MAKALAH ETIKA PEMASARAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM PERENCANAAN STRATEGI Disusun Oleh : Bimby Alpuarizky Ribolic 125020201111015 Kery Putra Aditya 125020201111017 Tara Winda Hapsari 125020201111025 Feby Zakaria 125020201111028 Herdian Khusna Nurani 125020201111045 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN FEBRUARI 2015 1 KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Etika Pemasaran dan Tanggung Jawab Sosial dalam Perencanaan Strategi”. Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Marketing Strategic Planning , Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan makalah. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada: Allah SWT yang telah memberikan semua nikmat dan karunia-Nya Kepada dosen pembimbing mata kuliah Marketing Strategic Planning kami yaitu Bapak Ananda Sabil Hussein, Se., M.Com., Ph.D. Kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan, membantu dan memotivasi Kepada teman teman yang telah membantu dan mendukung penyusun dalam pengerjaan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, untuk itu dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna mengoreksi dan memperbaiki atas kekurangan yang ada sehingga mencapai hasil yang lebih baik. Malang, 10 Februari 2015 Penyusun 2 Etika Pemasaran dan Tanggung Jawab Sosial dalam Perencanaan Strategi Etika pemasaran dan tanggung jawab sosial akhir – akhir ini sudah menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan dan alur hidup suatu perusahaan. Peran dari etika pemasaran dan tanggung jawab sosial menjadi semakin penting ketika perusahaan akhirnya menyadari bahwa reputasi dan usaha pemasarannya dapat seketika hancur berantakan ketika menghadapi masalah dalam area ini. Kegagalan akan menjaga etika dalam dunia bisnis tentu saja berdampak pada rusaknya kepercayaan dan hubungan perusahaan dengan konsumen maupun stakeholder, dimana hal tersebut merupakan salah satu kunci dari keberhasilan perusahaan. Perwujudan etika pemasaran dan tanggung jawab sosial tidak dapat langsung terjadi hanya dengan merekrut sumber daya yang beretika namun juga harus disertai dengan pelaksanaan sistem yang berkesinambungan dan disiplin sehingga usaha perwujudan etika dan tanggung jawab sosial ini dapat berjalan efektif. Karena selain dapat meningkatkan keuntungan dari sisi non-material (goodwill) yang tak ternilai harganya, juga dalam jangka menengah hingga panjang dapat meningkatkan keuntungan secara finansial. 1. PERAN ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM STRATEGI PEMASARAN Dalam menanggapi permintaan pelanggan, bersama dengan ancaman peningkatan regulasi, semakin banyak perusahaan yang memasukkan etika dan tanggung jawab sosial ke dalam proses perencanaan pemasaran strategis. Hal ini didorong karena reputasi dapat rusak oleh kinerja yang buruk atau kesalahan etika. Sudah pasti, stakeholder yang paling terkena imbas masalah akan mempunyai pergeseran persepsi mengenai reputasi perusahaan. Di sisi lain, mereka yang bahkan tidak terkena imbas langsung terhadap masalah juga dapat mengalami pergeseran persepsi terhadap reputasi perusahaan. Dalam 3 banyak kasus, mereka yang tidak langsung pada masalah, mungkin lebih dipengaruhi oleh berita atau pendapat masyarakat umum. Beberapa skandal dapat menyebabkan boikot dan kampanye agresif untuk meredam penjualan dan pendapatan. CONTOH KASUS : Perusahaan sepatu “NIKE” terlibat masalah mengenai kondisi pabrik – pabriknya di wilayah ASIA. “NIKE” diberitakan tidak memperlakukan dengan baik para pekerja dengan memberikan gaji yang tidak layak. Akibat pemberitaan ini berbagai bentuk protes dilayangkan kepada perusahaan sepatu dan atribut olahraga terbesar di dunia asal Amerika ini. Seiring dengan semakin maraknya pemberitaan negatif yang menyebar di media, akhirnya “NIKE” menanggapi publikasi negatif yang berkembang dengan mengubah praktik dan menjadi model perusahaan dalam mengelola manufakturnya. Karena hubungan antara reputasi, etika, dan pemasaran, maka sekiranya perlu untuk mengeksplorasi dimensi tanggung jawab sosial dan etika pemasaran, serta menjadikan penelitian yang berkaitan etika dan tanggung jawab sosial sebagai referensi terhadap kinerja pemasaran dan mendiskusikan peran mereka dalam proses perencanaan pemasaran strategis. a. Dimensi Tanggung Jawab Sosial Tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep umum yang berhubungan organisasi dengan untuk kewajiban memaksimalkan dampak positif