upaya meninggkatkan hasil belajar bahasa

advertisement
UPAYA MENINGGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVITION ( STAD )
SISWA KELAS IX-1 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI
Sempat Malem Tarigan
Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model pelajaran tipe Student Teams
Achievement Divition (STAD). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
sebanyak tiga siklus. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan M
Targart dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,
refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IX-1 SMP Negeri 8
Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
model STAD mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa
setiap siklus, yaitu siklus I (65,71 %), siklus II (77,14%), siklus III (88,57%)
dan dinyatakan berhasil.
Kata Kunci : Model Pelajaran Tipe STAD, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Di dalam proses belajar
mengajar
tercakup
komponen,
pendekatan, dan berbagai metode
dan
model
pelajaran
yang
dikembangkan dalam proses tersebut.
Tujuan utama diselenggarakannya
proses
belajar
adalah
demi
tercapainya tujuan pelajaran. Jika
guru terlibat di dalamnya dengan
segala
macam
metode
yang
dikembangkannya
maka
yang
berperan sebagai pengajar berfungsi
sebagai pemimpin belajar atau
fasilitator belajar, sedangkan siswa
berperan sebagai pelajar atau
individu yang belajar. Usaha-usaha
guru dalam proses tersebut utamanya
adalah membelajarkan siswa agar
tujuan khusus maupun umum proses
belajar itu tercapai.
Penelitian tindakan kelas
dalam berbagai tingkatan telah
berkembang sangat pesat akhir-akhir
ini, terutama di negara-negara yang
telah maju. Berbeda dengan di
Indonesia masih sangat sedikit baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena
minimnya akses guru pada informasi
serta adanya ketergantungan pada
segala prosedur baku tanpa melihat
lebih cermat mengenai esensi dari
penelitian tindakan kelas itu sendiri.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa kelas
IX-1 SMP Negeri 8 kota Tebing
Tinggi tahun pelajaran 2013/2014
melalui pelajaran kooperatif tipe
STAD.
100
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang
diatas,
dapat
dii
dentifikasikanbeberapa permasalahan
sebagai berikut :
 Guru monoton sehingga kondisi
di kelas membosankan
 Guru hanya menggunakan alat
peraga yang sudah jadi
 Guru kurang Kreatif
 Siswa
kurang
memahami
pelajaran yang diberikan
Berdasarkan uraian pada
identifikasi masalah di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: “ Apakah dengan
menggunakan
model
pelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa kelas IX-1SMP
Negeri 8 kota Tebing Tinggi Tahun
pelajaran 2013/2014?”
TINJAUAN TEORI
Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang
dilakukan setiap manusia dalam
kehidupan sehari - hari. Objek
belajar terdiri dari objek langsung
dan objek tak langsung. Objek
langsung belajar adalah fakta,
keterampilan, konsep dan prinsip,
sedangkan objek tidak langsung
belajar adalah transfer belajar,
kemampuan
menyelidiki,
kemampuan memecahkan masalah,
disiplin pribadi dan apresiasi pada
struktur matematika. Fakta adalah
perjanjian-perjanjian seperti simbolsimbol,
keterampilan
adalah
kemampuan memberikan jawaban
yang benar dan cepat, konsep adalah
ide abstrak dan prinsip merupakan
objek yang paling kompleks karena
prinsip adalah sederetan konsep
beserta hubungan antara konsepkonsep tersebut.
Hasil merupakan kemampuan
yang telah dicapai oleh seseorang
setelah
melakukan
sesuatu
pekerjaan/aktivitas tertentu. Jadi
hasil adalah kemampuan yang telah
dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar
hasilnya dapat dicapai. Oleh karena
itu setiap individu harus belajar
dengan
sebaik-baiknya
supaya
prestasinya berhasil dengan baik.
Pengertian dari dua kata hasil
dan belajar atau hasil belajar secara
lebih khusus setelah siswa mengikuti
pelajaran dalam kurun waktu
tertentu. Berdasarkan penilaian yang
dilaksanakan guru di sekolah, maka
hasil belajar dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk angka
(kuantitatif) dan pernyatan verbal
(kualitatif). hasil belajar yang
dituangkan dalam bentuk angka
misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya.
