BOX BOKS HASIL PENELITIAN POTENSI PENINGKATAN PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI DI JAWA TENGAH Salah satu tugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.23/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3/2004 adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas tersebut dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan Bank Indoensia yaitu menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan semakin meningkatnya jumlah transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, menuntut peran Bank Indonesia untuk meningkatkan dan mengembangkan sistem pembayaran yang efektif, efisien, dan aman. Seperti yang terjadi di masyarakat secara umum, kebiasaan masyarakat Jawa tengah dari hasil penelitian ini menunjukkan masih cenderung menggunaan alat pembayaran tunai untuk menyelesaikan transaksi bisnis maupun konsumsinya. Kondisi ini tentunya menjadikan tantangan sekaligus peluang bagi perbankan secara umum dan Bank Indonesia sebagai otoritas pengatus sistem pembayaran nasional. Tantangan yang dimaksud di sini adalah mengubah budaya masyarakat yang masih terbiasa bertransaksi secara tunai menjadi terbiasa dengan alat non tunai. Sedangkan, peluangnya adalah masih terbukanya pengembangan jasa pembayaran non tunai untuk memperlancar transaksi bisnis maupun konsumsi. Terkait dengan kondisi tersebut, penggunaan alat pembayaran non tunai di Jawa Tengah perlu ditingkatkan karena memiliki daya tarik kecepatan dan keamanan. Hal ini didukung pula dengan anggapan masyarakat bahwa penggunaan alat pembayaran non tunai saat ini lebih menunjukkan trend (mode) pembayaran bagi masyarakat dengan kelas sosial tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi jenis dan komposisi alat pembayaran non tunai yang diminati dan perlu dikembangkan, serta tanggapan masyarakat terhadap jenis produk, landasan hukum, mekanisme/proses, serta penyelesaian dari penggunaan alat pembayaran non tunai. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling), dan masyarakat yang menjadi responden terdiri dari perbankan peserta kliring, toko, badan usaha, dan perorangan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis faktor. Pada analisis deskriptif menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan porsi pembayaran tunai dan non tunai, bentuk-bentuk pembayaran non tunai yang diminati dan ingin dikembangkan oleh masyarakat Jawa Tengah. Sedangkan pada analisis faktor bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi pada aspek hukum, sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi faktor pendukung potensi peningkatan penggunaan alat pembayaran non tunai di Jawa Tengah. Indikator pada aspek hukum dilihat dari dimensi jaminan keamanan, dasar hukum, komitmen perjanjian, keberadaan jasa penagih, sanksi denda, dan keterlibatan pihak berwajib. Pada aspek budaya, indikator dilihat dari dimensi kelas sosial, trend (mode), dan jenis alat pembayaran serta fasilitas kemudahan. Faktor pendukung pada aspek budaya dilihat dari dimensi kebiasaan masyarakat, kepuasan, formalitas, penghargaan, kepercayaan, motivasi kerja, dan kemudahan alokasi dana. Sedangkan pada aspek ekonomi melihat indikator pendukung dari dimensi efisien, biaya administrasi, luas jaringan, biaya bunga, otomasi biaya perpanjangan, dan biaya tambahan. 59 59 BOX Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memilih jenis alat pembayaran non tunai sebagai media untuk menyelesaikan transaksi, khususnya cek dan bilyet giro. Hal ini menjadi preferensi utama penggunaan alat tersebut oleh badan usaha, toko, dan perorangan dengan aset, omzet dan pengeluaran yang besar. Sedangkan sebagian kecil lainnya memilih kartu ATM dan kartu kredit. Penggunaan alat pembayaran non tunai cek dan bilyet giro dirasa lebih mudah, cepat dan handal dibandingkan dengan jenis alat pembayaran non tunai lainnya, karena memiliki dasar hukum yang jelas dan memiliki bukti transaksi yang otentik. Mengingat banyaknya penggunaan cek dan bilyet giro oleh badan usaha dan masyarakat, maka perlu dilakukan peningkatan sarana dan prasarana penunjang penggunaan alat tersebut. Salah satu usaha dilakukan dengan menambah jaringan kliring yang ada dengan sistem kliring yang cepat dan handal. Disadari pula bahwa dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sistem pembayaran nasional, Bank Indonesia telah menerapkan sistem transfer cepat dan aman yang dikenal sebagai Real Time Gross Settlemnet (BI-RTGS). Namun, dalam perkembangannya muncul tuntutan dari masyarakat yang menginginkan batas nominal transaksi RTGS diturunkan karena dianggap masih terlalu tinggi dan biaya administrasi yang relatif mahal. (Merupakan executive summary Hasil Penelitian Kantor Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas STIKUBANK Semarang) 60 60