kementerian desa, pembangunan daerah tertinggal dan

advertisement
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN
SURAT NOMOR : 462/DPPMD.2/07/2017
TANGGAL
: 28 JULI 2017
PANDUAN DOK PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS
LOKASI NON BLM GENERASI SEHAT DAN CERDAS
TAHUN ANGGARAN 2017
DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL DASAR
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
1.
2.
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
C. Keluaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
D. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
E. Dasar Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
F. Pelaksana Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
G. Mekanisme Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas . . . . . . . . . .
3
METODOLOGI PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS . . . .
4
A. Pelaksanaan Training Need Assessment (TNA) dan Analisis. . .
5
B. Pemilihan dan Penyusunan Materi Modul Peningkatan
Kapasitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
C. Bentuk Pembiayaan dan Kegiatan Peningkatan Kapasitas . . .
7
D. Mekanisme Pelaksanaan dan Pemantauan Peningkatan
Kapasitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
E. Evaluasi dan Pelaporan Pelatihan atau Kegiatan Lainnya . . .
11
3.
STRATEGI
KAPASITAS
13
4.
PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
5.
LAMPIRAN - LAMPIRAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENINGKATAN
PANDUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS
MELALUI DOK PENINGKATAN KAPASITAS
GENERASI SEHAT DAN CERDAS
TAHUN ANGGARAN 2017
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Generasi Sehat dan Cerdas merupakan program unggulan pemerintah melalui pola
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dan pendidikan dasar pada
Direktorat Pelayanan Sosial Dasar (PSD), Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen. PPMD), Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Program ini diharapkan dapat meningkatkan
keberdayaan, kemandirian dan menguatnya kapasitas masyarakat untuk
mengambil peran lebih aktif dalam rangka peningkatan kualitas layananan dasar,
khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terkait implementasi Undang
Undang No. 06 Tahun 2014 tentang Desa.
Untuk dapat meningkatkan akselerasi pencapaian tujuan dan harapan tersebut,
terutama terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan balita serta pendidikan dasar
dibutuhkan dukungan sekaligus kesiapan seluruh pelaku program, terutama
aparat desa dan pelaku masyarakat tingkat desa dan kecamatan.
Dukungan ini tentunya dapat dilakukan secara optimal jika kapasitas yang
dimiliki para pelaku tersebut memadai, sesuai tugas, fungsi dan perannya masingmasing. Sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan efektif dalam
mengatasi permasalahan, menjawab tuntutan dan kebutuhan di lapangan, sesuai
dengan dinamika yang berkembang di masyarakat.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun
Anggaran 2017 menetapkan, lokasi dampingan yang tidak mendapatkan alokasi
Bantuan Langsung Masyarakat (Non-BLM). Lokasi dampingan tersebut, terdiri dari
44 kabupaten dan 369 kecamatan di 8 provinsi. Generasi Sehat dan Cerdas
mengalokasikan Dana Operasional Kegiatan (DOK) untuk kegiatan peningkatan
kapasitas, yang terdiri dari alokasi DOK Perencanaan dan DOK Pelatihan
Masyarakat. Kegiatan peningkatan kapasitas ini berorientasi pada pengintegrasian
kegiatan Generasi Sehat dan Cerdas ke dalam perencanaan desa dan daerah.
Pelatihan sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas memegang peranan
penting dalam menyiapkan pelaku program, terutama aparat desa dan pelaku
masyarakat, baik dari segi pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap terkait
implementasi Undang Undang No. 06 Tahun 2014 tentang Desa, dan peraturan
turunannya; Pelayanan Sosial Dasar; dan Generasi Sehat dan Cerdas. Dengan
memiliki kapasitas tersebut, pelaku diharapkan dapat mendorong kegiatan
pelayanan social dasar ke dalam perencanaan dan penganggaran, baik desa
maupun daerah. Untuk itu, menjadi penting untuk memberikan arahan atau
panduan yang disiapkan secara terpadu agar tercipta kesepahaman sekaligus
kesinambungan dalam setiap langkah dalam melaksanakan kegiatan peningkatan
kapasitas, mulai dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
pertanggungjawaban sesuai dengan perannya masing-masing.
1
B. Tujuan
Panduan pelaksanaan peningkatan kapasitas ini bertujuan untuk:
1. Memberikan gambaran kepada fasilitator mengenai jenis dan tahapan
pelaksanaan peningkatan kapasitas bagi masyarakat dan pemerintahan desa
untuk mendukung tujuan Generasi Sehat dan Cerdas dalam kerangka
implementasi UU Desa;
2. Memberikan arahan kepada fasilitator dalam perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan pertanggung-jawaban peningkatan kapasitas bagi
masyarakat dan pemerintahan desa guna mendukung pelaksanaan tupoksi
pelaku Generasi Sehat dan Cerdas dalam kerangka implementasi UU Desa; dan
3. Mendorong prioritas kegiatan pelayanan social dasar ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran desa dan daerah.
C. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dalam panduan pelaksanaan peningkatan kapasitas
ini adalah :
1. Gambaran mengenai jenis dan tahapan pelaksanaan peningkatan kapasitas
bagi masyarakat dan pemerintahan desa untuk mendukung tujuan Generasi
Sehat dan Cerdas dalam kerangka implementasi UU Desa;
2. Arahan terkait perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
pertanggung-jawaban
peningkatan
kapasitas
bagi
masyarakat
dan
pemerintahan desa guna mendukung pelaksanaan tupoksi pelaku Generasi
Sehat dan Cerdas dalam kerangka implementasi UU Desa; dan
3. Prioritas kegiatan pelayanan social dasar dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran desa dan daerah.
D. Sasaran
Sasaran utama peningkatan kapasitas adalah lembaga/individu yang terlibat
dalam Generasi Sehat dan Cerdas, dan/atau pembangunan di desa, sesuai dengan
fungsi dan perannya, yang terbagi dalam 3 unsur, yaitu:
1) Pelaku pengambil keputusan, yakni pelaku tingkat desa, yang secara
kelembagaan memiliki kewenangan atau terlibat secara langsung dalam
pengambilan keputusan pada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
di desa, yaitu Kepala Desa dan Perwakilan BPD;
2) Pelaku pelaksana fasilitasi, yakni pelaku yang terlibat langsung dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di desa dan antar
desa, yakni PL (Pendamping Lokal), Sekretaris Desa, KPMD/Kader
Posyandu, Pengelola PAUD, Perwakilan Tokoh Masyarakat, PKK, dan Kepala
Dusun; dan
3) Pelaku pemantau dan pemerhati, yakni lembaga di tingkat desa dan antar
desa yang memiliki fungsi pengawasan, diantaranya adalah perwakilan
BKAD, UPK, LPM dan TPMD.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dalam mengawal Generasi Sehat
dan Cerdas, dan/atau pembangunan desa secara utuh dan menyeluruh.
Pembagian peserta/pelaku dalam peningkatan kapasitas tersebut lebih ditujukan
untuk mengkonsentrasikan fungsi dan peran saja, sehingga masing-masing
kelompok unsur tersebut dapat menjalankan fungsi dan perannya secara efektif
dan efisien.
2
E. Dasar Hukum
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan sekaligus dasar dalam melakukan
peningkatan kapasitas Generasi Sehat dan Cerdas ini adalah Undang Undang No.
06 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang
UU Desa; Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2015 tentang Perubahan PP 60
tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN; Peraturan Presiden No. 2 Tahun
2015 tentang RPJMN 2015 – 2019; Permendagri No. 19/2011 tentang
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu; Permendes PDTT
No. 1/2015 tentang Pedoman Kewenangan Hak Asal Usul dan Lokal Berskala
Desa; Permendes PDTT No. 2/2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa; Permendes PDTT No. 6/2015 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kemendes, PDT, dan Transmigrasi; Permendes
PDTT No. 21/2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2016; dan Petunjuk Teknis Pencairan dan Penggunaan UB (urusan bersama) GSC
TA 2017.
F. Pelaksana Kegiatan
Pengelola dan penanggungjawab alokasi DOK Peningkatan Kapasitas adalah UPK
(Unit Pengelola Kegiatan). Pengelola dan penanggungjawab alokasi DOK
Peningkatan Kapasitas adalah UPK (Unit Pengelola Kegiatan). Untuk memfasilitasi
penyelenggaraan dan pertanggungjawaban kegiatan peningkatan kapasitas, UPK
dapat dibantu oleh beberapa orang, terutama yang berpengalaman sebagai
Kelompok Kerja (Pokja) Generasi Sehat dan Cerdas. Sedangkan BKAD, Fasilitator
Kecamatan (FK) dan Penanggungjawab Operasional Kegiatan Kecamatan (PjOK)
berfungsi sebagai Steering Comittee (Panitia Pengarah).
G. Mekanisme Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Berikut uraian mekanisme pelaksanaan peningkatan kapasitas melalui DOK
Peningkatan Kapasitas
No
Kegiatan



