekomendasi
Gambar 4 Kerangka operasional
Penelitian ini menggunakan Contingent Valuation Method (CVM) untuk
mengetahui nilai kesediaan membayar maksimum yang bersedia dibayar
konsumen dan analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor karakteristik
konsumen apa saja yang mempengaruhi kesediaan membayar konsumen tersebut.
16
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0 = konsumen tidak bersedia
membayar lebih mahal dari harga aktual untuk manfaat yang diberikan sayuran
organik dan 1 = konsumen bersedia membayar lebih mahal dari harga aktual
untuk manfaat yang diberikan sayuran organik. Dalam penelitian ini diuji juga
faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar diatas harga rata-rata
WTP dengan hipotesis yang digunakan adalah 0 = konsumen bersedia membayar
diatas harga rata-rata WTP 1= konsumen bersedia membayar dibawah harga ratarata WTP. Selain itu penelitian ini juga menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kesedian membayar konsumen untuk masing-masing komoditi.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Giant Hypermarket, Botani Square yang
berlokasi di Jl. Raya Pajajaran No. 69-71. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
teknik sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan bahwa Giant
Hypermarket merupakan salah satu Hypermarket yang menjual berbagai macam
sayuran organik. Pengumpulan data di Giant Hypermarket, Botani Square
berlangsung pada bulan Juni hingga Juli 2015.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari objek penelitian, hasil wawancara dengan responden,
serta observasi yang dilakukan dengan pengamatan terhadap kondisi koperasi.
Sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari referensi dan
literature yang terkait dengan objek penelitian yang berada diluar koperasi yang
berkaitan dengan kepuasaan konsumen.
Tabel 3 Jenis, rincian, dan sumber data yang diperoleh
No
1
2
Jenis Data
Primer
Sekunder
Rincian Data
a. Gambaran Giant Hypermarket:
perkembangan Giant, komoditi,
pengunjung, harga
b. Karakteristik responden: usia, jenis
kelamin, pendidikan, pendapatan dan
pekerjaan
c. Faktor pertimbangan utama pembelian
a. Teori konsep WTP , pertanian organik,
produk organik, karakteristik konsumen
dan regresi logistik
Sumber Data
Manajer
Giant
Hypermarket
dan
responden (konsumen
sayuran organik)
Literature,
Perpustakaan LSI IPB,
internet, dan Badan
Pusat Statistik
17
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya terjadi dan untuk menggali informasi yang lebih
mendalam. Wawancara dilakukan dengan pihak Giant.
2. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengamati
objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha jual-beli yaitu di Giant
Hypermarket untuk mengamati kegiatan jual-beli. Pengamatan dilakukan
selama bulan Juni-Juli 2015.
3. Memberikan kuesioner kepada responden yang telah ditetapkan. Kuesioner
bertujuan untuk menganalisis faktor yang menjadi pertimbangan pembelian,
menilai kesediaan membayar konsumendan menganailisis karakteristik yang
mempegaruhinya.
Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode nonprobability sampling, dimana tidak semua populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi responden. Teknik yang digunakan adalah purposive
sampling karena populasi dipilih berdasarkan kemudahan diakses dan
kesediaannya untuk menjadi responden.
Proses wawancara untuk pengisian kuisioner dilakukan oleh konsumen yang
membeli sayuran organik di Giant Hypermarket, yang digunakan untuk
mengetahui kesediaan membayar konsumen tersebut dan juga untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja atau atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen
terhadap pembelian sayuran organik. Responden dalam penelitian ini sebanyak
100 orang dengan pertimbangan bahwa pelanggan yang membeli sayuran organik
di Giant dapat mencapai 991 orang perhari. Kriteria konsumen yang dijadikan
responden adalah sebagai berikut :
1. Konsumen yang telah membeli sayuran organik minimal 1x.
2. Konsumen berumur 17 tahun ke atas (dinilai cukup dewasa untuk
diwawancarai dan mengisi kuesioner) dan sudah memiliki penghasilan sendiri.
3. Dalam satu rombongan keluarga hanya satu orang yang menjadi responden
dalam penelitian agar jawaban dalam kuesioner tidak saling mempengaruhi.
Pengamatan langsung yang dilakukan terhadap konsumen Giant
Hypermarket pun ikut menambah data mengenai karakteristik yang dimiliki
responden. Sedangkan untuk memperoleh data dari responden, peneliti
menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan bantuan
kuisioner. Kuisioner berisi pertanyaan terstruktur yang dibuat sedemikian rupa
sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif
atau kepada satu jawaban saja.
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah
analisis kesediaan membayar konsumen atau willingness to pay (WTP) dengan
CVM (Contingent Valuation Method) dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik dan
faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sayuran
organik dengan analisis deskriptif.
Contingent Valuation Method (CVM)
Contingent valuation method digunakan untuk menanyakan konsumen
berapa yang mereka bersedia bayarkan untuk manfaat yang akan mereka terima.
Dapat juga digunakan untuk bertanya berapa nilai maksimum yang bersedia
dibayarkan konsumen untuk peningkatan kualitas yang mereka dapatkan.Adapun
tahapan dalam melakukan CVM (Hanley dan Barbier 2009):
1. Membangun pasar hipotetis
Pasar Hipotetis menggambarkan ilustrasi mengenai gambaran suatu kejadian
apabila terjadi perubahan lingkungan di masa mendatang. Pada penelitian ini
digambarkan mengenai pentingnya seseorang untuk mengonsumsi sayuran
organik karena semakin meningkatnya penyakit degeneratif yang
membahayakan kesehatan seseorang. Berikut pasar hipotetis yang dibentuk
pada penelitian ini:
“Peningkatan minat masyarakat terhadap produk pertanian organik dipicu oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan
kepedulian terhadap lingkungan. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa
mengkonsumsi produk pertanian organik lebih sehat, aman, dan juga bergizi.
Secara istilah, pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia
sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk
pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Produk sayuran organik
memang memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan produk
anorganik, namun sayuran organik memberikan manfaat tambahan bagi
konsumen karena dengan membeli sayuran organik konsumen akan
berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan serta konsumen akan
terhindar dari penyakit degenaratif yang disebabkan oleh pengunaan pestisida
dan pupuk kimia.”
2. Memunculkan/menghasilkan nilai tawaran (bid)
Nilai tawaran akan diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan instrumen menggunakan teknik open ended question
(pertanyaan terbuka) dan juga dichotomous choice. Open ended question
dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka pada responden tentang
berapa nilai yang ingin dibayarkan untuk mendapatkan sayuran organik,
sedangkan . Responden akan menjawab langsung berapa nilai maksimal yang
bersedia dibayarkan untuk memperoleh sayuran organik namun tetap dalam
perhatian dari enumerator.
19
3. Menduga nilai rata-rata WTP
Nilai rata-rata WTP dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
∑
(
)
Di mana :
EWTP = dugaan rataan WTP
Wi = nilai WTP ke-i
Pfi = nilai relatif
i = responden ke-i yang bersedia membayar sayuran organik.
4. Menduga kurva nilai tawaran (bid curve)
Pendugaan kurva akan diperoleh dengan mengagregasikan nilai WTP dengan
beberapa variable bebas menggunakan persamaan:
WTP = f(X1.......Xn)
5. Agregasi data total WTP
Agregasi data total WTP didapatkan dengan menggunakan nilai rata-rata WTP
yang dikonversikan terhadap populasi. Perhitungan total WTP menggunakan
persamaan sebagai berikut:
TWTP = EWTPi.P
Di mana :
TWTP = total WTP (Rp)
EWTPi = rataan nilai WTP responden (Rp)
P = populasi (orang)
6. Evaluasi
Dalam hal ini, perlu dievaluasi apakah WTP signifikan dengan manfaat
yang diberikan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahuai apakah harga yang
dibayarkan oleh konsumen sudah sesuai dengan manfaat yang akan didapat
oleh konsumen dari sayuran organik.
Regresi Logistik
Menurut Schmidt (2005) dalam Firdaus (2011) analisis regresi logistik atau
yang dikenal dengan logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini
mengkaji hubungan peubah (-peubah) penjelas (x) terhadap peubah respon (y)
melalui model persamaan matematis tertentu. Apabila peubah y merupakan
peubah dengan data numerik maka dapat menggunakan metode kuadrat terkecil
biasa, namun dalam beberapa kondisi tertentu, peubah y dapat berupa peubah
kategorik. Apabila peubah y berupa peubah kategorik maka analisis yang
digunakan adalah analisis regresi logistik.Regresi logisik tidak mengaumsikan
hubungan antara variabel independen dan dependen secara linier tetapi secara non
linier sehingga tidak memerlukan asumsi-asumsi klasik sebagaimana pada regresi
linier. Variabel independen meliputi jenis kelamin, status pernikahan, usia
konsumen, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepedulian dan keyakinan
20
konsumen terhadap sayuran organik, harga, kemasan, dan logo halal, sedangkan
variabel dependen adalah WTP. Persamaan regresinya dinyatakan dalam bentuk :
( )
Dimana:
Y1
= WTP kangkung ( 0 = Tidak bersedia membayar Lebih dari harga
aktual untuk manfaat yang diberikan sayuran organik, 1 = Bersedia
membayar lebih dari harga aktual untuk manfaat yang diberikan
sayuran organik)
Y2
= WTP bayam ( 0 = Tidak bersedia membayar Lebih dari harga
aktual untuk manfaat yang diberikan sayuran organik, 1 =
Bersedia membayar lebih dari harga aktual untuk manfaat yang
diberikan sayuran organik)
Y3
= WTP caisim ( 0 = Tidak bersedia membayar Lebih dari harga
aktual untuk manfaat yang diberikan sayuran organik, 1 =
Bersedia membayar lebih dari harga aktual untuk manfaat yang
diberikan sayuran organik)
b0
= Konstanta regresi, atau Intersep
b1,2,3....10 = Koefisien regresi kualitas, ramah linkungan, kemasan, logo halal,
usia, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
X1
= Kesegaran sayuran organik (0 = Tidak, 1 = Ya)
X2
= Ramah lingkungan (0 = Tidak, 1 = Ya)
X3
= Kemasan (0 = Tidak, 1 = Ya)
X4
= Logo Halal (0 = Tidak, 1 = Ya)
X5
= Usia (1 = 21-31 tahun, 2 = 31-41 tahun, 3 = 42-50 tahun, 4 = 5160 tahun, 5 = 61-70 tahun)
X6
= Jenis Kelamin (1 = Laki-laki, 2 = Perempuan)
X7
= Status (1 = Menikah, 2 = Belum menikah)
X8
= Pendidikan (1 = SD, 2 = SMP , 3 = SMA, 4 = Perguruan tinggi)
X9
= Pekerjaan (1 = Pegawai Swasta, Pegawai Negeri = 2, 3 = Ibu
Rumah Tangga, 4 = Wirausaha)
X10
= Pendapatan (1 ≤ Rp1 000 000, 2 = Rp1 000 000-Rp3 000 000, 3 =
Rp3 000 000-Rp6 000 000, 4 ≥ Rp6 000 000)
Menurut Christdavina (2013) faktor yang diduga berpengaruh positif
terhadap kesediaan membayar adalah pendapatan. Sedangkan menururt Hidayati
(2013) faktor yang berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar adalah usia
dan status pernikahan.Berdasarkan nilai koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dapat dinyatakan
bahwavariabel usia dan status pernikahan berpengaruh negatif terhadap WTP
yang artinya bahwa apabila terjadi kenaikan tiap 1 satuan maka akan mengurangi
kesediaan membayar untuk sayuran organik berturut-turut sebesar b5 dan b6.
