- Peni Puspitasari, M.Pd.

advertisement
Pertemuan Pertama
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
Pertemuan 1
Pengenalan dan ruang lingkup mata kuliah
Pertemuan 2.
Konsep Pembelajaran:
Hakikat pengajaran dan pembelajaran, mengajar, belajar
Konsep strategi dan model pembelajaran:
Hakikat strategi pembelajaran,
Komponen strategi pembelajaran,
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran bahasa Indonesia
Hakikat model pembelajaran
Pertemuan 3
Perbedaan model, pendekatan, metode, strategi, dan teknik.
Pendekatan dan metodologi pembelajaran bahasa indonesia
Pertemuan 4
Pendekatan CTL ,pendekatan saintific , pendekatan induktif, pendekatan deduktif dan berbasis teks
Pertemuan5
Mengenal dan memahami berbagai jenis model- model belajar dan Rumpun Model Mengajar
Pertemuan 6

Karakteristik pembelajaran keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan kesastraan:

Karakteristik,strategi, dan metode pembelajaran membaca,

Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran menyimak,

Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran berbicara,

Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran menulis,

Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran kebahasaan

Karakteristik ,strategi dan metode pembelajaran kesastraan
Pertemuan 7
Evaluasi belajar mengajar bahasa
Pertemuan 8
UTS
Pertemuan 9
Mengenal karakteristik peserta didik selama proses pembelajaran
Pengelolaan kelas:
Keterampilan preventif (penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal), dan
Keterampilan represif (pengembalian kondisi belajar yang mengganggu).
Pertemuan 10
Model-model ice breaking
Pertemuan 11
Pemilihan, seleksi bahan, dan materi pembelajaran
Pertemuan 12
Implementasi tahapan umum kegiatan pembelajaran (kegiatan awal (apersepsi), kegiatan inti,
kegiatan penutup).
Pertemuan 13
Model pembelajaran kooperatif dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak,
berbicara, menulis, kebahasaan, dan kesastraan)
Pertemuan 14
Model active learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara,
menulis, kebahasaan, dan kesastraan)
Pertemuan 15
Model quantum learning dan implementasinya dalam pembelajaran (membaca, menyimak, berbicara,
menulis, kebahasaan, dan kesastraan)
Pertemuan 16
UAS
Pertemuan ke-
Urutan kelompok
Materi
4
1
Pendekatan CTL Pendekatan
saintific dalam pembelajaran
bahasa Indonesia
4
2
Pendekatan induktif,
Pendekatan deduktif dan
pendekatan berbasis teks
5
3
Jenis model- model belajar dan
Rumpun Model Mengajar dan
kemungkinan implementasinya
dalam pembelajaran bahasa
Indonesia
6
4
Karakteristik, strategi, dan
model pembelajaran menyimak,
berbicara, membaca dan
menulis (kebahasaan)
6
5
Karakteristik, strategi, dan
model pembelajaran menyimak,
berbicara, membaca dan
menulis (kesastraan
7
6
Evaluasi belajar mengajar
bahasa
Pertemuan ke-
Urutan kelompok
Materi
8
-
UTS
9
7
Mengenal karakteristik peserta
didik selama proses
pembelajaran
9
8
Pengelolaan kelas:
Keterampilan preventif
(penciptaan dan pemeliharaan
kondisi yang optimal), dan
Keterampilan represif
(pengembalian kondisi belajar yang
mengganggu).
10
9
Model-model ice breaking
14
13
Model active learning dan
implementasinya dalam
pembelajaran (membaca,
menyimak, berbicara, menulis,
kebahasaan, dan kesastraan)
Pertemuan 15
Pertemuan ke-
Urutan kelompok
Materi
11
10
Pemilihan, seleksi bahan, dan materi
pembelajaran bahasa Indonesia
12
11 (4 orang)
Implementasi tahapan umum
kegiatan pembelajaran (kegiatan
awal (apersepsi), kegiatan inti,
kegiatan penutup).
13
12 (4 orang)
Model pembelajaran kooperatif dan
implementasinya dalam
pembelajaran (membaca,
menyimak, berbicara, menulis,
kebahasaan, dan kesastraan)
14
13 (4 orang)
15
14 (4 orang)
Model quantum learning dan
implementasinya dalam
pembelajaran (membaca,
menyimak, berbicara, menulis,
kebahasaan, dan kesastraan)
16
-
UAS
Model active learning dan
implementasinya dalam
pembelajaran (membaca,
menyimak, berbicara, menulis,
kebahasaan, dan kesastraan)
 Iskandarwassid,
dan Dadang S. 2011. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.
 Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 Arends, Richard I.2008.Learning To Teach (I).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Arends, Richard I.2008.Learning To Teach (II).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Bruce,dkk. 2009. Models of Teaching.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pertemuan Ke-dua
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
belajar
strategi
pembelajaran
mengajar
bahasa
Indonesia
model
pengajaran

Menurut Slamet (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstant.”

Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.”

Menurut T. Raka Joni (1981) bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau
perubahan yang bersifat temporer.
 Usaha
untuk menciptakan sistem lingkungan
yang membelajarkan peserta didik agar
tujuan dapat tercapai secara optimal, bukan
hanya usaha untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan (Iskandarwassid dan Dadang
Sunendar,2011).
 Menurut Gagne, mengajar merupakan usaha
membuat siswa belajar.
 Menurut T Raka Joni, mengajar merupakan
upaya menciptakan suatu sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses
belajar
 Pengajaran
mempunyai arti cara mengajar
(Purwadinata, 1967:22)
 Tardif (1987) memberi arti pengajaran secara
terperinci, pengajaran adalah sebuah proses
pendidikan yang sebelumnya direncanakan
dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta
dirancang untuk mempermudah belajar.



Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
(Wikipedia.com)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama dan karena adanya usaha.
Komponen Pembelajaran
Tujuan
pengajara
n
Pengajar
Peserta
didik
Materi
pelajaran
Metode dan
media
pembelajar
an
Faktor
administrasi
dan
finansial
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia
yang berarti ilmu perang atau panglima perang.
 Strategi merupakan taktik atau pola yang
dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses
belajar bahasa, sehingga peserta didik dapat
lebih leluasa dalam berpikir dan dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya secara
lebih mendalam dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar.
 Strategi pembelajaran bahasa Indonesia: rencana
pengajaran bahasa Indonesia yang dilakukan
secara cermat dan terukur.

Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Berdasarkan penekanan
komponen dalam program
pengajaran
1.
2.
3.
Berpusat pada
pengajar (teknik
ceramah, team
teaching, sumbang
saran, demonstrasi,
antardisiplin).
Berpusat pada peserta
didik (inkuiri, satuan
pengajaran, advokasi,
diskusi, kerja
kelompok, penemuan,
eksperimen, kerja
lapangan, sosiodrama,
nondirektif, penyajian
kasus).
Berpusat pada materi
(tutorial, modular,
pengajaran terpadu,
kasuistik, kerja
lapangan,
eksperimen,
demontrasi)
Berdasarkan kegiatan
pengolahan materi
1.
2.
Ekspositoris: uraian
tertulis/verbal (ceramah,
diskusi, interaksi massa,
antardisiplin, simulasi,
demonstrasi, team
teaching).
Heuristik: pengaktifan
peserta didik dengan
mencari sendiri data
(inkuiri, problem solving,
eksperimen, penemuan,
nondirektif, penyajian
secara kasus, teknik
penyajian lapangan)
Berdasarkan cara
penyampaian
materi
1.Deduksi: umumkhusus (teknik
ceramah)
2.Induksi : khususumum (teknik
discovery, satuan
pengajaran, kasus,
nondirektif).
Berdasarkan
cara
memperoleh
penemuan
1. Ekspositoris
:
penguraian
verbal/nonverbal.
2. Discovery:
penemuan
konsep oleh
peserta
didik
1.
2.
3.
4.
Mengidentifikasi serta menetapkan
spesifikasi perubahan anak didik yang
diharapkan.
Memilih pendekatan pembelajaran.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode,
teknik pembelajaran yang tepat dan
efisien.
Menetapkan norma-norma dan batas
keberhasilan atau kriteria standar
keberhasilan (evaluasi) secara keseluruhan.
Pertemuan Ke-tiga
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
Model
Rangkaian pendekatan, strategi,
metode, dan teknik/taktik
Pendekatan
Pandangan, filsafat, hakikat teoretis
bahasa (pembelajaran bahasa)
Strategi
Konsep/ rencana pembelajaran
secara utuh
Metode
Prosedur dalam pembelajaran/
kerangka proses pembelajaran
Teknik/taktik
Cara khas yang operasional/ tindakan
Semi (1993) pendekatan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Pendekatan formal/tradisional
2. Pendekatan fungsional
3. Pendekatan integral
4. Pendekatan sosiolinguistik
5. Pendekatan psikologi
6. Pendekatan behaviouristik
7. Pendekatan pengelolaan kelas
8. Pendekatan komunikatif
1.
2.
3.
4.
Pendekatan pembelajaran bahasa
masyarakat
Pendekatan respons fisik total
Pendekatan alamiah
Pendekatan alam
 Bahasa
sebagai suatu kegiatan rutin yang
konvensional. Prosedur pembelajaran
berdasarkan pengalaman pengajar dan yang
dianggap baik oleh umum.
 Metode
1.
2.
yang dipakai:
Metode terjemahan tata bahasa
Metode membaca

Menyarankan apabila mempelajari bahasa
sebaiknya kontak langsung dengan masyarakat
pengguna bahasa
Metode yang dipakai:
1. Metode langsung: tanpa terjemahan
2. Metode pembatasan: unsur bahasa yang
penting
3. Metode intensif: pengulangan ucapan
4. Metode audio-visual: media audiovisual
5. Metode linguistik: tahapan linguistik peserta
didik

 Pengajaran
bahasa harus merupakan sesuatu
yang multi dimensional, memerlukan
bantuan ilmu-ilmu lain.
 Metodologi
yang digunakan terbuka.
 Studi
tentang hubungan gejala masyarakat
dengan gejala bahasa.
 Pengajaran harus diarahkan pada penguasaan
kompetensi komunikatif oleh peserta didik.
 Menemukan fungsi-fungsi bahasa berdasarkan
tujuan.
 Melakukan analisis linguistik untuk
menemukan bentuk linguistik dalam
kegiatan komunikasi.
 Pengajaran bahasa diarahkan pada dinamika
bahasa dalam masyarakat.
Menelaah peserta didik dari aspek psikologi.
 Asumsi-asumsi psikologis:
1. Teori behaviourisme: segala sesuatu yang
dilakukan seseorang merupakan respons
terhadap stimulus dari luar dirinya.
- Pengajar arus memberikan stimulus.
2. Teori Gestalt: setiap individu mempunyai kajian
mendalam.
- Pengajaran harus komprehensif.
3. Teori Kognitif: segala aktivitas manusia yang
dilakukan dengan sadar bersumber pada otak.
- Pengajaran berpusat pada kecerdasan siswa.

