PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING

advertisement
PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING,
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Skripsi
Oleh:
DWI KURNIASARI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EXTERNAL DEBT, FOREIGN DIRECT
INVESTMENT, DOMESTIC INVESTMENT AND LABOR TO
ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA
By
DWI KURNIASARI
Economic growth is one of basic assumption of economics macro in the
Indonesian Bugdet (APBN) to achieve development goals. The imbalance that
occurs on the revenue and expenditure side created for budget deficit conditions, It
is risk for the deficiency in comply the necessity of economic growth. This
research is aimed to know the influence of external debt, foreign direct investment,
domestic investment and labor to economic growth in Indonesia.
Empirically, time series data that is in use in (1985-2014) using models ECM
(Error Correction Model) analysis to know the influence in the short term. The
result of estimate that use ECM model all the variables are independent significant
to economic growth. Partially, ECM method shows that in short term variable of
foreign direct investment, domestic investment and labor have significant
influence to economic growth while external debt have no influence to economic
growth.
Keywords: ECM, Foreign Direct Investment, Domestic Investment, Economic
Growth, Labor, External Debt.
ABSTRAK
PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING,
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN TENAGA KERJA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Oleh
DWI KURNIASARI
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu asumsi dasar ekonomi makro dilihat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mencapai tujuan
pembangunan. Adanya ketidakseimbangan yang terjadi pada sisi penerimaan dan
pengeluaran menimbulkan kondisi defisit Anggaran. Hal ini beresiko kekurangan
dalam memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi untuk memacu pertumbuhan
ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh utang
luar negeri, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan tenaga
kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Secara empiris, data times series yang di gunakan pada tahun 1985 – 2014 dengan
menggunakan model analisis ECM (Error Corection Model) untuk mengetahui
pengaruh dalam jangka pendek. Hasil estimasi menggunakan model ECM semua
variabel bebas secara bersama-sama signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Secara parsial metode ECM menunjukan bahwa dalam jangka pendek variabel
penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan utang luar
negeri, tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci : ECM, Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam
Negeri, Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja, Utang Luar Negeri.
PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING,
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Oleh:
DWI KURNIASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu, Kecamatan Pajaresuk, Kabupaten Pringsewu,
Provinsi Lampung pada tanggal 13 April 1994. Penulis adalah anak kedua dari
empat bersaudara, dari pasangan Bapak Suwardi dan Ibu Umi Handayani.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Bustanul Atfal 3 Pringsewu tahun
2000, Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Pringsewu dan selesai tahun 2006,
Selanjutnya, pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu dan menyelesaikan pendidikan menengah
atas di SMA Negeri 2 Pringsewu pada tahun 2012. Setelah itu pada tahun yang
sama yaitu tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Ujian Mandiri.
Tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Bank
Indonesia, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) dan Otoritas Jasa
Keuangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi
Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) pada tahun 20122014 dan mengikuti Rohani Islam pada tahun 2012-2013. Pada Januari 2015
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Gedung Aji
Kabupaten Tulang Bawang selama 40 hari.
MOTO
Sesungguhnya dibalik kesulitan selalu ada kemudahan.
(Al-Insyirah 94:5)
Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan kita
(Al-Baqarah 2:286)
Sesungguhnya bersyukur dan memperbanyak do’a akan menambah kenikmatan
Allah swt (HR. Ath-thabrani)
Berhati hatilah terhadap prasangka. Karena sesungguhnya prasangka adalah
pembicaraan yang paling dusta (Bohong).
(HR. Bukhari)
Setiap kesuksesan selalu disertai kegagalan, memulai lebih baik daripada takut
yang tertunda, penantian yang panjang karena proses, Mencapai keberhasilan
dibekali doa dan usaha. awal dan akhir akan selalu sama. kesempatan yang tidak
datang, maka ciptakan.
(Dwi Kurniasari)
Hal yang tidak mungkin adalah mungkin bagi yang percaya. Bekerja seakan hidup
lama, berfikir seakan hidup sempit, berdoa seakan hidup sebentar.
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan,
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW.
Ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :
Bapak, Ibu dan Keluarga tercinta yang selalu mendidik disertai doa, keikhlasan,
ketulusan, kesabaran, perjuanganan dan pengorbanan yang sangat luar biasa, tidak
ada sesuatu apapun yang bisa membalas dan menggantikannya. Terimakasih atas
semangat yang diberikan serta pembelajaran hidup yang luar biasa. Untuk kakak
dan Adik-adikku Resi wulansari, Novia Ristiani dan Farok Bastian yang
Memberikan perhatian, semangat dan dukungan untuk terus berjuang dan tidak
pernah menyerah.
Sahabat-sahabat tercinta dan yang terkasih yang dengan tulus menyayangiku
serta kenangan dan perhatian kalian yang selalu memotivasiku. Almamater
kebanggaanku Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri, Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ambya, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan
waktu
untuk
membimbing
dengan
penuh
kesabaran,
memberikan perhatian, motivasi, semangat dan sumbangan pemikiran kepada
penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji dan Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
yang telah memberikan nasihat dan masukan yang bermanfaat.
3. Ibu Dr. Marselina Muchtar,S.E,. M.Si., selaku Dosen Penguji yang
memberikan masukan dan saran yang bermanfaat.
4. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
6. Bapak Dr.Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik
yang telah membimbing, memberikan perhatian, nasihat, motivasi dan
semangat selama menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8. Papa dan Mama tercinta, Suwardi dan Umi Handayani. Terima Kasih atas
Cinta dan Kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama ini, kesabaran
serta doa yang tidak pernah lelah demi yang terbaik untuk anak-anaknya.
9. Kakak-kakaku Resi Wulansari dan Heri Atmuji terimakasih atas nasehat dan
perhatian serta Doa yang diberikan untuk terus berjuang dan semangat
menjalani skripsi.
10. Adik-adikku Novia Ristiani dan Farok Bastian Terimakasih atas dukungan,
semangat dan motivasi untuk terus berjuang.
11. Seluruh Keluarga besar dari Papa dan Mamam yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
12. Yang terkasih Fazri Nirwan. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang beserta
segala dukungan, semangat, motivasi, kesabaran, dan waktu yang selalu
diberikan selama ini.
13. Sahabat-sahabat tersayang dan seperjuangan di waktu kuliah. Dwi sarasati,
Nuryani, Richa dan Emia sri yang selalu memberikan semangat, doa,
dukungan, membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat Konsentrasi Ekonomi Publik dan Fiskal. Nuryani, Dwi
sarasati, Richa, Emia sri, Dewi, Putri, Hanum, Singgih, Mamet, Kholifah,
Habibilah, Paul, dll. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
15. Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan 2011, Dewi A, Agus M, Siti, Arifah,
Sunarti, Viola, Kadek, Maysitho, Oci, Uul, Korni, Rini, Frendi,Wayan,
Puspa, Yoka serta seluruh teman-teman EP’12 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu karena keterbatasan yang ada. Terimakasih atas segala dukungan
dan semangatnya selama ini.
16. Sahabat-sahabatku Gondel, Enong, Ayu yang selalu memberikan keceriaan,
semangat dan dukungan yang memotivasi.
17. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi Pembangunan,
khususnya Ibu Yati, Mas Feri, Pak Kasim, Mas Usman, Mas Ma’ruf.
18. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 14 Februari 2017
Penulis,
Dwi Kurniasari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
13
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
16
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
16
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................
17
F. Hipotesis...............................................................................................
20
G. Sistematika penulisan ...........................................................................
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi .........................................................................
22
1. Teori Pertumbuhan Klasik .............................................................
24
2. Teori Harrod-Domar ......................................................................
25
3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik ......................................................
27
4. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)............................
28
B. Utang Luar Negeri (ULN) ....................................................................
30
C. Investasi................................................................................................
36
1. Penanaman Modal Asing (PMA) ...................................................
37
2. Penanaman Modal Dalam Negeri ..................................................
41
D. Tenaga Kerja .......................................................................................
43
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................
48
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
51
B. Jenis Penelitian .....................................................................................
51
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................
51
D. Definisi Operasional.............................................................................
52
E. Alat Analisis .........................................................................................
54
F. Prosedur Analisis Data .........................................................................
55
1. Uji Stationery ( Unit Root Test) .....................................................
55
2. Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang)..........................
56
3. Model Koreksi Kesalahan (ECM) ..................................................
57
4. Pengujian Asumsi Klasik ...............................................................
58
4.1 Uji Normalitas ..........................................................................
59
4.2 Uji Heteroskedastisitas .............................................................
60
4.3 Uji Multikolinieritas .................................................................
60
4.4 Uji Autokorelasi .......................................................................
61
5. Uji Hipotesis ..................................................................................
62
5.1 Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-T) .............................
64
5.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F)..................................
66
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian ....................................................................................
68
1. Uji Stasioner ( Unit Root Test) ......................................................
68
2. Uji Kointegrasi ...............................................................................
69
3. Hasil Estimasi Jangka Pendek Error Correction Model (ECM) ....
70
4. Uji Asumsi Klasik ..........................................................................
72
4.1 Uji Normalitas ..........................................................................
72
4.2 Uji Heterokedastisitas ..............................................................
72
4.3 Uji Multikolinearitas ................................................................
73
4.4 Uji Autokorelasi .......................................................................
74
5. Uji Hipotesis ..................................................................................
75
5.1 Uji t-statistik (Uji Parsial) ........................................................
75
5.2 Uji F-statistik (Simultan)..........................................................
76
iii
B. Pembahasan ...........................................................................................
1. Pengaruh Utang Luar Negeri (ULN) terhadap Pertumbuhan
76
Ekonomi di Indonesia .....................................................................
76
2. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia ......................................................................
84
3. Pengaruh Penananman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ...............................................
88
4. Pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia ..........................................................................................
91
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................
96
B. Saran .......................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Posisi Pinjaman Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Milyar).....................
2. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA di
Indonesia Tahun 2010-2014....................................................................
3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................
4. Deskripsi Data Input ...............................................................................
5. Hasil Uji Stasioner dengan Pendekatan Augmented DickeyFuller (ADF) pada Tingkat Level ...........................................................
6. Hasil Uji Stasioner dengan Pendekatan Augmented DickeyFuller (ADF) pada First Difference........................................................
7. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger .....................................................
8. Hasil Estimasi Jangka Pendek Error Correction Model (ECM) .............
9. Hasil Uji Heterokedastisitas Jangka Pendek (Uji White) .......................
10. Hasil Uji Multikolinearitas Jangka Pendek.............................................
11. Hasil Uji Autokolerasi Jangka Pendek....................................................
12. Hasil Uji t-statistik Jangka Pendek .........................................................
13. Hasil Uji F-statistik Jangka Pendek ........................................................
4
7
48
52
68
69
69
70
73
73
74
75
76
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan Harga Konstan (%)..................
2. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Indonesia Triwulan
I Tahun 2015..............................................................................................
3. Perkembangan Angkatan Kerja, Penduduk Kerja dan Pengangguran di
Indonesia tahun 2000-2013........................................................................
4. Kerangka Pemikiran Teori.........................................................................
5. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja....................................................
6. Keseimbangan Tenaga Kerja.....................................................................
2
8
11
19
46
47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Data Perkembangan PDB, Pinjaman Luar Negeri, Penanaman Modal
Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga KerjaTerhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1985-2014 ............................
2. Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level dengan Pendekatan Augmented
Dickey Fuller (ADF)..................................................................................
3. Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference dengan Pendekatan
Augmented Dickey Fuller (ADF)...............................................................
4. Hasil Uji Kointegrasi dengan Pendekatan Engle Granger ........................
5. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM)........................................
6. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................
L1
L2
L3
L4
L5
L6
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh berbagai faktor yang
dimiliki masing-masing negara, salah satunya ketersediaan sumberdaya baik
sumberdaya modal dan sumberdaya manusia (Anwar, 2012). Adanya sistem
ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan menentukan seberapa besar peran
pemerintah dalam proses pembangunan tersebut, serta kebijakan yang dilakukan.
Dalam konsep ekonomi, terdapat kebijakan fiskal yang merupakan pengelolaan
anggaran pemerintah (budget) yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Upaya
APBN dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah yang
bersangkutan mengolah ekonomi potensial sumberdaya diakibatkan adanya defisit
anggaran yang menunjukkan kelebihan pengeluaran pemerintah daripada
penerimaan pemerintah yang berupa pajak, fee, dan pungutan retribusi yang
diperoleh pemerintah (Hyman, 2005).
Penerimaan pajak yang lemah merupakan salah satu masalah negara-negara
berkembang (Hadiwibowo, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan pendapatan
pemerintah, beberapa
negara dapat mengandalkan pada sumber daya alam,
sementara bagi negara yang kurang memiiki sumberdaya yang dimiliki harus
bergantung pada bantuan asing. Selain itu, negara berkembang masih perlu
2
membangun infrastruktur untuk sektor riil dan juga kemampuan kelembagaan di
mana peran pemerintah sangat penting.
Sumber pembiayaan dalam menutupi defisit anggaran akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi (Waluyo, 2006). Pembiayaan ditentukan oleh kebutuhan
pemerintah, jika pembiayaan utang yang digunakan untuk investasi, maka
berpengaruh lebih besar terhadap perekonomian dan tenaga kerja, daripada
digunakan untuk membiayai konsumsi pemerintah dan menutupi cicilan pokok
pinjaman serta bunga pinjaman. Ketika kondisi ini terus berlanjut, maka
kecenderungan yang terjadi adalah semakin meningkatnya defisit anggaran
dimasa yang akan datang dengan pembayaran utang ataupun pengeluaran belanja
pemerintah yang lain, sehingga pemanfaatan pembiayaan tidak lagi meningkatkan
invetasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Berikut laju pertumbuhan
ekonomi berdasarkan harga konstan 2000 dari tahun 2001-2014:
Laju Pertumbuhan Ekonomi
laju pertumbuhan ekonomi
6.35
4.5
4.78 5.03
5.69 5.5
6.22
6.01
6.49 6.26
5.73
5.06
4.36
3.64
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan (%)
3
Pertumbuhan ekonomi dapat di artikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita
serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat (Mosey, 2016). Pertumbuhan
ekonomi tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi, yakni pemerintah yang
berperan dengan kebijakan publik dan fiskal, swasta yang berperan dalam
pengembangan investasi, serta masyarakat itu sendiri yang dapat berperan sebagai
input dari faktor produksi dan jaminan terciptanya pasar dalam perekonomian,
serta investasi dalam pembangunan dapat dinyatakan pada nominal yang terdapat
dalam APBN. Pihak swasta dalam perkembangan ekonomi juga memberikan
kontribusi positif, yakni dengan melakukan investasi yang biasa dikenal dengan
private investment.
Strategi pembiayaan defisit anggaran mendapatkan perhatian cukup luas dalam
kebijakan makroekonomi sebagai program kebijakan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (Soebagiyo, 2012). Kebijakan dalam membiayai defisit anggaran,
umumnya pemerintah menggunakan pinjaman luar negeri (Marisa, 2015). Jika
utang tidak dikelola dengan baik untuk membuka lapangan kerja dan investasi,
maka utang dapat memberatkan keuangan negara dalam hal pembayaran utang
dan bunga utang yang harus dibayar oleh pemerintah melalui APBN RI dan utang
yang membengkak mengakibatkan fiskal space berkurang (Kuncoro, 2011). UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 12 Ayat 3, dimana defisit
anggaran Indonesia dibatasi maksimal tiga persen dari Produk Domestik Bruto
(PDB) dan jumlah pinjaman maksimal enam puluh persen dari Produk Domestik
Bruto (PDB).
Dampak kebijakan fiskal pada pertumbuhan ekonomi diharapkan selalu positif,
namun dalam teori kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan dengan peningkatan
4
pengeluaran pemerintah tanpa terjadinya peningkatan sumber pajak yang sebagai
sumber keuangan utama pemerintah, maka mengakibatkan peningkatan defisit
anggaran (Anwar, 2012). Kebijakan fiskal dari sisi permintaan (demand side),
menurut kaum klasik menyimpulkan bahwa dalam defisit anggaran yang dibiayai
dengan pengurangan pajak di masa sekarang atau menambah utang luar negeri
dapat meningkatkan kekayaan pelaku ekonomi yang hidup di masa sekarang.
Peningkatan kekayaan itu akan meningkatkan konsumsi dan mengurangi
tabungan, sehingga utang luar negeri yang permanen dapat menyebabkan
investasi swasta menurun (crowding-out). Kelompok Keynesian mengasumsikan,
defisit anggaran dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, serta
konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai dengan utang
membuat beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan dan
menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan (Kopcke, 2006).
Tabel 1. Posisi Pinjaman Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Milyar)
Sektor Ekonomi
Tahun
2010
2011
2012
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan
19,946
19,593
17,369
Pertambangan &
Penggalian
7,62
7,479
7,062
Industri Pengelolaan
19,946
18,483
13,916
Listrik,Gas & Air Bersih
53,408
53,145
49,532
Bangunan
113,448
114,34 112,227
Perdagangan, Hotel &
Restoran
6,99
6,29
5,267
Pengangkutan &
Komunikasi
21,476
20,001
20,176
Keuangan, Persewaan&
Jasa Keuangan
86,422
88,092
96,963
Jasa-Jasa
153,544 163,683 168,519
Sektor Lain
134,452 130,185 122,575
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
Keuangan. *) data per 31 desember 2015
2013
2014 2015*)
19,124
17,352
17,913
7,138
14,027
51,488
122,628
6,801
11,004
44,84
110,01
6,615
10,211
46,094
112,678
4,801
3,671
3,155
20,764
17,735
18,039
127,77
214,405
132,295
134,589
223,14
109,136
194,912
242,963
99,786
dan Risiko Kementerian
5
Tabel 1 menjelaskan bahwa posisi pinjaman luar negeri sektor ekonomi dibagi
dalam sepuluh pengelompokan didasarkan pada standar yang digunakan oleh bank
Indonesia dan badan pusat statistik. Pinjaman di dominasi pada sektor jasa-jasa
menunjukan peningkatan pada setiap tahun. Pada tahun 2015 setiap sektor
ekonomi, seperti sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, listrik, gas
& air bersih, pengangkutan & komunikasi keuangan, persewaan & jasa keuangan
dan jasa-jasa memiliki peningkatan pada tahun sebelumnya, namun beberapa
sektor memiliki penurunan dalam pinjaman luar negeri, seperti sektor industri
pengolahan, perdagangan, hotel & restoran dan sektor lain.
Kebijakan fiskal dapat dikatakan berkelanjutan ketika besarnya utang publik
maupun swasta tidak membebani anggaran pemerintah (Marisa, 2015). Selain itu,
pemerintah tidak mengubah kebijakan perpajakan, menurunkan belanja atau
pengeluaran, dan menambah jumlah uang beredar dalam jangka panjang. Utang
yang tidak membebani anggaran pemerintah, berarti pemerintah dapat menjaga
rasio utangnya agar tidak melebihi batas atau ketentuan yang sudah ada dan
pemerintah juga dapat mengatur pembiayaan utang tersebut. Pembiayaan defisit
APBN bertujuan untuk menjaga stimulus fiskal dengan meningkatkan
kesejahteraan dan mendukung insentif pajak. Akibat defisit anggaran, kebijakan
fiskal dan swasta dalam bantuan luar negeri maupun bantuan dalam negeri
membantu pelaksanaan pembangunan untuk mengatasi saving gap, pinjaman
maupun penanaman modal, serta foreign exchange gap.
Dampak utang luar negeri (foreign debt) pemerintah dan swasta dalam
pertumbuhan ekonomi banyak dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan
bukti empiris juga telah menunjukkan hubungan utang luar negeri terhadap
6
pertumbuhan ekonomi, menurut ekonom Ben Friedman dalam bukunya “Day of
Reckoning” berdampak negatif pada pertumbuhan karena utang luar negeri telah
mendorong pemerintah untuk terlalu membebankan generasi masa depan ketika
menetapkan pengeluaran pemerintah dan pajak jangka panjang. Penelitian tersebut
didukung oleh Pramasty (2014) tingkat utang luar negeri yang tinggi bisa
menimbulkan risiko pelarian modal dan mengurangi pengaruh negara di seluruh
dunia. Namun demikian, sejumlah penelitian juga menolak kesimpulan itu. Utang
luar negeri juga merupakan bagian dari investasi, seharusnya berdampak positif
pada pertumbuhan. Menurut penelitian Waluyo (2006) utang luar negeri
dipandang mempunyai dampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Alasannya,
aliran utang luar negeri dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya
meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya.
Investasi merupakan salah satu kebijakan dalam mengatasi defisit anggaran
pendapatan dan belanja negara (Waluyo, 2006). Berkaitan tersebut, pemerintah
harus menerapkan kebijakan investasi di sektor publik, namun pada kenyataannya
dibeberapa negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem, yaitu dimana
langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi
dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersebut. Hal ini disebabkan
tidak tersedianya modal yang berasal dari pemerintah, sehingga diberikan
kebijakan adanya investasi swasta dengan penanaman modal yang berasal dari
dalam negeri dan luar negeri yang disebut penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing. Keduanya sama penting dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara (Mankiw, 2007). Oleh karena itu kebijakan
fiskal memberikan solusi yaitu meningkatkan rasio tabungan incremental bagi
7
mobilisasi volume keuangan pembangunan yang diperlukan dengan metode
diantaranya, kontrol fisik langsung, peningkatan tarif pajak yang ada, penerapan
pajak baru, surplus dari perusahaan negara, pinjaman pemerintah yang tidak
bersifat inflationer dan defisit anggaran.
Tabel 2. Perkembangan Realisasi Investasi
2010-2014
PMDN
Tahun
Investasi
Proyek
(RP Milyar)
2010
875
60.626,3
2011
1.313
76.000,7
2012
1.210
92.182,0
2013
2.129
128.150,6
2014
2.392
156.126,3
Total
7.919
513.085,90
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015
PMDN dan PMA di Indonesia Tahun
PMA
Proyek
3.076
4.342
4.579
9.612
12.632
34.241
Investasi
( US$ Juta)
16,214.8
19,474.5
24,564.7
28,617.5
28,529.6
117,401.1
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2010-2014 investasi
PMDN di indonesia telah terealisasi sebanyak 7.919 proyek dengan nilai sebesar
Rp 513.085,90 Milyar. Sedangkan investasi PMA terealisasi sebesar US$
117,401.10 Juta dengan jumlah proyek 34.241 unit. Selama lima tahun terakhir
investasi PMA di indonesia tahun 2014 mengalami penurunan, sedangkan PMDN
di Indonesia mengalami peningkatan. Proporsi investasi PMA dan PMDN serta
menurunya pertumbuhan investasi di Indonesia tidak berarti pembangunan
ekonomi berjalan lambat dan begitu pula sebaliknya, karena yang penting bukan
besarnya investasi dalam nilai uang atau jumlah proyek, tetapi efisiensi dari
investasi tersebut.
Menurut kementerian keuangan peningkatan investasi korporasi dan daya saing
produk dalam negeri membuat pemerintah menerbitkan kebijakan stimulus.
Kebijakan tersebut berupa pemberian fasilitas fiskal berbentuk tax holiday dan tax
8
allowance dalam PMK Nomor 159/PMK.010/2015 tentang pemberian fasilitas
pengurangan pajak penghasilan badan, sehingga pemberian fasilitas perpajakan
sebagaimana diatur dalam PMK 89/2015 dan PMK 159/2015 tepat difokuskan
pada, antara lain: industri logam hulu, industri kimia dasar organik, dan industri
yang berbasis pertanian dengan tujuan akan meningkatkan efisiensi, daya saing
dan ekspor produk industri. Kehilangan penerimaan negara dari pengurangan
pajak dapat dikompensasi melalui penciptaan lapangan kerja, pemberian fasilitas
perpajakan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
serta mendukung kemandirian ekonomi. Pemberian insentif dapat dipahami
sebagai wujud kerjasama antara pemerintah dan investor dalam memajukan
perekonomian nasional, serta memberikan daya tarik bagi investor untuk
mengembangkan usahanya di Indonesia.
400
350
300
250
200
150
100
50
0
TW I
2014
TW II
2014
TW III JAN-SEP
2014
2014
TW I
2015
TW II
2015
TW III JAN-SEP TARGET
2015
2015 2015 *)
pmdn
34.6
38.3
41.6
114.4
42.5
42.9
47.8
133.2
175.8
pma
72
78.3
78.3
228.3
82.1
92.2
92.5
266.8
343.7
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. *) Revisi
Target Penanaman Modal 2015 Renstra BKPM 2015 – 2019
Gambar 2. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal di Indonesia tahun
(Rp Triliun).
2015
9
Nilai investasi Triwulan III 2015 merupakan realisasi investasi langsung yang
dilakukan selama 3 bulan periode laporan (Juli - September 2015) berdasarkan
Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang diterima BKPM dari
perusahaan PMA dan PMDN. Nilai investasi dalam Rp Triliun (T) dan Kurs US$
1 = Rp 12.500 sesuai dengan APBN 2015. Realisasi investasi pada Triwulan III
2015: Rp 140,3 T, meningkat 3,8% dari Triwulan II 2015 (Rp 135,10 T) atau
meningkat 17,0% dari Triwulan III 2014 (Rp 119,90 T). Realisasi investasi pada
Januari - September 2015: Rp 400,00 T, meningkat 16,7% dari tahun sebelumnya
yaitu Januari - September 2014 (Rp 342,00 T ).
Menurut survey WEF (2007) salah satu dampak positif dari kehadiran PMA di
Indonesia selama era orde baru adalah pertumbuhan PDB yang pesat, yakni ratarata per tahun antara 7% hingga 8% yang membuat Indonesia termasuk negara di
ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Peranan penanaman modal asing yaitu
menutupi gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan dengan
