Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 215~221 215 PENGARUH PERILAKU ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR 1 2 Rusli Nugraha , Edwin Sujono , Elga Wati 3 1 AMIK BSI Sukabumi Email: [email protected] ) STIA Menara Siswa Bogor Email: [email protected] 3 AMIK BSI Bandung Email: [email protected] Abstrak Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa perilaku organisasi dan motivasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Artinya adalah dengan perilaku organisasi dan motivasi staf yang baik akan dihasilkan kinerja guru yang baik pula. Ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,63. Nilai ini termasuk dalam kategori korelasi yang kuat dengan nilai signifikansi yaitu P-value 0,008. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yaitu nilai α yang merupakan toleransi kesalahan penelitian. Keywords: Perilaku Organisasi, Motivasi, Kinerja 1. Pendahuluan Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Kompleks karena sekolah sebagai organisasi memiliki berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Dan unik, karena sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Banyak faktor yang memberi kontribusi terhadap kinerja guru, seperti: kepemimpinan, fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, komunikasi), perencanaan, lingkungan kerja, gaji dan insentif, efektivitas dan disiplin kerja, latar belakang pendidikan dan keluarga. Kajian yang menarik terhadap kinerja guru adalah perilaku organisasi dan motivasi. Perilaku organisasi hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi. Kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung paling sedikit dua komponen, yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku itu. Ciri peradaban manusia yang bermasyarakat senantiasa ditandai dengan keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Ini berarti bahwa manusia tidak bisa melepaskan dirinya untuk tidak terlibat pada kegiatan-kegiatan berorganisasi. Motivasi (dorongan atau rangsangan) dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan atau guru atau bawahan. Sebab efektifitas karyawan dengan asumsi mereka memiliki peluang untuk kinerja yang baik dan memiliki kemampuan yang diperlukan antara lain tergantung pada motivasi. Bahwa kinerja aktual adalah fungsi dari kemampuan (ability), motivasi (motivation), dan kondisi pekerjaan (working conditions), atau kinerja = kemampuan x motivasi x kondisi kerja. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, diperoleh temuan bahwa kinerja guru masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya guru : keterlambatan kehadiran, pulang sebelum waktunya tidak masuk tanpa ijin atau pemberitahuan, tidak masuk tanpa memberikan tugas, penyelesaian pekerjaan yang kurang tepat waktu dan belum tercapainya target kurikulum serta adanya keluhan siswa terhadap cara kerja guru. Hal ini dapat dikategorikan bahwa kinerja guru perlu mendapat perhatian secara seksama. Hal Diterima 08 Februari, 2014; Revisi 20 Februari, 2014; Disetujui 15 Maret, 2014 ISBN: 978-602-61242-2-7 ini diduga karena faktor organisasi dan motivasi guru yang memberikan kontribusi terhadap lemahnya kinerja guru. 1. Perilaku Organisasi Perilaku organisasi hakikatnya adalah hasilhasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu untuk memahami perilaku organisasi sebaikbaiknya diketahui terlebih dahulu individuindividu sebagai pendukung organisasi tersebut (Miftah Thoha, 2003:4). Ungkapan tersebut dapat dibaca sebagai berikut (Miftah Thoha, 2003:7): “Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungan”. Ini berarti bahwa seseorang individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya secara langsung. Individu dengan organisasi tidak jauh berbeda dengan pengertian ungkapan tersebut. Motivasi Mengapa seorang pemimpin atau kepala sekolah harus melibatkan diri mendorong gurunya untuk bisa bekerja secara lebih baik? Atau apa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu, sementara mereka harus mengikuti prosedur dan system kerja yang telah ditetapkan organisasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan landasan utama mengapa masalah motivasi perlu dikaji secara mendalam dan diketahui oleh semua unsur yang ada dalam organisasi. Menurut Philip B Crosby, John Ivancevich dan Peter Lorenzi (1995: 316), “Motivation is the set of forces that initiate behavior and determine its form, direction, intensity, and duration. So what should a manager know about motivation? For one thing, most theories of work performance include motivation as a central concept. If managers are concerned with increasing productivity or quality, they