UPAYA MENINGGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVITION ( STAD ) SISWA KELAS IX-1 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI Sempat Malem Tarigan Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model pelajaran tipe Student Teams Achievement Divition (STAD). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan M Targart dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IX-1 SMP Negeri 8 Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model STAD mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa setiap siklus, yaitu siklus I (65,71 %), siklus II (77,14%), siklus III (88,57%) dan dinyatakan berhasil. Kata Kunci : Model Pelajaran Tipe STAD, Hasil Belajar PENDAHULUAN Di dalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode dan model pelajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pelajaran. Jika guru terlibat di dalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai. Penelitian tindakan kelas dalam berbagai tingkatan telah berkembang sangat pesat akhir-akhir ini, terutama di negara-negara yang telah maju. Berbeda dengan di Indonesia masih sangat sedikit baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini dimungkinkan terjadi karena minimnya akses guru pada informasi serta adanya ketergantungan pada segala prosedur baku tanpa melihat lebih cermat mengenai esensi dari penelitian tindakan kelas itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IX-1 SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi tahun pelajaran 2013/2014 melalui pelajaran kooperatif tipe STAD. 100 Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dii dentifikasikanbeberapa permasalahan sebagai berikut : Guru monoton sehingga kondisi di kelas membosankan Guru hanya menggunakan alat peraga yang sudah jadi Guru kurang Kreatif Siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Apakah dengan menggunakan model pelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IX-1SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi Tahun pelajaran 2013/2014?” TINJAUAN TEORI Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan setiap manusia dalam kehidupan sehari - hari. Objek belajar terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung belajar adalah fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tidak langsung belajar adalah transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin pribadi dan apresiasi pada struktur matematika. Fakta adalah perjanjian-perjanjian seperti simbolsimbol, keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat, konsep adalah ide abstrak dan prinsip merupakan objek yang paling kompleks karena prinsip adalah sederetan konsep beserta hubungan antara konsepkonsep tersebut. Hasil merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Jadi hasil adalah kemampuan yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Pengertian dari dua kata hasil dan belajar atau hasil belajar secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru di sekolah, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyatan verbal (kualitatif). hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu : a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu, yang termasuk ke dalam 101 faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial, yaitu antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik dan sebaliknya. Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Kagan dan Slavin hakikat pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh siswa dalam suatu kelompok yang.terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas, struktur tujuan,dan struktur penghargaan (reward). Dalam penerapan pelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling berinteraksi dan bekerja sama untuk suatu. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995) . Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993). Pembelajaran Kooperatif Students Team Achievement Divition (STAD) Model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai pendidikan tertentu (Sanjaya, 2007 : 126). Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian diatas. Pertama, Model pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber 102 daya/kekuatan dalam pelajaran. Ini berarti penyususnan suatu model baru sampai proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Menurut Kemp dalam sanjaya (2007 : 126), menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesian., senada dengan pendapat diatas, selanjutnya Dick and Carey juga menyebutkan bahwa Model Pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pelajaran yang diguanakan secara bersam-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Ada tiga jenis model yang berkaitan dengan pelajaran, yakni: (1) Model pengorganisasian pelajaran (2) Model penyampaian pelajaran (3) Model pengelolaan pelajaran (Uno, 2008 : 45) Students Team Achievement (STAD) merupakan salah satu model pelajaran kooperatif yang melakukan pengelompokan siswa dalam proses pelajaran. Dengan model pelajaran ini, siswa diperlakukan sebagai subjek belajar yang secara kreatif dan aktif melakukan aktivitas belajar dalam kelompok. Students Team Achievement (STAD) dapat diartikan sebagai tim siswa kelompok prestasi. Dalam hal ini, siswa belajar dalam tim atau kelompok yang telah dibentuk sehingga orientasi pelajarannya mengarah pada peningkatan kemampuan anggota kelompok secara merata. Dengan model ini, setiap siswa dalam suatu kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk meningkatkan hasil belajarnya. Kesempatan yang dimaksud adalah bahwa dalam tim belajar tersebut setiap siswa dapat bertukar pikiran dengan lainnya dalam satu kelompok untuk mencari solusi terhadap suatu permasalahan. Dalam Students Team Achievement (STAD) di atas ditempatkan dalam suatu tim yang beranggotakan empat orang. Keempat siswa tersebut memiliki tingkat kemampuan yang berbeda yang ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh. Selain itu, anggota tim tersebut mungkin berasal dari ras atau suku serta kelamin yang berbeda, sehingga setiap anggota tim dapat saling mengisi satu sama lain dan secara sosial dapat belajar bagaimana bekerja sama yang baik. Selanjutkan siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kelebihan Model Pelajaran STAD Kelebihan dalam penggunaan model pelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut: 1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok. 103 2. