Muatan Budaya, Sosial dan Politik dalam Bahasa dan Komunikasi, oleh J. Herudjati Purwoko, Ph.D. Hak Cipta © 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; Fax: 0274-4462136 E-mail: [email protected] Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN: 978-602-262-287-1 Cetakan ke I, tahun 2014 KATA PENGANTAR K etika Ditnaga DIKTI memberikan fellowship kepada saya dalam rangka Program Academic Recharging di Arizona State University, Tempe, AS, dari bulan Januari sampai dengan April 2010, saya memiliki banyak waktu. Di samping melakukan riset pustaka, saya mengedit-ulang beberapa naskah buku yang telah saya persiapkan dari rumah. Salah satunya adalah naskah untuk buku ini. Selama di ASU, saya memperoleh ruang yang hangat dan fasilitas komputer di gedung Center for Asian Research, berkat jasa dan kebaikan hati dari prof. James Rush di Department of History. ASU memiliki program Bahasa Indonesia dan memiliki koleksi buku berbahasa, dan tentang, Indonesia yang cukup lengkap, bahkan saya sempat kaget ketika melihat beberapa buku saya sendiri terpajang di rak perpustakaan. Program Bahasa Indonesia diminati oleh para mahasiswa yang sedang belajar aneka ilmu: linguistik, komunikasi, sejarah, politik, antropologi, sosiologi dan siapa pun yang berminat pada masalah Indonesia. Pada waktu itu, dosen dan ketua programnya adalah Peter Suwarno PhD. Beliau adalah doktor komunikasi yang juga mempelajari ilmu linguistik. Berkat diskusi intens dengannya, saya menyadari bahwa ilmu bahasa di Amerika telah menjadi kajian penting di berbagai ilmu sosial, selain linguistik, oleh sebab itu saya vi Muatan Budaya, Sosial dan Politik dalam Bahasa dan Komunikasi menjadi berminat untuk mempublikasikan kumpulan makalah saya menjadi buku ini. Tujuannya sederhana. Yakni, agar para peneliti ilmu sosial, selain linguistik, sudi memberi perhatian khusus pada data yang berupa penggunaan bahasa atau wacana. Karena di dunia sana, para ahli sosial telah meneliti perihal serupa itu. Secara pribadi, saya harus mengucapkan terima kasih kepada penerbit Graha Ilmu yang bersedia mempublikasikan naskah saya ini dalam format buku. Di samping itu saya berhutang budi pula kepada beberapa orang yang telah mau membantu ketika saya terdampar di bekas kawasan suku Indian Apache itu. Mereka, antara lain, adalah Ananda Hutapea yang telah menampung saya di rumahnya, di Ahwatukee, bersama dua room mates: Andrew Munandar dan Dante Mclyn. Last but not least, apresiasi harus diberikan kepada IM Hendrarti, yang telah bersedia ditinggalkan seorang diri menunggu di rumah selama empat bulan. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii PROLOG ix BAB 1 BAHASA ATAU KOMUNIKASI MENGKRITISI "METODE-PENELITIAN BAHASA" 1 1.1 Bahasa atau Komunikasi? 1.2 Mengkritisi “Metode-Penelitian Bahasa” BAB 2 BAHASA & POLITIK; STRATEGI KRITIK "UNIVERSAL" (ANTARA TEORI DAN PRAKTIK) 2.1 Fungsi Varitas Linguistik 2.2 Paradigma Kritik 2.3 Antara Teori dan Praktik BAB 3 DILEMA SOSIOLINGUISTIK JAWA: DAMPAK URBANISASI TERHADAP KOMUNIKASI 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Varitas Linguistik Penutur Asli Sosialisasi Konvensional Sosialisasi Non-konvensional Analisis Data Catatan Penting 2 5 27 28 32 38 47 48 51 56 60 65 viii Muatan Budaya, Sosial dan Politik dalam Bahasa dan Komunikasi BAB 4 TRANSFERENSI & INTERFERENSI BAHASA JAWA DI MEDIA MASSA 4.1 Visi “Baru” terhadap Bahasa 4.2 Transferensi & Intereferensi 4.3 “Ujaran” di Media Massa BAB 5 PERSEPSI BARU: BAHASA, DISCOURSE & BUDAYA RAKYAT 5.1 Persepsi: “Masyarakat dan Budaya” 5.2 Persepsi: “Bahasa dan Budaya” 5.3 Persepsi: “Berita dan Media” BAB 6 ROLE PLAYING & INTEGRASI DALAM POLITIK INTERAKSI BERBAHASA JAWA 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 Landasan Teoretik: Distribusi dan Role Playing Integrasi