89 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. GAMBARAN UMUM OBJEK

advertisement
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1.1 Sejarah Iklan Billboard
Ribuan tahun lalu, orang Mesir menggunakan tugu batu yang tinggi
untuk mempublikasikan hukum dan perjanjian. Ini merupakan bentuk
permulaan dari periklanan billboard. Ketika Johannes Guttenberg menciptakan
pencetakan huruf yang dapat bergerak pada 1450, periklanan modern mulai
diperkenalkan melalui surat selebaran atau surat edaran. Pada 1796, ketika
proses litografis (cetakan dari batu/logam yang ditulis atau digambar) telah
mencapai kesempurnaannya, poster bergambar yang pertama dibuat. Pada saat
itu poster digunakan untuk menyampaikan pesan dalam periode waktu yang
tetap dan dapat dipajang di daerah yang memiliki lalu lintas padat.
29
Orang
Amerika
menggunakan
billboard pada
walnya
ketika
pertunjukan sirkus datang ke kota. New York merupakan kota pertama yang
dipasangi poster outdoor besar (lebih dari 50 kaki persegi). Jared Bell
merupakan kantor yang mencetak poster pada 1835. pada 1850, periklanan luar
29 Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia, M.Suyanto, Penerbit Andi Yogyakarta.
2006. hal 1-2
90
ruang pertama kali digunakan diatas jalan kereta api.
Pada 1990an, periklanan dengan billboard mencapai masa kejayaannya.
Pengiklan-pengiklan besar mulai memproduksi billboard secara masal untuk
pasar nasional. Mulai dari pasta gigi, rumah makan, makanan sereal hingga
minuman ringan yang menggunakan bollboard sebagai meda iklan yang
menampilkan gambar dan foto yang besar.
4.1.2 Profil Jalan Margonda, Depok
Jalan Margonda merupakan akses utama dari dan ke kota Jakarta serta
pintu gerbang menuju Kota Depok. Luas kawasan perencanaan yaitu 40,
kawasan perencanaan merupakan pusat utama Kota Depok dengan fungsi
utama sebagai pusat perdagangan dan kawasan ini juga dilalui oleh jalur
regional Jalan Raya Bogor-Jalan Jagorawi dan sistem tranportasi kereta api
Jakarta-Depok- Bogor.
Dengan faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini
mempunyai posisi yang cukup strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna
lahan yang ada di sekitar lokasi Jalan Margonda Raya bervariasi mulai dari
perdagangan, pendidikan, jasa, perkantoran sampai dengan pedagang kaki lima
sehingga menjadikan daerah Jalan Margonda Raya menjadi pusat orientasi
pergerakan masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota
91
Depok. Karena yang menjadi pusat orientasi dan berdekatan dengan lokasi
terminal antar kota yang cukup besar dan menimbulkan kemacetan di beberapa
ruas jalan seperti pada Jalan Margonda Raya dan Jalan Nusantara. Ditambah
lagi Jalan Margonda Raya lokasinya berdekatan dengan pusat perdagangan
(Mall) dan sarana pendidikan.
Jalan Margonda, Depok yang memiliki panjang 5,3 kilo meter adalah
jalan utama yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Depok. Margonda juga
merupakan jantung kota Depok yang menjadi nadi perekonomian. Pusat
perkantoran, pusat kuliner, pertokoan, dan apartement semua ada memadatkan
Margonda. Sebanyak tiga apartement menjulang tinggi di jalan itu. Diantaranya
Margo Residence. Sebanyak 600 toko dan warung makan berjejer dari ujung
Margonda
di
depan
kampus
UI
hingga
Pertigaan
Jalan
Siliwangi.