terhadap masyarakat dan meminimalkan dampak negatifnya. Tanggung jawab sosial 4 terdiri dari empat dimensi, yaitu ekonomi, hukum, etika, dan filantropis. Dari perspektif ekonomi, semua perusahaan harus bertanggung jawab kepada pemegang saham yang memiliki hubungan sebagai pemangku kepentingan serta mempengaruhi reputasi perusahaan. Selain itu tentu saja sebagai pihak yang mendapatkan laba atas investasi mereka. Tanggung jawab ekonomi juga menghasilkan keuntungan dari melayani karyawan dan masyarakat pada umumnya karena dampaknya terhadap tingkat pekerjaan serta pendapatan di daerah bahwa tempat perusahaan berada. Pemasar juga memiliki harapan, minimal, untuk mematuhi hukum dan peraturan. Ini adalah suatu hal yang menantang karena legaliltas dan lingkungan (termasuk di dalamnya keadaan sosial, regulasi dan hukum) sulit untuk diterka karena sangat mungkin terjadi beberapa perubahan mengenai suatu peraturan. Kekhawatiran ekonomi dan hukum adalah tingkat paling dasar dari tanggung jawab sosial karena tanpa dua hal tersebut perusahaan mungkin tidak dapat terlibat dalam kegiatan etika atau philantrophic. Pada tingkat piramida berikutnya, etika pemasaran mengacu pada prinsip-prinsip dan standar yang mendefinisikan perilaku pemasaran dapat diterima sebagaimana ditentukan oleh masyarakat, pemerintah, regulator, kelompok kepentingan pribadi, pesaing, dan perusahaan itu sendiri. Hal mendasar dari prinsip-prinsip ini telah dikodifikasi sebagai hukum dan peraturan untuk mendorong pemasar agar dapat menyesuaikan diri dengan harapan perilaku etis dalam bermasyarakat. Akan Tetapi. Hal ini penting untuk dipahami bahwa etika pemasaran melampaui masalah hukum karena keputusan pemasaran etis dapat menumbuhkan kepercayaan yang membantu membangun hubungan pemasaran jangka panjang. Etika pemasaran meliputi keputusan tentang apa yang benar atau salah dalam konteks perencanaan organisasi dan pelaksanaan 5 kegiatan pemasaran dalam lingkungan bisnis global yang bermanfaat untuk : Meningkatkan kinerja organisasi Meningkatkan prestasi individu dalam kelompok kerja Meningkatkan penerimaan sosial dan kemajuan dalam organisasi Menjaga hubungan dengan stakeholder Bukti menunjukkan bahwa mengabaikan masalah etis ini dapat menghancurkan kepercayaan kepercayaan pelanggan dan dapat menarik intervensi pemerintah dengan cepat. Ketika perusahaan melakukan kegiatan yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang berlaku untuk memajukan kepentingan mereka sendiri, proses pemasaran akan menjadi sulit. Cara terbaik untuk mengatasi masalah tersebut adalah membangun sistem yang baik selama proses perencanaan strategis, bukan mengatasinya setelah masalah besar setelah sudah terjadi. CONTOH KASUS : The HCA (Hospital Corporation of America) mengalami dugaan penipuan perawatan kesehatan yang menjadikannya target investigasi federal dan negara bagian atas layanan Medicare dan perawatan kesehatan di rumah praktik penagihan perusahaan. Sekarang, HCA menghabiskan sekitar $ 4.000.000 per tahun untuk program tanggung jawab sosialnya, yang mencakup komite kepatuhan etis eksternal, dua komite internal yang menyusun kebijakan etika dan memantau kepatuhan etika, dan 20 anggota departemen yang mengimplementasikan seluruh program etika perusahaan. HCA juga menggunakan program pelatihan yang ekstensif untuk membantu karyawan memahami fokus perusahaan pada etika dan kepatuhan hukum. Dalam penambahan orientasi kepatuhan etis formal yang terjadi selama pekerjaan awal, semua karyawan HCA harus menyelesaikan kursus tertentu selama 1 jam pada Pusat Pelatihan Etika Kerja HCA setiap tahun. 6 Menjadi etis dan bertanggung jawab membutuhkan suatu komitmen. Untuk alasan ini, banyak perusahaan mengabaikan masalah ini dan berfokus pada tujuan tanggung jawab ekonomi dan hukum mereka, dengan tujuan akhir maksimalisasi keuntungan. Meskipun perusahaan tidak melakukan suatu yang hal yang salah, namun ketidakpedulian pada masalah etis dapat membawa perusahaan keluar dari manfaat jangka panjang yang dapat dihasilkan dari pemenuhan tanggung jawab etis dan philantrophic. Perusahaan yang memilih untuk mengambil langkah-langkah ekstra dalam kegiatan untuk meningkatkan dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat, komunitas lokal mereka, dan lingkungan, dapat meningkatkan nilai keuntungan non – material seperti goodwill disamping peningkatan keuntungan secara finansial. CONTOH PENERAPAN : Pelaksanaan Philantrophic Responsibilities. Dengan