BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

advertisement
224
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berlandaskan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh
simpulan yang berkaitan dengan struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa
kelas X SMA Negeri 1 Surakarta.
1.
Struktur teks anekdot dalam tulisan karangan siswa telah sesuai dengan teori
yang ada yakni terdiri atas abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
Abstraksi berkaitan dengan bagian pendahuluan yang memaparkan gambaran
isi teks secara umum, dan hal unik yang akan terjadi nanti. Orientasi
berkaitan dengan latar belakang bagaimana suatu peristiwa yang diceritakan
tersebut bisa terjadi. Krisis adalah bagian penting yang mengisahkan hal atau
kejadian yang unik atau tidak biasa terjadi, atau bagian puncak permasalahan.
Reaksi merupakan bagian dari penyelesaian masalah yang terjadi pada saat
krisis. Koda merupakan bagian akhir atau kesimpulan dari cerita yang telah
disajikan.
2.
Fungsi teks anekdot siswa adalah untuk menyindir sekaligus menghibur.
Sindiran-sindiran keras dibalut oleh cerita yang lucu. Beberapa bagian
terdapat unsur-unsur untu menyindir atau mengkritik seseorang atau pihakpihak tertentu. Namun, fungsi bahasa tidak hanya berhenti sampai di situ saja.
Dari masing-masing wacana mengandung fungsi informatif, ekspresif,
direktif, estetik, dan fatik. Hanya saja terdapat satu fungsi yang dominan
dalam teks yang memperkuat fungsi teks tersebut pada diri pembaca.
3.
Makna tekstual dan kontekstual dari teks anekdot siswa dilihat dari sisi aspek
gramatikal, leksikal, dan konteks. Masing-masing teks merupakan sebuah
wacana yang padu karena mengandung unsur gramatikal seperti referensi
(pengacuan), substitusi (penyulihan), elipsis (pelesapan), dan konjungsi
(perangkaian). Selain unsur gramatikal dalam suatu wacana yang padu
tentunya terdapat aspek leksikal yaitu repetisi, sinonim, antonim, hiponim,
225
kolokasi, dan ekuivalensi. Di samping itu masih ada pula makna kontekstual
yang dilihat dari sisi konteks dan inferensi.
Dari hasil analisis struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa kelas X
SMA Negeri 1 Surakarta dapat ditarik simpulan bahwa sebagian besar tulisan
siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta telah sesuai dengan struktur teks anekdot
meliputi abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Selain itu, siswa juga telah
mampu untuk merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana yang padu dan
memiliki kohesi serta koherensi yang tinggi. Terkait teks anekdot tersebut lucu
atau tidak, menghibur atau tidak dikembalikan lagi kepada pembaca yang
memiliki pandangan berbeda-beda terkait suatu hal yang bisa dikatakan lucu atau
tidak.
B. Implikasi
Berlandaskan simpulan di atas, kajian ini dapat memperkaya khazanah
penelitian kualitatif dalam bidang linguistik, terutama yang berkaitan dengan
kajian analisis wacana baik dari sisi fungsi bahasa dan makna tekstual serta
kontekstual, dan kajian seputar teks anekdot dari sisi struktur teks. Oleh karena
itu, penelitian ini berjudul “Analisis Teks dan Konteks pada Wacana Teks
Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta”. Hasil penelitian ini memiliki
implikasi terhadap aspek lain yang relevan. Implikasi tersebut dijabarkan sebagai
berikut.
1. Implikasi Teoretis
Implikasi teoretis adalah keterlibatan hasil penelitian terkait pengetahuan
yang dapat memperkaya wawasan pembaca setelah membaca hasil kajian ini.