1
Penyusunan
dan
Pengajuan
Proposal


2
Rapat
Out Put
Pelaku

Proposal UPK dan
lampiran RAB
diperiksa oleh FK
 Faskab/Faskeu
 FK
 UPK

Resume proposal
yang diverifikasi
oleh Faskab/Faskeu

Lembar pengesahan
dan rekomendasi
Faskab/Faskeu

Pembagian tugas
Uraian Kegiatan

UPK menyusun
proposal dan RAB
kegiatan
Proposal diverifikasi
oleh FK
FK menyusun
resume proposal
kegiatan untuk
diverifikasi oleh
Faskab/Faskeu
Faskab/Faskeu
memverifikasi
proposal yang telah
diperiksa oleh FK
Faskab/Faskeu
memberikan
rekomendasi
terhadap kelayakan
proposal
UPK melakukan

FK
3
No
Kegiatan
Persiapan
Pelaksanaan
Kegiatan
3
4
Pelaksanaan
Kegiatan
Pelaporan
dan
Sosialisasi
Hasil
Kegiatan
Uraian Kegiatan

konsolidasi internal
terkait penyiapan
kegiatan
Konsolidasi internal
UPK dilakukan
rutin triwulan
sebagai bentuk
evaluasi hasil dan
penyiapan agenda
berikutnya

UPK memastikan
ketersediaan
pelatih,
narasumber dan
media bantu yang
memadai

Kegiatan
peningkatan
kapasitas
dilaksanakan
sesuai dengan
proposal yang telah
diverifikasi

UPK menyusun
laporan kegiatan
peningkatan
kapasitas secara
tertib dan lengkap

UPK
menyampaikan
laporan ke BKAD
dan membuat
resumenya untuk
disampaikan saat
MDST di setiap
Desa
Pelaku
Out Put
pelaksana di tingkat
Desa dan
Kecamatan

Ceklist kesiapan
kegiatan dan review
kelengkapan
pelaporan

Kegiatan
peningkatan
kapasitas
terlaksana sesuai
standard dan
terkendali secara
berjenjang
Tujuan setiap
kegiatan dapat
tercapai



Laporan kegiatan
dan keuangan
dibuat di setiap
jenis kegiatan
Tersosialisasikan
hasil setiap kegiatan
sesuai tujuannya

UPK
 FK
 UPK
 Narasumber
 FK
 BKAD
 UPK
2. METODOLOGI PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS
Peningkatan kapasitas dilakukan dalam berbagai bentuk, yakni pelatihan dan
kegiatan lainnya. Pelatihan dilakukan secara partisipatif dengan pendekatan
andragogy (pendidikan orang dewasa), yang menempatkan peserta, tidak sebagai
obyek belajar, namun sebagai subyek belajar. Selain itu, pendekatan andragogy
juga menempatkan pengalaman yang telah dilalui sebagai dasar pembelajaran,
sehingga pelatihan memiliki kaitan langsung dengan mereka sebagai subyek
belajar, dan dapat diterapkan dalam dunia nyata; lebih memilih hal yang kongkret
daripada abstrak, dengan beragam metode pelatihan, seperti mengatasi
permasalahan atau persoalan yang realistis. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
orang
dewasa,
materi
pelajaran
dituntut
yang
berkelanjutan
atau
berkesinambungan.
4
Secara garis besar, pelatihan dan kegiatan lainnya digolongkan ke dalam 3 unsur
peserta yang mengedepankan peran dan fungsi pelaku masyarakat dalam Generasi
Sehat dan/atau pembangunan desa, yakni sebagai pengambil keputusan,
pelaksana fasilitasi, serta pemantau dan pemerhati.
Secara teknis, tidak menutup kemungkinan, unsur tertentu di atas mengikuti
pelatihan atau kegiatan lebih dari satu kali. Untuk itu, Spesialis Pelatihan dan
Peningkatan Kapasitas wajib memberikan arahan terkait pemilihan bentuk dan
jenis pelatihan dan kegiatan dengan mempertimbangkan ketersediaan dana dan
hasil analisis kebutuhan pelatihan.
Sedangkan untuk mekanisme persiapan, pelaksanaan dan monitor-evaluasi
pelatihan atau kegiatan yang diterapkan Generasi Sehat dan Cerdas, yang terdiri
dari:

