KEYNOTE SPEECH MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PENYELAMATAN HUTAN ALAM TERSISA DI INDONESIA PADA ACARA SEMINAR INTERNASIONAL “MEMPERKUAT PENGELOLAAN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RESTORASI EKOSISTEM DI INDONESIA: PEMBELAJARAN DARI LAPANG DAN NEGARA LAIN” Yth. Duta Besar Amerika dan perwakilan kedutaan besar Denmark, Inggris, dan Norwegia Yth. Rektor IPB Yth. Saudara Pejabat Eselon I dan II Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yth. Para keynote speaker dari USFS, IPB, Universitas Arizona, Burung Indonesia, CIFOR, President Direktur PT REKI, dan President Direktur PT RMU Serta para praktisi, akademisi, LSM, wakil swasta, lembaga donor dan hadirin sekalian Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semuanya. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat bersilaturahmi dan berkumpul pada hari ini dalam keadaan sehat wal‘afiat dalam rangka menghadiri seminar internasional “ Memperkuat Pengelolaan dan Implementasi Kebijakan Restorasi Ekosistem di Indonesia: Pembelajaran dari lapang dan Negara Lain”. Seminar Internasional ini yang tadi dilaporkan dihadiri oleh para praktisi, pihak swasta, akademisi, pengambil kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga internasional, dan LSM akan bertukar pikiran tentang pembelajaran, praktik manajemen terbaik dalam restorasi ekosistem dan restorasi landskap untuk memperkuat pengelolaan dan implementasi kebijakan RE di Indonesia. Hadirnya keynote speaker dari berbagai institusi dan lembaga serta swasta ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk merumuskan input kebijakan RE dan implementasi di lapangan agar dapat mendukung pengelolaan RE dan berdaya guna bagi bangsa dan masyarakat Indonesia secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Saudara-saudara yang saya hormati, Sebagaimana kita ketahui bersama kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia sekarang lebih menekankan pada aspek konservasi dan pemulihan hutan, setelah selama beberapa dekade hutan di Indonesia dipacu untuk menopang perekonomian nasional yang berdampak pada kemerosotan kualitas dan kuantitas hutan. Saat ini kehutanan memang harus terus memberikan dan meningkatkan kontribusi untuk perekonomian nasional, namun tidak dengan cara mengeksplotasi hutan dengan penebangan kayu dan sumberdaya alamnya. Peningkatan hasil hutan bukan kayu, pemanfaatan jasa linkungan, pemanfaatan kawasan, dan peningkatan nilai tambah kayu serta pengembangan industri kehutanan yang mampu menciptakan lapangan kerja sektor kehutanan, merupakan beberapa cara yang sekarang kita pakai untuk berkontribusi pada perekoniomian nasional. Ijin-ijin usaha untuk hasil hutan kayu terutama di hutan alam, untuk sementara kita hentikan, moratorium gambut kita lanjutkan. Sementara itu budaya menanam, rehabilitasi, upaya konservasi dan restorasi terus kita gelorakan. Kerjasama semua pihak termasuk skema public private partnership juga kita lakukan agar semangat menanam, perlindungan dan upaya restorasi dapat dilakukan serta didukung oleh semua pihak. Upaya menggelorakan semangat menanam dan upaya pemulihan hutan ini bukan merupakan tujuan pembangunan kehutanan, tetapi merupakan penciptaan prakondisi untuk menyehatkan kondisi hutan dan lingkungan, dan sebagai prasyarat sebelum kita mengimplementasikan praktek-praktek pengelolaan hutan dengan multi produk. Kita sadari bahwa paradigma pembangunan hutan yang lama harus dirubah, reformasi birokrasi wajib dilakukan dan tatakelola hutan harus diperbaiki agar pembangunan kehutanan berkeadilan dan berkontribusi nyata dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Paradigma pembangunan dan pengelolaan hutan selama ini telah berakibat pada konflik tenurial, open access dan keminskinan masyarakat sekitar hutan. Setidaknya ada 33.000 desa yang overlap dengan Kehutanan, konversi hutan kerap terjadi dimana-mana, konflik kehutanan juga menimbulkan kerugian ekonomi dan Lingkungan yang sangat tinggi. Oleh karena ini kini saatnya merubah paradigma pengelolaan hutan yang pro rakyat, mengurangi kemiskinan dan mampu mempertahankan asset dan dikelola secara lestari. Saudara-saudara yang saya banggakan, Perlu saya sampaikan bahwa seiring dengan 9 agenda