Sipers - Lokakarya Nasional COP CBD_rev1 - ksdae

advertisement
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDERAL
Gedung Manggala Wanabakti, Blok 1 Lantai 1 Jalan Gatot Subroto, Jakarta 10270
Telepon : 021-5705099, 5730118-9 Faximile 5710484
SIARAN PERS
Nomor : SP. 21/HUMAS/PP/HMS.3/01/2017
INTEGRASI SEKTOR PERIKANAN, PERTANIAN, DAN PARIWISATA UNTUK
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Jakarta, Biro Humas Kementerian LHK, Selasa, 31 Januari 2017. Integrasi sektor
pertanian, kehutanan, perikanan dan pariwisata dengan keanekaragaman hayati semakin
diperkuat demi terwujudnya konservasi yang berkelanjutan. Untuk tujuan ini pula, Indonesia
berkomitmen pada lima konvensi, yaitu Konvensi Ramsar (1975), CITES (1975), Konvensi
Keanekaragaman Hayati (1992), Konvensi Perubahan Iklim (1992)/Protokol Kyoto (1997), dan
Konvensi Biosafety/Protokol Cartagena (2004).
Dalam Lokakarya Nasional “Pengarusutamaan Keanekaragaman Hayati untuk Sektor Kehutanan,
Perikanan dan Akuakultur, Ketahanan Pangan dan Pertanian, dan Sektor Pariwisata”, yang
diselenggarakan di Jakarta (31/1/2017), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
melakukan identifikasi kontribusi kegiatan dari masing-masing sektor dan koridorisasi proyekproyek kerjasama di Indonesia.
Lokakarya ini merupakan ajang sosialisasi hasil-hasil Konvensi Keanekaragaman Hayati ke-13 (COP
13 UNCBD), antara lain keinginan kerjasama Lembaga Konservasi dari negara Mexico dengan
negara Indonesia dan Rencana Aksi Strategis Keanekaragaman Hayati Indonesia (Indonesian
Biodiversity Strategy and Action Plan/IBSAP 2015-2020).
“IBSAP sebagai pengejawantahan dari COP 13 UNCBD harus dapat diimplementasikan dengan
baik oleh masing-masing sektor. Ini merupakan tanggung jawab semua stakeholder dalam
mengatasi gangguan keanekaragaman hayati”, pesan Sekretaris Jenderal KLHK Bambang
Hendroyono yang mewakili Menteri LHK saat membuka Lokakarya tersebut.
Hilangnya keanekaragaman hayati (Biodiversity loss) terjadi setiap tahun, karena fragmentasi
hutan, pertanian intensif, masuknya jenis asing invasif, pertambangan, pencemaran, dampak
perubahan iklim, dan karhutla. Karena itu, regulasi harus dapat mengakomodasi fungsi konservasi
dan pembagian manfaat (benefit sharing) sesuai tujuan konservasi keanekaragaman hayati, serta
didukung dengan penegakan hukum, jelas Bambang Hendroyono.
Sejumlah pakar hadir dalam lokakarya ini, antara lain Prof. Emil Salim, SAM LHK Bidang Energi,
Arief Yuwono, dan narasumber dari KLHK, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Pariwisata, LIPI, BAPPENAS, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN),
pelaku usaha dan praktisi konservasi.
Tahun 2017 sebagai Tahun Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Internasional dapat menjadi
momentum untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap konservasi
keanekaragaman hayati. Melalui promosi potensi keanekaragaman hayati sebagai sesuatu yang
menarik untuk dikunjungi.
Dalam pengelolaan pertanian dan perikanan, perlu penguatan kebijakan yang sejalan dengan
NBSAP (National Biodiversity and Action Plan), untuk mencapai Aichi Biodiversity Target dan
Sustainable Development Goals (SDG). Pembangunan kerjasama antara aliansi pemerintah,
produsen, swasta, industri makanan, transportasi, perdagangan dan konsumen, juga penting.
KLHK sebagai National Focal Point dari Konvensi Keanekaragaman Hayati, memiliki peran kunci
dalam mensinergikan program-program terkait keanekaragaman hayati baik pada tataran nasional
maupun daerah. Sinergitas dapat dilaksanakan dengan dukungan kelembagaan yang tepat,
mencakup mekanisme, sumber daya manusia, pendanaan, serta sistem monitoring dan evaluasi
yang efektif dan efisien.
Harapannya, dengan adanya lokakarya ini dapat memperkuat sinergi para pihak di tingkat nasional
dengan integrasi kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan guna pencapaian Aichi
Biodiversity Target dalam kerangka implementasi IBSAP 2015-2020, sebagaimana disampaikan
oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Bambang Dahono Adji.
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi – 081375633330
Download