9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kurikulum a

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berkaitan erat dengan mutu pendidikan, walaupun
kurikulum bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan. Glatthorn (1987) menjelaskan bahwa, “kurikulum adalah
perencanaan yang disiapkan sebagai pedoman belajar dalam sekolah yang
pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan diterapkan dalam kelas”
(Suprianto, 2012: 48). Kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi berbeda
yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama,
atau pandangan tradisional merumuskan bahwa “kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh
ijazah” (Hamalik, 2007: 3). Sementara dalam pandangan baru menurut
Romine (1954) “kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
menjadi tanggungjawab sekolah, baik di dalam kelas ataupun di luar
kelas” (Hamalik, 2007: 4). Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional Hidayat (2013) menuliskan, “pengertian kurikulum dapat dilihat
pada UU no. 20 tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat 9 ialah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan
pelajaran serta pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
(hlm. 22). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran yang dibuat guna
memperoleh suatu tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum dapat dinilai sebagai produk hasil karya para
pengembang kurikulum sebagai program yaitu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang mengajarkan berbagai kegiatan yang mempengaruhi
perkembangan siswa. Kurikulum juga dianggap sebagai pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang akan dipelajari siswa serta pengalaman pada
9
10
tiap siswa. Kurikulum selalu berkembang dan pemikiran mengenai
kurikulum terjadi secara berkelanjutan.
Lunenburg (2011) dalam artikelnya yang berjudul Theorizing about
Curriculum: Conceptions and Definitions menuliskan bahwa:
Most textbook on curriculum and many treaties on education
theory have offered a particular conception of the curriculum.
Many of these conception have contained similar element. Some
authors refer to the curriculum as formal course of study,
emphasizing content or subject metter. Others define the
curriculum as totality of experience of each learner, stressing how
subject metter is learned or procces of instruction. Still the other
point out the importance of statements of expected learning
outcomes or behavioral object. Behavioral object are typically
identified whitin some framework such as the subject offered in the
school program. Some describe the curriculum as a plan for
instruction specific to a particular school or student population.
And the other advocate a wider conception of curriculum – a
nontecnical and more philpsophical, social ans personal approch.
The nontechnical approach to curriculum represents a rejection of
traditional curriculum planing, a rethinking of curriculum.
Advocates of the latter approach reject the assumption that reality
can defined and represented by symbolic form – by boxes, arrows,
and graphs. (hlm. 1)
b. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Hal
ini disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kurikulum-kurikulum yang
pernah digunakan di Indonesia, seperti yang dituliskan oleh Hidayat
(2013) diantaranya adalah:
1) Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka disebut
dengan rencana pelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih
bersifat politis, yakni dari orientasi pendidikan Belanda berubah
menjadi untuk kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Pencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem
pendidikan
kolonial
Belanda
dengan
mengurangi
pendidikan
kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman
dan suasana kehidupan berbangsa dengan semangat merebut
11
kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari
serta memberikan perhatian terhadap pendidikan kesenian dan
pendidikan jasmani. Rencana Pelajaran 1947 baru secara resmi
dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum
ini memuat dua hal pokok yaitu daftar nama pelajaran dan jam
pelajarannya, serta dengan garis-garis besar pengajaran.
2) Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang
lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana
Pembelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum
jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar
di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Pelajaran
Bahasa Indonesia baru diberikan sejak kelas tiga dan terbagi atas:
bercakap-cakap, membaca, bahasa dan mengarang. Dalam pelajaran
Bahasa Daerah diberikan pelajaran membaca dalam huruf daerah
seperti huruf Jawa bagi murid di Jawa dimulai sejak kelas dua tengah
tahun kedua. Pelajaran berhitung terbagi atas hitung angka, ilmu
bangun dan mencongak, sedang pelajaran Ilmu Hayat terbagi atas
Ilmu Tubuh Manusia, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan dan Ilmu Hewan.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya
jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
12
3) Kurikulum 1964
Di akhir era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964,
pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia.
Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Pokok-pokok pemikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri-ciri
dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana.
Fokus kurikulum 1964 ini pada pengembangan Pancawardhana yaitu:
a) daya cipta, b) rasa, c) karsa, d) karya, dan e) moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi moral, kecerdasan,
emosional/artistik,
keprigelan
(keterampilan),
dan
jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
4) Kurikulum 1968
Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964
dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim
Orde Lama ke rezim Orde Baru. Kurikulum 1968 menggantikan
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum 1968 memerlukan perubahan struktur kurikulum dari
Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan
dasar,
dan
kecakapan
khusus.
Kurikulum
1968
merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata
pelajaran. Titik berat kurikulum ini pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa setiap jenjang pendidikan.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
13
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiaan
mempertinggi
kecerdasan
dan
keterampilan,
serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 lahir setelah pada tahun 1973 dilaksanakan GBHN
pertama sebagai hasil Keputusan MPR No. II/MPR/1973. Pada
kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan
pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai seperti tujuan instruksional umum, tujuan
instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa
yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut (Kurniasih, 2014).
Kurniasih (2014) menyebutkan ciri-ciri kurikulum 1975 adalah
sebagai berikut:
a) Sangat berorientasi pada tujuan
b) Setiap pelajaran memiliki arti dan peran yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
c) Menekankan pada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu
d) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah pada tercapainya tujuan spesifik, dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan stimulus
respon
Kurniasih (2014) menjelaskan bahwa, Kurikulum 1975 dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum
mengharapkan lulusannya:
a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik
b) Sehat jasmani dan rohani
c) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang
diperlukan untuk melanjutkan pelajaran
14
d) Bekerja di masyarakat
e) Mengembangkan diri sesuai asas pendidikan hidup
6) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975.
Perubahan ini dimaksudkan agar adanya pembaharuan pendidikan
nasional. Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah
adanya CBSA dan sistem spiral. CBSA adalah singkatan dari Cara
Belajar Siswa Aktif. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan lebih
dilibatkan. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan,
namun siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Pusat pembelajaran mulai bergeser dari
teacher oriented, ke student oriented.
Selain itu ada pula sistem spiral yang tiap jenjang pendidikan mata
pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Sehingga, semakin
tinggi jenjang pendidikan maka materi yang diberikan akan semakin
dalam dan detail (Kurniasih, 2014).
Kurniasih (2014) menuliskan ciri umum dari kurikulum ini adalah
sebagai berikut:
a) Berorientasi pada tujuan instruksional
b) Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik melalui Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA)
c) Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan
e) Menggunakan pendekatan keterampilan proses
7) Kurikulum 1994
Kurniasih (2014) menuliskan, setelah lahirnya Undang-Undang Pokok
Pendidikan Nasional No.02 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, maka dirasakan perlu menyusun suatu kurikulum baru
sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984. Oleh karena itu
disusunlah Kurikulum 1994. Kurikulum ini dilaksanakan dan akan
diberlakukan mulai 1994/1995 secara bertahap. Dimulai pada tahun
15
1994/1995 Kurikulum 1994 diberlakukan untuk kelas 1 dan 4 SD,
kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA. Dengan demikian dalam jangka
waktu yang sudah ditentukan seluruh Kurikulum 1994 telah
dilaksanakan.
Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
a) Kurikulum bersifat objective based kurikulum
b) Mempergunakan sistem caturwulan
c) Pelajaran di sekolah lebih menekankan materi yang cukup padat
d) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia
e) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif belajar baik secara mental, fisik maupun
sosial
8) Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004