Sedangkan untuk variabel pendapatanberpengaruh positif terhadap WTP,
sehingga apabila terjadi kenaikan tiap 1 satuan maka akan meningkatkan
kesediaan membayar untuk sayuran organik sebesar b10.
21
Pengujian statistik regresi logistik dipergunakan untuk memeriksa kebaikan
suatu model. Uji statistik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
(Firdaus, 2008) :
1. Uji Signifikansi Model
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama-sama (overall) di dalam model
regresi logistik. Pengujian ini menggunakan Uji Likelihood Ratio dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : β1 = β2..... = βi = 0 (tidak terdapat minimal satu variabel independen
yang berpengaruh terhadap variabel dependen)
H1 : βi ≠ 0 ( terdapat minimal satu variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen)
untuk i = 1,2,3,......n
Statistik uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
( )
Di mana:
lo = Maksimum nilai likehood dari model reduksi (Reduced Model) atau model
yang hanya terdiri dari konstanta saja (tanpa variabel penjelas)
li = Maksimum nilai likehood dari model penuh (Full Model) atau model
dengan semua variabel independen
Nilai G2 mengikuti distribusi Chi-squares dengan derajat bebas p,
sehingga hipotesis ditolak jika G2 > X2(α,p) atau p-value < α yang berarti
bahwa variabel independen (X) secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen (Y).
2. Pengujian Parameter
Uji ini dilakukan setelah mengetahui bahwa pada hasil uji berpengaruh
nyata model terdapat minimal satu variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependen. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui variabel
independen yang mempengaruhi secara nyata terhadap variabel dependen.
Pengujian inidilakukan melalui Uji Wald (W) guna menguji keberartian
koefisien β secara partial dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : βi = 0 (variabel bebas ke-i tidak mempunyai pengaruh secara nyata
terhadap variabel dependen)
H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ke-i mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
variabel dependen)
untuk i = 1,2,3,......n
Statistik uji yang digunakan adalah :
(
( )
)
Keterangan :
W = Nilai Wald
βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi
H0 akan ditolak jika jika W> X2(α,p) atau p-value< α yang berarti
variabel bebas Xi secara partial mempengaruhi variabel dependen Y.
22
3. Uji Odds Ratio
Uji ini merupakan ukuran risiko, atau kecenderungan untuk mengalami
kejadian tertentu antara satu kategori dengan kategori lainnya, di mana kategori
Xi = 1 terhadap Xi = 0. Nilai koefisien odds ratio dinyatakan dalam exp(β),
yang menyatakan risiko, atau kecenderungan pengaruh observasi dengan
kategori Xi = 1 adalah berapa kali lipat jika dibandingkan dengan observasi
dengan kategori Xi = 0.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Giant Supermarket berdiri pada tahun 1985 di Kelana Jaya, Malaysia. Pada
awal Februari 1988 Giant Supermarket bergabung dengan Dary Farm
International (Hongkong) yang kemudian merubah Giant supermarket menjadi
Giant Hypermarket. Setelah menjadi berubah, Giant Hypermarket berkembang
dengan sangat pesat, dan mulai membuka berbagai cabang di negara Singapura,
India dan Indonesia. Pada tahun 2002 Giant mulai masuk ke Indonesia. Giant di
Indonesia adalah anak perusahaan dari PT. Hero Supermarket, Tbk (Hero
Group). Giant merupakan perusahaan patungan antara PT Hero Group dengan
Dairy Farm Int. yang membeli lisensi dari Giant di Malaysia untuk mendirikan
Giant di Indonesia.
Semenjak berdiri di Indonesia Giant merupakan saingan utama bagi
Hypermarket yang sudah cukup di kenal di Indonesia yaitu Carrefour. Giant
dirasa cukup berhasil dalam menciptakan image murah dengan konsep traditional
market. Di Indonesia sudah ada 9 cabang Giant dengan kelasnya masing-masing.
Di Maspion Square Surabaya kelas Hypermarket, Villa Melati Mas Serpong kelas
Superstore, Cimangis Depok kelas Superstore, Bekasi kelas Hypermarket, Pondok
Gede kelas Superstore, Plaza Semanggi kelas Superstore, Ciledug kelas
Superstore, Pondok Chandra Surabaya kelas Superstore, Hyperpoint Pasteur
Bandung kelas Superstore, Bandung Super Mal kelas Superstore dan cabang yang
terkecil adalah Wiyung Surabaya kelas supermarket.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan Giant di Indonesia Giant
Hypermarket membuka cabang di bogor dengan tujuan untuk lebih memperluas
pangsa pasar dan Brand Giant itu sendiri. Sebagai Brand Retailer pertama di Kota
Bogor yang menyediakan hampir 100 000 item barang. Dengan dukungan seluruh
komponen All Giant, Giant IPB Bogor menjadi salah satu deretan Giant dengan
Penghasilan atau omzet terbaik selama beberapa tahun dan selalu masuk TOP 3
Sales terbaik di seluruh Indonesia.
Visi dan Misi Perusahaan
Giant Hypermarket ditargetkan untuk membuka 10 Giant di Indonesia
hingga tahun 2005 dan saat ini sudah ada 500 toko di seluruh Indonesia. Giant
memiliki filosifi dalam beroperasi yakni garansi Every Day Low Price ( Harga
23
Murah Setiap Hari ) dan dengan tag line Big Variety Great Value ( Banyak
Pilihan, Harga Lebih Murah ). Giant ingin memberikan kepada konsumen pilihan
belanja “One Stop Shopping” yang berbeda dari hypermarket lain. Karena itu
terdapat range yang besar untuk produk GMS dan Factory, dengan menyediakan
antara 35 000 item sampai 50 000 item, Giant Hypermarket fokus pada produk
lokal dan etnik. Dengan fresh market sebagai salah satu ciri khasnya, Giant
memberikan suasana belanja yang unik yaitu suasana pasar tradisional yang
nyaman dan bersih bagi pelanggannya. Giant Hypermarket juga memiliki visi dan
misi dalam menjalankan perusahaan, yaitu sebagai berikut :
VISI
Menjadi peritel terkemuka di Indonesia dari segi penjualan dan jangka
panjang penciptaan nilai stakeholder.
MISI
1. Memiliki lima merk toko yang dapat memuaskan semua segmen pelanggan dan
akan mengembangkannya di seluruh Indonesia, memberikan keuntungan
dengan memperkuat penawaran masing-masing toko.
2. Meningkatkan dan memotivasi talenta lokal terbaik dalam perusahaan.
3. Berusaha keras menjadi yang terbaik bagi pelangan, lebih sederhana bagi
karyawan dan murah bagi perusahaan.
4. Sebagai pelopor ritel di Indonesia Giant melanjutkan bekerja sama untuk
tumbuh seiring dengan perkembangan negara, memajukan perusahaan dan
meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan.
Organisasi Perusahaan
Giant Hypermarket memiliki struktur organisasi yang dikepalai oleh
seorang store manager, empat orang manajer pada divisi utama, dan tiga orang
manajer pada divisi pendukung. Masing-masing divisi dibantu oleh para DHADH,
supervisor, dan staf. Adapun tugas dari masing-masing posisi adalah:
1. Store Manager bertugas memimpin, memonitor, dan mengatur seluruh
kegiatan operasi di gerai Giant.
2. Manajer Fresh bertugas mengatur semua kegiatan yang terjadi di divisi fresh
yang terdiri dari:
a) Buah dan sayur
b) Ikan, daging dan ayam
c) Bakery
d) Ready to eat (makanan yang sudah siap saji)
3. Manajer Grocery bertugas mengatur semua kegiatan yang terjadi di divisi
grocery yang terdiri dari:
a) Minuman dan makanan kecil
b) Sembako (gula, minyak goreng, teh, kopi, dan lain–lain)
c) Deterjen
d) Alat mandi dan alat kecantikan
24
4.
Manajer GMS (Generale Merchandise) bertugas mengatur semua kegiatan
yang terjadi di divisi GMS (Generale Merchandise) yang terdiri dari:
a) Elektronik
b) Tekstil (clothing, baby goods, home textile, dan footwear)
c) Bazar (perlengkapan rumah tangga, toys, sport, furniture, dan stationery)
5. Manajer Sales Support bertugas mengatur semua kegiatan yang terjadi di
divisi Sales Support yang terdiri dari:
a) Gudang : tempat penerimaan barang
b) Accounting : bagian penerimaan faktur dari supplier
c) Marketing : bertugas menarik konsumen berbelanja dan meningkatkan
penjualan
d) Kasir : menyetor sejumlah uang yang diterima dari penjualan ke banking
e) Banking : tempat menerima uang dari kasir dan laporan diberikan ke IT
f) Front desk : deposit counter, information center
g) Customer service
h) IT (information and technology) : tempat mengolah data dari banking
kemudian hasil olah data diberikan ke pusat
6. Manajer HRD bertanggung jawab mengontrol keluar masuknya karyawan,
absensi atau kehadiran, cuti, dan keterlambatan karyawan serta memberikan
masukan kepada atasan masing-masing karyawan.
