Peran Humas Melalui Program Kunjungan Masyarakat

advertisement
Arrasyi Mauluddiga, Peran Humas Melalui Program Kunjungan...
ISSN 2356 - 4385
Peran Humas Melalui Program Kunjungan Masyarakat
dalam Mempertahankan Citra DPR RI
Arrasyi Mauluddiga1), Davis Roganda Parlindungan2)
Ilmu Komunikasi, Institute Teknologi dan Bisnis Kalbis
Jalan Pulomas Selatan kav.22, Jakarta 13210
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Abstract: in an organization of public relations has an important role to create a positive image for
the institution. Especially for Public Relations Secretariat DPR - RI which is very directly related
to Indonesia’s society as a whole. The existence of this author’s research aims to find out the extent
of the role of public relations DPR-RI Secretariat in the implementation of the programme of
community visits in the DPR - RI. The study was descriptive in nature using qualitative method where
the informants in this study is from the internal party Publicist Secretariat DPR-RI are
deemed to know the overall detail of the program. The data are taken using the method of indepth interviews, observation and documentation with the results showed the role of public
relations in the community visits program still hasn’t been fullest in an attempt to improve the image
of the DPR - RI due to the presence of obstacles in the process of implementation, such as the lack
of human resources and lack of room facilities reception society so require some improvement in
the community visits programin order to reach the goal.
Keywords: community visits program, DPR-RI, image, public relations
Abstrak: Dalam suatu organisasi humas memiliki suatu peran penting untuk menciptakan citra yang
positif bagi lembaganya. Terlebih bagi Humas Setjen DPR-RI yang sangat berhubungan langsung
dengan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dengan adanya penelitian ini penulis bertujuan
untuk mencari tahu sejauh mana peran humas setjen DPR-RI dalam implementasi program kunjungan
masyarakat di DPR-RI. penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode kualitatif dimana
informan dalam penelitian ini ialah pihak internal dari Humas Setjen DPR-RI yang dianggap mengetahui
secara keseluruhan detail program. Data diambil menggunakan metode wawancara mendalam,
dokumentasi dan observasi dengan hasil penelitian menunjukkan peran humas dalam program
kunjungan masyarakat masih belum maksimal dalam upaya memperbaiki citra DPR-RI dikarenakan
adanya hambatan-hambatan dalam proses implementasinya seperti kurangnya sumberdaya manusia
dan kurangnya fasilitas ruangan penerimaan masyarakat sehingga memerlukan beberapa perbaikan
dalam program kunjungan masyarakat agar dapat mencapai tujuan.
Kata kunci: citra, DPR-RI, humas, program kunjungan masyarakat
I. PENDAHULUAN
Citra adalah salah satu hal yang sangat penting untuk
dijaga dan dipertahankan oleh suatu organisasi baik
itu pemerintah maupun non pemerintahan. Oleh
karena itu dibutuhkan seorang humas yang mumpuni
untuk mengemban tugas tersebut, peran humas dalam
mempertahankan citra menjadi pengaruh penting
bagi terciptanya citra yang positif. DPR-RI adalah
salah satu lembaga negara yang nyatanya selalu
mendapatkan anggapan yang negatif dari khalayaknya
yaitu masyarakat. seperti pada tabel 1 menunjukkan
bahwa dalam sepuluh tahun terakhir DPR-RI terus
mengalami penurunan citra hal ini membuat humas
DPR-RI bersikeras untuk mempertahankan citra
positif yang dimiliki agar citra DPR-RI tidak semakin
terpuruk dimata masyarakat.
Program kunjungan masyarakat adalah salah
satu program yang diharapkan dapat mendekatkan
diri kepada masyarakat Indonesia serta mensosialisasi
mekanisme kerja DPR-RI dan segala yang berkaitan
dengan DPR-RI dengan baik sehingga nantinya
diharapkan program ini dapat membantu humas
dalam mempertahankan citra DPR-RI.
81
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
Peran humas dalam suatu lembaga negara sangat
dibutuhkan agar DPR RI dapat lebih mendekatkan
diri kepada masyarakat. Perannya dimulai dari
mempersiapkan program yang baik, sambutan yang
hangat, penyampaian informasi yang baik dan aspekaspek lainnya yang mendukung. Sehingga dapat
memberikan respon yang baik kepada DPR-RI serta
sesuai dengan keinginan masyarakat. Humas harus
memiliki cara jitu dimana mereka dapat mencuri
perhatian masyarakat peran Humas DPR-RI dalam
menyampaikan informasi dan memfasilitasi para
pengunjung menjadi suatu faktor kunci bagaimana
pengunjung dapat memiliki kesan yang baik dan
tidak terlupakan atau bahkan kesan yang buruk.