 Berpusat
pada pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak.
 Program belajar harus disusun dengan baik
sesuai tahapan perkembangan anak.
 Pendekatan
behaviouristik dapat
dikendalikan dari luar, yaitu dengan stimulusrespons.
 Belajar bahasa tergantung pada frekuensi
atau latihan.
 Teknik utama adalah peniruan (drill).
1.
2.
3.
4.
5.
Pendekatan otoriter: otoritas pengajar untuk
menciptakan kondisi kelas yang baik.
Pendekatan permisif: pengajar memberikan
kebebasan peserta didik untuk melakukan
sesuatu.
Pendekatan pengubahan perilaku: semua
perilaku peserta didik adalah hasil belajar.
Pendekatan iklim sosio-emosional: pengelolaan
kelas yang efektif merupakan fungsi dari
hubungan yang baik antara pengajar dengan
peserta didik, dan antara sesama peserta didik.
Pendekatan proses kelompok: pentingnya ciri
kelompok yang sehat dan mendukung
pembelajaran.







Acuan pijakannya kebutuhan peserta didik dan fungsi
bahasa.
Tujuan belajar bahasa membimbing peserta didik
agar mampu berkomunikasi dalam situasi yang
sebenarnya.
Silabus pembelajaran harus ditata sesuai fungsi
pemakaian bahasa.
Peranan tata bahasa dalam pembelajaran tetap
diakui.
Tujuan utama adalah komunikasi.
Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan
pembimbing peserta didik dalam berkomunikasi
diperluas.
Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik
kreatif peserta sendiri, peserta didik dibagi dalam
kelompok kecil.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Metode terjemahan tata
bahasa
Metode membaca
Metode audio-lingual
Metode reseptif dan
produktif
Metode langsung
Metode komunikatif
Metode integratif
8. Metode tematik
9. Metode kuantum
10. Metode konstruktivistik
11. Metode partisipatori
12. Metode kontekstual
13. Metode pembelajaran
bahasa komunitas
14. Metode respons fisik total
15. Metode cara diam
16. Metode sugestopedia
 Penghafalan
kaidah-kaidah dan fakta-fakta
tentang tata bahasa.
 Penekanan pada membaca, menulis,
terjemahan. Sedangkan berbicara dan
menyimak diabaikan.
 Seleksi kosa kata berdasarkan teks bacaan
yang dipakai.
 Unit yang mendasar adalah kalimat.
 Bahasa daerah sebagai pengantar.
 Bertujuan
agar peserta didik mempunyai
kemampuan memahami teks bacaan.
 Mengutamakan
pengulangan.
 Pembelajaran bahasa berfokus pada lafal
kata, pelatihan pola-pola kalimat.
 Menitik beratkan aspek linguistik melalui
analisis kesalahan pengucapan.
 Metode
reseptif mengarah pada proses
penerimaan isi bacaan, baik yang tersurat
maupun tersirat.
 Isi bacaan harus diserap dengan baik oleh
peserta didik.
 Penggunaan
bahasa di masyarakat seperti
penutur asli.
 Peserta didik diberi latihan untuk
mengasosiasikan kalimat dengan artinya
melalui demonstrasi, peragaan, gerakan,
serta mimik secara langsung.
 Menekankan
pada proses pembelajaran.
 Menitikberatkan pada terjadinya komunikasi
selama proses belajar berlangsung.
 Menyatukan
beberapa bidang studi.
 Misal: mengintegrasikan berbicara dengan
menulis.
 Semua
komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama
dalam satu unit pertemuan.
 Tema yang telah ditentukan diolah dengan
perkembangan lingkungan peserta didik yang
terjadi saat itu.
 Metode tematik sering digunakan pada
pengajaran berbicara dan menulis dengan
mengangkat tema budaya yang relevan
dengan usia peserta didik.
 Mengutamakan
percepatan belajar dengan
cara keikutsertaan peserta didik dalam
melihat potensi diri dalam kondisi
penguasaan diri.
 Menekankan
pembelajaran kooperatif,
pembelajaran generatif, strategi bertanya
inkuiri, dan ketrampilan metakognitif.
 Peserta didik diberi tugas yang kompleks,
sulit, namun realistis.
 Menekankan
keterlibatan atau keikutsertaan
peserta didik secara penuh.
 Peserta didik adalah subjek belajar.
 Pengajar hanya fasilitator.
 Penilaian utama diberikan pada partisipasi
peserta didik.
 Konsepsi
pembelajaran yang membantu
pengajar menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata, serta
pembelajaran yang memotivasi peserta didik
agar menghubungkan pengetahuan dengan
kehidupan sehari-hari.
 Tujuh elemen penting: inkuiri, pertanyaan,
konstruktivistik, pemodelan, masyarakat
belajar, penilaian autentik, dan refleksi.
 Pengajar
cenderung pasif karena
kedudukannya sebagai pembimbing saja.
 Peserta didik belajar berkelompok dengan
posisi melingkar.
 Prinsip proses pembelajarannya adalah
membina hubungan antara pembelajar
dengan pengajar.
 Pengajar
berperan sebagai pengarah semua
tingkah laku peserta didik.
 Fase sebagai berikut.
1. Pengajar memberi perintah kepada peserta
didik kemudian memperagakan bersamasama.
2. Peserta didik mendemonstrasikan perintah
tanpa pembelajar.
3. Peserta didik belajar membaca dan menulis
perintah.
4. Peserta didik belajar memberikan perintah.
 Pembelajar
membekali diri dengan
kemandirian.
 Pengajar tidak banyak berbicara (diam).
 Teknik
yang paling tepat adalah relaksasi.
 Pengajar menekan perasaan negatif peserta
didik.
 Contoh: Pembelajaran menulis puisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Teknik penyajian diskusi
Teknik penyajian kerja kelompok
Teknik penyajian penemuan
Teknik penyajian simulasi
Teknik penyajian unit teaching
Teknik penyajian sumbang saran
Teknik penyajian inkuiri
Teknik penyajian eksperimen
Teknik penyajian demonstrasi
Teknik penyajian karya wisata
Teknik penyajian kerja lapangan
Teknik penyajian secara kasus
Teknik penyajian sistem regu (team teaching)
Teknik penyajian drill
Teknik penyajian ceramah
Pertemuan Ke-empat
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
 Kata
kontekstual (contextual) berasal dari
kata context yang berarti ”hubungan,
konteks, suasana dan keadaan (konteks).
 Depdiknas (2003): Pembelajaran Konstektual
adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
 CTl
memungkinkan siswa menghubungkan
mata pelajaran akademis dengan konteks
keidupan sehari-hari untuk menemukan
makna. CTL memperluas konteks pribadi
siswa lebih lanjut melalui pemberian
pengalaman segar yang akan merangsang
otak guna menjalin hubungan baru untuk
menemukan makna baru (Johnson dalam
Rusman,2002)
 Kontruktivisme
(contructivism)
 Bertanya (questioning)
 Menemukan (inquiry)
 Masyarakat belajar (learning community)
 Pemodelan (modeling)
 Refleksi
 Penelitian sebenarnya (authentic
assessment)
(1) Melakukan hubungan yang bermakna.
(2) Mengerjakan pekerjaan yang berarti.
(3) Mengatur cara belajar sendiri.
(4) Bekerja sama.
(5) Berpikir kritis dan kreatif.
(6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
(7) Mencapai standar yang tinggi.
(8) Menggunakan penilaian sebenarnya.
Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14)
PEMBELAJARAN MEMBACA