Selain itu, belasan kantor bank dan empat mal berdiri di sepanjang Jalan
Margonda. Berurutan dari arah Jakarta Selatan ada mal Depok Town Square
dan Margo City yang berdiri bersebelahan. Sekitar 1 kilometer setelah kedua
mal itu ada D'mal. Selanjutnya di depan terminal ada mal Ramayana, dan
setelah terminal terdapat mal ITC Depok. Di ujung jalan Margonda terdapat
Balai Kota Depok yang bersebelahan langsung dengan Kantor Kepolisian Resor
Kota Depok.
92
4.1.3 Perkembangan Industri Periklanan di Margonda, Depok
Semakin majunya satu kota, maka akan menunjang segala aktifitas
ekonomi di perkotaan tersebut. Sebagai jantung utama Kota Depok, Margonda
mendapatkan perlakuan khusus dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Hal itu
tercermin dari semakin membaiknya infrastruktur yang ada di Margonda, salah
satunya adalah jalan. Jika pada tahun 2008, jalan Margonda hanya ada dua 4
jalur, kini jalan Margonda mendapat perluasan hingga mencapai 8 jalur.
Pelebaran jalan itu dilakukan oleh Pemkot lantaran Depok telah menjadi tujuan
hunian bagi masyarakat sehingga arus lalu lintas yang akan dan menuju Depok
akan semakin padat sehingga pelebaran jalan mutlak untuk dilakukan.
Berkembangnya Kota Depok juga ikut membuat geliat investasi
perdagangan di Depok semakin cerah. Jalan Margonda yang menjadi jantung
kota mulai dipenuhi oleh pedagang-pedagang baik skala kecil maupun skala
besar. Pedagang yang skala kecil maupun besar tentunya membutuhkan media
promosi, salah satu cara yang digunakan adalah dengan iklan.
Wilayahnya yang strategis menjadi daya tarik bagi industri periklanan
untuk berbondong-bondong menyajikan infrastruktur billboard di Jalan
Margonda. Terlebih dengan data yang diungkapkan oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Depok yang menyebutkan
93
bahwa setiap tahunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Depok yang
bersumber dari pajak reklame terus mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukan bahwa industri periklanan di Depok semakin berkembang dan
meningkat dari sisi kuantitasnya.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperolah dengan melakukan analisis kode etik
periklanan pada iklan billboard di jalan Margonda, Depok berdasarkan
kategori-kategori yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dalam menganalisis
setiap iklan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan menggunakan uji
reliabilitas kategori. Kategori dalam analisis isi merupakan instrumen
pengumpul data. Fungsinya identik dengan kwisioner dalam survei. Supaya
objektif, maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya.
Pada penelitian ini periset menggunakan uji reliabilitas kategori
berdasarkan rumus R. Holsty. Pada penelitian ini periset menunjuk 3 orang
pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji pengkoder/reviewer.
Kemudian hasi pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus
Holsty. Hasil yang diperoleh dari rumus tersebut disebut Observed Agreement.
Observed agreement adalah persentase persetujuan yang ditemukan dari
pernyataan yang disetujui antar pengkoder.
94
Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji reliabilitas digunakan rumus
Scott. Ambang penerimaan yang sering digunakan untuk uji reliabilitas
kategorisasi adalah 0,75. Dengan demikian, jika persetujuan antar pengkoding
(periset dan hakim) telah mencapai minimal 0,75 maka kategorisasi yang telah
ditetapkan oleh peneliti sudah reliabel.
