BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Dengan semakin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada perusahaan, maka ruang lingkup dan tugas yang dipikul oleh manajemen semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen memerlukan alat bantu yang digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Salah satu alat bantu dalam melaksanakan fungsi utama manajemen yaitu fungsi perencanaan dan pengendalian adalah anggaran. Secara sederhana anggaran didefinisikan sebagai rencana keuangan yaitu suatu rencana tertulis mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Anggaran mutlak sekali diperlukan sebagai pedoman di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Mengingat pentingnya anggaran bagi perusahaan, maka dalam penyusunannya harus dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan kepada perencanaan dan perhitungan yang matang serta melibatkan berbagai departemen tertentu. Anggaran sebagai alat bantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian, dapat diterapkan terhadap berbagai macam bentuk badan usaha terutama pada perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya tergantung kepada skala organisasi serta rumitnya masalah yang dihadapi. Namun demikian teknik dan prosedur pelaksanaanya mempunyai banyak kesamaan karena dilandasi oleh teori yang sama. 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran yaitu rencana kerja yang dinyatakan dalam nilai uang dan disusun menurut sistematika keuangan (manual anggaran AJB Bumi Putra 1912). Hal ini menunjukan bahwa anggaran mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sarana untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Welsch yang dialihbahasakan oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:3) adalah ”Comprehensive profit planning and control is difined as a systematic and formalized approach for perfoming significant phases of management planning and control functions”. Menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:6) mengemukakan pengertian anggaran sebagai berikut: “Anggaran adalah suatu pendekatan formal dan sistematis, dan pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan: 1. Anggaran bersifat formal artinya anggaran disusun secara resmi dan tertulis. 2. Anggaran perusahaan harus bersifat sistematis artinya anggaran harus disusun berurutan dan berdasarkan fakta. 3. Anggaran merupakan suatu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer dengan penuh tanggung jawab. 4. Perencanaan, kordinasi, dan pengawasan merupakan fungsi manajer. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001: 361) mengemukakan pengertian anggaran adalah: “A budget is a management plan, with the implicit assumption that positive steps will be taken by the budgetee--the manager who prepares the budget-- to make actual events correspond to the plan”. M. Munandar (2001: 1) mengemukakan pengertian anggaran sebagai berikut: “Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa suatu anggaran mempunyai empat unsur yaitu: 1. Rencana merupakan suatu penentuan terlebih dahulu mengenai kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang. 2. Seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh seluruh bagian yang ada di dalam perusahaan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu: a. Kegiatan Pemasaran b. Kegiatan Produksi c. Kegiatan Administrasi d. Kegiatan Pembelanjaan e. Kegiatan Personalia 3. Unit (kesatuan) moneter yaitu yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan-kegiatan perusahan yang beraneka ragam. 4. Jangka waktu tertentu menunjukkan bahwa budget berlaku hanya untuk masa yang akan datang, ini berarti bahwa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan dilakukan di waktu yang akan datang atau kaitannya dengan jangka waktu anggaran adalah anggaran untuk jangka panjang dan anggaran untuk jangka pendek. 2.1.2 Tujuan Anggaran Adapun tujuan dari anggaran yang disusun oleh manajemen adalah untuk membawa perusahaan kepada kondisi yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diperhitungkan. Tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat digolongkan ke dalam tujuan yang sifatnya umum dan yang sifatnya khusus. Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:45-47) mengemukakan bahwa anggaran itu mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus yaitu: 1. Tujuan umum menyangkut a. Ekonomi Finansial Ekonomi, merupakan peran yang diinginkan oleh perusahaan sebagai lembaga yang bergerak dibidang ekonomi. Finansial, berupa mencari keuntungan sebagai persyaratan agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. b. Konsumen Bahwa produk yang dihasilkan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, memelihara hubungan baik dengan konsumen. c. Pemilik Modal Menjalin hubungan sebaik mengkin dengan kaum pemilik modal agar mereka tetap bersedia memberikan modalnya. 