tinjauan pustaka

advertisement
5
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kupu-Kupu
Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk
dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau
sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu memanjang seperti tabung dengan simetri bilateral
yakni, tubuh bagian sebelah kiri dan kanan sama. Tubuh kupu-kupu terbagi atas
tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala dilengkapi
dengan antena, mulut, dan mata. Antena berjumlah satu pasang yang tergulung di
bawah kepala yang berfungsi sebagai alat penciuman. Bentuk antena panjang,
ramping, dan membongkol pada ujungnya. Tipe alat mulut kupu-kupu dewasa
adalah mengisap, yang dilengkapi dengan probosis. Probosis biasanya panjang
dan melingkar yang terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan di
antara galea. Pada mulut juga terdapat labrum dan palpus labium. Mata majemuk
sepasang dan kadang-kadang ada oceli atau mata tunggal. Toraks terbagi tiga
bagian, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada toraks terdapat tiga
pasang tungkai dan dua pasang sayap. Pada sisik sayap, terdapat corak warna
yang unik dan umumnya sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan.
Bagian abdomen terdapat sistem pencernaan, ekskretori, dan reproduksi
(Triplehorn & Johnson 2005).
Kupu-kupu mempunyai saluran pencernaan memanjang dari mulut
(probosis) hingga anus. Saluran pencernaan terdiri dari tiga bagian, yaitu usus
depan (stomodeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proktodeum).
Usus depan berfungsi untuk mengatur jalannya makanan menuju usus tengah.
Usus tengah berfungsi untuk sekresi enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen
penyerapan makanan ke dalam tubuh. Usus belakang berfungsi sebagai alat
pengeluaran feses (Triplehorn & Johnson 2005). Sistem ekskresi kupu-kupu
berupa tubulus Malphigi. Sistem peredaran darahnya adalah sistem peredaran
terbuka. Darah pada kupu-kupu disebut hemolimfe yang berwarna kekuningan
atau kehijauan. Pada sistem peredaran darah terbuka, darah dari jantung dipompa
ke aorta dan keluar ke hemosoel dan mengalir, menggenangi jaringan dan alat-alat
tubuh lainnya. Sistem pernafasan kupu-kupu menggunakan sistem trakea, yaitu
6
sistem pernafasan terbuka (open respiratory system). Sistem trakea adalah suatu
sistem saluran kutikula yang bermuara dari luar tubuh hingga ke spirakel, yang
terletak pada bagian lateral tubuh. Sistem reproduksinya bersifat gonokoristik,
yaitu alat kelamin pada individu jantan dan betina terpisah. Sistem saraf berupa
sistem saraf tangga tali yang terdiri dari ganglion-ganglion pada setiap ruas tubuh.
Kupu-kupu merupakan salah satu hewan berdarah dingin atau poikilotermik, yaitu
suhu tubuh dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh kupu-kupu yang
optimal pada saat terbang adalah berkisar antara 20 – 30oC (Triplehorn & Johnson
2005).
Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, yang dimulai dari telur –
larva (ulat) – pupa (kepompong) – imago (dewasa). Larva terdiri dari kepala dan
13 segmen tubuh (3 segmen toraks dan 10 segmen abdomen). Kupu-kupu yang
keluar dari kepompong siap untuk kawin dan bertelur. Pada umumnya kupu-kupu
mempunyai siklus hidup 29-51 hari, bergantung pada spesies (Jumar 1997).
Klasifikasi Kupu-kupu
Kupu-kupu termasuk dalam Ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari
kata lepido = sisik, dan ptera = sayap (Triplehorn & Johnson 2005). Lepidoptera
terdiri dari 45 superfamili dan salah satunya adalah superfamili Papilionoidea,
yang mencakup kupu-kupu (Kristensen 2007). Superfamili Papilionoidea terdiri
dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan
Nymphalidae. Famili Papilionidae terdiri dari dua subfamili, yaitu Papilioninae
dan Parnassiinae. Parnassiinae hanya terdapat di Eropa. Famili Pieridae terdiri
dari
empat
subfamili
yaitu,
Pierinae,
Anthocharinae,
Coliadinae,
dan
Dismorphinae. Famili Riodinidae terdiri dari satu subfamili, yaitu Riodininae.
Famili Lycaenidae terdiri dari delapan subfamili, yaitu Curetinae, Lycaeninae,
Theclinae, Poritiinae, Curetinae, Miletinae, Aphnaeinae, dan Polyommatinae.
Famili Nymphalidae terdiri dari 12 subfamili, yaitu Limentitidinae, Heliconiinae,
Apaturinae, Biblidinae, Cyrestinae, Nymphalinae, Pseudergolinae, Charaxinae,
Satyrinae, Calinaginae, Danainae, dan Libytheinae (Brower 2008).