Sedangkan hasil belajar yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan
verbal misalnya, baik sekali, baik,
sedang, kurang, dan sebagainya.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu :
a. Faktor yang ada pada diri siswa
itu sendiri yang kita sebut faktor
individu, yang termasuk ke dalam
101
faktor individu antara lain faktor
kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan
faktor pribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu
yang kita sebut dengan faktor
sosial, yaitu antara lain faktor
keluarga, keadaan rumah tangga,
guru,
dan
cara
dalam
mengajarnya, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia dan
motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar di
atas menunjukkan bahwa belajar itu
merupakan proses yang cukup
kompleks. Artinya pelaksanaan dan
hasilnya sangat ditentukan oleh
faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang
berada
dalam
faktor
yang
mendukung kegiatan belajar akan
dapat dilalui dengan lancar dan pada
gilirannya akan memperoleh prestasi
atau hasil belajar yang baik dan
sebaliknya.
Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan prinsip-prinsip
yang dikemukakan oleh Kagan dan
Slavin
hakikat
pembelajaran
kooperatif adalah adanya keterlibatan
seluruh siswa dalam suatu kelompok
yang.terstruktur. Struktur kelompok
tersebut meliputi struktur tugas,
struktur
tujuan,dan
struktur
penghargaan (reward).
Dalam penerapan pelajaran
kooperatif, dua atau lebih individu
saling berinteraksi dan bekerja sama
untuk suatu. Para siswa harus
berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama.
Pada pembelajaran kooperatif
diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik di dalam kelompoknya,
seperti menjadi pendengar yang baik,
siswa diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan
untuk
diajarkan.
Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan (Slavin, 1995)
.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran
kooperatif adalah; (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan
interaksi langsung di antara siswa,
(c) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya
dan
juga
teman-teman
sekelompoknya, (d) guru membantu
mengembangkan
keterampilanketerampilan
interpersonal
kelompok,
(e)
guru
hanya
berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan (Carin, 1993).
Pembelajaran Kooperatif Students
Team
Achievement
Divition
(STAD)
Model
pembelajaran
dapat
diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai
pendidikan tertentu (Sanjaya, 2007 :
126). Ada dua hal yang patut
dicermati dari pengertian diatas.
Pertama,
Model
pembelajaran
merupakan
rencana
tindakan
(rangkaian
kegiatan)
termasuk
penggunaan
metode
dan
pemanfaatan
berbagai
sumber
102
daya/kekuatan dalam pelajaran. Ini
berarti penyususnan suatu model
baru sampai proses penyusunan
rencana kerja belum sampai pada
tindakan.
Menurut
Kemp
dalam
sanjaya (2007 : 126), menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efesian., senada dengan
pendapat diatas, selanjutnya Dick
and Carey juga menyebutkan bahwa
Model Pembelajaran adalah suatu set
materi dan prosedur pelajaran yang
diguanakan secara bersam-sama
untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa. Ada tiga jenis model
yang berkaitan dengan pelajaran,
yakni:
(1) Model
pengorganisasian
pelajaran
(2) Model
penyampaian
pelajaran
(3) Model pengelolaan pelajaran
(Uno, 2008 : 45)
Students Team Achievement
(STAD) merupakan salah satu model
pelajaran
kooperatif
yang
melakukan pengelompokan siswa
dalam proses pelajaran. Dengan
model
pelajaran
ini,
siswa
diperlakukan sebagai subjek belajar
yang secara kreatif dan aktif
melakukan aktivitas belajar dalam
kelompok.
Students Team Achievement
(STAD) dapat diartikan sebagai tim
siswa kelompok prestasi. Dalam hal
ini, siswa belajar dalam tim atau
kelompok yang telah dibentuk
sehingga orientasi pelajarannya
mengarah
pada
peningkatan
kemampuan anggota
kelompok
secara merata. Dengan model ini,
setiap siswa dalam suatu kelompok
mendapatkan kesempatan yang sama
untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Kesempatan yang dimaksud adalah
bahwa dalam tim belajar tersebut
setiap siswa dapat bertukar pikiran
dengan lainnya dalam satu kelompok
untuk mencari solusi terhadap suatu
permasalahan.
Dalam
Students
Team
Achievement (STAD) di atas
ditempatkan dalam suatu tim yang
beranggotakan
empat
orang.
Keempat siswa tersebut memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda
yang ditinjau dari hasil belajar yang
diperoleh. Selain itu, anggota tim
tersebut mungkin berasal dari ras
atau suku serta kelamin yang
berbeda, sehingga setiap anggota tim
dapat saling mengisi satu sama lain
dan secara sosial dapat belajar
bagaimana bekerja sama yang baik.
Selanjutkan siswa bekerja di dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut.