Guru dapat menciptakan masyarakat belajar di kelas.
Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar
pikiran, bertukar informasi, tanya jawab tentang berbagai
permasalahan belajar yang dihadapi, dan pada akhirnya
dicari solusi tentang permasalahan tersebut.
Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan
teknik membaca yang baik di kelas.
Guru juga harus memonitor pemahaman siswa. Memonitor
pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca.
Salah satu hal yang terkait dalam proses memonitor ini
adalah kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan guru.
Guru harus seimbang baik posisinya sebagai pendamping
siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam
pemahaman bacaan
PEMBELAJARAN BERBICARA
 Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik
belajar dalam konteks interaksi kelompok
(cooperating).
 Guru membuat suatu kelompok belajara (learning
community). Dalam komunitas tersebut siswa
berusaha untuk mengutarakan pikirannya, berdiskusi
dengan teman.
 Konsep dasar dalam teknik ini adalah menyatukan
pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu.
 Teknik ini memacu siswa untuk berkomentar,
mengungkapkan gagasannya dalam komunitas belajar.
Tahap pertama, siswa diberikan peluang untuk
berbicara.
 Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa, guru
dapat memberikan pembenaran selanjutnya.
Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai
dengan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri
siswa.
PEMBELAJARAN MENYIMAK
 Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan siswa pada keterampilan mendengarkan dapat
menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan guru dengan
melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan menyimak siswa.
 Proses perekaman dapat dilakukan guru menggunakan buku atau
lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini berisi
perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan
pembelajaran keterampilan yang lain.
 Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan
hasil karya siswa dalam satu periode waktu tertentu, misalnya
satu semester yang menggambarkan perkembangan siswa dalam
keterampilan menyimak.
 Data yang didapat dari portofolio digunakan untuk mengetahui
perkembangan belajar menyimak siswa.
Teknik ketiga adalah jurnal dalam mendengarkan.
 Jurnal digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek
yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipahami,
perasaan siswa terhadap pembelajaran menyimak, kesulitan yang
dialami atau keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi
yang dipelajari. Jurnal dapat berupa diary, atau catatan siswa
yang lain.
PEMBELAJARAN MENULIS
 Komponen CTL berwujud refleksi adalah berusaha untuk menghubungkan
apa yang telah dipelajari dengan realitas sehari-hari siswa.
 Instrumen yang diberikan guru dapat berupa pemberian tugas menuliskan
kegiatan sehari-hari dalam sebuah diary yang pada nantinya dapat
dijadikan sebuah dokumen portofolio. Isi diary adalah tentang apa yang
dipelajari hari itu, permasalahan apa yang dihadapi, serta proses
pencarian jawaban tentang permasalahan tersebut.
 Setelah siswa menulis diary dalam periode tertentu, guru dapat
melakukan penilaian tentang tulisan siswa tersebut dan pada akhirnya
ditentukan keputusan siswa tersebut telah dapat memenuhi kompetensi
atau belum.
 Seorang guru yang memiliki kompetensi memadai seharusnya dapat
melakukan penilaian secara autentik tentang kegiatan menulis siswanya.
Penilaian yang sebenarnya adalah penilaian berbasis siswa. Penilaian guru
tentang kegiatan menulis siswa harus sesuai dengan kompetensi siswa
yang sesungguhnya.
 Guru harus membuat rubrik penilaian yang dapat mencakup semua aspek
yang akan dinilai. Sebelum membuat rubrik, guru harus dapat membuat
instrumen yang mudah dimengerti oleh siswa, dan instrumen yang dapat
membuat siswa berpikir kritis dan kreatif.
 Instrumen menulis yang dibuat guru harus dapat memfasilitasi siwa
untuk menulis kreatif.
 Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik
adalah pembelajaran yang dirancang secara
prosedural sesuai dengan langkah-langkah
umum kegiatan ilmiah.
 Pendekatan saintific merupakan pendekatan
yang digunakan dalam kurikukum 2013.
 mengamati
 menanya
 mencoba
 mengolah
 menyajikan
 menyimpulkan
 mencipta
Kemendikbud (2013)
Kompetensi Inti
1.
2.
3.
4.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan ssosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusaiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
dengan kaidah kailmuan
1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa
Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi
dalam memahami, menerapkan dan menganalisis informasi
lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil
observasi, prosedur kompleks dan negosiasi.
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif,
dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
membuat anekdot mengenai permasalahan sosial,
lingkungan, dan kebijakan publik.
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan
hasil onservasi, prosedur kompleks, eksposisi dan negosiasi
baik melalui lisan maupun tulisan.
4.1 Menginterpretasi teks anekdot, laporan hasil observasi,
prosedur kompleks, eksposisi, dan negosiasi, baik secara
lisan maupun tulisan.
Networking
Questioning
Observing
Teks
Anekdot
Bagaimana
isinya?
(Strutkur,
kaidah,
interpretasi
teks
Associating
Mencari
bentuk teks
(humor,
sindiran
dll.)
Experimenti
ng
Membuat
anekdot
Menggunaka
n
multimodal
di TV,
internet
dalam
pembelajara
n menulis
anekdot
Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
 Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan
konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian
awal pembelajaran.
 Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik bila siswa telah
mengetahui wilayah persoalannya dan konsep
dasarnya(Suwarna,2005)