7. Manajer LP (Lost Prevention) bertanggung jawab mengawasi semua sistem
dan prosedur yang berlaku di toko serta melakukan investigasi terhadap
kejadian-kejadian serta memberikan laporan pertanggungjawaban (report)
kepada masing – masing manajer sesuai dengan kejadiannya.
8. Manajer Accounting bertugas melakukan input terhadap semua barang masuk
dan barang keluar melalui receiving area serta melakukan koordinasi dengan
accounting pusat terutama masalah data stock, sales, dan profit.
9. DH-ADH Fresh, Grocery, GMS (Generale Merchandise), Sales Support,
HRD (Human Resource and Development), LP (Lost Prevention), dan
Accounting bertugas mengawasi serta memonitor semua yang dilakukan oleh
supervisor/staf, mengatur penjualan, display, dan margin pada masing –
masing divisi.
10. Supervisor Fresh, Grocery, GMS, Sales Support, HRD, LP, dan Accounting
bertanggung jawab atas kontrol terhadap display dan store gudang pada
masing- masing divisi.
11. Staf Fresh, Grocery, GMS, Sales Support, HRD, LP, dan Accounting
berkonsentrasi kepada pengelolaan customer service dan display
barangbarang pada masing – masing divisi.Keterangan lebih lanjut ada di
Lampiran 8.
Supplier Giant
Giant memilih perkebunan di daerah sekitar Bogor untuk menjaga kualitas
sayuran organik. Beberapa diantaranya adalah dari Parung Farm, Tangkalo, dan
Amazing Farm. Semuanya berasal dari perkebunan disekitar Bogor. Diperlukan
beberapa syarat untuk menjadi supplier sayuran organik di Giant, diantaranya
berbadan hukum, berbentuk CV dan tidak boleh perseorangan.
25
Dalam perjanjian kerjasamanya atau MOU pihak Giant juga meminta para
supplier untuk memiliki sertifikat-sertifikat dan dokumen-dokumen pemerintah
berkaitan yang menyatakan bahwa produk tersebut aman, halal, dan benar-benar
organik. Selain itu dalam MOU juga para supplier diwajibkan mencantumkan
proses produksinya mulai dari hulu hingga hilir dan harus bisa memenuhi kuota
atau kebutuhan akan produk yang diminta oleh pihak Giant.
Kebanyakan CV hanya menyediakan satu jenis sayuran. Contohnya Parung
Farm yang hanya mendistibusikan sayuran kangkung karena sayuran tersebut
merupakan spesialisasi Parung Farm. Setiap merek memiliki berat bersih yang
sama yaitu 200 gr/bungkus, ini dikarenakan jika setiap supplier tidak memiliki
berat bersih yang sama maka produk-produk tersebut tidak memiliki value dan
supplier akan rugi.
Bauran Pemasaran Giant
Product
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi kebutuhan (Kotler, 2000). Produk-produk yang ditawarkan meliputi
barang fisik, jasa, pengalaman, orang, tempat, organisasi dan ide. Semua merek
sayuran organik di Giant Hypermarket memiliki berat bersih sama yaitu 200 gr.
Hal ini dilakukan karena juka setiap merek memiliki harga yang berbeda maka
produk-produk tersebut tidak memiliki value atau nilai, konsumen tidak mau
membeli, dan supplier pun akan rugi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 5 di
bawah, Giant Hypermarket memiliki berbagai macam merk sayuran organik
diantaranya Amazig farm, Tangkalo, Parung Farm, dan masih banyak lagi.
Produk-produk segar yang dijual di Giant semuanya diletakan ditempat
yang sejuk termasuk sayuran organik. Sayuran organik di Giant Hypermarket
diletakan di rak dengan temperatur khusus agar kesegarannya tetap terjaga. Selain
itu pada saat tutup, jika masih terdapat sayuran organik yang tersisa maka produk
teresbut akan dipindahkan kedalam lemari pendingin dengan suhu lima derajat
agar kesegarannya tetap terjaga.
Gambar 5 Produk-produk sayuran organik di Giant Hypermarket
26
Price
Harga sayuran organik di Giant Hypermarket tidak berbeda jauh dengan
harga sayuran organik yang berada di hypermarket lainnya. Harga sayuran
organik di Giant sendiri berkisar Rp17 990/200 gr untuk kangkung dan bayam,
Rp16 990/200 gr untuk caisim. Harga tersebut ditetapkan oleh pihak Giant,
karena untuk produk fresh seperti sayuran organik keuntungannya tidak boleh
lebih dari 10 persen, karena jika Giant menentapkan harga diatas itu maka Giant
akan kalah bersaing dengan supermarket-supermarket lain yang menjual dengan
harga murah.
Place
Menurut Kotler (2000) terdapat tiga level saluran pemasaran untuk barang
konsumen, yaitu: (1) saluran level nol (saluran pemasaran langsung), (2)
saluransatu level berisi perantara penjual seperti pengecer, (3) saluran dua level
berisi dua perantara, umumnya adalah pedagang besar, pemborong dan pengecer.
Giant Hypermarket termasuk kedalam saluran satu level. Giant berperan sebagai
perantara penjual antara produsen dan konsumen. Produsen sayuran organik yang
ingin memasarkan produknya di Giant tidak boleh perseorangan, harus berbentuk
CV, berbadan hukum, bersertifikat, dan harus selalu bisa memenuhi kebutuhan
yang diminta oleh pihak Giant. Giant memiliki kendali penuh untuk mengatur
produk-produk yang ada di tokonya, termasuk sayuran organik. Seperti ditunjukan
pada Gambar 6, display sayuran organik berada di bagian belakang dekat dengan
display daging dan ikan, selain itu juga tidak terdapat papan nama yang
menjelaskan display sayuran organik. Sehingga sebagian besar konsumen
kesulitan untuk menemukan display tersebut.
Gambar 6 Display sayuran organik di Giant Hypermarket
Promotion
Menurut Kotler (2000) promosi dirancang untuk menstimulasi pembelian
sejumlah produk oleh konsumen. Promosi merupakan hal yang penting untuk
memasarkan suatu produk
karena dalam pemasaran modern konsumen
memerlukan lebih banyak pengembangan produk yang baik, penawaran dengan
harga yang menarik dan kemudahan untuk dijangkau. Giant Hypermarket tidak
melakukan promosi khusus untuk produk sayuran organik. Hanya saja untuk
semua produk sayuran yang ada di Giant, baik itu sayuran organik maupun
anorganik terkadang Giant memberikan potongan harga pada saat menjelang
Giant mau tutup. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesegaran dan kualitas produk.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Pertimbangan Pembelian Sayuran Organik
Pada saat membeli sebuah produk biasanya terdapat beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan saat pembeliaan. Contohnya tanggal expired atau
kadaluarsa produk tersebut, harga, kandungan gizi yang ada di dalamnya, kode
halal dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang disajikan pada
Gambar.7, menunjukan bahwa yang menjadi faktor pertimbangan utama
konsumen dalam membeli sayuran organik meliputi kemasan sebanyak 52 persen,
kesegaran sayuran organik sebanyak 32 persen, dan logo halal sebanyak 16
persen. Ini menunjukan bahwa dalam membeli sayuran organik pembeli sangat
memperhatikan kemasan pada sayuran organik yang dijual. Oleh karena itu
produsen harus lebih memperhatikan kemasan yang dibuat, karena kemasan yang
higienis dan rapi pun menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki sayuran organik.
32%
Kesegaran
sayuran
Logo Halal
52%
Kemasan
16%
Gambar 7 Faktor pertimbangan pembelian sayuran
Sumber Informasi Konsumen Terhadap Sayuran Organik
Sumber informasi yang berguna sebagai saluran untuk mendapatkan
pengetahuan tentang suatu hal. Sumber informasi dapat berupa media elektronik,
cetak, organisasi, ataupun orang lain. Sumber informasi sangat berperan dalam
penciptaan pengetahuan seseorang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
kehidupannya. Dalam hal ini, sumber informasi sebagai sumber pengetahuan
tentang sayuran organik.
Tidak ada
14% 11%
15%
16%
Koran
14%
Majalah
8%
Televisi
22%
Internet
Teman
Gambar 8 Sumber informasi konsumen
28
Berdasarkan hasil wawancara yang disajikan pada Gambar 8 menunjukkan
bahwa sumber informasi mengenai sayuran organik meliputi media elektronik
televisi sebanyak 22 persen, internet sebanyak 16 persen, teman atau keluarga
sebanyak 15 persen, koran sebanyak 14 persen, majalah sebanyak 8 persen,
sumber informasi lain seperti pusat perbelanjaan, sekolah, warung, organic farm,
organic store di Luar Negeri, penyuluhan, tempat kerja, pelatihan, dan seminar
yaitu sebanyak 14 persen. Sumber informasi yang paling efektif adalah televisi.
Selanjutnya juga ada beberapa responden yang tidak mendapat informasi
mengenai sayuran organk dimanapun yaitu sebanyak 11 persen. Ini menunjukan
bahwa informasi mengenai sayuran organik masih kurang meskipun peminat
sayuran organik sudah banyak.
Alasan Konsumen dalam Pembelian Sayuran Organik
Alasan utama konsumen membeli dan menjadi konsumen sayuran organik
adalah kesehatan. Lebih tepatnya lagi gaya hidup sehat, berdasarkan hasil
wawancara yang disajikan pada Gambar 9 menunjukan bahwa alasan konsumen
membeli sayuran organik meliputi gaya hidup sehat sebesar 60 persen, alasan
kesehatan sebesar 12 persen, trend saat ini sebesar 19 persen, dan lainnya
sebanyak 9 persen. Gaya hidup sehat menjadi alasan utama konsumen membeli
sayuran organik. Karena tidak terdapat residu kimia dari sayuran organik.
sehingga banyak konsumen yang mulai sadar akan pentingnya gaya hidup sehat
dan beralih mengkonsumsi sayuran organik.
9%
19%
60%
Gaya Hidup Sehat
Terapi Kesehatan
Trend saat ini
Lainnya
12%
Gambar 9 Alasan konsumen dalam pembelian sayuran organik
Nilai Rata-rata WTP
Dugaan nilai WTP (EWTP) diperoleh berdasarkan distribusi WTP dengan
menggunakan perkalian antara nilai WTP responden dengan frekuensi relatif
responden yang disajikan pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pengolahan data
pada Lampiran 2 yang disajikan pada Tabel 11 diketahui bahwa harga yang ingin
dibayarkan untuk produk kangkung sebesar Rp7 159/100 gr, bayam Rp6 955/100
gr, dan caisim Rp6 928/100 gr.