prioritas pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla, yang tertuang dalam “Nawacita”, setidaknya 4 hal yang dapat didukung dari sector Lingkungan hidup dan kehutanan yaitu (1) Membangun Indonesia dari pinggiran (2) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerak sector-sektor strategis ekonomi domestik (3) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum. (4) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional kemandirian. Untuk membangun Indonesia dari pinggiran, peran KLHK sangat penting yaitu menargetkan pengelolaan sumberdaya alam skala local untuk mendukung 5000 desa tertinggal dan 2000 desa mandiri. KLHK menargetkan dalam 5 tahun ke depan, luas hutan yang dikelola masyarakat meningkat menjadi 12,7 juta ha dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Adat. Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerak sector-sektor strategis ekonomi domestik, KLHK akan memperkuat kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energy dan pariwisata dan industry. Secara langsung KLHK menargetkan pemulihan DAS, reviatlisasi sungai dan danau dan pemanfaatan dibawah tegakan hutan serta mendorong kedaulatan energy terbarukan dari sector kehutanan, sampah dan Lingkungan. Untuk mewujudkan kehadiran negara dalam melakukan reformasi system dan penegakan hukum, yaitu melakukan kepastian hukum atas kepemilikan akan tanah bekerjasama dengan kementerian Agraria dan Tata Ruang, Pemberantasan penebangan kayu liar, perambahan hutan dan perdagangan illegal satwa dan tumbuhan. Selain itu, KLHK menjadi motor dalam Nota Kesepahaman Bersama 12 Kementerian dan Lembaga tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia. Dalam nota kesepahaman tersebut tersirat mengandung prinsip berkeadilan dan anti korupsi, membenahi regulasi dan kebijakan terkait sumberdaya alam, menyelaraskan proses perencanaan hutan, dan memastikan penyelesaian konflik. Tujuannya adalah untuk melindungi hutan sebagai ruang hidup seluruh bangsa di dunia, memberantas korupsi, dan mengembalikan hak dan martabat masyarakat. Peran parapihak dan elemen bangsa sanat dibutuhkan untuk tujuan di atas demi terwujudnya cita-cita mulia berbangsa dan bernegara sebagaimana yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dan untuk mendukung poin ke empat, maka KLHK akan peningkatan hasil hutan kayu, optimalisasi HHBK dan jasa Lingkungan untuk ekonomi kreatif berbasis kerakyatan. Untuk meningkatkan pengelolaan hutan di tingakt tapak, maka peran Kesatuan pengelolaan Hutan (KPH) akan dimaksimalkan. Selain hal di atas, Indonesia yang memiliki tingkat keragaman hayati tertingi di dunia setelah Brazil yang merupakan rahmat Tuhan harus dijaga, diselamatlkan dan dikelola secara berkelanjutan. Kedepan keanekargaaman hayati tersebut jika dikelola dengan arif akan berkontribusi besar terhadap perekonomian indonesia seperti wisata linkgungan, obat-obatan dan bio farma, mikroba-mikroba yang sangat bermanfaat dalam produk ikutan hasil hutan. Untuk mendukung penyelamatan biodiversity dan asset negara , saat ini juga KLHK dan kementerian terkait, bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan didukung oleh masyarakat sipil dan swasta melakukan Gerakan Penyelamatan Sumberdaya Alam (GN-PSDA) sejak Februari 2015. Gerakan GN-PSDA ini sesuai dengan Pasal 6 huruf e dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (KPK) yang mempunyai tugas untuk monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintah negara. KPK akan melakukan kegiatan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 Provinsi. Saudara-saudara yang saya cintai, Seperti kita ketahui bahwa luas Indonesia 189,31 juta ha dimana kawasan hutan seluas 129,43 juta ha atau 68,37 %. Kawasan hutan tersebut memiliki 15 tipe formasi hutan dengan kekayaan keragaman hayati tertinggi di dunia, rumah bagi lebih dari 38.000 jenis flora dan sekitar 6.000 spesies fauna serta hutan menyediakan berbagai multi produk jasa dan lingkungan. Saat ini Pemerintah berkomitmen untuk tetap mempertahankan hutan konservasi seluas 27,4 juta ha, hutan lindung 29,92 ha dan mengelola hutan produksi 69, 36 juta ha secara berkelanjutan. Tidak dapat dipungkiri saat ini KLHK lebih memprioritaskan pemulihan, namun dituntut harus juga memberikan