BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Kurikulum berkaitan erat dengan mutu pendidikan, walaupun kurikulum bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Glatthorn (1987) menjelaskan bahwa, “kurikulum adalah perencanaan yang disiapkan sebagai pedoman belajar dalam sekolah yang pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan diterapkan dalam kelas” (Suprianto, 2012: 48). Kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi berbeda yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama, atau pandangan tradisional merumuskan bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah” (Hamalik, 2007: 3). Sementara dalam pandangan baru menurut Romine (1954) “kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggungjawab sekolah, baik di dalam kelas ataupun di luar kelas” (Hamalik, 2007: 4). Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional Hidayat (2013) menuliskan, “pengertian kurikulum dapat dilihat pada UU no. 20 tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat 9 ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (hlm. 22). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran yang dibuat guna memperoleh suatu tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dinilai sebagai produk hasil karya para pengembang kurikulum sebagai program yaitu alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang mengajarkan berbagai kegiatan yang mempengaruhi perkembangan siswa. Kurikulum juga dianggap sebagai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan dipelajari siswa serta pengalaman pada 9 10 tiap siswa. Kurikulum selalu berkembang dan pemikiran mengenai kurikulum terjadi secara berkelanjutan. Lunenburg (2011) dalam artikelnya yang berjudul Theorizing about Curriculum: Conceptions and Definitions menuliskan bahwa: Most textbook on curriculum and many treaties on education theory have offered a particular conception of the curriculum. Many of these conception have contained similar element. Some authors refer to the curriculum as formal course of study, emphasizing content or subject metter. Others define the curriculum as totality of experience of each learner, stressing how subject metter is learned or procces of instruction. Still the other point out the importance of statements of expected learning outcomes or behavioral object. Behavioral object are typically identified whitin some framework such as the subject offered in the school program. Some describe the curriculum as a plan for instruction specific to a particular school or student population. And the other advocate a wider conception of curriculum – a nontecnical and more philpsophical, social ans personal approch. The nontechnical approach to curriculum represents a rejection of traditional curriculum planing, a rethinking of curriculum. Advocates of the latter approach reject the assumption that reality can defined and represented by symbolic form – by boxes, arrows, and graphs. (hlm. 1) b. Perkembangan Kurikulum di Indonesia Kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kurikulum-kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia, seperti yang dituliskan oleh Hidayat (2013) diantaranya adalah: 1) Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka disebut dengan rencana pelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis, yakni dari orientasi pendidikan Belanda berubah menjadi untuk kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Pencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan semangat merebut 11 kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana Pelajaran 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok yaitu daftar nama pelajaran dan jam pelajarannya, serta dengan garis-garis besar pengajaran. 2) Kurikulum 1952 Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pembelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Pelajaran Bahasa Indonesia baru diberikan sejak kelas tiga dan terbagi atas: bercakap-cakap, membaca, bahasa dan mengarang. Dalam pelajaran Bahasa Daerah diberikan pelajaran membaca dalam huruf daerah seperti huruf Jawa bagi murid di Jawa dimulai sejak kelas dua tengah tahun kedua. Pelajaran berhitung terbagi atas hitung angka, ilmu bangun dan mencongak, sedang pelajaran Ilmu Hayat terbagi atas Ilmu Tubuh Manusia, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan dan Ilmu Hewan. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. 12 3) Kurikulum 1964 Di akhir era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pemikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri-ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana. Fokus kurikulum 1964 ini pada pengembangan Pancawardhana yaitu: a) daya cipta, b) rasa, c) karsa, d) karya, dan e) moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 4) Kurikulum 1968 Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 memerlukan perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi 13 pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiaan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. 5) Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 lahir setelah pada tahun 1973 dilaksanakan GBHN pertama sebagai hasil Keputusan MPR No. II/MPR/1973. Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut (Kurniasih, 2014). Kurniasih (2014) menyebutkan ciri-ciri kurikulum 1975 adalah sebagai berikut: a) Sangat berorientasi pada tujuan b) Setiap pelajaran memiliki arti dan peran yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif. c) Menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu d) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah pada tercapainya tujuan spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. e) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan stimulus respon Kurniasih (2014) menjelaskan bahwa, Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya: a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik b) Sehat jasmani dan rohani c) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran 14 d) Bekerja di masyarakat e) Mengembangkan diri sesuai asas pendidikan hidup 6) Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975. Perubahan ini dimaksudkan agar adanya pembaharuan pendidikan nasional. Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanya CBSA dan sistem spiral. CBSA adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan lebih dilibatkan. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan, namun siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pusat pembelajaran mulai bergeser dari teacher oriented, ke student oriented. Selain itu ada pula sistem spiral yang tiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Sehingga, semakin tinggi jenjang pendidikan maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail (Kurniasih, 2014). Kurniasih (2014) menuliskan ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut: a) Berorientasi pada tujuan instruksional b) Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) c) Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan e) Menggunakan pendekatan keterampilan proses 7) Kurikulum 1994 Kurniasih (2014) menuliskan, setelah lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional No.02 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka dirasakan perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984. Oleh karena itu disusunlah Kurikulum 1994. Kurikulum ini dilaksanakan dan akan diberlakukan mulai 1994/1995 secara bertahap. Dimulai pada tahun 15 1994/1995 Kurikulum 1994 diberlakukan untuk kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA. Dengan demikian dalam jangka waktu yang sudah ditentukan seluruh Kurikulum 1994 telah dilaksanakan. Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut: a) Kurikulum bersifat objective based kurikulum b) Mempergunakan sistem caturwulan c) Pelajaran di sekolah lebih menekankan materi yang cukup padat d) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia e) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif belajar baik secara mental, fisik maupun sosial 8) Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004 Kurikulum 1994 dirasa perlu untuk disempurnakan dengan kurikulum baru sebagai pemerintahan respon dari terhadap sentralistik perubahan menjadi struktural desentralistik dalam sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Hidayat, 2013). Mulai tahun 2004 lahirlah kurikulum baru dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan, karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Kurniasih, 2014). Kurniasih (2014) menulis bahwa, Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK adalah sebagai berikut: a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman 16 c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi d) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Muslich (2009) menuliskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (Kurniasih, 2014: 21). Tahun 2001, beredar Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dengan diberlakukannya otonomi daerah termasuk didalamnya pendidikan dan kebudayaan. Visi pokok dari otomoni dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah. Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi pada perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan dimana guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah masingmasing (Kurniasih, 2014). 10) Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 disusun untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Penekanan pada Kurikulum 2013 adalah pada peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Fadlillah, 2014). 17 Kurniasih (2014: 22) mengungkapkan ciri-ciri Kurikulum 2013 yang paling mendasar adalah: a) Menuntut kemampuan guru dalam pengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. b) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggungjawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. c) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif. d) Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. e) Di tingkat SD pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia 2. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 Pada tahun 2013, pemerintah mengeluarkan keputusan tentang kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Poerwati (2013) menyatakan: Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional (hlm. 68). Mulyasa (2014) menuliskan langkah penguatan tata kelola Kurikulum 2013 terdiri atas: (1) menyiapkan buku pegangan pembelajaran bagi siswa dan guru, (2) menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka 18 manfaatkan, serta (3) memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua pelajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap keterampilan dan pengetahuan (Fadlillah, 2014). Mulyasa (2013) menuliskan Kurikulum pengembangan dari kurikulum sebelumnya, 2013 merupakan yaitu KTSP. Dalam Kurikulum 2013, pendidikan ditekankan untuk membentuk manusia yang produktif, kreatif dan inovatif. Dalam pengembangan tersebut, terdapat sejumlah keunggulan esensial, yaitu: 1) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berpusat pada peserta didik. 2) Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi yang mendasari pengembangan kemampuan siswa. 3) Terdapat bidang studi dan mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. (Asih, 2014: 50) Tujuan Kurikulum 2013 menurut Fadlillah (2014) adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skill dan soft skill melalui kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang. 19 2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara. 3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran. 4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. 5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan siswa dan potensi daerah. b. Alasan Pengembangan Kurikulum 2013 Pengembangan pengembangan kurikulum komponen-komponen pada hakikatnya kurikulum yang merupakan membentuk kurikulum itu sendiri, yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, siswa, pendidik, media, lingkungan, sumber belajar dan lain-lainnya. Terdapat beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Prinsip umum tersebut antara lain relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis dan efektifitas (Idi, 2007). Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller (1985) dalam Sanjaya (2008: 33) menyangkut enam aspek: 1) Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa akan kita didik. 2) Pendangan tentang anak yaitu apakah anak dianggap sebagai organisasi yang aktif atau pasif 20 3) Padangan tentang proses belajar yaitu apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak 4) Pandangan tentang lingkungan yaitu apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar 5) Konsepsi tentang peranan guru yaitu apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar. 6) Evaluasi belajar yaitu apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes. Dalam Bahan uji publik Kurikulum 2013 disebutkan perlunya pengembangan kurikulum dapat dijumpai pada penjelasan UU Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam penjelasan pasal 35, UU nomor 20 tahun 2003 juga dijelaskan kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Kemendikbud, 2012). Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan dan biaya, standar sarana dan prasarana, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kompetensi kelulusan. “Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif” (Kemendikbud, 2013: 72). “Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa 21 depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan paedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka” (Kemendikbud, 2013: 74). Kemendikbud (2012) menerangkan tantangan masa depan yang mendasari pengembangan kurikulum adalah adanya globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknonogi, kebangkitan industri kecil dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan, serta hasil TIMMS dan PISA mengenai pendidikan Indonesia. Mulyasa (2014) menuliskan bahwa berdasarkan hasil survei Trends in International Math and Science (TIMMS) tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institut, menunjukkan rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal penalaran kategori tinggi jika dibandingkan dengan Korea, yaitu 5% banding 71%, sementara jika mengerjakan soal hafalan berkategori rendah siswa Indonesia lebih unggul dibandingan dengan Korea dengan perbandingan 78% banding 10%. Data lain yang diungkapkan oleh Programme of International Student Assessment (PISA) tahun 2009 menempatkan Indonesia pada tingkat bawah 10 besar, dari 65 negara peserta PISA. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara banyak peserta dari negara lain dapat mengasai pelajaran sampai level empat, lima, bahkan enam. Hasil dari kedua survei tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia tertinggal dan terbelakang. Dalam rangka inilah perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penataan terhadap empat elemen standar nasional, yaitu standar kompetensi kelulusan (SKL), standar isi, standar proses dan standar penilaian. Untuk menghadapi tantangan berdasarkan hasil survei tersebut Mulyasa (2014) mengungkapkan, Kurikulum harus mampu membekali siswa dengan berbagai kompetensi. Kompetensi masa depan yang perlu dikuasai antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, mampu 22 menjadi warga negara yang bertanggungjawab, mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda serta mampu hidup dalam masyarakat yang mengglobal (hlm. 64). Alasan pengembangan kurikulum yang lainnya adalah fenomena negatif yang mengemuka hingga saat ini. Kemendikbud (2012) menjelaskan fenomena tersebut antara lain perkelahian pelajar, narkoba, plagiatisme, korupsi, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat. Fenomena negatif tersebut muncul akibat kurangnya karakter yang dimiliki oleh siswa. Permasalahan tersebut menuntut perlunya pemberian pendidikan karakter daam pembelajaran di Indonesia. Pernyataan tersebut didukung oleh persepsi masyarakat yang menjadi alasan pengembangan kurikulum, antara lain pembelajaran yang terlalu menitikberatkan pada kognitif, beban siswa terlau berat, dan kurang bermuatan karakter. Permasalahan kurikulum 2006 juga menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013. Fadlillah (2014) dalam bukunya menuliskan bahwa, pada kurikulum KTSP masih terdapat permasalahan-permasalahan mendasar, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan materi yang terlalu luas, serta tingkat kesukarannya melampaui tingkat usia anak atau siswa. 2) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. 3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan. 4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan perkembangan kebutuhan (misalnya sesuai dengan pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi dalam kurikulum. 5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global. 23 6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. 7) Standar penilaian belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remidiasi secara berkala. 8) KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Poerwati (2013) menjelaskan, “kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan 2 strategi utama yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah” (hlm. 68). Efektifitas pembelajaran dicapai melalui 3 tahap yaitu efektifitas interaksi, efektifitas pemahaman dan efektifitas penyerapan. Efektifitas interaksi akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademik dan budaya sekolah. Iklim dan budaya sekolah sangat kental dipengaruhi oleh manajemen dan kepemimpinan dari kepala sekolah dan jajarannya. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila adanya kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan. Efektifitas pemahaman dapat tercapai apabila pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, mengkomunikasikan. Efektifitas Penyerapan dapat tercipta manakala adanya kesinambungan pembelajaran secara horizontal dan vertikal. Kesinambungan pembelajaran secara horizontal bermakna adanya kesinambungan mata pelajaran dari kelas I sampai dengan kelas VI pada tingkat SD, kelas VII sampai dengan XI pada tingkat SMP dan kelas X sampai dengan kelas XII pada tingkat SMA/SMK. Selanjutnya kesinambungan pembelajaran pada tingkat SD, SMP sampai dengan SMA/SMK (Poerwati, 2013). 24 Sinergisitas dari ketiga efektifitas pembelajaran tersebut akan menghasilkan sebuah transformasi lain yang bersifat universal, nasional dengan tetap menghayati kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang berkarakter mulia. Selanjutnya, penerapan kurikulum 2013 mengimplementasikan adanya penambahan jam pelajaran. Hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses pembelajaran yang semula dari siswa “diberitahu” menjadi siswa “mencari tahu”. Selain itu, akan merubah semua proses penilaian yang semula berbasis output menjadi berbasis proses dan output (Poerwati, 2013). Selama pengembangan kurikulum 2013 pemerintah melakukan uji publik yang dilakukan melalui dialog tatap muka, dialog virtual (online) dan tulisan (Kemendikbud, 2012). Hasil uji publik yang sebagian besar menunjukkan hasil positif maka memperkuat alasan pemerintah untuk melakukan pengembangan Kurikulum 2013. c. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum 2013 sama seperti prinsip penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagaimana telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum sebagai berikut: 1) Peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia Iman, takwa dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian siswa secara utuh. KTSP disusun agar semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia. 2) Kebutuhan kompetensi masa depan Kemampuan siswa yang diperlukan, yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, 25 memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, cerdas sesuai dengan bakat/minatnya dan peduli terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuankemampuan ini dalam proses pembelajaran. 3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestetik siswa. 4) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan dan karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. 