2. Tujuan khusus menyangkut 1) Produk, misalkan perusahaan ingin dikenal sebagai produsen produkproduk bermutu. 2) Luas daerah pemasaran yang ingin dicapai, nasional atau regional. 3) Market share yang ingin dimiliki. 4) Return on Investment tertentu. 2.1.3 Kegunaan Anggaran Anggaran selain berguna sebagai alat perencanaan dan pengendalian, juga mempunyai beberapa kegunaan seperti yang dikemukakan oleh Munandar (2001: 50) yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman kerja 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja 3. Sebagai alat pengawasan kerja Uraian kegunaan anggaran tersebut di atas sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman kerja Budget berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang. 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Budget berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja agar semua bagianbagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin. 3. Sebagai alat pengawasan kerja Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapat dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara budget dengan realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencanarencana budget selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat. Selain itu anggaran mempunyai beberapa manfaat yang cukup besar seperti yang dikemukakan oleh R. A. Supriyono (2000: 42), yaitu: 1. Perencanaan kegiatan organisasi atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek. 2. Membantu mengkoordinasikan rencana jangka pendek. 3. Alat komunikasi rencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban. 4. Alat untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. 5. Alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban dan para manajernya. 6. Alat pendidikan para manajer. Uraian manfaat anggaran tersebut di atas sebagai berikut: 1. Perencanaan kegiatan organisasi atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek Anggaran sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian dari program dalam jangka pendek, umumnya satu tahun. Dalam penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan luar dan kondisi-kondisi perusahaan. 2. Membantu mengkoordinasi rencana jangka pendek Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasi rencana dan tindakan berbagai unit atau segmen yang ada di dalam organisasinya agar dapat bekerja secara selaras ke arah pencapaian tujuan. Koordinasi harus diusahakan, jadi tidak dapat diharapkan berjalan secara otomatis karena setiap individu di dalam organisasi mempunyai kepentingan dan persepsi yang berbeda terhadap tujuan organisasi. 3. Alat komunikasi rencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban Jika organisasi diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi tersebut harus menentukan saluran komunikasi melalui berbagai unit dalam organisasi tersebut. Komunikasi meliputi penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijakan, rencana, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul. Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi berkomunikasi dan berperan serta dalam proses anggaran. 4. Alat untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya Anggaran dalam penyusunannya mengikutsertakan peran para pelaksana sehingga dapat digunakan untuk memotivasi mereka di dalam melaksanakan rencana, mencapai tujuan sekaligus untuk mengukur prestasi mereka. Memotivasi para pelaksana dapat dilakukan dengan memberikan insentif dalam bentuk uang, penghargaan, dan sebagainya kepada mereka yang mencapai prestasi. 5. Alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban dan para manajernya Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian kegiatan karena anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen dari pelaksana yang ikut berperan di dalam penyusunan anggaran tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan apakah penyimpangan yang timbul sudah menjadi hal yang dapat merugikan perusahaan. Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang. 6. Alat pendidikan para manajer Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja secara terinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpin dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, anggaran bermanfaat sebagai latihan kepemimpinan bagi para manajer agar di masa depan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi. 2.1.4 Keterbatasan Anggaran Di samping manfaat yang diperoleh dari penggunaan anggaran seperti yang telah dikemukakan, anggaran juga mempunyai beberapa keterbatasan. Hal tersebut harus diperhatikan agar penerapan anggaran dapat berjalan dengan baik. Menurut R. A. Supriyono (2000: 45) meskipun anggaran mempunyai banyak manfaat, tetapi terdapat pula beberapa keterbatasannya, yaitu: 1. Estimasi atau proyeksi tidak tepat. 