PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PADA

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT
PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI
DALAM PERSPEKTIF GENDER
(Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Kesehatan Masyarakat
Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak
Oleh
Septiana Juwita
NIM. S 021308077
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2015
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT
PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI
DALAM PERSPEKTIF GENDER
(Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
Disusun oleh:
Septiana Juwita
NIM. S021308077
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Hemanu J., MPd
NIP. 195603031986031001
..........................
..............
..........................
..............
Pembimbing II Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., M.Si.
NIP. : 196108251986012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD
NIP: 1955102119941210
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT
PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI
DALAM PERSPEKTIF GENDER
(Studi di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)
Disusun oleh:
Septiana Juwita
NIM. S021308077
Telah dipertahankan di depan penguji
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ………………… 2015
Tim Penguji
Jabatan
Nama
Ketua
Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., PhD
NIP.1955102119941210
Dr. drg. Adi Prayitno, M.Kes.
NIP:195911011986011001
1. Prof. Dr. Hermanu J., MPd.
NIP. 195603031986031001
2. Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., MSi.
NIP. 196108251986012001
Sekretaris
Anggota
Penguji
Tanda
Tangan
........................
………………
.
........................
Tanggal
.................
..
…………
….
.................
...
........................
.................
...
Mengetahui,
Direktur
Program Pasca Sarjana UNS
Kepala Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd
Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc., PhD
NIP: 196007271987021001
NIP: 1955102119941210
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWTyang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya yang tidak bisa ternilai. Shalawat dan salam kita ucapkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para
pengikutnya.
Tesis dengan judul “Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu
Hamil Berisiko Tinggi Dalam Perspektif Gender(Studi Di Wilayah Puskesmas
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)”ini dapat tersusun atas bantuan berbagai pihak,
instansi terkait maupun materiil. Untuk itu, perkenankanlah penulis dengan segala
kerendahan hati menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc., PhD selaku Ketua Jurusan Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan penguji I yang telah membimbing penulis selama
penyusunan tesis.
4. Prof. Dr. Hemanu J., MPd selaku pembimbing I, atas bimbingan, masukan,
pengarahan dan motivasi bagi penulis.
5. Prof. Dr. Ismi Dwi A.N., M.Si.selaku pembimbing II, atas bimbingan, masukan,
pengarahan serta motivasi bagi penulis.
6. Dr. drg. Adi Prayitno, M.Kes selaku penguji II yang telah membimbing penulis
selama penyusunan tesis.
7. Kepala Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang memberikan ijin
penelitian penulis untuk melakukan dpenelitian di Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangrejo.
8. Kedua orang tua tercinta (Bapak Daljuwito & Ibu Suminem)serta saudaraku (Desi
Murdiana), yang telah memberikan dukungan baik moral, spiritual dan materiil.
9. Keluarga tercintasuami (M. Fauzi) dan anakku (Prana Danesh Humaira) yang
tercinta saya yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tulus kepada
penulis.
10.
Sahabat-sahabatku (Sunarti, Angga,
danto
Prass)
commit
user yang selalu memeberi semangat
dan dukungan dalam penulisan tesis ini baik secar moral dan spiritual.
v
perpustakaan.uns.ac.id
11.
digilib.uns.ac.id
Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan
serta membantudalam penyelesaian tesis ini.
Sebagai buah karya manusia, penulis menyadari tulisan ini tidak luput dari segala
kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap adanya masukan kritikan serta saran yang
membangun demi perbaikan karya ini.
Surakarta,
Agustus 2015
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Septiana Juwita, S021308077. 2015. Referral Decision Making to Hospital for High
Risk Maternal in Gender Perspektive. Supervisor: Hermanu Joebagio. Co-supervisor:
Ismi D. A. Nurhaeni. Public Health Sciene Program, Graduate Program, Sebelas Maret
University
ABSTRACT
Background: Sustainable Development Goals (SDGs) is continue program of
Millennium Development Goals (MDGs) wich made by United Nations. One of targets
to be achieved to reduce Maternal Mortality Rate (MMR) by gender to sexual health,
reproduction and reproductive rights. Decrease in mortality rate is one of them with
referral decision making to hospital for high risk maternal in order to improve health
and prevent mother and her fetus. This study aimed to describe referral decision making
to hospital for high-risk maternal in gender perspective in Karanganyar Regency.
Subject and Methods: This study is descriptive qualitative with phenomenological
approach. Location health center in Gondangrejo District Karanganyar Regency with
five couples of informants were high risk maternal. Technique used of collecting data
using in-depth interviews. Data analisis used gender analysis Harvard 1 and interactive.
Result: Access and control activities in referral decision making to hospital for high risk
maternal in a gender perspective on finance, prenatal care, and information more
dominant wife had access, but the wife did not have control while in preparation for
labor saving and husband was more dominant in having access and control. Factors
affecting referral decision making to hospital were for high risk maternal knowledge
factor, wife was more dominant medium for factors attitude, perception, and economy,
husband was more dominant. Referral decision making to hospitals for high risk
maternal in gender perspective in families with the majority of automatic level, category
and type of personal empirical dominant husband owned.
Conclusion: wife's and husband role in family referral decision making to hospital for
high risk maternal in gender perspective still oriented patriarchal culture in some
communities in Indonesia, especially in Java .
Keywords: referral decision making, maternal high risk, gender perspetive
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Septiana Juwita. S021308077. 2015. Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah
Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi Dalam Perspektif Gender.Pembimbing I:
Hermanu Joebagio, Pembimbing II: Ismi Dwi A. Nurhaeni. Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
ABSTRAK
Latar belakang: Sustainable development goals merupakan kelanjutan program
milleniumdevelopmentgoals yang dibuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Salah satu target
yang harus dicapai adalah menurunkan angka kematian ibu dengan kesetaraan gender
terhadap kesehatan seksual, reproduksi dan hak-hak reproduksi. Penurunan angka
kematian tersebut salah satunya dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi guna memperbaiki kesehatan dan mencegah ibu dan
janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanpengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di Kabupaten
Karanganyar.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar dengan lima pasang informan. Teknik yang dugunakan dalam
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Analisis yang digunakan
adalah analisis gender Harvard 1 dan analisis interaktif.
Hasil: Akses dan kontrol kegiatan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko dalam perspektif gender pada keuangan, pemeriksaan
kehamilan, dan informasi istri lebih dominan memiliki akses, namun istri tidak memiliki
control sedangkan pada tabungan dan persiapan persalinan suami lebih dominan dalam
memiliki akses dan kontrol. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan
ke rumah sakit yaitu pada faktor pengetahuan kehamilan berisiko tinggi, istri lebih
dominan sedang untuk faktor sikap, persepsi, dan ekonomi, suami lebih dominan.
Pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi di dalam
keluarga dalam perspektif gender mayoritas dengan tingkat otomatis, kategori empiris
dan jenis pribadi yang dominan dimiliki suami.
Kesimpulan: Peran istri dan suami dalam rumah tangga untuk pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender masih
menekankan pada budaya patriaki pada sebagian masyarakat di Indonesia khususnya di
Jawa.
Kata kunci: pengambilan keputusan rujukan, hamil risiko tinggi, perspektif gender
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
ABSTRACT …………………………………………………………………..
viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .………………………..……….....………............
1
B. Rumusan Masalah....……………………………...........................
6
C. Tujuan Penelitian……………………………………....................
7
D. Manfaat Penelitian....……………………………..........................
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka............................……….....................................
9
B. Penelitian Relevan.......……………......……………...…...............
52
C. Kerangka Berpikir......……………………...…………...................
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
58
B. Jenis Penelitian .........................…..………………….....................
58
C. Subyek Penelitian ............................................................................
59
D. Teknik Sampling ..............................................................................
59
E. Alat Pengumpulan Data...................................................................
60
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
60
G. Validitas Data ..................................................................................
61
H. Teknik Anlisis .................................................................................
62
I. Etika Penelitian .................................................................................
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dekripsi Lokasi Penelitian ..............................................................
66
B. Sajian Data ......................................................................................
73
C. Temuan Studi ..................................................................................
commit to user
81
D. Pembahasan ....................................................................................
130
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
150
B. Implikasi .........................................................................................
151
C. Saran ...............................................................................................
151
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar2.1 Model Pemecahan Masalah....................................................
34
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................
57
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Profil Kegiatan .............................................................................
48
Tabel 2.2 Akses dan Kontrol : Sumberdaya dan Keuntungan .....................
50
Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relasi Gender ......................
50
Tabel 2.4 Penelitian Relevan .......................................................................
52
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Permohonan Untuk Menjadi Partisipan
Lampiran 2
Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
Lampiran 4
Surat
Rekomendasi
Studi
Pendahuluan
dari
BangKesBangPol
Kabupaten Karanganyar
Lampiran 5
Surat
Rekomendasi
Studi
Pendahuluan
BapPeDa
Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 6
Surat Rekomendasi Pendahuluan dari DinKes Kabupaten Karanganyar
Lampiran 7
Surat Rekomendasi Penelitian dari BangKesBangPol Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 8
Surat rekomendasi Penelitian dari BapPeDa Kabupaten Karanganyar
Lampiran 9
Surat Rekomendasi Penelitian dari DinKes Kabupaten Karanganyar
Lampiran 10
Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis Mahasiswa Program Studi Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret
commit to user
xiii
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konferensi PBB di Rio de Jeneiro Juni 2012 telah menyepakati
peluncuran sebuah proses untuk tujuan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable
Development
Goals/SDGs).
Program
SDGs
merupakan
kelanjutkan program dari MDGs. Program SDGs memiliki 17 tujuan yang
akan dicapai. Salah satu programnya adalah target nomor tiga point satu yaitu
dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 289.000 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi kurang dari 70 per 100.000
kelahiran hidup secara global pada tahun 2030. Pencapaian target AKI pada
tahun 2030 harus dipastikan dengan mempromosikan kesejahteraan dan hidup
sehat pada semua umur (United Nation, 2014; WHO, 2014).
PBB juga menyebutkan bahwa target SDGs nomor lima tentang
pencapaian kesetaraan gender yaitu semua perempuan dan anak harus
diberdayakan, terutama untuk menjamin akses universal terhadap kesehatan
seksual, reproduksi dan hak-hak reproduksi yang disepakati sesuai dengan
Program Aksi Inetenasional Conference on Population Development (ICPD)
dan Beijing Platform for Action dan dokumen hasil review konferensi mereka
(United Nation, 2014). Hal ini berarti bahwa dalam pencapaian target
penurunan AKI diperlukan hak-hak reproduksi untuk mencapai kesetaraan
gender.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Secara budaya di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan regulasi
penghapusan tindakan diskrimitatif terhadap perempuan telah berdasarkan
hasil The Convertion of All Forms Discrimination Againts Women (CEDAW)
yang telah diselenggarakan oleh PBB sejak tahun 1979 yang mebesarkan isu
ketidaksetaraan gender yang sudah diratifikasi oleh Indonesia pada UU No. 7
1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita (Dewi, 2006). Kenyataannya nilai-nilai budaya
masih memiliki sifat diskriminatif, sehingga kesetaraan dan keadilan gender
dalam kesehatan masih terhambat untuk mewujudkannya. Seharusnya akses
dan kontrol dimiliki laki-laki dan perempuan untuk mengambil keputusan
atas diri sendiri.
Salah satu indikatror penentu derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian ibu (AKI). Dalam pencapaian MDGs, telah dilakukan
berbagai upaya yang terencana dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jarak Menengah (RPJM) tahun 2010-2014. Salah satu sasaran yang telah
ditetapkan yaitu target menurunkan AKI pada tahun 2014 menjadi
118/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI tahun 2007, AKI di
Indonesia masih cukup tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359/100.000 kelahiran hidup.
Padahal target MDGs tahun 2015 dalam menurunkan AKI menjadi
102/100.000 kelahiran hidup (Kemenperpenas/Bappenas, 2013).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) tercermin di tingkat propinsi
termasuk Jawa Tengah. Di Jawa Tengah dilaporkan bahwa AKI mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
peningkatan mulai tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup, tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi 116,01/100.000 kelahiran hidup.
Kemudian meningkat lagi tahun 2012 menjadi 116,34/100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2013). Sedangkan di tingkat kabupaten,
seperti Kabupaten Karanganyar AKI pada tahun 2009 sebesar 64,9/100.000
kelahiran hidup mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi
128,6/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 mengalami penurunan
sebesar 99,1/100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 127,1/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab.
Karanganyar 2013).
Unicef (2013) melaporkan bahwa setiap satu jam ada perempuan
meninggal dunia setelah melahirkan atau karena sebab-sebab yang
berhubungan dengan kehamilan. Faktor penyebab kematian pada ibu tersebut
yaitu disebabkan oleh perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi setelah
melahirkan, pre-eklamsi dan eklamsi, aborsi, serta komplikasi saat persalinan.
Sebenarnya kematian ibu dapat dicegah dengan perawatan saat hamil,
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan dukungan keluarga
selama hamil (WHO, 2014). Penyebab kematian maternal di Indonesia
dengan komplikasi kebidanan paling sering terjadi adalah hipertensi dalam
kehamilan (32%), infeksi (31%), perdarahan pasca bersalin (20%), abortus
(4%), dan lain-lain (13%) (Kemenkes, 2014).
Selain faktor-faktor penyabab kematian maternal tersebut, kematian
maternal dapat disebabkan oleh cepat atau tidaknya dalam pengambilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
keputusan di dalam keluarga dengan melakukan perundingan antar anggota
keluarga (suami, orang tua, dan anak) dan tetangga sehingga dapat
menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk ke
rumah sakit. Keterlambatan pengambilan keputusan rujukan dapat disebabkan
oleh pihak keluarga yang terlambat dalam mengenali risiko tinggi ibu
bersalin, terlambat dalam mencari pertolong persalinan, terlambat dalam
mencari transportasi, dan terlambat dalam mengambil keputusan membawa
ke rumah sakit yang disebabkan adat istiadat (Fibriana, 2007).
Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi pengambilan
keputusan merujuk dalam perspektif gender sebagai salah satu determinan
kematian ibu, seperti penelitian yang dilakukan Shrestha (2012) di Nepal
menunjukkan bahwa perempuan masih mengikuti keputusan yang diambil
oleh suami dalam kesehatan kehamilannya dan akses pelayanan kesehatan
kehamilannya walaupun perempuan lebih memiliki pengetahuan tentang
tanda bahaya kehamilan daripada suami. Berbeda dengan penelitian Hou dan
Ma (2013) di Pakistan menemukan bahwa kekuatan pengambilan keputusan
berada di tangan ibu sehingga kekuatan ibu dapat meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu. Namun apabila pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh suami, maka akan memiliki efek yang buruk terhadap
pelayanan kesehatan ibu. Meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan
perempuan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu dengan baik. Penelitian Rokhmah (2011) di
Sumbersari Jember menemukan bahwa 83% dari enam kasus kematian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
maternal dari data laporan Puskesmas Sumbersari Jember tahun 2006-2010
terjadi di pelayanan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan perempuan
diahadapkan pada konstruksi gender yeng memposisikan perempuan lebih
lemah dari laki-laki dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan akses
pelayanan kesehatan yang kurang baik.
Pengambilan keputusan rujukan dalam perspektif gender pada ibu
hamil berisiko tinggi merupakan suatu gambaran dalam proses memperbaiki
kondisi kesehatan ibu dan janin serta suatu proses yang rumit dengan
melibatkan tahapan-tahapan seperti pemahaman adanya masalah, pencarian
alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi alternatif yang akhirnya untuk
memutuskan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dapat dilakukan ibu
sendiri dengan cepat dan tepat. Penentuan kesehatan ibu hamil berisiko tinggi
adalah ibu sendiri, bukan orang lain. Pengambilan keputusan di dalam
keluarga sering terlambat yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti
keterlambatan yang datang dari pemberi pelayanan kesehatan (provider)
maupun dari keluarga (suami).
Kasus kematian ibu di Kabupaten Karanganyar, terbanyak ditemukan di
Kecamatan Jumantono sebanyak 2 kasus (1 kasus kematian ibu bersalin
dengan umur 20-34 tahun dan 1 kasus kematian ibu nifas dengan umur ≥ 35
tahun), Kecamatan Karanganyar sebanyak 2 kasus (kematian ibu nifas dengan
umur ≥ 35 tahun) dan Kecamatan Kebakkramat sebanyak 2 kasus (kematian
ibu nifas dengan umur ≥ 35 tahun. Cakupan ibu hamil berisiko tinggi dan
komplikasi sebanyak 20% dari 15.212 jumlah ibu hamil di Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
Karanganyar. Wilayah Puskesmas Gondangrejo memiliki 1.285 ibu hamil.
Ibu hamil berisiko tinggi yang dideteksi oleh tenaga kesehatan di Wilayah
Puskesmas Gondangrejo sebanyak 257 kasus dan yang mendapat penangan
rujukan ke rumah sakit sebanyak 115 kasus pada tahun 2013 (Dinkes Kab.
Karanganyar, 2013).
Dari uraian mengenai pengambilan keputusan rujukan, penulis ingin
mengambil penelitian pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dari
faktor keluarga (ibu hamil dan suami) dengan perspektif gender. Pengambilan
keputusan rujukan di tingkat keluarga (suami dan istri) dalam perspektif
gender di Indonesia masih perlu dieksplor dan detiliti. Oleh karena itu,
peneliti tertarik mengambil judul penelitan ‘Pengambilan Keputusan Rujukan
ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender’.
B. Tujuan Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di
dalam rumah tangga?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif
gender di dalam rumah tangga?
3. Bagaimana pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu
hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga?
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di Kabupaten
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini untuk:
a. Mendeskripsikan akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam
persepktif gender di dalam rumah tangga.
b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
dalam perspektif gender di dalam rumah tangga.
c. Mendeskripsikan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada
ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah
tangga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi
teoritis mengenai pengambilan keputusan rujukan pada ibu hamil risiko
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi dalam perspekstif gender. Diharapkan manajemen kesehatan ibu
dan anak dapat berkembang.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
referensi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar untuk menyusun
program penurunan AKI, khususnya berkaitan dengan pengambilan
keputusan rujukan pada ibu hamil risiko tinggi dalam perspektif gender.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang harus
dijaga dan perlu mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga
(BKKBN, 2003). Kehamilan adalah keadaaan mengandung janin
dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (KBBI, 2014).
Kehamilan merupakan suatu keadaan hamil selama sembilan bulan
atau seorang ibu membawa janin dan bayi di dalam rahimnya. Selain
itu kehamilan bagi sebagian besar perempuan merupakan masa
kebahagiaan yang luar biasa. Namun selama kehamilan, keduanya
(ibu dan janin) akan menghadapi berbagai risiko kesehatan. Karena
alasan ini penting bahwa semua kehamilan harus dipantau oleh ahli
penyedia layanan (WHO, 2014).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Hamil normal yang dirasakan ibu selama 280 hari (40 minggu atau
sembilan bulan lebih tujuh hari) yang dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan, yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai usia kehamilan 12 minggu, triwulan
kedua dimulai dari usia kehamilan masuk minggu ke 13 sampai usia
commit to user
9
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehamilan 28 minggu, dan trimester ketiga dimulai dari usia
kehamilan masuk minggu ke 29 sampai 40 minggu (Prawiroharjo,
2010).
b. Tanda Bahaya Kehamilan
Sebagian besar kaum perempuan menginginkan kehamilan dan
melahirkan lancar. Namun komplikasi kehamilan datang kapan saja
dan tidak dapat diprediksi. Masalah ini benar-benar terjadi dan penting
untuk dipastikan bahwa kejadian ini harus segara mendapat
pertolongan dan tidak boleh ditunda dalam memberikan pertolongan.
Oleh karena itu, semua ibu hamil, suami dan keluarganya harus
menyadari dan mengetahui tanda-tanda bahaya dan komplikasi
kehamilan serta dapat mencari pelayanan kesehatan yang tepat. Hal ini
sangat penting untuk deteksi dini dan juga merupakan bagian penting
dari rencana kelahiran bayi dan darurat untuk dilakukan pengambilan
tindakan lanjutan dan rujukan yang tepat (WHO, 2013).
Tanda bahaya kehamilan dan komplikasi kehamilan sudah
disebut dengan kehamilan berisiko tinggi. Kehamilan berisiko tinggi
merupakan
kehamilan
disertai
dengan
kondisi
yang
dapat
mengakibatkan risiko terjadinya kelainan atau ancaman bahaya pada
ibu dan janin. Kehamilan berisiko tinggi memerlukan penanganan
khusus terhadap ibu dan janin. Jika kehamilan berisiko tinggi tidak
segera medapat penanganan maka kehidupan atau kesehatan ibu dan
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
janin akan terancam bahaya karena adanya gangguan kehamilan
(Bobak et al, 2005).
Menurut WHO (2013) bahwa jika ibu hamil sudah diketahui
tanda-tanda bahaya kehamilan, maka ibu hamil harus segera dibawa
ke rumah sakit agar segera mendapat pertolongan. Berikut tanda-tanda
bahaya kehamilan secara umum, yaitu: perdarahan pervaginam yang
tidak wajar, kejang, sakit kepala berat dan pandangan kabur, demam
dan terlalu lemah untuk bangkit dari tempat tidur, nyeri berat hebat,
dan napas cepat atau susah bernapas.
Apabila ibu hamil sudah memiliki gejala seperti: panas, nyeri
perut, terasa sakit, dan bengkak pada jari, wajah dan kaki, maka
segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapat
pelayanan kesehatan lebih lanjut.
Lebih jelasnya, tanda bahaya dalam kehamilan dibagi dalam
trimester, karena tanda bahaya dalam kehamilan ini tiap trimesternya
berbeda-beda dan komplikasi yang dialami juga berbeda-beda pula.
Oleh karena itu, tanda bahaya dalam kehamilan dibagi menjadi tigas
trimester sebagai berikut:
1) Trimester pertama
a) Perdarahan
pervaginam.
Perdarahan
selama
trimester
kehamilan dapat memprediksi kompliksi ibu dan janin.
Komplikasi yang terjadi, yaitu kehamilan ektopik, mola, dan
abortus (Riahinejad et al, 2011).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perdarahan pada awal kehamilan ini harus segera mendapat
penanganan yang serius yaitu dengan menyiapkan fasilitas
tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat
keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,
respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera
lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat.
Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk segera memulai penanganansyok, yaitu pasang
infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi
cairandarah sesuai dengan keperluan (Saifuddin, 2002).
b) Mual muntah berlebihan. Mual dan muntah yang terjadi dalam
kehamilan biasanya relatif sedikit dan jangka waktu yang
singkat, serta akan berhenti sekitar minggu ke 12-14. Mual
muntah ini disebabkan karena meningkatnya hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Jika ibu hamil mengalami mual dan
muntah berkepanjangan, maka akan mengakibatkan suatu
komplikasi yang disebut hiperemesis gravidarum (Tiran,
2014).
Penanganan mual muntah menurut Tiran (2014) pada ibu
hamil adalah pertama, istirahat, tidur, mengambil cuti kerja,
dan menjaga dehidrasi. Kedua, melakukan akupunktur /
akupresur pada pergelangan akurat berada pada titik neugian.
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketiga, minum minuman herbal dan mencium aroma terapi,
seperti: teh jahe-menghindari jika menderita mulas, pada
antikoagulan, pendarahan dan teh peppermint menghindari jika
kardiovaskular
penyakit
(jantung
stimulan).
Keempat,
melakukan terapi homeopati adalah energi berbasis terapi dan
tidak bekerja suatu obat. Obat harus secara individual
ditentukan oleh praktisi tepat terlatih. Kelima, melakukan
hipnoterapi, hal ini sangat bermanfaat jika riwayat stres,
kecemasan, depresi pernah dialami. Hipnoterapi bisa dilakukan
dengan self-help DVD tersedia atau mencari bantuan
profesional. Keenam, adaptasi nutrisi dengan makan sedikitsedikit dan sering, makan apa pun yang menarik, serta minum
suplemen vitamin B6 dan suplemen mungkin dapat membantu.
Ketujuh, jika stres, maka lakukan konsultasikan dengan
praktisi
yang
memenuhi
syarat
berpengalaman
dalam
pekerjaan bersalin. Gunakan aromaterapi dan pijat refleksi
lembut misalnya Tai chi atau Qi gong.
c) Sakit kepala hebat. Sakit kepala selama kehamilan terjadi
secara signifikan mengakibatkan gangguan kesehatan umum
(Turner, 2012). Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh
pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya
peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan
mengubah posisi dari duduk/tidur ke posisi yang lain (berdiri)
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit
kepala/pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat
disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan
yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat
menyebabkan sakit kepala (Sulistyawati, 2009).
d) Kram perut yang hebat. Kram perut saat trimester awal
kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah
atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa
menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi
karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya
pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan
ligamen merenggang untuk menyokong rahim (Sulistyawati,
2009).
e) Selaput kelopak mata pucat. Selaput kelopak mata pucat dapat
diakibatkan
kadar
hemoglobin
dalam
darah
kurang
(Hemoglonin normal pada ibu hamil adalah 10,5-12 gr/dl,
maka disebut anemia. Anemia merupakan masalah medis yang
banyak terjadi pada wanita hamil. Jumlah sel darah merah
dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai
untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah
meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari
cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daripada sel-selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam
darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia (Hanifa,
2007).
f) Demam tinggi. Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh
lebih 38°C dalam kehamilan merupakan suatu masalah.
Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Penanganan umumnya dengan: istirahat baring,
minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. Komplikasi
yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain:
sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi
saluran kemih atas) (Saifuddin, 2002).
g) Kejang.
Pada umumnya kejang didahului oleh makin
memburuknya
keadaan
dan
terjadinya
gejala–
gejalasakitkepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila
semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan
gejala dari eklamsia. Penanganan umumnya dengan baringkan
pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau
darah, bebaskan jalan nafas, dan hindari jatuhnya pasien dari
tempat tidurLakukan pengawasan ketat. Komplikasi yang
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria
(Saifuddin, 2002).
2) Trimester kedua
a) Pre-eklamsi merupakan komplikasi serius dari kehamilan yang
berpotensi mengancam kehidupan ibu dan bayi. Ia meliputi
sejumlah kelainan yang mungkin ada di dalam kondisi klinis
yang lain. Pre-eklampsia merupakan penyebab utama dari
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal dan juga sindrom
yang dapat mengakibatkan ibu gagal ginjal, gangguan hati,
cerebral atau coagulatory fungsi sendiri atau komplikasi.
