BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Komunikasi Massa 1. Pengertian Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa bila diadopsi dari bahasa Inggris, komunikasi massa atau mass communication kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Dalam artian komunikasi yang bermassa atau komunikasi yang ber “mass mediated”. Komunkasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media (Effendy, 1993:80). Pool dalam Wiryanto (2003:3) mendefinisikan komunikasi massa sebagai “Komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesanpesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi”. 2. Karakteristik Komunikasi Massa (Effendy, 1993:81) a. Komunikasi bersifat umum Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda tercetak, film, radio dan televisi apabila dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam 20 lingkungan organisasi tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa. b. Komunikasi bersifat Heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, memiliki pekerjaan yang berbeda, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh. c. Media Massa menimbulkan keserempakan Yang dimaksudkan dengan keserempakan ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya beda dalam keadaan terpisah. 3. Unsur-unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa terdiri dari unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), dan efek (effect). Menurut (Wiryanto, 2003:3) Harold D Lasswell untuk memahami komunikasi massa, harus dipahami unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentuk penayangan, who, says what in which channel to whom and with what effect. 21 a. Unsur who (sumber atau komunikator) Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dengan institutionalized person adalah orang, seperti redaktur surat kabar yang melalui tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Di Indonesia, surat kabar, radio, film, televisi, dan komunikasi maya (cyber communication) dapat diusahakan oleh pemerintah atau swasta. Dengan demikian, yang juga menarik dari unsur who menyangkut perihal ownership dari organisasi komunikasi itu. Dari sisi lain, yang penting bukan wartawan, bukan sutradara atau pemain film, bukan juga penyiar yang meneruskan pesan-pesan komunikasi lewat pemancar radio atau televisi, melainkan pemilik yang membayar mereka untuk melaksanakan kemauannya dalam bentuk tulisan atau keragaman surat kabar, film, acara-acara radio atau program-program televisi. Dengan kata lain pemilik organisasi sangat berkuasa. Ia yang sesungguhnya mempengaruhi jutaan ribu penonton film, pembaca surat kabar, pendengar radio atau pemakai internet. 22 b. Unsur says what (pesan) Charles Wright dalam Wiryanto (2003:5) memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai berikut : Publicy Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada perorangan-perorangan terntentu yang eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua orang mengetahui dan menerima pesan yang sama dan disampaikan. Rapid Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu singkat. Pesan-pesan dibuat secara massal dan tidak seperti fineart yang dapat dinikmati berabad-abad. Transient Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat permanen. c. Unsur in which channel (saluran atau media) Unsur saluran menyangkut peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Tanpa saluran pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat, luas dan 23 stimulan. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, radio, film, televisi, dan internet. d. Unsur to whom (penerima atau mass audience) Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : Large Besarnya mass audience adalah relatif dan menyebar dalam berbagai lokasi. Ukuran untuk large biasanya digunakan suatu prinsip pihak komunikator pada dasarnya tidak dapat mengadakan interaksi secara tatap muka dengan khalayak. Prinsip ini penting sebab yang dimaksud dengan mass audience adalah perorangan-perorangan yang tidak terikat oleh tempat yang sama. Mereka dapat tersebar diberbagai tempat yang relatif luas. Heterogen Heterogen adalah semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya. Mass audience disini adalah sasaran-sasaran yang menduduki berbagai posisi. Anonim Anonim diartikan anggota-anggota dari mass audience pada umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikator. 