memperbesar devisa melalui ekspor produksi Indonesia ke luar negeri, sehingga
diharapkan
sebagai
penggerak
pertumbuhan
perekonomian
Indonesia.
Pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia, didorong oleh
stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang
kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis
ekonomi tahun 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Penanaman modal dalam negeri memberikan peranan dalam pembangunan
ekonomi di negara-negara sedang berkembang dalam berbagai bentuk (Rizky,
2016). Modal dalam negeri mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui
pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju
10
pemasukan modal. Kenyataanya, perkembangan modal dalam negeri belum
berkembang dalam pemanfaatan kekayaan alam yang melimpah dan diolah
dengan baik. Pemanfaataan kekayaan alam membuat pemerintah melakukan suatu
bidang usaha atau semacamnya yang dapat meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara penggabungan faktor-faktor produksi, namun investasi atau
penanaman modal tergantung dari daya tarik daerah, membutuhkan adanya iklim
yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal
(Zainuddin, 2009).
Beberapa studi menemukan beberapa hal yang menjadi permasalahan investasi.
Laporan bank dunia mengenai iklim investasi mengatakan terdapat empat faktor
terpenting dalam menarik investasi, antara lain stabilitas ekonomi makro, tingkat
korupsi, birokrasi, dan kepastian kebijakan ekonomi. Menurut Putri (2014) dalam
studi menemukan dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi dan investasi baik penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan
timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan
yang dapat ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula.
Lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat
pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Selanjutnya di dukung studi empiris
Pramasty (2014) menunjukan bahwa penanaman modal asing berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun studi Arta (2013) menunjukan bahwa
penanaman modal asing berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, dalam survey
WEF (2007) menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi pengusaha di
11
Indonesia berturut-turut adalah masalah infrastruktur yang buruk, birokrasi yang
tidak efisien, akses dana terbatas, kebijakan yang tidak stabil dan perpajakan.
Tujuan tenaga kerja dengan pencegahan timbulnya pengangguran merupakan
tujuan yang paling utama dari kebijakan fiskal (Prasetyia, 2011). Kegagalan
mencapai tenaga kerja penuh bukan berarti tidak tercapainya tingkat pendapatan
nasional dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimum, kebijakan fiskal ekspansif
akan mengurangi tingkat pengangguran. Hal ini disebabkan setiap pengeluaran
pemerintah akan diusahakan untuk pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek
padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Di sisi pajak, pengurangan pajak
akan meningkatkan investasi yang memacu munculnya lapangan kerja baru.
Demikian sebaliknya, jika dilakukan kebijakan fiskal kontraktif, penambahan
pajak akan mengurangi investasi dan pengeluran pemerintah yang ditahan tidak
akan mengalir ke masyarakat dalam bentuk kesempatan kerja.
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
bekerja
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
89.8 90.8 91.6 92.8 93.7 93.9 95.4 99.9 102. 104. 108. 109. 110. 110.
pengangguran 5.81 8.01 9.13 9.94 10.2 11.9 10.9 10.0 9.39 8.96 8.32 7.70 7.24 7.39
angkatan kerja 95.6 98.8 100. 102. 103. 105. 106. 109. 111. 113. 116. 117. 118. 118.
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Gambar 3. Perkembangan Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan pengangguran
di Indonesia tahun 2000-2013 (Juta Orang).
12
Tumbuhnya kegiatan ekonomi akan membuka lapangan pekerjaan, memberikan
nilai tambah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat (Prasetyia,
2011). Untuk melakukan proyek-proyek pembangunan dengan pengeluaran
pemerintah membutuhkan jasa tenaga kerja, dengan demikian pengangguran dapat
dikurangi. Semua kebutuhan tersebut disediakan oleh masyarakat (pengusaha)
yang pastinya menggunakan tenaga kerja. Berkaitan dengan kebijakan
pengembangan industri nasional, pemberian insentif memiliki manfaat yang
strategis. Pemberian fasilitas perpajakan akan meningkatkan efisiensi, daya saing
dan ekspor produk industri. Kehilangan penerimaan negara dari pengurangan
pajak dapat dikompensasi melalui penciptaan lapangan kerja, mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendukung
kemandirian ekonomi.
Masalah rendahnya faktor produksi tenaga kerja seringkali menjadi masalah bagi
negara berkembang salah satunya Indonesia (Todaro, 2006). Konsep fungsi
produksi yang menghubungkan output dengan berbagai kombinasi faktor
produksi. Fungsi produksi perlu dukungan dari konsep faktor produksi lainnya
yang lebih luas. Terdapat konsep dasar ekonomi produktifitas marginal yang
semakin menurun (diminishing marginal productivity). Menurut konsep tersebut
jika terjadi peningkatan jumlah salah satu faktor produksi (tenaga kerja), namun
jumlah ketersediaan dan pemakaiannya bisa berubah-ubah sedangkan kuantitas
faktor produksi lainnya tidak berubah, maka setelah melewati suatu titik tertentu,
tambahan marjinal produk (output) yang bersumber dari penambahan faktor
tenaga kerja tersebut akan menurun. Dasar konsep ini bahwa rendahnya tingkat
13
produktivitas tenaga kerja disebabkan oleh kurangnya faktor produksi lainnya
seperti modal maupun faktor pendukung.
Hasil dari pelaksanaan pembangunan ekonomi selama ini mempunyai dampak
yang besar yaitu terjadinya perubahan sektoral (Suindyah, 2009). Perubahan
sektoral adalah adanya perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.
Perubahan ini juga terjadi pada tenaga kerja, banyak tenaga kerja yang pindah dari
sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Adanya perubahan struktur ekonomi
dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa menyebabkan kesempatan kerja di
sektor pertanian mengalami penurunan.
Penelitian Suindyah (2009) menunjukan bahwa Tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang positif, hal ini
menyiratkan jumlah tenaga kerja yang ada mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Didukung dalam Penelitian Putri (2014) yang menunjukan bukti empiris
dalam penelitianya, bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan tanda yang positif, hal ini menyiratkan
sudah mampu menyerap tenaga kerja yang ada untuk bisa meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Penelitian empiris tersebut menunjukan pengaruh tenaga
kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia perlu ditelusuri berlanjut.
B. Rumusan Masalah
Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita yang mengalami peningkatan
menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi yang berujung pada kesejahteraan
masyarakat yang meningkat pula. Sejak krisis ekonomi, Indonesia mengalami
penurunan dalam penerimaan negara yang terdapat dari anggaran anggaran
14
pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dikelola oleh pemerintah yang
bersangkutan. Upaya kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan mengatasi
adanya defisit anggaran dan mempengaruhi makro ekonomi. Jika pengelolahan
defisit anggaran menggunakan bantuan luar negeri maupun bantuan dalam negeri
akan mempengaruhi sumberdaya potensial serta mendorong pertumbuhan
ekonomi yang cepat sebagai salah satu tujuan menjaga stimulus fiskal.
Defisit APBN berisiko mengganggu kesinambungan fiskal karena beban bunga
utang harus ditutup dengan penarikan pokok utang baru. Akibatnya, rasio utang
terhadap produk domestik bruto berisiko meningkat. Dengan menggunakan salah
satu pendekatan untuk menilai pertumbuhan ekonomi, melihat kondisi pemenuhan
pembiayaan dalam melakukan kegiatan ekonomi yang bernilai negatif, stimulus
fiskal Indonesia akan terganggu. Namun meskipun tidak mencapai surplus,
menekan defisit APBN dengan bantuan dalam memberikan kontribusi
perekonomian dengan berbagai sumberdaya modal, antara lain penanaman modal
asing dan penanaman modal dalam negeri, serta sumberdaya manusia. Jika dilihat
secara keseluruhan Indonesia belum bisa mencapai pertumbuhan ekonomi secara
optimal karena semakin tingginya belanja negara dan ketidak kemampuan pihak
pemerintah dalam membayar cicilan pokok utang, sehingga menyebabkan
kesenjangan anggaran yang terus berlanjut.
Permasalahan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu Utang luar negeri
cenderung mengalami peningkatan terus-menerus pada tahun 1985 sampai dengan
tahun 2014, hal ini saling menyebabkan beban pembayaran utang luar negeri
semakin
meningkat,
sehingga
pembiayaan
dalam
memenuhi
kebutuhan
perekonomian tidak menjadi prioritas. Penanaman modal asing mengalami
15
fluktuasi pada tahun 1985 sampai dengan tahun 2009 dan beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan invetasi asing dalam menanamkan
modal tidak mengalami peningkatan terus-meneurus. Penanaman modal dalam
negeri mengalami peningkatan pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1990 dan
sejak tahun 1991 sampai dengan 2014 mengalami fluktuasi, hal ini menyebabkan
penanaman modal dalam negeri belum mampu memberikan peningkatan dalam
investasi secara optimal. Tenaga kerja tahun 2000 sampai tahun 2005 mengalami
peningkatan jumlah pengangguran di bandingkan peningkatan jumlah pekerja,
serta indikator sektor pertanian tenaga kerja lebih besar dibandingkan sektor
modern, sehingga tenaga kerja tidak memberikan kontribusi secara optimal dalam
perekonomian. Beberapa variabel menunjukan bahwa ada beberapa data yang
menunjukan ketidak sesuaian dengan teori dan beberapa penelitian terdahulu
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, maka yang menjadi
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia selama tahun 1985 sampai dengan tahun 2014
2. Apakah pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia selama tahun 1985 sampai dengan tahun 2014
3. Apakah
pengaruh
Penanaman
Modal
Dalam
Negeri
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia selama tahun 1985 sampai dengan
tahun 2014
4. Apakah Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia selama tahun 1985 sampai dengan tahun 2014
16
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Utang Luar Negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek selama tahun 1985-2014
2. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek selama tahun
1985-2014
3. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek selama tahun
1985-2014
4. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek selama tahun 1985-2014
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dilakukan dengan harapan bahwa penelitian ini dapat memberi
manfaat, bagi peneliti maupun orang lain. Hasil ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam berbagai hal, antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
kontribusi utang luar negeri, penanaman modal asing, penanaman modal
dalam negeri dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi
pemerintah dalam melaksanakan kebijakan.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya.
17
E. Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan diperlukan faktorfaktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi.
Komponen utama dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain
akumulasi modal dan tenaga kerja. Akumulasi modal (capital accumulation)
dapat diperoleh dari pinjaman luar negeri, penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri. Tenaga kerja akan diperoleh apabila tenaga kerja
tersedia dalam jumlah penduduk yang besar dapat berproduktif dan jumlah
penduduk yang besar akan meningkatkan ukuran potensial pasar domestik.
Utang luar negeri merupakan salah satu pembiayaan dalam menjalankan
pembangunan perekonomian. Komponen utang luar negeri dalam pembiayaan
APBN terdiri dari pembayaran bunga utang luar negeri, penarikan pinjaman
pembangunan dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Utang luar negeri
dibagi menjadi dua jenis yaitu Pertama, pinjaman yang bertujuan dalam
membiayai
kegiatan
pembangunan
ekonomi
seperti
kegiatan
prioritas
kementerian, membiayai kegiatan infrastruktur, kegiatan investasi, pelayanan
publik
dan dihibahkan untuk daerah dalam penmbiayaan infrastruktur serta
pengelolaan portofolio utang luar negeri. Kedua, surat berharga negara yang
bertujuan untuk membiayai bunga utang luar negeri, pembayaran cicilan utang
luar negeri, memenuhi kekurangan kas atas ketidakseimbangan antara penerimaan
dan pengeluaran negara dan pengelolaan portofolio. Pinjaman luar negeri terdiri
atas pinjaman program dan pinjaman proyek. Pinjaman program terdapat
pinjaman tunai dalam bentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untuk
18
pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang. Pinjaman proyek
digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu termasuk pinjaman yang
diteruspinjamkan (penerusan pinjaman) dan dihibahkan kepada Pemda atau
BUMN mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Investasi adalah sebagai pembiayaan yang bertujuan untuk pembelian barangbarang dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Berdasarkan
jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, Pertama investasi pemerintah, adalah
investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada
umumnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan secara langsung. Kedua investasi swasta, adalah
investasi yang dilakukan oleh sektor swasta nasional yaitu penanaman modal
dalam negeri (PMDN) ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta asing atau
disebut penanaman modal asing (PMA). Penanaman modal dalam negeri
merupakan bagian dari kekayaan masyarakat indonesia termasuk hak-hak dan
benda-benda baik yang dimiliki negara maupun swasta nasional dan swasta asing
yang berdomisili di indonesia yang disediakan guna menjalankan usaha yang
mendorong pembangunan ekonomi. Sedangkan penanaman modal asing terdiri
dari dua bentuk yaitu penanaman modal asing secara langsung dan penanaman
modal asing secara tidak langsung. Pertama, penanaman modal asing secara
langsung bentuk modal berupa uang baik Rupiah maupun valas dan bentuk jenis
barang-barang modal yang mampu meningkatkan PDB dan mempengaruhi
19
pertumbuhan ekonomi. Kedua, penanaman modal asing secara tidak langsung
bentuk penanaman saham berada di pasar saham berupa portofolio.
Tenaga kerja merupakan penduduk dengan batas usia kerja minimum 15 tahun
bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam menjalankan perekonomian
Indonesia. Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan
bukan tenaga kerja. Angkatan kerja terdiri dari pekerja atau penduduk dalam usia
yang bekerja, serta yang mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang
tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Pekerja adalah orang-orangyang
mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan memang
sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara
waktu kebetulan sedang tidak bekerja (Dumairy, 1996). Kemampuan dan
