Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke

advertisement
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang
Nurchafsah dan Mardiah
MI Darussalam Palembang
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari latar belakang perlunya dilakukan
pembaharuan dalam proses pembelajaran fiqih sebagai respons karena
rendahnya hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran fiqih, guru terlalu
menitikberatkan pembelajaran fiqih pada “ fiqih sebagai produk”,
maksudnya adalah guru langsung memberikan kepada siswa hukum-hukum
yang telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks,
sehingga pembelajaran fiqih terasa kaku, kurang menarik, siswa menjadi
bosan dan kurang aktif dalam pembelajaran, akibatnya berpengaruh pada
hasil belajar siswa, hal ini dilihat dari nilai tes formatif yang tidak sesuai
dengan standar ketuntasan belajar.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan
pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI
Darussalam Palembang, adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V MI Darussalam Palembang.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Darussalam Palembang
pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 21 orang,
yaitu siswa laki-laki 10 orang dan siswa perempuan 11 orang dalam mata
pelajaran fiqih dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Cara pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah dengan dilakukan tes formatif dan observasi.
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, diperoleh hasil
yaitu siswa yang mendapat nilai sesuai KKM, pada saat prasiklus 29 % atau
6 siswa, meningkat menjadi 81 % atau 17 siswa pada siklus 1, dan pada
siklus 2 mencapai 100 % atau 21 siswa dan rata-rata hasil tes formatif siswa
dari 66,8 (prasiklus) sebelum menerapkan pendekatan saintifik menjadi 75,9
(siklus 1) dan 82,8 (siklus 2) setelah menerapkan pendekatan saintifik.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih
kelas V MI Darussalam.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Fiqih, Pendekatan Saintifik.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara
sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teori dan praktik
yang berkembang dalam kehidupan. Semakin tinggi cita-cita manusia
semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai
cita-citanya. Akan tetapi dibalik itu, semakin tinggi cita-cita yang hendak
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
diraih, maka semakin kompleks jiwa manusia itu, karena didorong
oleh
tuntutan hidup (rising demands) yang meningkat pula (Rusmaini: 2014).
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67
Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Secara umum pembelajaran fiqih bertujuan untuk menerapkan aturanaturan atau hukum-hukum syari’ah dalam kehidupan. Sedangkan tujuan dari
aturan-aturan itu untuk mendidik manusia agar memiliki sikap dan karakter
taqwa dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Kata “Taqwa” adalah kata
yang memiliki makna yang luas yang mencakup semua karakter dan sikap yang
baik. Dengan demikian pembelajaran fiqih dapat digunakan untuk membentuk
karakter (Zain:2012).
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar fiqih di MI
Darussalam Palembang, guru terlalu menitikberatkan pembelajaran fiqih pada “
fiqih sebagai produk”, maksudnya adalah dalam proses pembelajaran fiqih guru
langsung memberikan kepada siswa hukum-hukum yang telah tersusun secara
lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks, sehingga pembelajaran fiqih
terasa kaku, kurang menarik, siswa menjadi bosan dan kurang aktif dalam
pembelajaran, akibatnya berpengaruh pada hasil belajar siswa, hal ini dilihat
dari nilai ulangan harian yang tidak sesuai dengan standar ketuntasan belajar.
Untuk mengatasi masalah di atas maka dibutuhkan inovasi dalam
pembelajaran fiqih. Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan standar isi
kurikulum 2013 yaitu dengan meninggalkan pendekatan tradisional dan beralih
ke pendekatan ilmiah (Kemdikbud: 2013). Oleh karena itu penulis tertarik
dengan proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu
kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong
peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, bukan
hanya diberi tahu.
Berdasarkan teori Dyer dapat dikembangkan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain : 1)
mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/mengumpulkan informasi; 4)
menalar/asosiasi, membentuk jejaring (melakukan komunikasi). Penulis
berharap dengan menggunakan Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran
fiqih di Kelas V MI Darussalam Palembang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. MATERI
Menurut Rusmaini pendekatan dalam bahasa Inggris, disebut dengan
approach dan dalam bahasa Arab disebut dengan madkhal. Dalam bahasa
Indonesia, pendekatan adalah: 1) proses perbuatan, cara mendekati; 2) usaha
dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang
yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian.