24 e. Unsur with what effect (unsur efek atau akibat) Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi didalam diri audiens sebagai akibat keterpaan pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek ke dalam tiga kategori, yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku yang nyata. Ketiga jenis perubahan itu biasanya tidak berlangsung secara berurutan. Perubahan perilaku biasanya diawali dengan perubahan sikap dan perubahan sikap didahului dengan perubahan pengetahuan. Perubahan efek dapat diketahui melalui tanggapan khalayak yang digunakan sebagai umpan balik (feedback). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek. 2.2 Film 2.2.1 Pengertian Film Pengertian sederhana dari film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Yang dimaksudkan peneliti dengan film disini adalah film yang berjenis teatrikal. Film teatrikal adalah film yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung-gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema). Film jenis ini berbeda dengan film televisi (television film) atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi (Effendy 1993 : 201). Film merupakan penemuan teknologi yang baru muncul pada abad ke 19, tapi apa yang diberikan sebenarnya tidak terlalu dilihat dari segi sisi atau fungsi. Film berperan sebagai sarana baru yang 25 digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menjadikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respons terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Film sebagai media massa memiliki kelebihan antara lain dalam jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas. Kita perlu menyimak unsur-unsur ideologi dan propaganda yang terselubung dan tersirat dalam banyak film hiburan umum, suatu fenomena yang tampaknya tidak tergantung pada ada atau tidak adanya kebebasan masyarakat. Fenomena semacam itu mungkin juga bersumber dari keinginan untuk memanipulasi (McQuail, 2003:14). Film menjadi lebih bebas untuk memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau kekerasan, mengerikan dan pornografis. Terlepas dari adanya iklim yang bebas seperti itu, yang disebabkan oleh adanya perubahan norma-norma sosial, film masih tetap tidak mampu menikmati hak-hak politik dan ekspresi artistik secara penuh 26 dan masih banyak Negara yang tetap mempertahankan sistem pemberian izin, sensor dan pengendalian terhadap film.8 Film mengalami integrasi besar-besaran dengan media lainnya, terutama dengan penerbit buku, musik popular, dan bahkan dengan televisi sendiri. “Terlepas dari kenyataan menurunnya jumlah penonton film, justru mampu mencapai kekhususan tertentu, yakni sebagai sarana pameran bagi media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi dan film seri serta lagu. Dengan demikian dewasa ini film berperan sebagai pembentuk budaya massa, bukan semata-mata mengharapkan media lainnya sebagaimana peran film pada masa kejayaannya yang lalu.” (McQuail, 2005:15) 2.2.2 Film sebagai Media yang Berpengaruh Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan (Effendy 1993 : 209). 8 http://mengaisilmu.blogspot.com/2009/07/sejar-perfilman.html 27 Sebagai salah satu bentuk media massa, film dinilai paling berpengaruh terhadap kejiwaan para penontonnya. Pertama-tama disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop sendiri dan keduanya dikarenakan sifat dari media massa itu sendiri.9 Suasana bioskop membuat para penonton memusatkan segenap perhatian dan mencurahkan seluruh perasaannya kepada film itu. Tak ada pengaruh lain yang menganggu perhatiannya. Dalam keadaan bioskop yang gelap, penonton dapat tertawa sekenanya, menangis sepuasnya, duduk senang semuanya tanpa gangguan siapapun. Tak ada orang yang melihatnya dan menegurnya.10 Dalam hal ini orang-orang film pandai selalu menimbulkan emosi penonton. Teknik perfilman, baik peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap dalam gedung bioskop itu penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi dihadapannya.11 9 http://icalsensei.multiply.com/reviews/item/94 10 http://www.imdb.com/title/tt0770710/ 11 http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Kutip_sumber_tulisan 28 Sehubungan dengan itu dalam ilmu jiwa social terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Dalam melihat atau lebih tegas lagi, dalam menghayati sebuah film kerap kali penonton menyamakan (mengidentifikasikan) seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film itu. Ia bukan saja dapat “memahami” atau “merasakan” apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan peranannya, tetapi lebih lagi dari pada itu : antara pemain dan penonton hamper tidak ada lagi perbedaan (Effendy 1993 : 207). 