presentasi kasus tumor ginjal kiri

advertisement
PRESENTASI KASUS
TUMOR GINJAL KIRI
DISUSUN OLEH:
Anggi P. N. Pohan
0906487695
Vhiolen Christin S.
0906639966
NARASUMBER:
Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.BU
MODUL PRAKTIK KLINIK BEDAH DAN ATLS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JANUARI 2014
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama
:S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 55 tahun
Alamat
: Ciracas, Jakarta Timur
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan
: Sudah menikah
No. RM
: 387-85-xx
Tanggal Masuk
: 3 Januari 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 15 Januari 2014
1.2 Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Nyeri pinggang sebelah kiri yang hilang-timbul sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 tahun SMRS, pasien mengeluhkan adanya nyeri pinggang sebelah kiri
yang hilang-timbul.Nyeri pinggang sebelah kiri muncul tiba-tiba; tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi tubuh. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan tidak menjalar. Nyeri
yang dirasakan sejak 4 tahun SMRS sampai selama perawatan dirasakan sama saja; tidak
ada perubahan kualitas nyeri. Pada saat nyeri muncul, pasien menyangkal adanya keringat
dingin. Keluhan nyeri tidak disertai dengan demam. Keluhan nyeri saat buang air kecil
(BAK), BAK keruh, dan BAK berdarah disangkal. Riwayat keluar batu atau pasir saat
BAK disangkal. Gangguan buang air besar (BAB) disangkal. Keluhan mual dan muntah
juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak pernah mengalami trauma, khususnya di daerah
pinggang. Pada saat itu, pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien sempat menjalani
pemeriksaan USG dan rontgen perut, kemudian dikatakan bahwa pasien mengalami
tumor ginjal kiri dan disarankan untuk menjalani operasi. Pasien menolak tindakan
operasi dan tidak pernah memeriksakan dirinya kembali. Pasien justru mengonsumsi
obat-obatan herbal.
Pasien pernah mendapatkan transfusi darah: 1x pada 3 tahun SMRS, 2X pada 2
tahun SMRS, dan semakin sering (>2x) pada 1 tahun SMRS. Pasien mengatakan bahwa
alasannya mendapatkan transfusi darah adalah Hb-nya rendah dimana Hb terendah 4,2.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan sebesar 10 kg, disertai adanya penurunan
nafsu makan, dan badan terasa lemas. Pasien juga merasakan perutnya sedikit membesar
sejak 2 tahun SMRS, tetapi pasien tidak merasakan terdapat masa. Pasien menyangkal
ada demam lama. Riwayat kaki membengkak tidak ada. Pasien menyangkal adanya nyeri
atau linu pada tulang. Pasien juga menyangkal adanya batuk-batuk yang berkepanjangan.
Sejak 2 tahun SMRS, pasien mengatakan bahwa kadang-kadang tekanan
darahnyatinggi dan pernah mendapatkan obat captopril. Pasien tidak mengonsumsi obat
tersebut secara rutin.
Sekitar tiga bulan SMRS, pasien pernah memeriksakan dirinya ke dokter (saat
mendapatkan transfusi darah) dan dikatakan bahwa Hb yang turun disebabkan oleh tumor
yang dialami pasien sehingga disarankan untuk menjalani operasi. Kemudian pasien
dirujuk dari RS Pasar Rebo ke Poliklinik Urologi RSCM. Pasien mulai dirawat untuk
operasi sejak 3 Januari 2014. Selama perawatan, pasien telah menjalani operasi
pengangkatan tumor ginjal kiri pada 7 Januari 2014.
Pasien diketahui memiliki riwayat alergi terhadap ampisilin.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya penyakit jantung, penyakit paru, asma, dan diabetes
melitus. Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak kandung pasien memiliki hipertensi. Riwayat penyakit tumor di dalam
keluarga disangkal. Riwayat penyakit lain di dalam keluarga disangkal.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pekerjaan, Kebiasaan
Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Dahulu pasien bekerja
sebagai seorang sopir angkutan antarkota selama bertahun-tahun, tetapi sekarang sudah
tidak bekerja lagi. Selama masih bekerja, pasien mengaku jarang sekali minum dan sering
mengonsumsi minuman kratingdaeng. Pola makan pasien normal dan bergantian
mengonsumsi sayur-sayuran, buah-buah, dan daging. Pasien memiliki kebiasaan merokok
1-2 bungkus/hari selama >15 tahun, tetapi sekarang sudah berhenti merokok. Pasien
menyangkal riwayat minum minuman beralkohol. Pasien berobat dengan jaminan
kesehatan nasional.