Pelaksanaan Training Need Assessment dan Analisisnya;

Pemilihan dan Penyusunan Materi Peningkatan Kapasitas;

Mekanisme Pelaksanaan dan Pemantauan Peningkatan Kapasitas; dan

Evaluasi dan Pelaporan Peningkatan Kapasitas.
Secara rinci, mekanisme pelaksanaan di atas dijabarkan dalam tahapan di bawah
ini.
A. Pelaksanaan Training Need Assessment (TNA) dan Analisis
Kegiatan ini merupakan tahapan untuk memperoleh informasi kebutuhan materi
yang dilatihkan kepada kelompok sasaran/pelaku melalui pencermatan adanya
kesenjangan antara kompetensi yang harus dimiliki serta faktor yang
mempengaruhi dengan kondisi yang ada saat ini. Berikut gambaran peruntukkan
dan pemanfaatan Training Need Assessment (TNA):
Penyiapan instrumen untuk menggali dan merumuskan kebutuhan pelatihan
dilakukan oleh Spesialis Pelatihan Fasilitator dan Pemerintah Daerah, dan
Spesialis Pelatihan Masyarakat - Konsultan Manajemen Nasional. Selanjutnya,
Spesialis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas diperbolehkan mengembangkan
sesuai dengan kebutuhan lapangan;
TNA dilakukan secara periodik (minimal 6 bulan sekali), secara berjenjang agar
diperoleh gambaran yang lebih riil per kabupaten dan provinsi;
Pelaksanaan TNA dapat dilakukan secara khusus, saat melakukan supervisimonitoring di lapangan atau menjadi bagian dari agenda rapat koordinasi;
Pelaksana TNA adalah FK,
Peningkatan Kapasitas; dan
Tim
Faskab
dan
Spesialis
Pelatihan
dan
Untuk menghasilkan informasi kebutuhan yang lebih akurat, maka hasil TNA
diolah dan dianalisis di tingkat kabupaten, selanjutnya direkap dan dianalis
oleh Spesialis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas hingga menjadi hasil
analisis TNA tingkat provinsi.
Training Need Assessment (TNA) dan Analysis ini juga dapat menjadi salah satu
acuan dalam melakukan kegiatan lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
beberapa teknik pengumpulan data yang tepat, diantaranya:
1) Wawancara dengan beberapa
masyarakat penerima manfaat;
pelaku
program,
tokoh
masyarakat
atau
5
2) Diskusi kelompok kepentingan yang terfokus (focus interest group discussion),
dengan pelaku program maupun masyarakat sasaran dan langsung kepada
masyarakat; dan
3) Jika diperlukan, dapat dilakukan pengamatan (observasi) langsung terhadap
kondisi masyarakat terkait.
Secara rinci dapat dilihat pada Panduan Pelaksanaan Training Need Assessment
(TNA) Generasi Sehat dan Cerdas.
B. Pemilihan dan Penyusunan Materi Modul Peningkatan Kapasitas
Pemilihan dan penyusunan materi peningkatan kapasitas dimaksudkan agar
sesuai dengan kebutuhan pelaku di lapangan. Materi peningkatan kapasitas
disusun dalam bentuk pokok bahasan wajib, yang artinya harus diberikan kepada
peserta peningkatan kapasitas, dan pokok bahasan pilihan, yang dipilih sesuai
dengan situasi dan kondisi kabupaten/provinsi masing-masing. Untuk dapat
menentukan pokok bahasan pilihan, dilakukan kegiatan Training Need Assessment
(TNA).
Secara umum, penyusunan modul dilakukan oleh Konsultan Manajemen Nasional,
namun pengembangan dan penerapannya diserahkan kepada Provinsi (Spesialis
Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas), dengan bantuan Tim Faskab di provinsi
masing-masing. Beberapa pertimbangan dalam memilih dan mengembangkan
modul dipaparkan sebagai berikut:

Pemilihan dan pengembangan modul dilakukan oleh provinsi (Spesialis
Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas), dibantu oleh Tim Faskab yang mengacu
pada hasil analisis Training Needs Assessment (TNA).