Hipertensi setelah 20 minggu kehamilan adalah penting untuk
diagnosis (Barden, 2006). Pre-eklampsia ditandai dengan tiga
tanda yang sering disebut trias, yaitu: bengkak pada beberapa
bagian tubuh, protein urin positif, dan tekanan darah lebih dari
160/100 mmHg,
b) Eklampsi ditandai dengan tiga tanda pre-eklamsi dan disertai
dengan kejang,
c) Keluar cairan ketuban. Apabila ibu merasa ada aliran cairan
yang keluar dari jalan lahir, sebaiknya segera dibawa ke
fasilitas kesehatan. Pasalnya, tanda ini merupakan indikasi
ketuban pecah dini yang membahayakan janin.
d) Janin tidak bergerak. Normalnya, janin bergerak lebih dari 12
kali gerakan yang dirasakan ibu.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Denyut jantung janin abnormal. Tanda bahaya yang terakhir
adalah abnormalitas DJJ dan gerakan janin. Denyut jantung
janin normalnya antara 120-160 x/permenit. Gejala tersebut
menandakan bahaya fetal distress yang berujung pada
kematian janin.
3) Trimester ketiga
a) Perdarahan vagina dalam kehamilan. Pada masa awal sekali
kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang
sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya.
Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi, dan ini normal
terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan
ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu
tanda adanya infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang
tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau
perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus,
kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan
lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak,
dan kadang -kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa
nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau
abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003).
b) Keluar air ketuban sebelum waktunya. Sering dinamakan
ketuban pecah dini, apabila terjadi sebelum persalinan
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh
kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan
dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test)
merah menjadi biru (Saifuddin, 2002).
c) Kejang. Pada umumnya kejang didahului oleh makin
memburuknya keadaan dan terjadinya gejala -gejala sakit
kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin
berat,
penglihatan
semakin
kabur,
kesadaran
menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan
gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2002).
d) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal tiga kali dalam
satu jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan
kelima atau keenam. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.
Bayi harus bergerak paling sedikit tiga kali dalam satu jam jika
ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
e) Demam Tinggi. Ibu menderita demam dengan suhu tubuh
>38ºC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam
tinggi
dapat
merupakan gejala
commit to user
adanya
infeksi
dalam
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan
suhu (Saifuddin, 2002). Demam dapat disebabkan oleh infeksi
dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke
dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan
timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat
dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi
dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas
(Pusdiknakes, 2003).
f) Nyeri perut yang hebat. Nyeri abdomen yang tidak
berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal.
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan
tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis,
kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus,
abrupsio placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya
(Pusdiknakes, 2003).
g) Sakit kepala hebat. Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan,
dan seringkali merupakan ketidak nyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu
masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia (Pusdiknakes, 2003).
h) Selaput kelopak mata pucat. Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11gr% pada
trimester pertama dan ketiga, <10,5gr% pada trimester kedua.
Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil
terjadi hemodilusi, terutama pada trimester kedua. Anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi (Saifuddin, 2002).
2. Kematian Maternal
a. Definisi Kematian Maternal
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of
The International Clasificasion of Desease (ICD-10) mendefinisikan
kematian ibu hamil merupakan kematian perempuan selama hamil
atau selama 42 hari setelah melahirkan, tanpa membedakan letak dan
waktu kehamilan, dari berbagai sebab yang terkait oleh kehamilan
maupun penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
penyakit lain. Dari definisi ini dapat dibedakan kematian maternal
menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian langsung
merupakan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi obstetrik pada
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi kehamilan (kehamilan, kelahiran, hingga pasca kelahiran),
intervensi, penanganan yang tidak tepat, atau gabungan dari hal-hal
tersebut. Kematian tidak langsung merupakan kematian yang
diakibatkan oleh penyakit yang sudah ada sejak sebelum hamil
maupun yang timbul saat hamil dan tidak diakibatkan oleh penyebab
obstetrik langsung namun diperparah oleh efek fisiologis dari
kehamilan (WHO, 2012).
Kasus kematian maternal langsung yaitu disebabkan oleh
pendarahan, infeksi, eklampsia, persalinan lama dan abortus (Broek &
Falconer, 2011). Hal ini sering disebabkan oleh beberapa faktor yang
berkaitan
dengan
pemberian
layanan
kesehatan
(rendahnya
keterampilan petugas kesehatan, sulitnya membuat kondisi steril,
kurangnya akses terhadap transfusi darah, anestesi, dan obat-obatan)
serta faktor sosial (agama, kemiskinan, rendahnya kedudukan dan
peranan perempuan, serta rendahnya kemampuan dan tingkat
pendidikan perempuan) (Piane, 2008).
b. Determinan Kematian Maternal
Risiko terjadinya kematian maternal pada negara berkembang
adalah lebih dari 200 kali lipat penduduk dibandingkan pada
penduduk di Eropa Barat dan Amerika Utara. Pada tahun 2005 hampir
99% kematian maternal terjadi di negara berkembang (Piane, 2008).
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor-faktor yang mempengeruhi kematian maternal menurut
McCarthy dan Maine (1992) dikelompokkan menjadi tiga determinan,
yaitu sebagai berikut:
1) Determinan dekat
Determinan dekat merupakan proses yang paling dekat
dengan kejadian kematian ibu. Dterminan dekat terdiri dari
kejadian kehamilan yang mengalami komplikasi kehamilan serta
komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan penyebab
komplikasi langsung kematian yang disebabkan oleh perdarahan,
infeksi, eklamsi, partus macet dan ruptur uteri (Syarifudin dan
Hamidah, 2009).
Penyebab kematian maternal di Indonesia tahun 2010 dengan
komplikasi kebidanan paling sering adalah hipertensi dalam
kehamilan (32%), infeksi (31%), perdarahan pasca bersalin (20%),
abortus (4%), dan lain-lain (13%) (Kemenkes, 2014).
a) Komplikasi
kehamilan.
Komplikasi
kehamilan
dapat
mengancam jiwa dan bahkan sampai mengakibatkan kematian.
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu hamil adalah
hipertensi dalam kehamilan, infeksi dan perdarahan pasca
bersalin (Kemenkes, 2014).
b) Komplikasi persalinan dan nifas. Komplikasi yang timbul pada
persalinan dan masa nifas merupakan penyebab langsung
kematian maternal. Komplikasi yang terjadi menjelang
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah
perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat
trauma pada persalinan (Kemenkes, 2014).
Kemenkes
(2014)
menyatakan
bahwa
komplikasi
kehamilan ibu dapat dicegah dan ditangani bila: ibu segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan
melakukan
prosedur
penanganan
yang
sesuai
dengan
menggunakan pemantauan partograf, manajemen aktif kala
tiga untuk mencegah perdarahan, tenaga kesehatan mampu
melakukan identifikasi dini komplikasi,apabila komplikasi
terjadi, tenaga kesehatan mampu memberikan pertolongan
pertama dan melakukan tindakan stabilitas pasien sebelum
melakukan rujukan,proses rujukan efektif, dan pelayanan di
rumah sakit cepat dan tepat guna.
2) Determinan antara
a) Status kesehatan ibu. Status kesehatan ibu yang berpengaruh
terhadap kejadian kematian ibu meliputi status gizi, anemia,
penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada
kehamilan dan persalinan (Kemenkes, 2013).
b) Status kesehatan reproduksi. Status kesehatan reproduksi
sangat penting untuk diketahui pada ibu hamil berisiko
tinggisehingga dapat mengakibatkan kematian maternal.
Kematian meternal dapat diakibatkan oleh usia ibu hamil,
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlah kelahiran, jarak kehamilan, dan status perkawinan ibu
hamil (Depkes RI, 2008).
(1) Terlalu tua
Perempuan hamil pada usia lebih dari 35 tahun dapat
menyebabkan perempuan terpapar komplikasi medik dan
obstetrik, seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan,
diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal dan
gangguan fungsi paru. Selain itu perdarahan, insidensi
perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta previa,
cara persalinan dengan seksio sesaria, persalinan prematur
akan meningkat (De Chaney & Natan, 2003).
(2) Terlalu muda
Perempuan hamil pada usia di bawah 20 tahun juga
merupakan risiko tinggi untuk hamil dan melahirkan
(Depkes RI, 2004). Komplikasi kehamilan diusia muda
juga sering timbul adalah anemia, partus dan partus macet.
Selain itu kurangnya akses ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan
perawatan
kehamilan
dan
persalinan
merupakan penyebab utama terjadinya kematian maternal
di usia muda. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan
kebuta–hurufan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria
dan wanita, pernikahan usia muda dan kehamilan yang
tidak diinginkan (WHO, 2000).
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Terlalu sering
Jumlah kehamilan atau sering disebut paritas, 2–3 paritas
merupakan paritas paling aman jika ditinjau dari sudut
kematian
maternal.
Paritas
≤
1
(belum
pernah
melahirkan/baru melahirkan pertama kali) dan paritas > 4
memiliki angka kematian maternal lebih tinggi. Paritas
lebih dari tiga dengan usia tua, secara fisik ibu mengalami
kemunduran untuk menjalani kehamilan. Namun, pada
kehamilan kedua atau ketigapun jika kehamilannya terjadi
pada keadaan yang tidak diharapkan (gagal KB, ekonomi
tidak baik, interval terlalu pendek), dapat meningkatkan
risiko kematian maternal (Depkes RI, 2004). Menurut
hasil SKRT 2001, proporsi kematian maternal tertinggi
terdapat pada ibu yang berusia > 34 tahun dan paritas > 4
(18,4%) (Djaja et al, 2003).
(4) Terlalu dekat
Meningkatnya risiko kehamilan untuk terjadinya kematian
maternal dapat juga disebabkan karena jarak antar
kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari dua tahun).
Sehingga persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan
(terlalu sering) sudah merupakan kelompok risiko tinggi
untuk terjadi perdarahan postpartum, kesakitan dan
kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah paling sedikit dua tahun, untuk memungkinkan
tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada masa
kehamilan dan laktasi (Depkes RI, 2004).
c) Akses pelayanan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan
merupakan kemudahan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan individu dengan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan faktor
penentu antara jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke
sarana kesehatan, serta status soasial (Depkes RI, 2008).
d) Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Perilaku
penggunaan fasilitas kesehatan merupakan suatu respon
seseorang terhadap rangsangan obyek yang berhubungan
dengan sakit, sistem layanan kesehatan, makanan dan
lingkungan dalam penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
(Maulana, 2007). Perilaku yang dilakukan ibu hamil berisiko
tinggi meliputi perilaku ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya secara rutin serta mengikuti saran bidan atau
dokter agar masalah dan komplikasi yang dialami segera
terdeteksi sehingga ibu hamil akan segera mendapatkan
penangan dan tempat pelayanan rujukan yang tepat dengan
harapan tidak akan terjadi kematian maternal.
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Determinan jauh
Determinan jauh secara tidak langsung mempengaruhi
kematian maternal. Determinan jauh dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu meliputi: pertama, status perempuan dalam keluarga
dan
masyarakat
terdiri
dari
pendidikan,
pekerjaan,
dan
pendapatan. Kedua, status keluarga dalam masyarakat terdiri dari
pendapatan keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota
keluarga, dan pekerjaan anggota keluarga. Ketiga, status
masyarakat
meliputi
kesejahteraan
dan
sumber
daya
di
masyarakat(Fibriana, 2007).
Determinan jauh pada kematian maternal berkaitan erat
dengan the Three Delays Models menurut Thorsen et al (2012),
yaitu:
a) Terlambat dalam pengambilan keputusan
Mengungkapkan
bahwa
keterlambatan
dalam
pengambilan keputusan pada ibu hamil berisiko tinggi masih
sering terjadi. Anggota keluarga atau orang lain baru
mengambilan keputusan untuk mencari pertolongan untuk
ibu hamil berisiko tinggi ketika ibu tersebut hampir
meninggal dunia (Thorsen et al, 2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan untuk ibu
hamil berisiko tinggi sebagai berikut:
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Mengetahui tanda, gejala, dan keseriusan
Untuk mendapatkan perawatan kesehatan maternal
dengan komplikasi kebidanan berawal dari pengenalan
tanda dan gejala bahaya kehamilan. 11 dari 32 maternal
memiliki tanda dan gejala penyakit pada dua hari hingga
satu bulan sebelumnya dan mereka atau keluarga mereka
baru memutuskan untuk mencari perawatan di rumah
sakit. Mereka cenderung meremehkan keselamatan
maternal denagan masalah kebidanan. Suami mereka
berpendapat bahwa mereka menunda karena mereka fikir
masalah itu tidak
serius dan dengan kepercayaan
maternal tersebut akan menjadi lebih baik (Thorsen et al,
2012).
(2) Melakukan persalinan tradisional dan persalinan rumah
Faktor lainnya adalaha ibu hamil yang meninggal dunia
karena telah mendapat pertolongan persalinan dari
petugas tradisional (tradisional birth attendant) atau
melahirkan di rumah daripada memutuskan untuk
langsung ke pelayanan kesehatan. Dalam kasus yang lain
penolong persalinan tradisional biasa dipanggil untuk
melakukan persalinan di lokasi terpencil yang jauh dari
fasilitas
kesehatan
dan
biasanya
mendesak (Thorsen et al, 2012).
commit to user
dalam
keadaan
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Terlambat mencapai fasilitas rujukan
Ketika
rumah
sakit
jauh
dari
tempat
tinggal,
transportasipun menjadi penting untuk mengambil tindakan
segera sehingga akan diterima dan konsekuensi dalam
menolong nyawa ibu dan bayi. Tiga dari 17 keluarga
mengatakan bahwa transportasi menajdi hambatan dalam
pengambilan keputusan. Satu keluarga tersebut tinggal di area
yang padat penduduk di dekat rumah sakit. Namun, suami
masih memiliki masalah untuk menemukan transportasi pada
waktu yang tepat dengan kenyataan dalam keadaan darurat.
Dua keluarga tinggal di daerah pedesaan dan mereka hanya
memiliki gerobak. Dalam keadaan darurat, ibu hamil berisiko
tinggi dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan gerobak.
Namun dalam perjalan ke rumah sakit, ibu hamil tersebut
meninggal dunia. Dari tiga kasus tersebut, semua memiliki
masalah transportasi yang mengakibatkan ibu hamil berisiko
tinggi menjadi terlambat dalam menuju fasilitas kesehatan dan
terlambat menerima pengobatan(Thorsen et al, 2012).
c) Terlambat mendapat pertolongan
Ketika ibu hamil berisiko tinggi terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, mereka tidak mendapatkan perawatan atau
tindakan yang tepat sehingga terlambat dalam mendapatkan
pertolongan. Keterlambatan tersebut diakibatkan karena
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurangnya tenaga kesehatan yang terampil,tindakan klinis
tidak memadai (dokumentasi dan riwayat pasien), diagnosa
yang tidak terjawab, kurangnya komunikasi antara tenaga
kesehatan
dengan
keluarga,
penyangkalan
terhadap
keterbatasan keterampilan teknis, kurangnya pengawasan dan
perhatian pada pasien, kekurangan darah, dan kurangnya
cairan(Thorsen et al, 2012).
3.
Pengambilan Keputusan Rujukan
a. Definisi Keputusan Rujukan
Menurut Salusu (2006) keputusan merupakan suatu hasil atau
keluaran yang diambil dari proses mental dan kognitif yang
membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan dari beberapa
altenatif yang tersedia. Keputusan tersebut memiliki suatu tujuan
dengan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Keputusan menurut Salusu (2006) memiliki empat tingkatan
dengan kadar yang berbeda-beda. Empattingkatan keputusan tersebut
adalah:
1) Keputusan otomatis
Keputusan yang dibuat dengan keputusan yang sangat sederhana.
2) Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan
Keputusan ini sedikit kompleks, karena informasi yang ada
memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Namun jika
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan belum dibuat, maka informasi tersebut harus dipelajari
terlebih dahulu.
3) Keputusan berdasarkan pertimbangan
Keputusan ini merupakan tingkat keputusan yang harus lebih
banyak membutuhkan informasi. Informasi tersebut dikumpulkan
dan
kemudian
dianalisis
untuk
dipertimbangkan
dalam
mendapatkan keputusan.
4) Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda
Keputusan ini merupakan tingkat yang paling kompleks, karena
jika semakin banyak informasi yang diperlukan dan informasi
tersebut
ternyata
sudah
terdapat
ketidakpastian
sehingga
keputusan tersebut banyak mengandung risiko dan terdapat
keraguan dalam pengambilan keputusan.
Keputusan menurut Suwanto (2009) dibagi menjadi dua jenis,
yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama. Keputusan pribadi
merupakan keputusan yang diambil untuk kpentingan diri sendiri
dan dilakukan secara perorangan. Sedangkan keputusan bersama
merupakan keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan
bersama dan untuk kepentingan bersama dan tidak boleh
menggantungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lainnya.
Menurut Salusu (2006) keputusan dikategorikan menjadi
empat apabila dilihat dari cara memperoleh informasi, yaitu
keputusan
representasi merupakan keputusan
commit to user
yang
dihadapi
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
denganbanyak informasi dan mengetahui dengan tepat bagaimana
memanipulasi informasi tersebut, keputusan empiris merupakan
keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui
bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi diperoleh,
keputusan informasi merupakan keputusan yang kaya akan informasi
namun informasi harus diliputi dengan kontroversi tentang
bagaimana
memperoleh
informasi
tersebut,serta
keputusan
eksplorasi merupakan keputusan yang kurang akan informasi dan
tidak ada katasepakat yang dianut untuk mencari informasi serta
tidak tahu dari mana usaha pengambilan keputusan akan dimulai.
Pengambilan
keputusan
merupakan
suatu
proses
pengintegrasian yang dikombinasikan dengan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu
diantaranya (Setiadi, 2003). Manurut Shull, pengambilan keputusan
merupakan proses kesadaran manusia terhadp kejadian seseorang
maupun sosial berdasarkan kejadian yang faktual serta nilai
pemikiran mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu atau beberapa
alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi
(Rochaety,
2008).
Dapatkan
disimpulkan
bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses yang dilakukan seseorang
berguna untuk mempertahankan diri dalam kehidupannya dengan
memecahkan permasalahan yang timbul melalui pencarian jawaban
pemecahan masalah yang tepat dan sesuai.
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rujukan dalam pelayanan kesehatan bisa dikatakan merujuk.
Permenkes RI no. 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan layanan
kesehatan perseorangan menjelaskan bahwa merujuk merupakan
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik baik
secara vertikal maupun horizontal yang menjadi kewajiban tenaga
kesehatan. Sehingga tenaga kesehatan perlu mencarikan fasilitas
kesehatan yang lebih memadai dan menghantarkan agar pasien
tersebut segera mendapatkan pertolongan kesehatan dalam keadaan
yang membahayakan.
Pengambilan keputusan pada ibu hamil berisiko tinggi untuk
dirujuk ke palayanan kesehatan yang lebih memadai merupakan
suatu pengambilan keputusan yang berbelit dan sering melibatkan
beberapa pihak, yaitu suami dan keluarga karena ibu hamil berisiko
tinggi sering tidak memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
rujukan.
Proses pemecahan masalah dilakukan dengan aliran timbal
balik yang berkesinambungan diantara faktor lingkungan, proses
kognitif dan afektif serta tindakan. Proses pemecahan masalah
terdapat lima tahapan yang berjalan berurutan, yaitu pemahaman
adanya masalah merupakan adanya perbedaan yang dirasakan antara
status hubungan yang ideal dengan yang sebenarnya, pencarian
altefnatif pemecahan masalah merupakan proses mencari informasi
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah, atau
mengaktifkan
pengetahuan
dari
ingatan,
evaluasi
alternatif
merupakan suatu proses untuk mengevaluasi alternatif yang ada
dalam konteks kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan
dan
mengkombinasikan
pengetahuan
untuk
membuat
keputusan(rujukan), penggunaan pasca keputusan (rujukan) dan
evaluasi ulang alternatif yang dipilih merupakan pemakaian
alternatif merujuk dan mengevaluasi berdasarkan kinerja yang
dihasilkan(Setiadi, 2003).
Pemahaman
adanya masalah
Pencarian alternatif
pemecahan
Penggunaan pasca keputusan
(rujukan) dan evaluasi ulang
Evaluasi
alternatif
Keputusan
(rujukan)
Gambar 2.1 Model Pemecahan Masalah(Setiadi, 2003)
b. Pengambilan keputusan keluarga ke rumah sakit
Perempuan memiliki suatu periode krisis dalam kehidupan,
salah satunya yaitu hamil. Kehamilan dapat menimbulkan suatu
perubahan yang cukup drastis, baik perubahan fisik maupun
perubahan psikologis. Perubahan secara fisik pada ibu hamil seperti
perubahan bentuk tubuh yang ditandai dengan meningkatnya berat
badan, timbulnya kloasma gravidarum pada wajah (topeng pada
wajah), timbulnya garis-garis pada akibat peregangan kulit (biasanya
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada kulit perut, kulit paha) dan lain sebaginya. Sehingga perubahan
fisik tersebut dapat mempengaruhi perubahan secara psikologis.
Perubahan psikologis akan menimbukan suatu pengharapan dengan
disertai kecemasan dalam menyambut kelahiran bayi. Sehingga akan
menimbulkan suatu sikap dan reaksi antar anggota dalam keluarga,
seperti sikap dan reaksi seorang suami pada kehamilan istri akan
berbeda pada setiap suku, bangsa serta mungkin akan ebih tergantung
pada budaya/ada istiadat setempat (Dinkes Kabupaten Demak, 2007).
Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan (masyarakat). Keluarga memiliki
anggota yang terdiri ayah, ibu, dan anak serta seseorang yang tinggal
di dalam rumah tangga tersebut. Keluarga memiliki kontribusi dalam
menyampaikan informasi kesehatan, memberikan dukungan yang
kuat dalam status kesehatan anggota keluarga, sebagai tempat
penemuan kasus dini, menjadi dukungan sosial bagi anggota keluarga
lainnya, mempengaruhi dan menentukan penggunaan pelayanan
kesehatan, serta dapat mengembangkan sistem perawatan di dalam
keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009).
Masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan
tingkat pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial
yang rendah pula, masih menganut garis keturunan patrilineal.
Patrilineal merupakan keluarga yang dihubungkan dengan jalur
keturunan dari laki-laki (suami). Sehingga masyarakat cenderung
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerima konsep peranan antara laki-laki dan perempuan secara
tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga
adalah laki-laki (suami). Di dalam keluarga di pedesaan, suamilah
yang paling sering banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan
terkahir di dalam keluarga adalah suami (Efendi & Makhfudli, 2009).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
rujukan adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu manusia terhadap
sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami atau
hasil suatu obyek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia
untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyo, 2007).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur yang
dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir
sebagai lama waktu hidup seseorang, tingkat pendidikan
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah mengambil
keputusan dan bertindak, media massa (televisi, radio, koran,
majalah, dan lain sebaginya)meberikan informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif sehingga menghasilkan
perubahandalam
peningkatan
pengetahuan,
lingkunganakan
menimbulkan adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan direspon sebagai pengetahuan seseorang (Wawan & Dewi,
2011).
2) Sikap
Sikap merupakan suatu hal mental dan syaraf berhubungan
dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasikan melalui
pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau
dinamis terhadap perilaku. Sikap merupakan kecenderungan
dalam memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang
disenangi maupun tidak disenangi(Setiadi, 2003).
3) Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
dimulai dari proses penginderaan sampai individu mengalami apa
yang
telah
dilakukan
sehingga
dapat
menyadari
dan
mengungkapkan dari proses penginderaan tersebut. Persepsi dapat
timbul secara spontan ketika sesesorang mendapat rangsangan
(pengalaman) sehingga seseorang dapat menginterpretasikan hasil
dari pengindraannya (Sunaryo, 2006).
4) Sosial budaya
Sosial budaya merupakan salah faktor yang mempengaruhi
keputusan dalam merujuk. Sosial budaya membentuk kepribadian
tidak lain adalah pola perilaku konsisten yang menggambarkan
sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola
reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukan untuk sikap dan perilaku yang lain (Azwar, 2005). Selain
itu, sosial budaya juga merupakan suatu kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan (Wawan
& Dewi, 2011).
5) Ekonomi
Status
ekonomi
seseorang
juga
akan
menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
(Wawan & Dewi, 2011). Sehingga, keadaan ekonomi akan
mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan. Membayar biaya
perawatan kesehatan merupakan suatu masalah besar bagi
masyarakat (Kozier, 2010). Biaya yang dikeluarkan oleh pasuen
yang berobat ke pelayanan kesehatan menimbulkan persepsi
bahwa biaya perawatan kesehatan yang mahal atau biaya
kesehatan yang murah (Tjiptono, 2005). Keadaan ekonomi di
dalam keluarga termasuk pekerjaan, beban tanggungan biaya
hidup di dalam keluarga, dan penghasilan di dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi. Karena keluarga yang memiliki
cukup uang, maka mereka dapat memilih tempat pelayanan
kesehatan yang sesuai, aman dan berkualitas. Sedangkan keluarga
yang tidak memiliki cukup uang, maka mereka akan mencari
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbagai macam bantuan yang telah diprogramkan pemerintah
sebagai akses pembiayaan untuk dapat membawa ibu hamil
berisiko tinggi ke rumah sakit. Akses pelayanan kesehatan yang
dibuat baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seperti
mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
Jamkesda.
Masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan tingkat
pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial yang rendah
pula, masih menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan
keluarga yang dihubungkan dengan jalur keturunan dari laki-laki (suami).
Sehingga masyarakat cenderung menerima konsep peranan antara lakilaki dan perempuan secara tradisional yang dalam pengambilan
keputusan ditingkat keluarga adalah laki-laki (suami). Di dalam keluarga
di pedesaan, suamilah yang paling sering banyak berbicara sehingga
pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga adalah suami (Efendi
& Makhfudli, 2009).