Selain itu kesan yang baik dan tidak terlupakan akan
membuat pengunjung senang dan ikut terpersuasi
dengan informasi yang disampaikan sehingga apa
yang menjadi tujuan dari program ini dapat tercapai
dengan sempurna.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut (1) Bagaimana peran humas dalam
implementasi Program Kunjungan Masyarakat di
DPR-RI? (2) Apa saja hambatan-hambatan yang
terjadi dalam melaksanakan Program Kunjungan
Masyarakat di DPR-RI tersebut? Tujuan dari
penelitian yang penulis ambil ialah sebagai berikut
(1) Mengetahui Peran Humas dalam implementasi
Program Kunjungan Masyarakat di Gedung DPR-RI;
(2) Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang
dihadapi dalam melaksanakan Program Kunjungan
Masyarakat tersebut.
Menurut Harold Burson, PR telah memegang
peran membantu organisasi menentukan bukan
hanya apa yang akan dikatakan tetapi juga apa yang
akan dilakukan. pada masa awal kemunculannya
sampai 1960-an, PR hanyalah upaya menyusun
dan menyebarkan pesan yang diberikan oleh
manajemen. (Cutlip, 201: 386). Menurut Nager Allen
mendefinisikan tindakan humas sebagai tindakan
yang memiliki tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh departemen humas atau departemen lainnya pada
suatu perusahaan atau organisasi dengan persetujuan
manajemen. (Morissan, 2008: 188) Komponen
Komunikasi dari Strategi: (1) Membingkai Pesan
yaitu praktisi humas harus mampu memiliki fakta
yang paling penting dan menarik etika melakukan
komunikasi dengan khalayak sasaran kemampuan
dalam memilih fakta yang paling penting dan
menarik ini harus dimiliki praktisi humas ketika ia
melakukan kegiatan pembingkaian pesan ; (2) Nilai
berita adalah praktisi humas harus mengetahui nilai
berita yang ingin disampaikan ketika berkomunikasi.
82
Terlebih lagi bila pesan itu ingin dikirimkan ke media
massa. Praktisi humas harus membuat pesan yang
ingin disampaikannya agar pesan itu memiliki nilai
berita. Pesan juga harus mudah dipahami, tidak rumit
dan tidak mengandung jargon; (3) Semiotika atau
semantik adalah ilmu mengenai tanda yang sangat
terkait dengan arti atau makna yang ingin disampaikan.
Bagi praktisi humas ilmu mengenai arti atau makna
kata ini memiliki fungsi penting karena sebagian
besar praktisi humas adalah berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata ; (4) Simbol yaitu komunikasi
tidak hanya kata-kata atau sematik saja. Komunikasi
juga membutuhkan simbol yang terkadang lebih
sering digunakan daripada kata-kata. Simbol dapat
menyampaikan pesan secara langsung sebagai upaya
untuk membujuk khalayak; (5) Stereotip adalah
komunikasi sering kali mengalami hambatan dalam
pelaksanaanya. Hambatan dalam berkomunikasi
dapat dialami baik oleh sumber pesan maupun mereka
yang menerima pesan. Hambatan muncul dalam
berbagai bentuk mulai dari hambatan sosial, umur,
bahasan,perbendaharaan kata, politik dan ekonomi
yaitu (a) Menyebarkan pesan dimana praktisi humas
tidak dapat hanya sekedar menyebarkan ide atau
inovasi melalui media massa agar ide atau inovasi
itu dapat diterima masyarakat atau khalayak. Pesan
yang ingin dikirimkan harus benar-benar diarahkan
dengan tingkat ketepatan yang tinggi agar dapat
mencapai sasarannya. Komunikator harus mampu
menyampaikan pesan dalam bahasa yang dapat
dipahami penerima dan pesan itu haruslah relevan
dengan kebutuhan atau ketertarikkan penerima pesan.
Dalam hal ini keberhasilan komunikasi ditentukan
oleh tujuh hal, (Cutlip, 2011: 386) yaitu: Kredibilitas,
Konteks, Isi pesan, Kejelasan, Kontinuitas dan
konsistensi, Saluran dan Kemampuan penerima; (b)
Memilih media
Kampanye Melalui Publisitas yaitu (a) Siaran
Pers yaitu salah satu metode yang paling sering
digunakan praktis humas dalam menyebarkan
informasi adalah melalui siaran pers. (b) Mengundang
Pers, dimana organisasi atau wartawan kerap
mengundang wartawan dari berbagai media massa
untuk datang ke kantor perusahaan atau tempat lain
yang telah ditentukan. Terdapat tiga macam acara pers
yaitu : Konfrensi pers; Resepsi Pers; dan Kunjungan
Pers.(c) Jurnal yaitu kelompok kecil akan lebih efisien
dijangkau melalui jurnal. Jurnal yaitu bahan cetakan
yang diterbitkan secara teratur yang memiliki bentuk
seperti majalah.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis
dalam penelitian ini ialah deskriptif dikarenakan
Arrasyi Mauluddiga, Peran Humas Melalui Program Kunjungan...
penulis ingin menjelaskan dengan rinci keadaan
program kunjungan masyarakat secara nyata seperti
apa yang terjadi dilapangan pada saat sekarang.
Menurut Nawawi (1992: 67) penelitian deskriptif
diartikan sebagai prosedur/cara memecahkan masalah
penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang
diselidiki (seseorang, lembaga,masyarakat dan lainlain) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta
yang ada sekarang.