Jika ada beberapa usulan jenis peningkatan kapasitas, sedangkan dana yang
dimiliki terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan jenis modul atau pokok
bahasan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan.
Selanjutnya, untuk pemilihan metode dalam peningkatan kapasitas, berikut
disampaikan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih dalam pelatihan,
yang sesuai dengan pendekatan andragogy, diantaranya:
1) Ceramah: Metode ceramah yang biasanya disertai dengan media/alat bantu ini
hanya efektif jika waktu yang tersedia sempit. Ceramah dalam pendidikan
orang dewasa cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya
tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.
2) Diskusi: Metode ini lebih partisipatif daripada ceramah. Dalam diskusi, para
peserta pelatihan diajak berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya
sehingga dicapai pengertian dan kesepahaman persepsi pada diri sendiri, mitra
diskusi terkait masalah yang dihadapi.
3) Diskusi Kelompok: Pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara
dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling
menghargai atas perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi
peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas
4) Curah Pendapat: Untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian
dijadikan peta informasi, pengalaman, atau gagasan untuk menjadi
pembelajaran bersama. Dalam metode curah pendapat, pendapat orang lain
tidak untuk ditanggapi.
6
5) Simulasi (Pemeranan): Simulasi
sifatnya untuk mengembangkan
memindahkan suatu situasi yang
karena adanya kesulitan untuk
sesungguhnya.
merupakan bentuk metode praktek yang
keterampilan peserta belajar. Metode ini
nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar
melakukan praktek di dalam situasi yang
6) Otokritik: Metode ini merupakan bagian bagian dari evaluasi diri, yakni untuk
membahas tentang semua kegiatan yang sudah dilakukan oleh para pelaku,
misalnya menilai kinerja, persepsi, atau strategi dan penerapan pola kerja
dalam mendampingi masyarakat. Atas penilaian ini dapat disusun rencana
perbaikan
7) Refleksi Kritis: Metode ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan secara kritis
atau penganalisisan secara tajam dalam pelaksanaan kegiatan program atau
tema pokok bahasan tertentu. Metode ini membahas tentang semua kegiatan
yang sudah dilakukan oleh para pelaku program dalam mendampingi
masyarakat, sekaligus melakukan penganalisisan secara tajam persoalanpersoalan yang muncul dalam pokok bahasan
8) Permainan (Games): Pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta agar
terbangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar untuk mendalami
prinsip, nilai, atau pelajaran lainnya, bukan hanya untuk mengisi waktu
kosong atau sekedar permainan.
9) Praktik Lapangan: Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di
lapangan (nyata).
10)Kontinum Proses Belajar: Suatu proses penataan pengalaman untuk mencapai
perluasan pengalaman berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang/pihak lain. Contoh : studi banding dan magang.
C. Bentuk Pembiayaan dan Kegiatan Peningkatan Kapasitas
DOK Peningkatan Kapasitas yaitu anggaran yang digunakan untuk mendanai
beberapa kegiatan, pelatihan, sosialisasi dan operasional bagi para pelaku
masyarakat di tingkat desa dan antar desa. Anggaran untuk operasional
Pendamping Lokal (PL), UPK dan KPMD, maksimal 30%, dan untuk administrasi
UPK, maksimal 5%. Sedangkan DOK Peningkatan Kapasitas yang diuraikan dalam
panduan ini, mengalokasikan minimal 65% di setiap kecamatan, terkait dengan
pelatihan dan kegiatan lainnya, seperti dipaparkan di bawah ini:
a) Pelatihan Pengarus-utamaan Pelayanan Sosial Dasar Dalam Pembangunan Desa
Pelatihan ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan prioritas kegiatan
pelayanan sosial dasar di desa melalui dukungan kebijakan beserta anggaran
desa dan daerah. Hal ini dibangun melalui penguatan perspektif atas hak-hak
dasar warga negara serta keragaman jenis-jenis kegiatan yang inovatif,
produktif dan berkelanjutan. Untuk itu, pelatihan ini diutamakan bagi pelaku
tingkat desa, yang secara kelembagaan memiliki kewenangan dalam
pengambilan keputusan, baik pada perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan di desa, serta lembaga di tingkat desa dan antar desa yang
memiliki fungsi pengawasan dan pemantauan.
Sedangkan pemilihan materi pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing, berdasarkan penjajakan kebutuhan yang dikendalikan
oleh Spesialis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas.
b) Pelatihan Pengelolaan Posyandu
7
Pelatihan yang berorientasi pada penguatan kemandirian layanan dasar di desa
ini, meliputi bidang kesehatan ibu dan anak, serta pendidikan dasar dan anak
usia dini. Untuk itu, materi pelatihan ini diutamakan bagi pengelolaan dan
pengembangan layanan kesehatan, pendidikan dan inklusi. Kelembagaan
Posyandu, didorong untuk berkembang menuju Posyandu yang holistikintegratif, sebagai bentuk kemandirian masyarakat desa sesuai dengan kearifan
lokal.
Posyandu yang selama ini berfungsi sebagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) pada dasarnya memiliki modal sosial pengembangan peran
yang lebih luas dan dapat menumbuhkan partisipasi serta kepedulian
masyarakat terhadap pelayanan sosial dasar di tingkat basis secara lebih
mandiri, terpadu dan berkelanjutan.
Peserta pelatihan ini diarahkan bagi pelaku yang aktif dan terlibat langsung
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, khususnya untuk
kegiatan kesehatan dan pendidikan dasar di desa dan antar desa.
c) Pelatihan Pelembagaan Pembangunan Desa
Pelembagaan pembangunan desa dilakukan melalui pengorganisasian potensi
sumberdaya yang mampu memperkuat modal sosial dan mengawal
pembangunan desa secara mandiri dan berkelanjutan. Pengorganisasian
masyarakat desa ini diharapkan menjadi motor penggerak kemandirian desa,
khususnya dalam peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar. Untuk itu,
materi yang dikembangkan diantaranya: Pengelolaan dan Pengembangan
Layanan Kesehatan (Posyandu, Parenting dan Konseling Keluarga); Pengelolaan
dan Pengembangan Layanan Pendidikan (PAUD Desa dan Pendidikan Dasar);
Pengelolaan dan Pengembangan Layanan Inklusi (Gender dan Difabel); dan
pengorganisasian kelompok pemanfaat yang merupakan satu sistem yang
mendorong revitalisasi, khususnya layanan kesehatan dan pendidikan dasar di
desa.
Peserta pelatihan ini diarahkan bagi pelaku pengambil keputusan di tingkat
desa serta pelaku lainnya yang berkompeten atas pemantauan dan evaluasi
kegiatan.
d) Operasional Pengkajian Keadaan Desa (PKD)
Pengkajian Keadaan Desa merupakan serangkaian kegiatan pendampingan
perencanaan pembangunan desa, mulai tingkat dusun hingga desa. Kegiatan
ini menekankan pada peningkatan kualitas musyawarah dan partisipasi,
melalui fasilitasi Focus Interest Group Discussion (FIGD), musyawarah dusun
dan desa, serta observasi langsung, dengan informan diantaranya kelompok
masyarakat, RTM, Ibu hamil/balita, kelompok profesi dan kelompok lainnya
yang dirasa perlu dan terkait dengan perencanaan pembangunan desa. Untuk