95
Tabel IV.1
Tabel Pemenuhan Kode Etik Periklanan Billboard di Jalan Margonda,
Depok periode Oktober – Desember 2013
GAMBAR
ELEMEN IKLAN YANG
MELANGGAR EPI
H SH O B V C S
NO
IKLAN
1
XL 1 rupiah
X
X
X
X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
2
MTQ Pemkot
Depok
X
X
X
X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
3
Spare
Yamaha
X
X
X
X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
Part
KETERANGAN
96
4
5
6
7
Provider Three
versi Indie (+)
Kapal Api versi
Grande
Samsung
Galaxy
versi
Experience
Bigness
Hypermart versi
Hicard
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X X X
Tidak ada pelanggaran
X yang dilakukan dalam
iklan ini
X X X
Tidak ada pelanggaran
X yang dilakukan dalam
iklan ini
X X X
Tidak ada pelanggaran
X yang dilakukan dalam
iklan ini
X X X
Tidak ada pelanggaran
X yang dilakukan dalam
iklan ini
97
8
Smartfren versi
Andromax
9
Hatta Rajasa
10
Bank BJB versi
Kredit Mikro
11
Ponds
versi
Gita Gutawa
X
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X yang dilakukan dalam iklan
ini
X
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X yang dilakukan dalam iklan
ini
V
Kalimat
“Apapun
Usahanya”
merupakan
X X X X X X
kalimat yang terindikasi
melanggar EPI.
V
Penggunaan kata “Jernih”
itu identik dengan air yang
bersih. Iklan tersebut tidak
X X X X X X
menjelaskan lebih rinci
soal aturan pemakaian
untuk menjadi jernih.
98
Mentari
versi
Super Obrol
Penggunaan kata “Super”
merupakan
kalimat
V X X X X X X
superlatif
sehingga
terindikasi melanggar EPI
13
Bank BJB versi
Lebih
Kata “Lebih besar dan
lebih kuat untuk melayani
lebih baik” juga telah
V X X X X X X
melanggar EPI karena
mengklaim tanpa adanya
bukti.
14
Electronic
City
versi Cicil 0%
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X X yang dilakukan dalam iklan
ini
Samsung versi Up
To Date
Pada elemen headline,
terdapat kalimat superlatif
yaitu “paling”. Hal ini telah
V X X X X X X
melanggar EPI Bab III A
tentang
penggunaan
kalimat superlatif
12
15
99
16
Coca cola versi
Juara Bersama
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
17
BKKBN
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
18
OJK
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
19
Bank
Bukopin
versi
Otomatis
Berhadiah
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
100
20
Krating daeng
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
21
Aqua versi Film
Sakola Rimba
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
22
Aruba Residance
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
Indosat IM3 Play
Kalimat
“Sepuasnya”
merupakan kalimat yang
V X X X X X X
superlatif
sehingga
terindikasi melanggar EPI.
23
101
24
Kopi ABC versi
Koleksi Motor
Pada elemen visualisasi,
terdapat
gambar
yang
melanggar
norma-norma
keselamatan karena tidak
menggunakan helm. Selain
X X X X V X X
itu, satu penumpang yang
sedang memegang gelas
terlihat
adegan
yang
mengabaikan norma-norma
keselamatan.
25
Bank BRI versi
Konser Maher Zain
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
26
Cat Dulux
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
27
Biznet versi Max3
Kata
“Ultra”
tergolong
V X X X X X X kalimat superlatif. Sehingga
terindikasi melanggar EPI.
102
28
Grand Depok City
versi
Festival
Kuliner
29
Film Slank Ngak
Ada Matinya
30
Indosat IM3 Play
versi JKT 48 dan
Caisar
31
Bank Mandiri versi
Free French Fries
X X X
X X X
X X X
X X X
X
Tidak ada pelanggaran
X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
X
Tidak ada pelanggaran
X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
X
Tidak ada pelanggaran
X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
X
Pada elemen slogan Bank
Mandiri, terdapat kalimat
superlatif yaitu “terdepan”.
Padahal kalimat dengan
V X X
menggunakan awalan “ter”
dilarang digunakan tanpa
membuktikannya dengan
jelas
103
32
33
34
35
Bank Permata
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
Bank BTN versi
Super Untung
Penggunaan kata “Super”
merupakan kata yang tidak
boleh digunakan tanpa
disertai
penjelasan
X X V X X X X
mengenai kata tersebut
sehingga
terindikasi
melanggar
etika
periklanan.