dibuutuhkannya komitmen yang kuat, bukan berarti perwujudan perilaku etis dalam pemasaran sulit untuk dilakukan. Seperti yang halnya yang dilakukan oleh Wal-Mart dalam menghadapi bencana alam Badai Katrina di Amerika Serikat. Wal-Mart bergerak cepat untuk membantu para korban Katrina dengan memberikan banyak bantuan seperti pemberian dana cair sebesar $ 17.000.000, barang kebutuhan senilai lebih dari $ 3.000.000, $ 15.000.000 sumbangan kepada BushClinton Katrina Fund, $ 1.000.000 sumbangan kepada Salvation Army dan $ 1.000.000 kepada The American Red Cross, bantuan 100 truk pengangkut air dan barang, bantuan makanan sebanyak 1.000 buah dan penarikan tenaga kerja untuk korban yang kehilangan mata pencaharian akibat bencana alam badai Katrina. Atas banyaknya bantuan dan cepatnya respon yang diberikan, banyak pihak yang 7 mengapresiasi tindakan dari Wal-Mart termasuk presiden Amerika Serikat pada saat itu, George W Bush. Selain itu, kepercayaan masyarakat tentunya meningkat diakibatkan tanggung jawab sosial yang dilakukan Wal-Mart. Dari hal tersebut sudah dapat dipastikan, Wal-Mart tidak hanya mendapat keuntungan goodwill namun juga peningkatan penjualan yang berasal dari kepercayaan yang masyarakat berikan. Dari contoh penerapan di atas dapat dimengerti bahwa philantrophic responsibilities merupakan sebuah tingkatan etika bisnis yang tidak hanya membawa keuntungan goodwill namun juga keuntungan finansial. Teori Philantrophic Responsibilities juga terbukti dengan adanya peristiwa di atas. Dapat disimpulkan juga bahwa strategi philantrophic menjadi suatu terobosan marketing yang sangat jitu. Perusahaan dapat meraih tujuan finansial dengan cara menggaet kepercayaan konsumen sembari juga menjaga lingkungan dengan berbagai cara disesuaikan dengan jenis dan tujuan perusahaan. Banyak perusahaan yang mewujudkan sikap pedulinya kepada lingkungan dengan memberikan fokus pada perkembangan pendidikan. Hal ini berasal dari keyakinan bahwa siswa pada saat ini merupakan konsumen dan karyawan masa depan yang dapat menjadi modal besar suksesnya perusahaan. Banyak perusahaan besar seperti Kodak, American Express, Apple Computer, dan The Coca-Cola Company, mendonasikan dana, berbagai perlengkapan dan peralatan, dan karyawannya untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan di sekolah – sekolah lokal. Contohnya seperti yang dilakukan McDonald’s, mereka memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Atas yang bekerja paruh waktu di cabang – cabang restorannya. 8 Sekali telah dibuktikan bahwa tanggung jawab sosial sebenarnya dapat menyeimbangkan kondisi sosial kemasyarakatan, dimana bidang – bidang yang berbeda tersebut saling membantu untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang ada. b. Etika Pemasaran dan Strategi Etika pemasaran meliputi prinsip-prinsip dan standar yang memandu perilaku individu dan kelompok dalam membuat keputusan pemasaran. Strategi pemasaran harus mempertimbangkan stakeholder-termasuk manajer, karyawan, pelanggan, asosiasi industri, regulator pemerintah, mitra bisnis, dan kelompok-semua kepentingan khusus yang berkontribusi terhadap standar yang berlaku dan harapan masyarakat. Yang paling dasar dari standar tersebut telah dikodifikasi (disusun kedalam undangundang) sebagai hukum dan peraturan untuk mendorong perusahaan agar sesuai dengan harapan masyarakat terhadap perilaku bisnis. Ketika perusahaan menyimpang dari standar yang berlaku di industri dan masyarakat, hasilnya adalah ketidakpuasan pelanggan, kurangnya kepercayaan, dan tindakan hukum. Hal tersebut akan mempengaruhi reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan adalah salah satu aset terbesar yang tidak berwujud. Nilai reputasi positif sulit untuk dihitung, tetapi sangat penting. Sebuah insiden negatif tunggal dapat mempengaruhi persepsi citra perusahaan dan reputasi selama bertahun-tahun sesudahnya. Reputasi perusahaan, image, dan branding yang lebih penting daripada sebelumnya dan adalah salah satu aspek yang paling penting dari mempertahankan hubungan dengan Stakeholders kunci. Ketika perusahaan menyimpang dari standar yang berlaku di industri dan masyarakat, hasilnya adalah ketidakpuasan pelanggan, kurangnya kepercayaan, dan tindakan hukum. 