Kurikulum 1994 dirasa perlu untuk disempurnakan dengan kurikulum
baru
sebagai
pemerintahan
respon
dari
terhadap
sentralistik
perubahan
menjadi
struktural
desentralistik
dalam
sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Hidayat, 2013). Mulai tahun 2004
lahirlah
kurikulum
baru
dengan
nama
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi (KBK). Kurikulum ini mengharapkan agar siswa yang
mengikuti pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang
diinginkan, karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan
antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Kurniasih, 2014).
Kurniasih
(2014)
menulis
bahwa,
Depdiknas
mengemukakan
karakteristik KBK adalah sebagai berikut:
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
16
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode bervariasi
d) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Muslich (2009) menuliskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional
(Kurniasih, 2014: 21). Tahun 2001, beredar Undang-Undang Nomor
22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dengan diberlakukannya
otonomi daerah termasuk didalamnya pendidikan dan kebudayaan.
Visi pokok dari otomoni dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara
pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk
menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran
dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah. Otonomi
penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi
pada perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke
desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan dimana guru memiliki
otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan
memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah masingmasing (Kurniasih, 2014).
10) Kurikulum 2013
Kurikulum
2013
disusun
untuk
menyempurnakan
kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP. Penekanan pada Kurikulum 2013 adalah
pada peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill siswa
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan
(Fadlillah, 2014).
17
Kurniasih (2014: 22) mengungkapkan ciri-ciri Kurikulum 2013 yang
paling mendasar adalah:
a) Menuntut kemampuan guru dalam pengetahuan dan mencari tahu
pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang
mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan
teknologi dan informasi.
b) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggungjawab kepada
lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun
memiliki kemampuan berpikir kritis.
c) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif,
inovatif, dan efektif.
d) Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi
kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema
dalam berbagai mata pelajaran.
e) Di tingkat SD pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia
2. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Pada tahun 2013, pemerintah mengeluarkan keputusan tentang
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Poerwati (2013) menyatakan:
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari kurikulum berbasis
kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan
sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Presiden nomor
5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah
nasional (hlm. 68).
Mulyasa (2014) menuliskan langkah penguatan tata kelola
Kurikulum 2013 terdiri atas: (1) menyiapkan buku pegangan pembelajaran
bagi siswa dan guru, (2) menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan
sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka
18
manfaatkan, serta (3) memperkuat peran pendampingan dan pemantauan
oleh pusat dan daerah pelaksanaan pembelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan
soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang semula
diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi. Selain itu pembelajaran lebih bersifat
tematik integratif dalam semua pelajaran. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang
dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan
soft skill dan hard skill yang berupa sikap keterampilan dan pengetahuan
(Fadlillah, 2014).
Mulyasa
(2013)
menuliskan
Kurikulum
pengembangan dari kurikulum sebelumnya,
2013
merupakan
yaitu KTSP. Dalam
Kurikulum 2013, pendidikan ditekankan untuk membentuk manusia yang
produktif, kreatif dan inovatif. Dalam pengembangan tersebut, terdapat
sejumlah keunggulan esensial, yaitu:
1) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat
alamiah (kontekstual), karena berpusat pada peserta didik.
2) Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi yang
mendasari pengembangan kemampuan siswa.
3) Terdapat bidang studi dan mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya
lebih
tepat
menggunakan
pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
(Asih, 2014: 50)
Tujuan Kurikulum 2013 menurut Fadlillah (2014) adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard
skill dan soft skill melalui kemampuan sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang
terus berkembang.
19
2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang
produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan
bangsa dan negara.
3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan
menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah
menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran.
4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta
warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan
mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan.
5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sekolah
diberikan keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013
sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan siswa dan
potensi daerah.
b. Alasan Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan
pengembangan
kurikulum
komponen-komponen
pada
hakikatnya
kurikulum
yang
merupakan
membentuk
kurikulum itu sendiri, yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, siswa,
pendidik, media, lingkungan, sumber belajar dan lain-lainnya. Terdapat
beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Prinsip umum
tersebut antara lain relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis dan
efektifitas (Idi, 2007). Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller
(1985) dalam Sanjaya (2008: 33) menyangkut enam aspek:
1) Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan.
Artinya, hendak dibawa ke mana siswa akan kita didik.
2) Pendangan tentang anak yaitu apakah anak dianggap sebagai
organisasi yang aktif atau pasif
20
3) Padangan tentang proses belajar yaitu
apakah proses
pembelajaran itu dianggap sebagai proses transformasi ilmu
pengetahuan atau mengubah perilaku anak
4) Pandangan tentang lingkungan yaitu apakah lingkungan belajar
harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat
memungkinkan anak bebas belajar
5) Konsepsi tentang peranan guru yaitu apakah guru harus
berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru
dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan
bantuan pada anak untuk belajar.
6) Evaluasi
belajar
yaitu
apakah
mengukur
keberhasilan
ditentukan dengan tes atau nontes.
Dalam Bahan uji publik Kurikulum 2013 disebutkan perlunya
pengembangan kurikulum dapat dijumpai pada penjelasan UU Nomor 20
tahun 2003 yang menyatakan strategi pembangunan pendidikan nasional
dalam undang-undang ini meliputi pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi. Dalam penjelasan pasal 35, UU nomor 20
tahun 2003 juga dijelaskan kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Kemendikbud,
2012).
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan
eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan pendidikan yang mengacu
pada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan
dan biaya, standar sarana dan prasarana, standar pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar
kompetensi kelulusan. “Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk
usia produktif” (Kemendikbud, 2013: 72). “Tantangan eksternal yang
dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa
21
depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan paedagogik, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka” (Kemendikbud, 2013: 74).
Kemendikbud (2012) menerangkan tantangan masa depan yang
mendasari pengembangan kurikulum adalah adanya globalisasi, masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknonogi, kebangkitan industri kecil dan
budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan, serta
hasil TIMMS dan PISA mengenai pendidikan Indonesia.
Mulyasa (2014) menuliskan bahwa berdasarkan hasil survei Trends
in International Math and Science (TIMMS) tahun 2007, yang dilakukan
oleh Global Institut, menunjukkan rendahnya kemampuan siswa Indonesia
dalam menyelesaikan soal penalaran kategori tinggi jika dibandingkan
dengan Korea, yaitu 5% banding 71%, sementara jika mengerjakan soal
hafalan berkategori rendah siswa Indonesia lebih unggul dibandingan
dengan Korea dengan perbandingan 78% banding 10%. Data lain yang
diungkapkan oleh Programme of International Student Assessment (PISA)
tahun 2009 menempatkan Indonesia pada tingkat bawah 10 besar, dari 65
negara peserta PISA. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai
pelajaran sampai level tiga saja, sementara banyak peserta dari negara lain
dapat mengasai pelajaran sampai level empat, lima, bahkan enam.
Hasil dari kedua survei tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa
Indonesia tertinggal dan terbelakang. Dalam rangka inilah perlunya
perubahan dan pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penataan
terhadap empat elemen standar nasional, yaitu standar kompetensi
kelulusan (SKL), standar isi, standar proses dan standar penilaian.
Untuk menghadapi tantangan berdasarkan hasil survei tersebut
Mulyasa (2014) mengungkapkan,
Kurikulum harus mampu membekali siswa dengan berbagai