itu, peserta kegiatan ini diprioritaskan bagi pelaku yang terlibat langsung
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di desa dan antar
desa. Sedangkan alokasi untuk kegiatan PKD dapat digunakan untuk
pembekalan, biaya operasional proses kegiatan, serta rapat perumusan hasil
PKD.
Pemilihan materi pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, berdasarkan penjajakan kebutuhan yang dikendalikan oleh
Spesialis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas.
e) Lokakarya Kemitraan Pelayanan Sosial Dasar
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan sosial dasar dan percepatan
kemandirian desa, diperlukan terobosan dalam melakukan sosialisasi,
publikasi dan membangun jejaring serta penggalangan kemitraan. Hal ini
8
dilakukan sebagai bentuk advokasi kebijakan dan membangun gerakan
kepedulian terhadap pemenuhan hak-hak dasar warga miskin. Kegiatan
lokakarya kemitraan merupakan salah satu terobosan pendekatan yang
mendorong masyarakat dan para pemangku kebijakan di tingkat desa dan
antar desa untuk secara lebih luas memahami dan mendukung pengarusutamaan pelayanan sosial dasar. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk, seperti workshop, pameran, pentas seni, bazaar amal, lomba kreasi,
dan sebagainya. Untuk itu, peserta kegiatan ini diarahkan bagi pelaku
pengambil keputusan di tingkat desa dan antar desa, serta pelaku lainnya yang
berkompeten atas pemantauan dan evaluasi kegiatan.
Alokasi atas kegiatan ini dapat digunakan untuk rapat persiapan serta biaya
penyelenggaraan kegiatan. Selanjutnya, pada pelaporan kegiatan ini harus
memuat tentang realisasi potensi lembaga, kelompok atau individu mitra yang
dapat tergali selama proses kegiatan, baik berupa komitmen maupun bantuan
langsung.
f)
Pengembangan Media Komunitas
Media komunitas merupakan wahana komunikasi dari, oleh dan untuk
masyarakat. Media ini berfungsi sebagai: (1) media informasi bagi komunitas
terkait kegiatan yang akan dan sedang dilaksanakan di lingkungannya.
Mengingat adanya keterbatasan jarak dan waktu bagi anggota masyarakat
untuk bertemu secara masif; (2) media bertukar gagasan/opini guna perbaikan
dan pencarian solusi dari permasalahan yang dirasakan bersama; (3) media
transparansi dan pertanggung-jawaban kepada masyarakat--merupakan fungsi
terpenting dari keberadaan media komunitas. Dengan media ini, diharapkan
masyarakat dapat ikut memantau kegiatan dan pemanfaatan dana program
pembangunan desa yang sedang diimplementasikan. Beberapa jenis media
komunitas yang dapat dikembangkan adalah koran komunitas, bulletin/tabloid
warga, radio komunitas, poster warga, VCD warga, papan informasi, dan foto
novella serta theater rakyat.
Alokasi atas kegiatan ini dapat digunakan untuk pembekalan serta biaya
penggandaan maupun implementasi kegiatan. Peserta kegiatan ini diarahkan
bagi pelaku pelaksana fasilitasi serta pelaku lainnya yang terdiri dari kelompok
atau individu peduli yang berkompeten atas pengelolaan media komunitas.
g) Narasumber Pelatihan
Alokasi DOK Peningkatan Kapasitas dapat digunakan untuk mendukung
kebutuhan narasumber pada setiap kegiatan pelatihan dan pembekalan
lainnya yang termasuk dalam jenis-jenis kegiatan peningkatan kapasitas dari
alokasi DOK tersebut. Narasumber dapat terdiri dari pejabat pemda, pakar
ahli/akademisi, praktisi atau unsur lainnya di luar konsultan dan fasilitator
GSC. Pemilihan narasumber diverifikasi oleh Tim Faskab dengan
mempertimbangkan kompetensi/keahlian, potensi pelaku dan kelembagaan
lokal, dan ketersediaan dana. Alokasi narasumber pelatihan meliputi honor dan
transportasi lokal dengan jumlah yang tidak melampaui standar biaya
masukan.
h) Stakeholders Mitra
Alokasi stakeholders mitra dapat digunakan untuk mendukung biaya
transportasi potensi lembaga atau individu mitra yang berpartisipasi pada
kegiatan lokakarya kemitraan.
i)
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Lainnya Yang Disepakati Masyarakat
Penggunaan DOK Peningkatan Kapasitas dapat digunakan untuk kebutuhan
menu pelatihan dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya yang memperkuat
9
pencapaian arah kebijakan program, khususnya dalam peningkatan akses
pelayanan dasar yang berkualitas di desa, misalnya terkait monitoring berbasis
masyarakat, sistem keuangan desa, sistem informasi desa, inovasi desa, dan
sebagainya. Kelengkapan atas modul pembelajaran dapat bersumber dari pusat
maupun atas inisiatif lokal dan literatur lainnya yang telah direkomendasi oleh
Spesialis Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas.
Komposisi peserta pada setiap pilihan jenis kegiatan disesuaikan dengan
kompetensi serta peran dan fungsinya sebagai pelaku pengambil keputusan,
pelaksana fasilitasi serta pemantau dan pemerhati.
Dengan demikian, seluruh kegiatan peningkatan kapasitas dari alokasi DOK
Peningkatan Kapasitas sebagaimana dipaparkan di atas, direncanakan, dikelola
dan dipertanggung-jawabkan secara transparan dan akuntabel dengan
mengedepankan kearifan lokal. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan secara
klaster, baik antar desa maupun antar kecamatan sesuai dengan rekomendasi
Provinsi
(Spesialis
Pelatihan
dan
Peningkatan
Kapasitas)
dengan
mempertimbangkan kondisi geografis, komposisi peserta, efektivitas dan efisiensi,
serta pengembangan peran FK sebagai pelatih dan pendamping teknis.
Selanjutnya, untuk mendukung penguatan atas pembelajaran tersebut, disediakan
beberapa bahan bacaan dan panduan fasilitasi terkait kegiatan:
1)
2)
3)
4)
Pengkajian Keadaan Desa
Lokakarya Kemitraan
Pengembangan Media Komunitas
Serah Terima Hasil Kegiatan
Jenis modul yang dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas pelaku di desa
atau antar desa (dapat dilihat dalam matrik di bawah).
D. Mekanisme Pelaksanaan dan Pemantauan Peningkatan Kapasitas
Pelaksanaan peningkatan kapasitas merupakan upaya yang dilakukan pelaku
untuk mengimplementasikan materi, baik pengetahuan, keterampilan maupun
sikap para peserta (pelaku). Mengingat situasi dan kondisi antar kecamatan dan
kabupaten dalam provinsi yang berbeda-beda, baik kualitas SDM maupun
geogafisnya, maka setiap kabupaten dalam kendali Spesialis Pelatihan dan
Peningkatan Kapasitas dapat memilih pola pelaksanaan pelatihan dan jenis modul
yang akan dilatihkan sesuai dengan hasil analisis TNA.
Untuk itu, diberikan peluang kepada provinsi (Spesialis Pelatihan dan Peningkatan
Kapasitas) untuk menyelenggarakan kegiatan dengan nama lainnya yang
disepakati masyarakat, khususnya terkait dengan PKD (pengkajian keadaan desa),
pengembangan media komunitas, dan lokakarya kemitraan.
Penyelenggaraan peningkatan kapasitas dapat dilakukan antar-desa atau antarkecamatan dalam satu kabupaten, sesuai dengan situasi dan kondisi geografisnya.
Untuk kegiatan yang diselenggarakan antar-desa, pertanggungjawabannya
dilakukan oleh UPK terkait. Sedangkan untuk kegiatan yang dilakukan antarkecamatan, pertanggungjawaban pelaporannya dilakukan oleh UPK masingmasing yang terlibat dalam kegiatan terkait. Meskipun penyelenggaraan menjadi
tanggungjawab UPK di lokasi penyelenggaraan kegiatan.
Sedangkan pelaksanaan pelatihan atau kegiatan lainnya, terbagi menjadi beberapa
bagian, yakni: pembukaan, proses pembelajaran dan penutupan.