 Major
(2006) menyatakan dalam
pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dimulai dengan menyajikan generalisasi atau
konsep. Dikembangkan melalui kekuatan
argumen logika.
 Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi
disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan
beberapa tugas mirip contoh dikerjakan
siswa dengan maksud untuk menguji
pemahaman siswa tentang definisi yang
disampaikan.
Kompetensi Dasar:
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot,
laporan hasil observasi, prosedur kompleks,
eksposisi dan negosiasi baik melalui lisan
maupun tulisan.
Langkah-langkah pembelajaran:
(1) Penyampaian definisi teks anekdot oleh guru
(2) Pemberian contoh teks anekdot oleh guru
(3) Pemberian tugas menulis teks anekdot
Pembelajaran dengan pendekatan induktif
dimulai dengan melakukan pengamati terhadap
hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,
menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami
konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur
berdasar pengamatan siswa sendiri.
 Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep
atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah
pengamatan yang kemudian membangun dalam
suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus
memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,
tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah
mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

 Beberapa
contoh pembelajaran dengan
pendekatan induktif misalnya pembelajaran
inkuiri, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan
Kompetensi Dasar:
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks
anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, eksposisi dan negosiasi baik
melalui lisan maupun tulisan.
Langkah-langkah pembelajaran:
(1) Pemberian contoh teks anekdot oleh guru
(2) Penyampaian definisi teks anekdot oleh
guru
(3) Pemberian tugas menulis teks anekdot
 Pembelajaran
bahasa berbasis teks kerap
pula disebut sebagai pembelajaran bahasa
berbasis genre. Genre merupakan sebuah
proses interaksi sosial dan budaya yang
melatarbelakangi terciptanya teks dengan
berbagai jenis yang berbeda. Proses sosial ini
berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai
secara bertahap.
 Dengan berbasis teks, siswa menggunakan
bahasa tidak hanya sebagai sarana
komunikasi, tetapi juga sebagai sarana yang
mengembangkan kemampuan berpikir.
 Teks,
yang merupakan satuan bahasa
mengandung makna, pikiran, dan gagasan
yang lengkap secara kontekstual, tidak selalu
berwujud bahasa tulis.
 Teks ini dapat berwujud baik tulis maupun
lisan, bahkan teks dapat berwujud
perpaduan antara teks lisan atau tulis dan
gambar/animasi/film.
 Secara konkret, teks merupakan sebuah
objek, tetapi secara abstrak, teks merupakan
satuan bahasa di dalam wilayah bahasa
sebagai sistem, serta mempunyai tata
organisasi yang kohesif.
Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks,
bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah
kebahasaan.
 Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan
bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan
makna.
 Bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan
bahasa tidak pernah bisa dilepaskan dari
konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan
itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi
penggunanya.
 Bahasa merupakan sarana pembentukan
kemampuan berpikir manusia, dan cara berpikir
itu direalisasikan melalui struktur teks.