Provider Three
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
Kopi Kapal Api
Tidak ada pelanggaran
X X X X X X X yang dilakukan dalam
iklan ini
104
36
Coca cola
Jakarta
37
38
versi
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
Apartemen Aruba
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
Salladin Mansion
X X X X X X X
Tidak ada pelanggaran yang
dilakukan dalam iklan ini
Keterangan : H : Headline
V : Visual
SB : Sub Headline
C : Caption
O : Overline
S : Slogan dan logo sponsor
B : Bodycopy
105
Tabel IV.2
Kategorisasi Pelanggaran Kode Etik Periklanan Iklan Billboard
Jalan Margonda Depok
No
KATEGORISASI
1
Headline menjadi satu bagian terpenting sebagai eye catcher pada iklan cetak
disamping visual atau ilustrais sebagai penarik perhatian pertama. Sering juga
headline diberikan porsi yang sangat menonjol baik dalam ukuran huruf, permainan
huruf, warna atau perminan kata.
Overline sering juga disebut dengan lead in. biasanya diletakkan diatas headline
dengan ukuran hurufnya yang lebih kecil.
Sub Headline Untuk menyampaikan pesan secara cepat kepada audiens, dapat
terdiri dari beberapa baris. Pesan yang ingin disampaikan harus bisa sampai tanpa
harus membaca penuh bodycopy.
Bodycopy adalah inti dari pesan iklan cetak. Bodycopy harus bsia memikat
pembaca untuk pembaca dari awal sampai akhir dan dalam waktu singkat pembaca
bisa mengerti apa yang sedang kita tawarkan.
2
3
4
JUMLAH IKLAN
TIDAK
MELANGGAR % MELANGGAR
%
31
11
7
70
37
14
1
10
38
15
0
0
38
15
0
0
37
14
1
10
38
15
0
0
37
14
1
10
256
100
10
100
5
6
7
Visual merupakan bagian iklan yang sering digunakan sebagai eye catcher. Visual
dapat berupa garis, gambar tangan, foto dan gabungan dari beberapa teknik tersebut.
Caption merupakan keterangan dari gambar, memegang pernanan penting karena
dianggap sebagai bodycopy apabila pesan disampaikan melalui visual dengan sedikit
penjelasan dibawahnya.
Slogan dan logo sponsor Dua elemen yang menjadi satu kesatuan elemen sebuah
iklan cetak sebagai tanda pengenal sponsor atau pihak yang membiayai iklan cetak
tersebut.
JUMLAH
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 38 iklan billboard di
Jalan Margonda, Depok yang telah ditetapkan oleh peneliti, ternyata tidak
semua iklan yang telah memenuhi kategori elemen media cetak dan etika
periklanan meski sebagian besar iklan billboard telah memenuhi kategori
106
elemen iklan media cetak dan etika periklanan. Artinya tidak semua iklan
billboard di Jalan Margonda, Depok memenuhi kriteria tentang pasal dalam
etika periklanan Indonesia khususnya pada Bab III A yaitu isi pesan dan
elemen-elemen iklan media cetak.
Dari 38 iklan yang menjadi sampel, terdapat 10 pelanggaran yang
dilakukan, ke 10 pelanggaran tersebut berdasarkan tujuh kategori yang
ditetapkan yang tercatat pada tabel diatas setidaknya ada empat jenis kategori
pelanggaran yang dilakukan yaitu kategori headline sebanyak 70%, visualisasi
10%, overline 10% serta slogan logo sponsor 10%. Pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan didominasi dengan pelanggaran penggunaan kata superlatif.
Padahal kata superlatif seperti “paling”, “ter”, “nomer 1”, “super” dilarang
untuk digunakan tanpa ada penjelasan secara khas keunggulan yang harus
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang
otentik dan juga visualisasi yang melalaikan segi-segi kesalamatan.