 Kelebihan Model Pelajaran
STAD
Kelebihan dalam penggunaan
model pelajaran Kooperatif Tipe
STAD sebagai berikut:
1. Mengembangkan
serta
menggunakan
keterampilan
berpikir
kritis
dan
kerjasama
kelompok.
103
2. Menyuburkan hubungan
antar pribadi yang positif
diantara
siswa
yang
berasal dari ras yang
berbeda.
3. Menerapkan bimbingan
oleh teman.
4. Menciptakan lingkungan
yang menghargai nilainilai ilmiah.
 Kelemahan Model Pelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Kelemahan dalam penggunaan
model pelajaran Kooperatif Tipe
STAD adalah sebagai berikut:
1. Sejumlah siswa mungkin
bingung karena belum
terbiasa dengan perlakuan
seperti ini.
2. Guru pada permulaan akan
membuat
kesalahankesalahan
dalam
pengelolaan kelas. Akan
tetapi usaha sungguhsungguh
yang
terus
menerus
akan
dapat
terampil
menerapkan
model ini.
Berdasarkan
permasalahan
diatas, peneliti termotivasi untuk
mengatasi masalah yang dihadapi
siswa dalam proses pelajaran di kelas
khususnya dalam pelajaran bahasa
Indonesia di kelas IX-1 SMP Negeri
8 kota Tebing Tinggi.
Dengan menggunakan model
pelajaran Kooperatif Tipe STAD
siswa diharapkan dapat bekerjasama,
saling membantu mengembangkan
potensi diri secara optimal bagi
kelompoknya
dan
belajar
memperoleh
dan
memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara
langsung, serta melibatkan siswa
aktif
dalam
mengembangkan
pengetahuan, sikap, keterampilan
dalam
suasana
belajar
yang
menyenangkan mereka, sehingga apa
yang dipelajari lebih bermakna dan
dipahami bagi diri setiap siswa .
Oleh karena itu diharapkan melalui
model Kooperatif Tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa di kelas IX-1 SMP
Negeri 8 kota Tebing Tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Peneliti mengawali dengan
pengajuan judul penelitian yang akan
dilaksanakan.
Adapun
subyek
penelitian adalah siswa kelas IX-1
SMP N 8 Tebing Tinggi semester II
tahun 2013/ 2014 yang berjumlah 35
orang, 16 orang laki-laki dan 19
orang perempuan. Penelitian ini
bertempat di SMP Negeri 8 jln
Komodor Yos Sudarso Kecamatan
Rambutan
kota Tebing Tinggi.
Sumber data yang digunakan adalah
siswa dan teman sejawat. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan
April - Juni 2014. Pada Penelitian
tindakan
kelas
data
yang
dikumpulkan
dapat
berbentuk
kuantitatif
maupun
kualitatif.
Penelitian tindakan kelas tidak
menggunakan uji statistik, tetapi
dengan deskriptif.
Pada
penelitian
ini
menggunakan teknik
analisis
dekriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau
104
fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui
pemahaman
yang
dicapai
siswa,
juga
untuk
memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pelajaran serta aktivitas
siswa selama proses pelajaran.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan
model
penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana),
action
(tindakan),
observation
(pengamatan),
dan
reflection
(refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang
sudah
direvisi,
tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Masingmasing siklus terdiri dari dua kali
pertemuan, sebagai berikut :
kelompok untuk mendiskusikan
materi pelajaran. Suasana masingmasing
kelompok
di
kelas
dikondisikan agar tidak terlalu
formal, maksudnya siswa bebas
mengemukakan pendapatnya tentang
materi ajar sesuai dengan kompetensi
dasar yang ingin dicapai. Siswa
berinteraksi kepada Guru secara
langsung, bebas, sesuai kondisi nyata
dan menyenangkan. Pada saat
kegiatan pelajaran berlangsung Guru
sebagai peneliti dibantu oleh para
observer lainnya untuk melakukan
pengamatan,
pendokumentasian,
selain itu peneliti bertindak sebagai
fasilitator, motivator dan sekaligus
sebagai observator. Kegiatan dan
pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
membangun pemahaman konsep
siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode
pelajaran aktif model meninjau ulang
kesulitan materi belajar.
1. Perencanaan.
Sebelum mengadakan penelitian
peneliti menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat
pelajaran.
Siklus 2
Pada siklus kedua ini
juga diadakan perencanaan seperti
pada siklus satu yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi dalam suatu konsep yang
saling terkait. Hanya saja pada siklus
kedua ini ada perubahan yang
menuju kearah yang lebih baik jika
dibandingkan dengan siklus satu.
guru melakukan pelajaran di luar
kelas dengan menggunakan panduan
perencanaan yang telah dibuat.