2.2.3 Kualitas Film Menurut Effendy (1993 : 226) film yang bermutu dan berkualitas adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi Trifungsi Film Fungsi film adalah hiburan, pendidikan dan penerangan. Filmnya sendiri sudah merupakan saran hiburan. Orang yang menonton film tentunya untuk mencari hiburan, apakah film itu membuat tertawa, mencucurkan air mata, atau membikin gemetar ketakutan. Kalau saja film ini membawakan pesan yang sifatnya mendidik atau memberikan penerangan, barangkali dapat dinilai sebagai memenuhi salah satu unsur bermutu. 29 2. Konstruktif Film yang bersifat konstruktif ialah kebalikan dari yang bersifat deskruktif, yakni film dimana perilaku aktor atau aktris serba negatif yang bisa ditiru oleh masyarakat, terutama mudamudi. Andai kata sebuah film tidak mempertontonkan adegan seperti itu, barangkali dapat dinilai sebagai memenuhi unsur lain dari film bermutu. 3. Artistik-etis-logis Film memang harus artistik itulah sebabnya, film sering disebut hasil seni. Kalau saja sebuah film membawakan cerita yang mengandung etika, lalu penampilannya memang logis, film seperti itu dapat dinilai sebagai memenuhi ciri ketiga dari kriteria film bermutu. 4. Persuasif Film yang bersifat persuasif ialah film yang ceritanya mengandung ajakan secara halus, dalam hal ini sudah tentu ajakan berpartisipasi dalam pembangunan, “national and character building” yang sedang dilancarkan Pemerintah. Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa abad XXI merupakan abad komunikasi atau informasi berbagai penemuan penting dalam pola hubungan atau interaksi antar manusia, dari berbagai belahan bumi. Dengan dukungan teknologi komunikasi seperti teknologi satelit, serat optik serta teknologi digital dengan kompensasinya, maka percepatan perkembangan 30 teknologi dan informasi makin meningkat tajam terutama dalam mendukung berbagai aspek kehidupan manusia namun banyak diketahui bahwa semakin canggih sarana komunikasi maka semakin tidak ada hubungan tatap muka antara pemberi informasi dengan penerima informasi, sehingga komunikasi yang terjadi cenderung bersifat satu arah. Akibatnya berbagai pengaruh yang disebarkan oleh sarana komunikan seperti itu tidak bisa dihindari. Ikatan satu arah tersebut diperkuat oleh daya tariknya yang luar biasa. Meskipun film sebagai penemuan teknologi baru telah muncul pada akhir abad kesembilan belas, tetapi apa yang diberikannya sebenarnya tidak terlalu baru dilihat dari segi isi atau fungsi. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Jadi, film membuka kemungkinan bagi kelas pekerja untuk menikmati unsur budaya yang sebelumnya telah dinikmati oleh orang-orang yang berbeda di “atas” mereka. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya, akan terbukti bahwa peran yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar. Karakterisasi masalah film sebagai usaha bisnis pertunjukan baru dalam pasar yang kian berkembang belumlah mencakup segenap 31 permasalahan film. Dalam sejarah perkembangan film terdapat tiga tema besar dan satu atau dua tonggak sejarah yang penting. Tema pertama ialah pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema ini penting terutama dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Hal tersebut berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Kedua tema lainnya dalam sejarah film ialah muculnya beberapa aliran seni film (Huaco, 1963) dan lahirnya aliran film dokumentasi sosial (Denis McQuail : 1987). 