Pembelajaran pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik berikut ini dijabarkan masingmasing aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
a. Mengamati
Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach)
adalah pada langkah pembelajaran mengamati/observing. Menurut Ridwan,
observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi.
Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi
rasa ingin tahunya tentang fenomena dan rahasia alam yang menantang.
Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar siswa meliputi melihat,
mengamati, membaca, mendengar, menyimak.
b. Menanya
Langkah kedua dalam pendekatan saintifik adalah menanya.
Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang
dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Dalam kegiatan menanya, guru
membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
c. Mencoba/mengumpulkan informasi
Mengumpulkan informasi merupakan tidak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperiman. Dalam Permendikbud
Nomor 81a tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kajian/aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.
Menurut Ridwan, metode yang digunakan siswa adalah dengan
mengajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan ide mereka dan
membantu siswa berfikir mendalam.
d. Menalar/mengasosiasikan
Langkah selanjutnya pada pendekatan saintifik adalah
mengasosiasikan/mengolah
informasi/menalar.
Dalam
kegiatan
pembelajaran sebagaimana Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini
dilakukan untuk menentukan keterkaitan informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berfikir induktif serta deduktif dan menyimpulkan (Daryanto:
2013)
e. Membentuk jejaring/mengkomunikasikan
Dalam kegiatan mengkomunikasikan, peserta didik diharapkan
sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian
ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya diri
nya lebih terasah. Peserta didik lain pun dapat memberikan komentar,
saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.
Dalam
Permendikbud
Nomor
81a
tahun2013,
kegiatan
mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
f.
sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Adapun langkah-langkah
pendekatan saintifik dalam pembelajaran Fiqih yakni:
Proses Mengamati
Dalam rangka menerapkan pendekatan saintifik, proses
pembelajaran diawali dengan berlatih membaca dalil naqli yang terkait
dengan makanan/minuman yang halal dan yang haram, dilanjutkan dengan
mengamati gambar-gambar makanan dan minuman yang halal.
1) Proses Menanya
Setelah membaca dalil naqli yang terkait dengan
makanan/minuman yang halal dan yang haram, dan mengamati setiap
gambar yang ditampilkan. Guru membimbing siswa untuk dapat
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan permasalahan.
Pertanyaan tersebut berfungsi sebagai pertanyaan penuntun seperti
pada tabel berikut:
Tabel 1. Pertanyaan Penuntun
2) Proses Mencoba/mengumpulkan informasi
Pada proses mencoba, siswa diberi kesempatan menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh pada proses mengamati, dan
menanya. Pada proses ini siswa secara berkelompok mendiskusikan
lembar aktivitas yang diberikan, menganalisis kriteria makanan dan
minuman yang halal dan haram dan menyimpulkan pengertian
makanan dan minuman yang halal dan haram.
3) Proses Menalar/mengasosiasikan
Proses menalar Proses penalaran dilakukan secara induktif dan
melibatkan proses tanya jawab yang dapat terjadi antara guru-siswa,
siswa-siswa, siswa-guru. Dalam proses penalaran terjadi terjadi proses
menganalisis terhadap data yang diperoleh dari jawaban-jawaban
pertanyaan.
Tabel 2 ini merupakan salah satu contoh proses penalaran siswa
dengan dibantu dengan pertanyaan penuntun dari guru.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Tabel 2. Pertanyaan Proses Menalar
4) Proses Membentuk Jejaring/mengkomunikasikan
Pada langkah ini siswa membentuk jejaring melalui
pembelajaran kolaboratif yang dapat dibangun sejak siswa melakukan
langkah awal. Dalam hal ini, pembelajaran kolaboratif akan tampak
pada saat siswa secara berkelompok mencari kriteria makanan dan
minuman yang halal dan haram pada langkah mencoba‟, lalu secara
bergantian setiap anggota dalam kelompok wajib menyampaikan hasil
pencarian mereka dan diharapkan setiap siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh teman sekelasnya.
Pembelajaran Fiqih adalah pembelajaran seperangkat
pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟ah (agama) tentang
perbuatan manusia yang digali atau ditemukan dari dalil-dalil
terperinci (Zain: 2012). Tujuan pembelajaran fiqih di MI menurut Ibid
adalah untuk menjadikan siswa mampu mengetahui, memahami,
mengamalkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan seharihari aspek ibadah maupun muamalah.