must be concerned with motivation.” Sedangkan menurut James Stoner dan Edward Freeman (1989: 425), “Motivation– those factors that cause, channel, and sustain people’s behavior–has always been important for managers to understand. Managers, by definition, work with and throudh pepople, but people are complex, their motivations are not always easy to discern.” Bentuk motivasi dalam kajian empiris, hampir setiap perusahaan atau lembaga menganut caranya sendiri yang kurang lebih tradisional dalam mendesain motivasi. Perbedaan yang terdapat antara satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam pemberian motivasi hampir selalu terletak dalam gaya, selera, atau tekanan, dan bukan dalam jenisnya. Pada umumnya bentuk motivasi yang sering dianut oleh perusahaan meliputi empat elemen utama, yaitu sebagai berikut. 1. Kompensasi Bentuk Uang Salah salu bentuk yang paling sering diberikan kepada karyawan adalah berupa kompensasi. Kompensasi yang diberikan kepada karyawan biasanya berwujud uang (Amirulah dan Haris, 2004:129). Penggunaan uang sebagai stimulus berkembang sebagai penyelesaian suatu masalah ketenagakerjaan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama permulaan abad ke-19. Masalah tersebut berakar pada perkembangan teknologi, yaitu penemuan alat tenun yang digerakkan oleh tenaga mesin. Alat itu menuntut hampir seluruh perhatian pekerja pabrik selama berjam-jam setiap hari. Masalahnya adalah bagaimana membujuk banyak orang untuk bekerja dalam pabrik tenun baru yang besar tersebut. Bukan hanya karena pekerjaan itu belum terbiasa dilakukan, tetapi juga karena jam kerja yang panjang akan menghalangi kegiatan lain yang menguntungkan. Bagaimana karyawan dapat bekerja sehari penuh di pabrik dan masih memiliki waktu untuk memberi makan keluarga, mengurus ternak atau membuat kerajinan tangan guna melengkapi kebutuhan mereka sehari-hari. Rasa takut kehilangan pekerjaan dan sumber uang merupakan stimulus kerja yang sangat efektif karena uang sungguhsungguh diperlukan bagi kelangsungan hidup. Untuk berbagai macam kegunaan yang dapat disamakan dengan kelangsungan hidup di berbagai negara, uang telah dihubungkan dengan naluri yang paling fundamental dan mungkin yang paling kuat di antara naluri biologis yang lain. Makan bukan merupakan hal yang luar biasa, kompensasi berupa uang telah mengembangkan reputasinya sebagai stimulus yang mujarab. 2. Pengarahan dan Pengendalian Pengarahan dimaksudkan menentukan bagi karyawan mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang tidak harus mereka kerjakan. Sedangkan pengendalian dimaksudkan menentukan bahwa karyawan harus mengerjakan hal-hal yang telah diinstruksikan. Sebenarnya dua hal tersebut sebagai stimulus telah berkembang dan KNiST, 30 Maret 2014 216 ISBN: 978-602-61242-2-7 dianut oleh berbagai perusahaan sejak berabad lamanya. Sampai kini hal tersebut masih digunakan oleh para manajer untuk memotivasi para karyawan. Fungsi pengarahan mencakup berbagai proses operasi standar, pedoman, dan buku panduan, bahkan Management by Objective (MBO) atau Manajemen Berdasarkan Sasaran. Fungsi pengendalian mencakup penilaian kinerja, pemeriksaan mutu, dan pengukuran hasil kerja. Kedua hal tersebut pada dasarnya merupakan metode yang dimaksudkan untuk menyalurkan perilaku karyawan dalam kegiatan tertentu dan menghindari kegiatan lain dengan menetapkan peraturan dan standar kemudian memastikan bahwa peraturan tersebut dipatuhi. Pengarahan adalah menentukan dan melarang jenis perilaku tertentu. Adapun pengendalian adalah mengukur hasil kerja dan campur tangan apabila hasil yang dicapai karyawan kurang memuaskan. 3. Penetapan Pola Kerja yang Efektif Pada umumnya reaksi terhadap kebosanan kerja menimbulkan hambatan yang berarti bagi keluaran produktivitas kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalahnya bersumber pada cara pengaturan pekerjaan, mereka menanggapinya dengan berbagai teknik yang efektif dan kurang efektif. Teknik ini antara lain pengayaan pekerjaan (menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan kemampuan seseorang), manajemen partisipatif (menggunakan berbagai cara untuk melibatkan pekerjaan dalam pengambilan keputusan atau decision making yang memengaruhi pekerjaan mereka, serta usaha untuk mengalihkan perhatian para pekerja dari pekerjaan yang membosankan kepada instrumentalia, untuk beristirahat atau kepada sarana yang lebih fantastis. Pola kerja yang kurang sesuai dengan tindakan dan komposisi diakui sebagai masalah yang berat. Hal ini bisa menjadi lebih negatif karena karyawan makin lama lebih muda dan berpendidikan lebih tinggi daripada dasawarsa sebelumnya. Bagi mereka pekerjaan tradisional tidak didesain dengan baik. Meskipun berbagai usaha untuk mengatasi masalah tersebut ada yang berhasil, penyelesaian secara menyeluruh tidak mudah ditemukan. Barangkali sebab paling pokok adalah bahwa pola kerja merupakan bagian dari suatu mosaik yang lebih besar yang mencakup pendekatan tradisional terhadap struktur organisasi keahlian teknik dan teknik manajemen. 