Hal ini tidak terlepas bahwa informan adalah orang Jawa sehingga
kental dengan budaya patriarki. Pinem (2009) menyatakan bahwa
patriarki merupakan keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan dan
posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Gender
a. Gender
Konsep gender berbeda dengan konsep seks. Gender merupakan
suatu peran yang ditukarkan antara laki-laki dan perempuan pada
masyarakat, seperti peran sosial, perilaku, kegiatan, dan sifat. Kalau
seks adalah suatu karakter biologis dan fisik yang menentukan lakilaki dan perempuan (WHO, 2014).
Gender
merupakan
perbedaan
peran
manusia
yang
membutuhkan proses yang lama antara laki-laki dan perempuan.
Pembentukan gender yang dtentukan oleh faktor-faktor yang ikut
membentuk,
dikonstruksikan
kemudian
melalui
disosialisasikan,
sosial
dan
atau
diperkuat,
budaya
bahkan
kemudian
dilanggengkan oleh iterpretasi agama dan mitos-mitos, seolah-olah
telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan. Proses selanjutnya
perbedaan gender dianggap satu ketentuan Tuhan yang sudah tidak
dapat diubah sehingga perbedaan tersebut dianggap kodrati (Mufidah,
2003).
Fakih (2003) menyatakan bahwa ketidakadilan gender sering
ditimbulkan dari perbedaan gender, yang paling utama adalah kaum
perempuan baik di dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat,
budaya maupun negara. Ketidakadilan gender terwujud dalam berbagai
macam bentuk, antara lain:
1) Stereotipe
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stereotipe merupakan penandaan atau pelabelan terhadap
suatu kelompok tertentu (perempuan). Pelabelan umumnya
ditunjukkan pada kaum perempuan yang bersifat negatif.
Pelabelan tersebut terjadi karena pemahaman terhadap posisi
perempuan sering keliru.
2) Subordinasi
Subordinasi merupakan penempatan pada kaum tertentu
(perempuan) pada posisi yang tidak penting. Hal tersebut berawal
dari
anggapan
bahwa
perempuan
adalah
kaum
irrasional/emosional sehingga perempuan tidak pantas menjadi
pemimpin.
3) Marginalisasi
Marginalisasi merupakan penyingkiran dari kaum tertentu
yang mengakibatkan kemiskinan sehingga perekonomian kaum
tertentu melemah. Marginalisasi gender tersebut dapat berasal
dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, budaya dan
asumsi ilmu pengetahuan.
4) Kekerasan
Kekerasan merupakan serangan terhadap fisik serta
integritas
mental
psikologi
seseorang.
Kekerasan
yang
diakibatkan oleh bias gender disebut gender related violence.
Kekerasan tersebut terjadi karena ketidak setaraan kekuatan di
dalam masyarakat. Macam-macam bentuk kekerasan gender
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap kaum perempuan yaitu pemerkosaan, kekerasan dalam
rumah tangga, pemaksaan dalam menggunakan alat dan metode
kontrasepsi, dan pelecehan seksual.
5) Beban kerja
Beban kerja ganda merupakan anggapan bahwa kaum
perempuan lebih memiliki sifat memelihara dan rajin sehingga
pekerjaan domestik di dalam rumah tangga (seperti memasak,
mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah) menjadi
tanggung jawab perempuan. Di kalangan keluarga miskin,
konsekuensi beban ganda harus diterima oleh perempuan dan di
satu sisi perempuan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi di dalam keluarga di sisi lain perempuan harus
bertanggungjawab atas rumah tangganya. Akhirnya bias gender
dapat menjadikan perempuan menanggung beban ganda.
b. Perspektif Gender
Perspektif merupakan kerangka kerja konseptual, sekumpulan
asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi asumsi manusia sehingga
menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Perspektif
membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan
dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk
dipandang secara rasional (Henselin, 2007). Jadi perspektif gender
merupakan asumsi seseorang dalam peran antara laki-laki dan
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perempuan di masyarakat, seperti peran sosial, perilaku, kegiatan, dan
sifat.
Perspektif gender merupakan suatu jalan yang berlapis-lapis dan
kompleks dalam perbedaan sosial antara pengertian jenis kelamin dan
faktor-faktor terstruktur pada organisasi kehidupan masyarakat.
Perspektif gender merefleksikan gagasan gender sebagai kontruksi
sosial yang tergantung pada faktor-faktor ideologi, budaya, agama,
ekonomi, etnik, dan sejarah. Berdasarkan pembangunan masyarakat,
tugas peran gender didasarkan pada pengesahan stuktur sosial
patriakal yang masih berlangsung di masyarakat (Cambronero-Size,
2013).
Mengintegrasikan perspektif gender dalam bidang kesehatan
dengan mempertimbangkan faktor ideologi, budaya, agama, ekonomi,
etnik dan sejarah untuk mengatasi masalah kesehatan.Misalnya dengan
menggali perbedaan dalam sosialisasi antara perempuan dan laki-laki
sehubungan dengan peran keluarga, prospek kerja dan kelompok
penduduk yang memahami pola kesehatan dan penyakit (CambroneroSize, 2013).
c. Analisis Gender
Analisis Gender marupakan analisis yang menggali dan
menyoroti
hubungan
antara
laki-laki
dan
perempuan
dalam
masyarakat, dan ketidaksetaraan dalam hubungan mereka, dengan
menanyakan: siapa yang melakukan apa? Siapa memiliki apa? Siapa
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang memutuskan? Bagaimana caranya? Siapa yang kuat? Siapa yang
kehilangan? Kapan kita mengajukan pertanyaan ini, kita juga bertanya:
laki-laki yang mana? Perempuan yang mana? Analisis gender
memilah-milah antara wilayah pribadi (melibatkan hubungan pribadi)
dan ruang publik (yang berkenaan dengan hubungan dengan
masyarakat luas). Anlisis gender melihat bagaimana hubungan
kekuasaan dalam rumah tangga tekait dengan mereka yang berada di
internasional, negara, pasar, dan di tingkat masyarakat (Marchetal,
2005).
Pekerjaan gender dan pembangunan merupakan dasar dari
analisis gender. Hal ini memajukan kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan sebagai kunci dalam menempatkan masalah perempuan
yang mengatakan bahwa perhatian mereka pada agenda utama dari
orang yang membentuk lembaga dimana wanita dan pria hidup
(negara, organisasi non-pemerintah, dan lain-lain) (Macrhet al, 2005).
Metode analisis gender menawarkan alat bantu yang berupa
karangka kerja dalam wacana gender. Metode analisis gender tidak
hanya membahas tentang kebutuhan perempuan secara khusus,
melainkan tentang bagaimana cara mengatasisi gender, bahwa
pembangunan sosial yang menjadi peran antara laki-laki atau
perempuan (WHO, 2002).
Dampak dari pembangunan sosial pada efetivitas kegiatan,
ketidaksetaraan
gender dianggap sebagai
commit to user
ketidakadilan
sosial.
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketidaksetaraan
gender
dalam
kerangkakerja
berfungsi
untuk
mamastikan bahwa laki-laki dan perempuan kemungkinan sama dalam
memberikan
kontribusi
dan
manfaat
terhadap
pembangunan
berkelanjutan. Beberapa kerangka kerja menunjukan suatu tujuan
untuk memajukan kesetaraan, secara keseluruhan berfokus pada
intervensi pembangunan efektif (WHO, 2002).
Kerangka kerja gender dapat berisi rumusan garis besar tentang
serangkaian keyakinan dan tujuan serta juga dapat bersifat perspektif
(sudah dirumuskan terlebih dahulu) berupa serangkain alat dan tata
cara penggunaannya. Beberapa tujuan kerangka kerja, yaitu sebagai
suatu alat analisis untuk berpikir dalam memahami atau memeriksa
dinamika suatu keadaan atau kelompok masyarakat tertentu, sebagai
alat bantu peraga dan perencanaan untuk mengemukakan butir-butir
pokok dengan cara sederhana untuk membantu seseorang membuat
keputusan, alat komunikasi untuk melatih seseorang, danalat
evaluasi(Marchetal, 2005).
Analisis gender yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi
ibu hamil berisiko tinggi dalam pengambilan keputusan pada rencana
penelitian ini menggunakan kerangka analisis gender menurut Harvard
I yang menganalisis kebutuhan gender. March et al (2005)
mengemukakan bahwa kerangka kerja Harvard I ini dikembangkan
oleh para peneliti di Harvard Institude for International Development.
Harvard I merupakan jaringan atau matriks di tingkat mikro atau
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga. Kerangka ini memiliki komponen yang saling terkait,
yaitu profil kegiatan harian, profil akses dan kontrol terhadap
sumberdaya dan manfaat, analisis faktor-faktor yang berpengaruh, dan
analisis jalannya kegiatan.
Tujuan dari kerangka kerja harvard I untuk menunjukkan
adanya masalah ekonomi bagi pengalokasian sumberdaya kepada
perempuan maupun laki-laki. Selain itu kerangka kerja ini juga
membantu para perencana merancang kegiatan yang lebih efisien serta
meningkatkan produktivitas secara menyeluruh. Hal tersebut dilakukan
dengan cara memetakan kerja antara laki-laki dan perempuan dalam
suatu komunitas dan menyoroti perbedaan yang penting (March et al,
2005).
Empat komponen kegiatan yang saling terkait di tingkat mikro
atau rumah tangga sebagai berikut:
1) Profil kegiatan
Profil kegiatan ini mengidentifikasi tugas-tugas produktif dan
reproduktif serta menjawab pertanyaan: Siapa mengerjakan apa?
perincian yang dibutuhkan tergantung pada sifat kegiatan tertentu.
Bidang-bidang yang akan dimasukkan secara langsung dengan
kegiatan harus diuaraikan dengan terperinci. Tergantung pada
konteks dan parameter yang adapat diuji, seperti a) golongan umur
dengan mengidentifikasi apakah perempuan dewasa, laki-laki, anak
atau orang tua mereka melakukan suatu aktivitas, b) alokasi waktu
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan menegaskan beberapa persentase waktu yang dialokasikan
pada setiap aktivitas, apakah dilakukan secara musiman atau tiap
hari?, c) tempat aktivitas dengan menegaskan dimana aktivitas
tersebut berlangsung? Di rumah, di ladang atau di komunitas
(Mach et al, 2005).
Tabel 2.1 Profil Kegiatan
Jenis kegiatan
Perempuan/gadis
Laki-laki
dewasa/anak
Kegiatan produksi
Pertanian
Pendapatan
Tenaga kerja
Dan
lain
sebagainya
Kegiatan reproduksi
Terkait air
Pengolahan
makanan
Terkait kesehatan
Dan
lain
sebagainya
Sumber: March et al (2005)
2) Profil akses dan kontrol : sumberdaya dan keuntungan
Profil akses dan kontrol mengidentifikasi sumberdaya dan
keuntungan
dan
mengidentifkasi
serta
menyusun
daftar
sumberdaya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang
diidentifikasi dalam profil kegiatan. Profil kegiatan ini untuk
menunjukkan siapa yang memiliki akses pada sumberdaya dan
kontrol atas penggunaannya. Keuntungan diwujudkan dari produksi
rumah tangga serta penggunaan sumberdaya juga diidentifkasi dan
commit to user
disusun daftarnya. Orang yang mengontrol atas sumberdaya
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan orang yang akhirnya dapat membuat keputusan
mengenai penggunaan sumberdaya tersebut. Misalnya menjawab
pertanyaan, “Bagaimana sumberdaya itu digukanan? Apakah
sumberdaya itu dapat dijual? Dan lain sebagainya.”
Tabel 2.2 Akses dan Kontrol
Akses
Perempu
Laki-laki
an
Kontrol
Perempu
Laki-laki
an
Sumberdaya
Tanah
Peralatan
Tenaga kerja
Uang
Pendidikan /pelatihan
Dan lain sebagainya
Keuntungan
Pendapatan sampingan
Kepemilikan aset
Kebutuhan pokok
(pangan, sandang,
papan)
Pendidikan
Kekuasaan/prestise
politik
Dan lain sebagainya
Sumber: March et al (2005)
3) Faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh ini memetakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan gender pada pembagian kerja, akses, dan
kontrol. Mengidentifikasi pengaruh yang telah terjadi dan saat ini
dapat menyajikan suatu indikasi perubahan dan kecenderungan di
masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut juga harus dapat
dipertimbangkan pada kesempatan dan keterbatasan yang mereka
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hadapi saat ini untuk meningkakan keterlibatan dalam kegiatan dan
program pembangunan (March et al, 2005).
Faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya termasuk membentuk
semua relasi gender, memberikan kesempatan dan pembatasan
yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor tersebut
jauh lebih baik, luas dan saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut
meliputi: norma masyarakat dan hierarki sosial (struktur kekuasaan
keluarga/masyarakat dan keyakinan agama), kondisi demografi,
struktur isntitusi (dasar birokrasi pemerintahan, rencana generasi
dan penyebaran pengetahuan, ketrampilan dan teknologi), kondisi
umum ekonomi (tingkat kemiskinan dan tingkat inflasi, distribusi
pendapatan,
ketentuan
perdagangan
internasional
dan
infrastruktur), peristiwa politik internal dan eksternal, parameter
hukum, pelatihan dan pendidikan, serta sikap masyarakat untuk
para pekerja pembangunan/bantuan (March et al, 2005).
Mengidentifikasi
faktor-faktor
pengaruh
bertujuan
untuk
mengetahui faktor-faktor manakah dan bagaimana faktor-faktor
tersebut mempengaruhi aktivitas/sumberdaya. Hal tersebut akan
membantu keterbatasan dan kesempatan eksternal dididentifikasi
sehingga perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu program
kegiatan. Faktor-faktor tersebut dapat membantu mengantisipasi
apa yang dipakai akan dibutuhkan untuk membuat kesuksesan
intervensi dari sebuah perspektif gender (March et al, 2005).
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Relasi Gender
Faktor Pengaruh
Norma masyarakat dan
hierarki social
Faktor demografi
Struktur kelembagaan
Faktor ekonomi
Faktor politik
Parameter hukum
Pelatihan
Sikap masyarakat pada
pekerja pembangunan
Batasan
Kesempatan
Sumber: March et al (2005)
4) Analisis siklus kegiatan
Analisis siklus kegiatan terdiri dari kumpulan pertanyan yang
didesain untuk membantu dalam menguji suatu proposal kegiatan
atau intervensi tempat yang dilihat dari perspektif gender,
menggunakan data pilah gender dan menangkap efek perbedaan
dari perubahan sosial pada laki-laki dan perempuan (March et al,
2005).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi empat dimensi, yaitu:
dimensi
dalam
identifikasi
kegiatan
(menilai
kebutuhan
perempuan, menegaskan sasaran umum kegiatan, mengidentifikasi
pengaruh negatif), dimensi perempuan dalam desain kegiatan
(dampak kegiatan bagi aktivitas perempuan, dampak kegiatan
terhadap akses dan kontrol perempuan), dimensi perempuan dalam
implementasi kegiatan (personalia, struktur organisasi, operasi dan
logistik, keuangan, fleksibilitas), dan dimensi perempuan dalam
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
evaluasi kegiatan (syarat-syarat data, pengumpulan dan analisis
data) (March et al, 2005).
commit to user
37
52
B. Penelitian Relevan
Tabel 2.4 Peneltian Relevan
No.
1.
2.
3.
4.
Nama
Peneliti/
Tahun
Astuti,
2008.
Judul
Pola
Pengambilan
Keputusan Keluarga dan
Bidan Dalam Merujuk Ibu
Bersalin Ke Rumah Sakit
pada Kasus Kematian Ibu di
Kabupaten Demak.
Musadad Pengambilan Keputusan
et
al, pada Pertolongan Persalinan
di Provinsi Nusa Tenggara
2003
Timur
Shrestha, Gender Study on Knowledge
2012
and Decision Making on
Maternal Health Care in
Nepal
Hou &
Ma,
2013
The effect of women’s
decision-making power on
maternal health services
uptake:
evidence
from
Pakist an
Metode
Hasil
Kualitatif pendekatan
fenomenologis yang bersifat
retospektif
Kematian ibu bersalin diakibatkan oleh cepat atau tidaknya
dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga dengan
melibatkan perundingan antar anggota keluarga (suami,
orang tua, dan anak) dan tetangga sehingga dapat
menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan
Pengambil keputusan di keluarga untuk mencari
pertolongan persalinan sebesar 36,7 % dilakukan oleh istri,
30,7% dilakukan oleh suami, 16,9 % dilakukan oleh orang
tua/mertua, dan 0,9% dilakukan orang lain. Pola
pengambilan keputusan dalam keluarga untuk mencari
pertolongan persalinan bervariasi menurut daerah, lamanya
berkeluarga, dan sumber pendapatan utama keluarga.
Deskriptif
dan
cross Perempuan di Nepal lebih memiliki pengetahuan tentang
sectional
tanda bahaya kehamilan daripada suami, namun mereka
tidak memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan
pada akses pelayanan kesehatan. Mereka masih mengikuti
keputusan suaminya
Masyarakat Pakistan dan Kekuatan pengambilankeputusan di Pakistanberada pada
survei penilaian standar ibu sehingga ibu dapatmeningkatkanpenyerapan pelayanan
kesehatan
ibu.
Meningkatkan
kemampuan
dan
pendapatan
pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan
dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
Studi
operasional
peningkatan peran serta
suami/bapak dan orang tua
pada ibu
3853
ibudengan baik
Nama
Peneliti/
Tahun
Rokhma
h, 2011
Judul
Metode
Hasil
Maternal Health: A Gender
Perspective
Deskriptif analitik
menggunakan data sekunder
dari laporan Program Ibu
dan Anak di 2006-2010
6.
Walton
and
Schbley,
2013
Maternal healthcare in
Bangladesh and gender
equity:
A review article
7.
Abushai
kha&
Khalaf,
2014
Exploring the Roles of
Family Members in
Women’s Decision to Use
Postpartum Healthcare
Services from the
Perspectives of Women and
Health Care Providers.
Peninjauan dan analisis
sistematik dengan literatur
yang berhubungan dengan
keadilan
gender
dan
penghalang sosio-ekonomi
pada kesehatan maternal
untuk mata pencaharian di
Banglades
Kualitatif
eksplorasi
danfocus groups discussions
dengan
menggunakan
inductive content analysis.
Faktor-faktor medis penyebab kematian ibu dapat
menjadikan perempuan harus menghadapi konstruksi
gender yang mereka ditempatkan pada posisi lebih lemah
dibandingkan dengan pria mendapatkan akses dan kontrol
dalam pelayanan kesehatan yang baik.
Kebutuhan sosial ekonomi
digambarkan dengan mata
pencaharian perempuan pedesaan di Banglades mengingat
sosio-ekonomi merupakan inti masalah dalam kemiskinan.
Kemiskinan merupakan salah satu akar masalah pasti yang
dihadapi pada kematian dan kesakitan maternal yang
dialami perempuan Banglades pada periode sebelum dan
sesudah melahirkan serta menjadi menghalang yang serius
keadilan gender dan persamaan hak.
Tiga peran perempuan (peran pendukung, peran perlawan,
dan peran aktif dalam peran perawatan) dalam anggota
keluarga di Yordania mempengaruhi keputusan perempuan
dalam menggunakan layanan kesehatan pasca melahirkan.
Oleh karena itu, perlu pendekatan yang berpusat pada
keluarga saat memberikan pelayanan postpartum untuk
meningkatkan peran keluarga yang positif (perbaikan
posisi perempuan dengan laki-laki) dan membatasi yang
negatif
(tidak
menyebutkan
perempuan)
untuk
mempromosikan kelangsungan pelayanan kesehatan
digunakan selama periode pasca melahirkan.
No.
5.
547
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbedaan antara peneliti-peneliti sebelumnya sebagai berikut, penelitian
yang dilakukan Astuti (2008) di Indonesia dengan desain penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi yang bersifat retrospektif mengemukakan
bahwa kematian ibu bersalin diakibatkan oleh cepat atau tidaknya dalam
pengambilan keputusan di dalam keluarga dan penyebab keterlambatan dalam
pengambilan keputusan. Didukung dengan penelitian Musadad et al (2003) di
NTT bahwa pengambilan keputusan terbesar ada pada istri, suami, orang
tua/mertua, dan tetangga. Namun bisa jadi pengambilan keputusan pertolongan
persalinan diambil karena daerah, lamanya menikah, dan sumber pendapatan
suami. Shrestha (2012) di Nepal menyatakan bahwa suami masih dominan
dalam kesehatan ibu sehingga perempuan tidak memiliki kesempatan untuk
mengambil keputusan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hou dan Ma
(2013) menyatakan bahwa peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu
disebabkan karena ibu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
kesehatan
sehingga
kemampuan
dan
pemberdayaan
perempuan
juga
meningkat.Penelitian sebelumnya Rokhmah (2011) menyebutkan bahwa faktorfaktor medis penyebab kematian ibu dapat menjadikan perempuan harus
menghadapi konstruksi gender sehingga mereka ditempatkan pada posisi lebih
lemah daripada pria dalam mendapatkan akses dan kontrol dalam pelayanan
kesehatan yang baik.Walton &Schbley (2013) menemukan bahwa di Banglades
keadaan sosial-ekonomi yang digambarkan dengan mata pencaharian menjadi
akar dari masalah kemiskinan. Padahal kemiskinan menjadi penghalang yang
serius bagi keadaan gender dan kesetaraan hak. Kemudian penelitian Abusaikha
& Khalaf (2014) menemukan bahwa tiga peran gender pada peran perempuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
558
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi keputusan perempuan dalam penggunaan pelayanan kesehatan
setelah melahirkan.
Penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada jenis penelitian, fokus penelitian,
waktu, tempat penelitian, dan sampel ibu hamil berisiko tinggi dan suami. Jenis
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif
dengan pendekatan fenomenologis, fokus penelitian pada pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu berisiko tinggi dalam perspektif
gender antara istri dan suami, waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April
2015 dan tempat di Puskesmas Gindangrejo Kabupaten Karanganyar.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian yang dilakukan dalam pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender
melibatkan banyak faktor yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Halhal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu
hamil berisiko tinggidalam keluarga ada enam hal yaitu: persepsi, pengetahuan,
sikap, geografis, sosial-budaya, dan ekonomi. Keenam faktor tersebut akan
mempengaruhi akses rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Akses
untuk merujuk pada ibu hamil berisiko tinggi ke rumah sakit dalam keluarga akan
ditentukan dengan kemungkinan keluarga ibu hamil berisiko tinggi mengikuti
pembiayaan dalam penangan ibu hamil berisiko tinggi dengan BPJS atau Jamkesda
atau mandiri. Dari keenam faktor dalam pengambilan keputusan rujukan dan akses
commit to user
digilib.uns.ac.id
569
perpustakaan.uns.ac.id
rujukan ke rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi yang akhirnya
akan mengantarkan kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit pada hamil berisiko tinggi di dalam keluarga untuk mencegah kematian
maternal.
commit to user
577
Pengetahuan pasangan
s ibu hamil berisiko tinggi
Istri
Suami
Sikap pasangan ibu hamil
berisiko tinggi
Istri
Suami
Persepsi pasangan ibu
hamil berisiko tinggi
Istri
Suami
Akses rujukan ibu
hamil berisiko tinggi
ke RS
Sosial-budaya pasangan
ibu hamil berisiko tinggi
Istri
Suami
Ekonomi pasangan ibu
hamil berisiko tinggi
Istri
Suami
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Kontrol dalam
pengambilan
keputusan rujukan ke
rumah sakit pada ibu
hamil bersiko tinggi
Perspektif gender
untuk mencegah
kematian maternal
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan diWilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar pada bulan April-Mei 2015. Alasan pemilihan tempat penelitian
yaitupada tahun 2013 dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar,
Puskesmas Gondangrejo terdapat 1.285 ibu hamil dengan 257 ibu hamil
berisiko tinggi dengan perincian 115 kasus mendapat penanganan rujukan,
sedangkan 142 kasus tidak mendapat penanganan rujukan yang salah satunya
disebabkan oleh keterlambatan dalam pengambilan keputusan rujukan pada
ibu hamil berisiko tinggi.Pada tahun 2014 dari data Puskesmas Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar memiliki ibu hamil sebanyak sebanyak 1.489 ibu
hamil dan terdapat 278 kasus ibu hamil berisiko tinggi.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis karena penelitian ini akan menggambarkan
berkaitan
dengan
tujuan
usulan
penelitian
yang
ingin
mengeksplorasipengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu
hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender, teknis analis bersifat kualitatif,
dan fakta yang diungkap dalam penelitian yang akan dilakukan merupakan
penafsiran dari subjek penelitian.
commit to user
58
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Subyek Penelitian
Subyek
yang
dimanfaatkan
dalam
penelitian
ini
adalah
informan/partisipan atau narasumber pasanganibu hamil berisiko tinggi (ibu
hamil dan suami) dengan kehamilan yang kedua atau lebih dan usia
kehamilan masuk ke trimester tiga.Informan didapat dari register PWS-KIA
tahun 2013-2014 yang ada di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar yangpeneliti pilah-pilah sesuai kriteria yang peneliti tentukan.
Informan yang terpilih sesuai dengan kroteria ada di desa Wonorejo, Tuban,
Banyu Urip, Bulurejo dan Selorejo.
D. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknikpurposivesampling dengan jenis
based electioncriterion sampling yang telah ditentukan yaitu sepasang ibu
hamil (istri dan suami) yang kaya informasi tentang pengambilan keputusan
rujukan ke RS terhadap ibu hamil berisiko tinggi dengan kriteria sebagai
berikut: ibu dengan kehamilan kedua atau lebih, kehamilan memasuki
timester ketiga, dan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi seperti usia ibu saat
hamil kurang dari atau lebih dari 35 tahun dan memiliki tanda-tanda
kehamilan risiko tinggi.