Implikasi teoritis pada penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca
mengenai pengkajian teks anekdot dengan menggunakan pendekatan analisis
wacana. Secara khusus, pengetahuan tersebut berkaitan dengan aspek yang akan
diteliti dalam kajian analisis wacana, metode penelitian, dan hasil kajian yang
dapat dibaca oleh berbagai lapisan pembaca. Lebih rinci lagi bahwa analisis
wacana yang digunakan terkait membedah suatu wacana dari segi fungsi bahasa
226
dalam teks, makna tekstual dari segi gramatikal dan leksikal, serta makna
kontekstual dari segi konteks dan inferensi. Lebih dari itu, secara teoritis juga
akan menambah wawasan para peneliti mengenai bentuk teks anekdot yang ditulis
oleh siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA). Bentuk teks tersebut dilihat dari
strukturnya yakni terdapat abstraksi atau pendahuluan, orientasi atau pengantar
memasuki sebuah pokok pembicaraan, krisis adalah pokok masalah, reaksi yang
merupakan penyelesaian dari masalah, dan koda yang merupakan sebuah
simpulan dari cerita tersebut. Wawasan para peneliti akan bertambah karena hasil
kajian ini menelaah teks anekdot dari segi struktur teks
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks anekdot siswa kelas X SMA
Negeri 1 Surakarta telah memiliki struktur, fungsi, dan makna yang baik. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya bagian-bagian penting yang terdapat dalam teks
anekdot. Memiliki struktur lengkap yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan
koda, sehingga memenuhi kriteria struktur teks anekdot. Memiliki fungsi bahasa
dominan yang terkandung dalam teks. Fungsi bahasa tersebut terkait dengan
fungsi informatif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi estetik, dan fungsi fatik.
Terkahir, makna yang terkandung dalam teks anekdot dilihat dari dua sisi yakni
tekstual yang mencakup aspek leksikal dan gramatikal serta makna kontekstual
yang mencakup konteks serta inferensi.
Kajian ini dapat dijadikan sebagai alasan bagi pembaca untuk selalu
membudidayakan gemar menulis, khususnya teks anekdot. Hal itu dikarenakan
teks anekdot merupakan suatu hiburan yang mendidik. Meskipun berisi lelucon
akan tetapi ada makna lain yang lebih penting yang harus disampaikan dan
dipublikasikan, yang berupa kritikan membangun atau sindiran kepada pihakpihak tertentu untuk berbenah menjadi lebih baik lagi. Seperti yang diketahui
bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh
siswa, dengan gemar menulis maka kemampuan berbahasa pasti akan terus
meningkat. Untuk itu perlu ditingkatkan budaya gemar menulis supaya semakin
banyak siswa yang memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi. Pada akhirnya
apabila kemampuan menulis meningkat akan ada banyak media yang bisa
227
digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi, pikiran, dan pendapat
yang bisa disampaikan kepada masyarakat luas.
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan penelitian linguistik dalam teks
anekdot dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Pendekatan analisis
wacana tersebut dapat mencakup struktur, fungsi, dan makna teks. Ketiga aspek
tersebut memiliki potensi untuk membentuk dan mencerminkan suatu wacana
yang baik dan padu. Salah satu upaya untuk melestarikan penelitian linguistik
supaya tidak tergerus jaman ialah dengan melakukan penelitian terhadap bentuk
karya sastra baru. Teks anekdot masih dianggap baru sebagai suatu bentuk karya
sastra modern, untuk itu perlu dilakukan kajian-kajian mendalam supaya dapat
menambah khazanah penelitian dalam bidang linguistik terutama objek kajian teks
anekdot.
Hasil kajian ini dapat memperkaya pustaka atau referensi kajian linguistik,
khususnya teks anekdot. Dalam hal ini, bahwa teks anekdot masih sedikit
pembahasannya dalam dunia linguistik pendidikan. Sebuah teks anekdot tidak
hanya dikaji dengan menggunakan analisis korelasi, eksperimen, atau penelitian
tindakan kelas saja, namun dapat dikaji pula dengan pendekatan lainnya, salah
satunya adalah analisis wacana. Dengan demikian, khazanah penelitian linguistik
akan lebih berkembang.
Penelitian ini menunjukkan bahwa teks anekdot karangan siswa SMA
dapat digunakan sebagai objek penelitian linguistik. Penelitian tersebut, yakni
dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Hal itu dikarenakan bahwa
teks anekdot merupakan salah satu bentuk karya sastra yang termasuk dalam jenis
wacana. Analisis wacana mengkaji sebuah wacana secara detail dan mendalam
untuk menemukan makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Makna tersebut
dapat dicari sesuai dengan aspek leksikal dan gramatikal ataupun aspek konteks
dan inferensi. Teks anekdot merupakan salah satu bentuk wacana karena berupa
satuan tertinggi di atas kalimat yang memiliki keterpaduan cerita dan memiliki
kronologis atau alur cerita. Untuk itulah teks anekdot dapat diteliti dari bidang
linguistik melalui kajian analisis wacana.