2.3 Analisis isi Menurut Wazer dan Weiner (Bulaeng, 2004:171), analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Dan alat untuk menganalisis pesan dari komunikator tertentu sebagai pengganti menginterview orang atau meminta mereka untuk menjawab kuesioner (Tankard, 2005:40). Menurut Ashadi Siregar (2006:15) asumsi tentang analisis isi: Kajian isi media disebut obyektif jika ketentuan-ketentuan dalam instrumen yang digunakan dirumuskan dengan kriteria yang dapat menghindari multi interpretasi, sehingga pengkaji berbeda dengan menjalankan instrumen yang sama atas obyek yang sama akan memperoleh data dan kesimpulan yang sama, dengan derajat eror yang rendah. Dengan kata lain, melalui kriteria kerja, interpretasi subyektif dari person-person yang berbeda dapat menghasilkan hal yang sama. Sedangkan pengertian 32 sistematik merupakan seleksi dan analisa data didasarkan pada langkahlangkah terencana dan tidak bisa. Sementara unsur kuantitatif yang menjadi ciri kajian analisis isi terlihat dari hasilnya yang diwujudkan dalam angka, dapat berupa distribusi frekuensi, tabel kontingensi koefisien korelasi, atau lainnya. Analisis isi terbagi atas 2 jenis yaitu analisis isi kuantitatif dan analisis kualitatif. 1. Analisis isi kuantitatif Menurut Barelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer Dominick, 2003:135). Sedangkan menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi pelaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. a. Prinsip Sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus ada pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset. b. Prinsip Objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang 33 sama dengan prosedur yang sama, makanya hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda. c. Prinsip Kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif. d. Prinsip Isi yang Nyata Yang diriset dan di analisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak. Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat dan tujuan. Mc Quail dalam buku Mass Communication Theory (2000:305) mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah : Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat. Mengetahui fungsi dan efek media. Mengevaluasi media perfomance. Mengetahui apakah ada bias media. 34 2. Analisis Isi Kualitatif Analisis isi kualitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat (latent). Oleh karena itu diperlukan analisis isi yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks sosial/realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua pesan (teks, simbol, gambar dan sebagainya adalah produk sosial dan budaya masyarakat. Inilah yang disebut dengan analisis kualitatif. Al theide (1996 : 2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula Enthnografic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi obyekstif dengan observasi partisipan. Analisis kualitatif ini bersifat sistematis, analisis tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasi hanya dipakai sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul selama proses riset. Periset dalam melakukan analisis bersikap kritis terhadap realitas yang ada dalam teks yang dianalisis. 2.4 Originalitas Penelitian atau Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian ini, penulis mencantumkan beberapa penelitian yang sama dengan yang akan teliti. Ada beberapa penelitian tentang film yang serupa dengan penelitian penulis. Agar penulis bisa mengetahui hasil-hasil dari penelitian yang penulis ambil. 35 Tabel 2.2 Originallitas Penelitian atau Penelitian Sebelumnya No. 1. Peneliti Judul Tujuan Metodologi Hasil Angelita P. Kandungan Unsur Mendsekripsikan Analisis Isi Film - Adegan Sex Hamantara Sex, Mistis dan seberapa sering Tali Pocong merupakan adegan Kekerasan Film isi yang Perawan yang paling Tali Pocong menyangkut seks, banyak Perawan (Analisis kekerasan, mistis - Adegan mistis Isi Film Tali ditampilkan didominasi dengan Pocong Perawan. dalam film Tali visualisasi yaitu Pocong Perawan. penampakan makhluk halus - Bentuk adegan kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik - Motif tidak disengaja - Banyak laki-laki dari pada perempuan. 