4. Kebaikan Kebaikan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk memengaruhi sikap atau perasaan para karyawan. Dengan kata lain, kebajikan adalah usaha untuk membuat karyawan bahagia. Di Amerika Serikat sesungguhnya manajemen selama permulaan tahun 1930-an dipengaruhi oleh dua kekuatan besar. Kekuatan yang satu menyatakan secara tak langsung bahwa karyawan yang tidak bahagia bebas membentuk serikat kerja, untuk itu manajemen secara resmi wajib melakukan tawar-menawar (UUD 1945 Tentang Hubungan Karyawan Nasional). Dengan masing-masing cara ini, usaha untuk membahagiakan para karyawan jauh lebih ditonjolkan daripada sebelumnya. Manajemen sumber daya manusia menyadarinya dan berusaha sungguhsungguh untuk merangsang dan memelihara sikap positif sejak saat itu yang merupakan sebagian dari hampir setiap kegiatan pada tiap perusahaan. Usaha manajemen yang paling banyak dilakukan untuk mengembangkan karyawan adalah pelatihan penyeliaan atau bagian daripadanya berupa kursus singkat mengenai tata laku manajemen dan sebagainya. Hasil berbagai usaha untuk menganalisis perhatian, menghibur, dan menyenangkan hati para karyawan lebih baik dipadukan. Sering usaha tersebut dikembangkan selama masa depresi ketika setiap sikap kebajikan sangat dihargai. Gambaran ringkas mengenai perbandingan antara elemen dan bentuk motivasi seperti diuraikan di atas disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Perbandingan Antara Elemen dan Bentuk Motivas KNiST, 30 Maret 2014 217 ISBN: 978-602-61242-2-7 3. Pengertian Kinerja Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara lain sebagai berikut. 1. Stoner, 1978 dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan dan persepsi peranan. 2. Bernardin dan Russel 1993 dalam bukunya Achmad S. Ruby mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. 3. Handoko dalam bukunya Manajemen Personalia dan Sumber Daya mendefinisikan kinerja sebagai proses di mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. 4. Prawiro Suntoro,1999 dalam buku Merry Dandian Panji mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Dari empat definisi kinerja di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan-karyawan seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya. 3. Pencapaian tujuan organisasi. 4. Periode waktu tertentu. Kinerja merupakan terjemahan dari istilah “Performance” (Bahasa Inggris), yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja / untuk kerja atau penampilan kerja (LAN, 1992:3). Sementara itu Bernardin & Russel menyatakan bahwa kinerja adalah “ The record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode”. (dalam Gomes, 2000:135). Dengan kata lain, kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (1995:45), mengatakan bahwa kinerja adalah “ Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”. Henry Simamora (1995:381) mengurung kinerja sebagai “tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan”. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja (performance) merupakan wujud atau keberhasilan pekerjaan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Hasil atau kinerja suatu organisasi dapat dicapai dengan baik antara lain atas pengaruh dari pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dari para peserta yang berkecimpung di dalam organisasi tersebut. Variabel kinerja guru mempunyai indikatorindikator antara lain sebagai berikut: 1. Guru dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai sesuai mekanisme kerja yang ada di kantor. 2. Guru dapat menyelesaikan dengan baik setiap pekerjaanyang dilakukan dikantor. 3. Guru selalu bekerja keras dalam. menyelesaikan pekerjaan dikantor. 4. Guru menyelesaikan pekerjaan sesuai target jumlah dan target pekerjaan yang diberikan. 5. Tingkat kesalahan guru dalam melaksanakan pekerjaan semakin berkurang dari waktu ke waktu. 6. Guru selalu masuk dan dan pulang kerja sesuai denga peraturan jam kerja di kantor. 7. Tingkat absensi guru selalu baik dari tahun ketahun. 8. Guru dapat bekerja secara tim dikantor. 9. Guru dapat saling mengisi dengan guru lain apabila ada pekerjaan yang belum dapat dikerjakan. 10. Pimpinan memberi penjelasan dengan baik apabila ada pekerjaan yang kurang di pahami. 