pendapatan kepada negara. Secara khusus di hutan produksi, KLHK mereview ijin-ijin, melakukan moratorium kawasan yang selayaknya dipertahankan dan melakukan pemulihan hutan melalui izin Restorasi Ekosistem dan Jasa Lingkungan. Prioritas lainnya adalah memberikan akses dan ruang bagi masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkannya melalui skema perhutanan sosial, dan mengurangi konflik hutan dan lahan melalui kemitraan dan pengangan melalui direktorat baru yaitu Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat pada Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan. Untuk penyelamatan hutan alam dan membalikkan arah tren deforestasi di Hutan Produksi, Kementerian Kehutanan (saat ini disebut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK) mengeluarkan kebijakan Restorasi Ekossitem dengan skema izin melalui Permenhut No. SK.159/Menhut-II/2004 tentang restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi. Sejak tahun 2004 hutan alam produksi dapat dimanfaatkan untuk tujuan multi produk dari pada hanya produk tunggal dan eksploitasi kayu. Kebijakan ini merupakan sebuah terobosan hukum karena istilah restorasi ekosistem tidak dikenal pada UU NO. 41/1999 tentang kehutanan tetapi roh dan tujuannya mendukung cita-cita UU tersebut. Oleh karena itu, Permenhut ini merupakan sebuah diskresi hukum karena kebijakan payungnya baru dikeluarkan tahun 2007 melalui PP No. 6/2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan serta pemanfaatan hutan. Dalam PP ini dijelaskan pengelolaan hutan alam produksi melalui restorasi ekosistem dengan nama “Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem” (IUPHHK-RE). Dengan dikeluarkannya kebijakan RE ini pihak swasta dan investor memberikan respon positif. Tercatat 51 pemohon ijin RE hingga Desember 2014 dengan model dan motif usaha yang beragam. Selain itu, pengaturan terkait Izin usaha Jasa Lingkungan (IUPJL) berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.36/Menhut-II/2009 yang diatur lebih detil mengenai IUPJL melalui Permenhut No. P.36/Menhut-II/2011. Restorasi ekosistem tataran konsepnya, berorientasi pada kegiatan pemantapan kawasan, pengelolaan hutan berbasis ekosistem untuk perbaikan nilai ekonomi hutan, pemulihan flora dan fauna yang mempunyai nilai penting, dan memberi manfaat secara ekonomi kepada masyarakat sekitar hutan. Kegiatan restorasi ekosistem diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas hutan, pengembalian layanan ekosistem dan restorasi habitat flora fauna pilihan, upaya mitigasi perubahan iklim, meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan masyarakat di sekitar hutan. Lebih jauh RE ini dipadang sebagai investasi hijau yang dapat mendukung masa depan dan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan. KLHK memandang kebijakan RE sangat strategis karena dapat menyelamatkan hutan alam produksi dan aset kehutanan, meningkatkan kualitas hutan, melindungi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kehidupan bagi masyarakat. Hingga akhir tahun 2014 KLHK telah menerbitkan 13 ijin RE dengan luasan 515.270 ha. Selain itu mengalokasikan hutan alam produksi untuk RE seluas 2.695.026 ha (berdasarkan SK 50.40/Menhut VI/BRPUK/2013). Untuk 5 tahun kedepan KLHK menargetkan 500.000 ha penambahan RE baru (Renstra KLHK 2015-2019). Ini adalah salah satu komitmen KLHK dalam penyelamatan hutan tersisa khususnya di Hutan Produksi. Oleh karena itu, KLHK mendukung upaya restorasi ekosistem termasuk seminar hari ini karena dipandang sebagai investasi hijau dan dapat menyelamatkan asset bangsa dan mensejahterahkan masyarakat. Akhirnya dengan mengucapkan: Bismilahirohmannirohim Saya nyatakan Seminar Internasional “ Memperkuat Pengelolaan dan Implementasi Kebijakan Restorasi Ekosistem di Indonesia: Pembelajaran dari lapang dan Negara Lain”, secara resmi dibuka. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memungkinkan dapat terselenggaranya acara ini. Semoga Tuhan YME selalu memberikan lindungan dan petunjuk-Nya sehingga semua rencana dan kegiatan kita dapat berjalan dengan baik dan lancar. Wabilahitaufik wal hidayah, wassalamualaikum wr.wb. Jakarta, 31 Agustus 2015 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Dr. Siti Nurbaya Bakar