228
Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai kajian analisis wacana dan teks anekdot. Selain itu,
hasil penelitian ini juga menunjukkan pertimbangan lain untuk melakukan
penelitian lain di bidang sastra, seperti kajian semiotik atau psikologi sastra
dengan teks anekdot yang sama. Penelitian lanjutan terkait semiotik dirasa perlu
dilakukan, hal itu disebabkan karena teks anekdot karya siswa SMA Negeri 1
Surakarta sarat akan makna simbolik yang dapat diteliti lebih lanjut mengenai arti
dan makna dari simbol-simbol yang terdapat dalam sebuah cerita. Selain itu dari
sisi psikologi pengarang dapat ditelaah pengaruh sisi psikologisnya terhadap cerita
yang dituliskan. Dari segi psikologi sastra, karya sastra dilihat sebagai cerminan
atau gambaran diri pengarangnya, pasti ada sebab yang mengakibatkan penulis
menumpahkan cerita dalam bentuk teks anekdot. Atau alternatif pilihan untuk
penelitian lanjutan masih tetap berada dalam jalur penelitian bidang linguistik,
dapat ditelaah dari segi lokusi dan ilokusi, pragmatik, dan lain sebagainya.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini dapat memperluas wawasan mahasiswa, guru atau dosen,
dan penelitian linguistik mengenai teks anekdot dan analisis wacana. Wawasan
tersebut bertujuan untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata yang
berkenaan dengan lelucon atau teks anekdot yang berisikan sindiran. Para
mahasiswa, guru, ataupun dosen dapat menghasilkan teks anekdot yang lebih baik
lagi karena telah mengetahui struktur teks yang baik, fungsi yang hars terpenuhi
yang harus ditonjolkan, dan juga makna yang harus disampaikan kepada pembaca,
supaya pembaca tidak bingung dan memiliki pemahaman ganda atau ambigu. Dari
gasil penelitian ini berbagai pihak terkait dapat dengan jelas menganalisis dan
memproduksi teks yang layak untuk konsumsi masyarakat umum.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memotivasi dan
meningkatkan kemampuan pembaca dalam menganalisis teks anekdot, baik
makna tekstual ataupun makna kontekstual yang ada di balik cerita. Dalam
membaca teks anekdot tidak hanya leluconnya saja yang ditanggapi akan tetapi
makna di balik lelucon tersebut dapat dipahami dengan baik. Cara supaya dapat
229
memahami makna dibalik sebuah teks dapat dilakukan dari sisi tekstual dengan
melihat aspek leksikal dan gramatikal, serta dapat dilakukan dari sisi kontekstual
dengan melihat aspek konteks dan inferensi. Dengan melihat konteks yang
melatarbelakangi pembuatan teks maka pembaca akan lebih mengerti makna yang
sebenarnya disampaikan oleh penulis.
Keragaman bahasa yang digunakan dalam teks anekdot dapat memperkaya
kosakata pembaca dalam penggunaan bahasa Indonesia pada prakteknya, sehingga
pembaca dapat semakin memahami konteks situasi yang terdapat dalam suatu
pembicaraan. Meningkatkan kepekaan pembaca bahwa ada makna-makna lain
yang tersembunyi di balik ujaran atau cerita yang disampaikan. Dengan
memahami lebih jauh lagi maka tidak akan ada kesalahpahaman yang terjadi
dalam sebuah peristiwa tutur. Penelitian ini memiliki fungsi untuk menambah
pengetahuan pembaca dalam ragam bahasa dan penggunaan-penggunaan kata
dalam sebuah konteks pembicaraan.
Penelitian ini menambah pengetahuan pembaca bahwa di balik setiap
cerita selalu ada makna konotasi yang juga ingin disampaikan, sehingga pembaca
semakin dapat mengerti dan memahami banyaknya teks-teks anekdot yang
beredar luas di pasaran. Sindiran-sindiran yang dibungkus humor merupakan cara
penyampaian secara halus akan situasi yang ada pada masa teks tersebut
dituliskan. Supaya tidak terlalu frontal maka sindiran tersebut dibungkus lelucon.