2. Dwi Motif Gratifikasi Mardikowati Dalam Menonton Mendeskripsikan Deskripsi motif-motif Eksploratif. - Motif Integrasi Sosial dalam Film Ayat-Ayat gratifikasi yang keinginan Cinta. terpenuhi setelah menonton film menonton film Ayat-Ayat Cinta. Ayat-Ayat Cinta. - Motif terbesar kedua adalah 36 Motif Afeksi. - Motif Kognisi dan Motif Hiburan masing-masing hanya berpengaruh kecil. - Perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh dalam penulisan ini. 3. - Adegan seks visual Ayundra Analisis Isi Mendeskripsikan Analisis Isi Film Rizki Adegan Seks bagaimana isi Basahhh Rengganis Dalam Film yang menyangkut ”Basahhh” seks dalam film - Dalam adegan komedi remaja Film Basahhh ”Basahhh” banyak lebih banyak ditampilkan. menyimpang dari peraturan Komisi Penyiaran Indonesia. - Lebih banyak adegan eksploitasi keindahan tubuh wanita. - Film memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi remaja. 37 4. Satrio Putra Analisis Isi Unsur Mendeskripsikan Analisis Isi Film Yuganto Kekerasan Dalam seberapa sering 9 Naga. Film 9 Naga. isi yang - ????? menyangkut kekerasan yang ditampilkan dalam film “9 Naga”. 2.5 Sinopsis Film “9 Naga” Film 9 Naga menceritakan tiga orang pembunuh bayaran dengan satu kepala geng. Tiga orang ini sudah bersahabat dari kecil, Marwan, Leni dan Doni, mereka tergabung dalam pembunuh bayaran. Mereka tinggal di suatu daerah padat penduduk. Mereka mempunyai masalah ekonomi sendirisendiri. Doni mempunyai adik yang masih duduk di bangku SMA, membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit. Doni yang kesehariannya tidak mempunyai aktivitas untuk mendapatkan uang. Marwan yang setiap harinya selalu mendapatkan uang lebih, Marwan mencoba untuk menawarkan pekerjaan haram ini kepada Doni. Doni yang sedang membutuhkan uang, ia mencoba pekerjaan yang ditawarkan oleh Marwan. Marwan mempunyai istri dan seorang anak. Keseharian Marwan tidak pernah bersinggah dirumah. Marwan pulang hanya memberikan uang kepada istrinya lalu bersiap-siap untuk bekerja sebagai pembunuh bayaran. Di sebuah perkampungan kecil yang selam, mereka bertiga tinggal. Marwan yang selalu menawarkan pekerjaan kepada Doni. Di sebuah 38 warung tuak mereka bertiga menyempatkan diri mampir untuk meminum segelas tuak. Di warung tersebut, mereka memulai untuk melakukan pekerjaannya. Mereka menculik korban dan membawanya ke sebuah tempat untuk melakukan penembakan. Korban yang sudah mati, dimasukan dalam karung dan dibuang ke sungai. Setelah pekerjaan mereka selesai, mereka nongkrong disebuah gang sambil meminum minuman keras. Keesokan harinya, Doni bilang kepada Marwan kalau Doni ingin berhenti untuk beberapa waktu. Doni dan adiknya Adi, ingin membuka usaha sablon. Akhirnya mereka bertiga singgah di warung tuak langganannya. Doni mengeluarkan gambar Naga, yang telah digambar oleh Adi. Mereka berdua berinspiransi oleh sebuah komik 9 Naga terakhir di Bumi. Leni setuju dengan Doni yang ingin membuka usaha sablon. Tapi Marwan tidak setuju karena menurut Marwan, penghasilan yang didapat tidak banyak. Setelah Doni bercerita dengan Marwan dan Leni. Doni kembali pulang kerumahnya dan Doni menceritakan apa yang ia ceritakan kepada teman-temannya. Ternyata Adi mengetahui pekerjaan kakaknya Doni. Doni menceritakan kenapa ia begitu patuh dengan Marwan. Pada waktu kecil, Doni diselamatkan oleh Marwan dan Leni saat Doni di rampas uangnya oleh preman. Dari saat itu lah Doni berteman dengan Marwan dan Leni. Dan pada saat itu juga, Doni tidak bisa melupakan kejadian yang pernah ia alami. Ketika Doni bercerita tentang kisahnya, Adi tidak peduli dengan semuanya. 39 Marwan yang kesehariannya tidak pernah pulang, akhirnya Marwan pulang untuk melihat anak istrinya. Anak istrinya yang membutuhkan sosok Ayah dan Suami. Pagi harinya, Marwan dihubungi via handphone oleh bosnya untuk melaksanakan tugasnya lagi sebagai pembunuh bayaran. Pada saat itu juga Marwan menghubungi kedua temannya. Doni yang tadinya ingin berhenti beberapa waktu, akhirnya ikut lagi dalam pekerjaannya. Dalam hati kecil, Doni terpaksa melakukan pekerjaan ini karena terdesak oleh keadaan. Leni yang selalu patuh dengan Marwan, ia tidak berpikir panjang ikut pekerjaan Marwan. Akhirnya mereka bertiga menemui bosnya untuk melaksanakan pekerjaan yang sudah menunggu. Mereka berangkat ketika hari sudah gelap. Mereka berangkat ke suatu Restoran untuk membidik salah satu tamu restoran tersebut. Dengan keahlian Marwan, akhirnya Marwan menembakkan pistol ke arah target dan ternyata tembakan Marwan kali ini meleset. Suasana restoran menjadi ricuh dengan suara tembakan.12 Marwan terus mengejar target dengan terus menembakkan ke arah target sedangkan Doni mengikuti Marwan untuk mendapatkan target. Target yang terus menghindar dan masuk ke dalam dapur yang akhirnya menemukan pintu keluar untuk meloloskan diri. Ketika Marwan mengejar target, polisi patroli mendengar suara tembakan. Akhirnya Polisi mengejar Marwan dan Doni sampai ke belakang restoran. 