Penerapan metode Kooperatif Tipe
STAD dilakukan dengan menugaskan
kepada masing-masing kelompok
2. Pelaksanaan.
Siklus 1
Guru melakukan pelajaran di
dalam kelas dengan menggunakan
panduan perencanaan yang telah
dibuat. Penerapan metode Kooperatif
Tipe
STAD dilakukan dengan
menugaskan kepada masing-masing
105
untuk mendiskusikan materi yang
diajarkan guru. Pada siklus ke dua
ini juga, suasana pelajaran masingmasing kelompok di lingkungan
sekolah dikondisikan agar tidak
terlalu formal, maksudnya siswa
bebas mengemukakan pendapatnya
tentang materi ajar sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Siklus 3
Penerapan metode Kooperatif
Tipe
STAD dilakukan dengan
menugaskan kepada masing-masing
kelompok untuk mendiskusikan
materi yang diajarkan Guru sesuai
dengan materi. Pada Siklus ke tiga
ini juga, suasana pelajaran masingmasing kelompok di lingkungan
sekolah dikondisikan agar tidak
terlalu formal, maksudnya siswa
bebas mengemukakan pendapatnya
tentang materi ajar sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Siswa juga dapat berinteraksi
kepada Guru secara langsung, bebas,
sesuai
kondisi
nyata
dan
menyenangkan. Pada saat kegiatan
pelajaran berlangsung Guru sebagai
peneliti dibantu oleh para observer
lainnya
untuk
melakukan
pengamatan,
pendokumentasian,
selain itu peneliti bertindak sebagai
fasilitator, motivator dan sekaligus
sebagai observator.
3.
Observasi
Guru/Peneliti sekaligus sebagai
observator dibantu oleh dua orang
Guru
lainnya
melakukan
observasi/pengamatan
terhadap
semua kejadian pada PBM untuk
dijadikan acuan dalam membuat
catatan (Vignette) dan pengisian
lembar observasi yang telah dibuat
selama proses pelajaran di kelas
maupun di lingkungan sekitar
sekolah .
Data yang diperoleh
pada lembar observasi, dianalisis.
Data Kuantitatif
yang diperoleh
melalui observasi atau pengamatan
pelaksanaan tindakan, selanjutnya
dianalisis dengan teknik hasil
observasi aktifitas siswa selama
PBM secara deskriptif menggunakan
persentase.
Setelah itu peneliti
mencari dan mencatat masalahmasalah yang mungkin timbul, agar
dapat dibuat rencana perbaikan pada
siklus Kedua.
Data yang bersifat deskriptif
kualitatif pada siklus ke dua dan
ketiga
ini
lebih
terperinci
diperhatikan dan dianalisis agar hasil
penelitian
ini
dapat
lebih
dipertanggungjawabkan hasilnya dan
dapat diaplikasikan hasil temuannya
kepada siswa kelas IX-1 SMP Negeri
8 kota Tebing Tinggi pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
4.
Refleksi
Pelaksanaan
refleksi
merupakan
hasil
observasi/
pengamatan peneliti pada saat
melakukan observasi di kelas
maupun di lingkungan sekitar
sekolah yang bertujuan untuk
mengevaluasi hasil tindakan yang
telah dilakukan.
Peneliti mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan
106
yang
diisi
oleh
pengamat.
Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya. Data yang
diperoleh pada lembar observasi,
dianalisis secara lebih dalam dan
tajam dari siklus 1 ke siklus 2 dan
pada Siklus ke tiga.
Kemudian
dilakukan refleksi atau perenungan.
Pelaksanaan refleksi merupakan hasil
observasi/ pengamatan peneliti pada
saat melakukan observasi di kelas
dan lingkungan
sekolah yang
bertujuan untuk mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan yaitu
dengan
menerapkan
metode
pelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Penelitian ini dapat dikatakan
berhasil dan tidak perlu dilanjutkan
kepada siklus berikutnya apabila
hasil dari tes siswa yang berjumlah
35 orang telah sesuai dengan KKM
yang ditentukan yaitu 72,00 atau
tingkat ketuntasan kelas diatas 86 %
dari 35 siswa. Selain itu jika dilihat
dari pengelolaan pelajaran, yaitu
persentase pengelolaan pelajaran
yaitu aktivitas guru dan aktivitas
siswa diatas 85%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian berdasarkan
pengamatan pengelolaan metode
belajar aktif model kooperatif tipe
STAD pada materi pelajaran yang
digunakan dan data ulangan harian
untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa setelah diterapkan
metode
belajar
aktif
model
kooperatif tipe STAD pada materi
pelajaran diperoleh hasil kriteria
kurang baik adalah memotivasi
siswa,
menyampaikan tujuan
pembelajran,
pengelolaan waktu,
dan siswa antusias, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus 1
dan akan dijadikan bahan kajian
untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus 2.