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah
kualitatif, penulis menggunakan metode kualitatif
dikarenakan peneliti ingin memberikan ruang gerak
yang luas kepada informan dalam menyampaikan
informasi yang mereka miliki tanpa adanya
keterbatasan berbicara atau menyampaikan sesuatu.
Informan dalam penelitian ini ialah orang-orang yang
mampu menjelaskan secara rinci mengenai program
kunjungan masyarakat. Pemilihan Informan yang akan
digunakan dalam penelitian ini akan menggunakan
teknik Purposive Sampling teknik ini mencakup
orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria
tertentu yang dibuat penulis berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi
yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak
dijadikan sampel. (Kriyantono,2006: 158) penulis
memilih 2 (dua) informan yaitu: Kepala Bagian
Humas Setjen DPR RI). Penulis memilih Kepala
Bagian Humas Setjen DPR-RI sebagai Key Informan
dalam penelitian ini dimana semua kebijakan dan
program melalui persetujuan beliau. Sehingga beliau
memiliki informasi yang luas tentang program
kunjungan masyarakat dan dapat menjelaskan kepada
peneliti tentang hal-hal yang menyangkut kunjungan
masyarakat seperti yang ada dalam daftar wawancara
yang telah penulis buat. Kedua Kepala sub bagian
Penerangan DPR RI). Informan dalam penelitian ini
Kepala Sub Bagian Penerangan Humas Setjen DPR
RI dimana program kunjungan masyarakat berada
langsung dibawah kepala sub penerangan yang
bertugas memberikan penerangan dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang apa itu DPR RI.
Penelitian
ini
menggunakan
teknik
pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi,
dan juga observasi. Penarikan kesimpulan menjadi
teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis
dalam menganalisis data yang diterima. Penulis
juga menggunakan teknik keabsahan data triagulasi
sumber untuk memberikan data yang lebih mendalam.
sumber yang digunakan dalam penelitian ini.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Program Kunjungan
Masyarakat di DPR
Program kunjungan masyarakat adalah suatu
program yang telah dipersiapkan dengan baik. Dalam
implementasinya humas memiliki beberapa prosedur
dan hal-hal yang harus dipenuhi sebelum menjalankan
programnya. Menurut teori yang penulis gunakan
dalam penelitian ini yaitu Morissan, M.A (2010:
183) dalam buku Manajemen Public relation:strategi
menjadi humas profesional dan Scott M. Cutlip
(2011: 385) dalam buku effective public relation
telah dijelaskan bagaimana cara humas mengambil
tindakan dan berkomunikasi sehingga menjadikan
programnya terimplementasi sesuai dengan targetnya
yaitu mempertahankan citra positif DPR RI. diantara
lain ialah membingkai pesan, nilai berita, semiotika,
simbol, kredibilitas, konteks, isi pesan, kejelasan,
saluran, media yang digunakan. Lebih jelas akan
penulis uraikan pembahasannya sebagai berikut:
1. Membingkai pesan
Salah satu teori yang dikemukakakn oleh
Morissan, M.A (2010: 183) dan Scott M. Cutlip (2011:
385) adalah membingkai pesan yaitu bagaimana
seorang PR harus melakukan langkah pembingkaian
pesan untuk disampaikan baik itu kepada audiens
maupun media hal itu dilakukan dengan beberapa
pertimbangan mengenai dampak, kedekatan,
ketepatan waktu, kemenonjolan, kebaruan dan konflik
(Cutlip, 2011:394). Dalam pelaksanaannya, Humas
Setjen DPR RI demi menyajikan pesan yang baik
dan benar mengenai instansi nya humas melakukan
langkah pembingkaian pesan dimana informasiinformasi yang ada mengenai DPR RI akan terlebih
dahulu dilakukan pemilihan mana informasi yang
harus disampaikan dan informasi yang kurang cocok
untuk disampaikan kepada masyarakat yang datang
berkunjung ke Gedung DPR RI.
Informasi tersebut dipilih dengan berbagai
pertimbangan diantara lain dampak yang ada untuk
masyarakat, kebaharuan berita, konflik, urgensi
berita dan yang terpenting ialah informasi yang
diberikan memiliki kedekatan topik informasi dengan
masyarakat yang hadir kegedung DPR RI agar
informasi yang disampaikan dapat bermanfaat dan
dimengerti oleh masyarakat.
Menurut hemat penulis, langkah yang dilakukan
humas dalam membingkai berita yang ingin
disampaikan kepada masyarakat adalah langkah
83
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
yang baik dan harus dilakukan dengan ketelitian
yang tinggi dimana dari sekian banyak berita
mengenai DPR RI humas harus memilih pesan-pesan
mana saja yang akan mereka sampaikan kepada
masyarakatnya. Hal ini dikarena pesan yang nantinya
akan diberikan ini dapat mempengaruhi bagaimana
DPR RI dimata masyarakat apakah itu positif, negatif
atau bahkan sikap netral masyarakat yang nantinya
akan mereka terima dari pesan tersebut tergantung
dari pembingkaian pesan yang mereka akukan
sebelumnya. Pesan yang tepat sasaran dan pesan yang
bermanfaat akan membuat masyarakat senang dalam
menerima pesan tersebut dengan baik selain itu pesan
adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan
oleh komunikator.