9 Atas permasalahan tersebut, pemerintah yang berperan sebagai pembuat kebijakan menjadi pengontrol terhadap aktivitas yang dilakukan oleh baik organisasi maupun individu. Pemerintah berupaya untuk membantu organisasi menciptakan aktivitasaktivitas yang memberikan efek positif bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Tanpa bantuan pemerintah, perusahaan bisa saja melakukan kesalahan dalam menciptakan keseimbangan antara aktivitas ekonomi dengan kebutuhan bersosialisasi. Apabila keseimbangan gagal diwujudkan, beberapa regulasi tambahan dapat digunakan untuk memperbaiki perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para pemasar. Masyarakat juga telah mengembangkan aturan baik legal dan tersirat untuk membimbing perusahaan dalam upaya mereka untuk mendapatkan keuntungan melalui cara-cara yang tidak merugikan individu atau masyarakat luas. c. Tantangan Berperilaku Etis dan Bertanggung Jawab Sosial Karyawan dan manajer memerlukan pengalaman dalam industri spesifik mereka untuk lebih memahami bagaimana beroperasi di area abu-abu. Individu yang memiliki pengalaman bisnis yang terbatas sering menemukan diri mereka diperlukan untuk membuat keputusan mendadak tentang kualitas produk, iklan, harga, teknik penjualan, praktik perekrutan, privasi, dan pengendalian polusi. Sebagai contoh, bagaimana pengiklan tahu kapan mereka membuat pernyataan menyesatkan yang bertentangan dengan mengiklankan sederhana atau berlebihan. Dengan kata lain, pengalaman seseorang dan keputusan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat mungkin sangat berbeda dari pengalaman dan keputusan bahwa ia harus membuat di tempat kerja. Selain itu, kepentingan dan nilai-nilai dari karyawan individu dapat berbeda dari perusahaan dalam yang mereka bekerja, dari standar industri, dan dari masyarakat pada umumnya. 10 Ketika nilai-nilai pribadi yang tidak konsisten dengan konfigurasi nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok kerja, konflik etika mungkin terjadi. Sangat penting bahwa visi bersama dari perilaku yang dapat diterima berkembang dari perspektif organisasi untuk menumbuhkan hubungan yang konsisten dan dapat diandalkan dengan semua pemangku kepentingan terkait. Sebuah visi bersama etik yang merupakan bagian dari budaya organisasi dapat dipertanyakan, dianalisis, dan dimodifikasi sebagai isu-isu baru berkembang. Namun, etika pemasaran harus berhubungan dengan bekerja keputusan lingkungan dan tidak harus mengontrol atau mempengaruhi masalah-masalah etika pribadi. Pada dasarnya, kapan pun suatu kegiatan menyebabkan setiap jenis manipulasi, penipuan, atau bahkan hanya tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan dapat membuat merugikan orang. Pemasar harus memutuskan bagaimana untuk bertanggung jawab dan menghadapinya, setelah masalah telah diidentifikasi. 2. PRAKTEK PENIPUAN DALAM PEMASARAN Ketika keputusan pemasaran menghasilkan penipuan dalam rangka memajukan kepentingan individu atau organisasi atas mereka, individu, kelompok, atau organisasi lain, tuduhan penipuan bisa terjadi. Secara umum, penipuan merupakan setiap komunikasi palsu yang menipu, memanipulasi, atau menyembunyikan fakta dalam rangka menciptakan kesan palsu. Hal ini dapat dianggap sebagai kejahatan, dan dapat mengakibatkan denda, penjara, atau keduanya. a. Komunikasi yang menipu dan Promosi Praktik pemasaran yang palsu atau menyesatkan dapat merusak kepercayaan pelanggan dalam suatu organisasi. Meskipun contoh yang paling terkenal dari penipuan terjadi di tingkat 11 nasional maupun global, masalah pemasaran penipuan tidak terbatas pada perusahaan-perusahaan besar dan terkenal. Pada kenyataannya, banyak marketing penipuan terjadi pada suatu negara atau tingkat lokal. Tidak menepati janji, menawarkan jaminan yang salah dan kontrak layanan, dan meninggalkan pekerjaan sebelum menyelesaikan pekerjaannya merupakan pelanggaran umum yang sering dilakukan. Komunikasi palsu dan promosi yang menipu merupakan masalah yang paling umum dan berulang dalam penipuan pemasaran. Pelanggaran dalam promosi dapat berkisar dari klaim berlebihan dan fakta tersembunyi. Klaim berlebihan adalah sesuatu yang tidak dapat dibuktikan, seperti halnya ketika iklan di suatu negara menyatakan bahwa suatu produk tertentu unggul bagi daripada produk lainnya di pasaran. Sebagai contoh, Papa John`s lnternational, Inc.., berinvestasi jutaan dolar ke iklan “Better Ingredients Better Pizza”. Bagaimanapun, juri Texas menemukan slogan menyesatkan pada iklan, dan hakim memerintahkan perusahaan tersebut untuk menghentikan klaim pada iklan dimasa datang. Bentuk lain dari pelecehan iklan yang melibatkan pernyataan ambigu, di mana klaim sangat lemah sehingga penonton, pembaca, atau pendengar harus menyimpulkan pesan pengiklan yang dimaksudkan. Terkadang pemilihan kata yang salah dapat menimbulkan ambiguitas. Kata kerja bantuan adalah contoh yang baik yang dapat digunakan untuk mencegah keambiguan (seperti dalam ungkapan-ungkapan "membantu mencegah," “membantu melawan," “membantu membuat Anda merasa......."). Konsumen dapat melihat iklan tidak etis karena mereka gagal untuk berkomunikasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan pembelian yang baik atau karena produsen menipu konsumen langsung. 