5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional 6) Tuntutan dunia kerja Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahawan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu 26 memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa pendidikan kejuruan dan siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEK sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pandidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEK sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 8) Agama Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, takwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia. 9) Dinamika perkembangan global Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain. 10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan siswa yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh 27 karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. 11) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan lebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. 12) Kesetaraan gender Kurikulum diarahkan pada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan gender. 13) Karakteristik satuan pendidikan Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan. Mulyasa (2014) menuliskan Kurikulum 2013 dilandasi oleh landasan filosofis, yuridis dan konseptual. 1) Landasan Filosofis a) Filosofis Pancasila yang memerlukan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan b) Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan siswa, dan masyarakat. 2) Landasan Yuridis a) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum b) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan c) INPRES Nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif 28 berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. 3) Landasan Konseptual a) Relevansi pendidikan (link and match) b) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter c) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) d) Pembelajaran aktif (student active learning) e) Penilaian valid, utuh dan menyeluruh. d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dimaksudkan untuk melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang terintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan kata lain, hard skill dan soft skill berjalan secara seimbang dan berjalan integratif (Fadlillah, 2014). Mulyasa (2014) menyebutkan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum 2013 antara lain: 1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan 2) Standar isi diturunkan dari Standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran 3) Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan 4) Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5) Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti Fadlillah (2014) menjelaskan bahwa dalam kurikulum 2013 terdapat elemen perubahan cakupan kurikulum, mulai dari sekolah tingkat dasar sampai sekolah menengah atas. Elemen-elemen perubahan dalam kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut: 29 1) Kompetensi lulusan Mengenai kompetensi lulusan, baik ditingkat SD, SMP, SMA maupun SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. 2) Kedudukan mata pelajaran Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangan dari kompetensi. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA maupun SMK. 3) Pendekatan isi Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA dikembangkan melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara SMK melalui pendekatan vokal atau keahlian. 4) Struktur kurikulum a) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6; dan jumlah jam bertambah 4 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan pmbelajaran. b) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi: TIK menjadi media untuk semua mata pelajaran; pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler; jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10; jumlah jam bertambah 6 jam per minggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran. c) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan sistem (ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa; jumlah jam bertambah 1 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran. 30 d) Struktur kurikulum SMK, meliputi: penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian) pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif, produktif disesuaikan dengan perkembangan di industri. 5) Proses pembelajaran Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK) standar proses yang semua terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini guru bukan satu-satunya sumber belajar. Selain itu, sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Dengan kata lain, seorang pendidik tidak hanya bertugas sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan teladan yang baik terhadap semua siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Adapun dalam penyampaian materi pelajaran untuk tingkat SD disampaikan melalui tematik dan terpadu. Untuk tingkat SMP, materi IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Kemudian, untuk tingkat SMA adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minat. Sementara untuk tingkat SMK ditekankan pada kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri. 6) Penilaian hasil belajar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Terkait dengan Kurikulum 2013 ini, kriteria penilaian hasil belajarnya sebagai berikut: 31 a) Penilaian berbasis kompetensi. b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi pengetahuan hanya berdasarkan hasil), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperoleh terhadap skor ideal (maksimal). d) Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar (KD), tetapi juga kompetensi inti dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian 7) Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar program tertulis di dalam kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut berada di luar jam pembelajaran sekolah. Untuk kegiatan ekstrakurikuler pada Kurikulum 2013 ini antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Untuk tingkat SD, meliputi: Pramuka (wajib), UKS, PMR dan Bahasa Inggris. b) Untuk tingkat SMP, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR dan lain-lain. c) Untuk tingkat SMA, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR dan lain-lain. d) Untuk tingkat SMK, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR dan lain-lain. Terkait kegiatan ekstrakurikuler, sekolah bebas menentukan kegiatan yang akan diekstrakan. Hanya saja untuk kegiatan pramuka, semua sekolah harus melaksanakannya tanpa 32 terkecuali. Hal ini dikarenakan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diselenggarakan oleh setiap satuan pendidikan. e. Struktur Kurikulum SMA Struktur kurikulum tingkat SMA/MA pada kurikulum 2013 mengalami perubahan yang signifikan. Selain beban belajar bertambah, juga bentuk mata pelajaran dikelompokkan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Kelompok mata pelajaran wajib, yaitu terdiri dari kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif. Sementara kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. 2) Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri atas 3 kelompok, yaitu kelompok peminatan Matematika dan Sains, peminatan Sosial dan peminatan Bahasa. 3) Mata pelajaran lintas minat, yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh siswa di luar kelompok mata pelajaran peminatan yang dipilihnya, tetapi masih dalam kelompok peminatan lainnya. Misalnya bagi siswa yang memilih kelompok peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari kelompok peminatan Sosial atau kelompok peminatan Matematika dan Sains. 4) Mata pelajaran pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata pelajaran dalam kelompok peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi. 5) Mata pelajaran pilihan lintas minat dan mata pelajaran pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satunya. 33 Ditinjau dari pembagian mata pelajaran di atas, secara umum mata pelajaran di tingkat SMA/MA dibedakan menjadi dua, yaitu mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan (peminatan). Mata pelajaran wajib adalah semua mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Tujuan dari mata pelajaran wajib ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bahasa dan kemampuan penting untuk mengembangkan logika dan kehidupan pribadi siswa, masyarakat dan bangsa, pengenalan lingkungan fisik dan alam, kebugaran jasmani, serta seni budaya daerah dan nasional. Sementara mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh siswa sesuai dengan pilihan mereka. Mata pelajaran pilihan ini disesuaikan dengan minat dari masing-masing siswa dengan mengacu pada kemampuan yang dimilikinya. Tujuan dari mata pelajaran pilihan ialah untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat kelimuannya di perguruan tinggi. Selain itu, untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu (Fadlillah, 2014). Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada lampiran 1. Struktur Kurikulum SMA/MA. Mulyasa (2014) menjelaskan, Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedang lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit (hlm. 95). Tambahan jam belajar dan pengurangan jumlah kompetensi memberikan kesempatan dan keleluasaan pada guru untuk berkreasi dalam pembelajaran dengan pembelajaran siswa aktif (student active learning). Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang panjang sehingga menuntut keterlibatan siswa, baik secara fisik, psikis, sosial maupun keterlibatan emosional. Penambahan jam belajar juga memberikan 34 kesempatan kepada guru untuk melakukan penilaian secara utuh dan menyeluruh, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran. f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian penting dalam pembelajaran. RPP digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang akan dilaksanakannya di kelas. Agung dan Wahyuni (2013) menjelaskan bahwa “RPP merupakan perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran” (hlm. 127). Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 menjelaskan bahwa RPP mencakup : (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (8) penilaian. RPP dibuat oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Dalam menyusun RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan dan penyusunan RPP. Fadlillah (2013) menuliskan ada beberapa prinsip dalam penyusunan RPP, antara lain: 1) Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan atau lingkungan siswa. 2) Partisipasi aktif siswa. 3) Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspiratif, inovasi, dan kemandirian 4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 35 5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. 6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. 7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Supaya dapat menyusun RPP dengan baik, selain memperhatikan prinsip pengembangan dan penyusunan RPP tersebut, tapi guru juga perlu mengikuti langkah-langkah dalam penyusunan RPP Kurikulum 2013. Menurut Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 terdapat langkah-langkah dalam Pengembangan RPP. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) Mengkaji Silabus Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan siswa secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat siswa aktif 36 belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya. 2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: a) Potensi siswa; b) Relevansi dengan karakteristik daerah; c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual siswa; d) Kebermanfaatan bagi siswa; e) Struktur keilmuan; f) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) Relevansi dengan kebutuhan siswa; h) Alokasi waktu. 3) Menentukan Tujuan Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (siswa) dan Behavior (aspek kemauan). 4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 37 a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar siswa dapat melakukan kegiatan seperti di silabus. c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniru oleh siswa, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lajutan. 5) Penjabaran Jenis Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran siswa didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil 38 belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4. b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi siswa yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi ketuntasan. e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan. 6) Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, 39 kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh siswa yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. 7) Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang merupakan media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. g. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Permendikbud 81A tahun 2013 menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan untuk semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi siswa menjadi kompetensi yang diharapkan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang lebih menekankan untuk tercapainya kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang semuanya terangkum dalam kompetensi hardskill dan softskill. Mengacu pada ketiga kompetensi tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran pun harus diatur sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi tujuan utama pembelajaran dapat tercapai. Berkenaan dengan hal tersebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya (1) berpusat pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam 40 melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna (Fadlillah, 2014). Pembelajaran yang berpusat pada siswa bisa menghasilkan suatu kondisi pembelajaran yang lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh Lemisko, Griffith dan Cutright (mengutip simpulan Sonja Verbelow, 2012) We begin by understanding student interests and allow them to develop their own question. Student must find their own ways to seek answer, their own answer, wich are meaningful and personal to them. Once they reflect upon their experiences, student learn how to think (hlm.93-94) Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 menjelaskan tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari; c) Mengantarkan siswa kepada suatu masalah atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai, dan d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah atau tugas. 2) Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk secara aktif mencari informasi, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan 41 kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifar prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar siswa dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, siswa meniru, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lajutan kepada siswa. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya siswa harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. Contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar adalah sebagai berikut: a) Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda dan objek. b) Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang 42 hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta konsep, prosedur, atau apapun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bentanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin rahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. d) Mengkomunikasikan hasil Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan mengasosiasikan dalam dan kegiatan menemukan mencari pola. Hasil informasi, tersebut 43 disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. 3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan atau mandiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberi tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. KD-KD dalam Kurikulum 2013 diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran dalam setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tapi disisipkan oleh guru baik secara langsung atau dengan sikap yang ditunjukkan guru pada setiap kegiatan pembelajaran. h. Penilaian dalam Kurikulum 2013 Fadlillah (2014) mengungkapkan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Ruang lingkup penilaian dalam Kurikulum 2013 terdapat tiga komponen utama, yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga komponen tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menentukan keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilain diri, penilaian teman sejawat oleh siswa dan jurnal. Instrumen yang 44 digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar-peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedang pada jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian sikap berhubungan dengan sikap peserta didik terhadap materi pelajaran, sikap peserta didik terhadap guru/pengajar, sikap peserta didik terhadap proses pembelajaran, dan sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi kognitif. Penilaian kompetensi ini dapat berupa tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran. Intrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi keterampilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan melalui penilaian kerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi dengan rubrik. Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategori saja, ya atau tidak. Namun apabila yang dinilai lebih kompleks, penilaian dilakukan dengan menggunakan skala, misalnya 1, 2, 3. Selain itu, masing-masing skor penilaian tersebut diberikan deskripsi sebagai penjelasnya. Dalam penilaian pembelajaran Kurikulum 2013 terdapat dua pendekatan yang digunakan yaitu acuan patokan dan ketuntasan belajar. 45 1) Acuan patokan Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Acuan patokan ini juga dikenal dengan PAK. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi didasarkan pada Kriteria Ketentuan Minimal (KKM), yaitu kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik. 2) Ketuntasan belajar Ketuntasan belajar untuk Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Sebagai gambarannya dapat diperhatikan melalui tabel berikut: Tabel 2.1 Tabel Ketuntasan Belajar PREDIKAT NILAI KOMPETENSI PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP A 4 4 A- 3,66 3,66 B+ 3,33 3,33 B 3 3 B- 2,66 2,66 C+ 2,33 2,33 C 2 2 C- 1,66 1,66 D 1,33 1,33 D 1 1 SB B C D (sumber: Fadlillah, 2014: 205) Keterangan: a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang siswa dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya 46 apabila menunjukkan indikator nilai < 2,66 dari hasil tes formatif b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai > 2,66 dari hasil tes formatif c) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil siswa secara umum pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. Implikasi atau tindak lanjut dari ketuntasan belajar tersebut sebagai berikut: a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remidial individual sesuai dengan kebutuhan kepada siswa yang memperoleh kurang dari 2,66 b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajaran ke KD berikutnya pada siswa yang memperoleh nilai 2,66 atau lebih dari 2,66 c) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remidial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% siswa memperoleh nilai kurang dari 2,66 d) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap siswa yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran, guru BK dan orang tua) 3. Mata Pelajaran Sejarah Wajib/Sejarah Indonesia a. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Wajib/Sejarah Indonesia Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini. Pendidikan sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari 47 serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa (Kemendikbud, 2013). Sejarah Indonesia merupakan kajian mengenai berbagai peristiwa yang terkait dengan asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dan bangsa Indonesia pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sejarah Indonesia dapat juga dimaknai sebagai kajian tentang kemegahan/keunggulan dan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia untuk ditransformasikan kepada generasi muda shingga melahirkan generasi bangsa yang unggul dengan penuh kearifan (Kemendikbud, 2013). Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran kelompok A (wajib) yang diberikan pada jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Kemendikbud, 2013). b. Rasional Penambahan Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan sejarah. Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). Sesuai dengan penjelasan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, sejarah memiliki makna dan posisi yang strategis, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Manusia hidup masa kini sebagai kelanjutan dari masa lampau sehingga pelajaran sejarah memberikan dasar pengetahuan untuk memahami kehidupan masa kini dan membangun kehidupan masa depan; 48 2) Sejarah mengandung peristiwa kehidupan manusia di masa lampau untuk dijadikan guru kehidupan (Historia Magistra Vitae); 3) Pelajaran sejarah adalah untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa untuk mengenal bangsanya dan membangun rasa persatuan dan kesatuan; 4) Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Kemendikbud (2013) menjelaskan, mata pelajaran Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar: 1) Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah; 2) Memandang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan; 3) Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa atau tokoh di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang sama penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia; 4) Memiliki tugas untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI dan seluruh periode sejarah pada generasi muda bangsa; 5) Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam mempelajari Sejarah Indonesia c. Tujuan Penambahan Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Setiap pembelajaran memiliki tujuan masing-masing. Agung dan Wahyuni (2013) mengungkapkan bahwa: 49 Secara umum pengajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pengajaran sejarah, siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pelajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda (hlm. 56). Kemendikbud (2013) menyebutkan mata pelajaran Sejarah Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya konsep waktu dan tempat/ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia; 2) Mengembangkan kemampuan berpikir historis yang menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan inovatif; 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) Menumbuhkan pemahaman siswa terhadap diri sendiri, masyarakat, dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang; 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam masyarakat dan bangsa; berbagai bidang kehidupan 50 6) Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa; 7) Menanamkan sikap berorientasi pada masa kini dan masa depan. d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Leo Agung dan Sri Wahyuni (2013) menuliskan, “ruang lingkup materi pembelajaran Sejarah di SMA/MA disusun berdasarkan urutan kronologis yang dijabarkan dalam aspek-aspek tertentu sebagai materi standar” (hlm. 57). Berdasarkan pada keterangan yang dituliskan Kemendikbud (2013) mata pelajaran Sejarah Indonesia membahas materi yang meliputi zaman: 1) Praaksara 2) Hindu-Budha 3) Kerajaan-Kerajaan Islam 4) Penjajahan bangsa Barat 5) Pergerakan Nasional 6) Perjuangan mempertahankan kemerdekaan 7) Demokrasi Liberal 8) Demokrasi Terpimpin 9) Orde Baru 10) Reformasi. e. Kompetensi yang Dikembangkan Kompetensi yang dikembangkan di dalam pembelajaran sejarah Indonesia, yaitu: Tabel 2.2 Kompetensi Sejarah Indonesia Kelas Kompetensi Tertinggi X - Menganalisis keterkaitan antara dua atau lebih faktor XI - Menganalisis (konsep/teori) untuk menentukan pokok pikiran 51 XII - Mengevaluasi berdasarkan kriteria internal - Mengevaluasi berdasarkan kriteria standar (eksternal yang berlaku secara umum) - Mencipta (originalitas) (sumber: Kemendikbud, 2013: 90) f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan Asesmen 1) Prinsip-prinsip pembelajaran Prinsip Umum: a) Mangamati: melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak baik tanpa maupun dengan alat. b) Menanya: Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai yang bersifat hipotesis; Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri hingga menjadi kebiasaan. c) Mengumpulkan data Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan; Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen); Mengumpulkan data d) Mengasosiasi: Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan antardata/kategori Menyimpulkan dari hasil analisis data. e) Mengkomunikasikan: Menyiapkan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya. 52 Prinsip Khusus: Menurut Hasan (2011) dalam Kemendikbud (2013: 91), beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sejarah di SMA/MA, SMK/MAK adalah: a) Mengembangkan proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan di semester awal (pertama dan kedua) sehingga siswa memahami konsep-konsep utama sejarah, menguasai keterampilan dasar sejarah, dan memantapkan penggunaan konsep utama dan keterampilan dasar ketika mereka mempelajari berbagai peristiwa sejarah di semester-semester berikutnya (semester ketiga-keenam); b) Setiap peristiwa sejarah dirancang sebagai kegiatan pembelajaran satu semester dan bukan kegiatan satu pokok bahasan. Untuk itu maka siswa secara kelompok atau individu memilih mempelajari satu atau lebih peristiwa sejarah secara mendalam. Hasil pendalaman tersebut dipaparkan di depan kelas sehingga siswa lain memiliki pengetahuan dan pemahaman peristiwa sejarah lainnya secara garis besar berdasarkan laporan kelas siswa; c) Proses pembelajaran sejarah memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan berbagai sumber seperti buku teks, buku referensi, dokumen, narasumber, atau pun artefak serta memberi kesempatan yang luas untuk menghasilkan “her or his own histories” d) Siswa diberi kebebasan dalam memilih peristiwa sejarah nasional untuk setiap strands dan peristiwa sejarah daerah yang terkait dengan strands yang dibahas. Sejak awal tahun, guru sejarah di SMA/MA, SMK/MAK sudah harus menentuan berapa banyak peristiwa sejarah tingkat nasional dan tingkat daerah yang harus dipelajari siswa dalam satu rancangan keseluruhan pendidikan sejarah. 2) Prinsip-Prinsip Asesmen: 53 Prinsip-prinsip asesmen dalam mata pelajaran sejarah pada SMA/MA, SMK/MAK, yang dijelaskan Kemendikbud (2013) antara lain: a) Menentukan aspek dari hasil belajar sejarah yang sudah dan belum dikuasai siswa sesudah suatu proses pembelajaran; b) Umpan balik bagi siswa untuk memperbaiki hasil belajar yang kurang atau belum dikuasai; c) Umpan balik bagi guru untuk memberikan bantuan bagi siswa yang mengalami masalah dalam penguasaan pengetahuan, kemampuan, nilai dan sikap; d) Umpan balik bagi guru untuk memperbaiki perencanaan pembelajaran berikutnya. e) Aspek yang dinilai/dievaluasi mencakup: Pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa sejarah; Kamampuan mengkomunikasikan pemahaman mengenai peristiwa sejarah dalam bahasa lisan dan tulisan; Kemampuan menarik pelajaran/nilai dari suatu peristiwa sejarah; Kemampuan menerapkan pelajaran/nilai yang dipelajari dari peristiwa sejarah dalam kehidupan sehari-hari; Kemampuan melakukan kritik terhadap sumber dan mengumpulkan informasi dari sumber; Kemampuan berpikir historis dalam mengkaji berbagai peristiwa sejarah dan peristiwa politik, sosial, budaya, ekonomi yang timbul dalam kehidupan keseharian masyarakat dan bangsa; Memiliki semangat kebangsaan dan menerapkannya dalam kehidupan kebangsaan. B. Penelitian yang Relevan Ada berbagai penelitian dalam implementasi kurikulum yang mengkaji tentang implementasi kurikulum 2013. 