Pada
siklus
2
terjadi
peningkatan hasil belajar dengan
persentase ketuntasan belajar yaitu
77,14% dengan jumlah siswa yang
tuntas belajar yaitu 27 siswa dari 35
siswa. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD mendapatkan
penilaian yang cukup baik
dari
pengamat meskipun belum mencapai
ketuntasan belajar yang diharapkan.
Maksudnya dari seluruh penilaian
tidak terdapat nilai kurang. Namun
demikian penilaian tesebut belum
merupakan hasil yang optimal, untuk
itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan
perhatian
untuk
penyempurnaan penerapan pelajaran
selanjutnya. Aspek-aspek tersebut
adalah
memotivasi
siswa,
membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep, dan
pengelolaan waktu.
Pada
siklus
3
yang
dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan
metode
pelajaran
kooperatif tipe STAD mendapatkan
penilaian cukup baik dari pengamat
adalah
memotivasi
siswa,
membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep, dan
107
pengelolaan waktu. Penyempurnaan
aspek-aspek
diatas
dalam
menerapkan
metode
pelajaran
kooperatif model STAD diharapkan
dapat berhasil semaksimal mungkin.
Hasil observasi berikutnya
adalah aktivitas guru dan siswa pada
Siklus
1
membimbing
dan
mengamati siswa dalam menemukan
konsep, yaitu 8,9 %. Aktivitas lain
yang presentasinya cukup besar
adalah memberi umpan balik/
evaluasi sebesar 7,8 %. Sedangkan
aktivitas siswa yang paling dominan
adalah mengerjakan tes yang
diberikan guru yaitu 14,5 %.
Aktivitas lain yang presentasinya
cukup besar adalah menyajikan hasil
pelajaran sebesar 8,7%
Pada siklus 1, secara garis
besar kegiatan belajar mengajar
dengan metode pelajaran kooperatif
model STAD dilaksanakan belum
dengan baik, peran guru masih cukup
dominan
untuk
memberikan
penjelasan dan arahan, karena model
tersebut masih dirasakan baru oleh
siswa.
aktifitas
guru
adalah
membimbing dan mengamati siswa
dalam menentukan konsep yaitu 13,5
%. Jika dibandingkan dengan siklus
1, aktivitas lain yang mengalami
peningkatan.
memberi
umpan
balik/evaluasi/ Tanya jawab (7,9%),
Meminta siswa mendiskusikan dan
menyajikan hasil kegiatan (8,6%),
dan membimbing siswa merangkum
pelajaran (8,8 %).
Sedangkan untuk aktivitas
siswa pada siklus 2 adalah bekerja
dengan sesama anggota kelompok
yaitu (9,6%). Jika dibandingkan
dengan siklus 1, aktifitas ini
mengalami peningkatan. Aktifitas
siswa mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru (3,5%). aktifitas
siswa
membaca buku (4,8%),
menyajikan hasil pelajaran (14,5%),
menanggapi/mengajukanpertanyaan/
ide (13,8%), dan mengerjakan tes
evaluasi (16,5%). Aktivitas pada
siklus 3 adalah membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan
konsep yaitu (14,5%,)
memberi
umpan balik sebesar (8,6%), dan
(11,7%). Aktivitas lain yang
mengalami
peningkatan
adalah
mengkaitkan
dengan
pelajaran
sebelumnya (7,7%), menyampaikan
materi/ strategi/ langkah - langkah
(8,6%), meminta siswa menyajikan
dan mendiskusikan hasil kegiatan
(8,9%), dan membimbing siswa
merangkum pelajaran (9,8%).
Sedangkan untuk aktivitas
siswa pada siklus 3 adalah bekerja
dengan sesama anggota kelompok
yaitu
(9,6%)
mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
(4%,0), membaca buku siswa (4,9%)
dan diskusi antar siswa/antara siswa
dengan guru (6.4%).