1.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Kompos mentis
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Frekuensi Nadi
: 72 x/menit
Frekuensi Pernapasan
: 22 x/menit
Suhu
: Afebris
BB/TB
: 67 kg/165 cm
IMT
: 24,61 kg/m2
Kepala
: Normosefal, tidak ada deformitas
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Hidung
: Lubang hidung lapang, tidak ada sekret
Telinga
: Kedua liang telinga lapang, tidak ada sekret, refleks cahaya positif, nyeri
tekan tragus dan mastoid tidak ada
Mulut
: Mukosa tidak kering, gigi berlubang tidak ada, faring tidak hiperemis,
uvula di tengah, tonsil tidak membesar
Leher
: JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru
: Vesikuler (+/+), rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
: S1 dan S2 normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Perut
: Datar, lemas, defans tidak ada, bising usus normal, nyeri ketok CVA (+)
sebelah kiri
Stoma
: kesan vital, produksi (+) feses
Luka operasi : tertutup kassa, tidak ada rembesan
Ekstremitas
: Akral hangat, tidak ada edema, capilarry refill time<2 detik
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
3 Januari 2014
Jenis Pemeriksaan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
LED
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesan
Jumlah Retikulosit
Absolut
Relatif
Kimia Klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
Hasil
Satuan
g/dL
%
10^6/uL
fL
Pg
g/dL
10^3/dL
10^3/dL
Mm
11,6
36,7
4,96
74,0
23,4
31,6
363
7,78
40
0,6
6,0
56,5
25,6
9,3
Nilai Rujukan
13-17
40-50
4,5-5,5
80-95
27-31
32-36
150-400
5-10
0-10
0,5-1,0
1-4
55,0-70,0
20-40
2-8
Mikrositik hipokrom, anisositosis, sel pensil (+)
Kesan jumlah cukup, eosinophilia
Kesan jumlah cukup, morfologi normal
Anemia mikrositik hipokrom dengan eosinophilia
40.200
0,81
/uL
%
24.000-110.000
0,56-2,00
35
1,40
mg/dL
mg/dL
<50
0,8-1,3
4 Januari 2014
Jenis Pemeriksaan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
Kimia Klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
SGOT
SGPT
Albumin
GDS
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
11,3
36,1
4,80
75,2
23,5
31,3
372
8,06
g/dL
%
10^6/uL
fL
Pg
g/dL
10^3/dL
10^3/dL
13-17
40-50
4,5-5,5
80-95
27-31
32-36
150-400
5-10
38
1,40
23
9
3,5
87
mg/dL
mg/dL
U/L
U/L
g/dL
mg/dL
<50
0,8-1,3
<33
<50
3,4-4,5
<140
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium
Hemostasis
PT
Pasien
Kontrol
APTT
Pasien
Kontrol
Urinalisis
Warna
Kejernihan
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteri
Berat jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Darah/Hb
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit esterase
121
4,30
101,6
8,9
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dL
132-147
3,30-5,40
94-111
8,4-10,2
11,9
11,8
Detik
Detik
9,8-12,6
33,5
31,6
Detik
Detik
31,0-47,0
Kuning
Jernih
2-3
1-2
Negatif
1+
Negatif
Negatif
1,020
5,5
Negatif
Negatif
Negatif
Trace
Negatif
3,2
Negatif
Negatif
Kuning
Jernih
/LPB
/LPB
/LPK
0-5
0-2
0-2
1+
Negatif
Negatif
1,005-1,030
4,5-8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
3,2-16,0