29
Tabel 4 Distribusi harga yang ingin dibayarkan oleh konsumen
No.
Produk
1
2
3
Kangkung
Caisim
Bayam
Harga Sayuran Organik
(Rp/100gr)
8 995
8 495
8 995
Harga yang ingin dibayarkan
(WTP) (Rp/100gr)
7 159
6 928
6 955
Keinginan konsumen untuk membayar lebih kecil atau lebih murah
dibandingkan dengan harga aktualnya diduga karena Giant merupakan
Hypermarket untuk kalangan menengah, dan berdasarkan wawancara peneliti
pada saat turun lapang responden dari kalangan ini kurang peduli dan sadar akan
pentingnya mengkonsumsi sayuran organik. Menurut konsumen sayuran organik
dan anorganik sama saja manfaatnya, sehingga konsumen tidak menginginkan
harga yang terlalu mahal untuk sayuran organik.
40
37
35
30
25
19
20
Harga
14
15
9
10
5
3
2
1
1
3
1
1
1
0
2000 2500 3000 5000 6300 7200 8000 9000 9900 108001170015000
Gambar 10 Sebaran konsumen bauran harga kangkung yang bersedia membayar
35
31
30
25
20
14
15
Harga
9
10
5
13
1
2
1
2
1
1
8
7
1
1
0
Gambar 11 Sebaran konsumen bauran harga bayam yang bersedia membayar
30
40
35
30
25
20
15
10
5
0
35
16
3
2
2
13
15
1
Harga
1
3
1
2000 3000 5000 5950 6800 7000 7650 9350 10000 10200 11050
Gambar 12 Sebaran konsumen bauran harga caisim yang bersedia membayar
Sedangkan berdasarkan Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12 terdapat
sebagian konsumen memilih harga yang lebih tinggi dibandingkan harga
aktualnya. Sebanyak 37 responden kangkung, 31 responden bayam, dan 35
responden caisim tergolong kalangan menengah atas dengan pendapatan lebih dari
Rp6 000 000, mereka juga sadar akan pentingnya mengkonsumsi sayuran organik,
sehingga mereka tidak keberatan dengan harga sayuran organik yang mahal.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan beberapa konsumen yang memilih
harga lebih mahal, mereka mengatakan bahwa lebih baik mengkonsumsi sayuran
yang lebih mahal harganya tapi menyehatkan dibandingkan dengan sayuran yang
harganya murah tapi mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan.
Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan 100 responden sebagai obyek penelitian.
dengan karakteristik responden sebagai berikut:
Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin yang disajikan pada tabel.
didapatkan bahwa 74 persen adalah wanita, sisanya sebanyak 26 persen adalah
laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa wanita sangat berpengaruh terhadap
keputusan belanja keluarga.Menurut Sumarwan, wanita indonesia pada masa kini
memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih baik dari generasi sebelumnya
sehingga dengan kualitas yang lebih baik, maka wanita sebagai konsumen
memiliki daya saing yang lebih baik pula. Selain itu, wanita adalah target utama
untuk produk ramah lingkungan maupun sayuran organik, dan sering melakukan
pembelian atas nama laki-laki. Adapun sebaran responden berdasarkan jenis
kelamin seperti ditunjukan pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran konsumen berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Persentase
26
74
31
Usia
Variasi usia responden berada pada kisaran usia 21-70 tahun. Sebagian
besar kelompok usia responden ditempati kelompok usia 42-50 tahun sebanyak 33
persen, selanjutnya diikuti kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 25 persen dan
sisanya ditempati oleh kelompok usia lainnya sebanyak 42 persen. Menurut data
kelompok usia yang paling responsif, adalah kelompok usia separuh baya. Dengan
semakin berkembanganya informasi sehingga anak-anak remaja jaman sekarang
lebih peduli tentang lingkungan, dan lebih berpengetahuan tentang green
alternative dibandingkan orang dewasa. Hal tersebut menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian orang tua mereka. Adapun sebaran
responden berdasarkan usia seperti ditunjukan pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran konsumen berdasarkan usia
Karakteristik Usia (Tahun)
21 – 31
Persentase
32 – 41
19
42 – 50
33
51 – 60
25
61 – 70
6
17
Status Pernikahan
Dalam Tabel 7, sebanyak 84 persen responden memiliki status menikah dan
16 persen belum menikah. Hal ini mungkin dikarenakan konsumen yang sudah
berkeluarga lebih memikirkan kesehatan demi kesejahteraan keluarganya.
Tabel 7 Sebaran konsumen berdasarkan status pernikahan
Karakteristik Status Pernikahan
Belum Menikah
Menikah
Persentase
16
84
Tingkat Pendidikan
Menurut Sumarwan (2004) konsumen yang memiliki pendidikan lebih
baik akan sangat responsif terhadap informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
atau pengetahuan seseorang maka akan meningkatkan kesadarannya terhadap
pentingnya kesehatan makanan yang dikonsumsinya. Berdasarkan hasil
wawancara pada Tabel 8, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sebagian
besar adalah Perguruan Tinggi/Sederajat sebesar 76 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum responden memiliki level pendidikan yang tinggi, sehingga
lebih memahami pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan.
Tabel 8 Sebaran konsumen berdasarkan tingkat pendidikan
Karakteristik Tingkat Pendidikan
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi/sederajat
Persentase
1
1
22
76
32
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan menentukan pola konsumsi individu dan keluarga
karena terkait dengan pendapatan yang dialokasikan untuk kegiatan konsumsi
individu dan keluarganya. Penelitian ini mengkategorikan tingkat pekerjaan
responden menjadi 4 kelas meliputi sektor swasta, sektor publik, ibu rumah
tangga, dan wiraswasta. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 25 persen
responden bekerja di sektor swasta, diikuti responden yang berstatus sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 39 persen. Selanjutnya responden yang bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 14 persen dan bekerja di sektor publik sebanyak 22 persen
yang sebagain besar bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Adapun sebaran
responden berdasarkan pekerjaan seperti ditunjukan pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran konsumen berdasarkan pekerjaan
Karakteristik Pekerjaan
Pegawai Swasta
PNS
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
Persentase
25
22
39
14
Pendapatan
Pendapatan rata-rata tiap bulan responden dijadikan sebagai indikator
pengeluaran keluarga setiap bulan. Semakin besar tingkat pendapatan seseorang
maka akan diikuti dengan semakin besarnya tingkat pengeluarannya untuk
memenuhi kebutuhan individu dan keluarganya. Hal ini mengindikasikan bahwa
tingkat kesejahteraan seseorang semakin meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara yang disajikan pada Tabel 9 diketahui bahwa
persentase terbesar distribusi pendapatan rata-rata tiap bulan responden pada
kisaran pendapatan Rp3 000 000-6 000 000 sebesar 47 persen, di atas Rp6 000
000 sebesar 33 persen dan Rp1 000 000-Rp3 000 000 sebesar 14 persen, serta
persentase terkecil ditempati oleh kelompok responden yang berpendapatan di
bawah Rp1 000 000 yaitu sebesar 6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum tingkat perekonomian responden sangat baik. Adapun sebaran responden
berdasarkan jenis kelamin seperti ditunjukan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran konsumen berdasarkan pendapatan
Karakteristik Pendapatan
Persentase
< Rp 1 000 000
6
Rp 1 000 000 - 3 000 000
14
Rp 3 000 000 - 6 000 000
47
> Rp 6 000 000
33
Analisis WTP
WTP adalah kesediaan individu untuk membayar dalam rangka
memperbaiki kualitas lingkungan atau mendapatkan manfaat dari suatu produk
33
atau jasa. WTP dihitung untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan setiap
individu atau masyarakat secara keseluruhan untuk membayar, atau mengeluarkan
uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar
yang diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam
dan jasa lingkungan (Hanley dan Barbier 2009).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti diketahui bahwa
terdapat 92 persen responden menyatakan bersedia untuk membayar dengan harga
lebih mahal terhadap sayuran organik. Sedangkan sisanya sebanyak 8 persen
menyatakan tidak bersedia membayar. Besarnya persentase kesediaan membayar
terhadap sayuran organik ini memperlihatkan bahwa tingkat kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan menunjukkan peningkatan yang
berpengaruh nyata sehingga lambat laun masyarakat akan meninggalkan pola
hidup modernnya dan mulai menerapkan gaya hidup sehat. Sedangkan dilihat dari
sisi bisnis, persentase ini dapat dijadikan peluang oleh para pebisnis sayuran
organik.
8%
Tidak
Ya
92%
Gambar 13 Kesediaan membayar lebih mahal untuk sayuran organik
Berdasarkan Gambar 13 yang menunjukkan sebaran responden terhadap
kesediaan membayar lebih mahal untuk sayuran organik, maka dapat
diidentifikasi kembali berdasarkan karakteristik responden. Berdasarkan Tabel 11
diketahui bahwa:
1. Jenis Kelamin
Pada kategori responden yang bersedia membayar lebih mahal untuk sayuran
organik terdapat 23 persen responden laki- laki dan 69 persen responden
perempuan. Sedangkan pada kategori “tidak bersedia membayar” menunjukkan
5 persen responden perempuan tidak bersedia membayar dan 3 persen
responden laki-laki yang menyatakan tidak bersedia membayar.
2. Usia
Usia seseorang akan menunjukkan kematangan psikologis dirinya sehingga
akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam hidupnya. Terkait
dengan pengambilan keputusan seseorang terhadap kesediaan untuk membeli
produk organik khususnya sayuran organik, diketahui bahwa kategori
responden yang bersedia membayar lebih mahal untuk sayuran organik
sebagian besar tersebar pada responden yang berusia 42-50 tahun sebesar 35.87
persen dan 51-60 tahun sebesar 25 persen. Sedangkan kategori yang tidak
bersedia membayar pada usia 21-31 tahun sebanyak 1.09 persen, 51-60
sebanyak 2.17 persen, dan 61-70 tahun sebabyak 3.26 persen.
3. Status Pernikahan
Kategori responden yang bersedia membayar dan tidak bersedia membayar
dengan persentase terbesar adalah responden yang berstatus sudah menikah
yakni 84.78 persen dan 6.52 persen.