12 Komunikasi dalam konteks personal selling juga bisa menyesatkan dengan menyembunyikan fakta-fakta dalam pesan.Misalnya, penjual ingin menjual polis asuransi kesehatan mungkin daftar sejumlah besar penyakit yang tercakup oleh kebijakan tetapi gagal untuk menyebutkan bahwa itu tidak mencakup beberapa penyakit umum tertutup. Aktivitas penipuan telah meningkat pesat di bidang pemasaran langsung, di mana perusahaan menggunakan telepon dan media nonpersonal untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan, yang kemudian membeli produk melalui surat, telepon, atau lntemet tersebut. Pada tahun 2005 konsumen melaporkan kerugian sebesar $ 680.000.000 akibat penipuan direct marketing. Dari 685,000 keluhan yang diterima oleh FTC tahun itu.255.565 pencurian identitas concemed, dan 431.118 adalah tentang bentuk-bentuk lain dari penipuan.keluhan-lntemet terkait menyumbang 46 persen dari laporan penipuan dan S335 juta melaporkan kerugian. b. Pengaturan Praktik penipuan Pemasaran Banyak perusahaan mencoba untuk mengatur dirinya sendiri dalam upaya untuk menunjukkan tanggung jawab etis dan untuk mencegah pengaturan lebih lanjut oleh pemerintah pusat. Selain mematuhi semua hukum dan peraturan yang relevan , banyak perusahaan memilih untuk bergabung dengan asosiasi perdagangan yang memiliki program regulasi senidri. Meskipun program tersebut bukan merupakan hasil langsung dari hukum , banyak yang menjadi mapan untuk menghentikan atau menunda perkembangan hukum dan peraturan yang akan membatasi praktik bisnis asosiasi. Beberapa asosiasi perdagangan membangun kode etik dimana anggotanya harus mematuhi atau teguran risiko atau pengusiran dari asosiasi . Mungkin asosiasi menjual-peraturan yang paling terkenal adalah Better Business Bureau (BBB), sebuah organisasi yang 13 didukung oleh lebih dari 300.000 bisnis anggota lokal.Lebih dari 150 biro lokal memperluas lebih dari 98 persen dari negara membantu jutaan konsumen dan bisnis setiap tahun.Setiap biro bekerja untuk juara praktik bisnis yang baik dalam masyarakat meskipun biasanya tidak memiliki alat yang kuat untuk menegakkan aturan perilaku bisnis. Ketika perusahaan melanggar apa BBB percaya menjadi praktek bisnis yang baik, biro memperingatkan konsumen melalui surat kabar lokal atau media penyiaran. Jika organisasi menyinggung anggota jika BBB, mungkin dikeluarkan dari biro lokal.Misalnya, Connecticut BBB mencabut keanggotaan Priceline.com setelah toko online gagal untuk mengatasi berbagai keluhan terkait keliru produk, gagal memberikan pengembalian uang yang dijanjikan, dan gagal untuk memperbaiki masalah penagihan. BBB juga telah mengembangkan sebuah situs web (http://www.bbb.org) untuk membantu konsumen mengidentifikasi bisnis yang beroperasi dengan cara yang etis. Anggota BBB yang menggunakan situs ini setuju untuk mengikat arbitrase yang berkaitan dengan isu-isu privasi online. Program Jual-peraturan seperti BBB memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan peraturan pemerintah. Pembentukan dan pelaksanaan program-program tersebut biasanya lebih murah, dan pedoman atau kode etik mereka umumnya lebih praktis dan realistis.Selain itu, program self-regulatory efektif mengurangi kebutuhan untuk memperluas birokrasi pemerintah.Namun, selfregulation juga memiliki beberapa keterbatasan.Perusahaan nonanggota tidak berkewajiban untuk mematuhi pedoman industri asosiasi perdagangan atau kode.Selain itu, sebagian besar asosiasi kekurangan alat THC atau otoritas untuk menegakkan pedoman mereka. Akhirnya, pedoman ini sering kurang ketat daripada peraturan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah 14 c. Penentu Organisasi Etika Pemasaran dan Tanggung Jawab Sosial Meskipun individu dapat dan jangan membuat keputusan etis, mereka tidak beroperasi dalam ruang hampa.Pilihan etis dalam bisnis yang paling sering dibuat bersama dalam komite dan kelompok kerja atau