Pesan seharusnya mempunyai sebuah inti pesan
dapat disampaikan secara panjang lebar namun yang
perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir
dari komunikasi (Widjaja, 11-20) dengan kata lain
dalam pembingkaian pesan humas harus menentukan
suatu tema yang mewakili sehingga pesan dapat
di transfer kepada masyarakat dengan baik dari
dan mencangkup keseluruhan informasi mengenai
DPR-RI. Itulah mengapa sangat dibutuhkan proses
pembingkaian pesan dimana pesan dapat dibingkai
sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara luas.
2. Nilai berita
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010: 183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan bahwa nilai berita adalah sesuatu hal
yang juga harus diperhatikan dalam menyampaikan
suatu informasi agar informasi mengandung suatu
yang menarik dan juga bermanfaat bagi masyarakat
yang menerima informasi, jika informasi yang
diberikan adalah informasi yang menarik dan
bermanfaat maka masyarakatpun akan senang dalam
menerima informasi.
Humas setjen DPR RI juga mempertimbangkan
nilai berita sebelum disampaikan kepada masyarakat.
informasi yang disampaikan kepada masyarakat
diharapkan nantinya akan menarik dan bermanfaat
dikarenakan informasi yang diberikan humas setjen
DPR RI adalah informasi-informasi yang bersifat
politik atau kenegaraan yang dalam notabennya
informasi adalah suatu hal yang sangat berguna bagi
seluruh rakyat Indonesia seperti bagaimana cara kerja
wakil rakyatnya dalam mengambil keputusan dan
bagaimana cara menyampaikan aspirasi serta keluhan
84
kepada para wakil rakyatnya agar dapat memenuhi
segala tugas dan kewajiban dengan baik dan benar.
Selain memiliki nilai berita yang menarik dan
bermanfaat, informasi yang disampaikan juga dapat
bersifat sosial seperti yang dikemukakan Widjaja
fungsi dan tujuan komunikasi antara lain untuk
memberikan sosialisasi yaitu penyedia sumber ilmu
pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga
ia aktif didalam masyarakat (Widjaja, 2010:9-10).
Rakyat atau masyarakat mendapatkan sosialisasi
dimana mereka diminta untuk bersikap sebagaimana
seharusnya berperan dan mengawasi kinerja anggota
DPR-RI yang sedang menjabat mengenai kebijakankebijakan yang dilakukan dengan adanya pengawasan
yang ketat oleh masyarakat diharapkan kinerja para
wakil rakyat akan membaik dan berpengaruh langsung
terhadap citra DPR-RI yang juga akan membaik.
Dengan kata lain humas memilih informasi yang
memiliki nilai berita yang tinggi untuk masyarakat,
mensosialisasikan masyarakat melalui informasi
dan edukasi yang humas lakukan untuk mentransfer
pandangan negatif masyarakat menjadi positif
kepada DPR-RI seperti yang dikemukakan Jeffkins
tentang proses transfer informasi dari Apathy menjadi
Interest. (Andin, 2014:40).
Menurut penulis, secara garis besar berita-berita
mengenai DPR RI adalah berita yang memiliki nilai
berita yang tinggi untuk masyarakat dikarenakan DPR
RI sebagai wakil rakyat adalah sosok perwakilan dari
rakyat atau masyarakat itu sendiri jadi, segala berita
yang berkembang mengenai DPR RI rakyat harus
mengetahuinya sebagai bentuk suatu pengawasan
terhadap lembaga wakil rakyat ini. Namun,
kurangnya kesadaran yang dimiliki masyarakat lagilagi harus membuat humas DPR RI untuk memilih
kembali berita-berita mana saja yang harus mereka
sampaikan dan memiliki nilai berita yang baik seperti
yang diinginkan masyarakat untuk mereka dengar.
Berita yang memiliki nilai berita yang bermanfaat
dan menguntungkan masyarakat nantinya akan
mendapatkan respon yang baik pula dari masyarakat.
3. Semiotika
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi menjadi humas profesional dan Scott
M.Cutlip (2011:385) dalam bukunya effective public
relations menjelaskan bahwa semiotika atau makna
adalah salah satu hal penting yang harus ada dalam
Arrasyi Mauluddiga, Peran Humas Melalui Program Kunjungan...
menjalankan suatu program dan menyampaikan
informasi yang ada. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Humas Setjen DPR RI sendiri
tidak melakukan proses penyampaian makna atau
semiotika dalam menyampaikan informasi yang
hendak mereka sampaikan kepada masyarakat yang
hadir di Gedung DPR RI.