Institusional Kombinasi: Strategi dan Ekspresi Penonjolan Konteks Analisis Data: Role Playing dan Integrasi Transkrip Pertama 71 74 76 78 97 98 102 107 113 113 117 118 125 129 130 BAB 7 FENOMENA ANTROPOSENTRIK DALAM INTERAKSI DI ARAS LOKAL 143 BAB 8 JUALAN "CITRA" DI MEDIA CETAK 165 8.1 8.2 8.3 8.4 Kampanye: Rekayasa Politik Teks, Tema, Keywords Praktik Jualan “Citra” Konsekuensi dari Jualan “Citra” 167 170 173 181 EPILOG 185 DAFTAR PUSTAKA 193 -oo0oo- PROLOG P ada tahun 1964, Summer Linguistic Institute, sebuah lembaga yang amat bergengsi secara akademik di Amerika Serikat, menyelenggarakan konferensi yang dihadiri oleh sepuluh orang ahli ilmu sosial. Kurang lebih, separuh dari jumlah mereka adalah para ahli dalam bidang linguistik dan separuh lain adalah para ahli ilmu sosial dalam bidang sosiologi dan antropologi. Mereka berkumpul dan berdebat untuk membentuk kajian baru yang disebut “sosiolinguistik” (lihat Fishman dalam Williams 1992: vii). Tentu saja, kajian baru itu adalah gabungan antara ilmu linguistik (bahasa) dan ilmu sosial. Kebanyakan para ahli, baik dari ilmu linguistik maupun ilmu sosial, telah menyadari sepenuhnya bahwa “penggunaan bahasa” merupakan obyek material yang amat kaya dan representatif bagi penelitian ilmu sosial. Pendek kata, kalau dinyatakan secara konkrit, para peneliti linguistik tidak akan bisa memahami penggunaan bahasa oleh para penutur aslinya tanpa melibatkan keterkaitannya dengan isu-isu sosial, budaya, bahkan politik, yang termuat dalam “bahasa” yang sedang ditelitinya. Sebaliknya, para peneliti ilmu sosial telah menyadari pula bahwa “bahasa” memiliki posisi sentral dalam komunikasi x Muatan Budaya, Sosial dan Politik dalam Bahasa dan Komunikasi atau interaksi sosial di “komunitas masyarakat” yang sedang diteliti. Oleh sebab itu, sewaktu mengamati fenomena sosial dan mencoba menginterpretasikan ekspresinya, mereka seolah terbentur pada pertanyaan klasik. Mana yang lebih dulu perlu dipahami: ayam atau telor, dalam pengertian: speakers (masyarakat) atau speech (ujaran = ekspresi bahasa)? Betapa pun brilyannya seorang ahli ilmu sosial, ia akan merasa kesulitan ketika harus memahami pola-pikir komunitas masyarakat yang sedang ditelitinya kalau ia tidak memahami “bahasa” (ekspresi sosial) yang digunakan oleh komunitas yang bersangkutan itu. Dewasa ini, para ahli ilmu sosial telah menyadari bahwa ekspresi bahasa yang digunakan oleh komunitasnya selalu berkaitan erat dengan nilainilai sosial, kultural bahkan politik yang diyakini “benar” oleh para penuturnya dan dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, para ahli ilmu sosial di Amerika Serikat (juga di Eropa, Australia dan Asia Timur) telah mulai berpaling ke bidang kajian yang melibatkan penelitian dalam bidang penggunaan bahasa tidak hanya sebagai ekspresi, bahkan juga, sebagai aksi sosial. Berkat fenomena bahasa yang multi-facet ini, kini banyak ahli sosial tertarik untuk mengkaji ekspresi sosial yang berupa “penggunaan bahasa” itu. Dalam bekerja, mereka telah menerobos sekat-sekat akademik yang dulu dibangun kokoh dalam wujud fakultas atau department. Entah itu bernama sosiologi, antropologi, filsafat, psikologi, politik bahkan sains komputer. Sebaliknya, para ahli ilmu linguistik yang dulu suka berkutat dalam tembok akademik untuk meneliti faktor intrinsik bahasa yang terasa membosankan bagi ilmuwan lain, kini mereka mulai membuka mata ke faktor ekstrinsik bahkan ke muatan ekstralinguistik. Oleh sebab itu, mereka tidak hanya mempelajari soal bunyi lidah yang ditekak-tekuk tetapi juga memperhitungkan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari yang melibatkan aneka faktor yang jauh lebih kompleks. Misalnya: pilihan bahasa apa (what), kapan (when), siapa (who) yang bicara, kepada siapa (to whom) dan di mana (where) orang