kreatifitas tenaga kerja menjadi aset utama perusahaan dalam menghasilkan
produk barang dan jasa dengan kualitas yang tinggi sehingga mampu
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat. Kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Utang Luar Negeri
(ULN)
Pinjaman Luar
Negeri (X1)
Penanaman Modal
Asing Langsung
(FDI) (X2)
Investasi Swasta
Penanaman Modal
Dalam Negeri (X3)
Tenaga Kerja (TK)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Teori
Pekerja (X4)
Pertumbuhan
Ekonomi (PE)
(Y)
20
F. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam jangka pendek.
b.
Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
c.
Penanaman
modal
dalam
negeri
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
d.
Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam jangka pendek.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
yang diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN.
Bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, selanjutnya akan
dibahas mengenai perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan skripsi yang berupa
urutan-urutan penyusunan dan penulisan dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini. Selain
itu didalamnya juga berisi tentang penelitian terdahulu hubungan antara variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian.
21
BAB III METODE PENELITIAN.
Babini berisi tentang pencarian data, yaitu jenis data dan sumber data yang akan
digunakan serta cara pengumpulannya. Di dalam bab ini juga akan dibahas
tentang definisi operasional, alat analisis dan prosedur analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.
Bab ini akan dijabarkan tentang pengelolaan data, yaitu perhitungan-perhitungan
setelah mendapatkan data mentah, kemudian dimasukkan kedalam rumus yang
telah ditentukan dan diuji dengan metode pengujian yang telah dipilih oleh
peneliti dengan bantuan program komputer eviews 6.
BAB V PENUTUP.
Bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data secara
jelas dan ditentukan apakah masing-masing variabel independen berpengaruh
terhadap variable dependen atau tidak. Selain itu dalam bab ini juga dibahas
tentang keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya agar
penelitian ini dapat diteruskan dan dikembangan oleh peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
Suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika
output barang dan jasa meningkat. Jumlah barang dan jasa dalam perekonomian
suatu negara dapat diartikan sebagai nilai dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Nilai PDB ini digunakan dalam mengukur persentase pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Perubahan nilai PDB dapat menunjukkan perubahan jumlah kuantitas
barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Selain PDB, dalam suatu
negara juga dikenal ukuran PNB (Produk Nasional Bruto) serta Pendapatan
Nasional (National Income). Perhitungan pertumbuhan ekonomi biasanya
menggunakan data PDB triwulan dan tahunan. Adapun konsep perhitungan
pertumbuhan ekonomi dalam satu periode (Sukirno, 2004):
Gt =
(
(
))
x 100%
Di mana:
Gt
= Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBRt
= Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga
konstan)
PDBRt-1
= PDBR satu periode sebelumnya
23
Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a) PDB menurut harga berlaku Dimana PDB faktor inflasi yang masih
terkandung di dalamnya.
b) PDB menurut harga konstan Dimana PDB dengan meniadakan faktor
inflasi Artinya pengaruh perubahan harga telah dihilangkan.
Menurut Todaro (2006) ada tiga faktor atau komponen utama yang berpengaruh
dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan angkatan
kerja dan kemajuan teknologi. Pertama, akumulasi modal (capital accumulation)
akan diperoleh apabila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini ditabung
dan investasikan dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan dimasa
depan. Kedua, pertumbuhan angkatan kerja akan diperoleh apabila angkatan kerja
tersedia dalam jumlah penduduk yang besar dapat berproduktif dan jumlah
penduduk yang besar akan meningkatkan ukuran potensial pasar domestik.
Ketiga, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau
penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional. Berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bahwa sumber kemajuan ekonomi
dapat ditelusuri ke berbagai faktor, tetapi dengan investasi yang besar
memperbaiki kualitas sumber daya fisik dan sumber daya manusia, meningkatkan
kuantitas sumber daya produksi yang sama, dan meningkatkan produktifitas dari
semua atau sumber daya khusus melalui penemuan, inovasi, dan kemajuan
teknologi menjadi faktor utama dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di
setiap lapisan masyarakat.
24
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat ekonomi yang
digunakan. Pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli
ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Apabila terdapat
kekurangan penduduk dan kekayaan alam relative berlebihan, maka tingkat
pengembalian modal dari investasi semakin tinggi dan para investor semakin
banyak mengalami keuntungan, sehingga menimbulkan investasi baru serta
pertumbuhan ekonomi akan terwujud. Apabila jumlah penduduk sudah terlalu
banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena
produktivitas setiap penduduk telah menjadi negative, sehingga kemakmuran
masyarakat menurun (Sukrino, 2004).
Pandangan klasik yang berkeyakinan bahwa perekonomian selalu mencapai
tingkat kesempatan kerja penuh. Pandangan Jean Baptish Say atau Hukum say
menyebutkan “supply creates its own demand” menjelaskan bahwa dalam
ekonomi terdapat cukup banyak permintaan menyebabkan setiap jenis barang
yang diproduksikan dapat terjual di pasar. Wujudnya permintaan agregat yang
cukup besar ini akan menjamin terciptanya tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi
yang menggunakan semua faktor produksi yang tersedia.
Berdasarkan kepada keyakinan ini para ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa di
setiap perekonomian akan selalu dicapai kesempatan kerja penuh. Masyarakat
25
yang ekonominya selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, tingkat
kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional ditentukan oleh kemampuan negera
tersebut untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa. Penentuan produksi nasional dapat dinyatakan
dengan menggunakan persamaan berikut:
Y= f(K,L,Q,T)
Dimana: Y = Pendapatan Nasional yang diwujudkan dalam perekonomian
K = jumlah barang modal yang tersedia
L = jumlah tenaga kerja dan kemampuan tenaga kerja yang tersedia
Q = jumlah kekayaan alam yang telah dikembangkan dan digunakan
T = tingkat teknologi yang digunakan dalam berbagai kegiatan produksi.
2. Teori Harrod-Domar
Menurut teori pertumbuhan Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi (Y/Y) dapat
dicapai dengan adanya keseimbangan antara dana pembangunan yang tersedia (s)
yang diukur oleh persentasenya terhadap produksi nasional dengan incremental
capital output ratio (k) yaitu jumlah modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan
tambahan satu unit output, dengan rumus: Y/Y = s/k. Analisis ini menunjukan
bahwa investasi harus mengalami kenaikan agar perekonomian tersebut
mengalami pertumbuhan yang berkepanjangan. Pertambahan investasi tersebut
diperlukan untuk meningkatkan pengeluaran agregat. Pertambahan pengeluaran
agregat dalam jangka panjang perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi (Sukirno, 2004). Teori Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi
yaitu:
26
1. Perekonomian dalam keadaan pekerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output
ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental
capitaloutput ratio = ICOR).
Ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal-output (capital-output ratio) adalah 3
berbanding 1. Rasio modal-output dan rasio tabungan nasional (national savingratio), merupakan persentase atau bagian tetap dari output nasional yang selalu
ditabung dan jumlah investasi (penanaman modal) baru ditentukan oleh jumlah
tabungan total (S), maka dapat menyusun sebuah model pertumbuhan ekonomi
sebagai berikut :
1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s, dari
pendapatan nasional
2. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal, (K)
yang dapat diwakili oleh ∆K
3. Terakhir, karena tabungan nasional neto (S) harus sama dengan
investasi neto (I)
27
Analisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod Domar bertujuan
untuk syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonmian dapat mencapai
pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Pada suatu
tahun tertentu barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh sehingga
pengeluaran agregat akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin
tinggi pada tahun selanjutnya. Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku
dalam tahun tersebut akan menambah kapasitas modal untuk mengeluarkan
barang dan jasa pada tahun selanjutnya.
3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Teori pertumbuhan Neo Klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu
dari segi panawaran. Menurut teori ini yang di kembangkan oleh Abramovis dan
Solow bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktorfaktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆Y= f (∆K, ∆L, ∆T)
dimana : ∆Y= tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K= tingkat pertumbuhan modal
∆L= tingkat pertumbuhan penduduk
∆T= tingkat pertumbuhan teknologi
Menurut Teori pertumbuhan Solow merupakan salah satu pelopor dalam teori
pertumbuhan Neoklasik yang dapat memberikan pandangan yang dinamis tentang
bagaimana tabungan mempengaruhi perekonomian dari waktu ke waktu. Teori ini
merupakan modifikasi dari model pertumbuhan Harrod-Domar, yang menyatakan
bahwa secara kondisional perekonomian berbagai negara akan bertemu
28
(convergence) pada tingkat pendapatan yang sama. Syarat yang harus dipenuhi
adalah
negara-negara
tersebut
mempunyai
tingkat
tabungan, depresiasi,
pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktifitas yang sama.
Konvergensi peningkatan pendapatan dalam perekonomian terbuka akan terjadi
bila terdapat hubungan perdagangan, investasi dan sebagainya dengan negara lain
atau pihak luar. Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) menunjukkan
bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan
kemajuan teknologi berinteraksi dalam suatu perekonomian dan bagaimana
pengaruhnya terhadap output total barang dan jasa suatu negara (Mankiw, 2007).
Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah bahwa modal
mengalami diminishing returns. Jika persediaan tenaga kerja dianggap tetap,
dampak akumulasi modal terhadap penambahan output akan selalu lebih sedikit
dari penambahan sebelumnya, mencerminkan produk marjinal modal (marginal
product of capital) yang kian menurun. Jika diasumsikan bahwa tidak ada
perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja, maka diminishing return
pada modal mengindikasikan bahwa penambahan jumlah modal (melalui
tabungan dan investasi) hanya cukup untuk menutupi jumlah modal yang susut
karena depresiasi. Pada titik ini perekonomian akan berhenti tumbuh, karena
diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga
kerja (Mankiw, 2007).
4. Teori Pertumbuhan Baru ( New Growth Theory )
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang
bersifat endogen, pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem
29
ekonomi. Menurut Todaro (2006) teori ini menganggap bahwa pertumbuhan
ekonomi lebih ditentukan oleh faktor produksi, bukan berasal dari luar faktor
produksi. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan
merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi
dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan
apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja, tetapi menyangkut
sumberdaya manusia.
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Definisi
modal diperluas dengan memasukkan modal ilmu pengetahuan dan modal
sumberdaya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar
model atau eksogen, tetapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan
ekonomi. Teori pertumbuhan endogen, peran investasi dan modal manusia turut
menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Mankiw, 2007).
Teori pertumbuhan Baru dapat dinyatakan oleh persamaan sederhana Y=AK
dalam formulasi A mewakili semua faktor yang mempengaruhi Teknologi dan K
mencerminkan modal fisik dan sumber daya manusia. Hasil dari persamaan
investasi dalam modal fisik sdan sumber daya manusia dapat menghasilkan
ekonomi eksternal dan peningkatan produktifitas yang melebihi keuntungan
pribadi dalam jumlah yang cukup karena hasil persamaan tersebut bahwa modal
tidak menunjukan penuruan, sehingga pertumbuhan dalam jangka panjang
berkesinambungan. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya tabungan
dan investasi modal manusia untuk mempercepat pertumbuhan.
30
B. Utang Luar Negeri (ULN)
Utang merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagai sumber pembiayaan
karena adanya kebutuhan yang perlu diselesaikan segera. Dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), utang luar negeri
dimaksudkan sebagai pengeluaran pembangunan yang berasal dari pinjaman
program dan pinjaman proyek. Dana luar negeri yang diperoleh kemudian
digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan di berbagai sektor
kehidupan negara. Dapat dikatakan bahwa utang luar negeri pemerintah Indonesia
hanya berfungsi sebagai pelengkap dalam pengeluaran pembangunan maupun
total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun semua utang luar
negeri pemerintah tetap dan terus saja semakin besar setiap tahunnya pada
masalalu sejak Pelita I hingga Pelita VI. Tingginya utang luar negeri disebabkan
terutama oleh tiga jenis defisit yaitu:
1. Defisit transaksi berjalan atau disebut juga dengan trade gap yaitu ekspor
lebih sedikit dari pada impor
2. Defisit investasi atau IS gap yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai
investasi didalam negeri lebih besar dari pada tabungan nasional atau
domestik
3. Defisit fiskal
Dari faktor-faktor tersebut, defisit transaksi berjalan sering disebut didalam
literatur sebagai penyebab utama membengkaknya utang dari banyak negara
berkembang. Besarnya defisit transaksi berjalan melebihi surplus neraca modal
31
(CA) mengakibatkan defisit neraca pembayaran (BOP) yang berarti juga cadangan
devisa (CD) berkurang. Apabila saldo transaksi berjalan setiap tahun negatif,
maka CD dengan sendirinya akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain,
misalnya modal investasi dari luar negeri.
Sejak pemerintahan Orde Baru hingga saat ini tingkat ketergantungan Indonesia
pada utang luar negeri tidak pernah menyurut, bahkan mengalami akselerasi yang
pesat sejak krisis ekonomi 1997-1998 karena periode tersebut pemerintah
Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah yang besar dari IMF untuk
membiayai pemulihan ekonomi. Pada masa pemerintahan orde baru, utang
dibutuhkan terutama untuk membiayai defisit investasi, defisit investasi, defisit