Pembukaan merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari acara sambutan
dan/atau arahan umum, orientasi pelatihan atau kegiatan lainnya, dan
penjelasan panitia pelaksana mengenai tata tertib dan hal-hal lain yang perlu
10
disampaikan, misalnya tentang akomodasi dan fasilitas selama kegiatan
berlangsung.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara formal dengan suatu acara sambutan
dan/atau arahan dari pejabat instansi, tetapi dapat dilakukan secara informal
minimal oleh supervisor atau penyelenggara pelatihan atau kegiatan lainnya
dengan pernyataan singkat dan disertai penjelasan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pelatihan atau kegiatan lainnya.

Proses pembelajaran dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas, sesuai
prencanaan dan metode yang dipilih. Kegiatan peningkatan kapasitas diawali
dengan pengenalan pihak yang terlibat (fasilitator/pelatih, narasumber,
informan, atau pihak lainnya yang terlibat dalam kegiatan), dilanjutkan dengan
penyampaian materi sesuai tujuan materi yang telah dipilih dan disusun.
Secara umum, kegiatan pembelajaran haruslah bersifat partisipatif. Selama
kegiatan, baik pelatihan maupun bentuk kegiatan lainnya, perlu dibangun
suasana yang memungkinkan pihak yang terlibat (fasilitator/pelatih,
narasumber, informan, atau pihak lainnya yang terlibat dalam kegiatan) bebas
mengemukakan pendapat, saling tukar pengalaman, dan menghargai setiap
pendapat, pikiran, karya dan pengalaman peserta, sesuai konteks kegiatannya.

Penutupan pelatihan atau kegiatan lainnya mencakup acara pembacaan hasil
secara singkat dan pernyataan secara resmi tentang selesainya kegiatan.
Untuk memperoleh informasi terkait hasil pelatihan atau kegiatan lainnya yang
dapat diimplementasikan serta kendala yang ditemukan dalam pelaksanaannya,
maka supervisor (Spesialis Pelatihan Fasilitator dan Pemerintah Daerah, dan
Spesialis Pelatihan Masyarakat KMN, dan Spesialis Pelatihan dan Peningkatan
Kapasitas) hendaknya melakukan pemantauan dalam bentuk supervisi dan
monitoring. Pemantauan ini dilaksanakan selama kegiatan berlangsung. Hal ini
dimaksudkan agar hal-hal yang direncanakan dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Jika terjadi kekeliruan/kelemahan, maka dapat secara langsung
dilakukan perubahan/perbaikan. Beberapa hal yang dipantau dalam pelatihan
atau bentuk kegiatan lainnya adalah:
-
Jenis Pelatihan/Kegiatan lainnya
Waktu dan Tempat
Jumlah Peserta (target dan kehadiran)
Pihak yang terlibat (fasilitator/pelatih, narasumber, informan, atau pihak
lainnya yang terlibat dalam kegiatan)
Ketersediaan Modul
Proses Pelaksanaan
Perencanaan dan Anggaran Pelatihan/Kegiatan lainnya
Rumusan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)
E. Evaluasi dan Pelaporan Pelatihan atau Kegiatan Lainnya
1) Evaluasi Pelatihan atau Kegiatan Lainnya dilakukan untuk mengetahui
berbagai kekurangan dan kelebihan, baik kualitas sumber daya manusia yang
terlibat, proses pembelajaran, maupun penyelenggaraan kegiatan. Manfaat
evaluasi ini adalah untuk memberi masukan kepada pihak yang terlibat dalam
pelatihan atau kegiatan lainnya (penyusun modul, fasilitator/pelatih dan
penyelenggara) agar dapat memperbaiki mutu pelatihan atau kegiatan lainnya
pada perencanaan dan pelaksanaan yang akan datang. Instrumen yang
digunakan dan menjadi acuan adalah evaluasi harian (terlampir), yang harus
diolah oleh UPK, dan dianalisis oleh tim fasilitator/pelatih. Instrument ini
11
disusun oleh Spesialis Pelatihan Fasilitator dan Pemerintah Daerah dibantu
Spesialis Pelatihan Pelatihan Masyarakat.
2) Penyusunan Laporan. Secara teknis, kegiatan ini terbagi menjadi 2 (dua)
bagian, yakni (1) Arsip dan Dokumentasi, dan (2) Pelaporan Pelatihan atau
Kegiatan lainnya. Arsip dan dokumentasi adalah seluruh berkas dan dokumen
kegiatan, baik saat perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan
(pelatihan atau kegiatan lainnya). Arsip dan Dokumentasi ini harus
dikumpulkan dan disimpan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kegiatan
yang telah dilaksanakan. Selain itu, arsip dan dokumentasi ini juga bermanfaat
sebagai bahan pemeriksaan dan bahan evaluasi dalam upaya meningkatkan
kualitas kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya) di masa mendatang.
a. Arsip dan Dokumentasi
-
Arsip kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya) terdiri dari arsip
administrasi dan keuangan, yang meliputi semua surat/data/berkas yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai
dengan
selesainya
pelaksanaan
kegiatan,
yakni
data
peserta,
fasilitator/pelatih, narasumber, informan, atau pihak lainnya yang terlibat
dalam kegiatan, daftar hadir, jadwal kegiatan, modul serta materi, hasil
evaluasi terhadap peserta atau pelaksanaan kegiatan, berita acara, dan data
lain yang dipandang perlu untuk disimpan, seperti laporan hasil kunjungan
lapangan, peralatan, tanda terima bahan/alat, dan lain-lain. Arsip
administrasi pelaksanaan kegiatan dihimpun dan disusun secara lengkap
dan tertib sebagai dokumen kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya) yang
dapat dimanfaatkan apabila diperlukan.

Dokumentasi kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya) adalah seluruh
data, baik dalam bentuk foto dan/atau video/film, termasuk narasi/notulen
yang menyertainya, yang menjadi pendukung atas pertanggungjawaban
kegiatan.