34
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman
seseorang tentang kehidupan salah satunya dalam hal kesediaan menggunakan
produk organik “sayuran organik”. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa
sebanyak 77.17 persen dari total responden yang bersedia membayar telah
menempuh pendidikan terakhir di tingkat peguruan tinggi/sederajat. Begitu
pula pada kategori responden yang tidak bersedia membayar juga sebagian
besar dari kalangan responden dengan tingkat pendidikan perguruan
tinggi/sederajat sebanyak 5.43 persen.
5. Pekerjaan
Kategori responden yang bersedia membayar dan tidak bersedia membayar
dengan persentase terbesar adalah responden pekerja non-swasta yakni 58.70
persen dan 7.61 persen.
6. Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi pola hidup seseorang karena
pendapatan menunjukkan tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Berdasarkan
Tabel 11, diketahui bahwa kategori responden yang bersedia membayar dengan
persentase terbesar adalah responden dengan pendapatan Rp3 000 000 Rp6.000 000 yakni 82.61 persen
Tabel 11 Tabulasi silang karakteristik responden dengan WTP
Karakteristik
JK
Usia
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Laki-laki
Perempuan
21 - 31 th
32 - 41 th
42 - 50 th
51 - 60 th
61 - 70 th
Menikah
Belum Menikah
Non Perguruan
Tinggi/Sederajat
Perguruan
Tinggi/Sederajat
Swasta
Non Swasta
Rendah
Tinggi
Bersedia
Frekuensi
23
69
16
17
33
23
3
78
14
Persentase
25.00
75.00
17.39
18.48
35.87
25.00
3.26
84.78
15.22
Tidak
Bersedia
Frekuensi
3
5
1
2
0
2
3
6
2
21
22.83
71
38
54
16
76
77.17
41.30
58.70
17.39
82.61
3.26
5.43
1.09
2.17
0
2.17
3.26
6.52
2.17
Total
Frekuensi
26
74
17
19
33
25
6
84
16
3
3.26
24
5
1
7
4
4
5.43
1.09
7.61
4.35
4.35
76
39
61
20
80
Persentase
Berdasarkan
Tabel 11 diatas, dapat dilihat bahwa dalam variabel
pendapatan masih terdapat peluang yang cukup tinggi untuk responden dengan
pendapatan rendah untuk membeli sayuran organik. Mugkin saja untuk responden
dengan pendapatan rendah, konsumen memiliki ketertarikan untuk mengkonsumsi
sayuran organik tetapi terhalang karena harganya yang mahal. Disisi lain hal ini
bisa menjadi peluang bisnis yang baik bagi pihak Giant.
Giant dapat membidik responden dari kalangan ini dengan Memberlakukan
diskriminasi harga. Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan untuk
memberlakukan harga jual yang berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama
35
di segmen pasar yang berbeda4. Diskriminasi harga terjadi jika produk yang sama
dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda, atas dasar
alasan yang tidak berkaitan dengan biaya.
Giant dapat menjual sayuran organik dengan berat bersih 100gr/bungkus
dan tidak menggunakan kemasan untuk mengurangi biaya agar harganya bisa
lebih terjangkau untuk responden berpendapatan rendah. Dengan begitu Giant
juga dapat menarik konsumen berpendapatan rendah tetapi masih tetap dengan
kualitas yang baik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Lampiran 3 diketahui
bahwa tingkat signifikansi model pada Omnibus Tests of Model Coefficients
kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.006 dengan nilai G2-Chi-squre 18.167, sehingga
terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen-WTP. Hal ini
menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 95 persen, dapat digunakan
pada analisis selanjutnya. Selanjutnya berdasarkan hasil output nilai Nagelkerke R
Square 0.389 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.166 diartikan
bahwakemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 87.8
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Selanjutnya berdasarkan hasil output Hosmer and Lemeshow Test pada
Lampiran 3 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi melebihi 0.05 yakni sebesar
0.878 dengan nilai Chi-square 3.761 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
estimasi model telah mendekati nilai aktualnya. Berdasarkan hasil output
Classification Table dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistik yang
digunakan telah baik karena mampu menebak dengan benar sebesar 94 persen dari
kondisi yang terjadi sehingga model ini layak.
Tabel 12 Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Variabel
Nilai B
Usia
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Konstanta
-0.114
2.957
-4.136
1.181
-2.690
2.357
6.360
Odds
Ratio
0.892
19.237
0.016
3.258
0.068
10.658
587.522
Sig
Keterangan
0.047
0.032
0.024
0.297
0.079
0.059
0.065
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil output pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa variabel
usia, jenis kelamin, status, pekerjaan, dan pendapatan responden memiliki
hubungan dan pengaruh nyata terhadap variabel dependen WTP. Berdasarkan
nilai odds ratio menunjukkan bahwa:
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi_harga
36
1. Nilai odds ratio variabel usia sebesar 0.892 dapat diartikan bahwa semakin
bertambah usia seseorang maka peluang kesediaan membayar lebih mahal
untuk sayuran organik 0.892 kali lebih rendah dibandingkan konsumen usia
muda. Jika dilihat sayuran organik memang banyak menargetkan kalangan usia
separuh baya hingga tua untuk membeli produknya. Tetapi perlu diingat bahwa
konsumen kalangan ini mungkin saja memiliki pendapatan yang terbatas
sehingga mereka tidak bisa membeli sayuran organik dengan harga mahal.
Maksudnya memiliki pendapatan atau penghasilan yang terbatas disini, bisa
jadi konsumen kalangan ini sudah tidak bekerja atau sudah dan mereka hanya
menerima penghasilan dari uang pensiunan. Sehingga kemampuan mereka
untuk meembeli barang pun terbatas.
2. Nilai odds ratio variabel jenis kelamin 19.237 dapat diartikan bahwa wanita
memiliki kesediaan membayar lebih mahal untuk sayuran organik 19.237 kali
lebih tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa wanita pada
masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga
memiliki daya saing yang lebih baik pula. Wanita juga sering menjadi target
utama untuk produk-produk organik, salah satunya adalah sayuran.
3. Nilai odds ratio variabel status pernikahan sebesar 0.016 dapat diartikan bahwa
konsumen yang belum menikah memiliki kecenderungan kesediaan membayar
lebih mahal untuk sayuran organik 0.016 kali lebih rendah dibandingkan
dengan yang sudah menikah. Hal ini mungkin dikarenakan konsumen yang
sudah menikah lebih memikirkan tentang kesehatan demi kesejahteraan
keluarganya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Diatas Harga
Rata-rata WTP
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Lampiran 4 , diketahui
bahwa tingkat signifikansi model pada Omnibus Tests of Model Coefficients
kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.001 dengan nilai G2-Chi-squre 21.490, sehingga
terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen-WTP. Hal ini
menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 95 persen, dapat digunakan
pada analisis selanjutnya. Selanjutnya berdasarkan hasil output nilai Nagelkerke R
Square 0.209 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.278 diartikan bahwa
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 58.8 persen
dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Selanjutnya berdasarkan Lampiran 4, hasil output Hosmer and Lemeshow
Test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi melebihi 0.05 yakni sebesar 0.588
dengan nilai Chi-square 6.528 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi
model telah mendekati nilai aktualnya. Berdasarkan hasil output Classification
Table dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan telah baik
karena mampu menebak dengan benar sebesar 68.5 persen dari kondisi yang
terjadi sehingga model ini layak.
37
Tabel 13 Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Variabel
Nilai B
Usia
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Konstanta
0.005
-0.199
0.165
1.928
-1.182
0.151
-1.204
Odds
Ratio
1.005
0.888
1.180
6.877
0.307
1.164
0.300
Sig
Keterangan
0.832
0.843
0.835
0.007
0.030
0.822
0.428
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berpengaruh nyata pada taraf 1%
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil output pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa variabel
usia, jenis kelamin, status, dan pendapatan responden memiliki hubungan dan
pengaruh nyata terhadap variabel dependen WTP.Berdasarkan nilai koefisien odds
ratio menunjukkan bahwa:
1. Nilai odds ratio variabel pendidikan 6.877 dapat diartikan bahwa konsumen
dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki peluang kesediaan membayar
diatas harga rata-rata WTP untuk sayuran organik 6.877 kali lebih tinggi.
Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi dianggap bisa dengan lebih
mudah untuk menerima informasi yang ada termasuk tentang pentingnya
mengonsumsi sayuran organik.
2. Nilai odds ratio variabel pekerjaan sebesar 0.307 dapat diartikan bahwa
konsumen dengan pekerjaan non-swasta memiliki kecenderungan kesediaan
membayar diatas harga rata-rata untuk sayuran organik 0.307 lebih rendah
dibandingkan konsumen yang pekerja swasta. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti pada saat turun lapang, beberapa dari konsumen pekerja swasta pernah
tinggal diluar negeri semasa kuliahnya ada juga beberapa yang memiliki usaha
dibidang organik. Mungkin saja hal ini yang menjadi penyebab pekerja swasta
memiliki pengetahuan lebihmengenai sayuran organik dibandingkan pekerja
non-swasta.
Faktor-fator yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar untuk Masingmasing Komoditi Sayuran Organik
Kangkung
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Lampiran 5, diketahui
bahwa tingkat signifikansi model pada Omnibus Tests of Model Coefficients
kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.000 dengan nilai G2-Chi-squre 24.929, sehingga
terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen-WTP. Hal ini
menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 95 persen, dapat digunakan
pada analisis selanjutnya. Selanjutnya berdasarkan hasil output nilai Nagelkerke R
Square 0.317 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.237 diartikan
bahwakemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 57.2
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
38
Tabel 14 Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Variabel
Nilai B
Usia
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Konstanta
0.029
-0.145
0.786
2.074
-1.158
-0.182
-1.995
Odds
Ratio
1.030
0.865
2.194
7.959
0.314
0.834
0.136
Sig
Keterangan
0.279
0.815
0.353
0.004
0.039
0.787
0.208
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berpengaruh nyata pada taraf 1%
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Selanjutnya berdasarkan Lampiran 5, hasil output Hosmer and Lemeshow
Test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi melebihi 0.05 yakni sebesar 0.572
dengan nilai Chi-square 6.674 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi
model telah mendekati nilai aktualnya. Berdasarkan hasil output Classification
Table dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan telah baik
karena mampu menebak dengan benar sebesar 73.9 persen dari kondisi yang
terjadi sehingga model ini layak.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa variabel
usia, jenis kelamin, status, dan pendapatan responden memiliki hubungan dan
pengaruh nyata terhadap variabel dependen WTP. Berdasarkan nilai koefisien
odds ratio menunjukkan bahwa:
1. Nilai odds ratio variabel pendidikan 7.959 dapat diartikan bahwa konsumen
dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki peluang kesediaan membayar
diatas harga rata-rata WTP untuk sayuran organik kangkung 7.959 kali lebih
tinggi. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi dianggap bisa dengan
lebih mudah untuk menerima informasi yang ada termasuk tentang pentingnya
mengonsumsi sayuran organik.