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. 3. Menerapkan bimbingan oleh teman. 4. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilainilai ilmiah. Kelemahan Model Pelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelemahan dalam penggunaan model pelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. 2. Guru pada permulaan akan membuat kesalahankesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguhsungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti termotivasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam proses pelajaran di kelas khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas IX-1 SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi. Dengan menggunakan model pelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa diharapkan dapat bekerjasama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kelompoknya dan belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, serta melibatkan siswa aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dalam suasana belajar yang menyenangkan mereka, sehingga apa yang dipelajari lebih bermakna dan dipahami bagi diri setiap siswa . Oleh karena itu diharapkan melalui model Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa di kelas IX-1 SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi. METODOLOGI PENELITIAN Peneliti mengawali dengan pengajuan judul penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas IX-1 SMP N 8 Tebing Tinggi semester II tahun 2013/ 2014 yang berjumlah 35 orang, 16 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 8 jln Komodor Yos Sudarso Kecamatan Rambutan kota Tebing Tinggi. Sumber data yang digunakan adalah siswa dan teman sejawat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni 2014. Pada Penelitian tindakan kelas data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian tindakan kelas tidak menggunakan uji statistik, tetapi dengan deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau 104 fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pelajaran serta aktivitas siswa selama proses pelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Masingmasing siklus terdiri dari dua kali pertemuan, sebagai berikut : kelompok untuk mendiskusikan materi pelajaran. Suasana masingmasing kelompok di kelas dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Siswa berinteraksi kepada Guru secara langsung, bebas, sesuai kondisi nyata dan menyenangkan. Pada saat kegiatan pelajaran berlangsung Guru sebagai peneliti dibantu oleh para observer lainnya untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian, selain itu peneliti bertindak sebagai fasilitator, motivator dan sekaligus sebagai observator. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pelajaran aktif model meninjau ulang kesulitan materi belajar. 1. Perencanaan. Sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pelajaran. Siklus 2 Pada siklus kedua ini juga diadakan perencanaan seperti pada siklus satu yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu konsep yang saling terkait. Hanya saja pada siklus kedua ini ada perubahan yang menuju kearah yang lebih baik jika dibandingkan dengan siklus satu. guru melakukan pelajaran di luar kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Penerapan metode Kooperatif Tipe STAD dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok 2. Pelaksanaan. Siklus 1 Guru melakukan pelajaran di dalam kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Penerapan metode Kooperatif Tipe STAD dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing 105 untuk mendiskusikan materi yang diajarkan guru. Pada siklus ke dua ini juga, suasana pelajaran masingmasing kelompok di lingkungan sekolah dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Siklus 3 Penerapan metode Kooperatif Tipe STAD dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan materi yang diajarkan Guru sesuai dengan materi. Pada Siklus ke tiga ini juga, suasana pelajaran masingmasing kelompok di lingkungan sekolah dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Siswa juga dapat berinteraksi kepada Guru secara langsung, bebas, sesuai kondisi nyata dan menyenangkan. Pada saat kegiatan pelajaran berlangsung Guru sebagai peneliti dibantu oleh para observer lainnya untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian, selain itu peneliti bertindak sebagai fasilitator, motivator dan sekaligus sebagai observator. 3. Observasi Guru/Peneliti sekaligus sebagai observator dibantu oleh dua orang Guru lainnya melakukan observasi/pengamatan terhadap semua kejadian pada PBM untuk dijadikan acuan dalam membuat catatan (Vignette) dan pengisian lembar observasi yang telah dibuat selama proses pelajaran di kelas maupun di lingkungan sekitar sekolah . Data yang diperoleh pada lembar observasi, dianalisis. Data Kuantitatif yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan, selanjutnya dianalisis dengan teknik hasil observasi aktifitas siswa selama PBM secara deskriptif menggunakan persentase. Setelah itu peneliti mencari dan mencatat masalahmasalah yang mungkin timbul, agar dapat dibuat rencana perbaikan pada siklus Kedua. Data yang bersifat deskriptif kualitatif pada siklus ke dua dan ketiga ini lebih terperinci diperhatikan dan dianalisis agar hasil penelitian ini dapat lebih dipertanggungjawabkan hasilnya dan dapat diaplikasikan hasil temuannya kepada siswa kelas IX-1 SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 4. Refleksi Pelaksanaan refleksi merupakan hasil observasi/ pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di kelas maupun di lingkungan sekitar sekolah yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan 106 yang diisi oleh pengamat. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh pada lembar observasi, dianalisis secara lebih dalam dan tajam dari siklus 1 ke siklus 2 dan pada Siklus ke tiga. Kemudian dilakukan refleksi atau perenungan. Pelaksanaan refleksi merupakan hasil observasi/ pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di kelas dan lingkungan sekolah yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan menerapkan metode pelajaran Kooperatif Tipe STAD. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan kepada siklus berikutnya apabila hasil dari tes siswa yang berjumlah 35 orang telah sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu 72,00 atau tingkat ketuntasan kelas diatas 86 % dari 35 siswa. Selain itu jika dilihat dari pengelolaan pelajaran, yaitu persentase pengelolaan pelajaran yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa diatas 85%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian berdasarkan pengamatan pengelolaan metode belajar aktif model kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran yang digunakan dan data ulangan harian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode belajar aktif model kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran diperoleh hasil kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus 1 dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus 2. Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar dengan persentase ketuntasan belajar yaitu 77,14% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar yaitu 27 siswa dari 35 siswa. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat meskipun belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Pada siklus 3 yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan 107 pengelolaan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pelajaran kooperatif model STAD diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa pada Siklus 1 membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 8,9 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi sebesar 7,8 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan tes yang diberikan guru yaitu 14,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah menyajikan hasil pelajaran sebesar 8,7% Pada siklus 1, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pelajaran kooperatif model STAD dilaksanakan belum dengan baik, peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. aktifitas guru adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 13,5 %. Jika dibandingkan dengan siklus 1, aktivitas lain yang mengalami peningkatan. memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (7,9%), Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,6%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (8,8 %). Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus 2 adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (9,6%). Jika dibandingkan dengan siklus 1, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (3,5%). aktifitas siswa membaca buku (4,8%), menyajikan hasil pelajaran (14,5%), menanggapi/mengajukanpertanyaan/ ide (13,8%), dan mengerjakan tes evaluasi (16,5%). Aktivitas pada siklus 3 adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu (14,5%,) memberi umpan balik sebesar (8,6%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (7,7%), menyampaikan materi/ strategi/ langkah - langkah (8,6%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (8,9%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (9,8%). Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus 3 adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (9,6%) mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru (4%,0), membaca buku siswa (4,9%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (6.4%). Dengan menerapkan metode pelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa adalah 66,85 dan ketuntasan belajar mencapai 64,00% atau ada 23 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,71% lebih kecil dari 108 persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 68,57% dan ketuntasan belajar mencapai 77,14% atau ada 27 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tes yang dilakukan pada siklus III menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dimana sebesar 74,85 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes ini dapat dilihat bahwa hasil belajar dengan menggunakan pelajaran kooperatif tipe STAD telah memapu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan indikator yang telah ditentukan sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya dan dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ket Jumlah (siswa) Persen (%) Peningkatan hasil belajar Pra Sikus Siklus Siklus siklus 1 2 3 11 23 27 31 31,42 65,71 77,14 88,57 Gambaran peningkatan hasil belajar yang diperoleh setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD terlihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD telah mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan indikator yang telah ditentukan sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya dan dikatakan berhasil. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil kegiatan pelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelajaran dengan metode Kooperatif Tipe STAD pada materi pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII-3SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajarsiswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II (77,14%), siklus III (88,57%) dan dinyatakan berhasil. Selain itu sebagaimana dalam indikator 109 penelitian ini dikatakan penelitian ini akan dikatakan berhasil jika persentase pengelolaan pelajaran mencapai 85%, sementara pada akhir siklus III pengelolaan pelajaran sudah mencapai 88,1% 2 Penerapan metode Kooperatif Tipe STAD pada materi pelajaran bahasa Indonesia mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode belajar aktif model kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3 Penerapan metode Kooperatif Tipe STAD pada materi pelajaran bahasa Indonesia pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan dilaksanakan. Saran 1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model kooperatif tipe STAD pada materi pelajaran bahasa Indonesia memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model kooperatif tipe STAD sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajarsiswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas IX-1SMP Negeri 8 kota Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2013/2014. DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Anni, Chatarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Unnes. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Depdiknas, 110 Direktorat Jenderal. Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas. Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa. Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: Bumi Aksara Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. 111