Arsip keuangan meliputi surat-surat pertanggungjawaban keuangan dan
kelengkapannya yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Arsip
keuangan dihimpun dan disimpan oleh UPK, dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
b. Pelaporan Kegiatan (Pelatihan atau Kegiatan Lainnya)

Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban akhir pelaksanaan
kegiatan. Pelaporan kegiatan ini bersumber dari arsip (administrasi dan
keuangan), termasuk TOR dan dokumentasi yang telah dihimpun dan
disimpan oleh UPK. Selanjutnya, pelaporan disusun secara tertib dan
lengkap sesuai dengan ketentuan program. Hasil pelaporan ini bermanfaat
untuk keperluan monitoring dan evaluasi, baik pelatihan maupun kegiatan
lainnya. Berikut struktur pelaporan kegiatan (pelatihan atau kegiatan
lainnya):
1. Jilid/Cover
2. Daftar isi
3. Hasil Analisis Training Need Assessment (TNA)
4. Kerangka acuan kegiatan (TOR), termasuk jadwal kegiatan
5. Laporan pelaksanaan kegiatan, termasuk notulen/catatan proses
6. Rincian penggunaan dana kegiatan (rencana dan realisasi)
7. Hasil analisis evaluasi harian
12
8. Lampiran, yang terdiri dari:
a) Modul yang terdiri dari matrik kurikulum, lesson plan/langkah
fasilitasi, media tayang, dan format-format yang dibutuhkan
b) Berita Acara
c) Daftar hadir pihak yang terlibat (fasilitator/pelatih, narasumber,
informan, peserta atau pihak lainnya)
d) Bukti transaksi/nota/kwitansi
e) Dokumentasi
Khusus untuk pelaporan keuangan pada pelatihan yang diselenggarakan
antar-kecamatan, rincian penggunaan dana pelatihannya tetap berbasis
kecamatan, termasuk RAB yang disusun per kegiatan pelatihan.
Secara keseluruhan, pelaporan kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya)
disampaikan paling lambat 7 hari kerja setelah pelaksanaan kegiatan.
Laporan
kegiatan,
baik
pelatihan
maupun
kegiatan
lainnya
didokumentasikan di kecamatan dan kabupaten.
3. STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS
Strategi yang diterapkan dalam peningkatan kapasitas ini terkait dengan beberapa
hal, yakni: penataan kesertaan atau pihak yang terlibat, pemilihan pelatih dan
narasumber, waktu pelaksanaan dan materi pelatihan atau kegiatan lainnya serta
sumber pembiayaan. Harapannya, pelaksanaan kegiatan dapat lebih optimal dan
berkualitas.
a. Penyelenggara pelatihan atau kegiatan lainnya harus melakukan pengumpulan
data dan informasi untuk menentukan peserta atau pihak yang terlibat,
terutama jumlah dan kualifikasinya. Khusus untuk pelatihan, pembagian
peserta di setiap kelas harus mempertimbangkan jumlah desa, kondisi
geografisnya dan ketersediaan ruang kelas. Untuk memudahkan proses
pembelajaran, jumlah peserta dalam 1 (satu) kelas berjumlah + 30 orang, dan
peserta harus dapat membaca dan menulis. Jika jumlah peserta melebihi
ketersediaan ruang kelas, maka pelatihan dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali penyelenggaraan, dengan tetap mempertimbangkan anggaran dan
kesediaan narasumber. Sedangkan untuk kegiatan lainnya, jumlah pihak yang
terlibat disesuaikan dengan alokasi yang tersedia dan unsur-unsur yang
dilibatkan (sesuai matrik terlampir)
b. Tim Faskab sebagai pengawal substansi dapat membentuk Tim Pelatih
Kabupaten yang terdiri dari 2 - 3 Fasilitator Kecamatan yang dinilai memiliki
kompetensi dalam memfasilitasi pelatihan atau kegiatan lainnya. Untuk
menjaga kualitas pelatihan atau kegiatan lainnya, maka fasilitator pelatihan
atau kegiatan lainnya diharapkan memenuhi beberapa persyaratan, yakni:
-
Menguasai materi yang diberikan dalam pembelajaran tersebut.
Menguasai metode dan teknik pembelajaran bagi orang dewasa.
Dapat berkomununikasi dengan baik
Sedangkan narasumber dapat dihadirkan, terutama terkait dengan jabatan
struktural pemerintahan, keahlian praktis atau akademis. Beberapa
diantaranya adalah pejabat pemda, pakar ahli/akademisi, praktisi atau unsur
lainnya di luar konsultan dan fasilitator GSC.
c. Beberapa kegiatan (pelatihan atau kegiatan lainnya) yang dikembangkan tahun
2017 dapat dilihat pada Matrik Penyelenggaraan Kegiatan Peningkatan
13
Kapasitas Tahun 2017 di wilayah Generasi Sehat dan Cerdas Lokasi Non BLM
(terlampir)
d. Pembiayaan utama pelatihan berasal dari DOK Peningkatan Kapasitas, namun
tetap berupaya untuk mendapatkan dana dari beberapa sumber, seperti:
1) Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten) melalui sistem penganggaran
yang berlaku;
2) Dunia usaha, badan usaha milik negara atau swasta; dan
3) Masyarakat/lembaga swadaya yang tidak mengikat.
4. PENUTUP

Kegiatan peningkatan kapasitas, baik pelatihan maupun kegiatan lainnya
memerlukan perencanaan yang matang dan mengikuti tahapan atau kaidah
yang ada. Pelaksanaannya perlu dikelola dengan sungguh-sungguh sehingga
kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Dengan diberlakukannnya peraturan terkait desa, yakni: Undang Undang No.
06 Tahun 2014 tentang Desa; dan regulasi lainnya yang terkait, baik
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Permendagri, dan Permendes PDT
dan Transmigrasi, maka hal ini menjadi tantangan baru yang menjadikan desa
sebagai locus dan focus. Untuk itu, peningkatan kapasitas pun selayaknya
dilakukan dengan lebih berkualitas, baik terkait dengan materi, metode-teknik
fasilitasi dan penyelenggaraannya.
Jakarta, 28 Juli 2017
DIREKTUR
PELAYANAN SOSIAL DASAR,
HANIBAL HAMIDI
Pembina Utama Madya
NIP. 19641224.199803.1.010
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
Matrik Penyelenggaraan Kegiatan Peningkatan Kapasitas Tahun 2017
No.
Jenis Kegiatan
Peserta
Pelaku
Pengambil
Keputusan:
1. Kades
2. Perwakilan
BPD
1
Pelatihan Pengarus-utamaan
Pelayanan Sosial Dasar
dalam Pembangunan Desa
Pelaku
Pemantau &
Pemerhati:
1. Perwakilan
BKAD
2. Perwakilan
UPK
3. Perwakilan
LPM
4. Perwakilan
TPMD
Narasumber1/
Informan
Narasumber
 Pejabat
Pemda
 Pakar ahli /
Akademisi
 Praktisi
Materi
Pelatih
Pelatih
 FK
 Tim Faskab
Wajib




Konsepsi dan
Lingkup PSD
dalam
Implementasi
UU Desa
(termasuk
Integrasi GSC
dengan UU No.
6/2014 tentang
Desa)
Regulasi
Pengembangan
PSD di desa
Standard
Pelayaan Dasar
Bidang
Kesehatan dan
Pendidikan di
Desa
Isu-Isu Pokok
Pelayanan
Sosial Dasar
Bidang
Kesehatan dan
Pendidikan
Pilihan