Apabila pembaca mengetahui maksud sebenarnya dalam penulisan teks anekdot
maka penulis merasa berhasil dalam menyampaikan cerita. Maka diperlukan
analisis-analisis sejenis supaya dapat memperkaya pengetahuan pembaca dalam
mengkaji karya sastra yang sarat akan makna.
Kajian
ini
dapat
dijadikan
sebagai
pijakan
bagi
dosen
untuk
memperkenalkan analisis teks anekdot pada mahasiswa. Bahwa materi
pembelajaran dan hasil pembelajaran dari siswa dapat pula diteliti dan dikaji
kembali untuk kemajuan bersama. Hasil kajian merupakan evaluasi dan cerminan
dari hasil pengajaran. Apabila dalam penelitian ini masih ditemukan banyak
kekurangan, para tenaga pendidik dapat mengubah cara mengajarnya supaya para
230
siswa lebih jelas dan mengerti serta dapat menghasilkan teks anekdot yang lebih
baik lagi. Bagaimanapun perlu adanya evaluasi pengajaran supaya didapatkan
hasil yang maksimal, untuk itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
evaluasi bersama terkait pengajaran materi teks anekdot.
Mahasiswa dapat mempertimbangkan untuk melakukan kajian di bidang
pendidikan bukan hanya dari segi novel ataupun metode pengajarannya saja.
Melainkan bisa pula dengan kajian analisis wacana yang dikaitkan dengan hasil
pembelajaran siswa. Selama ini evaluasi hanya dilakukan dari hasil penilaian
karya siswa. Akan tetapi kajian mendalam perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu
kemampuan siswa dan guru akan meningkat bersama setelah mengetahui hasil
evaluasi yang dilakukan secara mendalam.
Hasil kajian ini memberikan bukti bahwa pembelajaran teks anekdot di
kelas X masih belum maksimal. Terbukti dari sampel penelitian, hanya terdapat
16 teks saja yang lolos untuk diteliti dari 26 teks yang ada. Masih terdapat 10 teks
anekdot yang belum layak untuk diteliti. Teks yang belum layak tersebut terkait
dengan sindiran yang belum pas dan humor atau kelucuan cerita masih sangat
minim. Sehingga belum bisa dikatakan sebagai teks anekdot.
Hasil kajian ini sebagai gambaran secara kasar karena penelitian ini hanya
meneliti sebagian kecil siswa yang terdapat dalam satu sekolah. Untuk itu guru
dapat bercermin dari hasil penelitian ini, apakah nilai siswa yang lain juga
menyerupai atau sama dengan hasil penelitian ini. Apalagi penerapan kurikulum
2013 belum sepenuhnya dilakukan pada semua sekolah, sehingga perlu dilakukan
persiapan yang benar-benar matang sebelum diterapkan karena akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa.
Dari hasil temuan penelitian ini guru bisa bercermin dan memperbaiki cara
mengajar dalam pemberian materi teks anekdot. Hasil penelitian ini merupakan
bukti yang nyata bahwa pembelajaran teks anekdot masih harus ditingkatkan lagi.
Guru dalam menyampaikan materi harus lebih jelas, dan lebih banyak
231
memberikan pelatihan supaya siswa terbiasa menuangkan ide menjadi bentuk
tulisan, sedangkan siswa harus mau berlatih lebih giat lagi dengan membiasakan
menulis dan mengekspresikan pikiran atau ide-ide yang terlintas.
Pembelajaran teks anekdot merupakan kewajiban yang harus dijalankan
oleh guru dan siswa, maka dalam proses pembelajaran harus ada interaksi yang
baik antara guru dan siswa. Hasil penelitian ini sebagai bentuk gambaran bahwa
proses belajar mengajar dalam materi teks anekdot sudah berjalan baik dengan
bukti sebagian lebih siswa telah mampu menulis teks anekdot dengan baik dan
dapat dijadikan sampel penelitian.
Teks anekdot yang diprosuksi oleh siswa tergolong sudah baik, karena dari
segi struktur sudah sempurna, terdapat abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan
koda, secara fungsi bahasa sudah memiliki fungsi yang menonjol, dan dari segi
makna teks anekdot karangan siswa memiliki makna yang bisa ditelaah. Akan
tetapi teks anekdot karangan siswa masih belum sempurna terletak pada balutan
humor dalam cerita. Guru perlu meningkatkan kemempuan siswa dalam
merangsang sisi humor dalam diri siswa. Selain itu siswa juga harus memperkaya
wawasan dan pengetahuannya untuk memunculkan sisi humor dalam dirinya
sendiri. Hasil penelitian ini dapat memicu siswa dan guru untuk lebih aktif lagi
memproduksi teks anekdot yang lucu namun berisikan sindiran bagi pihak-pihak
tertentu.