kompetensi. Kompetensi masa depan yang perlu dikuasai antara
lain kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis,
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, mampu
22
menjadi warga negara yang bertanggungjawab, mencoba untuk
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda serta
mampu hidup dalam masyarakat yang mengglobal (hlm. 64).
Alasan pengembangan kurikulum yang lainnya adalah fenomena
negatif yang mengemuka hingga saat ini. Kemendikbud (2012)
menjelaskan fenomena tersebut antara lain perkelahian pelajar, narkoba,
plagiatisme, korupsi, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat.
Fenomena negatif tersebut muncul akibat kurangnya karakter yang
dimiliki oleh siswa. Permasalahan tersebut menuntut perlunya pemberian
pendidikan karakter daam pembelajaran di Indonesia. Pernyataan tersebut
didukung oleh persepsi masyarakat yang menjadi alasan pengembangan
kurikulum, antara lain pembelajaran yang terlalu menitikberatkan pada
kognitif, beban siswa terlau berat, dan kurang bermuatan karakter.
Permasalahan kurikulum 2006 juga menjadi alasan pengembangan
kurikulum 2013. Fadlillah (2014) dalam bukunya menuliskan bahwa, pada
kurikulum KTSP masih terdapat permasalahan-permasalahan mendasar, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukan dengan
banyaknya mata pelajaran dan materi yang terlalu luas, serta
tingkat kesukarannya melampaui tingkat usia anak atau siswa.
2) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain
sikap, keterampilan dan pengetahuan.
4) Beberapa
kompetensi
yang
dibutuhkan
perkembangan kebutuhan (misalnya
sesuai
dengan
pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan
hard
skills,
kewirausahaan)
belum
terakomodasi
dalam
kurikulum.
5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
23
6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran
yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang
berpusat pada guru.
7) Standar penilaian belum mengarah pada penilaian berbasis
kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut
adanya remidiasi secara berkala.
8) KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar
tidak menimbulkan multi tafsir.
Poerwati (2013) menjelaskan, “kurikulum 2013 dikembangkan
untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan 2 strategi utama yaitu
peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan
penambahan waktu pembelajaran di sekolah” (hlm. 68).
Efektifitas pembelajaran dicapai melalui 3 tahap yaitu efektifitas
interaksi, efektifitas pemahaman dan efektifitas penyerapan. Efektifitas
interaksi akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademik dan
budaya sekolah. Iklim dan budaya sekolah sangat kental dipengaruhi oleh
manajemen dan kepemimpinan dari kepala sekolah dan jajarannya.
Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila adanya kesinambungan
manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan. Efektifitas
pemahaman dapat tercapai apabila pembelajaran yang mengedepankan
pengalaman personal siswa melalui observasi (menyimak, melihat,
membaca,
mendengar),
asosiasi,
bertanya,
menyimpulkan,
mengkomunikasikan. Efektifitas Penyerapan dapat tercipta manakala
adanya kesinambungan pembelajaran secara horizontal dan vertikal.
Kesinambungan pembelajaran secara horizontal bermakna adanya
kesinambungan mata pelajaran dari kelas I sampai dengan kelas VI pada
tingkat SD, kelas VII sampai dengan XI pada tingkat SMP dan kelas X
sampai dengan kelas XII pada tingkat SMA/SMK. Selanjutnya
kesinambungan pembelajaran pada tingkat SD, SMP sampai dengan
SMA/SMK (Poerwati, 2013).
24
Sinergisitas dari ketiga efektifitas pembelajaran tersebut akan
menghasilkan sebuah transformasi lain yang bersifat universal, nasional
dengan tetap menghayati kearifan lokal yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia yang berkarakter mulia. Selanjutnya, penerapan
kurikulum 2013 mengimplementasikan adanya penambahan jam pelajaran.
Hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses pembelajaran
yang semula dari siswa “diberitahu” menjadi siswa “mencari tahu”. Selain
itu, akan merubah semua proses penilaian yang semula berbasis output
menjadi berbasis proses dan output (Poerwati, 2013).
Selama pengembangan kurikulum 2013 pemerintah melakukan uji
publik yang dilakukan melalui dialog tatap muka, dialog virtual (online)
dan tulisan (Kemendikbud, 2012). Hasil uji publik yang sebagian besar
menunjukkan hasil positif maka memperkuat alasan pemerintah untuk
melakukan pengembangan Kurikulum 2013.
c. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pengembangan
kurikulum 2013 sama seperti prinsip penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagaimana telah disebutkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor
81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum sebagai berikut:
1) Peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia
Iman, takwa dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian siswa secara utuh. KTSP disusun agar semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa dan
akhlak mulia.
2) Kebutuhan kompetensi masa depan
Kemampuan siswa yang diperlukan, yaitu antara lain
kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan
mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran
dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global,
25
memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk
bekerja, cerdas sesuai dengan bakat/minatnya dan peduli
terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab
tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuankemampuan ini dalam proses pembelajaran.
3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi
diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal.
Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan
potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spiritual dan kinestetik siswa.
4) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan dan
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah satu
media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat
mendorong
partisipasi
masyarakat
dengan
tetap
mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan
nasional
6) Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahawan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
26
memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa pendidikan
kejuruan dan siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Pendidikan
perlu
mengantisipasi
dampak
global
yang
membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEK
sangat
berperan
sebagai
penggerak
utama
perubahan.
Pandidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian perkembangan IPTEK sehingga tetap relevan dan
kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum
harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
8) Agama
Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan
iman, takwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi
dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan
kurikulum semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan
iman, takwa dan akhlak mulia.
9) Dinamika perkembangan global
Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan
oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat
memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta
mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan
suku dan bangsa lain.
10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kurikulum
diarahkan
untuk
membangun
karakter
dan
wawasan kebangsaan siswa yang menjadi landasan penting
bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh
27
karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan
dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
11) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya
setempat ditumbuhkan lebih dahulu sebelum mempelajari
budaya dari daerah dan bangsa lain.
12) Kesetaraan gender
Kurikulum diarahkan pada pengembangan sikap dan perilaku
yang berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan gender.
13) Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas
satuan pendidikan.
Mulyasa (2014) menuliskan Kurikulum 2013 dilandasi oleh
landasan filosofis, yuridis dan konseptual.
1) Landasan Filosofis
a) Filosofis Pancasila yang memerlukan berbagai prinsip
dasar dalam pembangunan pendidikan
b) Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur,
nilai akademik, kebutuhan siswa, dan masyarakat.
2) Landasan Yuridis
a) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum
b) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
c) INPRES Nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan
Pelaksanaan
Prioritas
Pembangunan
Nasional,
penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif
28
berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk
daya saing dan karakter bangsa.
3) Landasan Konseptual
a) Relevansi pendidikan (link and match)
b) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
c) Pembelajaran
kontekstual
(contextual
teaching
and
learning)
d) Pembelajaran aktif (student active learning)
e) Penilaian valid, utuh dan menyeluruh.
d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dimaksudkan untuk
melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
terintis
pada
tahun
2004
dengan
mencakup
kompetensi
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan kata lain, hard skill
dan soft skill berjalan secara seimbang dan berjalan integratif (Fadlillah,
2014).
Mulyasa
(2014)
menyebutkan
penyempurnaan
pola
pikir
perumusan kurikulum 2013 antara lain:
1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan
2) Standar isi diturunkan dari Standar kompetensi lulusan melalui
kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
3) Semua
mata
pelajaran
harus
berkontribusi
terhadap
pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan
4) Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5) Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti
Fadlillah (2014) menjelaskan bahwa dalam kurikulum 2013
terdapat elemen perubahan cakupan kurikulum, mulai dari sekolah tingkat