11. Pimpinan memberi tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan. 2. Metode Penelitian Metode penelitian didasarkan menurut tingkat ekplanasi. Tingkat ekplanasi (level KNiST, 30 Maret 2014 218 ISBN: 978-602-61242-2-7 of explanation) menurut David Kline dalam Sugiyono (2007:135), adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian pada kelompok assosiatif (hubungan) yang artinya penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih. Variabel yang diteliti adalah pengaruh perilaku organisasi dan motivasi terhadap kinerja guru. Adapun cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang membutuhkan bagi penelitian adalah sebagai berikut: 1) studi kepustakaan; dan 2) studi lapangan, yang teridiri dari: i) observasi, dang ii) angket. Studi Kepustakaan. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Perilaku organisasi dengan dimensi dan indikatornya; 2. Motivasi dengan dimensi dan indikatornya serta 3. Kinerja guru dengan dimensi dan indikatornya. Adapun dalam bentuk tabel variabel, dimensi dan indikator serta pengukurannya digambarkan sebagai berikut : Populasi. Populasi yang menjadi unit analisis dari penelitian ini adalah guru di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur dengan jumlah 48 orang. Sampel. Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling (Usman dan Akbar, 2008:43). Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Suharsimi, 2006:131). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sensus. Dengan melihat jumlah populasi adalah 48 orang, maka jumlah sampel adalah 48 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi (2006:134) dimana dikatakan apabila populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Setelah hipotesis diajukan, maka langkah berikutnya adalah menentukan bagaimana supaya hipotesis tersebut dapat teruji secara empirik. Untuk itulah diperlukan metodologi penelitian. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. Setelah dipastikan bahwa data yang dihimpun telah lengkap melalui penyebaran dan pengumpulan kembali angket, maka dilanjutkan dengan tabulasi data sebagai bagian dari pengolahan data. Hasil tabulasi data inilah sebagai input untuk melakukan analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistic inferensial. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah pengujian berikut: 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen. 2. Uji Normalitas Data. 3. Uji Korelasi Sederhana dan Berganda. 4. Uji Signifikansi Korelasi Product Moment. 5. Uji Koefisien Determinasi. 6. Analisis Regresi Sederhana dan Berganda Seluruh pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.0. 3. Pembahasan Tabel 2.Hasil Uji Hipotesis Sumber: Hasil pengolahan data tahun 2016 Pembahasan Hipotesis 1: Hipotesis pertama menguji hubungan antara variabelperilaku organisasi dengan variabelkinerja guru. KNiST, 30 Maret 2014 219 ISBN: 978-602-61242-2-7 Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dengan kinerja gurudi Kecamatan Ciranjang Berdasarkan tabel di atas, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,76. Nilai ini termasuk dalam kategori korelasi yang kuat (Iqbal Hasan, 2002:234). Nilai signifikansi yaitu P-value memiliki nilai 0,008. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yaitu toleransi kesalahan penelitian. Ketentuan uji signifikan dikatakan bahwa: jika Pvalue> dari α 0,05 maka dikategorikan memiliki signifikansi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku organisasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Artinya adalah, perilaku organisasi yang baik membuat kinerja guru di Kecamatan Ciranjang menjadi baik pula, demikian pula sebaliknya. Untuk itu guna memperoleh kinerja guru yang baik, perlu dilandasi dengan perilaku organisasi yang baik. Pembahasan Hipotesis 2: Hipotesis kedua menguji hubungan antara variabel motivasi dengan variabel kinerja guru Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang H1 : Terdapat hubungan yang signifikan perilaku organisasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang Berdasarkan tabel di atas, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,77. Nilai ini termasuk dalam kategori korelasi yang kuat (Iqbal Hasan, 2002: 234). Nilai signifikansi yaitu P-value memiliki nilai 0,008. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yaitu nilai α yang merupakan toleransi kesalahan penelitian. Ketentuan uji signifikansi dikatakan bahwa: jika Pvalue > dari α 0,05 maka dikategorikan memiliki signifikansi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Artinya adalah, dengan budayaorganisasi staf yang baik akan dihasilkan kinerja guru yang baik pula. Dengan demikian, guna memperoleh kinerja guru yang baik di Kecamatan Ciranjang maka perlu motivasi yang baik. Pembahasan Hipotesis 3: Hipotesis kedua menguji hubungan antara variabelperilaku organisasi dan motivasi dengan variabelkinerja guru Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dan motivasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang H1 : Terdapat hubungan yang signifikan perilaku organisasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang Berdasarkan tabel di atas, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,63. Nilai ini termasuk dalam kategori korelasi yang kuat (Iqbal Hasan, 2002: 234). Nilai signifikansi yaitu P-value memiliki nilai 0,008. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yaitu nilai α yang merupakan toleransi kesalahan penelitian. Ketentuan uji signifikansi dikatakan bahwa: jika P-value > dari α 0,05 maka dikategorikan memiliki signifikansi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku organisasi dan motivasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Artinya adalah, dengan perilaku organisasi dan motivasi staf yang baik akan dihasilkan kinerja guru yang baik pula. Dengan demikian, guna memperoleh kinerja guru yang baik di Kecamatan Ciranjang maka perlu perilaku organisasi dan motivasi yang baik yang dapat ditanamkan kepada seluruh unsur manajemen. 4. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis yang diajukan serta hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Perilaku organisasi dengan kinerja guru memiliki hubungan yang kuat. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Motivasi dengan kinerja guru memiliki hubungan yang kuat. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku organisasi dan motivasi dengan kinerja guru di Kecamatan Ciranjang. Perilaku organisasi dan motivasi dengan kinerja guru memiliki hubungan yang kuat yang ditunjukkan. KNiST, 30 Maret 2014 220 ISBN: 978-602-61242-2-7 Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang penulis sampaikan adalah: nerja guru dapat lebih ditingkatkan melalui perilaku organisasi yang suportif, partisipatif. Perilaku organisasi suportif dilakukan dengan pembawaan yang ramah, mudah ditemui dan sikap perhatian kepada guru. Sedangkan perilaku organisasi yang partisipatif dilakukan melalui pendapat yang diberikan oleh guru dan diperhatikan oleh pimpinan. Untuk itu jajaran pimpinan dituntut untuk benar-benar dapat mengayomi jabatannya selaku pimpinan. Pelatihan-pelatihan dan pendidikan dalam ruang lingkup perilaku organisasi perlu dilakukan secara konsisten. inovatif perlu dikembangkan di Kecamatan Ciranjang. Dengan demikian model motivasi yang inovatif ini perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerja guru yang didukung oleh staf. Ciranjang dapat terus ditingkatkan melalui penerapan perilaku organisasi yang dapat diterima oleh guru. Demikian pula motivasi yang diterapkan harus disesuaikan dengan kultur yang telah dikembangkan. Referensi Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Davis, Keith. Organizational Behavior, a Book of Reading. New York: McGrawHill Company, 1992. Dessler, Gary. Managing Organizations: In An Era Of Change. Fort Worth: The Dryden Press. 1995. Hasan, Iqbal. Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006. James AF Stoner and R. Edward Freeman. Management. Fourth Edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall International, Inc, 1989. James, AF (terjemahan). Keempat. Editor Gunawan Hutauruk. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994. Miftah Thoha. Perilaku organisasi dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 2006. _____________. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 2006. Murti Sumarni dan John Soeprihanto. Pengantar Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999. Nitisemito, Alex S. 1999. Manajemen Personalia. Jakarta Pt. Gramedia. Sagir, Suharsono. Kualitas pelayanan dan Disiplin Kerja Karyawan untuk Peningkatan Produktivitas dan Produksi. Sastropoetro, Santoso. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000. Siswanto, HB. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Soepranto. J. Metode Rineka Cipta, 2007. Riset. Jakarta. Sondang P. Siagian. Filsafat Administrasi, Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Stanislaus, S. Uyanto. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. ______________. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2004 ______________ Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2008. Usman dan Akbar. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2008. Stoner. Manajemen Jilid 1 dan 2. Edisi KNiST, 30 Maret 2014 221