PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENGGUNAAN BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG KEWAJIBANNYA TIDAK DAPAT TERLAKSANA Oleh Farman Perkembangan ekonomi makro telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap aspek politik, hukum, industri, sosial, dan budaya suatu negara. Konsekuensi logis (adequat) dari perkembangan ekonomi suatu negara adalah meningkatnya lalu lintas pembayaran dalam transaksi perdagangan. Mulai dari transaksi jual beli dengan nilai kecil seperti pasar rakyat, hingga transaksi jual beli dengan nilai yang fantastis. pemerintah telah mengeluarkan suatu sistem untuk mendukung dinamika pembayaran ini dengan menerbitkan suatu surat berharga sebagai instrumen pembayaran non tunai. Penggunaan surat berharga sebagai alat pembayaran dalam praktik bisnis skala nasional maupun international terbukti diminati meskipun terkadang penggunaan surat berharga dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena, penggunaan surat berharga sebagai alat pembayaran terbukti efektif dalam memperlancar lalu lintas perdagangan, seharusnya pemerintah memberikan atensi terhadap resiko timbulnya kerugian dalam penggunaan surat berharga sebagai alat pembayaran. Meningkatnya resiko timbulnya kerugian berpotensi menurunnya minat pelaku bisnis untuk menggunakan surat berharga sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas perdagangan, yang berimplikasi pada menurunnya pendapatan negara, Penelitian ini berfokus pada penelitian hukum normatif melalui kepustakaan Penerbitan bilyet giro adalah sebuah tindakan atau perbuatan (handeling) hukum, sehingga menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum yang timbul dari suatu tindakan dan atau perbuatan seseorang selalu berimplikasi terhadap kepentingan orang lain, apabila akibat hukum yang timbul tidak merugikan orang lain, maka kepentingan hukum juga tidak akan dilanggar. Namun, sebaliknya apabila sebuah tindakan atau perbuatan tersebut (handeling) menimbulkan kerugian, maka lahirlah akibat hukum yang berupa sanksi baik secara perdata maupun pidana, tergantung perbuatan apa yang dilakukan dan kerugian apa yang ditimbulkan. Sampai saat ini kedudukan bilyet giro kosong sebagai bentuk perbuatan wanprestasi dan/atau perbuatan pidana “strafbaarfeit” masih debatable baik dalam tataran praktik maupun teoritik. Berbicara tentang pertanggungjawaban suatu perbuatan, sama halnya berbicara terkait dengan sistem pertanggungjawaban sebagaimana yang telah dianut dalam sistem hukum di Indonesia. Konsep “pertanggungjawaban” merupakan perkataan atau terminologi yang digunakan dalam ranah hukum pidana, sedangkan pertanggungjawaban dalam ranah hukum perdata biasa disebut dengan perkataan “Pertanggunggugatan” yang secara harfiah memiliki makna yang sama, namun memiliki karakteristik yang berbeda. THE PENAL RESPONSIBILITY OF USE BILYET GIRO AS A PAYMENT INSTRUMENT WHICH THE OBLIGATION CANNOT BE IMPLEMENTED by Farman Macroeconomic developments make a significant impacts to several aspect as the political, legality, industrial, social, and cultural of a country. Logical consequence ( adequacy ) of a country's economic development is the increasing flow of payment in commercial transactions. Beginning from a small value of sale and purchase transactions such as public marketing, until the fantastic value transaction of sale. Government has issued a terms of payment system to support the dinamical of payment system, by issuing a commercial paper / negotiable instrument as noncash payment instrument. The use of commercial paper as a noncash payment instrument on national or international business practices had proven demand even though sometimes it couses some risk of disadvantages. Therefore, the use of commercial papaer as a noncash payment instrument proved effectiveness in the flow of trade. The government should give more attention to the risk of disadvantages in the use of commercial paper. Increased risk of disadvantages led to declining interest in the business to use a commercial paper as noncash payment instrument which implies decreased of national income.This research focuses on the normative legality research through the library research. Bilyet Giro Publishing is a handeling legality, that giving rise to legality consequences. The legality consequences arising from an act or deed of someone always implications for the interests of others, if the legality consequences that arise not harming the others, then the interests of the law will not be violated. Otherwise, there will be legality consequences such as sanctions, both civil or criminal law if an act or deed ( handeling ) giving rise to harm. it's depending on what had been done and what the losses incurred or failures. Till this moment, the empty of bilyetgiro’s position as a criminal acts (stafbaarfeit) still debatable, both in theorical and practical. Talking about an act of responsibility, as well as talking about the responsibility system that has been adopted in the legal system in Indonesia. The concept of "Responsibility" is a word or term used in criminal law shutter, but responsibility of civil commonly called “Accountability” which has the same meaning, but have different characteristics.