2. Nilai odds ratio variabel pekerjaan sebesar 0.314 dapat diartikan bahwa
konsumen dengan pekerjaan non-swasta memiliki kecenderungan kesediaan
membayar diatas harga rata-rata untuk sayuran organik 0.314 lebih rendah
dibandingkan konsumen yang pekerja swasta.
Bayam
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Lampiran 6, diketahui
bahwa tingkat signifikansi model pada Omnibus Tests of Model Coefficients
kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.001 dengan nilai G2-Chi-squre 22.209, sehingga
terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen-WTP. Hal ini
menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 95 persen, dapat digunakan
pada analisis selanjutnya. Selanjutnya berdasarkan hasil output nilai Nagelkerke R
Square 0.286 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.214 diartikan
bahwakemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 25.9
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
39
Tabel 15 Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Variabel
Nilai B
Usia
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Konstanta
0.018
0.202
0.327
1.917
-1.381
0.089
-1.901
Odds
Ratio
1.019
1.224
1.387
6.798
0.251
1.093
0.149
Sig
Keterangan
0.484
0.683
0.683
0.008
0.013
0.895
0.220
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berpengaruh nyata pada taraf 1%
Berpengaruh nyata pada taraf 1%
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Selanjutnya berdasarkan Lampiran 6, hasil output Hosmer and Lemeshow
Test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi melebihi 0.05 yakni sebesar 0.259
dengan nilai Chi-square 10.086 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi
model mendekati nilai aktualnya. Berdasarkan hasil output Classification Table
dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan telah baik karena
mampu menebak dengan benar sebesar 69.9 persen dari kondisi yang terjadi
sehingga model ini layak.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa variabel
usia, jenis kelamin, status, dan pendapatan responden memiliki hubungan dan
pengaruh nyata terhadap variabel dependen WTP.Berdasarkan nilai koefisien odds
ratio menunjukkan bahwa:
1. Nilai odds ratio variabel pendidikan 6.798 dapat diartikan bahwa konsumen
dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki peluang kesediaan membayar
diatas harga rata-rata WTP untuk sayuran organik kangkung 6.798 kali lebih
tinggi. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi dianggap bisa dengan
lebih mudah untuk menerima informasi yang ada termasuk tentang pentingnya
mengonsumsi sayuran organik.
2. Nilai odds ratio variabel pekerjaan sebesar 0.251 dapat diartikan bahwa
konsumen dengan pekerjaan non-swasta memiliki kecenderungan kesediaan
membayar diatas harga rata-rata untuk sayuran organik 0.251 lebih rendah
dibandingkan konsumen yang pekerja swasta. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti pada saat turun lapang, beberapa dari konsumen pekerja swasta pernah
tinggal diluar negeri semasa kuliahnya ada juga beberapa yang memiliki usaha
dibidang organik. Mungkin saja hal ini yang menjadi penyebab pekerja swasta
memiliki pengetahuan lebih mengenai sayuran organik dibandingkan pekerja
non-swasta.
Caisim
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Lampiran 7, diketahui
bahwa tingkat signifikansi model pada Omnibus Tests of Model Coefficients
kurang dari 0.05 yakni sebesar 0.011 dengan nilai G2-Chi-squre 16.665, sehingga
terjadi penolakan terhadap H0 yang artinya bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen-WTP. Hal ini
menunjukkan bahwa model pada tingkat kepercayaan 95 persen, dapat digunakan
pada analisis selanjutnya. Selanjutnya berdasarkan hasil output nilai Nagelkerke R
Square 0.226 dengan nilai Cox & Snell R Square 0.166 diartikan
40
bahwakemampuan variabel independen dalam menjelaskan model sebesar 47.4
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Tabel 16 Hasil analisis logistik biner pada tabel variables in the equation
Variabel
Nilai B
Usia
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Konstanta
0.014
0.276
-0.455
1.899
-0.901
1.186
-3.394
Odds
Ratio
1.318
0.865
0.555
6.679
0.406
3.273
0.034
Sig
Keterangan
0.631
0.815
0.634
0.020
0.102
0.162
0.049
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Tidak berpengaruh nyata
Selanjutnya berdasarkan Lampiran 7, hasil output Hosmer and Lemeshow
Test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi melebihi 0.05 yakni sebesar 0.474
dengan nilai Chi-square 7.591 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi
model mendekati nilai aktualnya. Berdasarkan hasil output Classification Table
dapat ditunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan telah baik karena
mampu menebak dengan benar sebesar 67.4 persen dari kondisi yang terjadi
sehingga model ini layak.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 16, dapat diketahui bahwa variabel
usia, jenis kelamin, status, dan pendapatan responden memiliki hubungan dan
pengaruh nyata terhadap variabel dependen WTP.Berdasarkan nilai koefisien odds
ratio menunjukkan bahwa:
1. Nilai odds ratio variabel pendidikan 6.679 dapat diartikan bahwa konsumen
dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki peluang kesediaan membayar
diatas harga rata-rata WTP untuk sayuran organik kangkung 6.679 kali lebih
tinggi. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi dianggap bisa dengan
lebih mudah untuk menerima informasi yang ada termasuk tentang pentingnya
mengonsumsi sayuran organik.
Strategi STP
Strategi STP pada dasarnya digunakan untuk memposisikan suatu merek
dalam benak konsumen sedemikian rupa sehingga merek tersebut memiliki
keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Ada tiga elemen dalam strategi
pemasaran yaitu segmenting, targeting dan positioning:
Segmentation
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi pembeli yang kebutuhan,
karakteristik atau perilakunya memiliki persamaan di antara mereka (Kotler,
2000). Pemilahan ini bisa berdasarkan usia, tempat tinggal, penghasilan, gaya
hidup, atau bagaimana cara mereka mengkonsumsi produk. Dalam kasus ini
secara umum konsumen yang membeli sayuran organik di Giant tergolong dalam
kategori separuh baya dan tua dengan rata-rata usia 40-60 tahun. Sebagian besar
konsumen sayuran organik adalah ibu rumah tangga dan juga pegawai swasta.
41
Konsumen sayuran organik di Giant sebagian besar adalah kalangan menengah
atas dengan pendapatan perbulannya Rp3 000 000-Rp6 000 000 perbulannya.
Targeting
Tahap targeting seperti namanya adalah membidik kelompok konsumen
mana yang akan kita tuju (Kotler, 2000). Berdasarkan informasi yang telah
didapat pada bagian segmantation, maka dapat diketahui bahwa yang memiliki
potensi besar adalah ibu rumah tangga dan konsumen dari kalangan menengah
atas. Oleh karena itu Giant sebaiknya membidik konsumen ibu rumah tangga
sebagai pelanggan tetapnya. Keuntungannya adalah karena sebagian besar yang
berbelanja di Giant adalah ibu rumah tangga dan juga kalangan menengah atas.
Selain itu juga karena ibu rumah tangga akan lebih mudah untuk memilih produk
yang menyehatkan dan berkualitas seperti sayuran organik dengan alasan untuk
kesehatan dan kesejahteraan keluarganya.
Positioning
Positioning adalah bagaimana kita menjelaskan posisi produk kepada
konsumen. Apa beda produk kita dibandingkan kompetitor dan apa saja
keunggulannya. Menurut Kotler (2000), positioning adalah bagaimana untuk
meningkatkan sekaligus menempatkan produk yang kita buat terhadap pesaing
kita dalam pikiran konsumen, dengan kata lain positioning dipakai untuk mengisi
dan memenuhi keinginan konsumen dalam kategori tertentu. Dalam hal ini
sayuran organik lebih unggul dibandingkan sayuran anorganik pada segi
kandungan nutrisi, kehigienisan, dan juga kesegarannya. Sayuran organik juga
memberikan manfaat jangka panjang terhadap kesehatan bagi konsumen yang
mengkonsumsinya.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat diberikan kepada Giant berdasarkan hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
Product
Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau memenuhi kebutuhan konsumen (Kotler, 2000). Menurut hasil
penelitian diketahui bahwa variabel logo halal termasuk salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sayuran organik sehingga
sebaiknya dalam kemasan sayuran organik dicantumkan logo halal. Giant juga
dapat menjual produk sayuran organik dengan kemasan 100 gr, sehingga harganya
mungkin tidak akan terlalu mahal.
Price
Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa konsumen menginginkan harga
sayuran organik untuk bisalebih murah. Meskipun demikian Giant tidak dapat
mengurangi harga yang sudah ada karena Giant sendiri menetapkan harga
tersebur berdasarkan harga jual yang sudah ditetapkan para pesaingnya juga
42
(Going-Rate Pricing). Dalam metode ini harga yang ditawarkan dapat sama, lebih
mahal atau lebih murah daripada yang ditawarkan pesaingnya (Kotler, 1994). Jadi
menurut Giant harga yang berlaku sekarang juga sudah dapat menghasilkan
keuntungan yang adil.
Place
Seperti yang dijelaskan sebelumnyaGiant memiliki kendali penuh dalam
pengaturan produk-produk di tokonya. Hal ini menjadi kekuatan bagi Giant
karena Giant dapat meletakkan sayuran-sayuran organik di tempat-tempat yang
strategis.Berdasarkan pengamatanpenulis selama turun lapang, display sayuran
organik berada dibagian belakang toko berdekatan dengan display daging dan
ikan. Display sayuran organik juga berdekatan dengan pintu masuk gudang
penyimpanan sehingga konsumen kemungkinan tidak merasa nyaman untuk
berlama-lama dibagian tersebut. Oleh karena itu Giant sebaiknya meletakan
display sayuran organik di tempat yang lebih strategis dan juga letakan papan
nama di bagian atas display sayuran organik agar bisa langsung dilihat oleh
konsumen sehingga memungkinkan adanya peningkatan penjualan.
Promotion
Giant sebaiknya lebih banyak melakukan promosi untuk sayuran organik.