dalam percakapan dengan rekan kerja. Selain itu, orang belajar untuk menyelesaikan masalah etika tidak hanya dari latar belakang masing-masing, tetapi juga orang lain dengan siapa mereka bergaul dalam lingkungan bisnis. Hasil dari proses pembelajaran ini tergantung pada kekuatan masing-masing nilai individual`s pribadi, kesempatan untuk perilaku tidak etis, dan paparan kepada orang lain yang berperilaku etis atau tidak etis. Akibatnya, budaya organisasi-sebagai serta atasan, rekan, dan subordinats-dapat memiliki dampak yang signifikan pada proses pengambilan keputusan etis. " Budaya perusahaan atau organisasi dapat disampaikan secara resmi dalam buku pegangan karyawan, kode etik, memo, dan upacara, tetapi juga dinyatakan secara informal melalui busana, kegiatan ekstrakurikuler, anekdot.Suatu budaya perusahaan memberikan anggota makna dan menawarkan arah tentang bagaimana berperilaku dan menangani masalah-masalah dalam perusahaan. Budaya perusahaan di American Express. Sebagai contoh, mencakup berbagai anekdot tentang karyawan yang telah melampaui panggilan tugas untuk membantu pelanggan dalam situasi sulit.Tradisi ini kuat layanan pelanggan mungkin mendorong seorang karyawan American Express untuk mengambil langkah-langkah ekstra untuk membantu pelanggan yang menemukan masalah saat bepergian ke luar negeri. Di sisi lain, perusahaan, atau bahkan budaya industri juga dapat mendorong karyawan untuk mengambil keputusan yang lain mungkin menilai sebagai tidak etis atau mungkin tidak menyurutkan tindakan yang dapat dipandang sebagai tidak etis. Sebagai contoh, meningkatnya persaingan dalam industri bir telah 15 menyebabkan banyak perusahaan untuk menggunakan iklan yang lebih provokatif.Iklan ini menggambarkan konsumen lebih muda menikmati bir dan menyenangkan di pesta-pesta.Coors pada satu waktu menggunakan iklan yang bertanya 'Mengapa kita pesta? Karena kita bisa-bisa-bisa! ' Banyak organisasi advokasi konsumen mengeluh bahwa iklan industri bir mendorong terlalu keras untuk menarik konsumen muda di bawah usia minum hukum. Coors setuju untuk menarik iklannya mengubah beberapa keluhan.Namun, perhatian menarik peningkatan pengawasan dari FTC, yang memulai penyelidikan bir dan pemasaran alkohol praktek. Dalam pemasaran, kita berpikir tentang iklim etika sebagai bagian dari budaya perusahaan yang berhubungan dengan harapan organisasi tentang perilaku yang sesuai.Untuk beberapa hal, iklim etika adalah komponen karakter organisasi.Kebijakan perusahaan dan kode, pelaksanaan manajer puncak, nilai-nilai dan filosofi moral rekan kerja, dan kesempatan untuk kesalahan semua berkontribusi terhadap iklim etika perusahaan.Ketika manajer puncak berusaha untuk membangun iklim etika berdasarkan tanggung jawab dan kewarganegaraan, mereka mengatur nada untuk keputusan etis. Seperti halnya di White Dog Café di Philadelphia, di mana pemilik Judy Wicks menanamkan tanggung jawab sosial di seluruh operasi seluruh bisnis nya. Restoran beroperasi menggunakan 100 persen bertenaga angin listrik, dengan 20 persen dari semua keuntungan disumbangkan untuk amal. Wicks hanya membeli produk organik dan daging dari hewan manusiawi mengangkat. Tanggung jawab dan kewarganegaraan dipamerkan oleh Wicks telah membentuk iklim etika yang mempromosikan perilaku yang bertanggung jawab.Iklim etika juga menentukan apakah seseorang memandang masalah sebagai memiliki komponen etis. Menyadari issus etis dan menghasilkan 16 alternatif untuk mengatasinya adalah manifestasi dari iklim etika perusahaan. Untuk memenuhi meningkat tuntutan publik untuk pemasaran etis, perusahaan perlu mengembangkan rencana dan struktur untuk mengatasi pertimbangan etis. Beberapa arah untuk perbaikan etika telah diamanatkan melalui peraturan, tetapi perusahaan harus bersedia untuk memiliki di tempat nilai-nilai dan etika sistem yang melebihi persyaratan peraturan minimum.Meskipun tidak ada standar universal yang dapat diterapkan untuk program etika organisasi, sebagian besar perusahaan mengembangkan kode, perilaku panduan bisnis. Akan sangat naif untuk berpikir bahwa hanya memiliki kode etik akan memecahkan dilema etika perusahaan yang mungkin akan dihadapi. Bahkan, sebagian besar perusahaan yang mengalami masalah etika atau hukum biasanya telah menyatakan kode etik dan program.Seringkali, masalahnya adalah bahwa manajemen puncak, serta budaya perusahaan secara keseluruhan, belum terintegrasi ini membuat kode, nilai-nilai, dan standar.Misalnya, sebelum