Peluang dan
Tantangan
Peningkatan
Kualitas
Pelayanan
Sosial Dasar di
Desa
Pemilihan narasumber diverifikasi oleh Tim Faskab dengan mempertimbangkan kompetensi/keahlian, potensi pelaku dan kelembagaan
lokal, dan ketersediaan dana
1
16
No.
2
Jenis Kegiatan
Pelatihan Pengelolaan
Posyandu
Peserta
Pelaku
Pelaksana
Fasilitasi:
1. PL
(Pendamping
Lokal)
2. Sekdes
3. KPMD/Kader
Kesehatan/
Posyandu
4. Perwakilan
Tokoh
Masyarakat
5. Perwakilan
PKK
6. Kepala Dusun
Narasumber1/
Informan
Narasumber
 Pejabat
Pemda
 Pakar ahli /
Akademisi
 Praktisi
Materi
Pelatih
Fasilitator
 FK
 Tim Faskab
Wajib

Fasilitasi
Penggunaan
APBDes untuk
Kegiatan
Pelayaan Sosial
Dasar Bidang
Kesehatan dan
Pendidikan

Isu-isu pokok
pelayanan dan
arah
transformasi
Posyandu
Realitas
keberhasilan
Posyandu
dalam
dukungan
layanan sosial
dasar
Penguatan
kelembagaan
pengelola
Posyandu
Rencana Kerja
untuk
Pengembangan
Pengelolaan
Posyandu
Pengelolaan




Pilihan

Identifikasi
permasalahan
pada layanan
kesehatan ibu &
anak dan dan
langkah
penyelesaian
17
No.
Jenis Kegiatan
Peserta
Pelaku
Pengambil
Keputusan:
1. Kades
2. Perwakilan
BPD
3
Pelatihan Pelembagaan
Pembangunan Desa
Pelaku
Pemantau &
Pemerhati:
1. Perwakilan
BKAD
2. Perwakilan
UPK
3. Perwakilan
LPM
4. Perwakilan
TPMD
Narasumber1/
Informan
Narasumber
 Pejabat
Pemda
 Pakar ahli /
Akademisi
 Praktisi
Materi
Pelatih
Pelatih
 FK
 Tim Faskab
Wajib




dan
Pengembangan
Layanan
Kesehatan
(Posyandu,
Parenting dan
Konseling
Keluarga)
Pengelolaan &
Pengembangan
Layanan
Pendidikan
(PAUD)
Pengelolaan &
Pengembangan
Layanan
Inklusi (Gender
dan Difabel)
Pengelolaan
Pengetahuan
Pelayaan Sosial
Dasar di Desa
(Dokumentasi
dan Sharing
Inovasi
Kegiatan di
Desa)
Pengelolaan
Asset GSC dan
Serah Terima
Kegiatan
Pilihan



Pengembangan
kelembagaan
lokal berskala
Desa
Pengorganisasia
n Kelompok
Pemanfaat
Monitoring
Berbasis
Masyarakat
18
No.
4
5
Jenis Kegiatan
Operasional Pengkajian
Keadaan Desa (PKD)
Lokakarya Kemitraan
Pelayanan Sosial Dasar
Peserta
Narasumber1/
Informan
Pelaku
Pelaksana
Fasilitasi:
1. PL
(Pendamping
Lokal)
2. Sekdes
3. KPMD/Kader
Kesehatan/
Posyandu
4. Perwakilan
Tokoh
Masyarakat
5. Perwakilan
PKK
6. Kepala Dusun
Narasumber
 Pejabat
Pemda
 Pakar ahli /
Praktisi
3 Unsur Pelaku:
1. Kades
2. Perwakilan
BPD
3. PL
(Pendamping
Lokal)
4. Sekdes
5. KPMD/Kader
Kesehatan/
Posyandu
Narasumber
 Pejabat
Pemda
 Pakar ahli
 Praktisi
Materi
Pelatih
Pelatih
 FK
 Tim Faskab
Informan
 Kelompok
masyarakat
 RTM
 Ibu
hamil/balita
Wajib




Stakeholder
Mitra
 Pemda
 Sektor swasta
 Tokoh sukses
 Dan lain lain
Fasilitator
 FK
 Tim Faskab


Menyusun
Profil Desa
(Pendataan Non
User dan
Monitoring
Capaian
Indikator)
Prioritas
Pembangunan
Desa berbasis
IDM
Menyusun
Rancangan
Kegiatan PSD
Sosialisasi PSD
Pilihan

Fasilitasi
Pengkajian
Keadaan Desa
dengan
menggunakan
instrument Peta
Sosial dan
Diagram
Kelembagaan
(Venn)
Peta masalah,
potensi dan
upaya Desa
dalam rangka
peningkatan
kualitas
pelayanan
sosial dasar
Membangun
kepedulian dan
solidaritas
sosial para
pemangku
19
No.
Jenis Kegiatan
Peserta
Narasumber1/
Informan
6. Perwakilan
Tokoh
Masyarakat
7. Perwakilan
PKK
8. Kepala Dusun
9. Perwakilan
BKAD
10.Perwakilan
UPK
11.Perwakilan
LPM
12.Perwakilan
TPMD
6
Pengembangan Media
Komunitas
Pelaku
Pelaksana
Fasilitasi:
1. PL
(Pendamping
Lokal)
2. Sekretaris
Desa
3. KPMD/Kader
Kesehatan/
Posyandu
4. Perwakilan
Tokoh
Masyarakat
Materi
Pelatih
Wajib

Narasumber
 Pakar ahli
 Praktisi
Pelatih
 FK
 Tim Faskab



Pilihan
kebijakan
Langkahlangkah untuk
menjaring
dukungan
kemitraan dan
keberpihakan
pengalokasian
DD dan APBD
terhadap
penanganan
masalah sosial
dasar
Membangun

keberpihakan
terhadap
peningkatan
kualitas
pelayanan
sosial dasar
Cara menyusun
program kerja
dan
pelaksanaan
kegiatan
GSC
di masyarakat
Latihan
menulis
System
Informasi Desa
20
No.
Jenis Kegiatan
Peserta
5. Perwakilan
PKK
6. Kepala Dusun
Narasumber1/
Informan
Materi
Pelatih
Wajib


Pilihan
bersama
masyarakat
Cara
menulis
“best practice”
kegiatan
GSC
di desa
Sistem
Keuangan Desa
(Siskeudes)
21
Download