2. Kondisi dan asumsi berubah. 3. Tidak ada kerjasama dan koordinasi. 4. Dipandang sebagai pengganti pertimbangan manajemen. Uraian keterbatasan anggaran tersebut di atas sebagai berikut: 1. Estimasi atau proyeksi tidak tepat Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi yang ketepatannya tergantung kepada kemampuan pengestimasi atau pemroyeksi. Ketidaktepatan estimasi mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat dicapai. 2. Kondisi dan asumsi berubah Perencanaan dan anggaran didasarkan kondisi dan asumsi tertentu. Jika kondisi dan asumsi yang mendasarinya berubah maka perencanaan dan anggaran harus dikoreksi. 3. Tidak ada kerjasama dan koordinasi Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak, terutama para manajer, terus bekerja sama secara terkoordinir dan berusaha mencapai tujuan. 4. Dipandang sebagai pengganti pertimbangan manajemen Perencanaan dan anggaran tidak dapat dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajemen dan pertimbangan manajemen. 2.1.5 Jenis-jenis dan Isi Anggaran Menurut Munandar (2001: 19), jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Anggaran finansial, ialah anggaran yang berisitaksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang. Lebih lanjut Munandar (2001: 19), menyebutkan isi anggaran secara garis besar terdiri atas: 1. Anggaran taksiran, yaitu anggaran yang berisi taksiran-taksiran kegiatan perusahaan dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Serta taksirantaksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang. 2. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang berisi tingkat perubahan biaya atau tingkat variabilitas biaya, khususnya biaya semi variabel, sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan. 3. Analisis statistika dan matematika pembantu, yaitu analisis yang dipergunakan untuk membuat taksiran-taksiran serta yang dipergunakan untuk mengadakan penelitian dalam rangka megadakan pengawasan kerja. 4. Laporan anggaran, yaitu tentang realisasi pelaksanaan anggaran yang dilengkapi dengan berbagai analisis perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang bersifat merugikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan beberapa tindak lanjut yang segera perlu dilakukan. 2.1.6 Prosedur Penyusunan Anggaran Anggaran memerlukan proses penyusunan, R. A Supriyono (2000: 49) mengemukakan bahwa: “Penyusunan anggaran adalah proses akuntansi dan juga proses manajemen. Proses akuntansi berarti penyusunan anggaran merupakan studi terhadap mekanisme, prosedur untuk merakit data, dan membentuk anggaran. Proses manajemen berarti penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran tiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program”. Secara garis besar, pendelegasian tugas dalam mempersiapkan dan menyusun anggaran yang dikemukakan oleh Munandar (2001: 17) meliputi: 1. Bagian Administrasi, bagi perusahaan kecil. Dalam perusahaan kecil kegiatankegiatan tidak terlalu kompleks, sederhana, dengan ruang lingkup terbatas, sehingga tugas penyusunan anggaran dapat diserahkan kepada salah satu bagian dari perusahaan yang bersangkutan tanpa melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan secara aktif. 2. Panitia Anggaran, bagi perusahaan besar. Kegiatan-kegiatan perusahaan lebih kompleks dan beraneka ragam dengan ruang lingkup yang lebih luas sehingga dalam penyusunan anggaran dibutuhkan partisipasi aktif semua bagian yang ada dalam perusahaan. 2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik bilamana taksiran-taksiran (forecast) yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Menurut M. Munandar (2001:11) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Faktor-faktor intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa: a. Penjualan tahun-tahun yang lalu b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya. c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. d. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (kuantitatif) maupun keterampilan dan keahlianya (kualitatif). e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan. f. Fasilitas-fasilitas lainya yang dimiliki perusahaan. g. Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang produksi, pembelanjaan, administrasi, maupun bidang personalia. 