masalah yang terjadi, Tyco memiliki program etika dan merupakan anggota dari Asosiasi Pejabat Etika. Sayangnya, program ini tidak pernah aktif di Tyco dan manajemen puncak melibatkan diri dalam perbuatan yang mengakibatkan hilangnya lengkap kepercayaan publik di perusahaan 3. KODE ETIK Kode etik diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dalam sub bab ini kode etik harus mencerminkan direksi dan keinginan manajemen senior agar nilai-nilai dapat di patuhi oleh organisasi, aturan, dan kebijakan yang dapat mendukung iklim etika , atau pedoman perilaku bisnis yang tepat. Kode ini dapat mengatasi berbagai situasi dari operasi internal untuk presentasi penjualan dan praktek pengungkapan keuangan 17 Pengembangan kode etik harus melibatkan diantaranya : Dewan direksi Presiden Manajer senior Staf hukum harus dilibatkn untuk memastikan bahwa kode telah benar di nilai dari bidang utama risiko dan standar yang terdapat dalam masalah hukum. Sebuah kode etik yang tidak membahas kegiatan berisiko tinggi tertentu dalam lingkup operasi sehari-hari tidak cukup untuk mempertahankan standar yang dapat mencegah pelanggaran . di bawah ini daftar pertimbangan utama dalam mengembangkan dan menerapkan kode etik: - Memeriksa daerah berisiko tinggi dan masalah . - Nilai-nilai negara dan perilaku yang diperlukan untuk mematuhi hukum dan peraturan sedikit pun . nilai-nilai buffer penting dalam mencegah kesalahan serius . Mengidentifikasi nilai-nilai yang secara khusus menangani masalah-masalah etika saat ini. Mempertimbangkan nilai-nilai yang menghubungkan organisasi untuk orientasi pemangku kepentingan . mencoba untuk menemukan tumpang tindih antara nilai-nilai organiztional dan pemangku kepentingan . Membuat kode etik dimengerti dengan memberikan contoh-contoh yang mencerminkan nilai-nilai . Mengkomunikasikan kode sering dan dalam bahasa yang karyawan dapat mengerti. Merevisi kode setiap tahun dengan masukan dari berbagai pemangku kepentingan internal dan eksternal . Dalam suatu contoh kasus sebuah Perusahaan multinasional yg besar seperti Texas Instrument kode etik menyerupai banyak organisasi lainnya . kode membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan: - Kebijakan dan undang-undang peraturan pemerintah - Prosedur hubungan pemasok 18 - Pelanggan - Pesaing - Penerimaan hadiah perjalanan dan hiburan - Politik - Melaporkan konflik - Pembayaran bisnis - Investasi bunga dalam saham TI - Penanganan informasi dan perdagangan perusahaan Rahasia - Penggunaan TI karyawan dan aset untuk melakukan pekerjaan pribadi - Hubungan pejabat pemerintah . Kode TI menekankan bahwa etika bertanggung jawab untuk menegakkan mempertahankan keberhasilan jangka panjang dan bahwa setiap individu bertanggung jawab untuk menegakkan intergrity perusahaan . Pembukaan kode etika TI menempatkan seperti ini. Untuk memastikan bahwa karyawan pada memahami sifat etika bisnis dan standar etika yang perusahaan mengharapkan mereka untuk mengikuti etika tes cepat untuk membantu mereka ketika mereka memiliki keraguan tentang etika situasi dan perilaku tertentu: Apakah tindakan tersebut legal? Apakah hal tersebut sesuai dengan nilai kami? Jika anda melakukan hal tersebut, apakah anda merasa tidak enak? Bagaimana hal itu terlihat di koran? Jika anda tahu bahwa hal tersebut salah, jangan lakukan! Jika anda tidak yakin, bertanyalah. Teruslah bertanya hingga anda mendapat sebuah jawaban. Dalam penelitian yang di lakukan menemukan beberapa nilai yang sering di gunakan pada suatu perusahaan berikut merupakan 6 dari nilai tersebut : 1. Layak dipercaya 19 2. Rasa hormat 3. bertanggung jawab 4. Keadilan 5. Kepedulian 6. Kewarganegaraan Dari ke 6 nilai tersebut tidak akan efektif dan terwujud jika tidak dilakukan pelatihan, penyampaian, dan dukungan dari top manajer untuk membuat para karyawan menjadi bagian dari perusahaan dan budaya perusahaan. Kode etik tidak 100% dapat membantu para karyawan menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Tetapi kode etik di dalam perusahaan setidaknya akan membantu para karyawan dan manajer untuk menghadapi sebuah dilemma dengan membatasi aktivitaas tertentu. Banyak perusahaan memiliki kode etik tetapi mereka tidak dapat menyampaikan makna kode etik tersebut, karena kode etik hanya di tuliskan pada web site dan dalam pelatihan itu tidak berguna karena tidak di lakukan sehari hari. a. Etika Pemasaran Dan Kepemimpinan Dalam suatu pemasaran harus memiliki etika dimana telah di tetapkan pada kode etik dan nilai pada suatu budaya perusahaan. Dalam pelakasanaan nya manajer harus menerapkan kebijakan dan standart yang ada. Dalam suatu kasus yang sering di hadapi didalam perusahaan adalah banyak melakukan pemalsuan laporan palsu, guna menaikan harga saham dan juga menaikan pendapatan ini merupakan tindakan yang tidak memliki etika dan keluar dari nilai dank ode etik perusahaan dalam memasarkan saham perusahaan. Etika pemimpin pemasaran yang baik adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan tujuan umum atau visi untuk perusahaan. 