Untuk lebih memahami pembelajaran Fiqih di MI dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Kurikulum Mata Pelajaran Fiqih di MI kelas V
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas V MI Darussalam Palembang tahun ajaran 2015-2016
dalam pembelajaran fiqih pokok bahasan binatang halal dan haram
menggunakan pendekatan saintifik, dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang
yaitu siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan siswi perempuan berjumlah 11
orang. Penelitian ini berlokasi di MI Darussalam Kecamatan Kertapati
Palembang. Fokus dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fiqih siswa yang
dapat diukur dengan menggunakan tes setiap akhir siklus.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dimana
untuk mengukur hasil belajar secara kognitif siswa setelah tes akhir siklus dan
penilaian sikap dan kinerja guru dalam melakukan pembelajaran apakah sudah
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan pendekatan
saintifik dinilai melalui lembar observasi. Indikator kinerja pada penelitian ini
adalah bahwa penelitian akan dinyatakan berhasil apabila hasil belajar pada
siswa kelas V pada pokok bahasan binatang halal dan haram secara individu
memperoleh nilai minimal 75. Dikatakan tuntas belajar klasikal apabila dari
siswa satu kelas yang memperoleh nilai 75 atau lebih mencapai 85%. Untuk
ketuntasan hasil belajar psikomotor dan afekti secara klasikal persentase
minimal yang diharapkan sebesar 85% sedangkan secara individu diharapkan
80% siswa aktif mengikuti proses pembelajaran untuk setiap aspek yang
diamati.
4. HASIL PENELITIAN
Hasil belajar siswa pada prasiklus masih berasa di bawah standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus
Dari hasil belajar kognitif siswa ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh
siswa setelah mengikuti tes akhir siklus I dan siklus II. Data rata-rata hasil
belajar kognitif siswa dari prasiklus sampai siklus II pada grafik 1 berikut ini.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Grafik 1. Data Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Untuk penilaian sikap dilihat dari lembar observasi (pengamatan)
ditunjukkan dengan pengamatan dengan acuan lembar observasi pada setiap
pertemuan. Berikut tabel data rekapitulasi nilai rata-rata sikap siswa.
Tabel 5. Data Rekapitulasi Nilai Rata-rata Sikap Siswa
Hasil penilaian dari sikap siswa selama pembelajaran berlangsung disajikan
dalam tabel 2 berikut ini.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Tabel 6. Data Rekapitulasi Peningkatan Kriteria Penilaian Sikap Siswa
Data hasil observasi kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh observer.
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan Pendekatan
Saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan dengan
menggunakan Pendekatan Saintifik, siswa tidak hanya mendengarkan ceramah yang
monoton saja namun siswa ikut terlibat dalam pembelajaran melalui kegiatan
kelompok. Melalui kegiatan kelompok ini juga menciptakan adanya interaksi antar
siswa sehingga nuansa pembelajaran menjadi lebih aktif. Pembelajaran yang
dilaksanakan dengan pendekatan saintifik juga berhasil merangsang sikap ingin tahu
siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu prasiklus,
siklus 1, dan siklus II.
Prasiklus
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 21 siswa hanya 6 siswa yang tuntas
atau 29%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 15 siswa atau 71%. Dimana,
pelakasanaan pembelajaran pada prasiklus berlangsung seperti biasanya yaitu
dengan metode ceramah. Dengan demikian tingkat keberhasilan belajar siswa pada
prasiklus masih sangat rendah, oleh karena itu perbaikan pembelajaran perlu
dilakukan.
a. Siklus I
Pelaksanaan siklus I ini membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2x35
menit) yang diakhiri dengan tes akhir siklus I. Pada awal pertemuan guru juga
membagi kelompok yang nantinya digunakan untuk kelompok diskusi dimana
satu kelompokj terdiri dari 4-5 siswa. Guru juga membagikan Lembar Aktivitas
Siswa (LAS) yang berisi langkah-langkah dalam memahami ciri-ciri dari
makanan dan minuman yang halal atau haram. Setelah kelompok terbentuk,
maka mereka berdiskusi dalam melakukan setiap langkah-langkah yang
terdapat dalam LAS. Beberapa kelompok memaparkan hasil diskusi dan
menyimpulkan tentang ciri-ciri makanan dan minuman yang halal dan haram.