TB dan beberapa komponen dari sisi pengeluaran pemerintah didalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pengertian pinjaman atau pinjaman luar negeri berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan
atau penerimaan hibah serta penerusan pinjaman dan atau hibah luar negeri adalah
setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang
dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang diperoleh
dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Pinjaman luar negeri bank sentral adalah pinjaman yang dimiliki oleh
Bank Indonesia yang diperuntukkan dalam rangka mendukung neraca
pembayaran dan cadangan devisa. Pinjaman luar negeri swasta adalah pinjaman
luar negeri penduduk kepada bukan penduduk dalam valuta asing dan atau rupiah
berdasarkan perjanjian pinjaman atau perjanjian lainnya, kas dan simpanan milik
32
bukan penduduk, dan kewajiban lainnya kepada bukan penduduk. Pinjaman luar
negeri swasta meliputi pinjaman bank dan bukan bank.
Pada awal perkembangan suatu negara wajar bila dibutuhkan dana yang sangat
besar bagi investasi dan pertumbuhan ekonominya, jika tabungan dalam negeri
belum cukup maka cara termudah yaitu dengan melakukan pinjaman luar negeri.
Pinjaman luar negeri berdampak positif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi
di situasi tertentu. Pinjaman luar negeri akan menimbulkan masalah jika dana
tersebut tidak diinvestasikan pada kegiatan produktif yang menghasilkan tingkat
pengembalian devisa yang tinggi untuk menutupi pembayaran bunga (Fairuz,
2010). Elbadawi et.al (1997) dalam studi telah membuktikan bahwa akumulasi
pinjaman luar negeri yang terjadi karena meningkatnya kebutuhan untuk melunasi
utang-utang yang lalu akan berdampak negatif terhadap investasi dan
pertumbuhan ekonomi setelah melampaui batas tertentu.
Pada tingkat akumulasi utang yang besar ternyata justru akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang
utang akan lebih besar daripada kemampuan membayar negara debitur, biaya dari
bunga utang diperkirakan akan mendesak investasi domestik dan investasi asing,
yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi (Pattilo, 2002). Debt overhang
hipotesis menunjukkan bahwa utang akumulasi bertindak sebagai pajak dimasa
depan output, mengecilkan produktif rencana investasi sector swasta dan usaha
penyesuaian dipihak pemerintah. Jadi, bahkan setelah beberapa perbaikan dalam
produksi ekonomi, dapat menyimpulkan pembayaran utang yang lebih tinggi,
karena utang luar negeri bertindak seperti pajak dimasa depan produksi dan
33
ekspor. “debt overhang” teori yang menunjukkan bahwa jika ada beberapa
kemungkinan dimasa depan utang akan lebih besar daripada kemampuan
pembayaran negara. Sachs (1986) berpendapat bahwa overhang utang luar negeri
memainkan peran penting dalam utang negara. Jadi, debt overhang adalah salah
satu alasan utama untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam hutang
negara.
Setidaknya terdapat masalah besar yang ditimbulkan utang luar negeri tersebut
(Yustika, 2000). Utang luar negeri (ULN) tidak datang dalam wujud uang,
melainkan sebagian besar justru dalam bentuk barang atau teknologi. Dengan
keadaan seperti ini, penggunaan ULN menjadi tidak fleksibel, karena produk atau
teknologi tersebut jelas hanya bisa digunakan untuk program-program tertentu
saja. Mekanisme itu bisa terjadi mengingat prosedur pemberian utang adalah
melalui seleksi proposal yang berisi program-program yang sudah direncanakan,
dan bila sudah disetujui maka kebutuhan program itu diwujudkan dalam bentuk
barang atau teknologi, bukan uang. Ini jelas berbeda konsekuensinya apabila
utang tersebut dirupakan dalam wujud uang, karena dengan begitu pemakaiannya
bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan riil yang berkembang dalam
pelaksanaan program.
Pada dasarnya ULN mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua jalur yaitu
akumulasi modal dan pertumbuhan total faktor produktifitas (Patillo, 2002). ULN
dalam jumlah yang reasonable dapat memberikan kontribusi yang positif pada
pertumbuhan ekonomi. Model tradisional neo klasik membolehkan mobilitas
modal atau kemampuan suatu negara untuk meminjam atau meminjamkan modal.
34
Negara yang meminjam ULN untuk investasi dengan marginal product of capital
lebih tinggi dari bunga yang harus dibayar akan memperoleh insentif (Patillo,
2002). ULN akan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara kalau
jumlahnya berlebihan.
Menurut pandangan klasik atas utang luar negeri, pemotongan pajak yang didanai
oleh utang mendorong pengeluaran konsumen dan mengurangi tabungan nasional.
Kenaikan pengeluaran konsumen ini menyebabkan permintaan agregat yang lebih
besar dan pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka pendek, tetapi hal itu juga
menyebabkan persediaan modal yang lebih kecil dan pendapatan yang lebih
rendah, sehingga utang luar negeri akan lebih besar dalam jangka panjang
(Mankiw, 2007).
Menurut pandangan Ricardian atas utang pemerintah, pengeluaran konsumen
tidak meningkatkan keseluruhan sumber daya konsumen dan pemotongan pajak.
Dalam jangka pendek utang luar negeri meningkatkan pendapatan saat ini, dalam
jangka panjang tidak mengubah pendapatan atau konsumsi masa depan.
Pandangan tersebut akan membebani generasi masyarakat masa depan (Mankiw,
2007). Kaum Ricardian dengan teorinya Ricardian Equivalence (RE) berpendapat
bahwa defisit anggaran yang di biayai ULN tidak akan mempunyai pengaruh apaapa terhadap perekonomian. Teori ini berasal DavidRicardo’s Funding Sistem dan
dikemukakan kembali oleh Barro, sehingga sering diberi nama Ricardo-Barro
Preposition. Hal ini terjadi karena efek pertumbuhan pengeluaran pemerintah
yang dibiayai dengan utang pemerintah harus dibayar oleh pemerintah pada masa
yang akan datang dengan kenaikan pajak, sehingga masyarakat akan mengurangi
35
konsumsinya pada saat sekarang untuk memperbesar tabungan, selanjutnya
digunakan untuk membayar kenaikan pajak pada masa yang akan datang.
Kelompok Keynesian adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit
fiscal yang di biayai ULN mempengaruhi perekonomian. Paham ini melihat
kebijakan peningkatan anggaran belanja yang dibiayai dengan utang luar negeri
akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat
naiknya permintaan agregat sebagai pengaruh lanjut dari terjadinya akumulasi
modal. Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit
anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif
menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap
dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan
konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum
dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong
produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode
selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian
karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan
sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga akan meningkat. Menurut
kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dan utang dalam jangka
pendek akan menguntungkan perekonomian dengan adanya pertumbuhan
ekonomi.
36
C. Investasi
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang
dapat menaikan standar hidup masyarkatnya (Mankiw, 2007). Teori ekonomi
mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi dengan
tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk membuat produksi barang dan jasa di
masa depan. Investasi seringkali mengarah pada perubahan dalam keseluruhan
permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah kepada
akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan
mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Samuelson, 2003).
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian
yang berasal dari investasi dalam negeri maupun inestasi asing. Penigkatan
investasi akan mendorong peningkatan volume produksi yang selanjutnya akan
meningkatkan kesempatan kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Teori Harrod-Domar menggabungkan dari pendapat kaum klasik dan Keynes,
dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptakan
37
pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan
modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu
perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa, maupun sebagai pengeluaran
yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila
pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada
masa
berikutnya
perekonomian
tersebut
mempunyai
kemapuan
utnuk
menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sukirno, 2007).
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang
dimaksud dengan (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa
pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal
tersebut. Sedangkan pengertian Modal Asing, antara lain :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan
bahan-bahan yang dimasukan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia
selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan
ditransfer,
perusahaan di Indonesia.
tetapi
dipergunakan
untuk
membiayai
38
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang berasal dari
luar negeri untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi dalam menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasajasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2004). Keuntungan yang dapat
diperoleh dengan adanya Penanaman Modal Asing antara lain:
a. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor
(dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia
akan meningkatkan kuantitas dan kualitasnya).
b. Bila produksi mengalami kegagalan maka seluruh resiko ditanggung oleh
penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).
c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja dan dapat
membiasakan diri dengan teknologi modern.
d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang
sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan,
e. Devisa akan meningkat jumlahnya, selain akan meningkatkan nilai tukar
rupiah dalam negeri, dana untuk pembangunan juga meningkat.
f. Langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi dan organisasi yang
mutakhir kenegara yang dituju.
g. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri
pendukung atau dengan bekerjasama dengan perusahaan asing.
h. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan
atau modernisasi industri terkait.
i. Kemungkinan terjadi pelarian modal berkurang.
39
Namun kerugian yang dapat diperoleh dengan adanya Penanaman Modal Asing
antara lain:
a. Penyediaan sejumlah modal oleh perusahaan-perusahaan multinasional
dalam kenyataannya malah justru menurunkan tingkat tabungan maupun
investasi domestik di negara tuan rumah sehubungan dengan akan
terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang bersumber dari
perjanjian-perjanjian
produksi
ekslusif
antara
pihak
perusahaan
multinasional dengan pihak pemerintah di negara tuan rumah.
b. Tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan
dalam perekonomian tuan rumah.
c. Terhambat atau terganggunnya perkembangan perusahaan-perusahaan
domestik yang sebenarnya bisa menjadi pemasok barang sejenis.
d. Terpacunya tingkat konsumsi domestik sehingga justru menurunkan minat
masyarakat
setempat
untuk
menabungkan
atau
menginvestasikan
tambahan pendapatan
e. Dalam jangka panjang PMA dapat mengurangi penghasilan devisa baik
dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal.
f. Kecilnya kontribusi yang didapatkan bagi penerimaan pemerintah dalam
bentuk pajak yang disebabkan oleh adanya konsesi-konsesi pajak yang
bersifat liberal, pemberian fasilitas penanaman modal yang berlebihan,
subsidi-subsidi terselubung, serta proteksi yang diberikan oleh pemerintah
negara tuan rumah.
40
Terdapat tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka. Pertama pinjaman luar negeri (debt) dimana
pinjaman luar negeri dilakukan oleh pemerintah secara bilateral maupun
multilateral. Kedua adalah penanaman
modal asing langsung (Foreign
DirectInvestment/FDI) merupakan investasi yang melibatkan pihak investor
secara langsung dalam operasional usaha yang dilaksanakan sehingga dinamika
usaha yang menyangkut kebijakan perusahaan yang ditetapkan, tujuan yang
hendak dicapai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan (investor asing).
Ketiga adalah investasi tidak langsung (portofolio) merupakan investasi yang
dilakukan melalui pasar modal, Investor membeli utang atau ekuitas, dengan
harapan mendapat manfaat finansial dari investasi tersebut. Bentuk investasi
portofolio yang sering ditemui adalah pembelian obligasi/saham dalam negeri
oleh orang atau perusahaan asing.
Ada tiga jenis pengeluaran investasi. Investasi tetap bisnis mencakup peralatan
dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial
mencakup rumah baru yang seseorang beli untuk tempat tinggal yang dibeli tuan
tanah untuk disewakan. Investasi persediaan yaitu mencakup barang-barang yang
disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang
dalam proses dan barang jadi (Mankiw, 2007).
Teori J.H Dunning dalam menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis (Anoraga, 1995). Teori
Eklektis menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan
bila sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing.
41
Pertama adalah adanya keunggulan spesifik perusahaan, Kedua adalah
keunggulan internalisasi dan ketiga adalah keunggulan spesifik negara. Pertama
dan kedua dapat menghasilkan FDI yang mengarahkan ke ekspor maupun
produksi untuk pasar lokal. Ketiga hanya akan berkaitan dengan produksi lokal
saja (Febrina, 2014).
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Undang-Undang no. 6 tahun 1968 dan Undang-Undang no.12 tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu dalam pasal
1 definisi modal dalam negeri. Pertama undang-undang ini dengan modal dalam
negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan
benda-benda, baik yang dimiliki negara maupun swasta asing yang berdomosili di
Indonesia yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha
sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12
tahun 1970 tentang penanaman modal asing. Kedua pihak swasta yang memiliki
modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal 1 ini dapat terdiri atas perorangan
atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa yang dimaksud dalam undang-undang
ini dengan penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan daripada kekayaan
seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk
menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang
ini.
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1997
tentang penanaman modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
42
usaha di wilayah negara republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam modal dalam
negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
negara republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di
wilayah negara republik Indonesia. Sedangkan modal dalam negeri adalah modal
yang dimiliki oleh negara republik Indonesia, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan
usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tujuan
penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang-Undang No. 25
Tahun 1997):
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
43
Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 juga menjelaskan bahwa pemerintah
menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing
maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
Penanaman modal dalam negeri ini akan menciptakan beberapa manfaat
diantaranya mampu menghemat devisa, mengurangi ketergantungan terhadap
produk asing, mendorong kemajuan industri dalam negeri melalui keterkaitan ke
depan dan keterkaitan ke belakang memberikan konstribusi dalam upaya
penyerapan tenaga kerja. Semakin besarnya investasi PMDN, maka diharapkan
akan mendorong pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya
akan menyebabkan makin meningkatnya PDB dan diharapkan pertumbuhan
ekonomi dapat meningkat. Dengan demikian investasi PMDN memiliki hubungan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
D. Tenaga Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk
44
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Berdasarkan UU No. 25
tahun1997 tentang ketenagakerjaan yang ditetapkan tanggal 1 Oktober 1998 batas
usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur
maksimum. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja
yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 15 tahun, tanpa batas umur
maksimum. Jumlah tenaga kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari
lapangan kerja yang tersedia. BPS membagi tenaga kerja dalam tiga kelompok :
a. Tenaga kerja penuh adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam
kerja= 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai uraian
tugas.
b. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran adalah tenaga kerja
dengan jam kerja < 35 jam dalam seminggu.
c. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja adalah
tenaga kerja yang bekerja dengan jam kerja 0 = 1 jam dalam seminggu.
Lewis mengemukakan teorinya mengenai ketenagakerjaan, yaitu; kelebihan
pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja satu sektor
akan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyediaan pekerja di
sektor lain (Nizar, 2013). Menurut Lewis mengemukakan bahwa ada dua sektor di
dalam perekonomian negara sedang berkembang, yaitu sektor modern dan sector
tradisional. Sektor tradisional tidak hanya berupa sektor pertanian di pedesaan,
melainkan juga termasuk sektor informal di perkotaan (pedagang kaki lima,
45
pengecerdan pedagang angkringan). Kelebihan tenaga kerja disektor industri
(sektor modern) oleh sektor informal, maka pada suatu saat tingkat upah di
pedesaan akan meningkat. Peningkatan upah ini akan mengurangi perbedaan
tingkat pendapatan antara pedesaan dan perkotaan, sehingga kelebihan penawaran
pekerja tidak menimbulkan masalah pada pertumbuhan ekonomi. Kelebihan
pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan
asumsi perpindahan tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor modern berjalan
lancar dan perpindahan tersebut tidak pernah menjadi terlalu banyak, sehingga
salah satu faktor yang berpengaruh terhadappertumbuhan ekonomi adalah tenaga
kerja (Todaro, 2006).
Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang
sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi setelah
adanya Adam Smith. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur,
sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.
Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti
mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk
menghindari
hal
tersebut
pertumbuhan penduduk.
adalah
melakukan
kontrol
atau
pengawasan
46
Penduduk
Tenaga kerja
Bukan tenaga
kerja
Bukan angkatan
kerja
Angkatan kerja
Bekerja
Menganggur
Setengah
pengangguran
sekolah
Mengurus rumah
tangga
Penerima
pendapatan
Berkeja penuh
Tidak Kentara
Kentara (jam
kerja sedikit )
Produktivitas
Rendah
Penghasilan
Rendah
Sumber : Sukirno, 2004
Gambar 5. Komposisi penduduk dan tenaga kerja
Menurut Keynes dalam bukunya “the general theory of employment,interest and
money”, dalam buku ini Keynes menjelaskan faktor-faktor yang akan menentukan
kegiatan ekonomi dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Teori ini merupakan
landasan utama dari analisis makroekonomi yang wujud pada masa kini. Pendapat
kerynes penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang jarang terjadi, dan
hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat dalam perekonomian
(Sukirno, 2004).
47
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti yang
sudah dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak
seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran
tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan
tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran
tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.
w
Kelebihan Penawaran
Tenaga Kerja
NS
W2
E0
W0
W1
Kelebihan Permintaan
Tenaga Kerja
L0
ND
L
Gambar 6. Keseimbangan Tenaga Kerja
Kurva ND menggambarkan permintaan tenaga kerja dalam perekonomian. Kurva
ini merupakan jumlah dari semua kurva permintaan tenaga kerja oleh perusahaanperusahaan yang ada dalam kegiatan. Kurva Ns menggambarkan penawaran
tenaga kerja dalam perekonomian dan dibentuk dengan menjumlahkan kurva
penawaran tenaga kerja dari semua pekerja dalam kegiatan ekonomi.
48
Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan tercapai apabila permintaan tenaga kerja
di pasar sama dengan penawarannya. Keadaan ini tercapai pada Eo yaitu pada
tingkat upah Wo dan tingkat kesempatan kerja L, kedudukan keseimbangan ini
dapat dibuktikan dengan melihat keadaan yang akan berlaku pada tingkat upah
yang lain, misalnya pada W1 atau W2. Apabila tingkah upah adalah W1, akan
berlaku kelebihan penawaran kerja (berarti sebagian tenaga kerja menganggur).
Penyesuaian yang sebaliknya akan berlaku apabila upah terlalu rendah misalnya,
apabila tingkat upah adalah W2, akan berlaku kelebihan permintaan tenaga kerja
berkurang. Pada akhirnya permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai
titik keseimbangan dititik E0.
E. Penelitian terdahulu
Terkait dengan bidang penelitian yang dilakukan, penulis bertitik tolak dari
beberapa peneliti terdahulu khususnya penelitian yang berkaitan dengan utang
luar negeri, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, tenaga kerja
dan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
1
Nama / Th
Variable
Desyana
eka
Pramasty
dan Lidya
Rosintan
(2014)
Variabel Independen
: Utang Luar Negeri,
Investasi Asing
Langsung , dan
tingkat Inflasi
Variabel Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi
Metode
Alat analisis
Model Efek Tetap
(Fixed Effect atau
Least Squared
Dummy
Variable).
Hasil
utang luar negeri
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Tujuh Negara ASEAN.
investasi asing langsung
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Tujuh Negara ASEAN.
inflasi berpengaruh
negatif signifkan
terhadap pertumbuhan
49
2
Joko
Waluyo
(2006)
3
Gita Estu Variable independen:
Wulandari
utang luar negeri,
(2013)
investasi,
pertumbuhan
populasi
Variable dependen:
pertumbuhan
ekonomi
Alat analisis
menggunakan
Vector Error
Correction
Mechanism
(VECM)
4
Phany Ineke Variabel
Putri (2014) independen:PMDN,
PMA, Tenaga Kerja,
Pengeluaran Modal,
dan Infrastruktur.
Variabel Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi
Sayekti
Variabel Independen:
Suindyah
investasi langsung,
(2009)
tenaga kerja dan
pengeluaran
pemertintah.
Variabel Dependen:
pertumbuhan
ekonomi
Alat analisis
menggunakan
Metode Regresi
Linear Berganda
(OLS).
5
Variabel Independen:
Utang Luar negeri,
pembiayaan defisit
melalui bank umum
dan pembiayaan
defisit melalui bank
sentral
Variabel dependen:
pertumbuhan
ekonomi dan inflasi
Alat Analisis
Simulasi Model
Ekonomi Makro
dengan simultan
bersifat small
open
macroeconomic
model
Alat analisis
menggunakan
Metode Regresi
Linear Berganda.
ekonomi di Tujuh
Negara ASEAN
Pembiayaan defisit
anggaran dengan
menggunakan utang luar
negeri, melalui bank
sentral, dan melalui bank
umum akan berdampak
Positif meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
dan bersifat inflationary.
Hasil jangka pendek,
beban utang, investasi,
dan
pertumbuhan populasi
tidak mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi,sedangkan
dalam jangka panjang
beban utang dan
investasi berpengaruh
negatif dan signifikan,
sedangkan pertumbuhan
populasi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Variabel PMDN, PMA,
Pengeluaran Modal,
Tenaga Kerja dan
Infrastruktur
berpengaruh positif
secara signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi
Variabel investasi,
tenaga kerja dan
pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
variabel (investasi
lagsung, tenaga kerja
dan pengeluaran
pemerintah) harus
memberikan kontribusi
pada pertumbuhan
ekonomi positif.
50
6
Yoga
Krissawind
aru Arta
(2013)
Variabel Independen:
Penanaman Modal
Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri
dan Tenaga Kerja
Variabel dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi
Alat analisis
menggunakan
Metode Regresi
Linear Berganda
(OLS)
7
Dwi
Kurniasari
(2016)
Variabel independen:
pinjaman luar negeri,
penanaman modal
asing langsung,
penanaman modal
dalam negeri dan
tenaga kerja
Variabel dependen:
pertumbuhan
ekonomi
Alat analisis
menggunakan
metode Error
Correction Model
(ECM)
Penanaman Modal
Asing (PMA)
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jawa
Tengah,Penanaman
Modal Dalam Negeri
(PMDN) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah, dan
Angkatan Kerja (AK)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Jawa Tengah
III.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan
penelitian empiris dimana data adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung
atau angka dan menggunakan statistik (Sugiyono, 2009). Metode penelitian
kuantitaif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan diamati
memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat
diidentifikasi dan interpolasi variabel dapat di ukur. Peneliti kuantitatif
menggunakan sisi pandangnya untuk mempelajari subyek yang diteliti.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil ruang lingkup wilayah Indonesia. Dipilihnya ruang
lingkup Indonesia dengan alasan kurangnya memenuhi pembiayaan sumberdaya
modal dan memenuhi sumberdaya manusia dalam menjalankan pembangunan
ekonomi sejak tahun 1985 sampai dengan 2014. Variabel data yang digunakan
adalah data Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan tahun
2000, pinjaman luar negeri, penanaman modal asing secara lansung, penanaman
modal dalam negeri dan tenaga kerja.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari
masing-masing variabel pertumbuhan ekonomi, utang luar negeri, penanaman
52
modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan tenaga kerja masing-masing 30
tahun dari tahun 1985-2014 di Indonesia. Data yang akan diolah adalah data
kuantitatif dan merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber kedua atau secara tidak langsung dari data yang kita
butuhkan.
Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Dunia, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Badan
Penanaman Koordinasi Modal (BPKM), International Labour Organization, Bank
Indonesia (BI), Badan Perencanaan Nasional, artikel-artikel dan tulisan-tulisan
yang diperoleh dengan fasilitas internet yang berguna bagi penelitian ini.
Tabel 4. Deskripsi Data Input
Nama Data
Selang Periode
Runtun waktu
Tahunan
Satuan pengukuran
Tahunan
US$ Juta
Penanaman modal asing
langsung
Tahunan
US$ Juta
Badan koordinasi
Penanaman Modal
Penanaman modal
dalam negeri
Tahunan
Rp Milyar
Badan koordinasi
Penanaman Modal
Pekerja
Tahunan
Orang atau jiwa
Badan Perencanaan
Nasional
Produk Domestik Bruto
(PDB)
Pinjaman luar negeri
Persentase
Sumber data
Badan Pusat Statistik
Indonesia (BPS)
Bank Dunia (World
bank)
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengatur konstrak
atau variabel tersebut. Variabel yang digunankan dalam penelitian ini terdiri dari 5
53
(lima) macam variabel, yaitu utang luar negeri Indonesia, penanaman modal
asing, penanaman modal dalam negeri, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam
jangka waktu tertentu (Boediono, 1999). Variable pertumbuhan ekonomi
ini diukur dengan proxy penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga konstan tahun 2000 menggunakan satuan Persentase. Sumber
data diperoleh dari situs Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Utang luar negeri adalah posisi kewajiban aktual penduduk Indonesia
kepada bukan penduduk pada suatu waktu, tidak termasuk kontinjen, yang
membutuhkan pembayaran kembali bunga dan/atau pokok pada waktu
yang akan datang (Bank Indoensia). Variabel utang luar negeri diukur
menggunakan pinjaman luar negeri pemerintah dengan satuan dollar US
terhadap Rupiah. Sumber data diperoleh dari situs Bank Dunia.
3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (pasal 1
ayat 3 UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal). Variabel
penanaman modal asing diukur dengan Foreign Direct Investment (FDI)
menggunakan satuan dollar US terhadap Rupiah. Sumber data diperoleh
dari situs Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
54
4. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanamkan modal
untuk melakukan usaha di wilayah republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan modal dalam negeri (pasal 1 ayat 2
UU No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal). Variabel penanaman
modal dalam negeri menggunakan satuan rupiah. Sumber data diperoleh
dari situs Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
5. Tenaga kerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh
upah atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu
sebelum pencacahan (Badan Pusat Statistik). Variabel Tenaga kerja ini
diukur dengan jumlah Pekerja menggunakan satuan orang atau jiwa.
Sumber data diperoleh dari situs Badan Perencanaan Nasional (Bapennas).
E. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variable
independen secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap variable
dependen. Hubungan fungsional antara satu variable dependen dengan variable
independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan time
series. Model yang digunakan untuk melakukan koreksi ketidakseimbangan
jangka pendek menuju jangka panjang. Dan model regresi berganda menggunakan
Ordinary Least Square (OLS). Model yang digunakan sebagai berikut:
PE = f (ULN,PMA,PMDN,TK)
55
Model umum dari regresi berganda yaitu:
Yt= β0 + β1Xt + 
Model penelitian ini sama menggunakan Semi-Log yaitu merupakan hasil data
yang ditransformasi hanya salah satu dari variabel terikat (Y) atau variabel bebas
(X). Dalam penelitian ini menggunakan Linier-Logaritma dimana variabel Y
dalam bentuk linear sedangkan variabel X berbentuk logaritma. Persamaan umum
model Linier-Log adalah:
Y= +
+
Model regresi berganda Ordinary Least Square (OLS) yaitu:
PE =  +  LnULN + LnPMA + LnPMDN + LnTK + 
Dimana:
PE
= Pertumbuhan ekonomi (PDB) (%)
PMA
= foreign direct investment (US$ juta)
TK
= Pekerja (juta orang)
ULN
= Pinjaman luar negeri (US$ juta)
PMDN
= Penanaman modal dalam negeri (Rp Milyar)