Humas DPR RI merasa semiotika adalah
salah satu gaya berkomunikasi yang nantinya akan
menyulitkan masyarakat untuk mengetahui makna
yang terkandung sebenarnya dalam penyampaian
informasi yang mereka lakukan oleh karena itu
menurut penulis humas menghindari adanya
kesalahpahaman masyarakat yang mungkin akan
terjadi dalam proses penyampaian maksud dan tujuan
informasi tersebut disampaikan oleh karena itu humas
memilih untuk tidak menggunakan gaya semiotika
dalam berbicara kepada masyarakat yang datang ke
gedung DPR RI.
4. Simbol
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi menjadi humas profesional dan
Scott M.Cutlip (2011:385) dalam bukunya effective
public relations menjelaskan bahwa simbol adalah
salah satu hal yang dapat membantu masyarakat lebih
memahami tentang informasi yang disampaikan
selain itu juga membuat berita lebih menarik untuk
didengarkan dan diperhatikan oleh masyarakat.
pemakaian simbol ini sendiri tidak digunakan sebagai
suatu hal yang berisfat wajib dalam pelaksanaan
program oleh humas setjen DPR RI.
Pemakaian simbol atau tidak akan dikembalikan
kepada masing-masing humas yang pada saat
pelaksanaan bertugas dan bertanggung jawab untuk
menyampaikan informasi, hal ini dilakukan karena
humas setjen DPR RI yakin bahwa masing-masing
orang yaitu para pranata humas di setjen DPR RI
memiliki gaya penyampaian yang masing-masing
memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan
pranata humas lainnya oleh karena itu pemakaian
symbol bukanlah suatu hal yang sudah diwajibkan
dan tertulis pemakaiannya oleh peraturan melainkan
sesuai dengan konteks dan gaya para pranata humas
dalam menyampaikan informasi yang ada sesuai
denga kondisi yang sedang berlangsung. Simbol
memang sering dianggap penting oleh seseorang
dalam menyampaikan suatu maksud dan tujuannya
dalam berkomunikasi, simbol juga digunakan
masyarakat dengan harapan bahwa penerima
pesan dapat menerima pesan yang disampaikan
oleh komunikator dengan baik dan tidak bias atau
kesalahpahaman. Oleh karena itu menurut penulis
symbol bukanlah suatu hal yang dapat dikonsepkan
terlebih dahulu dalam jalannya suatu program. Simbol
yang dilakukan akan lebih baik bila dilakukan sesuai
dengan suasana dan kenampakan asli saat informasi
yang ingin diberikan tersebut sedang berlangsung.
Hal ini dilakukan agar symbol yang digunakan lebh
sesuai dengan kejadian yang sedang berlangsung
dan sesuai dengan kepribadian masing-masing orang
untuk menggunakannya senyaman mungkin.
5. Kredibilitas
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan bahwa kredibilitas adalah faktor yang
penting karena ketika seseorang menyampaikan
informasi adalah orang yang memiliki kredibilitas
yang tinggi maka masyarakat akan menerima
informasi dengan rasa kepercayaan yang tinggi karena
disampaikan langsung oleh orang yang memiliki
kredibilitas di bidangnya. Dalam hal ini Humas
Setjen DPR RI juga melakukan hal tersebut. di setiap
kunjungan masyarakat humas selalu menggunakan
narasumber-narasumber yang terpercaya dan sesuai
dengan konteks yang akan dibahas pada saat tersebut
baik narasumber dari humas secara langsung maupun
anggota DPR RI dari komisi yang membawahi topik
yang akan dibahas atau masyarakat yang datang ke
gedung DPR RI. Sebagai contoh jika masyarakat
yang datang adalah mahasiswa ekonomi dengan
permasalahan ‘bagaimana Indonesia menghadapi
Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) maka humas
akan menyiapkan narasumber yang memiliki
kredibilitas dibidang tersebut dengan mendatangkan
langsung anggota DPR RI dari komisi terkait yang
memang membahas hal tersebut.
Hal ini senada dengan teori mengenai proses
komunikasi dijelaskan bahwa ada sejumlah
komponen dan unsur yang mencakup persyaratan
terjadinya komunikasi yang juga berkaitan dengan
kredibilitas yaitu sumber (source) dan penyampai
pesan (communicator). (Widjaja, 2010: 11-20)
Sumber dijadikan sebagai dasar penyampaian pesan
guna memperkuat pesan berupa orang, lembaga
atau buku sedangkan penyampaian pesan adalah
komunikator yang memenuhi beberapa syarat seperti
memiliki kredibilitas, ketrampilan berkomunikasi.
85
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
Kredibilitas dari komunikator dalam suatu proses
penyampaian pesan memang suatu hal yang sangat
penting karena komunikan akan merasa lebih percaya
dengan komunikator yang memiliki pengetahuan,
kemampuan, serta ketrampilan yang baik.