Kemudian, siswa dibantu guru menyimpulkan dan merangkum isi pembelajaran
terkait materi tersebut. Kemudian, guru memberikan tes formatif yang terdiri
dari 10 pertanyaan sesuai dengan indicator pembelajaran. Setelah itu, siswa
bersama guru membahas hasil tes tersebut.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Dari hasil tes akhir pada siklus 1 diperoleh hasil belajar siswa secara
kognitif yaitu rata-ratanya 75,9. Dengan rincian 17 siswa tuntas atau 81% dan 4
siswa belum tuntas atau 19%. Dari hasil ini diketahui bahwa tingkat
keberhasilan belajar siswa pada siklus I ini mengalami peningkatan yang cukup
besar.
Untuk hasil observasi terhadap sikap siswa pada saat proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan dibantu oleh observer yang dapat
dilihat pada tabel 5. Berdasarkan data tersebut maka sikap siswa dalam proses
pembelajaran berada dalam kategori sangat baik dan baik. Rata-rata tersebut
menunjukkan tidak ada siswa yang memperoleh kriteria cukup maupun kurang.
Pada saat awal siklus I pelakasanaan belum sesuai dengan rencana. Hal
ini disebabkan karena sebagian siswa belum terbiasa menyesuaikan diri dengan
anggota kelompok lainnya untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru dengan insentif memberikan pengertian
kepada siswa pentingnya kerjasama dalam kelompok.
b. Siklus II
Pelakasanaan siklus II ini membutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2x35
menit) yang diakhiri dengan tes akhir siklus I. Siklus I diawali dengan apersepsi
terkait ciri-ciri makanan dan minuman yang halal dan haram. Kemudian, pada
langkah mengamati, siswa diberikan gambar-gambar yang berkaitan dengan
hewan yang halal dan haram yang disertai pertanyaan-pertanyaan penuntun dari
guru mengenai hewan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan.
Langkah mencoba atau mengumpulkan informasi guru membagi
kelompok yang berbeda dengan kelompok pada siklus I. kemudian, siswa
bersama kelompok melakukan kegiatan yang telah disusun dalam LAS. LAS ini
berisi terkait hewan yang halal dan haram. Kemudian beberapa kelompok
memaparkan hasil kegiatan diskusi mereka dan menyimpulkan tentang hewan
yang halal dan haram. Setelah itu, siswa dengan dibantu guru menyimpulkan
dan merangkum isi pembelajaran tentang pengertian makanan dan minuman
yang halal atau haram serta guru memberikan latihan soal-soal terkait ketentuan
hewan yang halal dan haram. Kegiatan pada siklus II diakhiri dengan
pembahasan hasil tes.
Pada saat siklus II, hasil belajar siswa semuanya sidah mencapai KKM,
bahkan ada yang nilainya lebih dari KKM. Seperti yang terlihat pada grafik 1
dimana rata-rata siswa mencapai 82,8. Sehingga siklus II ini menjadi siklus
terakhir.
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 5, sikap siswa dalam proses
mengalami peningkatan yaitu sikap disiplin siswa pada saat siklus 1 adalah 3,29
menjadi 3,58 pada saat siklus 2, sikap tanggung jawab pada saat siklus 1 adalah
3,58 menjadi 3,72 pada siklus 2, dan sikap percaya diri pada saat siklus 1 adalah
2,54 menjadi 3,4 pada siklus 2.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai Penerapan
Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih,
maka peneliti memperoleh kesimpulan bahwa melalui Pendekatan Saintifik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di MI Darussalam Palembang.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan. 2014 Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta: Gava Media,
2014.
Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi kurikulum 2013. Jakarta:
Kemdikbud.
_________. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Dasar dan Struktur
Kurikulum SD-MI. Jakarta: Kemdikbud.
_________. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Jakarta: Kemdikbud.
Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan. Palembang: PT Raja Grafindo Persada.
Zain, Lukman. 2012. Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Agama Islam Kementerian Agama RI..
Download