= intercept
 ,  , , 
= koefisien regresi

= term error (kesalahan pengganggu)
F. Prosedur Analisis Data
1. Uji Stationary (Unit Root Test)
Pada analisis yang menggunakan data time series, terdapat sifat stasioneritas
dalam data yang digunakan.
Penggunaan data yang stasioner dalam analisis
sangat penting. Hal ini karena jika kita menggunakan data yang tidak stasioner,
maka model yang diestimasi akan menjadi kurang baik dan akan timbul masalah
56
regresi lancung ( spurious regression ) yang mengakibatkan hasil model yang
diestimasi menjadi tidak bermakna.
Ada beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adapakah data time
series stasioner atau tidak. Salah satu uji yang sering digunakan adalah uji akarakar unit (unit root test). Uji akar unit pertama kali dikembangkan oleh DickeyFuller dan dikenal dengan uji akar unit Dickey Fuller (DF).
Pada umumnya, data ekonomi time series seringkali tidak stationary pada level
series. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stationary dapat tercapai dengan
melakukan differensiasi satu kali atau lebih. Apabila data telah stationary pada
level series, maka data tersebut adalah integrated of order zero atau I(0). Apabila
data stationary pada differensiasi tahap I, maka data tersebut adalah integrated of
one atau I(I). Terdapat beberapa metode pengujian unit root, dua diantaranya yang
paling sering digunakan adalah Augmented Dickey-Fuller dan Philips-Perron unit
root test.
2. Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang)
Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabelvariabel bebas dan terikat. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stationary.
Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual regresi
terkointegrasi stationary atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat
hubungan yang stabil dalam jangka panjang dan sebaliknya, jika tidak terdapat
kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan
dalam jangka panjang. Istilah kointegrasi juga sering disebut dengan istilah error.
57
Hal ini karena deviasi terhadap ekuilibrium jangka panjang dikoreksi secara
betahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek.
Uji kointegrasi Engel-Granger (EG) berhubungan dengan uji akar unit yang
dikembangkan oleh Dickey-Fuller melalui uji DF atau ADF. Untuk melakukan
uji kointegrasi dengan EG, maka kita harus melakukan regresi persamaan dan
kemudian mendapatkan residualnya, kemudian residual ini kita uji menggunakan
DF maupun ADF. Dari hasil estimasi nilai statistik Dfdan ADF kemudian
dibandingkan dengan nilai kritisnya. Nilai statistik DF dan ADF diperoleh dari
koefisien βt. Jika nilai stastistiknya lebih besar dari nilai kritisnya, maka variabelvariabel yang diambil saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka
panjang begitupun sebaliknya, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan
Engel-Granger.
3. Model Koreksi Kesalahan (ECM)
Uji ECM dilakukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam
jangka pendek maupun keseimbangan jangka panjang. Model ini diperkenalkan
oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle- Granger. Dalam ekonometrika model
ini berguna untuk mengatasi data runtun waktu yang tidak stasioner dan Spurious
regression. Secara umum model ECM adalah sebagai berikut :
∆Y = 0 + 1∆ + 2
+
Model ECM dalam penelitian ini menggunakan persamaan:
∆
=
−
∆
+
+
∆
+
∆
+
∆
+
58
Dimana:
∆PE
= Pertumbuhan ekonomi (PDB) (%)
∆ULN
= Utang luar negeri/foreign debt (US$ juta)
∆PMA
= foreign direct investment (US$ juta)
∆
= Penanaman modal dalam negeri (Rp Milyar)
∆
= pekerja ( juta orang )

= intercept
 ,  ,  ,
= koefisien regresi

= term error (kesalahan pengganggu)
= Error Correction Term
Setelah melakukan uji kointegrasi, diketahui bahwa model penelitian memiliki
keseimbangan jangka panjang. Untuk jangka pendeknya, sangat mungkin terjadi
ketidakseimbangan. Teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek
menuju keseimbangan jangka panjang disebut dengan Error Correction Model
(ECM).
4. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model estimasi yang telah dibuat tidak menyimpang
dari asumsi-asumsi klasik, maka dilakukan beberapa uji antara lain, Uji
Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolieniritas, dan Uji Autokorelasi.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan aumsi
klasik. Menurut Gujarati (2006) bahwa beberapa asumsi klasik yang harus
dipenuhi untuk suatu hasil estimasi agar dapat dikatakan baik dan efisien yaitu:

Model regresi adalah linear.

Tidak ada multikolinearitas
59

Error term harus terdistribusi normal atau stokastik

Homokedastisitas atau varians dari variabel pengganggu adalah konstan.

Jumlah data harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter
yang akan diestimasi.

Residual variabel pengganggu mempunyai rata-rata nol.

Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu.

Kovarian antara variabel pengganggu dan variabel independen adalah nol
Berdasarkan keadaan tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model
dikatakan baik dan efisien maka perlu dilakukan pengujian sebagai berikut:
4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda
variabel-variabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam software
EViews normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel. Uji JB didapat dari histogram
normality yang akan kita bahas dibawah ini. Hipotesisi yang digunakan adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian heterokedastisitas adalah :

Ho ditolak, jika nilai probabilitas < α 5%. Artinya bahwa residual
mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B tidak sama dengan
nol.
60

Ho diterima, jika nilai probabilitas > α 5%. Artinya bahwa residual
mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol.
4.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi saat error-term mempunyai koefisien yang tidak sama.
Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam suatu regresi, maka dalam pengujian
heterkedastisitas uji White merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat heterokedastisitas
Ha : Terdapat heterokedastisitas
Kriteria pengujian heterkedastiitas adalah :

Ho ditolak, jika nilai Obs*R square (λ2 hitung) > tabel. Maka terdapat
masalah heterokedastisitas.

Ho diterima, jika nilai Obs*R square (λ2hitung) < tabel. Maka tidak ada
masalah heterokedastisitas.
Selain itu dapat dilihat juga apabila nilai probabilitas Obs*R square lebih besar
dari α (5%) maka data bersifat heteroskedastisitas. Sebaliknya bila probabilitas
Obs*R square lebih kecil dari α (5%) maka data bersifat tidak heteroskedastisitas.
4.3 Uji Multikolinearitas
Uji asumsi multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan problem multikolinieritas. Untuk menguji ada atau tidaknya masalah
multikolinearitas dapat kita lakukan melalui corelation common sample dengan
tolak ukur koefisien korelasi maksimum 0,85(Widarjono, 2007). Multikolinearitas
61
merupakan hubungan linear antara variabel-variabel bebas di dalam suatu regresi.
beberapa cara untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh multikolinearitas
dalam penelitian ini yaitu

R2 relatif tinggi (0,70 – 1,00) tetapi hanya sebagian kecil atau bahkan
tidak ada variabel bebas yang signifikan menurut t-test, maka diduga
terdapat multikolinearitas.

Koefisien determinasi individual (r2) relatif tinggi daripada koefisien
determinasi serentak(R2), maka cenderung terdapat multikolinearitas