dasar sampai sekolah menengah atas. Elemen-elemen perubahan dalam
kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:
29
1) Kompetensi lulusan
Mengenai kompetensi lulusan, baik ditingkat SD, SMP, SMA
maupun SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan
soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
2) Kedudukan mata pelajaran
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran
berubah menjadi mata pelajaran dikembangan dari kompetensi.
Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD,
SMP, SMA maupun SMK.
3) Pendekatan isi
Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui tematik
integratif dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA
dikembangkan melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara
SMK melalui pendekatan vokal atau keahlian.
4) Struktur kurikulum
a) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis
sains (alam, sosial, dan budaya); jumlah mata pelajaran dari
10 menjadi 6; dan jumlah jam bertambah 4 jam pelajaran
per minggu, akibat perubahan pendekatan pmbelajaran.
b) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi: TIK menjadi
media untuk semua mata pelajaran; pengembangan diri
terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler;
jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10; jumlah jam
bertambah 6 jam per minggu, akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
c) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan
sistem (ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran
pilihan); terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus
diikuti siswa; jumlah jam bertambah 1 jam pelajaran per
minggu, akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
30
d) Struktur kurikulum SMK, meliputi: penambahan jenis
keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program
keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian)
pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif,
produktif disesuaikan dengan perkembangan di industri.
5) Proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan
(SD, SMP, SMA dan SMK) standar proses yang semua
terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi
dengan
mengamati,
menanya,
mengolah,
menyajikan,
menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di
ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dalam hal ini guru bukan satu-satunya sumber belajar. Selain
itu, sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui
contoh dan teladan. Dengan kata lain, seorang pendidik tidak
hanya
bertugas
sebagai
fasilitator,
tetapi
juga
harus
memberikan teladan yang baik terhadap semua siswa dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah.
Adapun dalam penyampaian materi pelajaran untuk tingkat SD
disampaikan melalui tematik dan terpadu. Untuk tingkat SMP,
materi IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu.
Kemudian, untuk tingkat SMA adanya mata pelajaran wajib
dan pilihan sesuai dengan bakat dan minat. Sementara untuk
tingkat SMK ditekankan pada kompetensi keterampilan yang
sesuai dengan standar industri.
6) Penilaian hasil belajar
Penilaian adalah
proses
pengumpulan dan
pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
Terkait dengan Kurikulum 2013 ini, kriteria penilaian hasil
belajarnya sebagai berikut:
31
a) Penilaian berbasis kompetensi.
b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur semua
kompetensi pengetahuan hanya berdasarkan hasil), menuju
penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil).
c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu
pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang
diperoleh terhadap skor ideal (maksimal).
d) Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar (KD), tetapi
juga kompetensi inti dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa
sebagai instrumen utama penilaian
7) Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang berada di luar
program tertulis di dalam kurikulum. Dengan kata lain,
kegiatan tersebut berada di luar jam pembelajaran sekolah.
Untuk kegiatan ekstrakurikuler pada Kurikulum 2013 ini
antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Untuk tingkat SD, meliputi: Pramuka (wajib), UKS, PMR
dan Bahasa Inggris.
b) Untuk tingkat SMP, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR dan lain-lain.
c) Untuk tingkat SMA, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR dan lain-lain.
d) Untuk tingkat SMK, meliputi: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR dan lain-lain.
Terkait kegiatan ekstrakurikuler, sekolah bebas menentukan
kegiatan yang akan diekstrakan. Hanya saja untuk kegiatan
pramuka, semua sekolah harus melaksanakannya tanpa
32
terkecuali. Hal ini dikarenakan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang wajib diselenggarakan oleh setiap satuan
pendidikan.
e. Struktur Kurikulum SMA
Struktur kurikulum tingkat SMA/MA pada kurikulum 2013
mengalami perubahan yang signifikan. Selain beban belajar bertambah,
juga bentuk mata pelajaran dikelompokkan menjadi beberapa bagian,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kelompok mata pelajaran wajib, yaitu terdiri dari kelompok A
dan kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang
memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif
dan afektif. Sementara kelompok B adalah mata pelajaran yang
lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
2) Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri atas 3 kelompok,
yaitu kelompok peminatan Matematika dan Sains, peminatan
Sosial dan peminatan Bahasa.
3) Mata pelajaran lintas minat, yaitu mata pelajaran yang dapat
diambil oleh siswa di luar kelompok mata pelajaran peminatan
yang dipilihnya, tetapi masih dalam kelompok peminatan
lainnya. Misalnya bagi siswa yang memilih kelompok
peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari
kelompok peminatan Sosial atau kelompok peminatan
Matematika dan Sains.
4) Mata pelajaran pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari
salah satu mata pelajaran dalam kelompok peminatan untuk
persiapan ke perguruan tinggi.
5) Mata pelajaran pilihan lintas minat dan mata pelajaran
pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau
salah satunya.
33
Ditinjau dari pembagian mata pelajaran di atas, secara umum mata
pelajaran di tingkat SMA/MA dibedakan menjadi dua, yaitu mata
pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan (peminatan).
Mata pelajaran wajib adalah semua mata pelajaran yang wajib
diikuti oleh seluruh siswa di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau
jenjang pendidikan. Tujuan dari mata pelajaran wajib ini adalah untuk
memberikan pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bahasa
dan kemampuan penting untuk mengembangkan logika dan kehidupan
pribadi siswa, masyarakat dan bangsa, pengenalan lingkungan fisik dan
alam, kebugaran jasmani, serta seni budaya daerah dan nasional.
Sementara mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran pilihan
yang diikuti oleh siswa sesuai dengan pilihan mereka. Mata pelajaran
pilihan ini disesuaikan dengan minat dari masing-masing siswa dengan
mengacu pada kemampuan yang dimilikinya. Tujuan dari mata pelajaran
pilihan
ialah
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai
dengan minat kelimuannya di perguruan tinggi. Selain itu, untuk
mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan
tertentu (Fadlillah, 2014). Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada
lampiran 1. Struktur Kurikulum SMA/MA.
Mulyasa (2014) menjelaskan,
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar
per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari
38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII
bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedang lama belajar
untuk setiap jam belajar adalah 45 menit (hlm. 95).
Tambahan jam belajar dan pengurangan jumlah kompetensi
memberikan kesempatan dan keleluasaan pada guru untuk berkreasi dalam
pembelajaran dengan pembelajaran siswa aktif (student active learning).
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang panjang
sehingga menuntut keterlibatan siswa, baik secara fisik, psikis, sosial
maupun keterlibatan emosional. Penambahan jam belajar juga memberikan
34
kesempatan kepada guru untuk melakukan penilaian secara utuh dan
menyeluruh, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran.
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian
penting dalam pembelajaran. RPP digunakan oleh guru untuk merancang
pembelajaran yang akan dilaksanakannya di kelas. Agung dan Wahyuni
(2013) menjelaskan bahwa “RPP merupakan perkiraan atau proyeksi
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan
kegiatan pembelajaran” (hlm. 127). Permendikbud Nomor 81A tahun 2013
menjelaskan bahwa RPP mencakup : (1) data sekolah, mata pelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan
pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi
pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar;
(7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (8) penilaian.
RPP dibuat oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran di
kelas. Dalam menyusun RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan dan penyusunan RPP. Fadlillah (2013) menuliskan ada
beberapa prinsip dalam penyusunan RPP, antara lain:
1) Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan atau
lingkungan siswa.
2) Partisipasi aktif siswa.
3) Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspiratif, inovasi, dan
kemandirian
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
35
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remidi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
8) Penerapan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Supaya dapat menyusun RPP dengan baik, selain memperhatikan
prinsip pengembangan dan penyusunan RPP tersebut, tapi guru juga perlu
mengikuti langkah-langkah dalam penyusunan RPP Kurikulum 2013.
Menurut Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 terdapat langkah-langkah