Dengan menerapkan metode
pelajaran Kooperatif tipe STAD pada
materi pelajaran diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa adalah 66,85
dan ketuntasan belajar mencapai
64,00% atau ada 23 siswa dari 35
siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 65,71% lebih kecil dari
108
persentase
ketuntasan
yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa adalah
68,57% dan ketuntasan belajar
mencapai 77,14% atau ada 27 siswa
dari 35 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tes yang dilakukan pada
siklus III menunjukkan hasil yang
sangat memuaskan dimana sebesar
74,85 dan dari 35 siswa yang telah
tuntas sebanyak 31 siswa dan 4 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar.
Dari hasil tes ini dapat dilihat bahwa
hasil belajar dengan menggunakan
pelajaran kooperatif tipe STAD telah
memapu meningkatkan hasil belajar
pada
mata
pelajaran
bahasa
Indonesia sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan sehingga tidak
perlu lagi dilanjutkan pada siklus
berikutnya dan dikatakan berhasil.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 1
berikut ini :
Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar
Siswa
Ket
Jumlah
(siswa)
Persen
(%)
Peningkatan hasil belajar
Pra Sikus Siklus Siklus
siklus
1
2
3
11
23
27
31
31,42
65,71
77,14
88,57
Gambaran peningkatan hasil belajar
yang diperoleh setelah melakukan
penelitian dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD terlihat
pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Grafik Peningkatan Hasil
Belajar Siswa
Dari grafik di atas dapat dilihat
bahwa
hasil
belajar
dengan
menggunakan model pembelajaran
STAD telah mampu meningkatkan
pemahaman siswa mengenai materi
pelajaran bahasa Indonesia sesuai
dengan
indikator
yang
telah
ditentukan sehingga tidak perlu lagi
dilanjutkan pada siklus berikutnya
dan dikatakan berhasil.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pelajaran
yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelajaran
dengan
metode
Kooperatif Tipe STAD pada
materi
pelajaran bahasa
Indonesia di kelas VIII-3SMP
Negeri 8 kota Tebing Tinggi
memiliki dampak positif dalam
meningkatkan hasil belajarsiswa
yang
ditandai
dengan
peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (65,71%), siklus II
(77,14%), siklus III (88,57%)
dan dinyatakan berhasil. Selain
itu sebagaimana dalam indikator
109
penelitian
ini
dikatakan
penelitian ini akan dikatakan
berhasil
jika
persentase
pengelolaan pelajaran mencapai
85%, sementara pada akhir
siklus III pengelolaan pelajaran
sudah mencapai 88,1%
2 Penerapan metode Kooperatif
Tipe STAD pada materi
pelajaran
bahasa
Indonesia
mempunyai pengaruh positif,
yaitu
dapat
meningkatkan
motivasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan metode belajar
aktif model kooperatif tipe
STAD pada materi pelajaran
sehingga
mereka
menjadi
termotivasi untuk belajar.
3 Penerapan metode Kooperatif
Tipe STAD pada materi
pelajaran bahasa Indonesia pada
materi pelajaran efektif untuk
mengingatkan kembali materi
ajar yang telah diterima siswa
selama ini, sehingga mereka
merasa siap untuk menghadapi
ujian kenaikan kelas yang segera
akan dilaksanakan.
Saran
1. Untuk melaksanakan metode
belajar aktif model kooperatif
tipe STAD pada materi pelajaran
bahasa Indonesia memerlukan
persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mampu
menentukan atau memilih topik
yang
benar-benar
bisa
diterapkan
dengan
metode
belajar aktif model kooperatif
tipe STAD sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan
hasil
belajarsiswa,
guru
hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode,
walaupun dalam taraf yang
sederhana,
dimana siswa
nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh
konsep
dan
keterampilan,
sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang
lebih lanjut, karena hasil
penelitian ini hanya dilakukan di
Kelas IX-1SMP Negeri 8 kota
Tebing Tinggi Tahun Pelajaran
2013/2014.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindon.
Anni, Chatarina Tri. 2004. Psikologi
Belajar. Semarang: UPT
MKK Unnes.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional.
2005.
Materi
Pelatihan
Terintegrasi
Matematika.
Jakarta:
Depdiknas,
110
Direktorat
Jenderal.
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah, dan Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar
dan
Pelajaran.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Matematika
SMP. Jakarta:
Depdiknas.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning,
101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia dan
Nuansa.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan
motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja
Grafindo
Persada. Slameto. 1999.
Evaluasi
Pendidikan.
Salatiga: Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode
Penelitian
Pendidikan.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru.
Surakhmad,
Winarno. 1990. Metode
Pengajaran
Nasional.
Bandung: Jemmars.
111
Download