Mengamati nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, jika VIF ≥ 10
maka terjadi multikolinearitas.
Pada penelitian ini dalam mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan
mengamati nilai varians inflation factor (VIF) pada model regresi. Suatu data
dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai VIF antar variabel
independen lebih kecil dari 10.
4.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi atau hubungan antara observasi dengan
observasi lainnya dalam model tersebut dalam time-series maupun crosssection.
Untuk mendeteksi autokorelasi, terdapat metode yaitu: Metode Breusch-Godfrey,
Otokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan
observasi lain yang berlainan waktu. Apabila dihubungkan dengan metode OLS,
otokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel
gangguan yang lain (Widarjono, 2007). Metode yang digunakan untuk
mengatahui masalah autokorelasi dalam model penelitian ini adalah metode
62
Breusch-Godfrey atau yang sering disebut dengan Lagrange Multiplier Test (LM
test). Langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya otokorelasi menurut
Breusch-Godfrey LM Test adalah sebagai berikut (Widarjono, 2007):
1. Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan dapatkan residualnya.
2. Melakukan regresi residual et dengan variabel bebas Xt (jika ada lebih dari
satu variabel bebas maka harus memasukkan semua variabel bebas) dan
lag dari residual et-1, et-2,...et-p. Kemudian dapatkan R2 dari regresi
persamaan tersebut.
3. Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti
distribusi Chi-squares dengan df sebanyak p. Nilai hitung statistik Chisquares dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
(n - p) R2 ≈ χ2p
Jika (n – p) R2 yang merupakan Chi-squares (χ2) hitung lebih besar dari nilai
kritis Chi-squares (χ2) pada derajat kepercayaan tertentu (α), ditolak hipotesis
(H0). Ini menunjukkan adanya masalah autokorelasi dalam model. Sebaliknya jika
Chi-squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka diterima hipotesis nol.
Artinya model tidak mengandung unsur autokorelasi karena semua p sama dengan
nol.
5. Uji Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
kemungkinan benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
atau pemecahan persoalan serta untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan atau
63
asumsi dari suatu hipotesis juga merupakan data, namun karena adanya
kemungkinan kesalahan, maka apabila digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data hasil observasi.
Data yang dipakai untuk pengujian hipotesis dikumpulkan dari sampel, sehingga
pengujian hipotesis ini merupakan data perkiraan (estimate). Keputusan yang
dibuat pengujian dalam menolak atau tidak menolak hipotesis mengandung
ketidakpastian (uncertainty), dimana keputusan tersebut bisa benar dan juga bisa
salah (Supranto, 2009). Rumusan dalam pengujian hipotesis dalam Menetukan Ho
dan Ha sebagai berikut :
a. Ho: β =0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen
Ha: β > 0, artinya variabel independen berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap variabel dependen
b. Ho: β
= 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen
Ha: β < 0, artinya variabel independen berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap variabel dependen
c. Ho: β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh dan signifikan
terhadap variabel dependen
Ha: β
≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh dan signifikan
terhadap variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif
maupun negatif.
64
dari perumusan dalam pengujian hipotesis, maka pengujian dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Ho: β = 0, artinya variabel utang luar negeri tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha: β <0, artinya variabel utang luar negeri berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.
b. Ho: β = 0, artinya variabel penanaman modal asing tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel pertmbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel penanaman modal asing berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
c. Ho:β = 0, artinya variabel penanaman modal dalam negeri tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pertmbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel penanaman modal dalam negeri berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
d. Ho: β
= 0, artinya variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel pertmbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel tenaga kerja berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
5.1 Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t)
Uji T dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikatnya dengan menganggap variabel bebas lainnya
tetap (ceteris paribus). Pengujian ini dapat diestimasi dengan membandingkan
65
antara nilai t-hitung dengan t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu.
Tahap yang dilakukan Uji t dalam Menetukan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :
Uji hipotesis positif satu sisi
Ho: β =0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen
Ha: β > 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
Uji hipotesis negatif satu sisi
Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
Ha: β < 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Uji hipotesis dua sisi
Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
Ha: β ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh terhadap
variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif maupun negatif.
1) Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis (Df = n – k – 1 )
2) Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t
statistik.
Kriteria Pengujian Uji T :
Jika T hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak .
66
jika T hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima .
dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara individu, maka pengujian dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Ho:β =0, artinya variabel utang luar negeri secara individu tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha: β <0, artinya variabel utang luar negeri secara individu berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.
b. Ho:β =0, artinya variabel penanaman modal asing secara individu tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel penanaman modal asing secara individu
berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi
c. Ho: β =0, artinya variabel penanaman modal dalam negeri secara individu
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel penanaman modal dalam negeri secara individu
berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi
d. Ho:β =0, artinya variabel tenaga kerja secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha: β > 0, artinya variabel tenaga kerja secara individu berpengaruh
signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
5.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji – F)
67
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya, dengan derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih
besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F
dengan cara membandingkan nilai F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi
dengan F-tabelnya, Perumusan hipotesis :
Ho = β1 = β2= β3=β4 = 0
Ha = paling tidak ada 1 parameter yang ≠ 0
Jika F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara bersama-sama, maka pengujian
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho: β0 = β1 = β2= β3=β4 = 0, artinya variabel utang luar negeri, penanaman
modal asing, penanaman modal dalam negeri, tenaga kerja tidak
berpengaruh
signifikan
secara
bersama-sama
terhadap
variabel
pertumbuhan ekonomi
Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, artinya variabel utang luar negeri, penanaman
modal asing, penanaman modal dalam negeri, tenaga kerja berpengaruh
signifikan secara bersama-sama terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
68
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil estimasi persamaan jangka pendek Error Correction Model
(ECM) “ Pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka
pendek tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Utang luar negeri sudah menjadi beban anggaran, karena
terdapat persyaratan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar
negeri dalam postur APBN yang masuk dalam pos pembiayaan dari luar
negeri. Besarnya jumlah pinjaman menentukan pembayaran cicilan pokok
dan bunga pinjaman pada APBN sebagai risiko yang akan diterima oleh
pemerintah, sehingga utang yang semakin membengkak menyebabkan
nilai tukar rupiah jatuh (inflasi) yang mempengaruhi suku bunga, sehingga
investasi semakin rendah
dan beban pajak masa depan yang akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
2. Pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
jangka pendek Penanaman Modal Asing secara statistik terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
97
Anggaran belanja pemerintah lebih besar dari penerimaan pemerintah,
dimana membutuhkan tambahan penerimaan salah satunya melalui
penanaman modal asing dalam membantu meningkatkan pertumbuhan,
sehingga mampu membantu mengurangi beban defisit anggaran dengan
adanya peningkatan devisa dan penerimaan negara di dalam APBN.
3. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek Penanaman Modal Dalam Negeri secara
statistik terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Penanaman modal dalam negeri merupakan bentuk investasi
untuk memenuhi kebutuhan modal dan mengatasi kekurangan tabungan
serta peralatan dan bahan-bahan mentah untuk diolah, sehingga mampu
meningkatkan penerimaan negara dan bertambahnya stok kapital yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
4. Pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka
pendek tenaga kerja secara statistik terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
meningkat di dukung dengan kemampuan dan peningkatan investasi,
sehingga mampu menyumbang pendapatan negara semakin meningkat dan
membantu menutupi defisit anggaran dengan adanya pendapatan
penghasilan semakin besar dan anggaran menjadi surplus.
B. Saran
1. Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi yang sudah diteliti diantaranya utang
luar negeri, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan
tenaga kerja untuk pemerintah sendiri seharusnya membuat alternative
98
kebijakan untuk merubah paradigma untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan dan sumberdaya manusia. Kebijakan anggaran yang defisit
mendorong Indonesia untuk melakukan pinjaman maupun penanaman
modal, namun pemerintah juga harus memiliki solusi lain agar dapat
berpengaruh dalam laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Pinjaman luar negeri memberikan beban pembiayaan di dalam APBN,
karena adanya persyaratan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang
luar negeri, maka sebaikanya pemerintah harus membatasi jumlah
kumulatif utang luar negeri dengan tidak melebihi batas 60% dari PDB
dan memperbaiki sistem pengelolaan utang dengan efektif untuk lebih
menguatkan fondasi ekonomi dengan lebih mengarahkan pada sektorsektor yang lebih produktif. Pemerintah harus mengawasi kebijakan dan
memperhatikan pengembangan investasi dalam proyek pembangunan
yang bersifat produktif dengan tujuan peningkatan dalam kegiatan ekspor
semakin besar dan cadangan devisa semakin meningkat serta mendorong
dan mengalokasikan belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur
sebagai peningkatan investasi agar dapat mengurangi tekanan inflasi,
sehingga adanya dorongan penghematan pajak dan membantu mengurangi
defisit anggaran yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi dengan
pengeluaran pemerintah yang semakin besar guna mendukung stimulus
fiskal. kebijakan pemerintah yang harus dilakukan memperbanyak
pelatihan kepada tanaga kerja, disertai kualitas pendidikan disegala
bidang, sehingga mampu menetapkan pengupahan setiap pekerja upah
yang layak dan meningkatkan penerimaan negara semakin besar di dalam
APBN serta memacu pertumbuhan ekonomi.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. (1995). Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing. Semarang:
Pustaka Jaya.
Anwar, K. (2012). “Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di
Indonesia”. Journal Administrasi Publik Universitas Airlangga. http://journal.unair.ac.id/
download-fullpapers-admp73df7f120efull.pdf (diakses tanggal 23 Agustus 2016)
Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan edisi 5.Yogyakarta.
Arta, Y. K. (2013). “Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), Dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa
Tengah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Neegeri Semarang.
http://journal.unnes. ac.id/ artikelsju/edaj/1953 (diakses tanggal 21 Agustus 2016)
Bank Indonesia (2000-2002). Pinjaman Luar Negeri. http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/41c7cd53a7a44a5caa60856453b2fbd5ltbi2002.zip
(diakses tanggal 14 April 2016)
. (2002-2007). Pinjaman Luar Negeri. http://www.bi.go.id/id/publikasi
/ekonomi-keuangan-kerjasama-internasional/Documents/512f211102bd4ba08611b82d2
c48a5b 7PEKKI_trw0308_final.zip (diakses tanggal 14 April 2016)
Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. http://www.bkpm.go.id/images/
uploads /file_siaran_pers/Bahan_Paparan_-_IND_-_TW_III_2015.pdf (diakses tanggal 20
Maret 2016)
Badan Perencanaan Nasional. (1985). Tenaga Kerja dan Perluasan Tenaga Kerja.
http://www.bappenas.go.id/files/1913/5029/1452/bab-04-1997-cek__20090203100511
__1782__3.doc (diakses tanggal 15 Juli 2016)
Badan Pusat Statistik. (1985-1999). Statistik 70 tahun Indonesia Merdeka. https://www.bps.
go.id/index.php/publikasi/1053 (bps)
. (2000-2013). Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran
,TPAK dan TPT. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973 (diakses
tanggal 14 April 2016)
. (2000-2014). Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha. https://www.bps.go.id/link TabelStatis/view
/id/1202 (diakses tanggal 14 April 2016)
. (2005-2014). Posisi pinjaman luar negeri menurut kelompok pinjaman
tahun. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1338 (diakses tanggal 14 April
2016)
. (2000-2014). Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1200(diakses
tanggal 14 April 2016)
. (2006-2013). Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Menurut Provinsi (miliar rupiah). https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1336
(diakses tanggal 19 juni 2016)
. (2000-2013). Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Menurut Sektor Ekonomi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1317(diakses
tanggal 19 juni 2016)
. (2000-2013). Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri
Menurut Sektor Ekonomi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1318(diakses
tanggal 14 April 2016)
. (2014). Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri Menurut
Sektor Ekonomi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1879(diakses tanggal 14
April 2016)
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
Carrasco, Marie (1998) "Crowding Out and Government Spending," University Avenue
Undergraduate Journal of Economics: Vol. 2: Iss. 1, Article 1.Available at: http://digital
commons.iwu.edu/uauje/vol2/iss1/1
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.
http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/loadViewer?idViewer=5697&action=download(
diakses tanggal 20 Maret 2016)
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Elbadawi, Ibrahim, Benno Ndulu, and Njuguna Ndung’u. (1997). Debt Overhang and Economic
Growth in Sub-Saharan Africa. External Finance for Low Income, IMF Institute.
Washington DC.
Fairuz. (2010). “Analisis Kemampuan Pembayaran Kembali Pinjaman Luar Negeri di
Indonesia Periode 1998-2008”. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung. Lampung.
Febrina, P. (2014). “Pengaruh Kebijakan Makroekonomi Dan Kualitas Kelembagaan Terhadap
Foreign Direct Investment Di Asean-6–Analisis Panel Data”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan fakultas ekonomi Trisakti. http://www.online.fe.trisakti.ac.id/ejournal
/ekonomipembangunan/Vol1No2September2014/5.pdf
Gujarati, dkk.(2006). Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta.
Hadiwibowo, Yuniarto. (2008). Ricardian Equivalence in Developing Countries: Fiscal Policy,
Private Consumption and Investment in Indonesia. https://www.researchgate.net/
publication/267148166
Hyman, D. N. (2014). Public finance: A contemporary application of theory to policy. Cengage
Learning.https://books.google.co.id/books?id=4jMEBAAAQBAJ&pg=PR3&lpg=PR3&
dq=ebook+hyman+publik+finance&source=bl&ots=sg4V_ewt1D&sig=HypROG3Ek572
CKzSkPPKY64HxDg&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=ebook%20hyman%20
publik%20finance&f=false
ILO. (2015). Tren Ketenagakerjaan dan Sosial Di Indonesia 2014 - 2015: Memperkuat daya
saing dan produktivitas melalui pekerjaan layak / Kantor Perburuhan Internasional.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents
/publication/wcms_381565.pdf
Kopcke, Richard W, et.al. (2006). Introduction: The Macroeconomics of Fiscal Policy.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved
=0ahUKEwjxtoiP0pXPAhVKuI8KHZ4wBJkQFgg6MAM&url=https%3A%2F%2Fwww.bostonf
ed.org%2Feconomic%2Fconf%2Fconf49%2Fintroduction.pdf&usg=AFQjCNEJw-Tbg1mu5fT3DYh0loiLtkUNg&bvm=bv.133178914,d.c2I
Mankiw, N. G. (2007). Teori Makro Ekonomi Terjemahan: Edisi Keenam. Jakarta.
Marisa, R. (2015). “Analisis Keberlanjutan Fiskal Indonesia Tahun 2000-2012”. Journal
Ekonomi Universitas Parahayangan. 19(1). http://journal.unpar.ac.id/index. php/Bina
Ekonomi /arti cle/download/1362/1318
Mosey, G. B. D. (2016). “Pengaruh Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Minahasa Utara tahun 2004-2013”. Jurnal berkala
ilmiahefisiensi. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/viewFile/11475/11077
Nizar, Chairul. (2013). “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi
serta hubungannya terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal ilmu ekonomi
Universitas Syiah kuala. ttp://www.academia.edu/8652807/Jurnal_Ilmu_Ekonomi _
_Pengaruh_Investas_Dan_Tenaga_Kerja_Terhadap_Pertumbuhan_Ekonomi_Serta_Hubu
ngannya_Terhadap_Tingkat_Kemiskinan_Di_Indonesia.
Pattillo, C. A., Poirson, H., & Ricci, L. A. 2002. External debt and growth. International
Monetary Fund. https://www.researchgate.net/profile/Luca_Ricci2/publication/22747164
7_External_Debt_and_Growth/links/0c96051cb75a30c13b000000.pdf
Pramasty, D.E.,& Lidya, R. (2014). “Analisis faktor penentu pertumbuhan ekonomi di Tujuh
negara asean periode tahun 1996-2013”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Trisakti.http://www.online.fe.trisakti.ac.id/ejournal/ekonomipembangunan/Vol1No2Sept
ember2014/3.pdf
Prasetyia, F. (2012). “Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional Dalam Bingkai Konstitusi”. Journal
of Indonesian Applied Economics. http://www.jiae.ub.ac.id/index. php/jiae/ article/
viewFile /96/130
Putri, P. I. (2014). “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Belanja Modal, Dan Infrastruktur
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa”. Journal of Economics and Policy
Universitas Jendral Soedirman. http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/jejak/3892
Raharjo Jati, Wasisto. (2011) “Inovasi Pelayanan Publik Setengah Hati: Studi Pelayanan Publik
SAMSAT Kota Yogyakarta”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah
Mada. 15 (1). Hlm. 68-71.https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/8559
Rizky, R. L., Agustin, G., & Mukhlis, I. (2016). “Pengaruh Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan (JESP), 8(1), 9-16.
http://journal.um.ac.id/index.php/jesp/article/viewFile/5265/1938
Sachs, J. (1988). “Conditionality, Debt Relief, and Developing Country Debt Crisis”. Journal of
NBER, No. 2644. https://ideas.repec.org/p/nbr/nberwo/2644.html
Samuelson, dkk, (2003). Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi
Soebagiyo, D. (2012). “Isu Strategi Pembiayaan Defisit Anggaran Di Indonesia”. Jurnal
Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 13(2),260-275.
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/173/160
Sugiyono, P. Dr. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Suindyah, Sayekti. (2009). “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Timur”. Ekuitas Vol. 15 No. 4 :477 –
500.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:lu42rRnvFwJ:jurnal.stiesia.
ac.id/article/download_selection_article/2/20130729003/1+&cd=1&hl=en&ct=clnk
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Supranto. (2008). Statistika Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Surjaningsih, Ndari, g. A. Diah Utari, dan Budi Trisnanto.2012.Dampak Kebijakan Fiskal
Terhadap Output Dan Inflasi. Buletin ekonomi Moneter dan Perbankan.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal/ekonomi/Documents/259779accf9e4b709a9b9
33ceffbc3e3NdariSurjaningsihGADiahUtariBudiTrisnanto.pdf.
The Indonesian Institute. (1985-1999). Membangkitkan Investasi di Indonesia. http://theindone
sianinstitute.com/wp-content/uploads/2014/02/04-POLICY-ASSESSMENT-Investasioleh-Awan-WL-Poesoro-Juni-2005.pdf
Todaro, M. P., &Bahasa, S. C. S. A. (2006).Pembangunan EkonomiJilid 1.
Undang-Undang, “Tentang Ketenagakerjaan”, Nomor: 13 tahun 2003. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 12 Ayat 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Waluyo, J. (2006). “Pengaruh Pembiayaan Defisit Anggaran terhadap Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi: Suatu Simulasi Model Ekonomi Makro Indonesia 1970–2003”. Kinerja,
volume 10, no.1, th. 2006: hal. 1-22. http://www.academia.edu/download/31944
738/Article-1-V10-N1-06.pdf (diakses tanggal 14 april 2016)
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika: teori dan aplikasi untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta:
Ekonisia.
World Bank, 1985-2014. External Debt Stock. http://www.indexmundi.com/facts/indonesia
/external-debt-stocks
Wulandari, G. E., & Wahyudi, S. T. (2012). “Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan
Beban Utang, Investasi, dan Pertumbuhan Populasi (Studi Kasus Indonesia Tahun 19702011)”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=189066&val=6467&title=Keterkaitan%20antara%20Pertumbuhan%20Ekonomi%20deng
an%20Beban%20Utang,%20Investasi,%20dan%20Pertumbuhan%20Populasi%20(Studi%20Kas
us%20Indonesia%20Tahun%201970-2011).
Yustika, A. E. (2002). Pembangunan dan krisis: memetakan perekonomian Indonesia.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zainuddin, M. (2009). “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Investasi PMA di batam”.
Jurnal Ilmiah mahasiswa FEB Politeknik Batam. http://journal.unnes.ac.id/ nju/
index.php/jejak/article/viewFile/1468/1593
Download