Giant bisa meletakan papan nama sayuran organik di display, agar konsumen
dapat dengan mudah menemukan tempat tersebut. Giant bisa membuka stand
khusus sayuran organik untuk menyampaikan tentang manfaat-manfaat sayuran
organik terhadap konsumen, sehingga konsumen lebih paham tentang sayuran
organikGiant juga sebaiknya lebih sering untuk memberlakukan potongan harga
untuk sayuran organik pada saat menjelang tutup dan kepada konsumen yang
memiliki membercard. Giant juga bisa memasang iklan sayuran organik di papan
iklan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan adalah :
1. Faktor yang menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli sayuran
organik adalah kemasan, kesegaran sayuran, dan logo halal.
2. Besarnya harga WTP produk kangkung sebesar Rp7 159/100 gr, bayam
Rp6 995/100 gr, dan caisim Rp6 928/100 gr
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP konsumen terhadap sayuran organik
meliputi usia, jenis kelamin, dan status pernikahan.
4. Giant Hypermarket bukan merupakan tujuan pasar yang spesifik bagi
konsumen yang berniat membeli sayuran organik.
43
Saran
Berdasarkan penelitian, saran yang dapat diberikan kepada beberapa pihak
adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan terkait manfaat dan keunggulan
sayuran organik dari pihak terkait agar masyarakat mengerti dan memahami
karakteristik dan manfaat produk organik sehingga timbul rasa kepedulian pada
masyarakat terhadap sayuran organik.
2. Saran bagi Giant Hypermarket, sebaiknya Giant mengetahui karakteristik
konsumen-konsumen yang berbelanja di Giant.
3. Pihak Giant bisa menjual sayuran organik menjadi per 100 gr, sehingga harga
sayuran organik tidak terlalu mahal.
4. Saran bagi peneliti selanjutnya, peneliti bisa meneliti tentang hubungan antara
karakteristik konsumen hypermarket dengan supermarket specialities atau
niche supermarket.
DAFTAR PUSTAKA
IASA 1990. Planting The Future : A Source Guide to Sustainable Agriculture in
The Third Word. Minneapolis.
Ahman H.E, Rohmana Y. 2007. Ilmu Ekonomi Dalam PIPS. Edisi Kedua,
Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
AOI. 2011. Produsen dan Produk Organik Bersertifikat Meningkat. Bogor.
[diunduh
29
Maret
2011].
Tersedia
pada
:
http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=221
Ariesusanty, L., S. Nuryanti, R. Wangsa. 2010. Statistik Pertanian Organik
Indonesia. AOI. Bogor.
[BSP] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2014. Perkembangan Penduduk Kota
Bogor Tahun 2011-2013. [diunduh 2015 Apr 14]. Tersedia pada :
http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/statistik-daerah-kota-bogor-2014.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Indikator Pendidikan, 1994-2013. Jakarta (ID):
BPS
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 016729-2002. Sistem Pangan Organik. Jakarta.
Breidert C. 2005. Estimation Of Willingness To Pay : Theory, Measurment,
Application, Dissertation. Wirtschafts Universitat Wien. Gabler Edition
Wissenshaft.
Christdavina N. 2013. Analisis Willingness to Pay terhadap Pelanggan Sayuran
Organik Agatho Bina Saran Bakti. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Coulibaly O, Nouhoheflin T, Aitchedji C.C, Cherry A. J, Adegbola P. 2010.
Consumers' Perceptions and Willingness to Pay for Organically Grown
Vegetables. International Journal of Vegetable Science. [diunduh 01
desember
2014].
Tersedia
pada:
http://dx.doi.org/10.1080/19315260.2011.563276.
44
Daulay, Wenni M. 2012. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian dan
Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Mie Instant Sayur di Serambi
Botani, Botani Square, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Engel, J. F, Blackwell, R.D, Miniard P.W. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta (ID):
Bina Rupa Aksara.
Firdaus, M, Harmani, M. Farid A, 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.
Hanley N, Barbier E.B. 2009. Pricing Nature : Cost-Benefit Analysis and the
Environment. England: Edward Elger Publishing Limited.
Harahap, MR. 2014. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen
akan Sayuran Organik [skripsi]. Pekanbari (ID): Universitas Riau.
Hidayati N. 2013. Analisis Willingness to Pay untuk Sayuran Organik di Toko All
Fresh Bogor. 2013. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
IFOAM. 2008. The World of Organic Agriculture -Statistics & Emerging Trends
2008. http://www.soel.de/fachtheraaii downloads/s_74_l O.pdf.
Inawati, L. 2011. Manajer Mutu dan Akses Pasar Aliansi Organis Indonesia
(AOI), semiloka “Memajukan Pertanian Organis di Indonesia: Peluang dan
Tantangan kedepan”. Yayasan Bina Sarana Bhakti di Cisarua, Bogor, Jawa
Barat (14/3/2011).
Kotler P. 1994. Manajemen Pemasaran. Jaka W, penerjemah; Chrisanti H, Rizal
H, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Marketing
Management. Ed ke-6.
Kotler P dan Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Bob S, penerjemah; Adi
M, Yayat SH, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari :
Marketing Management. Ed ke-13.
Lee, Y-S, Yoo, S.H. 2011. Willingness to Pay for GMO Labeling Policies The
Case of Korea. Journal of Food Safety 31(2011): 160-168.
Philip B, Dipeolu AO. 2010. Willingness to Pay for Organic Vegetable in
Abeokuta South West Nigeria. African Journal of Food Agriculture Nutrition
and Development Online Vol 10, No 1. [diunduh November 2011]. Tersedia
pada:eprints.ac.id/208/1/170432411201010411.pdf.
Prawoto A. and Surono I. 2005. Organic Agriculture in Indonesia: A Wannabe
Big Player in the Organic World. [diunduh 15 August 2007]. Tersedia pada :
http://eng. biocert.or.id/ artikel_isi.php?aid=73.
Priambodo L H. 2013. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
Sayuran Organik dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Studi Kasus
Kota Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smith TM. 1998. The Myth of Green marketing: Tending Our Goals at the Edge
of Apocalypse. University of Toronto Press
Sukirno S. 2011. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta (ID). PT Raja Grafindo
Persada. Ed ke-3.
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor (ID). Ghalia Indonesia
45
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner penelitian analisis kesediaan membayar konsumen
beberapa komoditi sayuran organik (Studi kasus : Giant
Hypermarket, Botani Square, Kota Bogor)
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KESEDIAAN
MEMBAYARKONSUMEN BEBERAPA KOMODITI
SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus : GiantHypermarket, Botani Square,
kota Bogor)
Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden yang secara
sukarela mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu instrument
penelitian yang dilakukan oleh :
Peneliti
: Natasya Celona
NRP
: H34134064
Program Studi
: Agribisnis
Fakultas
: Ekonomi Dan Manajemen
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor (IPB)
Untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Saya sangat hargai
kejujuran saudara/i dalam mengisi kuesioner ini dan menjamin kerahasiaan
saudara/i. Atas kerjasama dan bantuan saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Nomor Kuesioner : ..........
Tanggal: ... ..../......./........
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda SILANG (X) pada jawaban pilihan anda.
I. Identifikasi Responden
Nama
: ..................................................................................
Jenis Kelamin
: L/P (Lingkari yang Anda pilih)
Usia
: ............... tahun
No. HP
: .................................................................................
II. Karakteristik Sosial Demografi Responden
1. Status Pernikahan:
a. Menikah
b. Belum Menikah
2. Pendidikan Terakhir:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Strata 1
e. Strata 2
f. Strata 3
g. Lainnya...............................
3. Jenis Pekerjaan:
a. Pegawai Swasta
b. Pegawai Negeri
c. Ibu Rumah Tangga
c.Wiraswasta
d. Lainnya.................................
46
4. Jumlah pendapatan setiap bulan:
a. <Rp. 1.000.000,00
b. Rp. 1.000.000,00-Rp. 3.000.000,00
c. Rp. 3.000.000,00-Rp. 6.000.000,00
d. >Rp. 6.000.000,00
Pemahaman Terhadap Pasar dan Produk Sayuran Organik
Peningkatan minat masyarakat terhadap produk pertanian organik dipicu oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan kepedulian terhadap
lingkungan. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa mengkonsumsi produk pertanian
organik lebih sehat, aman, dan juga bergizi. Secara istilah, pertanian organik adalah teknik
budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahanbahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk
pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya
serta tidak merusak lingkungan. Produk sayuran organik memang memiliki harga yang
lebih mahal dibandingkan dengan produk anorganik, namun sayuran organik memberikan
manfaat tambahan bagi konsumen karena dengan membeli sayuran organik konsumen akan
berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan serta konsumen akan terhindar dari
penyakit degenaratif yang disebabkan oleh pengunaan pestisida dan pupuk kimia.
5. Apakah anda bersedia membayar lebih dari harga aktual untuk memperoleh manfaat
tambahan yang telah dijabarkan?
a. Ya
b.Tidak
6. Berapakah jumlah maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk memperoleh
manfaat tambahan dari sayuran organik di bawah ini:
A. Kangkung
Maksimum harga kangkung organik/100 gr yang bersedia anda bayarkan:
a. Rp. 6.296,d. Rp. 9.894,b. Rp. 7.196,e. Rp. 10.794,c. Rp. 8.095,f. Rp. 11.693,g. Lainnya (dapat lebih besar atau lebih kecil dari nominal yang disebutkan di atas):
Rp..............................................
B. Caisim
Maksimum harga caisim organik/100 gr yang bersedia anda bayarkan:
a. Rp. 5.946 ,d. Rp. 9.344,b. Rp. 6.795,e. Rp. 10.194,c. Rp. 7.645,f. Rp. 11.043,g. Lainnya (dapat lebih besar atau lebih kecil dari nominal yang disebutkan di atas):
Rp..............................................
C. Bayam
Maksimum harga bayam organik/100 gr yang bersedia anda bayarkan:
a. Rp. 6.296,d. Rp. 9.894,b. Rp. 7.196,e. Rp. 10.794,c. Rp. 8.095,f. Rp. 11.693,g. Lainnya (dapat lebih besar atau lebih kecil dari nominal yang disebutkan di atas):
Rp..............................................
47
III. Kepedulian Responden terhadap Sayuran Organik.
1. Darimanakah Anda mengetahui manfaat sayuran organik?
a. Koran
e. Internet
b. Majalah
f. Spanduk, Baliho,Pamflet
c. Radio
g. Teman
d. Televisi
h. Lainnya...................................