Kredibilitas
dari
narasumber
dalam
menyampaikan suatu informasi, berita atau pesan
adalah salah satu faktor penting yang harus dimiliki
oleh orang tersebut. kredibilitas menjadikan
masyarakat yakin dan percaya dengan informasi yang
disampaikan oleh narasumber tersebut. Narasumber
dianggap masyarakat memiliki ilmu, pengetahuan,
serta pengalaman yang memadai untuk memberikan
informasi sesuai dengan topik yang sedang dibahas
dalam suatu diskusi atau presentasi sehingga
masyarakat akan lebih mempercayai narasumber
yang memiliki kredibilitas yang tinggi dibandingkan
narasumber yang mereka anggap tidak berkredibilitas
dalam menyampaikan informasi tersebut.
6. Konteks
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan bahwa konteks dari suatu program
seperti lingkungan yang ada harus mendukung
terciptanya program yang baik. Humas setjen DPR
RI paham betul bahwa pengaruh lingkungan adalah
salah satu faktor penting bagaimana informasi dapat
sampai kepada masyarakat dengan baik oleh karena
itu masyarakat telah disiapkan sebuah ruangan yang
dinamakan operation room yaitu ruangan yang telah
didesain dengan baik dan mewah dengan maksud
serta tujuan agar masyarakat yang datang kegedung
DPR RI merasa nyaman dan diterima dengan baik
oleh Humas setjen DPR RI sehingga menghilangkan
pagar pembatas antara humas dan juga masyarakat
baik dalam menyampaikan informasi maupun
keluhan mengenai DPR RI. Konteks komunikasi
yang dibangun dalam suatu presentasi dan diskusi
menurut penulis dapat membantu masyarakat dalam
memahami dan memperhatikan apa yang coba
disampaikan oleh narasumber.
7. Isi pesan
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan
bahwa
humas
juga
harus
mempertimbangkan isi pesan yang ingin disampaikan
86
kepada masyarakat sebelum menyebarkannya. Humas
Setjen DPR RI melakukan pemilihan informasi dari
sekian banyak informasi yang ada tentang DPR
RI untuk disampaikan kepada khalayak selain itu
juga isi pesan yang diberikan kepada masyarakat
harus informasi yang merupakan sebuah fakta
karena DPR RI adalah organisasi non profit yang
memiliki kewajiban memberikan penerangan kepada
masyarakat tentang apa yang terjadi dengan lembaga
perwakilan rakyat ini sehingga informasi yang
diberikanpun haruslah informasi yang sebenarnya dan
tidak memanipulasi berita yang ada mengenai DPR
RI. seperti yang dikemukakan oleh Cutlip, Centre
dan Broom menjelaskan salah satu strategi humas
lainnya yaitu pesan yang disampaikan baiknya yang
menyangkut kepentingan orang banyak sehingga
informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang
bermanfaat secara umum bagi masyarakat (Morissan,
2006:28) jika isi pesan-pesan akan bermanfaat bagi
masyarakat, maka pesan tersebut cendrung akan
lebih mudah untuk ditransfer kepada masyarakat
karena mereka merasa membutuhkan pesan tersebut
dan berhak untuk mengetahui hal tersebut. Menurut
penulis, isi pesan yang mengandung fakta akan
lebih baik untuk disampaikan kepada masyarakat,
fakta yang ada mengenai DPR RI yang beredar di
masyarakat haruslah disampaikan dan diklarifikasi
oleh humas dalam pesan yang ingin disampaikan
kepada masyarakat.
8. Kejelasan
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010: 183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan bahwa informasi yang diberikan kepada
masyarakat haruslah jelas sehingga masyarakat
mudah memahami informasi yang diberikan. Humas
setjen DPR RI juga selalu berusaha menyajikan
sebuah informasi yang memiliki kejelasan sehingga
masyarakat yang mendapatkan informasi dapat
dengan baik mengerti dan memahami apa yang
dimaksud oleh humas dan tentang apa sebenarnya
informasi yang disampaikan tersebut. Mengapa
informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat
dengan kejelasan informasi maka masyarakat akan
memahami urgensi dan maksud informasi tersebut
yang disampaikan.
Menurut penulis kejelasan pesan adalah salah
satu hal yang harus diperhatikan oleh humas. Isi pesan
yang mengandung kata-kata yang bersifat ambiguitas
(tidak jelas) yang disampaikan kepada masyarakat
Arrasyi Mauluddiga, Peran Humas Melalui Program Kunjungan...
nantinya hanya akan memberikan pemahaman yang
berbeda dengan apa yang diinginkan humas. Oleh
karena itu isi pesan harus jelas dan jga mengandung
fakta yang ada tentang DPR RI sehingga masyarakat
dapat memahami pesan dengan baik.
9. Saluran
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi
menjadi
humas
profesional
menjelaskan bahwa saluran adalah hal yang
digunakan oleh seorang humas agar informasi
lebih cepat diterima oleh masyarakat. saluran
yang memadai membuat masyarakat lebih mudah
memahami dan menerima informasi yang ada. Humas
setjen DPR RI dalam program kunjungan masyarakat
menggunakan saluran seperti powerpoint. Dimana
humas bukan hanya menyajikan informasi melalui
penyampaian langsung oleh narasumber melainkan
juga menggunakan powerpoint sebagai informasi
penjelas agar masyarakat lebih memahami apa yang
ditampilkan powerpoint yang ditampilkan dalam
program kunjungan masyarakat. sama hal nya
menurut Widjaja, saluran adalah salah satu yang
penting dalam proses komunikasi saluran digunakan
untuk menyampaikan pesan melalui panca indra atau
menggunakan media. (Widjaja 2010:11-20)
Saluran yang digunakan humas dalam
menyampaikan informasi memang merupakan suatu
hal yang dapat memberikan keuntungan bagi humas.
