4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Manusia juga

advertisement
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dan kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia
lain. Dalam pelaksanaannya, komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia
dalam berinteraksi. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pengirim dan
penerima
pesan
mencapai
kesimpulan
yang
sama
tentang
apa
yang
diinformasikan. Komunikasi bisa dalam bentuk verbal dan non verbal.
Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan
untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang
memiliki kesamaan latar belakang ataupun minat dengan individu tersebut. Hasrat
untuk bergaul, anggotaitahu, meniru dan untuk bersatu yang merupakan naluri asli
manusia juga berpengaruh dalam kehidupan individu untuk berkelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lain, dan mengundang mereka menjadi bagian dari kelompok tersebut
(Mulyana, 2011:61). Kelompok yang dimaksud misalnya keluarga, kelompok
diskusi, teman kuliah atau kantor. Selain itu kelompok dapat pula terbentuk
berdasarkan kesamaan dalam hal kesukaan ataupun hobi, seperti kelompok
penggemar sepakbola, kelompok pencinta alam, kelompok rohani dan lainnya.
Ada beberapa klasifikasi kelompok, diantaranya adalah kelompok primer
dan sekunder, kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan, kelompok deskriptif
dan kelompok preskritif. Klasifikasi kelompok ini dibedakan berdasarkan tujuan,
ukuran dan pola komunikasi dari kelompok tersebut. Akan tetapi pada umumnya
individu akan bergabung ke dalam sebuah kelompok berdasarkan kesamaan yang
ada dalam dirinya dan kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5
Berkelompok sudah menjadi bagian dari proses hidup manusia. Individu
akan memilih kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai norma dan
kesepakatan yang secara khusus berlaku pada kelompok tersebut. Misalnya,orangorang yang menyukai sepakbola dan selalu mengikuti perkembangan suatu klub
tertentu.Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi
tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok serta tatap muka itu pula
akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu
melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.
Kelompok dalam perspektif interaksional yang dikemukakan Marvin
Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan suatu
cara tertentu, di mana masing masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak
lainnya. Clovis Sheperd juga menjelaskan bahwa kelompok merupakan suatu
mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial.
Mempertahankan keberlangsungan kelompok, sumber daya manusia yang
berkualitas saja tidaklah cukup, kelompok juga membutuhkan komunikasi yang
baik demi mencapai tujuan kelompok. Komunikasi yang baik antar anggota
kelompok akan berpengaruh besar dalam meningkatkan produktifitas anggota
kelompok.
Komunikasi kelompok dapat dikatakan efektif ketika anggota kelompok
terlibat interaksi satu sama lain dalam satu pertemuan tatap muka dimana setiap
partisipan mendapat kesan atau peningkatan hubungan antara satu dan yang
lainnya dengan cukup jelas. Tujuannya adalah ketika muncul pertanyaaan
partisipan tersebut dapat anggotaikan respon kepada masing-masing sebagai
perorangan. Komunikasi akan berjalan efektif apabila setiap anggota kelompok
telah mencapai kesamaan makna.
Kelancaran komunikasi dalam kelompok sangat menentukan dalam
pengambilan keputusan. Melalui interaksi serta hubungan dan kerjasama yang
tercipta di dalam kelompok maka akan terbentuk komunikasi kelompok. Michael
Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka
antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagai
Universitas Sumatera Utara
6
informasi, pemecahan masalah yang mana angggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik
pribadi
anggota
lain
secara
tepat
(Fajar,
2009:66).
Berdasarkandefinisi tersebut dapat disimpulkan dalam pengambilan keputusan
diperlukan komunikasi tatap muka dan susunan rencana guna mencapai tujuan
kelompok.
Kelompok yang semakin solid berpotensi untuk terpengaruh gejala-gejala
groupthink.
Groupthink
lahir
dari penelitian
panjang IrvingJanis yang
menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu metode berpikir
sekelompok orang yang bersifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang
dilakukan kelompok untuk mencapai kata sepakat.
Kelompok ini mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatifalternatif tindakan secara realistis dalam proses mencapai kebulatan suara.
Groupthink dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan
keputusan yang menunjukkan timbulnya kemerosotan efisiensi mental, pengajuan
realitas, dan penilain moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok.
Kohesivitas
yang
tinggi
dalam
kelompok
dapat
mendorong
terjadinyagroupthink, karena anggota kelompok cenderung tidak bersedia
mengemukakan keberatan terhadap solusi yang diambil. Selain itu, kurangnya
prosedur yang jelas dalam pengambilan keputusan juga dapat mendorong
terjadinya groupthink karena seringkali kelompok dipimpin oleh individu yang
lebih mementingkan agendanya sendiri.
Kelompok yang sejatinya memiliki tekanan untuk mencapai keseragaman
pendapat juga memicu terjadinya groupthink, karena anggota akan lebih memilih
mencari cara agar masalah dapat diselesaikan tanpa memikirkan akal sehat.