2. Faktor-faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kelancaran perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa: a. Keadaan persaingan. b. Tingkat pertumbuhan penduduk. c. Tingkat penghasilan masyarakat. d. Tingkat pendidikan masyarakat. e. Tingkat penyebaranpenduduk. f. Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat lainya. g. Kebijakan pemerintah baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. h. Keadaan ekonomi nasional maupun internasional, kemajuan teknologi. 2.2 Biaya Manajer perusahaan memerlukan informasi biaya yang sistematis komperatif. Informasi ini dapat membantu manajer dalam menetapkan sasaran suatu laba diperusahaan dan target departemen, sehingga dapat menjadi pedoman bagi manajer tingkat menengah dan bawah menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasikan keefektifan rencana, mengungkapkan keberhasilan atau suatu kegagalan dalam bentuk tanggung jawab yang spesifik dan menganalisa secara organisasi tetap bergerak secara seimbang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Mulyadi (2005:8) mengemukakan pengertian biaya sebagai berikut: “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Usry dan Carter yang dialihbahasakan oleh Krista (2002:29): “Biaya (cost) didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. ” Jadi biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa, yang akan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa yang akan datang yang diukur dalam satuan moneter. 2.2.1 Klasifikasi Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Umumnya pengklasifikasian biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan pengklasifikasian tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal different cost for different purpose. Usry dan Carter (2004;40) yang dialihbahasakan oleh Krista (2004;40) klasifikasi biaya terbagi : 1. Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa) 2. Volume produksi 3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur 4. Periode akuntansi 5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dalam hubungannya dengan produk, biaya dikelompokkan menjadi : a. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi ini terdiri dari 3 unsur biaya, yaitu: 1) Bahan baku 2) Biaya tenaga kerja langsung 3) Overhead pabrik b. Biaya komersial terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Biaya pemasaran: mulai terjadi pada saat proses pabrikasi telah selesai dan produk siap jual. 2) Biaya administrasi dan umum: meliputi biaya yang dikeluarkan dalam mengukur dan mengendalikan organisasi perusahaan. 2. Dalam hubungannya dengan volume produk, biaya dikelompokkan menjadi : a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume produksi, dengan cirri-ciri sebagai berikut: 1) Jumlah total akan berubah langsung sebanding dengan perubahan volume. 2) Jumlah biaya per unitnya konstan walaupun volume berubah, sepanjang suatu tingkat yang relevan. 3) Mudah untuk dibebankan ke departemen operasi. 4) Merupakan tanggung jawab kepala departemen tertentu b. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan produksi dalam batas-batas tertentu, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Jumlah totalnya tetap dalam suatu tingkatan output yang relevan. 2) Adanya penurunan dalam biaya per unit bila volume bertambah dalam suatu tingkat yang relevan. 3) Dapat dibebankan pada departemen tertentu berdasarkan keputusan manajemen atau metode alokasi biaya. 4) Lebih banyak dikendalikan oleh manajer pelaksana daripada oleh pengawasan operasi. c. Biaya semi variable adalah biaya yang jumlah totalnya tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Jumlah totalnya tetap dalam suatu tingkatan output yang relevan dan yang sebagian lagi berubah sebanding dengan perubahan output. 2) Disebut juga mixed cost. 3. Dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi : a. Departemen produksi atau departemen jasa Departemen-departemen dalam pabrik pada umumnya digolongkan oleh 2 kategori yaitu : departemen produksi jika biaya yang dikeluarkan oleh departemen ini dibebankan atas produk, departemen jasa jika membebankan biaya atas dasar jasa/pelayanan yang diberikan bagi departemen lain. Dalam hubungannya dengan pembebanan biaya pada departemen dikenal 2 macam biaya yaitu : biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebabnya karena adanya sesuatu yang dibiayai. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. b. Biaya bersama dan biaya gabungan Biaya bersama yaitu biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh 2 operasi atau lebih. Sedangkan biaya gabungan adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu jenis produk. 4. Dalam hubungannya dengan periode akuntansi, biaya dapat dikelompokkan menjadi : a. Capital expenditure adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi, b. Revenue expenditure adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi yang terjadinya pengeluaran tersebut. 