Dari keseluruhan kategori tersebut, dapat dilihat bahwa dari 10
pelanggaran yang dilakukan elemen headline merupakan elemen yang paling
banyak melanggar EPI. Sementara elemen-elemen lainnya seperti sub headline,
bodycopy, dan caption menjadi elemen yang lebih banyak memenuhi kode etik
periklanan. Angka pemenuhan kode etik itu mencapai 256 dari 266 kategori.
Sedangkan kategori yang tidak memenuhi kode etik etika periklanan memiliki
107
nilai tiga. Hal ini berarti masih ada iklan billboard di Jalan Margonda yang
tidak memenuhi kode etik periklanan.
Dari tabel pemenuhan kode etik periklanan iklan billboard di Jalan
Margonda, Depok periode Oktober – Desember 2013 diketahui bahwa
1. Elemen headline yang terpenuhi sebesar 11%
2. Elemen overline yang terpenuhi sebesar 14%
3. Elemen sub headline yang terpenuhi sebesar 15%
4. Elemen bodycopy yang terpenuhi sebesar 15%
5. Elemen visual yang terpenuhi sebesaar 14%
6. Elemen caption yang terpenuhi sebesar 15%
7. Elemen logo dan sponsor yang terpenuhi sebesar 14%
Sementara tujuh kategori yang tidak memenuhi atau melanggar etika
periklanan dengan uraian sebagai berikut :
1. Elemen headline yang terpenuhi sebesar 70%
2. Elemen overline yang terpenuhi sebesar 10%
3. Elemen sub headline yang terpenuhi sebesar 0%
108
4. Elemen bodycopy yang terpenuhi sebesar 0%
5. Elemen visual yang terpenuhi sebesar 10%
6. Elemen caption yang terpenuhi sebesar 0%
7. Elemen logo dan sponsor yang terpenuhi sebesar 10%
Berdasarkan kategori-kategori yang telah ditetapkan tersebut, peneliti
menganalisis 38 iklan billboard yang berada di Jalan Margonda, Depok pada
periode Oktober – Desember 2013 sehingga tabel pemenuhan kode etik
periklanan iklan billboard seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel IV.3
Pemenuhan Kode Etika Periklanan Iklan Billboard di jalan Margonda,
Depok pada Periode Oktober – Desember 2013
NO
KATEGORISASI
1
2
3
4
5
6
7
Elemen headline
Elemen overine
Elemen sub headline
Elemen bodycopy
Elemen visual
Elemen caption
Elemen logo dan sponsor
JUMLAH
JUMLAH IKLAN
TIDAK MELANGGAR
(%) MELANGGAR
31
37
38
38
37
38
37
256
11
14
15
15
14
15
14
100
7
1
0
0
1
0
1
10
(%)
70
10
0
0
10
0
10
100
JUMLAH IKLAN
F
%
38
38
38
38
38
38
38
266
81
24
15
15
24
15
24
200
109
Berdasarkan perhitungan pemenuhan kode etik periklanan dari frekuensi
iklan, didapat tiga kategori yang tidak melanggar etika periklanan, kategori
tersebut diantaranya elemen, sub headline, bodycopy dan caption. Sedangkan
pada ada empat kategori lainnya yang melanggar etika periklanan yaitu
headline, overline, visualisasi dan slogan logo sponsor.
Dalam kategori elemen headline, overline, visulisasi dan slogan logo
sponsor masih ditemukannya kata-kata superlatif seperti “paling” dalam iklan
billboard Samsung versi up to date tanpa disertai dengan bukti yang otentik dan
tertulis dari lembaga yang berwenang. Selain itu juga ada penggunaan kata-kata
“ter” pada iklan Bank Mandiri tanpa disertai penjelasan lebih lengkap dari
pihak yang berwenang. Penggunaan kata “Ultra” yang terindikasi juga masuk
dalam kategorisasi superlatif. Dan visualisasi yang melalaikan norma-norma
keselamatan dalam mengendara kendaraan bermotor. Persentase kode etik
periklanan yang mencapai 100% hanya terdapat pada kolom yang tidak
melanggar, sedangkan nilai tertinggi pada kolom melanggar hanya mencapai
70%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ke 38 iklan billboard di Jalan
Margonda tersebut secara umum belum memenuhi kode etik periklanan yang
belaku.