dalam Pengembangan RPP. Langkah-langkah tersebut adalah:
1) Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus
terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan,
sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan
keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus
dirumuskan kegiatan siswa secara umum dalam pembelajaran
berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini merupakan
rincian dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan
mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih
lanjut dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat siswa aktif
36
belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan
indikator KD dan penilaiannya.
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi
materi
pembelajaran
yang
menunjang
pencapaian KD dengan mempertimbangkan:
a) Potensi siswa;
b) Relevansi dengan karakteristik daerah;
c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan spiritual siswa;
d) Kebermanfaatan bagi siswa;
e) Struktur keilmuan;
f) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g) Relevansi dengan kebutuhan siswa;
h) Alokasi waktu.
3) Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau
diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada
indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience
(siswa) dan Behavior (aspek kemauan).
4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran
dirancang
untuk
memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada siswa. Pengalaman belajar memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
37
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional
b) Kegiatan
pembelajaran
memuat
rangkaian
kegiatan
manajerial yang dilakukan guru, agar siswa dapat
melakukan kegiatan seperti di silabus.
c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan
skenario langkah-langkah guru dalam membuat siswa aktif
belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:
Pendahuluan, Inti dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan
lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasikan
dan
mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan
menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan
pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh
guru atau ahli, peniru oleh siswa, pengecekan dan
pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lajutan.
5) Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian
pencapaian KD siswa dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena
pada setiap pembelajaran siswa didorong untuk menghasilkan
karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian
yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
38
belajar
siswa
yang
dilakukan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam mengambil keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian
yaitu sebagai berikut:
a) Penilaian
diarahkan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran,
dan
bukan
untuk
menentukan
posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan siswa.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remidi bagi siswa yang pencapaian
kompetensinya
di
bawah
ketuntasan,
dan
program
pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar
yang
ditempuh
dalam
proses
pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun
produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
6) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per
minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan,
39
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan
oleh siswa yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut
dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang merupakan
media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya.
g. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Permendikbud 81A tahun 2013 menjelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan
untuk semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan dan
keterampilan
yang
diperlukan
dirinya
untuk
hidup
dan
untuk
bermasyarakat, berbangsa serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup
manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan
semua
potensi
siswa
menjadi
kompetensi
yang
diharapkan.
Kurikulum
2013
merupakan
kurikulum
baru
yang
lebih
menekankan untuk tercapainya kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang semuanya terangkum dalam kompetensi hardskill dan
softskill. Mengacu pada ketiga kompetensi tersebut, dalam pelaksanaan
pembelajaran pun harus diatur sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi
tujuan utama pembelajaran dapat tercapai. Berkenaan dengan hal tersebut
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran, diantaranya (1) berpusat pada siswa; (2)
mengembangkan
kreativitas
siswa;
(3)
menciptakan
kondisi
menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika
dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam
40
melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna (Fadlillah,
2014).
Pembelajaran yang berpusat pada siswa bisa menghasilkan suatu
kondisi pembelajaran yang lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh Lemisko,
Griffith dan Cutright (mengutip simpulan Sonja Verbelow, 2012)
We begin by understanding student interests and allow them to
develop their own question. Student must find their own ways to
seek answer, their own answer, wich are meaningful and personal
to them. Once they reflect upon their experiences, student learn
how to think (hlm.93-94)
Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 menjelaskan tahap kedua
dalam
pembelajaran
menurut
standar
proses
yaitu
pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari;
c) Mengantarkan siswa kepada suatu masalah atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai, dan
d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah
atau tugas.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan,
yang
dilakukan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk secara aktif mencari informasi,
serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan
41
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa.
Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya,
mengumpulkan
informasi,
asosiasi,
dan
komunikasi.
Untuk
pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifar prosedur
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar siswa dapat
melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru
atau ahli, siswa meniru, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan
pemberian umpan balik, dan latihan lajutan kepada siswa.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin,
taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam
silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan
dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan,
perpustakaan,
museum,
dan
sebagainya.
Sebelum
menggunakannya siswa harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan
menerapkannya.
Contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar adalah sebagai berikut:
a) Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal
yang penting dari suatu benda dan objek.
b) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara
luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing
siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang
42
hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan dengan fakta konsep, prosedur, atau apapun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan
pertanyaan sampai ke tingkat mana siswa mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui
kegiatan bentanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin rahu semakin dapat
dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam.
c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu
memproses informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan.
d) Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang
ditemukan
mengasosiasikan
dalam
dan
kegiatan
menemukan
mencari
pola.
Hasil
informasi,
tersebut
43
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
siswa atau kelompok siswa tersebut.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan atau
mandiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran, melakukan
penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan
konseling dan atau memberi tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa, dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
KD-KD dalam Kurikulum 2013 diorganisasikan ke dalam empat
KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2
berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang
pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang
penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan
ditumbuhkan melalui proses pembelajaran dalam setiap materi pokok yang
tercantum dalam KI-3, untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak
diajarkan langsung, tapi disisipkan oleh guru baik secara langsung atau
dengan sikap yang ditunjukkan guru pada setiap kegiatan pembelajaran.
h. Penilaian dalam Kurikulum 2013
Fadlillah (2014) mengungkapkan penilaian adalah suatu kegiatan
untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Ruang
lingkup penilaian dalam Kurikulum 2013 terdapat tiga komponen utama,
yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga komponen
tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menentukan
keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilain
diri, penilaian teman sejawat oleh siswa dan jurnal. Instrumen yang
44
digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar-peserta
didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedang
pada jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian sikap berhubungan dengan
sikap peserta didik terhadap materi pelajaran, sikap peserta didik terhadap
guru/pengajar, sikap peserta didik terhadap proses pembelajaran, dan sikap
yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi
pembelajaran.