Saluran yang digunakan ini nantinya akan membantu
humas dalam menyampaikan informasi bukan
hanya melalui lisan dan tulisan namun juga melalui
saluran-saluran lain yang lebih memudahkan seperti
slide presentasi yang akan memudahkan masyarakat
untuk menangkap apa yang sedang dibicarakan oleh
narasumber.
10. Media yang digunakan
Humas dalam melaksanakan suatu program
sesuai dengan teori yang dikemukakan Morissan,
M.A (2010:183) dalam buku Manajemen Public
relation:strategi menjadi humas profesional dan Scott
M.Cutlip (2011:385) dalam bukunya effective public
relations menjelaskan bahwa media yang digunakan
dalam suatu program akan membantu humas dalam
menyampaikan informasi. Humas Setjen DPR RI
menggunakan media audiovisual dalam pelaksanaan
program kunjungan agar pesan dapat mudah
dimengerti dimana informasi yang diberikan juga
didukung dengan kemampuan teknologi audiovisual
yang ada di dalam ruangan operation room.
Menurut penulis, media yang digunakan adalah
salah satu sarana pembantu humas yang terakhir dalam
menyampaikan informasi yang ingin disampaikan
kepada masyarakat. sebenarnya media bukanlah suatu
keharusan yang dilakukan. penggunaan media adalah
salah satu alat pembantu dalam menyampaikan
informasi agar lebih jelas dan mudah dipahami.
B. Hambatan-Hambatan Program Kunjungan
Masyarakat
Dalam setiap program pastilah memiliki suatu
hambatan-hambatan yang dimiliki, hambatan adalah
suatu hal serius yang dapat merusak jalannya suatu
program oleh karena itu penting oleh seorang humas
untuk memahami betul situasi dan kondisi dalam
suatu program yang mereka laksanakan sehingga
mengurangi tingkat hambatan yang mereka miliki dan
menciptakan program yang sesuai dengan tujuannya.
Menurut Morissan, M.A (2010: 183) dalam buku
Manajemen Public relation:strategi menjadi humas
profesional dan Scott M. Cutlip (201: 385) dalam buku
effective public relation telah dijelaskan hal-hal atau
cara humas mengambil tindakan dan berkomunikasi
sehingga dapat mengetahui hambatan-hambatan
yang ada didepan mereka dalam menjalankan suatu
program kunjungan masyarakat. hal-hal tersebut
meliputi stereotip, kontinuitas, kemampuan penerima
hingga kampanye publisitas yang digunakan. Untuk
lebih jelas maka akan diuraikan masing-masing hal
tersebut sebagai berikut:
1. Streotip
Menurut Morissan, M.A (2010: 183) dalam
buku Manajemen Public Relation Strategi menjadi
humas profesional dan Scott M.Cutlip (2011) dalam
bukunya effective public relations menjelaskan bahwa
dalam bertindak dan berkomunikasi humas juga
harus memperhatikan dan menghindari masalah dari
adanya penilaian-penilain terhadap oranglain. Humas
setjen DPR RI yang berhubungan dengan seluruh
masyarakat dari sabang-merauke memiliki ancaman
akan adanya streotip karena beragamnya adat istiadat,
bahasa dan lain-lain yang berada di Indonesia. Namun,
humas mengakui bahwa masalah perbedaan budaya,
bahasa, adat istiadat sebenarnya bukanlah masalah
yang sangat besar bagi mereka dikarenakan selama
ini humas juga telah bekerja dengan masing-masing
para wakil rakyat yang juga dari sabang-merauke
sehingga humas merasa sebagian besar sudah dapat
memahami dan mengerti tentang adat istiada, budaya
dan bahasa yang seringkali mereka gunakan sehingga
bukan merupakan suatu hambatan yang besar.
87
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
2. Kontinuitas
4. Kampanye publisitas
Menurut Morissan, M.A (2010: 183) dalam buku
Manajemen Public Relation Strategi menjadi humas
profesional menjelaskan bahwa dalam bertindak
dan berkomunikasi humas harus memiliki waktu
yang cukup dan terorganisasi untuk menyampaikan
informasi secara berulang-ulang kepada audiens
yang sama agar informasi yang disampaikan dapat
diterima oleh masyarakat. namun, dalam program
kunjungan masyarakat tidak dimungkinkan untuk
humas memberikan informasi yang serupa dengan
masyarakat yang sama. Setiap masyarakat yang
datang ke gedung DPR RI setiap harinya adalah
masyarakat yang berbeda dari masyarakat yang
pernah hadir sebelumnya. Hanya saja mungkin
para guru atau dosen atau pembimbing perjalanan
namun tidak kepada pesertanya. Dalam komunikasi
informasi memang terkadang harus disampaikan
secara verulang-ulang kali kepada masyarakat agar
masyarakat dapat terpersuasif dengan baik. Namun,
pada kenyataannya dalam program kunjungan
masyarakat sangat tidak memungkinkan untuk
mendatangkan masyarakat-masyarakat yang sama
dalam waktu lain dikarenakan banyaknya masyarakat
Indonesia yang ingin mengunjungi gedung DPR RI
sehingga hal ini sulit untuk dilakukan.