12 http://sinema-indonesia.com/neo/2007/04/01/9-naga-2006/ 40 Marwan mengetahui bahwa dirinya dikejar Polisi, akhirnya Marwan bersembunyi disuatu tempat. Marwan menunggu saat-saat Polisi mendekati Marwan, saat Marwan keluar dari persembunyian dan menembakkan peluru, ternyata yang ia tembak temannya sendiri, Doni. Marwan kaget dan langsung memeluk Doni, dan hanya bisa menangis di hadapan Doni. Marwan mengambil gambar Naga dan Komik yang selalu dibawa oleh Doni. Ketika itu Leni yang sedang menunggu di dalam sebuah mobil, langsung menyalakan mobil dan pergi. Setelah kejadian itu Marwan dan Leni pergi ke suatu sungai sambil membawa Doni untuk dibuang agar jejak mereka tidak diketahui oleh Polisi. Sungai ini biasa untuk membuang mayat oleh mereka. Target-target yang mati, dibuang di sungai ini. Setelah kejadian itu, Marwan dan Leni bingung bertemu dengan adiknya Doni, Adi. Marwan hanya bisa merenung dan terus merenung. Sedangkan Leni yang hanya bisa mabuk dengan menghabiskan beberapa gelas tuak di warung, sambil merenungkan sahabatnya yang kini telah tiada. Mereka bingung harus berbuat apa dengan Adi adik Doni. Adi terus menunggu kedatangan kakaknya yang sudah lama tidak pulang. Akhirnya Marwan memberanikan diri untuk bertemu dengan Adi. Marwan memberikan gambar Naga dan komik yang ia bawa kepada Adi. Adi langsung menangis dan memukuli Marwan. Istri Marwan ingin sekali pindah rumah, menurut ia lingkungan rumahnya tidak baik untuk anak kesayangannya itu. Keesokan harinya Marwan pergi ke suatu developer perumahan untuk membeli sebuah rumah. 41 Dengan uang yang ia bawa, tidak cukup untuk memenuhi pembelian rumah. Akhirnya Marwan, datang ke bosnya untuk meminta uang hasil kerjanya. Saat Marwan meminta bosnya marah-marah karena menurut bosnya, kerja Marwan tidak tuntas. Marwan tidak terima dengan perkataan si bos. Marwan langsung membunuh dan mengambil setumpuk uang yang ada di lemari. Marwan langsung kabur dari kantor dan anak buah bosnya mengetahui kalau bosnya sudah mati. Akhirnya Marwan pulang dan berkemas membawa anak dan istrinya ke rumah Leni. Marwan langsung membawa uang curiannya ke developer, untuk membeli sebuah rumah untuk anak dan istrinya. Ketika itu, Marwan masih dicari oleh anak buah bosnya dan di sebuah gang kecil, Leni diculik oleh anak buah bosnya. Marwan mengetahui kalau Leni diculik. Akhirnya Marwan menyerahkan diri dengan Leni karena menurut Marwan, pencurian uang bosnya tidak ada kaitannya oleh Leni. Penculik meminta Marwan untuk mengembalikan uang yang ia curi. Di malam hari, Marwan menyerahkan diri dan membawa tas berisi uang yang ia curi dan barter dengan Leni. Ketika Marwan dan Leni bertemu, Marwan memberikan sebuah kunci rumah baru untuk istri dan anaknya. Akhirnya Marwan masuk ke dalam ruangan, yang didalamnya penculik meminta untuk membuka tas yang berisi uang. Ternyata, tas yang ia bawa, sudah diganti Marwan dengan sobekan kertas koran. Marwan hanya tertawa dan penculik akhirnya menembak Marwan. 42 2.6 Kerangka Pikir Penelitian Komunikasi Massa FILM “9 NAGA” Analisis Isi : Transkrip Koding Tabulasi Kuantitaf Kualitatif Statistik Deskriptif Deskripsi Kandungan Unsur Bentuk Tampilan Kekerasan Kekerasan Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 43 Dari Bagan 2.1 kerangka pikir penelitian dalam dijelaskan sebagai berikut: Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media, salah satunya melalui Film. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi dari film 9 Naga dengan menggunakan transkrip, koding, dan tabulasi sebagai alat dan cara untuk menganalisis film tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti untuk menganalisis film 9 Naga adalah dengan metode kuantitatif statistik deskriptif yang akan menganalisis isi yang menyangkut kandungan unsur kekerasan dalam film 9 Naga dan metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan isi yang menyangkut tampilan dari film 9 Naga. 44