54 1. Penelitian Yuni Nafisah (2014) yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMA 2 N Wates menerapkan Kurikulum 2013 pada PAI dengan cukup baik. Mulai dari perencanaan guru menyusun RPP berpedoman pada Permendikbud 81A, proses pembelajaran dengan pendeatan santifik sampai penilaian autentik sudah dilaksanakan dengan baik. Adapun kendala yang terbesar dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah belum adanya buku pegangan siswa dan guru untuk mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Relevansi penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian di atas mengkaji tentang implementasi Kurikulum 2013, sama dengan kajian pada penelitian ini. Sementara untuk perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah mata pelajaran yang diteliti berbeda, jika penelitian di atas meneliti pada mata pelajaran PAI maka penelitian ini meneliti pada mata pelajaran sejarah wajib kelas X. Selain itu lokasi penelitian juga berbeda, jika lokasi pada penelitian di atas berada di Wates maka penelitian ini mengambil lokasi di Surakarta, sekolah yang diteliti juga berbeda, penelitian di atas mengambil data dari SMAN 2 Wates sementara penelitian ini mengambil data dari SMA MTA Surakarta. Objek penelitian juga berbeda sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda pula. 2. Penilitian Fulana Mardina Asih (2014) yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Blado”. Penelitian ini menganalisis tentang implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran IPS yang ada di SMP N 1 Blando, terutama yang menjadi masalah menurut Fulana Mardina Asih adalah tentang kesiapan SDM dan ketersediaan sarana penunjang pembelajaran. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Penerapan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Blando sudah dimulai pada semua bagian, namun masih belum efektif. 55 Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini dalam hal implementasi Kurikulum 2013 namun penelitian di atas fokus pada kesiapan SDM dan ketersediaan sarana penunjang pembelajaran sementara penelitian ini melihat secara keseluruhan mengenai implementasi Kurikulum 2013 di SMA MTA. Mata pelajaran yang diteliti juga berbeda, pada penelitian di atas yang diteliti adalah mata pelajaran IPS sementara dalam penelitian ini, mata pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran Sejarah Wajib kelas X. Jenjang pendidikan yang diteliti juga berbeda, yaitu jika dalam penelitian di atas peneliti tersebut meneliti SMP maka peneliti dalam penelitian ini meneliti SMA. 3. Penelitian Eka Lusia Evanita (2013) yang berjudul “Analisis Kompetensi Paedagodik dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013”. Penelitian ini menganalisis tentang kompetensi paedagogik dan kesiapan guru biologi kelas X se Kota Semarang dalam menghadapi implementasi Kurikulum 2013 dengan mengambil sampel 13 sekolah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jika guru biologi se Kota Semarang memenuhi semua indikator kompetensi paedagogik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Selain itu guru biologi se Kota Semarang menunjukkan kesiapan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Penelitian di atas memiliki relevensi dengan penelitian ini dalam hal pembahasannya mengenai implementasi Kurikulum 2013, namun penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian di atas meneliti tentang kompetensi paedagogik dan kesiapan guru dalam implementasi Kurikulum 2013 sementara penelitian ini meneliti tentang implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran Sejarah Wajib kelas X sehingga melibatkan guru, siswa bahkan wakasek bagian kurikulum. Lokasi yang digunakan juga berbeda, dalam penelitian di atas mengambil lokasi sampel 13 sekolah SMA se Kota Semarang sementara penelitian ini membatasi pada satu sekolah, yaitu SMA MTA Surakarta. 56 4. Penelitian Darmudi (2014) dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pecangaan”. Hasil penelitian adalah implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pecangan sudah baik namun masih ada penghambatnya yaitu guru yang kurang memanfaatkan ketersediaan sarana IT, beban penilaian dan siswa yang masih bergantung pada guru. Relevansi penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran tertentu di sebuah sekolah. Namun perbedaannya ada pada jenjang pendidikan yang dijadikan bahan penelitian. Penelitian diatas menggunakan SMP untuk diteliti sementara penelitian ini menggunakan SMA untuk diteliti. Lokasi yang diteliti juga berbeda, yaitu di Pecangaan dan di Surakarta dengan sekolah yang berbeda pula, yaitu di SMP Negeri 1 Pucangaan dengan di SMA MTA Surakarta. Mata pelajaran yang diteliti juga berbeda, yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran Sejarah Wajib kelas X. Objek penelitian juga berbeda sehingga hasil penelitian juga akan berbeda. 57 C. Kerangka Berpikir Kurikulum Kurikulum 2013 Implementasi kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah Wajib Kelas X di SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Pedoman Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pelajaran Sejarah Wajib kelas X Pelaksanaan Kurikulum 2013 Kendala Pelaksanaan Kurikulum 2013 Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah Wajib Kelas X di SMA MTA Surakarta Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir Penelitian Implementasi kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengalaman belajar dimana terjadi suatu proses interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Sumber belajar dalam kurikulum 2013 tidak terbatas dalam kelas, melainkan dimana saja. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut aktif untuk menemukan sendiri sumber belajarnya sementara guru hanya menjadi fasilitator. Dalam kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik, siswa benar-benar menggali informasi dari berbagai sumber dan bisa mengasosiasikannya serta bisa memperoleh pelajaran yang berguna bagi kehidupan di masa sekarang. Maka 58 dalam proses pembelajaran pun guru dituntut untuk kreatif dalam menarik minat siswa mengikuti pelajaran sehingga siswa bersemangat untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang menggunakan lintas ruang dan waktu. Jika guru bisa kreatif dalam mengemas penyampaiannya dengan metode, model dan media pembelajaran yang menarik maka siswa akan tertarik pada pelajar sejarah yang dulunya dianggap sangat membosankan karena hanya membahas cerita masa lampau yang siswa tidak mengerti bahwa banyak pelajaran yang bisa diambil dari sana.