110
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan diatas maka
diketahui terdapat delapan pelanggaran yang dilakukan olek iklan billboard
yang ada di Jalan Margonda, Depok pada periode Oktober – Desember 2013
yang diujikan berdasarkan pada tujuh kategorisasi elemen iklan cetak yaitu
headline, sub headline, overline,bodycopy, visual, caption, dan logo sponsor
yang berdasarkan Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang berlaku.
Hasil tiga pelanggaran tersebut terdiri dari penggunaan kata-kata
superlatif dan kalimat “ter”, “paling”, “super”, “lebih” tanpa dijelaskan lebih
lanjut keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan
tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. Diantara iklannya yaitu
iklan Bank BJB versi kredit mikro. Pada penggalan headline, disebutkan
“Apapun usahanya BJB kredit mikronya”. Selain itu, ada iklan Ponds versi Gita
Gutawa yang menyebutkan kata “Jernih”. Kata jernih merupakan identik
dengan air, namun sayangnya iklan tersebut tidak menjelaskan untuk mencapai
wajah yang jernih dapat ditempuh dengan cara pemakaian yang seperti apa. Hal
itu sesuai dengan EPI bab III A ayat 2.7 tentang kosmetika.
111
Iklan Bank BJB dengan versi lebih juga diduga telah melanggar EPI
karena menggunakan kata “lebih” tanpa menjelaskan secara rinci kelebihannya
seperti apa. Sehingga iklan tersebut terindikasi melanggar EPI tentang
penggunaan kalimat superlatif. Pelanggaran selanjutnya ditemukan pada iklan
Samsung versi up to date karena iklan tersebut menggunakan kata “paling”
tanpa disertai penjelasan dan keunggulannya.
Selain itu, juga terdapat pelanggaran dalam slogan dari Bank Mandiri
yaitu dengan kalimat “terdepan”. Slogan yang dipakai ini, bisa jadi selalu
ditampilkan setiap media promosi yang dilakukan oleh pihak Bank Mandiri.
Dan juga terdapat satu iklan yaitu iklan Kopi ABC yang dalam visualisasinya
telah melanggar norma keselamatan karena penyajian iklan tersebut telah
melalaikan unsur-unsur keselamatan dari penggunakan kendaraan bermotor
tersebut. Sehingga iklan tersebut diindikasikan melanggar 1.11 tentang
keselamatan.
Masih juga ditemukannya pelanggaran yang menggunakan kalimat
superlatif pada iklan Bizet versi Max 3 karena menyertakan kata “ultra
cepat” yang indikasinya ultra cepat tersebut berada pada posisi diatas paling
cepat. Pada elemen overline iklan Bank BTN juga menggunakan kalimat super
padahal kaata “super” dilarang untuk digunakan jika tanpa disertai dengan
penjelasan.
112
Melihat bentuk kecenderungan pelanggaran yang dilakukan, media
billboard tidak hanya menjadi sebuah alat promosi dari produsen ke konsumen
saja tetapi juga sebagai suatu pesan yang tetap harus memperhatikan aspek
moral dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu, keakuratan dan
kejelasan informasi juga dibutuhkan untuk melindungi hak-hak konsumen atau
penggunanya. Maka hendaknya Etika Pariwara Indonesia (EPI) dijadikan
sebagai pedoman dalam membuat sebuah iklan, karena kalau tidak maka
masyarakat atau konsumen yang menjadi korban karena proses penyampaian
pesan yang disembunyi-sembunyikan bahkan cenderung tidak benar.
Download