7
Ciri-ciri khas famili kupu-kupu dari Superfamili Papilionoidea adalah
sebagai berikut :
Famili Papilionidae. Famili ini memiliki sayap belakang dengan perpanjangan
seperti ekor burung walet, sehingga sering disebut “swallowtails”. Tubuh
umumnya berukuran besar, panjang sayap dapat mencapai 255 mm, berwarna
gelap, putih atau abu-abu dengan bagia-bagian tertentu berwarna gelap. Ujung
antena berbongkol tetapi tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Genus
Ornithoptera memiliki corak warna hijau, kuning dan hitam. Larvanya gemuk,
bertubuh halus, memiliki bintik-bintik mata pada ujung anterior, dan toraks
melebar (Triplehorn & Johnson 2005).
Famili Pieridae. Famili ini dengan sayap biasanya berwarna orange, putih,
kuning, dan terkadang terdapat bercak hitam atau garis hitam pada tepi sayap.
Sayap belakang agak bulat dan tidak memiliki ekor, umumnya sayap depan
berukuran 22 – 35 mm, kecuali pada Delias aruna yang memiliki panjang sayap
depan sekitar 44 mm. Larva umumnya berwarna hijau dan berbentuk silindris
(Mastrigt & Rosariyanto 2005).
Famili Riodinidae. Famili ini dengan corak warna sayap coklat kemerahan, dan
terkadang berwarna gelap. Ukuran bentangan sayap sekitar 25 – 30
mm.
Umumnya kupu-kupu ini hidup di daerah tropik bagian selatan Amerika
(Triplehorn & Johnson 2005).
Famili Lycaenidae. Ukuran tubuh kecil dengan warna sayap yang beragam.
Corak warna sayap abu-abu gelap atau kecoklatan dengan garis halus pada
permukaan bawah sayap dan juga terkadang bintik-bintik kemerahan pada bagian
posterior sayap, merupakan ciri khas dari subfamili Theclinae. Sayap berwarna
tembaga, corak warna umumnya putih dengan titik hitam pada tengah sayap
adalah ciri dari subfamili Curetinae. Corak warna sayap atas biru dan terkadang
dibatasi dengan warna hitam adalah ciri dari subfamili Lycaeninae. Subfamili
Polyommatinae memiliki ciri khas dengan corak warna sayap atas biru dan
terkadang terdapat perpanjangan seperti ekor pada sayap belakang. Sayap
belakang dengan vena humeral yang menunjang ke depan atau membengkok.
8
Sayap terkadang terdapat bintik mata (eye spot) yang besar melebar (Triplehorn &
Johnson 2005).
Famili Nymphalidae. Kupu-kupu dari famili ini sering disebut dengan kupukupu bertungkai sikat, karena tungkainya memiliki bulu seperti sikat. Famili ini
memiliki jumlah spesies yang cukup besar dibandingkan dengan anggota famili
lainnya. Posisi tubuh pada saat hinggap, tungkainya melipat ke badan dan hanya
menggunakan empat dari enam tungkainya. Warna dasar sayap umumnya coklat,
orange dan hitam yang disertai dengan bintik-bintik pada pinggiran sayap, pada
sayap bawah terkadang berwarna biru. Corak warna sayap hitam dengan garis
kuning, dan juga berwarna coklat dan orange merupakan ciri subfamili
Heliconiinae. Subfamili Limenitidinae memiliki garis hitam yang sempit pada
sayap belakang dan terdapat sederet bintik-bintik putih pada tepi sayap. Subfamili
Nymphalinae terkadang terlihat seperti daun mati dengan warna coklat hingga
kehitaman, bagian tepi sayap terlihat berlekuk. Subfamili Danainae dicirikan
dengan corak warna sayap transparan sampai kuning, abu-abu dan coklat dengan
venasi sayap hitam. Pada beberapa jenis ada yang berwarna coklat hingga hitam
dengan bercak putih. Ukuran sayap depan famili Nymphalidae bervariasi dari
ukuran 25 – 80 mm (Mastrigt & Rosariyanto 2005; Triplehorn & Johnson 2005).
Penyebaran Kupu-kupu
Kupu-kupu memiliki penyebaran yang sangat luas. Penyebarannya
tergantung pada iklim dan kondisi fisik yang mempengaruhi distribusi dan
perkembangan tumbuhan. Kupu-kupu dapat hidup pada berbagai kondisi
lingkungan, tetapi pada umumnya, sebagian besar kupu-kupu hidup pada daerah
hutan hujan tropis (D’Abrera 1990). Cranston & Nauman (1994) membagi
penyebaran serangga menjadi enam region yaitu, (i) Australian Region: Kep.