Teknik pengambilan sampling yang dilakukan peneliti dengan cara
membaca register PWS-KIA wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar kemudian memilah data sesuai dengan kriteria yang
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah peneliti tentukan. Banyaknya subyek penelitian adalah 5 pasang (suami
dan istri) informan.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penulis sendiri sebagai instrumen langsung yang akan berperan dalam
menggali informasi mendalam terkait dengan kebutuhan dan tujuan dalam
penelitian ini.Penulis akan melakukan pengumpulan data melalui wawancara
yang dilakukan bersama partisipan. Oleh karena penulismerekam semua hasil
wawancara dengan menggunakan alat perekam yang memiliki keakuratan
dalam merekam proses wawancara baik kualitas suara rekaman dan durasi
rekaman yang cukup panjang. Selain itu, penulismenggunakan alat bantu
berupa buku dan bolpoint untuk mencatat hal-hal penting terkait kata kunci
penting dan kejadian yang penting.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.Obeservasi dilakukan pada
saat wawancara dengan obeservasi berstruktur yaitu melakukan observasi
menggunakan
pedoman
observasi
pada
saat
observasi.
Wawancara
mendalamdilakukan untuk menggali lebih dalam keperluan klarifikasi
informasi tentang hal yang diteliti secara informal, proses wawancara didasari
sepenuhnya pada perkembangan pertanyaan spontan dan alami meskipun
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peneliti memiliki pedoman wawancara. Pertanyaan yang akan digunakan
adalah pertanyaan terbuka supaya keluarga dan ibu hamil berisiko tinggi
dapat mengeksplor lebih banyak terkait pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakitpada ibu hamil dalam perspektif gender. Dokumentasi seperti
foto, gambar, data-data riwayat penyakit digunakan untuk mendukung
kejadian yang sudah terjadi dan mendukung hasil wawancara mendalam.
Hasil wawancara dan observasi dapat diwawancara apabila didukung dengan
dokumentasi yang ditemukan bersamaan dengan pelaksanaan observasi,
wawancara dan dokumentasipadapartisipan.Penulismenggunakan catatan
lapangan (field notes) selama proses wawancara dengan partisipan seperti apa
yang didengar, dialami dan difikirkan oleh peneliti untuk merefleksikan data
yang didapat oleh peneliti.
G. Validitas Data
Penulis melakukan uji instrumen untuk memenuhi validitas instrumen
saat mengumpulkan data melalui wawancara. Validitas data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu sumber, metode, dan
teori.
Pertama triangulasi sumber yaitu dalam penelitian ini membandingkan
hasil yang dikatakan secara pribadi dengan sumber yang berbeda. Kedua
triangulasi metode yaitu dalam penelitian ini melakukan lebih dari
pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Ketiga triangulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
teori dalam penelitian membandingkan hasil yang diperoleh dengan beberapa
teori yang ada.
Dalam penelitian ini, pertama penulis melakukan wawancara untuk
mengetahui proses ibu hamil berisiko tinggi untuk mengambil keputusan
rujukan ke rumah sakit, kemudian penulis mengobservasi dan terkahir
mengalisis rencana pengambilan keputusan dalam perspektif gender. Dari
metode tersebut, maka hasil validitas akan dibandingkan dan dapat ditarik
kesimpulan, data mana yang validitasnya lebih kuat.
H. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahanalisis
genderHarvard I mengenai pemetaan kebutuhan gender ditingkat mikro atau
rumah tangga dalam pengambilan keputusan dan analisis interaktif.Analisis
gender Harvard I digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk pemetaan
kebutuhan gender di tingkat mikro atau keluarga untuk mengambil keputusan
dalam memilih hak kesehatannya sendiri. Hak kesehatan dalam penulisan ini
merupakan hak untuk mengambil keputusan rujukan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender.
Analisis interaktif juga digunakan dalam penelitian ini, analisis
memiliki tiga komponen yaitu: pertama, reduksi data sebagai proses
rangkuman inti dimulai dari pemilahan data kasar yang berupa data naratif
yang diambil dari data-data yang sesuai dengan tujuan penelitianagar tidak
terjadi bias kemudian dibuat berdasarkan poin-poin yang sistematis. Reduksi
commit to user
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data
berlangsung
secara
terus-menerus
selama
penelitian
kualitatif
berlangsung hingga sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir
disusun. Kedua, penyajian data merupakan merupakansuatu pengorganisasi
informasi, gambaran dalam bentuk narasi yangmemungkinkan simpulan
penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang
disusun secara logis dansistematis, sehingga memudahkan peneliti untuk
memahamiberbagai kejadian, serta memungkinkan peneliti untuk melakukan
tindakan lain berdasarkanpemahamantersebut. Ketiga, penarikan kesimpulan
dirumuskan berdasarkan seluruh hal yang terdapatdalam reduksi data dan
sajian data. Jika kesimpulan masih dirasa kurang yakin, maka penulis akan
menggali dalam field note, jika field note belum diperoleh data yang
diinginkan, maka peneliti akan mencari lagi data di lapangan. Kesimpulan
perlu diverifikasi supaya yakin dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
pernyataan akan memiliki landasan kuat dari proses analisis terhadap
fenomena yang ada (Sutopo, 2006).
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini penulis sebagai instrumen pengumpul data
yangberhubungan
langsung
dengan
partisipan,
maka
penulis
harus
memperhatikan prinsip etika penelitian. Prinsip etika dalam melakukan
penelitian kualitatif menurut (Creswell, 2003) sebagai berikut:
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Inform and voluntary consent
Hak partisipan sangat perlu dihormati dalam penelitian ini supaya
keikutsertaan mereka dalam penelitian bukan karena keterpaksaan.
Oleh karena itu, penulis sebaiknya memberikan informasi yang
relevan terhadap partisipan terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis sebelum mendapatkan persetujuan dari partisipan
dengan partisipan mengisi dan menanda tangani inform consent yang
telah dibuat peneliti. Dalam lampiran persetujuan (inform consent)
diikuti klausa menyatakan partisipasi partisipan dalam penelitian ini
adalah suka rela (voluntary consent).
2. Otonomi
Partisipan memiliki hak untuk menerima dan menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan.
3. Kerahasiaan dan anonimitas
Kerahasiaan informasi dan anonimitas partisipan sangat perlu dijaga
karena
menjaga
prinsip
tidak
merugikan
partisipan
dengan
menjelaskan tujuan dan manfaat dari peneltian, serta dengan menjaga
kerahasian informasi partisipan.
4. Resiprokal
Memberi penghargaan kepada partisipan atas partisipasi mereka
dalam penelitian sebagai wujud timbal balik (resiprokal) untuk
mengganti rugi atas waktu dan usaha yang telah dilakukan partisipan
yang terlibat dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Resiprokal ini akan dilakukan penulis di akhir proses penelitian
bersama partisipan yaitu pada saat proses klarifikasi data terakhir
dengan partisipan (validasi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Singkat Puskemas Gondangrejo
Pelayanan Kesehatan ditingkat Puskesmasmerupakan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk
Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular
dan pengobatan. Terdapat 2 macam puskesmas yakni Puskesmas Non
Perawatan yang menyelenggarakan pelayanan puskesmas seperti pada
umumnya dan Puskesmas Perawatan yang selain menyelenggarakan
pelayanan seperti tersebut diatas juga menyediakan fasilitas pelayanan rawat
inap pada pasien.
Puskesmas Gondagrejo Kalioso adalah salah satu unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar yang merupakan di wilayah
kerjanya. Lokasi Puskesmas Gondangrejo adalah di Jalan Raya Solo –
Purwodadi Km 12 Desa Tuban Kalioso.
Wilayah Puskemas Gondangrejo terdiri dari 13 desa, yaitu: Plesungan,
Wonorejo, Jeruk Sawit, Jatikuwung, Selokaton, Rejosari, Bulurejo, Tuban,
Krendowahono, Dayu, Wonosari, Karangjati, dan Kragan. Puskesmas
Gondangrejo terletak di Desa Tuban dengan luas wilayah 54,63 km2, dengan
commit to
66user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
luas wilayah tersebut terdapat 20.791 KK yang tersebar merata. Semua
wilayah kecamatan,penduduk dapat dijangkau dengan roda empat sampai
plosok.
Puskesmas Gondangrejo terdiri dari 1 Puskesmas Induk, 3 Puskesmas
Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Jatikuwung, Puskesmas Pembantu
Plesungan dan Puskesmas Pembantu Kragan. Puskesmas Gondangrejo
membawahi Posyandu sebanyak 124 unit, Posyandu Lansia sebanyak 79 unit
dan PKD sebanyak 79 unit.
2. Visi, Misi Puskesmas dan Motto Puskesmas Gondangrejo
a. Visi
Puskesmas menjadi bagian kebutuhan masyarakat untuk mewujudkan
kecamatan Gondangrejo sehat.
b. Misi
1) Perbaikan sistem administrasi dan manajemen
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
3) Peningkatan mutu pelayanan
c. Tujuan Puskesmas Gondangrejo
1) Tujuan Umum
Tersusunnya perencanaan kegiatan tahunan Puskesmas Gondangrejo
berdasarkan fungsi dan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
efektif dan efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
2) Tujuan Khusus
a) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas
Kecamatan Gondangrejo dalam upaya mengatasi masalah atau
sebagian masalah kesehatan masyarakat.
b) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas
Kecamatan Gondangrejo dari berbagai sumber pendanaan.
3. Program Kesehatan Puskesmas Gondangrejo
a. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program ini bertujuan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian
bayi serta memberikan pelayanan usia reproduktif/remaja. Sasaran kegiatan
ini adalah Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), bayi,
balita, anak prasekolah, ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan
menopause.
Program ini mempunyai kegiatan pokok antara lain adalah
pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, deteksi resti kehamilan dan
persalinan, pelayanan bayi dan balita, pelayanan gangguan reproduksi,
pembinaan TK, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi kegiatan KIA.
b. Program Imunisasi
Program ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh
dari suatu penyakit, meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan
angka kesakitan/kematian yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
dengan imunisasi. Sasaran kegiatan adalah bayi, Wanita Usia Subur (WUS)
dan murid SD/MI.
Program ini mempunyai kegiatan pokok antara lain persiapan alat
imunisasi, persiapan vaksin, pelaksanaan imunisasi, pencatatan dan
pelaporan serta evaluasi kegiatan program imunisasi.
c. Program Keluarga Berencana (KB)
Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran dan
pelayanan serta konseling akseptor. Sasaran kegiatan adalah pasangan usia
subur (PUS). Program ini mempunyai kegiatan pokok untuk memberikan
motivasi, konseling dan pelayanan dalam hal efek samping, komplikasi dan
kegagalan.
d. Program Gizi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat.
Sasaran program adalah bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Kegiatan
yang dilakukan antara lain adalah pemantauan status gizi bayi, balita, ibu
hamil dan ibu menyusui di posyandu serta memberikan konseling gizi.
e. Program Kesehatan Lingkungan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih dan
jamban keluarga, rumah sehat dan saluran pembuangan air limbah. Sasaran
kegiatan adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Gondangrejo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan
sanitasi sarana air bersih, pemeriksaan sanitasi jamban keluarga, penilaian
rumah sehat, pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum, pemeriksaan
sanitasi tempat pengelolaan makanan, pemeriksaan sanitasi tempat
pengelolaan pestisida dan pemeriksaan sanitasi tempat pembuangan
sampah.
f. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
Program ini bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh penyakit menular dan tidak menular.
Sasaran utama dalam kegiatan ini adalah pengunjung Puskesmas
Gondangrejo dan sasaran potensial adalah masyarakat umum. Kegiatan
pokok yang dilakukan adalah penemuan kasus TBC, kusta dan malaria,
deteksi dini kasus demam berdarah, pemberian pengobatan dan
penyuluhan.
g. Program Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM)
Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan. Sasaran kegiatan adalah masyarakat
dengan kegiatan pokoknya antara lain penyuluhan baik di dalam
puskesmas maupun di luar, kerjasama lintas sektoral dan pembinaan peran
serta masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
h. Program Pengobatan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan/pengobatan yang optimal. Sasaran kegiatan adalah semua warga
masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan di luar ruang adalah
melaksanakan Puskesmas keliling di wilayah kerja Puskemas Gondangrejo,
penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok. Kegiatan di dalam
gedung antara lain adalah melaksanakan pengobatan rawat jalan dan
penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok.
i. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan di sekolah, mempunyai sikap positif terhadap usaha kesehatan
untuk pribadi, keluarga, masyarakat sekolah dan lingkungan. Sasaran
kegiatan adalah anak didik, guru dan lingkungan sekolah. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan ke sekolah, imunisasi murid
sekolah, pelayanan UKS dan penjaringan.
j. Program Puskesmas
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga
agar mandiri mengatasi masalah kesehatannya. Sasaran kegiatan adalah
keluarga yang rawan kesehatan atau yang potensial terhadap timbulnya
masalah kesehatan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah kunjungan
pembinaan pada keluarga yang mempunyai kasus penyakit antara lain TB
paru, kusta, balita kekurangan energi protein (KEP), ibu hamil pre eklamsi/
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
eklamsi, ibu hamil anemia, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
Neonatal beresiko tetanus neonatorium.
k. Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi
pelayanan dalam rangka tercapainya kesehatan gigi dan mulut yang
optimal serta meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan
gigi dan mulut. Sasaran kegiatan adalah masyarakat umum yang rentan
terhadap penyakit gigi, anak pra sekolah, anak sekolah dasar (SD) dan ibu
hamil.
l. Program Kesehatan Jiwa
Program ini bertujuan untuk menemukan pasien gangguan jiwa,
menurunkan angka pasien gangguan jiwa, pengobatan pasien jiwa,
pemberian
penyuluhan
kepada
masyarakat
agar
tidak
terjadi
pengasingan/pemasungan pada pasien gangguan jiwa. Sasarannya adalah
semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo. Kegiatan
pokok yang dilakukan adalah pencarian pasien baru, pengobatan,
konsultasi/rujukan dan pemberian penyuluhan.
m. Program Laboratorium
Program ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk menunjang diagnosa suatu penyakit. Sasaran kegiatan adalah semua
pasien rawat jalan dan rawat inap serta masyarakat umum yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
membutuhkan pemeriksaan laborat. Kegiatan pokok antara lain adalah
hematologi, urinalisa, parasitologi dan pemeriksaan lain-lain.
n. Rawat Inap
Program ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan tindak
lanjut bagi masyarakat dan sebagai pusat rujukan antara. Sasaran kegiatan
adalah masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain adalah
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus, menerapkan
standar praktek keperawatan sesuai prosedur dan melibatkan pasien dan
keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang optimal.
o. Program Lansia
Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang berguna dan berdaya guna
dalam kehidupan dan masyarakat serta untuk meningkatkan kesadaran pada
usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan usia lanjut. Sasaran adalah lansia. Kegiatan pokok
yang dilakukan adalah pengamatan status gizi lansia dan pengamatan
penyakit penyerta lansia antara lain DM, hipertensi, ginjal dan jantung.
B. Sajian Data
1. Profil Pasangan Informan 1 (Pasangan Bapak S dan Ibu M)
Bapak S merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini. Bapak
S usia 40 tahun dengan pendidikan terkahir SMP. Bapak S bekerja sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
satpam di salah satu BMT di daerah Karanganyar. Selain itu, Bapak S juga
memiliki pekerjaan sambilan, yaitu dengan membuka layanan jasa pajak
untuk menambah penghasilan keluarga. Di dalam kegiatan rumah tangga,
terkadang bapak S juga membantu. Penghasilan bapak S selama satu bulan RP
1.700.000,-. Penghasilan tambah dari pajak setiap bulannya sekitar Rp
2.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000,-.
Bapak S memiliki istri yang bernama ibu M, usia 37 tahun dengan
pendidikan terakhir SMP. ibu M sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu M
sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki
trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 37 minggu. Ibu M dulu
pernah berjualan es di perempatan dekat rumahnya, tapi semenjak hamil ibu
M tidak berjualan karena mulai musim hujan turun, penghasilan dari
penjualan es menurun sehingga ibu M berhenti berjualan. Kehamilan ibu M
memiliki tanda bahaya kehamilan berupa tekanan darah tinggi serta usia ibu
saat hamil diatas 35 tahun. Sehingga ibu dikatakanibu hamil dengan risiko
tinggi.
Bapak S dan ibu M bertempat tinggal di alamat dukuh Ceplukan RT 2
RW
17
Kelurahan
Wonorejo
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten
Karanganyar. Pasangan ini sudah dikaruniai dua anak. Anak pertama
perempuan usia 17 tahun, masih sekolah di SMA. Anak kedua laki-lakai usia
10 tahun. Bapak S sudah menyiapkan tabungan untuk persiapan anak yang
akan dilahirkan ibu M walaupun bapak S sudah ikut asuransi BPJS yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
diselenggarakan dari kantornya dengan potong gaji tiap bulan. Bapak S
mengikutkan keluarga asuran BPJS kelas dua.
2. Profil Pasangan Informan 2 (Bapak D dan Ibu Ma)
Bapak D merupakan kepala rumah tangga di kluarga ini. Bapak D usia
50 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak D bekerja sebagai buruh di
salah satu rumah makan dan toko batik Maya Ratna di daerah Karanganyar.
Bapak D disana melakukan pekerjaan seperti melayani pembeli yang beli soto
ataupun baju batik. Selain itu, bapak D juga memiliki pekerjaan sambilan,
yaitu dengan sebagai supir angkot untuk menambah penghasilan keluarga. Di
dalam kegiatan rumah tangga, terkadang bapak D juga membantu.
Penghasilan bapak D selama satu bulan sekitar RP 1.200.000,- itu sudah
termasuk bonus dari baju batik yang dijualkan oleh bapak D.
Bapak D memiliki istri yang bernama Ibu Ma, usia 37 tahun dengan
pendidikan terakhir SD. Ibu Ma ini merupakan istri kedua, begitu juga bapak
D merupakan suami kedua dari ibu Ma. Ibu Ma sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Ibu M sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah
memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 35 minggu. Ibu
Ma memiliki pekerjaan sambilan yang dikerjakan di rumah, yaitu ngelas
plastik yang diambil dari pengepul. Yang perbendelnya dihargai dari pengepul
RP 1.500,-. Isi plastik perbendelnya sekitar 1000 lembar. Dalam sehari ibu
Ma mendapat 5 bendel plastik yang dilas, itupun kalau ibu Ma bisa
mengerjakan. Dalam kehamilan ibu Ma memiliki salah satu tanda gejala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
kehamilan, yang berupa tekanan darah tinggi, kaki bengkak, kadang disertai
pusing dan usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun. Sehingga ibu dikatakan ibu
hamil dengan risiko tinggi.
Bapak D dan ibu Ma bertempat tinggal di alamat Dukuh Jeruksawit
kelurahan Banyu Urip Kecamatan Wonorejo Kabupaten Karanganyar.
Pasangan ini baru akan dikaruniai anak pertama. Bapak D di dalam
pernikahan dengan istri pertama dikaruniai satu anak perempuan yang usianya
15 tahun, anak tersebut masih sekolah di bangku SMP, dan hidup bersama
ibunya. Ibu Ma dari pernikahan pertamanya juga memiliki dua anak laki-laki,
yaitu anak pertama usia 18 tahun dan sudah bekerja, sedangkan anak kedua
usia 5 tahun dan masih sekolah TK. Pasangan ini sudah memiliki tabungan
untuk biaya persalinan ibu sebanyak Rp 500.000,-. Pasangan ini tidak
memiliki jaminan kesehatan apapun. Namun pasangan ini akan mencari BPJS
untuk mengcover biaya persalinan ibu Ma dengan sudah mempersiapkan kartu
keluarga, KTP suami istri dan surat-surat pengantar dari RT, RW, Kepala
Desa dan Kecamatan setempat.
3. Profil Pasangan Informan 3 (Bapak P dan Ibu N)
Bapak P merupakan kepala rumah tangga di kluarga ini. Bapak P usia
42 tahun dengan pendidikan terkahir SMP. Bapak P bekerja sebagai buruh di
tempat pemotongan hewan sebaggai tukang jagal hewan di daerah dekat
rumah. Bapak P disana melakukan pekerjaan seperti melayani pembeli yang
beli soto ataupun baju batik. Bapak P tidak memiliki pekerjaan sambilan. Di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
dalam kegiatan rumah tangga, terkadang bapak P juga membantu. Penghasilan
bapak P selama satu bulan sekitar RP 1.500.000,-.
Bapak P memiliki istri yang bernama Ibu Ng, usia 38 tahun dengan
pendidikan terakhir SMP. Ibu Ng sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu Ng
sekarang hamil yang ketiga dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki
trimester ketiga, yaitu 40 minggu. Ibu Ng tidak memiliki pekerjaan sambilan.
Dalam kehamilan ibu Ma memiliki salah satu tanda gejala kehamilan, yang
berupa Haemogloobin) Hb termasuk rendah, yaitu 8,6 gr/dl, usia ibu saat
hamil lebih dari 38 tahun dan dengan usia kehamilan sudah lebih dari tanggal
perkiraan. Sehingga ibu dikatakan ibu hamil dengan risiko tinggi.
Bapak P dan ibu Ng bertempat tinggal di alamat Dukuh Tuban Kidul RT
6 RT 05 Kelurahan Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Pasangan ini memiliki 2 anak. Anak pertama laki-laki usia 16 tahun dan anak
kedua juga laki-laki usia 11 tahun. Pasangan ini tidak memiliki tabungan
untuk biaya persalinan ibu. Namun pasangan ini memiliki jaminan kesehatan
apapun yaitu Jamkesmas dan masih bisa digunakan untuk nati kalau ibu
bersalin.
4. Profil Pasangan Informan 4 (Bapak WS dan Ibu Si)
Bapak WS merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini.
Bapak S usia 40 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak WS bekerja
sebagai buruh bangunan di Solo. Selain itu, Bapak WS juga memiliki
pekerjaan sambilan, yaitu mencari barang bekas. Di dalam kegiatan rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
tangga, terkadang bapak WS juga membantu seperti menyapu. Penghasilan
bapak WS selama sehari RP 50.000,-. Penghasilan tambah dari dari hasil jual
rongsok sekitar Rp 6.000,-. Penghasilan selama satu bulan Rp 1.200.000,-.
Bapak WS memiliki istri yang bernama Ibu Si, usia 38 tahun dengan
pendidikan terakhir SD. Ibu Si sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu Si
sekarang hamil yang keempat dan usia kehamilan sekarang sudah memasuki
trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 36 minggu. Ibu Si memiliki
riwayat kehamiln yang buruk, yaitu pernah mengalami keguguran. Dalam
kehamilan ibu Si merupakan ibu hamil dengan risiko tinggi karena ibu Si
sudah mengandung lebih dari dua kali (grandemultipara), pernah kegugran,
tensi darah tinggi, kaki bengkak serta usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun.
Sehingga ibu dikatakan ibu hamil dengan risiko tinggi.
Bapak WS dan ibu Si bertempat tinggal di alamat Dukuh Gunung Duk
Rt 1 Rw 5 Kelurahan Bulurejoo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar. Pasangan ini sudah dikaruniai empat anak. Anak pertama lakilaki usia 18 tahun, dulu lahir ditolong duku. Anak kedua laki-laki usia 13
tahun, dulu lahir di bidan. Anak ketiga perempuan usia 11 tahun, dulu lahir di
bidan. Pasangan ini tidak memiliki tabungan untuk persiapan anak yang akan
dilahirkan ibu Si. Pasangan ini memiliki jaminan asuransi kesehatan yang
berupa Jamkesmas yang diperoleh waktu mencari kartu keluarga setelah anak
pertama lahir. Walapun sudah lama mendapatkan kartu Jamkesmas, namun
keluarga ini masih bisa memakai kartu Jamkesmas sampai sekarang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
5. Profil Pasangan Informan 5 (Bapak Su dan Ibu Su)
Bapak Su
merupakan kepala keluarga di dalam rumah tangga ini.
Bapak Su usia 36 tahun dengan pendidikan terkahir SD. Bapak Su bekerja
sebagai tukang batu di daerah selatan stadion Manahan Surakarta. Selain itu,
Bapak Su tidak memiliki pekerjaan sambilan. Bapak Su berangkat bekerja
pukul 7 pagi dan muai bekerja jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore. Sampai
di rumah jam 5 sore. Dalam kegiatan rumah tangga, bapak Su sering juga
membantu dalam kegiatan rumah tangga. Penghasilan bapak Su seharinya
mendapat upah antara Rp 60.000,- sampai dengan Rp 65.000,- dan upah
tersebut diterima tiap hari sabtu.
Bapak Su memiliki istri yang bernama Ibu Su, usia 36 tahun dengan
pendidikan terakhir SD. Ibu Su sebagai buruh di pasar Legi, disana ibu Su
menemani kakak perempuan jualan empon-empon (bumbu dapur). Ibu Su
bekerja dari pagi sampai sore dan memiliki pnghasilan tiap harinya Rp
40.000,-. Ibu Su sekarang hamil yang kelima dan usia kehamilan sekarang
sudah memasuki trimester ketiga, yaitu memasuki usia kehamilan 39 minggu.
Ibu Su memiliki riwayat kehamilan yang buruk yaitu tensi darah tinggi sejak
kehamilan keempat. Kehamilan sekarangpun ibu juga memiliki tensi darah
inggi yaitu 180 - 190. Oleh karena itu ibu tidak dapat memakai alat
kontrasepsi yang berupa pil KB, suntik KB dan implant. Selain itu juga ibu
hamil lebih dari dua kali dan usia ibupun juga sudah lebih dari 35 tahun.
Maka dari itu ibu termasuk ibu hamil berisiko tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Bapak Su dan ibu Su bertempat tinggal di alamat dukuh Watu Ireng,
Kelurahan Selorejo Kecamatan Gindangrejo Kabupaten Karanganyar.
Pasangan ini sudah dikaruniai empat anak. Anak pertama laki-laki usia 15
tahun, anak kedua laki-lakai usia 12 tahun, anak ketiga perempuan usia 8
tahun dan anak keempat perempuan usia 4 tahun. Bapak Su dan ibu Su tidak
memiliki tabungan untuk persiapan bersalin ibu Su. Bapak Su dan ibu Su juga
tidak memiliki jaminan kesehatan baik berupa jamkesmas maupun BPJS.
Alasan tidak ikut BPJS karena bapak Su dan ibu Su tidak mampu dalam
mengangsur biaya BPJS tiap bulannya.