5. Dalam hubungannya dengan keputusan, tindakan dan evaluasi, biaya dikelompokkan atas : a. Biaya diferensial yaitu biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan, yang menyangkut pemilihan alternatif masa yang akan datang. b. Biaya kesempatan yaitu pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. c. Out of pocket cost yaitu biaya yang akan memerlukan pengeluaran kas sekarang atau dalam jangka waktu dekat sebagai akibat dari keputusan manajemen. d. Sunk cost yaitu biaya yang terjadi sebagai akibat dari pengembalian keputusan yang telah lalu. 2.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang terjadi dalam kaitanya dengan operasi yang dilakukan perusahaan. Pengertian umum biaya operasional menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000: 594) adalah sebagai berikut: “Biaya operasional adalah biaya–biaya yang berkaitan dengan kegiatankegiatan administratif dan penjualan dari suatu perusahaan disebut juga non manufacturing expense merupakan biaya periode yang berkaitan dengan waktu, bukan dengan produk biaya ini dibagi atas biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum”. M. Nafarin (2004: 67) menyatakan bahwa: “Beban operasi adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam suatu organisasi guna pelaksanaan aktivitas serta pencapaian tujuan yang telah ditentukan.” Dari pengertian biaya operasional tersebut, biaya operasional dikaitkan dengan biaya-biaya yang terjadi dan terdapat dalam lingkungan biaya operasional, serta bagian-bagian yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh bagian operasi. 2.3 Anggaran Biaya Operasional Untuk menekan dan menghindari pemborosan biaya operasional serta mendorong dipatuhinya kebijakan perusahaan terutama dalam hubungan dengan biaya operional, maka diperlukan anggaran biaya operasional. Anggaran biaya opersional merupakan komitmen manajemen dalam pelaksanaan pengeluaran biaya operasional yang dilakukan oleh masing-masing manajer dalam rangka melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya. Anggaran biaya operasional ini memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Menurut M. Munandar (2001:23) mengemukakan tentang pengertian anggaran biaya operasional: “Anggaran biaya operasional adalah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. Sedangkan menurut Adisaputro (2003: 289) adalah: “Anggaran biaya operasional adalah anggaran atau taksiran semua biaya yang dikeluarkan dan pada hakekatnya dianggap habis dalam masa tahun buku. ” Anggaran biaya operasional merupakan suatu komitmen manajemen dalam pelaksanaan pengeluaran biaya operasional yang dilakukan oleh masingmasing manajer dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Anggaran ini memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. 2.3.1 Pengelompokan Anggaran Biaya Operasional Menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2003:64) anggaran biaya operasional dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Anggaran Proyesi Rugi/Laba Dalam anggaran ini dihitung dan ditaksir besarnya laba perusahaan, baik menurut bagian, menurut jenis produk maupun laba yang merupakan keseluruhan. 2. Angggaran Pembantu Laporan Rugi/Laba (Income Statement Supporting Budget). Angaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-kegiatan yang menyokong penyusunan suatu laporan Rugi/Laba (Income Statement), yaitu: a. Anggaran penjualan b. Anggaran produksi c. Anggaran biaya distribusi d. Anggaran biaya umum dan administrasi e. Anggaran type appropriasi 2.3.2 Prosedur Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Biaya Operasional Salah satu bentuk perencanaan adalah anggaran. Anggaran sangat berhubungan dengan biaya, segala jenis biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan disebut anggaran biaya operasional. M. Nafarin (2004: 9) menyatakan bahwa: “Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan”. Ditinjau dari siapa yang membuat, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara: 1. Top Down (otoriter) Dalam metode ini, anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran ini harus dilaksanakan oleh bawahan tanpa keterlibatan/ keikutsertaan bawahan dalam penyusunannya. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya. 2. Buttom up (demokrasi) Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama dan berlarut-larut. 3. Metode campuran Metode ini merupakan metode campuran dari kedua metode yang di atas. Di sini, perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan sesuai dengan arahan atasan. Metode yang terbaik tergantung pada kondisi perusahaan masing-masing.