Maluku, New Guinea, Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik; (ii)
Oriental Region: Asia Selatan (Nepal, Tibet, India, Burma, Srilanka), Cina
Selatan, Jepang, Korea, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia; (iii) Holarctic
Region: Eropa, Sahara di Afrika, Asia Tengah dan Utara dan Asia Kecil; (iv)
9
Afrotropikal Region: Ethiopia, Afrika Selatan, Madagaskar; (v) Neotropical
Region: Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Hindia Barat dan Amerika
Selatan; (vi) Neartik Region: Amerika Utara dari Greenland hingga ke dataran
tinggi Meksiko.
Penyebaran kupu-kupu di suatu kawasan dipengaruhi oleh keadaan
geografis, kemampuan spesies untuk menyebar dan preferensi habitat yang
berbeda. Umumnya, kupu-kupu lebih menyukai daerah yang terbuka atau tipe
habitat dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Kupu-kupu membutuhkan cahaya
matahari untuk membantu pergerakan sayap.
Perpindahan (migrasi) populasi kupu-kupu dari suatu tempat ke tempat
yang lain dapat disebabkan oleh faktor iklim yang kurang sesuai di habitat lama
atau jumlah makanan yang berkurang pada musim tertentu. Perpindahan ini tidak
selalu berhasil dalam sekali perjalanan. Beberapa spesies dapat berkembang biak
selama dalam perjalanan (Whalley 1992).
Keragaman Kupu-kupu di Papua
Keragaman kupu-kupu di Papua tergolong tinggi, akan tetapi masih
banyak daerah yang belum didata keragaman spesies kupu-kupunya. Kupu-kupu
superfamili Papilionoidea yang sudah ditemukan di Papua, terdapat 507 spesies
(Barano 2000 dalam Muller 2005) yang terdiri dari famili Papilionidae (27
spesies), Pieridae (110 spesies), Lycaenidae termasuk Riodinidae (250 spesies),
dan famili Nymphalidae (120 spesies). Di sebelah utara Kepulauan Papua yaitu
Sarmi, dilaporkan 94 spesies, Memberamo (130 spesies), Supiori (96 spesies),
Jayapura (154 spesies), dan Habema (54 spesies) (Mastrigt & Sibatani 1991). Di
daerah Kepala Burung Papua sebelah barat, yaitu Pegunungan Arfak, dilaporkan
113 spesies (Panjaitan 2008). Di daerah Fakfak dilaporkan 94 spesies (Panjaitan
2005, belum dipublikasikan), di kepulauan Moor dan Mambor dilaporkan 111
spesies (Panjaitan 2003, belum dipublikasikan), dan di Merauke dilaporkan 70
spesies (Panjaitan 2009, belum dipublikasikan).
10
Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman
Hutan primer adalah hutan yang masih alami dan belum ada gangguan
atau aktivitas manusia di dalamnya. Hutan primer dicirikan dengan adanya
tegakan pohon-pohon besar yang sudah memiliki umur yang tua, dan lapisan tajuk
atau tutupan kanopi pohon yang rapat. Hutan primer merupakan habitat bagi
spesies tumbuhan dan hewan yang endemik, langka, dan rentan terancam punah,
yang menjadikan hutan primer penting secara ekologi. Hutan primer terancam
kelestariannya oleh sebab kerusakan habitat yang diakibatkan pembalakan atau
pembukaan hutan. Kerusakan habitat hutan primer mengakibatkan penurunan
tingkat keanekaragaman hayati, yang mempengaruhi spesies-spesies asli yang
kehidupannya bergantung pada lingkungan yang disediakan oleh hutan primer
(Smith et al. 1997).
Hutan sekunder merupakan hutan yang sebelumnya sudah ada gangguan
atau aktivitas manusia di dalamnya dan sedang mengalami regenerasi atau
pemulihan akibat kerusakan ekologis. Hutan sekunder terbentuk setelah adanya
perladangan berpindah dan penebangan pohon. Ciri-ciri dari hutan sekunder, yaitu
terjadinya interupsi dari tutupan pohon yang berkelanjutan, terdapat formasi
vegetasi padang rumput, tanaman bekas pertanian, dan terdapat lahan kosong.
Hutan sekunder umumnya dapat pulih kembali menjadi hutan primer apabila tidak
terjadi lagi gangguan, namun hal ini memerlukan waktu yang lama (Irwanto
2006).
Kebun dan pemukiman merupakan lahan yang dikelola oleh perorangan
atau kelompok masyarakat sebagai tempat tinggal dan kebun campuran. Kebun
campuran terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang
menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di
sekitar rumah. Tumbuhan yang umumnya ditemukan termasuk pohon-pohon,
tanaman merambat, sayuran dan herba sepanjang tahun. Di kebun dan pemukiman
terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang
ditentukan oleh jenis tanah, musim, kebutuhan, dan kebiasaan penduduk (Arsyad
2006).
Download