2. Memperoleh dukungan dari rekan yang berpengaruh. 3. Memotivasi yang lain untuk melakukan tindakan etis 20 4. Menggunakan sumberdaya yang ada untuk mereka. 5. Menikmati pekerjaan merekadan menjalankan mereka dengan sebuah keuletan, sabar, dan berkomitmen. Kegiatan di atas dapat membuat para pegawai dalam perusahaan akan mengikuti melakukan perbuatan etis. 4. STAKEHOLDER, ORIENTASI PASAR, PERFOMA PEMASARAN Dalam hal ini adalah mengedepankan tanggung jawab sosial pada pihak terkait dan performa pemasar. Dalam sebuah kondisi pegawai memprioritaskan para pelanggan dimana pekerja mengedepankan kualitas dalam perusahan, yang nantinya kualitas ini akan menghasilkan loyalitas pelanggan dan juga menaikan profit perusahaan. Contoh : Dalam perusahaan asuransi terbesar di dunia Generali melaporkan dengan lengkap tentang informasi yang di burtuhkan oleh pelanggan dan menyediakan fasilitas yang lengka untuk menginformasikan tentang apa saja produk dan perubahan yang ada di dalam perusahaan nya mulai dari nilai tukar mata uang serta memiliki jaringan broker internasional untuk lebih lengkapnya kunjungi http://www.generali.co.id/id/about- us/lingkup-bisnis a. Orienntasi Pasar Dalam orientasi pasar ini melakukan pertukaran informasi sehingga memberiakan gambaran yang jelas pada perusahaan tentang apa yang di inginkan oleh pelanggan. Budaya etis pada perusahaan akan memhasilkan orientasi pasar yang baik karena adanya persaingan antar pegawai yang positif sesuai dengan kode etis. 21 b. Orientasi pada Stakeholder Dalam orientasi ini memuat tiga aktifitas, yaitu: Organisasi besar yang memiliki informasi tetang data stakeholder dan menaksirkan efek besarnya organisasi bagi perusahaan Pemberian informasi melalui perusahaan Respon penuh dari organisasi. Data yang dihasilkan tentang stakehorlder diawali dengan mengidentifikasi stakeholder mana atau siapa yang rlelevan bagi perusahaan. Kemudian perusahaan mengkarakteristikkan perhatian tentang bisnis yang dilakukan, terhadap setiap saham stakeholder yang relevan. Informasi ini dapat ditemukan melalui formal research, survey, focus group pencarian diinternet,press review. c. Performa Pemasaran Hubungan antara etika/tanggung jawab social dan performa pemasaran, dapat membuat karyawan lebih termotivasi untuk melayani konsumen, lebih berkomitmen kepada perusahaan, berkomitmen untuk menjaga kualitas tinggi, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka. Kondisi ini nantinya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan sehingga penjualan perusahaan pun juga akan meningkat. Dapat mengarahkan untuk meningkatkan kepercayaan stakeholder kepada perusahaan. KOntribusi yang penting untuk meningkatkan kepercayaan adalah memberikan persepsi bahwa perusahaan dan pekerjanya tidak akan mengorbankan standard integritas perusahaan. Ini membuktikan bahwa pentingnya etika dan tanggung jawab social padapengembangan strategi dan program dalam busaya organisasi. Apabila ini tidak dipenuhi maka akan berdampak pada kinerja pemasaran perusahaan, costs of civil atau criminal 22 litigation, dan adapat berdampak negatif ketika ditemukan keanehan dalam aktifitas perusahaan. 5. HUBUNGAN ANTARA ETIKA DAN PERENCANAAN STRATEGI Beberapa perusahaan mengintegrasikan etika dan tanggung jawab social dengan perencaan strategi perusahaan. Biasanya dilakukan melalui program penyesuaian etika atau inisiatif integritas . Dalam perencanaan pemasaran, yang mencakup unsur-unsur yang berbeda dari etika dan tanggung jawab social ditentukan oleh manajer pemasaran tingkat atas. Hubungan keduanya ini didasarkan pada pemahaman: Resiko asosiasi dengan etika dan pembuatan hokum yang legal Etika dan konsekuensi social dari strategi yang dipilih Nilai-nila anggota organisasi dan pemegang saham Hubungan antara etika dan perencanaan strategi ini diwujudkan dengan etika dan kebiasaaan tanggung jawab social melalui tindakan nyata. 23