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan dua model yaitu analisis
Harvard I satu mengenai analisis gender dan juga menggunakan model kerangka
interaktif. Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi
kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data dan fakta serta
informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan
dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Analisis gender dapat
disimpulkan sebagai suatu proses menganalisis data dan informasi secara
sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dalam penelitian ini
berfokus pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko
tinggi dalam perspektif gender.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Dalam menghadapi kehamilan risiko tinggi pada beberapa informan
tersebut, maka keluarga tersebut harus mampu mengelola sumberdaya yang
mereka miliki dengan seefektif dan seefisien mungkin agar persiapan persalinan
sebagai tujuan jangka panjang dapat tercapai untuk menekan terjadinya kematian
ibu dan bayi. Terkait dengan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut,
maka setiappotensi yang ada setidaknya dapat diikutsertakan dalam berbagai
kegiatan rumah tangga. Dalam hal ini tidak hanya istri saja yang didorong untuk
memaksimalkan perannya, tetapi juga suami. Suami dan istri terkadang dituntut
berperan ganda, disamping sebagai pengurus rumah tangga, maka dituntut pula
untuk sebagai pencari nafkah untuk menambah pendapatan.
C. Temuan Studi
Analisis gender dalam penelitian ini menggunakan kerangka Harvard.
Kerangka Harvard I terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada
tingkat mikro (rumah tangga) yang terdiri dari tiga komponen yang berhubungan
satu dengan lainnya. Berikut ini disajikan tabel model Harvard I yang sekaligus
juga digunakan analisis model interaktif. Adapun tiga komponen tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
1. Profil Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke
Rumah Sakit pada ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di
dalam Rumah Tangga
Profil akses dan kontrol dalam model Harvard I bertujuan untuk merinci
sumber-sumber
apa
yang dikuasai
laki-laki
dan
perempuan
untuk
melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh setiap orang dari
hasil kegiatan tersebut. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki akses
kepada
sumberdaya
dan
kontrol
atas
penggunaannya,
selanjutnya
diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki
mempunyai akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas
penggunaannya.
Hasil
wawancara
mengenai
profil
akses
dan
kontrol
dalam
mengidentifikasikan dan menyusun daftar sumberdaya yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan yang diidentifikasi dalam profil kegiatan dalam
mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil dengan risiko
tinggi di dalam rumah tangga. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki
akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya. Keuntungan yang
diwujudkan dari produksi rumah tangga serta penggunaan sumberdaya juga
diidentifikasi dan disusun daftarnya. Kolom-kolom menunjukkan apakah
perempuan dan laki-laki mempunyai akses kepada sumberdaya dan kontrol
atas penggunaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Hasil analisis gender dari profil kegiatan akses dan kontrol terhadap
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
dalam perspektif gender di dalam rumah tangga dapat dilihat dari hasil
wawancara yang telah dirangkum dalam sebuah tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1. Profil kegiatan Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan
Keputusan Rujukan ke Rumah sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dam
Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga
Pasangan Informan
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Akses
1
Uang
√
√
√
√
√
2
Tabungan
√
√
3
Persiapan persalinan
√
√
4
Periksa kehamilan
√ √
√
√
√
5
Informasi
√ √ √ √
√
√
√
Kontrol
1
Uang
√
√
√
√
√ √
2
Tabungan
√
√
3
Persiapan persalinan
√
√
4
Periksa kehamilan
√ √
√
√
√
5
Informasi
√
√ √
√ √ √
Sumber : hasil wawancara dengan Informan
Keterangan :
Lk
: laki-laki
Pr
: perempuan
√
: dominan
Hasil analisis gender dari wawancara yang didapat menunjukkan
bahwa keseluruhan istri dari lima pasang informan lebih dominan
memilikiakses dalam keuangan rumah tangga. Namun, suami lebih memiliki
kontrol dalam keuangan rumah tangga yang digunakan untuk kepentingan
kesehatan istri hamil dengan risiko tinggi yang akan melahirkan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
dibuktikan dengan pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan
informan 3.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil jawaban dari wawancara dari
pertanyaan kepemilikan akses keuangan di dalam rumah tangga dan kontrol
keuangan untuk kesehatan ibu hamil dengan risiko tinggi dan rujukan ke
rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi sebagai berikut:
Pasangan Informan 1
Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih
dominan karena suami memberi uang pada istri untuk mengelola dalam
pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri
sebagai berikut :
“Saya mbak. …di dalam rumah tangga, saya yang mengurus keuangan
rumah tangga mbak karena bapak menyerahkan keuangannya kepada saya.”
Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini didukung
dengan pernyataan suami sebagai beriku:
“untuk masalah itu, semua saya serahkan pada ibu, setelah saya terima
gaji, sebagian besar uang saya serahkan pada ibu untuk keperluan rumah
tangga, terserah mau dipakai apa yang peting untuk keperluan rumah tangga.”
Namun, istri tidak memiliki kontrol keuangan rumah tangga untuk
kesehatan kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke
rumah sakit, suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
“...untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia
yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau
saya sih nurut bapak…”
Pernyataan
tentang
kontrol
keuangan
tersebut
diperkuatdengan
pernyataan suami sebagai berikut :
“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus
dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau
tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja
mbak, karena disana ada saudara.”
Pasangan Informan 2
Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan informan ini,istri lebih
dominan karena setelah suami terima gaji, maka istri langsung diberi sebagian
besar gaji yang diterima suami untuk mengelola keuangan dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai
berikut :
“saya mbak …saya yang mengatur keuangan rumah tangga, begitu
bapak terima gaji, sebagian banyak uang diberikan kepada saya untuk
kebutuhan rumah tangga mbak.”
Akses keuangan rumah tangga pasangan informan ini didukungan
dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“…biasanya ibu mbak, jadi kalau saya terima gaji mingguan itu, saya
ambil sedikit uang dari gaji saya untuk keperluan saya dan selebihnya itu saya
serahkan pada ibu untuk keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Ya cukup
tidak cukup ya segitu mbak.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Namun, dalam kontrol keuangan rumah tangga untuk kesehatan
kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke rumah sakit,
suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih
nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya
sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab
itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya
dituruti mbak”
Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan
suami sebagai berikut:
“…saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu”
Pasangan Informan 3
Akses keuangan di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri
lebih dominan karena suami menyerahkan uang untukmengelola keuangan
rumah tangga pada istri yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai
berikut :
“…Bapak menyerahkan uang kepada saya, dia menyerahkan urusan
keuangan rumah tangga pada saya mbak.”
Akses keuangan di dalam rumah tangga pasangan ini didukung
pernyataan suami bahwa keseluruhan gaji diberikan pada suami, jika untuk
keperluan suami, suami minta pada istri yang dibuktikan pernyataan suami
sebagai berikut :
“saya kalau setelah terima upah dari juragan saya, uang itu saya
serahkan ibu semua. Kalau saya butuh untuk beli rokok atau untuk keperluan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
apa-apa saya minta ke ibu. Soalnya biar ibu itu percaya dengan saya mbak
kalau saya tidak neko-neko, hehehe…. (sambil tertawa).”
Namun istri tidak memiliki kontrol dalam keuangan dalam kesehatan
kehamilan untuk memilih rujukan ke rumah sakit dengan alasan suami sebagai
kepala rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“...tidak mbak, saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di
dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga”
Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan
suami sebagai berikut:
“…kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. ...tidak ada, ya saya yang
memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak dan ditegaskan lagi dengan
pernyataan”
Pada pasangan informan empat, ditemukan bahwa istri lebih dominan
dalam akses dan kontrol di dalam keuangan rumah tangga untuk kesehatan ibu
hamil berisiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Karena saat hamil,
istrilah yang mengalami dan merasakan kehamilan dengan risiko tinggi, maka
seharusnya istri yang mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit. Dalam
rumah tangga pasangan informan empat ini, peran istri (perempuan) sudah
memiliki kedudukan gender yang baik di dalam rumah tangga karena suami
sadar bahwa kesehatan ibu hamil dalam menentukan tempat rujukan ada pada
istri bukan pada suami, sehingga istri lebih dihargai kedudukannya di dalam
rumah tangga terutama dalam kesehatan kehamilan ibu. Hal ini dibuktikan
pada hasil wawancara sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
Pasangan Informan 4
Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri
karena setelah suami terima gaji, istri langsung meminta uang pada suami
untuk segera guna membayar hutang dan memenuhi kebutuhan rumah tangga
yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beriku :
“Untuk urusan keuangan rumah, juga saya mbak yang mengaturnya
mbak. Hari sabtu, sepulang bapak kerja, saya minta uang bapak dari hasil
gajian, uang itu aka segera saya gunakan untuk membayar hutang dan
memenuhi kebutuhan keluarga.”
Diperkuat dengan penyataan suami bahwa pada hari penerimaan gaji
sepulang kerja, istri langsung meminta uang guna membayar utang dan beli
sayur untuk memasak yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai
berikut :
“ibu, karena kalau Sabtu pas pulang kerja, ibu langsung meminta uang
semua gajian saya. Ya buat bayar utang dan untuk beli sayur …”
Dalam kontrol keuangan rumah tangga pasangan ini, istri lebih dominan
dalam kesehatan kehamilannya dan menentukan pilihan rumah sakit rujukan
yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut:
“…tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan,
masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya
rasakan bu”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai
berikut:
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut” dan didukung
dengan peryataan, “iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja””
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Pada pasangan kelima, ditemukan bahwa istri lebih memiliki akses
keuangan dalam rumah tangga. Namun, istri memiliki kesempatan yang sama
dalam kontrol keuangan rumah tangga guna merawat kesehatan kehamilan
istri hamil dengan risiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Hal ini
membuat istri dihargai peran dalam kontrol keuangan rumah tangga yang
sejajar dengan saumi. Suami boleh jadi pintar dalam hal memperoleh uang
tetapi harus diimbangi dengan istri yang juga pandai mengatur uang sehingga
kondisi keuangan keluarga tetap sehat.Dibuktikan dari hasil wawancara
dengan pasangan informan kelima sebagai berikut :
Pasangan Informan 5
Akses keuangan rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri karena
setelah suami terima gaji, suami memberi sebagian gajinyauntuk memenuhi
kebutuhan sehari-haridan kegiatan sosial yang dibuktikan dengan pernyataan
istri sebagai beriku :
“bapak kalau sudah gajian itu sebagian uangnya diserahkan kepada
saya, uang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk
kebutuhan seperti jagong itu mbak.”
Akses keuangan lebih dominan istri diperkuat dengan pernyataan suami
sebagai berikut :
“ya pokoknya saya dapat gaji segitu dan sebagian saya berikan pada ibu
ya terserah ibu mau dipakai seperti apa, ya terserah yang penting kebutuhan
rumah tangga seperti makan terpenuhi.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Dalam rumah tangga pasangan informan ini, istri dan suami memiliki
kontrol keuanangan yang sama untuk kesehatan kehamilan istri hamil dengan
risiko tinggi dalam menentukan pilihan rumah sakit sebagai rujukan yang
dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut:
“sama-sama mbak. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik
(dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah
banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan
saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”
Pernyatan istri dan suami memiliki kontrol yang sama dalam keuangan
rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“sama-sama mbak”
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu “
Hasil analisis gender akses dan kontrol tabungan dan persiapan
persalin menunjukkan bahwa hanya dua pasangan informan yang memiliki
tabungan untuk persiapan persalinan istrinya (pasangan informan 1 dan
pasangan informan 2).Hal ini dibuktikan dengan jawaban dari pertanyaan
mengenai akses dan kontrol tabungan yang dimiliki untuk persiapan
persalinan ibu kalau ada kegawatdaruratan saat bersalin sebagai berikut:
Pasangan informan 1
Akses tabungan rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi
kegawat daruratan pada istri saat hamil dengan risiko tinggi pada pasangan
informan ini istri tidak memiliki peran yang dominan yang dibuktikan dengan
pernyataan istri sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
“…untuk biaya persalinan tidak ada, tapi untuk persalinan nanti
memakai kartu BPJS. …kalau ini kan mengeluarkan biaya tiap bulannya.
…mengeluarkan iuran tiap bulan, itu yang menyalurkan dari kantor bapak.”
Pernyataan akses tabungan dan persiapan persalinan tersebutdiperkuat
dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“…untuk mempersiapkan biaya persalinan karena kehamilan ibu, Insya
Allah sudah, ada tapi ya cuma untuk persalinan saja.”
Oleh karena itu istri tidak memiliki kontrol dalam tabungan di dalam
rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi kegawat daruratan pada
istri hamil berisiko tinggi yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut :
…untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia
yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau
saya sih nurut bapak…”
Kontrol tabungan dalam rumah tangga untuk persiapan persalinan istri
hamil dengan risiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai
berikut:
“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus
dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau
tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja
mbak, karena disana ada saudara.”
Pasangan informan 2
Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil
dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini suami
lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
“bapak memiliki simpanan sekitar Rp 500.000,- mbak, nanti
kekurangnnya dipikir nanti mbak setelah melahirkan, mungkin suami nanti
cari pinjeman mbak…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu
saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak,
kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung
jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa
nanti ya dituruti mbak”
Pernyataan akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada
istri hamil berisiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“Saat ini kami belum punya tabungan, saya cuma punya Rp 500 ribu
paling nanti pinjam sama juragan mbak.
“saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu”
Namun,pada ketiga pasang informan tidak memiliki akses dan kontrol
dalam tabungan dan persiapan persalinan (pasangan informan 1, pasangan
informan 4 dan pasangan informan 5). Oleh karena itu tidak dapat dilihat pada
analisis gender karena tidak ada tabungan, maka persiapan persalinan tidak
ada. Mereka dalam persiapan persalinan mengandalkan pinjam uang pada
saudara, tetangga maupun jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau BPJS.
Hal ini dibuktikan dari jawaban dari pertanyaan tentang kepemilikan tabungan
untuk persiapan persalinan sebagai berikut:
Pasangan informan 3
Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan pada istri
hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki suami
maupun istri yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
“tidak punya tabungan mbak, ya semisal kalau ada apa-apa dengan
persalinan ya cari hutangan uang ke saudara mbak”
Pasangan informan 4
Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan jika pada istri
hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki istri
maupun suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“tidak punya. …untuk hidup sehari-hari saja kurang, apa yang mau
ditabung mbak”
Pernyatan akses dan kontrol tersebut diperkuat dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
“tidak ada. …apa yang mau ditabungkan mbak, buat makan aja masih
kurang”
Pasangan informan 5
Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan jika istri
terjadi kegawatdaruratan pada istri hamil dengan risiko tinggi juga tidak
dimiliki pasangan informan ini baik istri maupun suami yang dibuktikan
dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“Untuk persiapan persalinan kami belum ada tabungan, rencana sih
pakai simpan pinjam saja”
Hasil analisis gender akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan
menunjukkan bahwa empat pasang informan (pasangan informan 1, pasangan
informan 3, pasangan informan 4 dan pasangan informan 5), istri lebih
dominan
daripada
suami
dalam
akses
commit to user
dan
kontrol
pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
kehamilan.Tetapi ada satu pasang informan dalam kepemilikan akses
pemeriksaan kehamilan lebih dominan suami (pasangan informan 2). Hal ini
dibuktikan dari hasil wawancara pasangan informan satu, pasangan informan
tiga, pasangan informan empat, dan pasangan informan lima dari pertanyaan
tentang siapa yang memutuskan untuk pemeriksaan kehamilan ibu sebagai
berikut:
Pasangan informan 1
Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko
tinggi di dalam rumah tangga pasangan ini istri lebih dominan yang
dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“..untuk pemeriksaan kehamilan, saya yang mengajak suami untuk
periksa mbak. …di bidan. …disini ada PKD. …biasanya kalau USG saya
diantar sampai masuk ke dalam ruang periksa…”
Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan
pernyataan suami sebagai berikut:
“kalau saya manut istri itu, kalau minta kontrol hamil ya saya antar.
…kalau USG saya mendampingi ibu dan kalau ke PKD kalau saya ada waktu
ya saya antar dan dampingi…”
Pasangan informan 3
Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko
tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih dominan
daripada suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“Saya yang menginginkan untuk memeriksakan kehamilan”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Pernyataan Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan tersebut diperkuat
dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“iya tapi istri saya sering ngeyel. …Saat periksa hamil, pertama ibu
pergi sendiri, tapi setelah udah hamil tua ini, saya yang mengantar. ...saya
kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk. …kalau ngantar periksa
di luar, tidak mau ikut masuk”
Pasangan informan 4
Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri dengan hamil risiko
tinggi pada pasangan informan ini di dalam rumah tangga istri lebih dominan
yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“saya sendiri, kalau saya pingin tahu bayinya yang ada di perut ya saya
periksa, kalau tidak ya tidak. …saudara saya. …iya, bapak nya pas kerja.
…kalau pas USG bapak ikut masuk. …iya suami. Kalau pas periksa di bu H
bapaknya tidak ikit masuk soalnya pas ramai”
Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan terebut dibuktikan
dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“Untuk periksa hamil, yang minta priksa ya istri saya sendiri...saya ndak
mudeng soalnya pokoknya apa apa saya ikut istri aja. …baru satu kali ngantar.
…takut dimarahin. …umur kehamilannya udah besar kok gak pernah di
periksain”
Pasangan informan 5
Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dangan risiko
tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri juga lebih
dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“Saya yang minta untuk periksa hamil mbak...”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan
pernyataan suami sebagai berikut :
“Kalo yang pengen mintra priksa ya ibu, saya hanya mengantar saja dan
saya tunggu di luar. ..kecuali kalo agak gawat maka saya dipanggil.”
Lain halnya dengan pasangan informan dua, akses dan kontrol
pemerikasaan kehamilan lebih dominan suami dibuktikan dengan pernyataan
pasangan informan sebagai berikut:
Pasangan informan 2
Akses pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di
dalam rumah tangga istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan
istri sebagai beerikut :
“Suami saya yang meminta saya untuk periksa kehamilan, jadi suami
yang mengantar periksa ke bidan mbak.”
Namun dalam pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil berisiko tinggi
pada pasangan ini, suami lebih dominan daripada istri yang dibuktikan dengan
pernyataan suami sebagai berikut :
“setiap bulan saya mengajak kontrol kehamilan istri saya mbak. …saya
nunggu di luar saja. …kontrol di bidan”
Hasil analisis gender menunjukkan bahwa dua pasang informan
(pasangan informan 1 dan pasangan informan 2) istri dan suami memiliki
akses informasi kehamilan risiko tinggi digunakan untuk memilih rujukan ke
rumah
sakit
pada
ibu
hamil
risiko
commit to user
tinggi
di
dalam
rumah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
tangga.Pernyataantersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan, pasangan
informan dua, dan pasangan informan tiga sebagai berikut:
Pasangan informan 1
Pasangan informan ini, akses informasi kehamilan risiko tinggi guna
memilih rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga dimiliki istri dan suami
yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“ada.. penyuluhan.. kalau penyuluhan itu biasanya didapatkan kader
posyandu itu diberikan penyuluhan kehamilan masalah pola makan sama
pemeriksaan kehamilan sama imunsasi. Terus kesehatan ibu dan bayi
biasanya… ya paling sekitar kehamilan dan imunisasi. …Tanda bahaya
kehamilan itu ya perdarahan, kaki membengkak, terus mengeluarkan cairan
yang sebelum melahirkan sebelum waktunya. …kalau terjadi seperti itu
palingkan ke dokter paling nanti diberi obat dan disuruh istirahat oleh dokter.”
Pernyataan akses informasi kehamilan risiko tinggi juga dimiliki suami
yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“ya yang saya tahu itu keguguran karena kecapean, trus tensi tinggi
karena kecapean. …kalau tensi tinggi berbahaya itu saya tahunya informasi
dari PKD (bidan). Kalau kelahiran kalau tensinya tinggi itukan harus dioperasi
kan…”
Namun, istri tidak memiliki kontrol informasi kehamilan risiko tinggi
guna memilih rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga dengan pernyataan
istri sebagai berikut:
“…untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…”
Pernyataan kontrol informasi kehamilan risiko tinggi guna memilih
rumah sakit rujukan diperkuat dengan pernyatansuami sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus
dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau
tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja
mbak, karena disana ada saudara.”
Pasangan informan 2
Pada pasangan informan ini istri dan suami juga memiliki akses
informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan yang
dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut:
“saya belum begitu tahu banget tentang tanda bahaya kehamilan. Tapi
saya cuman tahu dari baca buku itu (buku periksa hamil/KIA) dan saya tahu
seperti ini ya saya konsultasi ke bidan. Kata bidan kalau begini (ibu menunjuk
kaki yang bengkak) kalau darahnya belum naik itu tidak bahaya. Kalau saya
sudah tahukan saya agak tenang sedikit. Tensi saya kalau tidak ada 150 berarti
kan saya tidak bahaya. Saya cuman berdoa saja pada Gusti Alloh diparingi
gampang, lancar...”
Pernyataan akses informasi kehamilan risiko tinggi untuk menentukan
kehamilan dibuktikan dengan pernyataan sebagai suami beriku :
“ya perdarahan itu mbak. …ya kalau melahirkan itu. …dari bidan”
Namun, istritidak memiliki kontrol informasi kehamilan risiko tinggi
untuk menentukan rumah sakit rujukan dibuktikan dengan pernyataan istri
sebagai berikut:
“Suami mengambil keputusan apa saja, saya nurut.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan dengan pernyataan suami sebagai
berikut dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
“…ya saya bawa ke rumah sakit. … untuk rujukan ke rumah sakit, kalau
saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk
rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…”
Pada pasangan informan tiga, istri lebih dominan memiliki akses
informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan.
Walaupun istri memiliki akses informasi, namun istri tidak memiliki kontrol
atas informasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan rumah sakit rujukan.
Sehingga, peran gender dalam hal ini tidak baik, karena seharusnya istri yang
menentukan rumah sakit rujukan sesuai dengan keinginan istri karena istri
yang merasakan kehamilan.
Pasangan informan 3
Pada pasangan informan ini istri lebih dominan memiliki informasi
kehamilan risiko tinggi untuk menentukan rumah sakit rujukan di dalam
rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :
“saya tahu mbak kalau Hb rendah itu bahaya, karena bu bidan bilang
kalau Hbnya tidak naik, nanti akan ada pengaruh ke bayi “
Serta bidan juga menyarankan kalau Hb tidak naik ketika menjelang
persalinan maka ibu akan dirujuk ke rumah sakit yang dibuktikan dengan
pernyataan istri sebagai berikut :
“o iya mbak, bu bidan bilang gitu. Kalau sampai Hb saya tidak naik
maka saya kalau lahiran besok akan dirujuk. Selain itu bu bidan kalau Hb
segitu dengan usia saya segini tidak mendapat pertolongan yang lebih baik
maka ibu dan bayi tidak baik”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Padahal suami kurang peduli dengan keadaan kehamilan istri hamil
dengan risiko tinggi karena bapak tidak pernah ikut masuk ke ruang periksa
walaupun bapak mengantar istri periksa hamil, ketidakpedulian itu dibuktikan
dengan pernyataan suami sebagai berikut
“saya kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk. …saya kalau
nyium obat langsung pusing”
Suami hanya memiliki harapan baik setelah istri periksa kehamilan yang
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“iya bu, yang penting kalau kabar nya bagus ya alhamdulillah”
Walaupun istri lebih dominan memiliki informasi kehamilan risiko
tinggi, tetapi suami yang lebih memiliki kontrol kehamilan risiko tinggi untuk
memilih rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan pernyatan suami
sebagai berikut :
“kalau belum ada keluhannya ya di tunggu dulu, dilihat keadaannya
yang penting sehat. …ya tidak apa-apa di rujuk kalau memang harus dirujuk
ke rumah sakit. …kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. ...tidak ada,
ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak.”
Pada pasangan informan empat istri lebih dominan dalam memiliki
akses dan kontrol di dalam informasi kehamilan risiko tinggi untuk menetukan
rumah sakit rujukan. Istri lebih memiliki banyak informasi kehamilan risiko
tinggo sehingga istri memiliki kontrol dalam mengambil keputusan rujukan ke
rumah sakit untuk bersalin. Pasangan ini menunjukkan bahwa istri di dalam
rumah tangga memiliki peran gender yang baik karena informasi tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
kesehatan kehamilan yang dimiliki ibu dapat mengantar ibu dalam memilih
rumah sakit rujukan pilihan ibu sendiri yang didukung dengan suami. Berarti
suami menyamakan kedudukan istri sama dengan suami di dalam rumah
tangga dalam pengambilan keputusan kesehatan istri ketika hamil. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara pada pasangan keempat sebagai berikut :
Pasangan informan 4
Akses dan kontrol infomasi kehamilan risiko tinggi guna menentukan
rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga pasangan informan ini,istri lebih
dominan yang dibuktikan dengan pernyatan sebagai berikut:
“saya pas periksa di Puskesmas itu kan saya pusing, terus bidan
memeriksa saya kalau darah (tensi darah) saya tinggi dan kaki saya bengka.
Terus saya disuruh makan sayur-sayuran kecuali daun kates karena dapat
menghabiskan cairan air ketuban (air ketuban keruh)”
Pernyataan istri diperkuat dengan pernyataan bapak yang memiliki
informasi tentang tanda bahaya kehamilan pada istrinya yang dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:
“saya tidak tahu tentang kayak gitu”
Karena suami memberi kesempatan pada istri untuk memilih rumah
sakit yang digunakan untuk rujukan saat terjadi kegawat daruratan pada ibu
hamil dengan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai
berikut:
“ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta
yang terletak di Ngipang.…bisa pakai jamkesmas, gratis sma sekali tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
dipungut biaya. …tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang
memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan
apa yang saya rasakan bu”
Pernyataan suami memberikan istri ksempatan untuk memilih rumah
sakit sebagai tempat rujukan dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai
berikut :
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Pada pasangan informan lima istri lebih dominan memiliki akses
informasi namun di dalam kontrol infomasi kehamilan risiko tinggi guna
menentukan rumah sakit rujukan dilakukan bersama-sama antara istri dan
suami. Istri memang memiliki informasi kesehatan kehamilan risiko tinggi
yang didapat dari tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter namun istri disini
tidak memiliki hak sepenuhnya dalam menentukan kesehatan kehamilan
terutama dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Sehingga
peran gender dalam informasi kehamilan risiko tinggigunamenentukan
rujukan ke rumah sakit sama dengan suami namun ini kurang baik karena
sebenarnya kondisi kesehatan ibu hamil itu yang mengetahui istri sendiri. Hal
ini dibuktikan dengan pernyataan dari hasil wawancara sebagai berikut :
Pasangan informan 5
Pada pasangan informan lima ini, istri lebih memiliki akses informasi
kemahilan risiko tinggi guna menentuka rujukan ke rumah sakit yang istri
ketahui dari bidan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
“Tanda bahaya kehamilan termasuk yang saya alami ini, darah tinggi.