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang berhubungan
dengan kompetensi kognitif. Penilaian kompetensi ini dapat berupa tes
tertulis, tes lisan dan penugasan. Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan
ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan uraian.
Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran. Intrumen tes
lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan
rumah dan atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang berhubungan
dengan kompetensi keterampilan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan melalui
penilaian
kerja,
yaitu
penilaian
yang
menuntut
peserta
didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, proyek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi dengan rubrik.
Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana sehingga
kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua
kategori saja, ya atau tidak. Namun apabila yang dinilai lebih kompleks,
penilaian dilakukan dengan menggunakan skala, misalnya 1, 2, 3. Selain
itu, masing-masing skor penilaian tersebut diberikan deskripsi sebagai
penjelasnya.
Dalam penilaian pembelajaran Kurikulum 2013 terdapat dua
pendekatan yang digunakan yaitu acuan patokan dan ketuntasan belajar.
45
1) Acuan patokan
Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan
acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah
menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Acuan patokan ini juga dikenal dengan PAK. PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi didasarkan pada
Kriteria Ketentuan Minimal (KKM), yaitu kriteria ketuntasan
belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan
dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik.
2) Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar untuk Kurikulum 2013 berbeda
dengan kurikulum sebelumnya. Sebagai gambarannya dapat
diperhatikan melalui tabel berikut:
Tabel 2.1 Tabel Ketuntasan Belajar
PREDIKAT
NILAI KOMPETENSI
PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP
A
4
4
A-
3,66
3,66
B+
3,33
3,33
B
3
3
B-
2,66
2,66
C+
2,33
2,33
C
2
2
C-
1,66
1,66
D
1,33
1,33
D
1
1
SB
B
C
D
(sumber: Fadlillah, 2014: 205)
Keterangan:
a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang siswa dinyatakan
belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya
46
apabila menunjukkan indikator nilai < 2,66 dari hasil tes
formatif
b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang siswa dinyatakan
tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila
menunjukkan indikator nilai > 2,66 dari hasil tes formatif
c) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa dilakukan
dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2
untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil siswa secara
umum pada kategori baik (B) menurut standar yang
ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Implikasi atau tindak lanjut dari ketuntasan belajar tersebut
sebagai berikut:
a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remidial individual
sesuai dengan kebutuhan kepada siswa yang memperoleh
kurang dari 2,66
b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk
melanjutkan pelajaran ke KD berikutnya pada siswa yang
memperoleh nilai 2,66 atau lebih dari 2,66
c) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remidial klasikal
sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% siswa
memperoleh nilai kurang dari 2,66
d) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap siswa
yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik
dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata
pelajaran, guru BK dan orang tua)
3. Mata Pelajaran Sejarah Wajib/Sejarah Indonesia
a. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Wajib/Sejarah Indonesia
Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan
masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat
dan bangsa di masa kini. Pendidikan sejarah merupakan suatu proses
internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari
47
serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi
dan
mendukung
terjadinya
proses
belajar
siswa
(Kemendikbud, 2013).
Sejarah Indonesia merupakan kajian mengenai berbagai peristiwa
yang terkait dengan asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat
dan bangsa Indonesia pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sejarah Indonesia dapat juga
dimaknai sebagai kajian tentang kemegahan/keunggulan dan nilai-nilai
perjuangan bangsa Indonesia untuk ditransformasikan kepada generasi
muda shingga melahirkan generasi bangsa yang unggul dengan penuh
kearifan (Kemendikbud, 2013).
Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran
kelompok A (wajib) yang diberikan pada jenjang pendidikan menengah
(SMA/MA dan SMK/MAK). Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki
arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Kemendikbud, 2013).
b. Rasional Penambahan Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan pendidikan sejarah. Mata pelajaran Sejarah Indonesia
merupakan mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan menengah
(SMA/MA
dan
SMK/MAK).
Sesuai
dengan
penjelasan
dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, sejarah memiliki
makna dan posisi yang strategis, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Manusia hidup masa kini sebagai kelanjutan dari masa lampau
sehingga pelajaran sejarah memberikan dasar pengetahuan
untuk memahami kehidupan masa kini dan membangun
kehidupan masa depan;
48
2) Sejarah mengandung peristiwa kehidupan manusia di masa
lampau untuk dijadikan guru kehidupan (Historia Magistra
Vitae);
3) Pelajaran sejarah adalah untuk membangun memori kolektif
sebagai bangsa untuk mengenal bangsanya dan membangun
rasa persatuan dan kesatuan;
4) Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan
manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.
Kemendikbud (2013) menjelaskan, mata pelajaran Sejarah Indonesia
dikembangkan atas dasar:
1) Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan
Sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah;
2) Memandang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi
dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan
persatuan;
3) Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa atau tokoh
di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki
kedudukan yang sama penting dalam perjalanan Sejarah
Indonesia;
4) Memiliki tugas untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang
penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI dan seluruh
periode sejarah pada generasi muda bangsa;
5) Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking),
konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi
keterampilan dasar dalam mempelajari Sejarah Indonesia
c. Tujuan Penambahan Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Setiap pembelajaran memiliki tujuan masing-masing. Agung dan
Wahyuni (2013) mengungkapkan bahwa:
49
Secara umum pengajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa
memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah.
Melalui pengajaran sejarah, siswa mampu mengembangkan
kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki
pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk
memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan
masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka
menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah
kehidupan masyarakat dunia. Pelajaran sejarah juga bertujuan agar
siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada
masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda
(hlm. 56).
Kemendikbud (2013) menyebutkan mata pelajaran Sejarah
Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya konsep
waktu dan tempat/ruang dalam rangka memahami perubahan
dan keberlanjutan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa di Indonesia;
2) Mengembangkan kemampuan berpikir historis yang menjadi
dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan
inovatif;
3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia
di masa lampau;
4) Menumbuhkan pemahaman siswa terhadap diri sendiri,
masyarakat, dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui
sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini
dan masa yang akan datang;
5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah
air, melahirkan empati dan perilaku toleran yang dapat
diimplementasikan
dalam
masyarakat dan bangsa;
berbagai
bidang
kehidupan
50
6) Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan
moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat dan
bangsa;
7) Menanamkan sikap berorientasi pada masa kini dan masa
depan.
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Leo Agung dan Sri Wahyuni (2013) menuliskan, “ruang lingkup
materi pembelajaran Sejarah di SMA/MA disusun berdasarkan urutan
kronologis yang dijabarkan dalam aspek-aspek tertentu sebagai materi
standar” (hlm. 57).
Berdasarkan pada keterangan yang dituliskan Kemendikbud (2013)
mata pelajaran Sejarah Indonesia membahas materi yang meliputi zaman:
1) Praaksara
2) Hindu-Budha
3) Kerajaan-Kerajaan Islam
4) Penjajahan bangsa Barat
5) Pergerakan Nasional
6) Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
7) Demokrasi Liberal
8) Demokrasi Terpimpin
9) Orde Baru
10) Reformasi.
e. Kompetensi yang Dikembangkan
Kompetensi yang dikembangkan di dalam pembelajaran sejarah Indonesia,
yaitu:
Tabel 2.2 Kompetensi Sejarah Indonesia
Kelas
Kompetensi Tertinggi
X
-
Menganalisis keterkaitan antara dua atau lebih faktor
XI
-
Menganalisis
(konsep/teori)
untuk
menentukan
pokok
pikiran
51
XII
-
Mengevaluasi berdasarkan kriteria internal
-
Mengevaluasi berdasarkan kriteria standar (eksternal
yang berlaku secara umum)
-
Mencipta (originalitas)
(sumber: Kemendikbud, 2013: 90)
f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan Asesmen
1) Prinsip-prinsip pembelajaran
Prinsip Umum:
a) Mangamati: melihat, mengamati, membaca, mendengar,
menyimak baik tanpa maupun dengan alat.
b) Menanya:

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai yang
bersifat hipotesis;

Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan
mandiri hingga menjadi kebiasaan.
c) Mengumpulkan data

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang
diajukan;

Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,
eksperimen);

Mengumpulkan data
d) Mengasosiasi:

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
menentukan hubungan antardata/kategori

Menyimpulkan dari hasil analisis data.
e) Mengkomunikasikan:

Menyiapkan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.
52
Prinsip Khusus:
Menurut Hasan (2011) dalam Kemendikbud (2013: 91), beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sejarah di
SMA/MA, SMK/MAK adalah:
a) Mengembangkan proses pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan di semester awal (pertama dan
kedua) sehingga siswa memahami konsep-konsep utama sejarah,
menguasai
keterampilan
dasar
sejarah,
dan
memantapkan
penggunaan konsep utama dan keterampilan dasar ketika mereka
mempelajari berbagai peristiwa sejarah di semester-semester
berikutnya (semester ketiga-keenam);
b) Setiap peristiwa sejarah dirancang sebagai kegiatan pembelajaran
satu semester dan bukan kegiatan satu pokok bahasan. Untuk itu
maka siswa secara kelompok atau individu memilih mempelajari
satu atau lebih peristiwa sejarah secara mendalam. Hasil
pendalaman tersebut dipaparkan di depan kelas sehingga siswa
lain memiliki pengetahuan dan pemahaman peristiwa sejarah
lainnya secara garis besar berdasarkan laporan kelas siswa;
c) Proses pembelajaran sejarah memberi kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan berbagai sumber seperti buku teks, buku
referensi, dokumen, narasumber, atau pun artefak serta memberi
kesempatan yang luas untuk menghasilkan “her or his own
histories”
d) Siswa diberi kebebasan dalam memilih peristiwa sejarah nasional
untuk setiap strands dan peristiwa sejarah daerah yang terkait
dengan strands yang dibahas. Sejak awal tahun, guru sejarah di
SMA/MA, SMK/MAK sudah harus menentuan berapa banyak
peristiwa sejarah tingkat nasional dan tingkat daerah yang harus
dipelajari siswa dalam satu rancangan keseluruhan pendidikan
sejarah.
2) Prinsip-Prinsip Asesmen:
53
Prinsip-prinsip asesmen dalam mata pelajaran sejarah pada SMA/MA,
SMK/MAK, yang dijelaskan Kemendikbud (2013) antara lain:
a) Menentukan aspek dari hasil belajar sejarah yang sudah dan belum
dikuasai siswa sesudah suatu proses pembelajaran;
b) Umpan balik bagi siswa untuk memperbaiki hasil belajar yang
kurang atau belum dikuasai;
c) Umpan balik bagi guru untuk memberikan bantuan bagi siswa
yang mengalami masalah dalam penguasaan pengetahuan,
kemampuan, nilai dan sikap;
d) Umpan balik bagi guru untuk memperbaiki perencanaan
pembelajaran berikutnya.
e) Aspek yang dinilai/dievaluasi mencakup:

Pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa sejarah;

Kamampuan mengkomunikasikan pemahaman mengenai
peristiwa sejarah dalam bahasa lisan dan tulisan;

Kemampuan menarik pelajaran/nilai dari suatu peristiwa
sejarah;

Kemampuan menerapkan pelajaran/nilai yang dipelajari dari
peristiwa sejarah dalam kehidupan sehari-hari;

Kemampuan
melakukan
kritik
terhadap
sumber
dan
mengumpulkan informasi dari sumber;

Kemampuan berpikir historis dalam mengkaji berbagai
peristiwa sejarah dan peristiwa politik, sosial, budaya,
ekonomi
yang
timbul
dalam
kehidupan
keseharian
masyarakat dan bangsa;