Menurut Morissan, M.A (2010: 183) dalam buku
Manajemen Public relation:strategi menjadi humas
profesional menjelaskan bahwa dalam bertindak dan
berkomunikasi humas harus menggunakan media
kampanye tentang program yang mereka lakukan.
Humas setjen DPR RI sendiri secara khusus tidak
pernah menggunakan kampanye publisitas lain
selain website DPR RI dimana program kunjungan
masyarakat memiliki tempat sendiri dalam website
tersebut. Selain website, program kunjungan
masyarakat juga pernah dimuat oleh majalah internal
DPR RI yaitu parlementaria namun tidak ada jadwal
khusus penerbitan berita kunjungan masyarakat yang
dilakukan oleh humas setjen DPR RI. akan sangat
bermanfaaat jika penerbitannya berkelanjutan.
3. Kemampuan penerima
Menurut Morissan, M.A (2010: 183) dalam buku
Manajemen Public relation:strategi menjadi humas
profesional menjelaskan bahwa dalam bertindak
dan berkomunikasi humas harus juga memikirkan
kemampuan dari penerimanya dimana informasi yang
disampaikan tidak boleh menggunakan kata-kata
yang sulit dipahami oleh masyarakat. Humas Setjen
DPR RI juga mempertimbangkan hal tersebut dimana
materi informasi yang disampaikan oleh humas
kepada masyarakat sebelumnya telah melalui tahap
pemilihan dimana informasi telah disesuaikan dengan
tingkatan umur dan juga pendidikan masyarakat
yang akan hadir sehingga masyarakat mengetahui
dan menerima informasi dengan baik karena mereka
mengerti dan memahami maksud informasi tersebut.
Jika informasi yang disampaikan adalah informasi
yang tidak sesuai dengan kemampuan penerima
maka informasi hanya akan terbuang sia-sia saja. Hal
itu dikarenakan penerima merasa tidak paham dan
mengerti dengan apa yang coba disampaikan oleh
humas. Informasi yang disampaikan haruslah suatu
informasi yang telah dikelompokkan sesuai dengan
tingkatan pengetahuan masyarakat sebelumnya agar
informasi ini dapat berguna bagi masyarakat.
88
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan juga analisis
yang telah penulis uraikan dibab sebelumnya,
maka kesimpulan dari penelitian ini ialah sebagai
berikut: Peran Humas dalam implementasi program
kunjungan masyarakat sudah cukup maksimal dimana
informasi atau berita atau hal yang disampaikan
oleh Humas Setjen DPR RI kepada masyarakat
sebelumnya telah melewati tahap pembingkaian
pesan di mana informasi-informasi yang disampaikan
adalah informasi yang memiliki isi pesan berupa
kemenarikan pesan, kepentingan, manfaat dan hal
lain-lain yang berguna untuk masyarakat dan juga
seluruh informasi yang disajikan adalah informasi
yang berupa suatu fakta atau bukan kebohongan, serta
informasi disampaikan sesuai dengan kemampuan
penerima, budaya, adat istiadat, serta hal lain-lainnya.
Dalam penyampaiannya informasi disampaikan
langsung oleh Humas Setjen DPR RI atau pihakpihak lain yang memiliki kredibilitas dalam bidang
atau tema dalam suatu kunjungan masyarakat. selain
itu Humas juga memiliki sebuah ruangan tersendiri
yang dinamakan operation room sebagai ruangan
penjamu para masyarakat yang ingin berkunjung ke
gedung DPR RI, ruangan tersebut adalah ruangan
khusus yang dibuat demi kenyamanan masyarakat
selama melakukan kunjungan ke DPR RI.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anis, F. K. S. (2014). Panduan Praktis Penilitian Kualitatif.
Jakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arrasyi Mauluddiga, Peran Humas Melalui Program Kunjungan...
Heri, R. A. A., & Arma, O. (2015). PR In Government. Jakarta:
Bamboedoea Komunikasi.
Kriyantono, R. (2014). Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana.
Morissan. (2010). Manajemen Public Relations Strategi
Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana.
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:
Setjen. (2011) Pedoman Umum Pengelolaan Kehumasan
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Republik
Indonesia.
Jakarta:DPR RI.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Widjaja, H. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Bumi Aksara.
LKiS Pelangi Aksara.
Scott, M. C. A. H. (2011). Effective Public Relations. Jakarta:
Kencana.
89
Download