…dari bu bidan mbak karena saya dibilangin kalau besok mbak Parmi sesar
saja karena tensinya tinggi terus. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak
Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu
sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja.”
Pernyataan tersebut diperkuat suami bahwa suami tidak memiliki
informasi kehamilan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai beriku :
“Kalau tanda bahaya kehamilan… ibu yang tahu mbak karena ibu yang
periksa” “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu ““sama-sama
mbak”
Walaupun istri memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi, namun
istri diberi kesempatan suami untuk kontrol informasi kehamilan risiko tinggi
untuk ikut menentukan rumah sakit rujukan dengan pernyataan istri ebagai
berikut :
“soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu
mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus
harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk
dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”
Pernyataan istri diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :
“sama-sama mbak”
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu “
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit
pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah
Tangga
Hasil analisis gender dari faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan rujukan kerumahsakit pada ibu hamil brisiko tinggi dalam
perspektif gender di dalam keluaraga dirangkum dalam tebal 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke
Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif
Gender di dalam Rumah Tangga
Faktor
1
Lk
2
Pr
Lk
Pasangan Informan
3
4
Pr Lk Pr Lk Pr
5
Lk
Pr
Pengetahuan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sikap
Persepsi
Sosial Budaya
Ekonomi
Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan
Keterangan :
Lk
: laki-laki
Pr
: perempuan
√
: pengambil keputusan
: tidak ada pengaruh
: dominan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
Hasil analisis gender yang dirangkum dalam tabel 4.2 didapat bahwa
ada dua pasang informan (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2)
antar istri dan suami sama-sama memiliki pengetahuan kehamilan risiko.
Namun istri pasangan informan tidak memiliki hak untuk mengambil
keputusan rujukan ke rumah sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi
pengetahuan istri lebih dihargai dan memiliki kedudukan yang sama di dalam
pengambilan keputusan dalam memeriksakan kesehatan kehamilan istri.Hal
ini dibuktikan dengan pernyataan informan satu dan informan dua sebagai
berikut:
Pasangan informan 1
Pasangan informan ini, istri dan suami memiliki pengetahuan kehamilan
risiko tinggi yang sama yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai
berikut:
“ya pemikiran sendiri, karena ya banyak informasi yang saya dapat,
makanya saya memilih untuk rujukan ke rumah sakit. Disamping itukan
karena kehamilan karena usia yang agak lanjut (lebih dari 35 tahun) itu ada
kendala. Ya kita ambil risiko terburuk dulu mbak… harapannya sih sehat tapi
kan kalau usia agak lanjut kan mungkin agak kecenderungan ada kendala
yang tidak diinginkan, mungkin ada perdarahan dulu, ketuban pecah, tensi
darah tinggi”
Suami juga memeiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang
diketahui suami dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“ya yang saya tahu itu keguguran karena kecapean, trus tensi tinggi
karena kecapean” dan “kalau tensi tinggi berbahaya itu saya tahunya
informasi dari PKD (bidan). Kalau kelahiran kalau tensinya tinggi itukan
harus dioperasi kan…”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Walapun istri dan suami memiliki penegetahuan kehamilan risiko tinggi
guna menentukan rujukan ke rumah sakit yang sama, namun suami yang
memiliki keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan dengan
pernyataan sebagai istri berikut:
“Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…”
Pernyataan yang menentukan keputusan rujukan tersebut diperkuat
dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk
mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya
tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak,
karena disana ada saudara..”
Pasangan informan 2
Pada pasangan informan ini, istri dan suami memiliki pengetahuan
kehamilan risiko tinggi yang sama yang dibuktikan dengan pernyataan
sebagai istri berikut:
“saya belum begitu tahu banget tentang tanda bahaya kehamilan. Tapi
saya cuman tahu dari baca buku itu (buku periksa hamil/KIA) dan saya tahu
seperti ini ya saya konsultasi ke bidan”.
Pengetahuan kehamilan risiko tinggi pada suami yang didapat dari bidan
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut berikut:
“ya perdarahan itu mbak, …ya kalau melahirkan itu. …dari bidan
Walaupun istri dan suami sama-sama memiliki pengetahuan kehamilan
risiko tinggi, suamilah yang menentukan keuputusan rujukan ke rumah sakit
yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai istri berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
“suami mbak, karena saya pasrah saja mbak dengan suami. Suami
mengambil keputusan apa saja, saya nurut. …paling saya ngikut suami aja
mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya
sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apaapa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala
rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”.
Pernyataan
pengambilan
keputusan
rujukan
diperkuat
dengan
pernyataan suami sebagai berikut:
”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu”
Berbeda dengan hasil analisis pasangan informan tiga, yaitu istri lebih
dominan memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang didapat dari
tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter namun istri tidak dapat menentukan
keputusan rujukan ke rumah sakit sesuai dengan keinginan istri untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan istri
sebagai berikut:
“saya tahu mbak kalau Hb rendah itu bahaya, karena bu bidan bilang
kalau Hb nya tidak naik, nanti akan ada pengaruh ke bayi. …bu bidan
menyuruh istirahat yang teratur, makan teratur, makannya ya nasi lauk pauk
sama buah-buahan”
Adanya kekuarangtahuan tentang pengetahuan kehamilan dibuktikan
dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“tidak tahu mbak tanda bahaya kehamilan itu seperti apa”
Walaupun istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi dari bidan,
tetapi istri tidak memiliki hak untuk mengambil keutusan rujukan ke rumah
sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu”
Pernyataan pengambilan keputusan rujukan yang dilihat dari faktor
pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang tidak dimiliki dibuktikan dengan
pernyataan suami sebagai berikut:
“kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. …tidak ada, ya saya yang
memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak”
Lain halnya dengan pasangan informan empat menunjukkan bahwa istri
memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi dan memiliki keputusan
rujukan ke rumah sakit lebih dominan di dalam keluarga. Sehingga istri dapat
memilih
rumah
sakit
rujukan
sesuai
dengan
harapan
istri
untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya. Keadaan ini mencerminkan bahwa
pengetahuan mempunyai keeratan hubungan dengan pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi, artinya semakin tinggi
pengetahuan ibu maka kecenderungan ibu memilih tempat rujukan ke rumah
sakitHal tersebut dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“saya pas periksa di Puskesmas itu kan saya pusing, terus bidan
memeriksa saya kalau darah (tensi darah) saya tinggi dan kaki saya bengka.
Terus saya disuruh makan sayur-sayuran kecuali daun kates karena dapat
menghabiskan cairan air ketuban (air ketuban keruh)”
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan suami yang tidak tahu
tentang tandah baya kehamilan yang dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
“saya tidak tahu tentang kayak gitu (tanda bahaya kehamilan)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Pada pasangan informan ini, istri juga memiliki hak untuk memilih
rumah sakit rujukan untuk menyelamatkan kesehatan ibu sendiri dan bayinya
dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta
yang terletak di Ngipang). ..bisa pakai jamkesmas. gratis, sama sekali tidak
dipungut biaya”
Pernyataan istri dalam keputusan rujukan ke rumah sakit diperkuat
dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Pada pasangan lima, istri lebih memiliki pengetahuan kehamilan risiko
tinggi dalam rumah tangga yang didapat dari tenaga kesehatan seperti bidan
dan dokter, namun dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakitistri
dan suami memiliki peran yang sama walapun suami tidak memiliki
pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang dibuktikan dengan pernyataan istri
sebagai berikut:
“Tanda bahaya kehamilan termasuk yang saya alami ini, darah tinggi.
…dari bu bidan mbak karena saya dibilangin kalau besok mbak Parmi sesar
saja karena tensinya tinggi terus. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak
Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu
sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja.”
Walaupun bapak bapak tidak memiliki pengetahuan kehamilan risiko
tinggi namun suasmi memberikan kesempatan pada istri untuk berdiskusi
bersama dam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibuktikan
dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
“sama-sama mbak. …Makanya bapak dan saya memutuskan untuk
dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak”
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender adalah sikap
wawancara pada kelima pasangan informan menunjukkan bahwa ada berbagai
variasi sikap dalam pengambilan keputusan, yaitu tiga pasang informan
(pasangan informan1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3), suami
lebih dominan pada sikap yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit, satu pasangan informan (pasangan informan 4) yaitu
istri memiliki sikap dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dan
satu pasang informan (pasangan informan 5) memiliki sikap dalam
pengambilan sikap secara bersama-sama dalam pengambilan keuputusan
rujukan ke rumah sakit. Walaupun informan mempunyai sikap positif dalam
memandang rumah sakit sebagai tempat yang tepat rujukan pada ibu hamil
risiko tinggi.
Hasil analisis gender faktor sikap yang mempengaruhi pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam
rumah tangga menunjukkan ada tiga pasang informan dengan suami lebih
dominan dalam sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang
ditunjukkan pada pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
informan 3. Hasil analisis tersebut dibuktikan dengan pernyataan sebagai
berikut dar:
Pasangan informan 1
Faktor sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada
pasangan ini suami lebih dominan ketika suami mengetahui bahwa istri hamil
dengan risiko tinggi dan saat bersalin perlu dirujuk untuk menyelamatkan ibu
dan banyinya. Siakap suami dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai
berikut:
“itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk
mabak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya
tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak,
karena disana ada saudara..”
Dari suami sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
didukung pernyataan istri sebagai berikut:
“Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia
yang bertanggung jawab keuangan”
Pasangan informan 2
Pernyataan pasangan informan satu sama dengan pernyataan pasangan
informan ini bahwa suami lebih dominan memiliki sikap pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil dengan risiko tinggi untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
“ya saya bawa ke rumah sakit“
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
Sikap pengambilan keputusan rujukan oleh suami ini didukung dengan
pernyataan istri sebagai berikut:
“…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut
dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya
sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab
itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya
dituruti mbak”.
Pasangan informan 3
Pernyataan pasangan ini juga menunjukkan bahwa sikap pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil risiko tinggi oleh suami
lebih dominan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dibuktikan dengan
pernyataan suami sebagai berikut:
“ya tidak apa-apa di rujuk kalau memang harus dirujuk ke rumah sakit”
Pernyataan sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
didukung dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“…saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah
tangga. Suami kan kepala keluarga”
Dari ketiga pasang informan diatas berbeda dengan pasangan informan
empat mengenai sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada
ibu hamil risiko tinggidi dalam rumah tangga lebih dominan istri. Hal ini
membuktikan bahwa peran istri dalam sikap pengambilan keutusan rujukan ke
rumah sakit memiliki kedudukan yang sama dalam kesehatan di dalam rumah
tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
“tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan,
masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya
rasakan bu”
Didukung dengan pernyataan sikap pengambilan keputusan yang
dibuktikan dengan pernyataan saumi sebagai berikut:
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Lain halnya dengan pernyataan pasangan informan lima tentang faktor
sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko
tinggi untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yaitu antara suami dan istri yang
dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu
mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus
harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk
dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”
Pernyataan sikap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
dibuktikan juga dengan pernyataan bapak sebagai berikut:
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak”
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pengambilan keputusan
pemilihan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil dalam perspektif gender di
dalam keluarga adalah persepsi.Hasil analisis gender persepsi kehamilan
risiko tinggi yang mempengaruhi keputusan rujukan ke rumah sakit di salam
keluarga, suami lebih dominan. Persepsi tersebut dutunjukkan oleh pasangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
informan 1, pasangan informan dua dan pasangan informan tiga. Hal tersebut
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
Pasangan informan 1
Persepsi kehamilan risiko tinggi yang mempengaruhi keputusan rujukan
ke rumah sakit lebih dominan suami karena adanya siapa yang bertanggung
jawab di dalam keuangan orang lain yang dibuktikan dengan pernyataan istri
sebagai berikut:
“Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia
yang bertanggung jawab keuangan”
Didukung dengan pernyataan persepsi keputusan rujukan ke rumah sakit
oleh suami lebih dominan dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk
mabak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya
tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak,
karena disana ada saudara..”
Pasangan informan 2
Sama halnya dengan pasangan informan ini bahwa sikap pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil lebih dominan karena suami
mengatakan bahwwa bidan yang memeriksa bekerja di rumah sakit yang
dipilih bapak untuk merujuk yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai
berikut:
”kalau saya sebenarnya inginkan di tempatnya itu, Ngipang” dengan
alasan “kan yang ngontrol tiap bulannya kan bidannya itu, kan mengetahui itu
lo mbak… (bidan yang memeriksa mengetahui kehamilan ibu)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
Pasangan informan 3
Pasangan informan ini juga suami lebih dominan memiliki persepsi
keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil dengan risiko tinggi.
Persepsi ini disebabkan karena jarak, waktu yang ditempuh lebih cepat dan
fasilitas rumah sakit yang komplit dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
“karena kalau rumah sakit Gemolong itu kan dekat, jalannya juga sudah
bagus, ya hanya 15 menit dari rumah. …setahu orang desa kan rumah sakit
Jebres (RSU Dr. Moewardi) besar, peralatannya juga memadai dan
lengkap…”
Oleh karena suami lebih dominan memiliki persepsi pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada istri hamil risiko tinggi, maka istri
mengikuti keputusan suami dari persepsi suami yang dibktikan dengan
pernayataan istri sebagai berikut:
“saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah
tangga. Suami kan kepala keluarga”
Pada analisis gender pada informan empat ditemukan bahwa istri lebih
dominan dalam faktor persepsi dalam keputusan rujukan ke rumah sakit pada
ibu hamil sehingga dari persepsi istri lebih dominan juga dalam pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit karena jaminan kesehatan dengan gratis
yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“ya di rumah sakit kecil aja bu, ditempat pak joko (RSUD Surakarta
yang terletak di Ngipang). …bisa pakai jamkesmas. gratis, sama sekali tidak
dipungut biaya”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
Dalam persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu
hamil berisiko tinggi suami mendukung dengan rumah sakit yang dipilih istri
yang dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Lain halnya dengan analisis gender pada pasangan informan lima ini,
istri lebih dominan dalam persepsi pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit karena informasi harus dirujuk yang disampaikan oleh bidan dan dokter
yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:
“kalau bu bidan menganjurkan ke RB Rahma Bunda. …soalnya sayakan
darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia
ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan
steril saja:
Walaupun istri lebih dominan memiliki persepsi pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi, namun suami memberi
kesempatan istri dengan diskusi antara istri dan suami uuntuk memilih rumah
sakit yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagi berikut:
“Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma
Bunda Kebakkramat.”
Didukung dengan pernyataan persepsi keputusan rujukan yang
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak”
Hasil analisis gender dari faktor yang mempengaruhi keputusan
rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
rumah tangga menunjukkan bahwa sosial budaya yang ada pengaruhnya di
dalam pengambilan keputusan. Sosial budaya dipenelitian ini menanyakan
tentang mitos kehamilan dan kelahiran, adat istiadat yang ada di masyarakat
sekitar tempat tinggal informan. Faktor sosial budaya dibuktikan dengan
penyataan dari lima pasang informan di bawah ini:
Pasangan informan 1
Istri
: “kalau mitos disini seperti anak kecil tidak boleh dibawa keluar
waktu magrib, takut nanti kalau kena sawan. Trus kalau jagong
ditempat nikahan suruh minta kembangannya, katanya nanti anaknya
bisa kena sawan gitu. Dan sebagainya banyak mbak… kalau saya tidak
percaya… biasa saja. Trus kalau pergi dibawain bawang sama
dlingoblenge… kalau saya sudah saya kemana-mana. Anak kalau anak
masih punya orang tua jaman dulu itu pasti banyak peringatan. …kalau
mitoni itu mungkin ya kepercayaan bisa mbak.. tapi kalau saya
menghormati orang tua saja mbak… karena kalau kita cuman
menghormati orang tua jaman dulu… kalau tidak percaya tapi saya
dulu juga pernah mengalami waktu hamil pertama… kan kita masih
punya orang tua,, agar kita menghindari perselisihan… sama itu kalau
anak sudah lahir anak selamatan bancaan… istilah nya kita niatnya
syukuran… tapi karena kalau menghormati orang tua maka istilahnya
bancaan… tapi anak ke 2 tidak. …sanksi adat istiadat disini tidak
ada… sini kan agamanya islam jadi banyak yang meninggalkan. Tapi
juga masih ada mitoni dan kondangan-kondangan… sudah luntur
mbak… karena yang sepuh-sepuh sudah gak ada mbak…”
Suami : “di daerah sini tidak ada mitos-mitos yang ada di masyarakat. …adat
istiadat setempatpun pun juga tidak ada ada mbak”
Pasangan informan 2
Istri
: “saya kurang begiru tahu mbak tapi kalau anak keduan saya itu
kecapa mbak. Tidak tahu mbak, cuman kata orang-orang biar lancar
mbak dalam melahirkan. Tapi tetap percaya Gusti Alloh dan saya
nurut suami. …adat istiadat disini ada mbak, bancaan nasi sayur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
gudangan. Setiap 5 hari / sepasar setelah bayi lahir. Selapanan juga ada
sekali ya seandainya lahirnya sabtu kliwon ya nanti bancaannya sabtu
kliwin berikutnya yang sebulan. Ya itu cuman bancaan nasi gudangan.
…kalau saat hamil ya ada mbak. Kalau anak pertama itu mitoni. Tapi
kalau anak keduadan selanjutnya tidak mbak. …kalau saya kurang
tahu mbak, tapi ada kalau pada orang yang mantenan terus minta talek
atau bunganya atau apanya yang dipakai buat mantennya terus
dioleskan seidkit ke badannya ibu hamil mbak. Tapi saya selama hamil
tidak bantu di seperti itu mbak. kalau kegiatan sosial disini tidak ada
paksaan ibu hamil harus mengerjakan apa, sesuka hati mbak. Kalau ibu
hamil ingin sesuatu malah disuruh ngomong. Kalau nanti tidak
keturutan nanti ibu bisa sakit perut. Kalau pas rewangan itu
diringankan mbak”
Suami : “saya tidak mengetahui soal mitos-mitos yang ada di masyarakat
daerah Jeruksawit sini. … adat istiadat, kalau mitoni ada tapi kalau
disini saya tidak tahu mbak”
Pasangan informan 3
Istri
: “kalau disini mitosnya…(sambil mengingat)… tidak ada kayaknya
mbak”
Suami : “kalau adat istiadat ya bancaan sepasaran bayi itu mbak” dan “paling
bancaan yang untuk anak-anak kecil itu, bancaan gudangan dan tukon
pasar itu mbak”
Pasangan informan 4
Istri
: “Mitos di masyarakat Gunung Duk ndak ada bu. …kalau sini adatnya
mitoni kalau hamil dan bancaan (syukuran) anak-anak kalau bayi
sudah lahir”
Suami : “saya tidak tahu mitos itu apa bu. ..paling disini kalau hamil ada
mitoni dan bancaan anak kecil”
Pasangan informan 5
Istri
: “Mitos-mitos yang ada disini tidak ada itu mbak”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
Suami : “kalau adat disni masih, seperti ‘brokohan’. Brokohan itu kalau sudah
lahir dibrokohi seperti dibancai. Kalau satu minggu bayi sudah puput
(tali pusat sudah lepas sendiri dari bayi) itu ya sepasar. Selapanan itu
juga masih yang buat anak-anak itu”
Hasil analisis gender faktor selanjutnya yang mempengaruhi
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
dalam perspektif gender di dalam rumah tangga adalah ekonomi, faktor
ekonomi ini diperoleh dari pendapatan keluarga. Walaupun ada ibu yang juga
bekerja untuk memenuhi kebutuhan kelurga, tetapi tanggung jawab untuk
memberi nafkah adalah kewajiban suami dan hal ini telah dilakukan dengan
baik oleh suami, dimana kesemuanya telah bekerja di berbagai bidang.
Faktor ekonomi yang yang mempengaruhi pengambilian keputusan
rujukan ke rumah sakit ditemukan bahwaada empat pasangan informan
dengan suami lebih dominan dalam bekerja untuk mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluaga. Dari keempat pasangan informan(pasangan
informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3) tersebut
pengambilan keputusan rujukan dominan suami. Hal tersebut ditunjukkan dari
pernyataan pasangan informan sebagai berikut:
Pasangan informan 1
Pasangan informan ini menunjukan bahwa faktor ekonomi yang
mempengaruhi pengambialan keputusan keluarga dilakukan suami dengan
cara bekerja sebagi security di salah satu BMT di Karanganyar dan membuka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
jasa pajak kendaraan bermotor untuk mencari tambahan penghasilan keluarga
yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut:
”saya bekerja di KJKS. …Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagi
keamanan. …itu security. …dengan penghasilan perbulan Rp. 1.700.000,perbulan yang dipotong untuk membayar asuransi tiap bulan sebanyak Rp
55.000,- untuk satu keluarga yang dibuktikan dengan pernyataan. …untuk
sebulannya Rp 1.700.000,- …masih dipotong iuran BPJS Rp 55.000,- per
bulaln mbak… sudah termasuk satu keluarga. …ya itu, sampingan itu jasa
pajak” dengan penghasilan dengan penghasilan yaitu Rp 2.000.000,- - Rp
2.500.000,-, untuk bulan kemari Rp 2.700.000,- , ya cukup mbak dengan
itu…”
Oleh karena itu bapak S berani memutuskan ibu akan dirujuk ke rumah
sakit Kustati ketika ibu Ma nanti akan bersalin walaupun jarak rumah ke
rumah sakit itu jauh. Sehingga untuk masalah ekonomipun tidak menjadi
kendala bagi keluarga ini yang dibuktikan dengan pernyatan suami sebagai
berikut:
“itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk
mbak. … kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak”
Pasangan informan 2
Pada
pasangan
ini
pun
faktor
ekonomi
yang
mempengaruhi
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
di dalam rumah tangga lebih dominan suami. Suami bekerja sebagai buruh di
toko batik dan rumah makan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
memiliki penghasilan tambahan yang dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
“gaji perbulan Rp 1.000.000,-. …mendapat bonusannya dari pembeli
yang beli banyak itu dapat bonusan mbak. Sistem pemberian bonus itu kalau
ada baju yang laku 1 itu ditambahi Rp 1.000,- kalau bajunya laku 10 potong
ya bonusnya Rp 10.000,- gitu mbak. untuk penghasilan total perbulan sekitar
Rp 1.200.00,- mbak”
Oleh karena itu, suami memutuskan berencana mencari BPJS untuk
sebagai usaha untuk meringankan beban pada jaminan kesehatan keluarga
seperti ibu bersalin yang dibuktikan dengan pernyataan yang dibuktikan
dengan pernyataan suami sebagai berikut:
“ya biaya itu mbak… kalau saya rencana mau cari BPJS mbak, saya
juga sudah mempersiapkan syarat-syaratnya dari RT, RW nanti pak Lurah
terus saya bawa ke Purwosari (kantor BPJS)”
Pasangan informan 3
Begitu juga dengan pasangan nomer tiga, faktor ekonomi yang
mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil
berisiko tinggi lebih dominan suami di dalam rumah tangga karena suami
yang berkerja mencari untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebagai
buruh jagal sapi dan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sehingga suamilah
yang memiliki peran dalam menganbil keuputusan rujukan ke rumah sakit di
dalam rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai
berikut:
“saya buruh pemotongan hewan sapi, mmm jadi jagal sapi di dekat sini,
gaji perbulan yang saya dapat satu setengah jutaan (Rp 1.500.000,-). …tidak
punya pekerjaan sampingan mbak”
Pada saat mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit, suami juga
yang memutuskan rujukan ke rumah sakit dalam rumah tangga, walaupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
dikatakan bahwa dengan gaji perbulan yang didapat kurang bisa memenuhi
kebutuhan rumah tangga, namun suami berusaha mencarikan jeminan
kesehatan untuk keluarga trutama pada saat istri akan bersalin dengan
dibuktikan pernyataan suami sebagai berikut:
“…saya punya nya jamkesmas. …syarat-syaratnya ya bawa KK sama
KTP sama surat rujukan”
Lain halnya dengan pasangan informan empat, walaupun faktor
ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keutusan ke rumah sakit pada ibu
hamil risiko tinggi lebih dominan suami. Suami bekerja sebagaiburuh bangun
dan memiliki pekerjaan sampingan dengan mengambil sampah dan dijual ke
pengepul untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan
pernyataan sebagai berikut:
“ saya bekerja sebagai buruh banguna di solo mbak, perhari saya digaji
lima puluh ribu (Rp 50.000,-). Selain itu cari rongsok kalau pulang kerja trus
saya kumpulkan dan saya jual kadang-kadang laku enam rimu (Rp 6.000,-)
kadang lebih. Kadang, Sebulannya saya dapat sekitar Rp 1.200.000,- dari hasil
itu”
Namun dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, istri
lebih dominan karena istri yang merasakan kehamilannya dan istri yang harus
menentukan keputusan rujukan ke rumah sakit yang dibutkikan dengan
pernyataan sebagai berikut:
“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Serta ada satu pasangan istri dan suami sama-sama bekerja dan dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
ditunjukkan pasangan informan lima. Pada pasangan ini, istri dan suami samasama bekerja dan sama-sama memiliki kesempatan dalam engambilan
keputusan ke rumah sakit ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi. Istri
bekerja sebagai buruh dengan membantu kakanya jualan empon-empon dan
suami bekerja sebagai buruhh bangunan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dengan dibuktikan dengan pernytaan istri sebagai
berikut:
“Saya ya buruh di pasar legi. Disana nemani mbak saya jualan emponempon (bumbu pawon), perharinya saya di dakasih upah empat puluh ribu (Rp
40.000,-)”
Pernyataan tentang suami bekerja dibuktikan dengan pernyataan suami
sebagai berikut:
“saya tukang batu di selatan manahan, ngerjakan perumahan mbak.