 Tahap
pembangunan konteks: situasi dan
budaya.
 Tahap pemodelan teks.
 Tahap pembangunan teks secara bersamasama.
 Tahap pembangunan teks secara mandiri.
Keempat tahap itu berlangsung secara siklus.
Pertemuan ke-lima
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
1.
2.
3.
4.
Model
Model
Model
Model
interaksi sosial
pemrosesan informasi
personal
modifikasi tingkah laku
 Model
ini didasari oleh teori Gestalt yang
menyatakan pokok pandangan bahwa makna
objek/peristiwa terletak pada keseluruhan
bentuk. Pembelajaran akan lebih bermakna
bila materi diberikan secara utuh, bukan
bagian-bagian.
 Menitikberatkan
hubungan yang harmonis
antara individu dengan masyarakat.
No
Model
Tujuan
a.
Penentuan
kelompok
Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses
sosial.
b.
Inkuiri sosial
Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial
dan penalaran logis
c.
Metode
laboratori
(penelitian)
Perkembangan ketrampilan antar pribadi dan kelompok
d.
Jurisprudential
Dirancang utama untuk mengajarkan kerangka acuan
jurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu
sosial
e.
Bermain peran
Dirancang untuk memengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai
pribadi dan sosial.
f.
Simulasi sosial
Dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam
proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi mereka,
serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan
keputusan.
-
Berdasarkan teori belajar kognitif Piaget dan
berorientasi pada kemampuan siswa
memperoleh informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya.









Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran
dan topik yang akan dibahas.
Merangsang siswa untuk memulai aktivitas
pembelajaran.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai topik yang
telah direncanakan.
Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
Memberikan feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa.
Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
No
Model
Tujuan
a.
Model
berpikir
induktif
Dirancang untuk pengembangan proses mental induktif
dan penalaran akademik/pembentukan teori.
b.
Model latihan
inkuiri
Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan
sosial dan penalaran logis
c.
Inkuiri ilmiah
Dirancang untuk mengajar sistem penelitian dari suatu
disiplin dan diharapkan memiliki efek dalam kawasankawasan lain.
d.
Penemuan
konsep
Dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran
induktif dan untuk perkembangan dan analisis konsep
e.
Pertumbuhan
kognitif
Dirancang untuk memengaruhi siswa agar menemukan
nilai-nilai pribadi dan sosial.
f.
Model penata
lanjutan
Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan
pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan
bidang-bidang pengetahuan
g.
Memori
Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat.
 Bertolak
dari teori humanistik yaitu
berorientasi terhadap pengembangan diri
individu.
 Perhatian utama pada emosional siswa untuk
mengembangkan hubungan yang produktif
dengan lingkungannya.
No
Model
Tujuan
a.
Pengajaran
non-direktif
Penekanan pada pembentukan kemampuan untuk
perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri,
pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.
b.
Latihan
kesadaran
Meningkatkan kemampuan seseorang untuk
eksplorasi diri dan kesadaran diri.
c.
Sinektik
Perkembangan pribadi dalam kreativitas dan
pemecahan masalah kreatif.
d.
Sistemsistem
konseptual
Dirancang untuk meningkatkan kekompleksan dan
keluwesan pribadi.
e.
Pertemuan
kelas
Perkembangan pemahaman diri dan
tanggungjawab kepada diri sendiri dan kelompok
sosial.
 Bertolak
pada teori belajar behaviouristik,
yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang
efisien untuk mengurutkan tugas-tugas
belajar dan membentuk tingkah laku dengan
cara manipulasi penguatan.
 Menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perilaku yang tidak dapat
diamati.
 Karakteristik model ini adalah pemberian
tugas yang harus dipelajari siswa lebih
efisien dan berurutan.
No
Model
Tujuan
a.
Manajemen
kontingensi
Fakta-fakta, konsep, keterampilan
b.
Kontrol diri
Perilaku/keterampilan sosial
c.
Relaksasi/san Tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketegangan
tai
dan kecemasan)
d.
Pengurangan
ketegangan
Mengalikan kesantaian kepada kecemasan
dalam situasi sosial
e.
Latihan
asertif dan
desentisasi
Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan
dalam situasi sosial
f.
Latihan
langsung
Pola-pola perilaku, keterampilan
Pertemuan ke-enam
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
Pembelajaran Menyimak
Keterampilan
mempersepsi
1. Membedakan
bunyi bahasa
2. Mengenali kata
Keterampilan
menganalisis
Keterampilan
menyintesis
1. Mengidentifikasi
satuan gramatikal
2. Mengidentifikasi
satuan pragmatis
1. Menghubungka
n penanda
bahasa dengan
penanda
lainnya
2. Memanfaatkan
latar belakang
pengetahuan
(1) simak-ulang ucap
(2) simak-tulis (dikte)
(3) simak-kerjakan
(4) simak-terka
(5) memperluas kalimat
(6) menyelesaikan cerita
(7) membuat rangkuman
(8) menemukan benda
(9) bisik berantai
(10) melanjutkan cerita
(11) parafrase
(12) kata kunci

Guntur Tarigan (1981:15) mengemukakan
bahwa keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
 Suhendar
(1992: 118-131) mengemukakan
bahwa bila kita akan menilai kemampuan
berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada
enam hal yang harus diperhatikan. Keenam
tersebut sebagai berikut:
 1) lafal,
 2) struktur,
 3) kosakata,
 4) kefasihan,
 5) isi pembicaraan,
 6) pemahaman