Memiliki semangat kebangsaan dan menerapkannya dalam
kehidupan kebangsaan.
B. Penelitian yang Relevan
Ada berbagai penelitian dalam implementasi kurikulum yang mengkaji
tentang implementasi kurikulum 2013.
54
1. Penelitian Yuni Nafisah (2014) yang berjudul “Implementasi Kurikulum
2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa SMA 2 N Wates menerapkan Kurikulum 2013 pada PAI dengan
cukup baik. Mulai dari perencanaan guru menyusun RPP berpedoman
pada Permendikbud 81A, proses pembelajaran dengan pendeatan santifik
sampai penilaian autentik sudah dilaksanakan dengan baik. Adapun
kendala yang terbesar dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah belum
adanya buku pegangan siswa dan guru untuk mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
Relevansi penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian di atas
mengkaji tentang implementasi Kurikulum 2013, sama dengan kajian pada
penelitian ini. Sementara untuk perbedaan penelitian di atas dengan
penelitian ini adalah mata pelajaran yang diteliti berbeda, jika penelitian di
atas meneliti pada mata pelajaran PAI maka penelitian ini meneliti pada
mata pelajaran sejarah wajib kelas X. Selain itu lokasi penelitian juga
berbeda, jika lokasi pada penelitian di atas berada di Wates maka
penelitian ini mengambil lokasi di Surakarta, sekolah yang diteliti juga
berbeda, penelitian di atas mengambil data dari SMAN 2 Wates sementara
penelitian ini mengambil data dari SMA MTA Surakarta. Objek penelitian
juga berbeda sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda
pula.
2. Penilitian Fulana Mardina Asih (2014) yang berjudul “Implementasi
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Blado”. Penelitian ini menganalisis tentang implementasi
Kurikulum 2013 mata pelajaran IPS yang ada di SMP N 1 Blando,
terutama yang menjadi masalah menurut Fulana Mardina Asih adalah
tentang kesiapan SDM dan ketersediaan sarana penunjang pembelajaran.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Penerapan Kurikulum 2013 pada
mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Blando sudah dimulai pada semua
bagian, namun masih belum efektif.
55
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini dalam hal
implementasi Kurikulum 2013 namun penelitian di atas fokus pada
kesiapan SDM dan ketersediaan sarana penunjang pembelajaran sementara
penelitian ini melihat secara keseluruhan mengenai implementasi
Kurikulum 2013 di SMA MTA. Mata pelajaran yang diteliti juga berbeda,
pada penelitian di atas yang diteliti adalah mata pelajaran IPS sementara
dalam penelitian ini, mata pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran
Sejarah Wajib kelas X. Jenjang pendidikan yang diteliti juga berbeda,
yaitu jika dalam penelitian di atas peneliti tersebut meneliti SMP maka
peneliti dalam penelitian ini meneliti SMA.
3. Penelitian Eka Lusia Evanita (2013) yang berjudul “Analisis Kompetensi
Paedagodik dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas dalam
Mendukung Implementasi Kurikulum 2013”. Penelitian ini menganalisis
tentang kompetensi paedagogik dan kesiapan guru biologi kelas X se Kota
Semarang dalam menghadapi implementasi Kurikulum 2013 dengan
mengambil sampel 13 sekolah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jika
guru biologi se Kota Semarang memenuhi semua indikator kompetensi
paedagogik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Selain itu guru
biologi
se
Kota
Semarang
menunjukkan
kesiapan
dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Penelitian di atas memiliki relevensi dengan penelitian ini dalam hal
pembahasannya
mengenai
implementasi
Kurikulum
2013,
namun
penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu
penelitian di atas meneliti tentang kompetensi paedagogik dan kesiapan
guru dalam implementasi Kurikulum 2013 sementara penelitian ini
meneliti tentang implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran Sejarah
Wajib kelas X sehingga melibatkan guru, siswa bahkan wakasek bagian
kurikulum. Lokasi yang digunakan juga berbeda, dalam penelitian di atas
mengambil lokasi sampel 13 sekolah SMA se Kota Semarang sementara
penelitian ini membatasi pada satu sekolah, yaitu SMA MTA Surakarta.
56
4. Penelitian Darmudi (2014) dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pecangaan”. Hasil
penelitian adalah implementasi Kurikulum
2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pecangan sudah baik namun
masih ada penghambatnya yaitu guru yang kurang memanfaatkan
ketersediaan sarana IT, beban penilaian dan siswa yang masih bergantung
pada guru.
Relevansi penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama
mengkaji implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran tertentu di
sebuah sekolah. Namun perbedaannya ada pada jenjang pendidikan yang
dijadikan bahan penelitian. Penelitian diatas menggunakan SMP untuk
diteliti sementara penelitian ini menggunakan SMA untuk diteliti. Lokasi
yang diteliti juga berbeda, yaitu di Pecangaan dan di Surakarta dengan
sekolah yang berbeda pula, yaitu di SMP Negeri 1 Pucangaan dengan di
SMA MTA Surakarta. Mata pelajaran yang diteliti juga berbeda, yaitu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran Sejarah
Wajib kelas X. Objek penelitian juga berbeda sehingga hasil penelitian
juga akan berbeda.
57
C. Kerangka Berpikir
Kurikulum
Kurikulum 2013
Implementasi kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah Wajib
Kelas X di SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015
Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum 2013
Pelajaran Sejarah Wajib
kelas X
Pelaksanaan Kurikulum
2013
Kendala Pelaksanaan
Kurikulum 2013
Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 Mata
Pelajaran Sejarah Wajib Kelas X di SMA MTA Surakarta
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir Penelitian
Implementasi kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengalaman belajar
dimana terjadi suatu proses interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Sumber
belajar dalam kurikulum 2013 tidak terbatas dalam kelas, melainkan dimana saja.
Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut aktif untuk menemukan sendiri sumber
belajarnya sementara guru hanya menjadi fasilitator. Dalam kurikulum 2013,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik, siswa benar-benar
menggali informasi dari berbagai sumber dan bisa mengasosiasikannya serta bisa
memperoleh pelajaran yang berguna bagi kehidupan di masa sekarang. Maka
58
dalam proses pembelajaran pun guru dituntut untuk kreatif dalam menarik minat
siswa mengikuti pelajaran sehingga siswa bersemangat untuk menemukan
informasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang menggunakan lintas ruang dan
waktu. Jika guru bisa kreatif dalam mengemas penyampaiannya dengan metode,
model dan media pembelajaran yang menarik maka siswa akan tertarik pada
pelajar sejarah yang dulunya dianggap sangat membosankan karena hanya
membahas cerita masa lampau yang siswa tidak mengerti bahwa banyak pelajaran
yang bisa diambil dari sana.
Download