Kadang saja diberi upah kadang Rp 60.000,- kadang Rp 65.000,-. “
Pasangan informan ini juga tidak memiliki jaminan kesehatan, untuk
memenuhi kesehatan keluarga terutama pada ibu hamil risiko tinggi istri dan
suami menyelatkan ibu dan bayi dengan mencari pinjaman uang untuk
membiayai. Sehingga dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit,
istri dan suami melakukan diskusi telebih dahulu yang dibuktikan dengan
pernyataan istri sebagai berikut:
“…Walaupun biaya tidak ada ya kami pinjam-pinjam uang. … BPJS
(sambil berpikir) tidak punya mbak”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
Begitu juga menyatakan hal yang sama debuktikan dengan pernyataan
sebagai berikut:
“BPJS kami tidak punya mbak”
Pada saat pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, suami istri
memiliki kesempatan yang sama yang dibuktikan dengan pernyatan istri
sebagai berikut:
“Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma
Bunda Kebakkramat.”
Didukung dengan pernyataan suami tentang keputusan rujukan yang
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama mbak”
3. Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko
Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga
Hasil analisis gender mengenai pengambilan keputusan memiliki empat
tingkatan dengan kadar yang berbeda pada keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga
dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
Tabel 4.3.Tingkatan Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada
Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam
Rmah Tangga
Jenis Kelamin
Otomatis
Pengambilan Keputusan
Informasi Pertimbang Ketidakpastian
an
ganda
Pasangan Informan 1
Laki-Laki
Perempuan
Pasangan Informan 2
Laki-Laki
Perempuan
Pasangan Informan 3
Laki-Laki
Perempuan
Pasangan Informan 4
Laki-Laki
Perempuan
Pasangan Informan 5
Laki-Laki
Perempuan
Sumber : Hasil wawancara dengan informan
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Hasil analisis gender pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa informan
mempunyai tingkat pengambilan keputusan yang berbeda ada yang
menggunakan pengambilan keputusan dengan tingkat kadar otomaris lebih
dominan diambil oleh suami dengan dibuktikan dengan tiga pasang informan
(pasangan informan 1, pasangan informan 2 dan pasangan informan 3) dan
satu pasang informan lebih dominan istri (pasanag informan 4), dan
satupasang informan (pasangan informan 5) mengambil keputusan rujukan ke
rumah sakit diambil dengan tingkat kadar pertimbangan dilakukan bersama-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
sama. Ada juga pasang informan menggunakan pengambilan keputusan
otomatis satu pasangan pengambilan keputusan didomonasi suami (pasangan
informan 3) dan satu pasangan didominasi istri (pasangan informan 4).
Hasil
analisis
keputusan
dikategorikan
menjadi
empat
pada
pengambilan keputusan rujukan dalam perspektif gender di dalam rumah
tangga juga dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4. Kategori Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah Sakit pada
Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam
Rumah Tangga
Informan
Representasi
Lk
Pr
Pengambilan Keputusan
Empiris
Informasi
Lk
Pr
Lk
Pr
Eksplorasi
Lk
Pr
Pasangan
Informan 1
Pasangan
Informan 2
Pasangan
Informan 3
Pasangan
Informan 4
Pasangan
Informan 5
Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan
Keterangan :
Pengambil keputusan
Tabel 4.4. tersebut menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan
menurut kategori dalam pengambilan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil
berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga menunjukkan
bahwa kategori keuputusan empiris yang digunakan untuk pengambilan
keputusan rujukan. Hasil analisiS tabel 4.4 menunjukkan bahawa suami lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang
dibuktikan dengan tiga pasang informan (pasangan informan 1, pasangan
informan 2, dan pasangan informan 3), satu pasang informan informan
(pasangan informan 4) didominasi istri, dan satu pasang informan (pasangan
informan) istri dan suami memiliki kesempatan yang sama. Pengambilan
keputusan empiris merupakan pengambilan keputusan yang kurang memiliki
informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat
informasi diperoleh. Dalam hal ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan
baik bidan ataupun melalui Puskesmas sebagai referensi informasi dari
informan.
Hasil analisis gender pengambilan keputusan ada dua jenis yaitu
keputusan pribadi dan keputusan bersama pada pengambilan rujukan pada ibu
hamil risiko tinggi yang dapat dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5. Jenis Pengambilan Keputusan Rujukan Ke Rumah Sakit pada Ibu
Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah
Tangga
Pengambilan Keputusan
Informan / Pengambil
Keputusan
Pribadi
Bersama-sama
Lk
Pr
Lk
Pr
Pasangan Informan 1
Pasangan Informan 2
Pasangan Informan 3
Pasangan Informan 4
Pasangan Informan 5
Sumber : Hasil Wawancara dengan Informan
Keterangan :
Pengambil keputusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
Hasil analisis gender pada tabel 4.5 menyatakan bahwa keputusan
mennurut jenisnya dalam pengambilan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil
berisiko tinggi mayoritas adalah pengambilan keputusan dengan jenis pribadi
dengan pengambilan keputusan tersebut lebih dominan suami. Hal tersebut
ditunjukkan bahwa 3 pasangan informan menyatakan suami lebih dominan
mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit (pasangan informan 1, pasangan
informan 2, dan pasangan 3), dan satu pasang informan yaitu istri yang
dominan (pasangan informan 4) dalam mengambil keutusan rujukan ke rumah
sakit serta satu pasang informan (informan 5) dengan pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit diputuskan secara bersama-sama.
Dari hasil analisis gender menurut tingkat, kategori dan jenis
pengambilan keputusan rujukan menunjukkan bahwa dapat dilihat dari bukti
pernyataan dari pasangan informan sebagai berikut:
Pasangan informan 1
Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:
Istri
: “Untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena
dia yang bertanggung jawab keuangan”
Suami : “itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus
dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD,
kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit
Kustati saja mbak.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
Pasangan informan 2
Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan
denga pernyataan sebagai berikut:
Istri
: “Suami mengambil keputusan apa saja, saya nurut.” Bagi ibu,
keputusan terbaik itu yang diambil oleh suami yang dibuktikan dengan
pernyataan. … paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu
saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini
mbak, kalau saya sebgai ibu rumah tangga kalau ada apa-apa itu yang
bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah
tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”
Suami : ”saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu”
Pasangan informan 3
Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan suami yang dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:
Istri
: “tidak mbak, saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di
dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga”
Suami : “kepala rumah tangga, otomatis saya mbak” dan “tidak ada, ya saya
yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak”
Pasangan informan 4
Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi lebih dominan istri yang dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
Istri
: “tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan,
masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang
saya rasakan bu”
Suami : “tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut. …iya saya
mendukung pokoknya saya nurut saja”
Pasangan informan 5
Pada pasangan informan ini pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit pada ibu hamil berisiko tinggi diambil secara bersama-sama yang
dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
Istri
: Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma
Bunda Kebakkramat.”
Suami : “ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu. …sama-sama
mbak”
D. Pembahasan
1. Profil kegiatan Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan
ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di
dalam Rumah Tangga
Profil kegiatan kesehatan di dalam rumah tangga yang diambil dalam
penelitian ini adalah seperti dalam keuangan, tabungan, persiapan persalinan,
pemeriksaan dan informasi kehamilan risiko tinggi dalam pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit. Profil kegiatan kesehatan kehamilan risiko
tinggi di dalam keluarga tunjukkan tabel 4.1 analisis gender.
Hasil penelitian profil aktivitas keuangan dalam rumah tangga ini
menunjukkan bahwa peran penting istri memiliki peran penting dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
mengelola keuangan rumah tangga, karena pada dasarnya istri lebih detil
dalam mengurus keuangan rumah tangga.Walaupun istri di dalam rumah
tangga bukan sekedar menjadi sosok yang hanya mengasuh, mendidik anakanak serta mengurus suami dan rumah. Namun, suami lebih memiliki kontrol
dalam keuangan rumah tangga yang digunakan untuk kepentingan kesehatan
istri hamil dengan risiko tinggi yang akan melahirkan Dalam kontrol
penggunannyapun di dalam rumah tangga, suami tetap memegang peran
utama dalam kontrol keuangan rumah tangga. Hasil tersebut ditemukan bahwa
istri lebih dihargai sebagai perempuan sehingga istri memiliki peran penting
dalam pengelolaan keuangan rumah tangga walupun tidak memiliki peran
kontrol keuangan di dalam rumah tangga.Pada kontrol keuangan rumah
tangga dalam kesehatan ibu hamil hamil berisiko tinggi perempuan tidak
memiliki hak dan tidak dipercaya di dalam kesehatan istri hamil ketika
memerlukan tempat rujukan ke rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan
bayi. Suami boleh jadi pintar dalam hal memperoleh uang tetapi harus
diimbangi dengan istri yang juga pandai mengatur uang sehingga kondisi
keuangan keluarga tetap sehat.
Hasil penelitian profil kegiatan tabungan dan persiapan persalian
ditemukan dalam penelitian ini adalah ada dua pasang informan yang
memiliki akses dan kontol dalam tabungan dan persiapan pesalinan istri hamil
risiko tinggi. Dari kedua pasangan informasi menunjukkan bahwa suami lebih
dominan dalam akses dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
serta kontrol dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalinan pada istri
hamil risiko tinggi. Pada kedua pasangan menunjukkan bahwa istri tidak
memiliki peran gender yang lebih baik dan sama di dalam tabungan dan
persiapan persalinan ibu hamil risiko tinggi. Sehingga dirasa istri kurang di
dalam kepemilikan tabungan dan persiapan persalian pada kesehatan ibu
hamil risiko tinggi. Walaupun istri tidak memiliki akses dan kontrol dalam
tabungan dan persiapan persalinan, namun suami sadar dan perhatian pada
istri bahwa istri perlu uang untuk persiapan persalinan walaupun hanya sedikit
tapi itu sudah dianggap suami memiliki peran gender di dalam rumah tangga
tentang kesehatan ibu hamil. Selain itu, pada aktivitas ini juga ditemukan
bahwa ada tiga pasang informan yang tidak memiliki akses dan kontrol dala
tabungan dan persiapan persalianan pada ibu hamil risiko tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada peran gender di dalam rumah tangga untuk
kesehatan ibu hamil risiko tinggi. Ketiga pasang informasi tersebut dalam
persiapan persalinan mengandalkan pinjam uang pada saudara, tetangga
maupun jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau BPJS
Hasil penelitian profil kegiatan pemeriksaan kehamilan ditemukan
bahwa istri berperan lebih dominan memiliki akses di dalam rumah tangga.
Walaupun suami mengantar periksa hamil hanya pada saat USG, kehamilan
tua, atau ketika ibu mengalami tanda bahaya kehamilan. Bahkan suami hanya
akan ikut masuk ketika dipanggil bidan atau dokter untuk memberitahu hasil
pemeriksaan yang berbahaya untuk kesehatan ibu dan bayinya. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
menunjukkan bahwa istri kurang diperhatikan dan kurang dihargai suami
sebagai dalam kesehatan kehamilan mereka, seakan-akan kesehatan
kehamilan seorang istri merupakan tanggung istri sendiri dan tidak ada
campur tangan dari suami. Memang benar bahwa kesehatan kehamilan yang
menentukan adalah ibu hamil sendiri bukan suami.Sebenarnya kesehatan istri
hamil itu juga merupakan tanggung jawab suami dan istri di dalam rumah
tangga. Namun, ada juga pasangan informan pada aktivitas pemeriksaan
kehamilan itu lebih dominan pada akses dan kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa peran gender di dalam rumah tangga pasangan informan ini kurang
baik karena yang menentukan untuk periksa kehamilan adalah suami.
Walaupun dirasa suami sadar akan pentingnya kesehatan istri saat hamil.
Padahal yang hamil dan merasakan keadaan saat hamil adalah istri. tetapi
suamilah yang menginginkan dan memutuskan untuk periksa hamil.
Hasil peneliatian profil kegiatan informasi tanda bahaya kehamilan
risiko tinggi di dalam rumah tangga, istri lebih dominan memiliki informasi
tentang bahaya kehamilan daripada suami. Namun istri tidak memiliki kontrol
informasi kehamilan risiko tinggi di dalam rumah tangga guna memilih rumah
sakit rujukan untuk menyelamat ibu dan bayi. Peran gender istri di rumah
tangga menjadi tidak baik, karena seharusnya istri memiliki hak dalam
menentukan rumah sakit rujukan dengan informasi kehamilan risiko tinggi
untuk memilih rumah sakit rujukan yang diperoleh ibu dari tenaga medis
seperti bidan dan dokter maupun buku yang dibaca, karena istri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
mengetahui kondisi kesehatan kehamilannya. Hal tersebut menjadi kurang
adil bagi istri di dalam peran gender di dalam rumah tangga. Walaupun istri
lebih dominan dalam mengetahui informasi dalam tanda bahaya kehamilan
namun hal ini terlihat bahwa perhatian suami kepada istri hamil tidak ada
tentang bahaya kehamilan yang dialami istrinya serta menunjukkan bahwa
istri tidak dihargai dan tidak memiliki kedudukan yang sama tentang
kesehatan di dalam rumah tangga. Hal ini dibuktikan dengan beberapa suami
ada yang mengantar periksa kehamilan tetapi beberapa memilih untuk
menunggu di luar, tidak ikut masuk ke ruang periksa sehingga akses informasi
tentang tanda bahaya kehamilan kurang atau tidak diketahui oleh suami.
Namun, suamilah yang memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam rumah tangga.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kusumo, et.al (2013) bahwa
perempuan sebagai istri menyadari perannya secara tradisional, dengan
memandang bahwa kedudukan istri dalam keluargalebih rendah dari pada
suami sehingga wajar jika wewenang untuk mengambil keputusanada di
tangan suami. Istri menilai bahwa suami yangberkewajiban mencari nafkah
dan istri bertanggung jawab dalam mengurus rumah tanggadan tidak ingin
bertukar posisi meskipun secara ekonomis menguntungkan. Namun di
lainpihak istri juga ingin terlibat lebih jauh di sektor publik, hal tersebut
terlihat bahwa istri boleh membantu suami dalam mencari nafkah, istri boleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
terlibat dalamorganisasi sosial serta persepsi istri bahwa perempuan berhak
mengakses dan mengontrol sumberdaya yang ada.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Kusumawati (2012)
yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan di dalam sebuah keluarga
bukanlah tugas istri saja tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh
anggota keluarga, terutama bagi pasangan suami istri. Lebih baik lagi apabila
kesepakatan mengenai masalah keuangan dimana ibu mengatur keuangan dan
bapak juga berperan sebagai kontrol agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Keterbukaan, komunikasi dan kesepakatan bersama adalah prinsip yang harus
dipegang teguh oleh masing-masing pasangan dalam mengelola keuangan
keluarga.
Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan pernelitian Rossnanda
(2011), menyatakan bahwa bahwa tiap anggota keluarga menjalankan
perannya masing-masing dengan baik. Namun jika ada anggota keluarga lain
mengalami kesulitan, maka mereka saling membantu. Selain sebagai ayah
yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, ia juga ikut andil dalam
urusan rumah tangga atau sekedar membantu pekerjaan di rumah; sedangkan
anak, selain memiliki tugas utama yaitu sekolah dan mentaati aturan yang ada
di rumah, anak juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mengurus
rumah dan membantu orangtua dalam mengelola pekerjaan-pekerjaan yang
ada di rumah minimal mengurus barang-barangnya sendiri, sedangkan sebagai
istri, selain mengurus dan mengelola rumah tangga, ibu juga berperan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
pencari nafkah untuk membantu keuangan rumah tangga; berbeda seorang
istri yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, ia akan banyak memiliki
waktu untuk mengurus rumah tangga, suami dan anak-anak.
Hasil penelitian dari anaisis gender dari profil kegiatan pada akses
kesehatan kehamilan risiko tinggi di dalam rumah tangga dengan studi di
Puskesmas Gondangrejo
Karanganyar
disimpulkan
bahwa
keuangan,
pemeriksaan kehamilan, dan informasi lebih dominan istri. Namun, dalam
kontrol keuangan, pemeriksaan kehamilan, dan informasi dalam pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami. Sedangkan pada
akses dan kontrol tabungan dan persiapan persalinan lebih dominan suami.
Dari hasil kesimpulan jika dilihat dari persepektif gender peran antara istri dan
suami tidak seimbang, karena dalam kesehatan kehamilan pada istri hamil
risiko tinggi tidak memiliki kedudukan dan hak sejajar dengan suami di dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit ibu memiliki akses kegiatan di
dalam rumah tangga. Padahal istri hamil risiko tinggi merasakan kesehatan
kehamilannya sendiri yang seharusnya istri juga memiliki hak untuk
memutuskan rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit
pada ibu Hamil Risiko Tinggi antara dalam Pespektif Gender di dalam Rumah
Tangga di dalam Rumah Tangga
Faktor yang mempengaruhi pengambilam keputusan rujukan yaitu
pengetahuan, sikap, persepsi, sosial budaya, dan ekonomi yang dianalisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
yang ditunjukkan pada tabel 4.2 tabel analisis gender. Pada penelitian ini,
keputusan rujukan pada ibu hamil berisiko tinggi dalam pespektif gender pada
rumah tangga dengan menggunakan analisis gender ditemukan bahwa faktor
pengetahuan, sikap, persepsi, dan ekonomi.
Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemilihan rujukan
ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender salah
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan ini diperoleh dari bidan, dokter dan
buku yang dibaca untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pada faktor
pengetahuan kehamilan risiko tinggi pada istri lebih dominan karena istri lebih
mempunyai pengetahuan khususnya tentang ibu hamil yang berisiko tinggi
karena sering berinteraksi dengan dokter danbidan.Walapun istri memiliki
pengetahuan kehamilan risiko tinggi, tetapi istri tidak memiliki hak
sepenuhnya untuk menentukan rumah sakit rujukan. Namun, istri tidak
memiliki hak untuk mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit karena di
dalam faktor pengetahuan ini suami yang lebih dominan. Dilihat dari
perspektif gender, hal tersebut menunjukkan bahwa istri tidak memiliki hak
dan kedudukan yang sama di dalam kesehatan untuk pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi.
Hasil analisis gender fakor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi selanjutnya adalah
sikap. Sikap merupakan pernyataan informan mengenai rumah sakit yang
akan menjadi rujukan padda ibu hamil risiko tinggi. Faktor sikap dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, suamilah lebih dominan.
Dilihat dalam perspektif gender, istri hamil dengan risiko tinggi dalam
penelitian ini istri tidak memiliki kesempatan dan kedudukan sama dengan
suami untuk menyikapi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit dalam
rumah tangga.
Hasil analisis gender faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
rujukan ke rumah sakit selanjutnya adalah persepsi. Persepsi ini diperoleh dari
persepsi informan terhadap rumah sakit sebagai tempat rujukan dalam
pengambilan keputusan. Faktor persepsi yang ditunjukkan dengan akses jalan,
fasilitas rumah sakit, orang lain, dan jaminan kesehatan seperti Jamkesmas
dan BPJS. Faktor persepsi ini juga akan mempengaruhi pola pengambilan
keputusan rumah tangga dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit sehingga
dapat memperoleh penanganan kelahiran yang lebih baik. Persepsi dalam
penelitian ini lebih dominan dimiliki suami. Dilihat dariperspektif gender, hal
persepsipun perempuan (istri) tidak memiliki hak dan peran dalam memilih
tempat rujukan ke rumah sakit yang untuk menyalamatkan ibu dan bayinya.
Hasil analisis gender gender faktor sosial budaya yang mempengaruhi
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi.
Sosial budaya merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat yang diperoleh
dari penalaran. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, sosial budaya yang ada
di masyarakat Kabupaten Karanganyar ini memiliki sosial budaya seperti
mitos dan adat istiadat. Mitos yang didapat dalam peneliti ini adalah anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
tidak boleh dibawa keluar waktu magrib dan ibu hamil kalau pergi dibawain
bawang dan dlingobenge. Adat istiadat yang ada di masyarakat adalah mitoni,
syukuran setelah melahirkan yang disebutkan. Namun faktor sosial tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan ke rumah sakit pada ibu hamil dalam
perspektif gender di dalam rumah tangga di dalam rumah tangga.
Hasil analis gender faktor ekonomi pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit lebih dominan suami. Faktor ekonomi yang dilakukan suami
dengan cara bekerja untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga.Perkerjaan suami yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu security,
buruh bangunan, menjadi jasa pajak kendaraan bermotor, dan pemulung.
Memang laki-laki yang bertanggung jawab terhadap perekonomian rumah
tangga sebagai orang yang mencari nafkah, sehingga faktor ekonomi juga
dapat berpengaruh terhadap biaya di rumah sakit.Serta pada pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit di dalam rumah tangga pada ibu hamil
berisiko tinggi, suami lebih dominan. Walaupun dari penghasilan yang
didapat suami kurang mencukupi kebutuhan keluarga, namun suami
bertanggung jawab atas biaya untuk rujukan ibu hamil hamil berisiko tinggi
dengan cara meminjam uang ke tetangga atau saudara dan mencari jaminan
kesehatan berupa Jamkesmas dan BPJS dengan melengkapi syarat-syaratnya.
Dilihat dari perspektif gender walaupun istri tidak memiliki kesempatan dan
kedudukan dalam memilih rumah sakit rujukan, namun bapak memiliki peran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
gender di dalam keluarga yang bagus karena bertanggung jawab atas ibu dan
bayi.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Surajiyo (2007) menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu manusia terhadap sesuatu atau
segala perbuatan manusia untuk memahami atau hasil suatu obyek yang
dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu,
meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi akan
membuat suami dan istri mempunyai sikap dan persepsi dalam mengambil
keputusan dalam penentuan rujukan ke rumah sakit. Hal ini juga dipengaruhi
faktor sosial budaya, dimana faktor sosial budaya merupakan salah faktor
yang mempengaruhi keputusan dalam merujuk.
Hasil penelitian ini mendukung penyataan Dinkes Kabupaten Demak
(2007) yang meunyakan bahwa kehamilan dapat menimbulkan suatu
perubahan yang cukup drastis, baik perubahan fisik maupun perubahan
psikologis. Perubahan secara fisik pada ibu hamil seperti perubahan bentuk
tubuh yang ditandai dengan meningkatnya berat badan, timbulnya kloasma
gravidarum pada wajah (topeng pada wajah), timbulnya garis-garis pada
akibat peregangan kulit (biasanya pada kulit perut, kulit paha) dan lain
sebaginya. Sehingga perubahan fisik tersebut dapat mempengaruhi perubahan
secara psikologis. Perubahan psikologis akan menimbukan suatu pengharapan
dengan disertai kecemasan dalam menyambut kelahiran bayi. Sehingga akan
menimbulkan suatu sikap dan reaksi antar anggota dalam keluarga, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
sikap dan reaksi seorang suami pada kehamilan istri akan berbeda pada setiap
suku, bangsa serta mungkin akan lebih tergantung pada budaya/ada istiadat
setempat.
Peran bidan atau dokter juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan
rujukan suami istri dengan kehamilan risiko tinggi. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa kualitas bidan
ataupun dokter yang disediakan pihak rumah sakit merupakan hal penting
yang harus dicermati oleh rumah sakit karena dapat mempengaruhi citra dari
rumah sakit. Citra tersebut dapat menjadi suatu pertimbangan pasien dalam
memilih suatu rumah sakit yang akan menangani masalah kesehatanya. Pasien
akan menganggap suatu pelayanan rumah sakit tersebut baik apabila mereka
merasa kualitas dari dokter-dokter di rumah sakit tersebut baik dan banyak
orang yang sudah pernah menggunakan jasanya dan orang-orang tersebut
berpendapat baik serta banyak sekali orang yang mengunjungi, maupun
mengetahui pelayanan dari rumah sakit tersebut.
Penelitian ini mendukung penelitian Wawan dan Dewi (2010)
menyatakan bahwa status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga,
keadaan
ekonomi
akan
mempengaruhi
sistem
pelayanan
kesehatan.
Membayar biaya perawatan kesehatan merupakan suatu masalah besar bagi
masyarakat. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang berobat ke pelayanan
kesehatan menimbulkan persepsi bahwa biaya perawatan kesehatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
mahal atau biaya kesehatan yang murah. Selain itu faktor harga juga
berpengaruh dalam pengambilan keputusan rujukan rumah sakit pada suami
atau istri dengan kehamilan risiko tinggi. Konsumen akan mengharapkan
harga yang ditawarkan produsen dapat terjangkau dan sesuai dengan
keinginannya. Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi
konsumen
dalam
membandingkan
memutuskan
harga
dari
produk
pembeliannya,
pilihan
konsumen
mereka
dan
akan
kemudian
mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai atau tidak dengan nilai produk
serta jumlah uang yang harus dikeluarkan. Harga dalam industri jasa rumah
sakit menurut pendapat dari Aditama (2002) adalah biaya di sebuah rumah
sakit tidak hanya tertuju kepada besarnya tarif yang harus dibayar tiap pasien
untuk satu jenis pemeriksaan atau tindakan tetapi namun keseluruhan biaya
yang harus dibayar oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit.
Keberadaan rumah sakit yang bersedia menerima pasien dengan BPJS,
Jamkesmas dapat menjadi rujukan bagi informan untuk mendapatkan layanan
kesehatan.
Hasil penelitian dari analisis gender tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan ibu risiko tinggi di dalam rumah
tangga dengan studi di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar adalah
pengetahuan, sikap, persepsi, dan ekonomi. Dari faktor pengetahuan dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit lebih dominan suami
walaupun istri memiliki pengetahuan kehamilan risiko tinggi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
menentukan keputusan rujukan ke rumah sakit. Sedangkan faktor sikap,
persepsi dan ekonomi lebih dominan suami dan suami lebih dominan dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit yang dipengaruhi faktor
tersebut. Dari hasil kesimpulan jika dilihat dari persepektif gender peran
antara istri dan suami tidak seimbang, karena faktor yang ditemukan dalam
pengambilan keputusan, istri hamil risiko tinggi tidak memiliki kedudukan
dan kesempatan di dalam rumah tangga. Padahal istri hamil risiko tinggi
merasakan kesehatan kehamilannya sendiri yang seharusnya istri juga
memiliki hak untuk memutuskan rumah sakit untuk menyelamatkan ibu dan
bayinya.