(1) ulang-ucap
(2) lihat-ucapkan
(3) memerikan
(4) menjawab pertanyaan
(5) bertanya
(6) pertanyaan menggali
(7) melanjutkan
(8) menceritakan kembali
(9) percakapan
(10) parafrase
(11) reka cerita gambar
(12) bermain peran
(13) wawancara
(14) memperlihatkan dan bercerita
 Sebagai
proses kreatif yang berlangsung
secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan
memuat empat tahap, yaitu:
(1) tahap persiapan (prapenulisan)
(2) tahap inkubasi
(3) tahap iluminasi
(4) tahap verifikasi/evaluasi
 (1)
membaca survei
 (2) membaca sekilas
 (3) membaca dangkal
 (4) membaca nyaring
 (5) membaca dalam hati
 (6) membaca kritis
 (7) membaca teliti
 (8) membaca pemahaman
Teknik secara umum:
1. SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode pengajaran
membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut. S adalah
singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl adalah read,
R2 adalah recite dan R3 adalah review. Atau dalam bahasa Indonesia,
SQ3R adalah singkatan dari survei, tanya, baca, katakan, dan ulang.
2. Membaca Cepat adalah membaca segala sesuatu secara cepat dengan
teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus, informasi
tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan.
3. Scramble merupakan metode pembelajaran membaca yang menghendaki
siswa untuk melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur
bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak susunannya dengan
cara belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar
dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya
stres atau tertekan.
4. Isian Rumpang adalah metode pembelajaran membaca berupa penyajian
suatu wacana yang secara sengaja dirumpangkan. Perumpangan itu
dilakukan dengan cara melesapkan kata-kata tertentu sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat kebutuhan yang perlu
dilatihkan kepada siswa.
(1) menyalin kalimat
 (2) membuat kalimat
 (3) meniru model
 (4) menulis cerita dengan gambar berseri
 (5) menulis catatan harian
 (6) menulis berdasarkan foto
 (7) meringkas
 (8) parafrase
 (9) melengkapi kalimat
 (10) menyusun kalimat
 (11) mengembangkan kata kunci

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menyiapkan alat dan bahan ajar:
1. Pemeriksaan bahan ajar
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan peserta didik
4. Penyajian bahan pengajaran
 Alat
untuk menyampaikan pengalaman yang
tidak dapat diperoleh dari sekolah (film, Tv,
rekaman, dst)
 Alat yang dapat memberikan pengertian
tentang struktur atau prinsip suatu gejala
(program atau model demonstrasi)
 Alat dramatisasi (film inspiratif)
 Alat automatisasi (multimedia interaktif)
1.
2.
3.
4.
Materi sesuai kurikulum
Materi sesuai dengan tingkat pendidikan
dan perkembangan peserta didik
Materi hendaknya terorganisasi secara
sistematik dan berkesinambungan
Materi mencakup hal yang faktual dan
konseptual
 Mengidentifikasi
nama unit atau topik yang
akan diajarkan
 Mengidentifikasi generalisasi dari konsep
yang dipakai dalam tiap unit
 Mengidentifikasi konsep-konsep dan sub
konsep yang meliputi generalisasi
 Menyusun generalisasi dan konsep
berdasarkan urutan logis
 Mengembangkan kerangka rencana untuk
setiap unit pelajaran
 Valid/tepat
 Bermanfaat
 Menarik
 Berada
didik
dalam batas kemampuan peserta
Evaluasi dapat diartikan secara luas yakni
proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi atau data yang
diperlukan sebagai dasar untuk membuat
alternatif keputusan (Purwanto,1992)
Evaluasi dapat dilakukan baik dengan test
maupun non-test.
 Didasarkan
atas hasil pengukuran yang
komprehensif.
 Dibedakan antara penilaian dan penskoran.
 Dalam proses pemberian nilai hendaknya
diperhatikan adanya dua macam orientasi
yakni orientasi kelompok dan orientasi
pribadi.
 Kegiatan penilaian merupakan bagian
integral dengan proses belajar-mengajar.
 Penilaian harus komparabel (adil).
 Sistem penilaian jelas bagi peserta didik dan
pengajar.
Pertemuan Ke-10
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterampilan membuka pelajaran
Keterampilan bertanya
Keterampilan memberi penguatan
Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan menjelaskan
Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan pembelajaran perseorangan
Keterampilan menutup pembelajaran
1. Keterampilan Preventif
Adalah keterampilan yang berkaitan dengan
menciptakan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sikap tanggap
Memberikan perhatian
Memusatkan perhatian kelompok
Memberikan petunjuk yang jelas
Menegur perilaku siswa yang menyimpang
Memberikan penguatan
Adalah keterampilan yang berhubungan
dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat melakukan
tindakan remidial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal.
a.
b.
c.
Modifikasi tingkah laku
Guru menggunakan pendekatan pemecahan
masalah kelompok
Menemukan dan memecahkan tingkah laku
yang menimbulkan masalah.
Pertemuan 12
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
APERSEPSI

KEGIATAN
INTI

KEGIATAN
AKHIR
A. Apersepsi
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa apersepsi meliputi:
(1) Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
dipahami peserta didik.
(2) Motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang
menarik dan berguna bagi peserta didik.
(3) Peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui halhal yang baru.
Depdiknas (2003) mengemukakan tiga bentuk kegiatan ini yaitu:
1. Kegiatan eksplorasi
Merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru.
(a) Memperkenalkan materi/keterampilan baru.
(b) Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik.
(c) Mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan
materi baru tersebut.
2. Konsolidasi
Merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru.
(a) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru.
(b) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah.
(c) Meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru
dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan.
(d) Mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari
pengetahuan peserta didik.
3. Pembentukan sikap dan perilaku
Merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku.
(a) Peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
pengertian yang dipelajari.
(c) Mencari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.

 Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu
dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal
berikut.
(a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
peserta didik.
(b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan
atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang
dihadapi guru.
(c) Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat-enam orang dengan struktur kelompok
yang heterogen.
1.
2.
3.
4.
Pembelajaran secara tim.
Didasarkan pada manajemen kooperatif.
Kemauan untuk bekerja sama.
Keterampilan bekerja sama.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
Menyajikan informasi.
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Evaluasi.
Memberikan penghargaan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Model student teams achievements division
(STAD)
Model Jigsaw
Model investigasi kelompok
Model make a match (pasangan)
Model team games tournaments (TGT)
Model struktural
Langkah-langkah:
a. Penyampaian tujuan dan motivasi.
b. Pembagian kelompok.
c. Presentasi dari guru.
d. Kegiatan belajar dalam tim.
e. Kuis (evaluasi).
f. Penghargaan Prestasi tim.
Langkah-langkah:
a.
Siswa dikelompokkan dengan anggota +/- 4 orang.
b.
Tiap orang diberi materi dan tugas yang berbeda.
c.
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan
yang sama membentuk kelompok baru (kelompok
ahli).
d.
Setelah kelompok berdiskusi, tiap anggota kembali
ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota
kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f.
Pembahasan.
g.
Penutup.
Langkah-langkah:
a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil
yang terdiri +/- 5 siswa.
b. Memberi pertanyaan terbuka yang bersifat
analitis.
c. Mengajak siswa berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah
jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
Langkah-langkah:
a.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi
kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
jawaban).
b. Setiap siswa mendapatkan satu kartu dan
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya.
d. Siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas
waktu diberi poin.
e. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,
dst.
f. Simpulan.
Langkah-langkah:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kecil
b. Games tournament
c. Penghargaan kelompok
Pertemuan 14
PENI PUSPITASARI,M.Pd.
Active learning berdasarkan pendekatan student
center oriented (pembelajaran berpusat pada
siswa.
 Dalam active learning, belajar harus melibatkan
seluruh potensi siswa yang meliputi potensi
gerakan fisik, potensi panca indera, dan potensi
kemampuan intelektual.
 Pembelajaran tidak boleh berlangsung satu arah,
melainkan interaktif antara guru dengan siswa.
 Model pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah cooperatif learning dan problem based
learning.

Pembelajaran berorientasi active learning
adalah pembelajaran yang memposisikan
siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga
memberikan konsekuensi keterlibatan siswa
secara penuh mulai dari perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, sampai
evaluasi pembelajaran.
1.
Keterlibatan siswa dalam proses
perencanaan, meliputi:
a.Perumusan tujuan pembelajaran.
b.Penyusunan rancangan pembelajaran.
c.Memilih dan menentukan sumber belajar.
d.Menentukan dan mengadakan media
pembelajaran yang akan digunakan.
2. Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, meliputi:
a. Kegiatan fisik, mental, intelektual.
b. Kegiatan eksperimental.
c. Keinginan siswa untuk menciptakan iklim
belajar yang kondusif.
d. Keterlibatan siswa untuk mencari dan
memanfaatkan sumber belajar yang ada.
e. Adanya interaksi multiarah.
3. Keterlibatan siswa dalam proses evaluasi
pembelajaran, meliputi:
a. Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran
yang telah dilakukan.
b. Melaksanakan kegiatan semacam tes dan
tugas-tugas yang harus dikerjakan, baik
secara terstruktur maupun tugas mandiri
yang diberikan guru.
c. Menyusun laporan hasil belajar baik secara
tulis maupun lisan.
 Kemampuan
guru.
 Sarana dan prasarana belajar.
 Lingkungan belajar.
 Menyampaikan
tujuan dan motivasi siswa
 Menyajikan informasi
 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
 Evaluasi
 Memberikan penghargaan
Peserta didik lebih termotivasi
 Mempunyai lingkungan yang aman
 Partisipasi seluruh kelompok belajar
 Setiap orang bertanggungjawab dalam kegiatan
belajarnya sendiri
 Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
 Reseptif meningkat
 Pendapat induktif distimulasi
 Partisipan mengungkapkan proses berpikir
mereka
 Memberikan kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan
 Memberikan kesempatan untuk mengambil resiko

 Keterbatasan
waktu
 Kemungkinan bertambahnya waktu untuk
persiapan
 Ukuran kelas yang besar
 Keterbatasan materi, peralatan, dan sumber
daya
 Risiko penerapan active learning
• Interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya
Quantum
learning
•E=mc²
E= energi yang terdiri dari
antusiasme, efektivitas belajar
mengajar serta semangat dari guru
maupun peserta didik
m= massa yang terdiri dari individuindividu yang terlibat, situasi
pembelajaran, materi serta fisik
c= interaksi, dalam hal ini interaksi
merupakan hubungan antara guru
dengan peserta didik maupun
hubungan antar peserta didik
Sendiri
Quantum
learning
Menciptakan
lingkungan belajar
yang efektif,
dengan cara
menggunakan
unsur yang ada
pada siswa dan
lingkungan
belajarnya.
Langkah- langkah dalam penerapan metode
pembelajaran kuantum diurutkan menjadi : (1)
Pengkondisian awal
(2) Penyusunan rancangan pembelajaran
(3) Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum:
(a) Penumbuhan minat
(b) Pemberian pengalaman umum
(c) Penamaan atau penyajian materi
(d) Demonstrasi tentang pemerolehan
pengetahuan oleh siswa
(e) Pengulangan yang dilakukan oleh siswa
(f) perayaan atas usaha siswa.
(4) Evaluasi
Download