2. Faktor apa yang menjadi pertimbangan utama anda saat membeli sayuran organik ?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Label sertifikat organik e. Kandungan nutrisi
b. Kemasan Produk
f. Kesegaran sayuran
c. Logo halal
g. Lainnya...................
d. Harga
3. Apa alasan/motivasi anda membeli sayuran organik ?
a. Gaya Hidup sehat
b. Trend saat ini
c. Manfaat Sayuran Organik
d. Lainnya.........................
4. Selain Giant Hypermarket dimana biasanya anda membeli sayuran organik?
.................................................................
TERIMA KASIH
48
Lampiran 2 Hasil perhitungan WTP
1
Kelas WTP
kangkung (Rp)
2 000
Frekuensi
(orang)
3
frekuensi
relative (Pfi)
0.033
2
2 500
1
0.011
3
3 000
2
4
5 000
1
5
6 300
6
7
Nomor
Jumlah (Rp)
Populasi
Total WTP (Rp)
65.22
33
65 217
27.17
11
27 174
0.022
65.22
22
65 217
0.011
54.35
11
54 348
37
0.402
2533.70
402
2 533 696
7 200
19
0.207
1486.96
207
1 486 957
8 000
14
0.152
1217.39
152
1 217 391
8
9 000
1
0.011
97.83
11
97 826
9
9 900
9
0.098
968.48
98
968 478
10
10 800
3
0.033
352.17
33
352 174
11
11 700
1
0.011
127.17
11
127 174
12
15 000
1
0.011
163.04
11
163 043
Total
92
1
7158.70
1000
7158695.652
Frekuensi
(orang)
3
frekuensi
relative (Pfi)
0.033
Jumlah (Rp)
Populasi
1
Kelas WTP caisim
(Rp)
2 000
65.22
33
2
3 000
2
0.022
65.22
22
6 5217
3
5 000
2
0.022
108.70
22
108 696
4
5 950
35
0.380
2263.59
380
2 263 587
5
6 800
16
0.174
1182.61
174
1 182 609
6
7 000
1
0.011
76.09
11
76 087
7
7 650
13
0.141
1080.98
141
1 080 978
8
9 350
15
0.163
1524.46
163
1 524 457
9
10 000
1
0.011
108.70
11
108 696
10
10 200
3
0.033
332.61
33
332 609
11
11 050
1
0.011
120.11
11
120 109
Total
92
1
6928.26
1000
6928260.87
Kelas WTP bayam
(Rp)
1 000
2 000
2 500
3 000
5 000
5 596
6 000
6 390
7 195
8 794
9 000
9 594
10 000
10 393
Total
Frekuensi
(orang)
1
2
1
2
1
31
1
9
14
13
1
7
1
8
92
Nomor
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
frekuensi
relative (Pfi)
0.011
0.022
0.011
0.022
0.011
0.337
0.011
0.098
0.152
0.141
0.011
0.076
0.011
0.087
1
Jumlah (Rp)
Populasi
10.87
43.48
27.17
65.22
54.35
1885.61
65.22
625.11
1094.89
1242.63
97.83
729.98
108.70
903.74
6954.78
11
22
11
22
11
337
11
98
152
141
11
76
11
87
1000
Total WTP
(Rp)
6 5217
Total WTP
(Rp)
10 870
43 478
27 174
65 217
54 348
1 885 609
65 217
625 109
1 094 891
1 242 630
97 826
729 978
108 696
903 739
6954782.609
49
Lampiran 3 Hasil perhitungan regresi logistik
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
18.167
6
0.006
Block
18.167
6
0.006
Model
18.167
6
0.006
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1
37.587a
0.166
0.389
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
3.761
8
0.878
Classification Tablea
Predicted
Observed
Step 1
WTP
WTP
Tidak Bersedia
Bersedia
Percentage Correct
Tidak Bersedia
2
6
25.0
Bersedia
0
92
100.0
Overall Percentage
94.0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Odds Ratio
Usia
-0.114
.057
3.959
1
0.047
0.892
JK(1)
2.957
1.378
4.601
1
0.032
19.237
Status(1)
-4.136
1.826
5.128
1
0.024
0.016
Pendidikan(1)
1.181
1.133
1.087
1
0.297
3.258
Pekerjaan(1)
-2.690
1.530
3.092
1
0.079
0.068
Pendapatan(1)
2.358
1.248
3.571
1
0.059
10.568
Constant
6.360
3.449
3.402
1
0.065
578.522
50
Lampiran 4 Hasil perhitungan regresi logistik kesedian membayar diatas harga
rata-rata WTP
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
df
Sig.
21.490
6
0.001
Block
21.490
6
0.001
Model
21.490
6
0.001
Step 1 Step
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
105.970a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
0.209
0.278
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
6.528
8
0.588
Classification Tablea
Predicted
Observed
Y
Percentage Correct
< Rp 7 014
Step 1
>= Rp 7 014
< Rp 7 014
38
9
80.9
>= Rp 7 014
20
25
55.6
Y
Overall Percentage
a. The cut value is ,500
68.5
51
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
Usia
0.005
0.026
0.045
JK(1)
-0.119
0.598
Status(1)
0.165
Pendidikan(1)
df
Sig.
Odds Ratio
1
0.832
1.005
0.039
1
0.843
0.888
0.794
0.043
1
0.835
1.180
1.928
0.719
7.196
1
0.007
6.877
Pekerjaan(1)
-1.182
0.546
4.686
1
0.030
0.307
Pendapatan(1)
0.151
0.674
0.051
1
0.822
1.164
Constant
-1.204
1.517
0.629
1
0.428
0.300
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, JK, Status, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan.
Lampiran 5 Hasil perhitungan regresi logistik kesedian membayar kangkung
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
24.929
6
0.000
Block
24.929
6
0.000
Model
24.929
6
0.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
102.437a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
0.237
0.317
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
6.674
8
0.572
52
Classification Tablea
Predicted
Observed
WTP_Kangkung
Percentage Correct
< Rp 7 159
>= Rp 7 159
< Rp 7 159
31
13
70.5
>= Rp 7 159
11
37
77.1
WTP_Kangkung
Step 1
Overall Percentage
73.9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
JK(1)
-0.145
0.621
0.055
1
0.815
0.865
Status(1)
0.786
0.847
0.861
1
0.353
2.194
Pendidikan(1)
2.074
0.718
8.344
1
0.004
7.959
Pekerjaan(1)
-1.158
0.560
4.276
1
0.039
0.314
Pendapatan(1)
-0.182
0.671
0.073
1
0.787
0.834
Usia
0.029
0.027
1.173
1
0.279
1.030
Constant
-1.995
1.584
1.587
1
0.208
0.136
a. Variable(s) entered on step 1: JK, Status, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Usia.
Lampiran 6 Hasil perhitungan regresi logistik kesediaan membayar bayam
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
22.209
6
0.001
Block
22.209
6
0.001
Model
22.209
6
0.001
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
105.156a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
0.214
0.286
53
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
10.086
8
0.259
Classification Tablea
Predicted
Observed
WTP_Bayam
Percentage Correct
< Rp 6 955
>= Rp 6 955
< Rp 6 955
39
9
81.2
>= Rp 6 955
19
25
56.8
WTP_Bayam
Step 1
Overall Percentage
69.6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
JK(1)
0.202
0.605
0.112
1
0.738
1.224
Status(1)
0.327
0.800
0.167
1
0.683
1.387
Pendidikan(1)
1.917
0.725
6.996
1
0.008
6.798
Pekerjaan(1)
-1.381
0.553
6.232
1
0.013
0.251
Pendapatan(1)
0.089
0.675
0.017
1
0.895
1.093
Usia
0.018
0.026
0.491
1
0.484
1.019
Constant
-1.901
1.551
1.503
1
0.220
0.149
a. Variable(s) entered on step 1: JK, Status, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Usia.
Lampiran 7 Hasil perhitungan regresi logistik kesediaan membayar caisim
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
16.665
6
0.011
Block
16.665
6
0.011
Model
16.665
6
0.011
54
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
104.540a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
0.166
0.226
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
7.591
8
0.474
Classification Tablea
Predicted
Observed
WTP_Caisin
Percentage Correct
< Rp 6 928
>= Rp 6 928
< Rp 6 928
49
9
84.5
>= Rp 6 928
21
13
38.2
WTP_Caisin
Step 1
Overall Percentage
67.4
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
JK(1)
0.276
0.576
0.230
1
0.631
1.318
Status(1)
-0.455
0.771
0.349
1
0.555
0.634
Pendidikan(1)
1.899
0.819
5.375
1
0.020
6.679
Pekerjaan(1)
-0.901
0.551
2.671
1
0.102
0.406
Pendapatan(1)
1.186
0.849
1.952
1
0.162
3.273
Usia
0.014
0.027
0.277
1
0.599
1.014
Constant
-3.394
1.724
3.875
1
0.049
0.034
a. Variable(s) entered on step 1: JK, Status, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Usia.
DH RTE
DH.Footwas
DH.Electric
DH.Dairy
DH.Toys
DH.Meat & C
DH.Fruits
DH.Gents
DH.Home
DH.HH
DH.G4
DH.G3
DM.GMS
SPV
Banker
SPV
Bangking
DH.Seafood
DH.Bakery
DH.Vegetable
DM.FRESH
STORE MANAJER
DH.Child
DH.Ladies
DH.G2
DH.G1
DM.FACTORY
Lampiran 8 Struktur organisasi Giant Hypermarket
Cashier
SPV
F.Line
DH COC
DH.ME
DH.Front D
DH.LT
DH CustR
DH Promo
DH.Receiv
DM.SALES SUPPORT
DH.Audit
DH.HRD
SA.ADM
DH.ACC
DH.LP
55
56
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5Juli 1992 dari ayah Roy Ryardi
SP dan ibu Yani Sumaryani. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2010 lulus dari SMA Bina Insani dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Program Keahlian Manajemen
Agribisnis.
Pada awal tahun 2013 penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) di
Quail Farm, salah satu peternakan burung puyuh yang berada di kota Bogor.
Setelah pelaksanaan PKL, menyusun tugas akhir, sampai dengan sidang, akhirnya
pada pertengahan tahun 2013 penulis lulus dari Program Diploma Institut
Pertanian Bogor dengan predikat sangat memuaskan. Di akhir tahun 2013 penulis
mengikuti ujian tulis seleksi masuk IPB untuk Program Alih Jenis, dan diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis.
Download