3. Pengambil Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada Ibu Hamil Risiko Tinggi
dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga
Pengambilan keputusan keluarga dalam merujuk ibu hamil berisiko
tinggi ke rumah sakit dalam perspektif gender di dalam keluarga merupakan
suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan beberapa keputusan.
Suatu keputusan melibatkan pilihan di antara kedua atau lebih alternatif
tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami memegang peranan
yang lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan hal ini disebabkan
karena suami merupakan kepala keluarga.
Pengambilan keputusan rujukan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
menurut tingkatan, kategori, dan jenis. Faktor yang mempengaruhi menrut
dibagi menjadi empat, yaitu keputusan otomatis, keputusan berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
informasi yang diharapkan, keputusan berdasarkan pertimbangan, dan
berdasarkan ketidakpastian ganda. Faktor yang mempengaruhi menurut
kategori dibagi menjadi dua, yaitu keputusan dengan kategori representatif,
keputusan empiris, keputusan informasi, dan keputusan eksplorasi. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi keputusan menurut jenisnya ada dua, yaitu
keputusan pribadi dan keputusan bersama.
Hasil penelitian yang menggunakan analisis gender menunjukkan bahwa
informan mempunyai jenis pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit
pada ibu hamil berisiko tinggi di dalam keluarga, mayoritas dengan tingkatan
otomatis dansuami lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit. Keputusan otomatis merupakan keputusan diambil dengan cara
sederhana dan seketika itu juga. Hasil analisis gender tersebut menunjukkan
bahwa suami lebih dominan dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah
sakit. Sehingga dalam perspektif gender, penelitian ini menunjukkan bahwa
istri hamil risiko tinggi tidak memiliki kesempatan dan kedudukan yang sama
dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit sesuai dengan keinginan
istri di dalam keluarga untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Hasil penelitian dengan analisis gender pada kategori pengambilan
keputusan rujukana ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam
perspektif gender di dalam rumah tangga mayoritas kategori keputusan
rujukan empiris dan suami lebih dominan dalam mengambil keputusan
rujukan ke rumah sakit. Keputusan empiris merupakan keputusan yang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
tidak memiliki banyak informasi kehamilan risiko tinggi untuk dirujuk ke
rumah sakit tetapi informan tahu cara memperoleh informasi untuk
menentukan keputusan rujukan dalam menyelamatkan ibu dan bayinya.
Dalam penelitian ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan baik bidan,
dokter, tenaga kesehatan di Puskesmas, dan kader kesehatan sebagai referensi
informasi
dari
informan.Bidan
memiliki
peran
yang
besar
dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan pihak keluarga dalam merujuk ibu
bersalin. Karena bidan yang mengenali tanda-tanda bahaya dari ibu bersalin
dan juga yang mengetahui bahwa ibu bersalin perlu dirujuk. Hal ini didukung
oleh pihak keluarga yang cenderung awam mengenai tanda-tanda bahaya dari
ibu bersalin sehingga untuk mengetahui ibu bersalin dalam kondisi bahaya
atau tidak, pihak keluarga membutuhkan masukan informasi dari pihak yang
kompeten (bidan yang membantu persalinan). Dalam perspektif gender, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
memiliki kesempatan memilih
rumah sakit dan kedudukan yang sama dalam pengambilan keputusan rujukan
ke rumah sakit pada kesehatan dan menyelamatkan ibu dan bayi.
Hasil penelitian dengan analisis gender pada jenis pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam
perspektif gender di dalam rumah tangga mayoritas jenis keputusan rujukan
pribadi. Keputusan pribadi merupakan keputusan yang diambil untuk
kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan untuk menentukan
keputusan rujukan dalam menyelamatkan ibu dan bayinya. Hasil analisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146
gender penelitian ini, suami lebih dominan untuk mengambil keputusan
rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi dengan keputusan pribadi.
Hal ini dilihat dalam perspektif gender menunjukkan bahwa istri tidak
memiliki
kesempatan
untuk
memilih
dan
hak
dalam
menentukan
kesehatannya sendiri untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Menurut Salusu (2006)
bahwa keputusan empiris merupakan keputusan yang kurang memiliki
informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat
informasi diperoleh dalam hal ini informasi diperoleh dari tenaga kesehatan
baik bidan ataupun melalui Puskesmas sebagai referensi informasi dari
informan.Hal ini dilihat dari analisis gender yang rangkum dalam tabel
4.4bahwa
bidan
memiliki
peran
yang besar
dalam
mempengaruhi
pengambilan keputusan pihak keluarga dalam merujuk ibu bersalin. Hal ini
disebabkan bidan memiliki informasi kehamilan dengan risiko tinggi dan juga
yang mengetahui bahwa ibu bersalin perlu dirujuk.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Musadad, et el., (2003)
bahwa pengambil keputusan di keluarga untuk mencari pertolongan
persalinan sebesar 36,7 % dilakukan oleh istri, 30,7% dilakukan oleh suami.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari Shrestha (2012)
bahwa perempuan di Nepal lebih memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan daripada suami, namun mereka tidak memiliki kesempatan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
mengambil keputusan pada akses pelayanan kesehatan. Mereka masih
mengikuti keputusan suaminya.
Hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis gender dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
dalam perspektif gender di dalam keluarga dalam studi di Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan mayoritas dengan tingkat otomatis, kategori empiris dan jenis
pribadi. Pengambilan keputusan tersebut didominasi suami. dalan perspektif
gender, penelitian ini menunjukkan bahwa lemahnya perempuan yang tidak
memiliki kedudukan yang sama di dalam rumah tangga dalam pengambilan
keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi.
Hasil keseluruhan penelitian ini dengan menggunakan analisis gender dapat
disimpulkan bahwa semua keluarga (suami) menyadari tentang tanda bahaya
kehamilan karena telah diberikan informasi dari bidan, dokter maupun Puskesmas
dan kader tempat informan melakukan pemeriksaan kehamilan. Pihak keluarga
menyadari, walaupun pada dasarnya tidak siap untuk dirujuk karena masalah biaya
tetapi adanya faktor-faktor harapan supaya ibu mendapat pertolongan dan selamat.
Harapan yang dimiliki oleh pihak keluarga menjadi motivasi kuat untuk bisa
menyelamatkan ibu yang dalam kondisi kritis untuk segera mendapatkan
pertolongan dan caranya dengan mematuhi apabila ada anjuran merujuk.
Demikian, harapan ini mendukung pola pengambilan keputusan merujuk yang
dapat mencegah terjadinya keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit. Hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
penelitian ini yang menyatakan bahwa laki-laki sebagai faktor dominan dalam
pengambilan keputusan karena laki-laki adalah kepala rumah tangga, yang harus
bekerja setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Walaupun istri
memiliki banyak informasi kehamilan risiko tinggi namun istri tidak memiliki
kesempatan untuk memilih rumah sakit rujukan dan tidak memiliki kedudukan
yang sama dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit di dalam
keluarga. Hal ini jika dilihat dari perspektif gender, peran istri dan suami dalam
rumah tangga untuk pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu
hamil berisiko tinggi masih menekankan pada budaya patriaki. Pada budaya
patriaki, suami memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan keluarga
yang disebabkan suami merupakan kepala keluarga yang memiliki peran sebagai
penentu nasib dan penggunaan sumber-sumber ekonomi keluarga.
Banyak dasar-dasar nilai
patriarki dalam masyarakat Jawa
yang
menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Segala keputusan
yang berkait dengan diri perempuan diputuskan oleh laki-laki. Dibandingkan lakilaki perempuan diberi aturan ketat, dibatasi dengan kata kodrat perempuan. Wanita
tidak diberi sektor publik bahkan wanita harus terima ketika laki-laki
menyuruhnya berhenti bekerja atau tidak diizinkan bekerja.
Hasil keseluruhan penelitian ini sesuai dengan pernyataan Efendi &
Makhfudli (2009) bahwa masyarakat di Indonesia yang tinggal di pedesaan dengan
tingkat pendidikan yang rendah serta memiliki status ekonomi-sosial yang rendah
pula, masih menganut garis keturunan patrilineal. Patrilineal merupakan keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
yang dihubungkan dengan jalur keturunan dari laki-laki (suami). Sehingga
masyarakat cenderung menerima konsep peranan antara laki-laki dan perempuan
secara tradisional yang dalam pengambilan keputusan ditingkat keluarga adalah
laki-laki (suami). Di dalam keluarga di pedesaan, suamilah yang paling sering
banyak berbicara sehingga pengambilan keputusan terkahir di dalam keluarga
adalah suami.
Hal ini tidak terlepas bahwa informan adalah orang Jawa sehingga kental
dengan budaya patriarki. Hasil pkeselurhan penelitian ini juga sesuai dengan
pernyataan Pinem (2009) bahwa patriarki merupakan keadaan masyarakat yang
menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam
segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
commit to user
150
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko
tinggi dalam perspektif gender di dalam keluarga meliputi akses dan kontrol
kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil, faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit, serta cara
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit. Walaupun istri memiliki
akses keuangan, akses pemeriksaan kehamilan, informasi dan pengetahuan
kehamilan risiko tinggi. namun suami lebih dominan daripada pada istri dalam
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi.
Suami dalam pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit mayoritas
menggunakan
pengambilan
keputusan
tingkat
otomastis,
kategori
pengambilan keputusan empiris, dan jenis pengambilan keputusan pribadi. Hal
ini menunjukkan bahwa peran istri dan suami dalam rumah tangga untuk
pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi
dalam perspektif gender masih menekankan pada budaya patriaki karena
suami memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit yang disebabkan suami merupakan kepala keluarga yang berperan
sebagai penentu nasib dan penggunaan sumber-sumber rumah tangga pada
sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di Jawa.
commit to user
150
151
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi
1. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga tidak dapat diketahui besar
kecilnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan keluarga dalam merujuk ibu hamil risiko tinggi ke rumah sakit,
oleh karena itu perlu pengembangan penelitian lanjutan untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi keputusan pengambilan rujukan dalam
perspektif gender yang lebih mendalam khususnya pada faktor sosial
budaya dan ekonomi.
2. Hasil penelitian kemungkinan diketahui bahwa informasi yang didapat
kurang akurat karena informan masih menebak dalam pengambilan
keputusan yang akan dilakukan, sehingga hal ini menjadi dasar bagi
pengembangan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian pada ibu
yang telah dirujuk ke rumah sakit sehingga hasil penelitian mengenai
faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan rujukan menjadi
lebih baik
C. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Perlunya pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
tindakan untuk merujuk ibu bersalin ke rumah sakit bagi istri yang
mengalami kehamilan risiko tinggi.
commit to user
152
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melalukan faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit,
khususnya dari faktor tenaga kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abushaikha, L. & Khalaf, I. 2014. “Exploring the Roles of Family Members in
Women’s Decision to Use Postpartum Healthcare Services from the Perspectives
of Women and Health Care Providers”. Woman & Health Vol. 54 no. 6 hlm. 502512.
Aditama, C.Y. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI Press.
Astuti, S.P. 2008. Pola Pengambilan Keputusan Keluarga dan Bidan Dalam Merujuk
Ibu Bersalin Ke Rumah Sakit pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Demak.
Semarang: Tesis Universitas Diponegoro.
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Barden. 2006.Pre-Eclampsia: “Contribution of Maternal ConstitutionalFactors And The
Consequences For Cardiovascular”. Clinical and Experimental Pharmacology
and Physiology vol. 33 hlm. 826-830.
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jansen. 2005. Buku Ajar Keperwatanan Maternitas, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Broek, N.R., Van Den, dan Falconer, A. D. 2011. “Maternal Mortality and Millennium
Development Goal 5”. British Medical Bulletin vol. 99 hlm. 25–38.
Cambronero-Saiz, B. 2013. Gender Pilicies and Advertizing Practices that Affect
Women’s Health. Spain: Department of Public Health, University of Alicante.
Cresswell, J.W. 2003. Research Design and Marketing Qualitative, Quantitative, and
Mixes Methodes Approachhes. USA: SAGE Publications.
Croyle, RT. 2005. Theory at a Glance: Application to Health Promotion and Health
Behavior (Second Edition). United Nation: Department of Health and Human
Services, National Institutes of Health.
De Cheney, A.H. & Nathaan, L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis
and Treatment. 9th edition. Mc. Graw – Hill: Inc.
Depkes RI. 2004. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta: Balibangkes.
Depkes RI. 2008. Program Pelayanan Reproduksi dan Pelayanan Integratis di Tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Jakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dewi, S.R. 2006. “Gender Mainstreaming: Feminisme, Gender dan Transformasi
Institusi”. Jurnal Perempuan vol. 50 hlm. 7-16.
Dinkesprov Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang.
Dinkes Kabupaten Demak. 2007. Laporan Kesehatan Keluarga (KESGA) dinas
Kesehatan Kabupaten Demak. Demak.
Dinkes Kabupaten Karanganyar. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar 2013.
Karanganyar.
Djaja, S., Mulyono., L, dan Afifah, T. 2003. “Penyebab Kematian Maternal di
Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001”. Majalah Kedokteran
Atmajayavol. 2 no.3 hlm. 191-202.
Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fakih, M. 2003. Analisis Gender dan Tranformasional, Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Fibriana, A.I. 2007. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal
(Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). Semarang : Tesis Universitas Diponegoro.
Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Henslin, J.M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
Hou, X. & Ma, N. 2013. “The Effect of Women’s Decision-makingPower on Maternal
Health Services Uptake: Evidence from Pakistan”. Health Policy & Planning vol.
28 no. 2 hlm. 176-184.
KBBI. 2014. Hamil. http://kbbi.web.id/hamil. diakses tanggal 24-11-2014 jam 21.46
WIB.
Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta.
Kemenperpenas/Bappenas. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJM 2010-2014. Jakarta.
Kusumawati, Y. 2012. “Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh. Jurnal Komunitas”, Vol
4 No. 2 : 157-167.
Kusumo, RAB., Charina, A., Mukti, GW. 2013. “Analisis Gender Dalam Kehidupan
Keluarga Nelayan Di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis”. Jurnal Social
Economic of Agriculture Vol. 2 (1) hlm. 42-5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
7 Vol 1. Jakarta: EGC.
March, C., Smyth, I., Mukhopadyay, M. 2005. A Guide to Gender Analysis and
Planning. Oxford: Oxfam UK.
Musadad, A., Rochmalina,dan Rahajeng, E. 2003. “Pengambilan Keputusan pada
Pertolongan Persalinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol. 2 no. 1 hlm. 200-208.
Permenkes RI no. 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan layanan kesehatan
perseorangan.
Piane, G.M. 2008. “Evidence-based Practices to Reduce Maternal Mortality:
ASystematic Review”. Journal of Public HealthVol.31 no.1 hlm. 26–31.
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta : Trans Media.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Pusdinakes, WHO, dan JHPIEGO. 2003. Asuhan Antenatal. Jakarta.
Riahinejad, S.,Motamedi, N., Saadat, N., Mostofiniya, M., and Toghiani, A. 2011.
“Effect of Vaginal Bleeding in First Trimester of Pregnancy on Pregnancy
Outcomes”. Journal of Isfahan Medical School vol. 29 no.156 hlm. 1-7.
Rochaety, E. 2008. SIM Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rokhmah, D. 2011. Kesehatan Ibu: Sebuah Perspektif Gender (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember). Jember: Tesis Universitas Jember.
Saifudin, B.S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salusu, J.2006. Pengambilan KeputusanStratejik untuk Organisasi Publik dan Non
Profit. Jakarta: Grasindo.
Sari, PCP. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Berobat Serta
Dampaknya Terhadap Kepuasan Pasien (Studi Kasus Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama Semarang). Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro
Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Bogor: Kencana.
Shrestha. 2012. Gender Study on Knowledge and Decision Making on Maternal Health
Care in Nepal. Health Prospect vol. 11 hlm. 1-6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Penerbit: Salemba
Medika.
Sunaryo. 2006. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Suatu Pengantar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya
Dalam Penelitian. Surakarta: Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret.
Suwanto, F.T.I. 2009. Ayo Belajar PendidikanKewarganegaraan. Yogyakarta:
Kanisius.
Syarifudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Thorsen, V.C., Sundby, J., and Malata, A. 2012. “Piecing Together the Maternal Death
Puzzle through Narratives: The Three Delays Model Revisited”. Journal Plos One
vol. 7 no. 12 hlm. 1-12.
Tiran, D. 2014. “Nausea and Vomiting in Pregnancy: An ‘Alternative’ Approach to
Care”. British Journal Midwifery vol. 22 no. 8 hlm. 544-550.
Tjiptono, Fandy. (2005). Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer.
Jogyakarta: Andi.
Turner, D.P. 2012. “Predictors of Headache Before, During, and After Pregnancy: A
Cohort Study”. American Headache Society vol. 52 no. 3 hal. 348-362.
Unicef.
2012.
Ringkasan
Kajian
Kesehatan
Ibu
dan
Anak.
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf. diakses tanggal 13-11-2014 jam
11.37 WIB.
United
Nation.
2014.
Sustainable
Development
Goals.
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/1579SDGs%20Proposal
.pdf Diakses tanggal 13-01-2015 jam 23.30 WIB.
Wawan dan M. Dewi 2011.Teori dan pengukuran pengetahuan,sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Walton, L.M., dan Schbley, B. 2013. “”Maternal Health Care in Bangladesh and Gender
Equity: A Review Artikel”. Online Journal of Health Ethic Vol. 9 no. 1 hlm. 1-18.
WHO. 2000. Making Pregnancy Safer, a Health Sector Strategy for Reducing Maternal
and Perinatal Morbidity and Mortality. New Delhi: WHO-SEARO.
commit to user
WHO. 2002. Gender Analysisin Health : a Review of Selected Tools. Switzerland.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
WHO. 2012. Trends in maternal mortality: 1990 to 2010. Geneva: WHO.
WHO. 2013. Counselling for Maternal and Newborn Health Care: a Handbook for
Building Skills. Switzerland: WHO Press.
WHO. 2014. Maternal Mortality. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/
diakses tanggal 12-2-2015 jam 4.33 WIB.
WHO. 2014. Pregnancy. http://www.who.int/topics/pregnancy/en/. Diakses tanggal 2411-2014 jam 22.04 WIB.
commit to user
Lampiran 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERMOHONAN UNTUK MENJADI PARTISIPAN
Kepada Yth
Bapak/Ibu
Di Wilayah Puskesmas Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama
: Septiana Juwita
NIM
: S021308077
adalah mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sebelas Maret Surakarta, akan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengambilan
Keputusan Rujukan Ke Rumas Sakitpada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif
Gender (Studi Di Wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu sebagai
partisipan. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian akademis.
Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi
informan penelitian ini dengan memberikan jawaban secara tulus dan jujur atas
pertanyaan yang saya ajukan.
Atas perhatian dan kesediaannya sebagai partisipan penelitian ini, saya ucapkan
terimakasih.
Surakarta,
April 2015
Peneliti
Septiana Juwita
commit to user
Lampiran 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Bapak/Ibu
: ........................... (diisi peneliti)
Usia
: ........................... (diisi peneliti)
Kehamilan Ibu ke
: ........................... (diisi peneliti)
Usia kehamilan Ibu
: ........................... (diisi peneliti)
Setelah memahami isi penjelasan dari lembar permohonan menjadi partisipan, maka
dengan ini menyatakan persetujuan saya menjadi partisipan dan bersedia untuk direkam
dalam penelitian ini serta bersedia memberikan jawaban secara tulus dan jujur sesuai
dengan kemampuan saya.
Saya percaya dan menyadari sepenuhnya bahwa jawaban dari pertanyaan yang
diajukan akan dijamin kerahasisaanya oleh peniliti.
Demikian bantuan saya kepada saudara, semoga berhasil dan bermanfaat bagi
kepentingan penelitian akademis ini.
Surakarta,
April 2015
Hormat Saya
(.................................................................)
Partisipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3
digilib.uns.ac.id
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT
PADA IBU HAMIL BERISIKO TINGGI DALAM PERSPEKTIF GENDER
A. Pendahuluan
Wawan cara mendalam dilakukan untuk mengambil data melalui
penggalian informasi yang luas dan mendalam pada subyek penelitian baik dari
pengalamannya maupun ungkapan perasaannya. Suasana wawan cara diatur
sedemikian rupa sehingga subyek akan kooperatif dalam berkomunikasi
dengan jujur dan terbuka, dengan demikian data akan mudah untuk dianalisis.
Penggunaan bahasa tidak harus pas dengan pertanyaan di bawah ini,
namun dapat disesuaikan dengan situasi wawancara, kondisi responden yang
sedang sakit atau kondisi responden yang malas berkomunikasi secara formal
dan kaku, bisa diselingi dengan obrolan yang lain, komentar lain yang memang
menarik untuk dicatat, namun tetap terarah dalam topik yang dibicarakan.
B. Tujuan
Memperoleh informasi, tanggapan, pendirian dari subjek penelitian
secara jujur sebagai data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, hasil
wawancara digunakan sebagai sumber data.
C.
Waktu
: lamanya waktu 30 menit sampai 60 menit
Subjekpenelitian
: ibu hamil berisiko tinggi dan suaminya
Tempat
: ditentukan atas kesepakatan subjek dan peneliti
Penjelasan
1. Subyekdiberipenjelasan yang menyangkut maksud dan tujuan dan
diharapkan dapat memberi informasi, tanggapan apa adanya yang
menyangkut permasalahan yang diteliti.
2. Informasi yang diberikan hanya untuk kepentingan penelitian saja dan
dijamin kerahasiaannya.
3. Semua isi wawancara akan dicatat dan direkam dengan tape recorder:
apakah subjek setuju?
D.
Jenis Data yang dikumpulkan
commit
to user karakteristik pasangan ibu hamil
Jenis data yang dikumpulkan
mengenai
berisiko tinggi dan suami, pembagian peran pasangan ibu hamil berisiko tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan suami di dalam rumah tangga, akses pasangan ibu hamil berisiko tinggi
dan suami ke rumah sakit, kontrol dalam pengambilan keputusan rujukan ke
rumah sakit terhadap pasangan ibu hamil berisiko tinggi dan saumi di dalam
rumah tangga, pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit untuk mencegah
kematian maternal. Tentunya dari semua data tersebut dikaitkan dengan
perspektif gender.
E.
Daftar Pertanyaan Mendalam
1. Umum
Hari/tanggal/jam
:
Tempat
:
Nama pewawancara
:
2. Demografi
Nama
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Hamil ke
:
Usia kehamilan
:
Jumlah anak hidup
: ... perempuan ; ... laki-laki
Jumlah anak mati
: ... perempuan ; ... laki-laki
3. Daftar Pertanyaan Terbuka
1) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang pekerjaan Anda?
b. Dapatkah Anda menceritakan penghasilan keluarga selama satu
bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga?
c. Bagaimana dengan tabungan untuk mempersiapkan persalinan ibu?
d. Bagaimana dengan tabungan selain untuk mempersiapkan persalinan
ibu?
f. Dapatkah Anda menceritakan tentang membagi waktu antara bekerja
dengan kesehatan keluarga?
2) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang bagaimana Anda merawat
anak?
to user
b. Bagaimana pengaruhcommit
merawat
anak dengan kehamilan ibu?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) a. Dapatkah Anda menceritakan tentang keputusan memiliki jumlah
anak?
4) a. Dapatkah Anda menceritakan kehamilan itu seperti apa?
b. Bagaimana Anda bisa mengatakan kehamilan seperti itu?
5) a. Apakah Anda mengetahui kehamilan dari segi kesehatan? Dapatkah
Anda menceritakan kehamilan dari sisi kesehatan?
b. Bagaimana Anda bisa mengetahui kehamilan dari sisi kesehatan?
c. Dapatkah Anda menceritakan tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil
itu seperti apa?
d. Bagaimana Anda mencegah terjadinya tanda bahaya yang akan
terjadi pada ibu hami?
e. Jika Anda menemui tanda bahaya pada ibu hamil di dalam keluarga.
Bagaimana tindakan yang akan Anda lakukan?
f. Menurut Anda, adakah kendala dalam melakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil
menjadi parah? Dapatkah Anda menceritakan hal itu?
g. Dapatkah Anda menceritakan, bagaimana cara mengantisipasi
kendala dalam mencegah terjadinya tanda bahay akan menjadi
semakin lebih parah?
h. Dapatkah Anda menceritakan manfaat dari kehamilan yang Anda
ceritakan tadi?
6) a. Dapatkah Anda menceritakan mitos-mitos / adat budaya tentang
kehamilan yang ada di masyarakat Gondangrejo?
b. Dapatkah Anda menceritakan tanggapan Anda mengenai mitos-mitos
/ adat budaya yang ada di masyarakat sini?
c. Dapatkah Anda menceritakan sanksi mitos-mitos / adat budaya yang
ada di masyarakat sini jika tidak dilaksanakan?
7) a. Dapatkah Anda menceritkan riwayat penyakit dan riwayat kehamilan
ibu sebelumnya?
b. Dapatkah Anda menceritakan tindakan yang dilakukan dalam
menangani kehamilan ibu sebelumnya?
c. Dapatkah Anda menceritakan kondisi kehamilan ibu saat ini?
commit
to user tentang kondisi kehamilan ibu
d. Bagaimana Anda dapat
mengetahui
saat ini?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Setelah Anda mengetahui kondisi kehamilan ibu saat, dapatkah Anda
menceritakan tindakan apa yang akan Anda lekukan?
8) a. Ketika ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan (risiko tinggi)
dianjurkan oleh bidan/dokter untuk segera dirujuk ke RS agar ibu
dan janin segera mendapat penanganan dan pertolongan. Dapatkah
Anda menceritakan bagaimana pengambilan keputusan rujukan ke
RS pada ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan?
b. Dapatkah Anda menceritakan kendala seperti apa dalam pengambilan
keputusan rujukan ke RS pada ibu hamil dengan tanda bahaya
kehamilan (risiko tinggi) yang mungkin akan terjadi?
c. Dapatkah Anda menceritakan jarak, kodisi jalan, alat transportasi
dalam merujuk ibu dengan tanda bahaya kehamilan (risiko tinggi) ke
RS?
d. Dapatkah Anda menceritakan cara mendapatkan uang untuk dapat
membayar biaya RS?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
Download