Ditambah lagi argumen dari pimpinan yang kemungkinan besar akan diterima
tanpa berpikir panjang.
Groupthink yang terjadi dalam sebuah kelompok memiliki dampak negatif
yang dapat mempengaruhi pemikiran dan keputusan yang diambil oleh kelompok
tersebut. Permasalahan seperti diskusi yang terbatas dan pengambilan solusi yang
terkesan dipaksakan karena tekanan untuk tercapainya keseragaman juga kerap
Universitas Sumatera Utara
7
terjadi dalam kelompok. Selain itu pemecahan masalah yang cenderung sudah
dipilih tidak lagi diseleksi dan dikaji ulang sehingga solusi yang dicapai tidak
disurvei dan dikaji dengan lengkap.
Jumlah kelompok yang cukup meningkat di Kota Medan adalah komunitas
pendukung klub liga sepakbola Eropa. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya
siaran liga-liga Eropa di televisi nasional sehingga banyak penggemar yang
membutuhkan sarana dan tempat untuk menonton siaran sepakbola, dan
bergabung dengan suatu komunitas penggemar sepakbola adalah salah satu
alternatifnya. Selain itu, sifat dasar manusia untuk berkelompok tentunya juga
mempengaruhi seseorang untuk menentukan dirinya bergabung dalam sebuah
komunitas.
Komunitas penggemar klub sepakbola terbentuk berdasarkan aspirasi dan
mufakat anggotanya pada awal terbentuknya komunitas tersebut. Komunitas ini
memiliki kegiatan yang terstruktur guna memenuhi kebutuhan anggotanya dengan
struktur dan aturan yang jelas. Pada dasarnya penggemar klub terbentuk
berdasarkan akan hadir dari satu ketertarikan yang sama, yakni menyukai satu
klub sepakbola yang sama.
Komunikasi kelompok yang terjadi di dalam komunitas ini bisa terjadi
diantara sesama anggota komunitas, anggota dengan ketua komunitas ataupun
antara anggota komunitas dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh komunitas tersebut. Komunikasi yang terjadi bisa mencakup
banyak hal seperti perkembangan klub sepakbola yang didukung ataupun
komunikasi yang terjalin pada saat anggota dari komunitas ini ingin mengambil
sebuah keputusan bersama.
Peneliti menentukan komunitas BIGREDS (Bold Indonesian Group of
Reds Suporter) Regional Medan sebagai kelompok yang diteliti. Komunitas ini
dipilih karena anggotanya memiliiki latar belakang yang berbeda, mulai dari usia
hingga latar belakang pekerjaan sehingga bagaimana komunitas ini dapat
mengambil
keputusan
bersama
dan
menentukan
tujuannya
dalam
mempertahankan keberlangsungan komunitas mereka menarik untuk diteliti.
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 1.1 Anggota Komunitas BIGREDS Medan di Acara Nonton Bareng
Anggota dari komunitas ini adalah orang-orang yang menyukai klub
sepakbola Inggris, Liverpool Football Club. BIGREDS Regional Medan
merupakan salah satu dari 48 regional yang terdaftar sebagai bagian dari
BIGREDS Indonesia. BIGREDS Regional Medan sendiri terbentuk sejak
28 Februari 2006 dan saat ini memiliki 247 anggota yang terdaftar secara resmi.
Kegiatan rutin yang dilakukan komunitas ini adalah nonton bareng setiap
Liverpool FC bertanding, fun futsal setiap hari Minggu sore hingga family
gathering tahunan dalam rangka merayakan ulang tahun komunitas ini. Selain itu
komunitas
ini
juga
sering
melakukan
kegiatan-kegiatan
sosial
yang
pelaksanaannya akan melibatkan pengurus dan anggota.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gejala
groupthink yang ada di komunitas BIGREDS Medan untuk melihat apakah
seluruh gejala groupthink terdapat dalam komunikasi kelompok di komunitas ini.
1.2. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan,
maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut “Bagaimana gejala Groupthink
terjadi dalam pengambilan keputusan di komunitas BIGREDS Medan?”
Universitas Sumatera Utara
9
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka
peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas,
yaitu:
1. Penelitian difokuskan kepada anggota komunitas BIGREDS Medan.
2. Komunikasi kelompok yang dimaksud adalah ketika komunikasi
berlangsung pada saat kegiatan rapat bulanan yang pelaksanaannya sesuai
kebutuhan.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui terjadinya gejala
groupthink dalam pengambilan keputusan di komunitas BIGREDS Medan.
1.4.2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dalam bidang penelitian dan sumber bacaan di lingkungan Fakultas
IlmuSosial
Ilmu
Politik Universitas
Sumatera
Utara,
khususnya
Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan
pengetahuan peneliti mengenai komunikasi khususnya komunikasi
kelompok.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat anggotaikan kontribusi
dalam kajian studi ilmu komunikasi sebagai sumbangan pikiran dan
masukan untuk pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang
berkenaan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Download