Hasil kajian ini secara luas mengevokasi peneliti linguistik untuk
memerhatikan tulisan-tulisan karya siswa sekolah dengan cara melakukan
penelitian dalam karya linguistik. Penelitian linguistik pada naskah karangan
siswa sekolah tersebut akan memberi dampak positif bagi pembaca dan peneliti.
Hal itu dikarenakan mampu memperkenalkan keragaman kebahasaan dan
kosakata baru sehingga dapat memberikan edukasi penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan konteksnya.
232
C. Saran
Berpijak dari hasil penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Dalam memberikan materi teks anekdot seorang guru harus memiliki
media pembelajaran yang menarik untuk dapat merangsang siswa
memunculkan ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan
atau sebuah cerita. Terkait dengan media pembelajaran yang
dikeluhkan oleh guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia yang
dirasa masih kurang, diharapkan guru dapat memberikan materi
pengajaran dengan media yang lebih beragam. Guru dituntut untuk
kreatif dalam menyampaikan materi supaya siswa juga merasa senang
dan semangatnya dapat terpacu apabila mendapat materi pelajaran
dengan media yang menarik. Pemilihan media pembelajaran dalam
penyampaian materi teks anekdot pada siswa supaya bisa lebih
dikembangkan lagi. Bukan hanya dari media internet youtube saja
tetapi bisa diambilkan dari media sosial seperti instagram, twitter, path,
dll. Hal itu dikarenakan media sosial yang sudah sangat berkembang
pesat dan maju, informasi bisa dengan mudah di dapat, dan bisa
menjadikan segala sesuatu menjadi hiburan. Banyak isu-isu yang
sedang hangat diperbincangkan menjadi bahan lelucon yang diubah
menjadi meme atau cerita-cerita lucu. Dari hal inilah guru dapat
membuat media pembelajaran lebih menarik lagi karena up to date
atau tidak basi karena mengikuti isu terbaru yang sedang menjadi
pembahasan masyarakat luas. Perkembangan jaman yang kian pesat ini
menuntut setiap orang untuk terus mengikuti supaya tidak dikatakan
ketinggalan jaman, dan guru sebagai tenaga pendidik juga tidak boleh
ketinggalan
informasi-informasi
yang
berkembang.
Dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat ini juga lebih
memudahkan pengguna untuk mencari beragam informasi dengan
233
mudah. Maka sebagai seorang guru tidak boleh berhenti untuk tetap
selalu belajar. Media pembelajaran yang digunakan ini sebagai salah
satu bentuk alat perangsang siswa untuk memunculkan ide-ide kreatif
dalam menuliskan teks anekdot.
b. Dalam pembelajaran teks anekdot, guru dituntut untuk dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam
kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dan guru hanyalah sebagai
fasilitator. Maka tugas guru menjadi semakin berat karena harus
membuat siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar. Terkait keluhan
guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia bahwa masih menemukan
kendala untuk membuat siswa aktif, guru sebaiknya menggunakan
metode pengajaran yang menyenangkan. Dalam pengajaran materi teks
anekdot yang tidak begitu berat sebaiknya dibangun suasana kelas
yang menyenangkan. Guru hendaknya mampu menjadikan siswa lebih
aktif lagi saat kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu
memancing dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar aktif.
Hal itu dapat dilakukan dengan membuat suasana kelas senyaman dan
semenyenangkan mungkin. Suasana kelas tentunya mendukung
kegiatan belajar mengajar dan penyampaian materi berjalan dengan
baik, untuk itu diperlukan guru yang kreatif dan mampu memacu
semangat siswa untuk tetap aktif dalam memperoleh materi
pembelajaran. Dari keaktifan siswa dapat memicu timbulnya rasa ingin
tahu untuk terus mempelajari dan memproduksi teks anekdot yang
baik. Teks anekdot yang telah dibuat siswa sudah baik namun perlu
lebih ditingkatkan karena masih ada beberapa yang belum menemukan
rasa humornya, dan masih sulit untuk menemukan ide tulisan.
2. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian masih ditemukan adanya siswa yang masih
kesulitan menemukan ide, menuliskan ide menjadi bentuk tulisan,
kesulitan dalam mencari sensasi lucu atau humor, maka diharapkan
234
para siswa mencari berbagai sumber yang dapat meningkatkan esensi
atau rasa humornya. Misalnya menonton tayangan-tayangan lucu di
televisi, membaca karikatur atau gambar-gambar lucu yang berisi
sindiran.
Diharapkan siswa meningkatkan kembali kemampuannya dalam
menulis, baik dari segi pemilihan bahasa, penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta penyesuaian dengan konteks.
Memperbanyak latihan menulis, mengasah ide, dan membaca buku.
Dari membaca buku maka wawasan akan semakin luas, sehingga
membuat kosakata bertambah dan penggunaan bahasa menjadi
semakin terampil. Dengan demikian, kemampuan menulis akan
semakin meningkat, dan akan menghasilkan karya atau tulisan yang
semakin baik, bermutu, dan berkualitas tinggi. Nantinya tulisan yang
dihasilkan selalu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat,
membangun bangsa menjadi lebih berkualitas, dan membuktikan
bahwa menulis bukanlah sesuatu yang sulit.
Terkait teks anekdot karya siswa yang telah ditulis baru sebagian
saja yang memenuhi syarat penelitian, yang menandakan bahwa siswa
masih perlu untuk belajar dalam memproduksi teks anekdot. Siswa
harus banyak membaca karya teks anekdot lain supaya merangsang ide
cerita dan mampu memproduksi secara baik. Selain itu siswa
diharapkan mau untuk mengevaluasi karya miliknya supaya dapat
membandingkan dengan karya yang lain yang sudah sesuai dengan
struktur dan esensi humor serta sindiran di dalamnya. Dari hasil
evaluasi siswa bisa mengetahui kelemahan dan kekurangannya,
sehingga ke depan siswa dapat memperbaikinya menjadi lebih baik
lagi.
3. Bagi Mahasiswa dan Penelitian Lain
a. Analisis wacana anekdot siswa kelas X merupakan penelitian
pendahuluan, mahasiswa dapat mengembangkan penelitian sejenis
235
terkait teks anekdot yang diproduksi oleh siswa, ataupun teks
anekdot yang telah beredar luas di masyarakat. Ada baiknya jika
mahasiswa meneliti secara keseluruhan, mulai dari proses
pemberian materi teks anekdot hingga hasil akhir karangan teks
anekdot yang dituliskan oleh siswa, sehingga mendapatkan hasil
yang lebih maksimal karena mengetahui sejak proses awal
penyampaian materi hingga akhir siswa dapat memproduksi teks
anekdot sendiri. Bisa juga penelitian ini dikembangkan dengan
menjadikan teks anekdot yang telah beredar dan dikomersilkan
karangan pihak tertentu dijadikan sebagai objek kajian, sehingga
menambah khazanah penelitian teks anekdot. Namun sebelumnya,
mahasiswa hendaknya memiliki referensi yang luas, dengan
membaca teks anekdot yang terdapat dipasaran baik yang ditulis
oleh siswa
maupun ditulis oleh kalangan lainnya. Hal itu
disebabkan teks anekdot dapat menghibur sekaligus memberikan
pengetahuan kepada pembaca. Dapat pula dijadikan sebagai
pembanding antara teks anekdot satu dengan yang lainnya. Dalam
teks anekdot yang baik terkandung
makna lain yang ingin
disampaikan, yang penting dan sedang dalam pembicaraan hangat,
dibalik lelucon yang menggelitik perut dan memaksa pembaca
untuk tertawa.
b. Penelitian terkait analisis wacana merupakan penelitian yang
mendetail karena berhubungan dengan linguistik dan tata bahasa.
Agar dapat lebih memahami pendekatan analisis wacana,
mahasiswa perlu melakukan analisis wacana lain dalam sebuah
wacana yang dirasa memiliki struktur, fungsi, dan makna menarik.
Penganalisisan tersebut dapat mengacu pada penelitian ini atau
dapat pula mengembangkan penelitian analisis wacana dengan
teori yang berbeda.
Download