Negatif
Negatif
7 Januari 2014
Jenis Pemeriksaan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
LED
Hitung Jenis
Basofil
Hasil
12,4
38,9
5,01
77,4
24,8
32
264
16,61
14
0,1
Satuan
g/dL
%
10^6/uL
fL
Pg
g/dL
10^3/dL
10^3/dL
Mm
Nilai Rujukan
13-17
40-50
4,5-5,5
80-95
27-31
32-36
150-400
5-10
0-10
0,5-1,0
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Kimia Klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
SGOT
SGPT
Albumin
Elektrolit
Kalsium
Magnesium
0,1
84,7
7,5
7,6
1-4
55,0-70,0
20-40
2-8
40
0,90
25
10
3,10
mg/dL
mg/dL
U/L
U/L
g/dL
<50
0,8-1,3
<33
<50
3,4-4,5
7,6
1,66
mg/dL
mg/dL
8,4-10,2
1,70-2,55
11 Januari 2014
Jenis Pemeriksaan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
Kimia Klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
10,6
33,2
4,43
74,9
24,4
32,5
255
9,26
g/dL
%
10^6/uL
fL
pg
g/dL
10^3/dL
10^3/dL
13-17
40-50
4,5-5,5
80-95
27-31
32-36
150-400
5-10
94
1,30
mg/dL
mg/dL
<50
0,8-1,3
140
3,73
102,7
mEq/L
mEq/L
mEq/L
132-147
3,30-5,40
94-111
12 Januari 2014
Jenis Pemeriksaan
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
Hasil
10,4
32,3
4,33
74,6
24,0
32,2
316
8,03
Satuan
g/dL
%
10^6/uL
fL
pg
g/dL
10^3/dL
10^3/dL
Nilai Rujukan
13-17
40-50
4,5-5,5
80-95
27-31
32-36
150-400
5-10
Pemeriksaan Radiologi
CT-Scan Abdomen Atas dan Bawah (2 Oktober 2013)
Kesan
: Massa ginjal kiri DD/ nefroma DD/ Wilms tumor
Foto Polos Thorax Proyeksi PA (5 Januari 2014)
Kesimpulan : - Elevasi hemidiafragma kiri
- Elongasi aorta
- Tidak tampak kelainan radiologis pada paru
1.5 Daftar Masalah
1. Post-debulking tumor ginjal kiri cT2bN0M0 H+8
2. Post-reseksi segmental kolon descendens + kolostomi double barrel H+8
1.6 Rencana Tatalaksana
Diagnosis
Dilakukan follow-up penyakit paling lama 3 bulan sampai 6 bulan setelah operasi.
Follow-up berupa pemeriksaan DPL, fungsi hati dan ginjal, CT-Scan, serta kemungkinan
terjadinya metastasis.
Terapi
Diet lunak 1700 kkal
Peptisol 5x1000 mL
Cefoperazone 2x1 gr I.V.
Omeprazole 2x40 mg I.V.
Edukasi
Edukasi pasien untuk makan-makanan yang bergizi
1.7 Prognosis
Ad vitam
: Dubia
Ad sanationam
: Dubia
Ad functionam
: Bonam
CT-Scan Abdomen Atas dan Bawah (2 Oktober 2013)
Foto Polos Thorax Proyeksi PA (5 Januari 2014)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal terletak di dalam rongga abdomen atas pada kedua tepi kolumna vertebra di
belakang peritoneum (retroperitoneal).1 Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal
kiri karena posisi hati di dekat ginjal.2 Berat ginjal dewasa sekitar 150 gram.2 Strukturstruktur yang menyokong ginjal adalah lemak perirenal (tertutup di dalam fasia perirenal),
renal vascular pedicle, abdominal muscle tone, dan visera abdomen.2 Pada potongan
longitudinal dari bagian luar ke dalam, ginjal terdiri atas korteks, medula, serta pelvis dan
kaliks.1,2 Korteks tampak homogen dan berproyeksi ke dalam pelvis antara papilla dan
forniks yang disebut dengan kolumna Bertin. Medula terdiri atas banyak piramida yang
terbentuk oleh tubulus kolektivus.
Gambar 1. Ginjal, ureter, dan kandung kemih dari aspek anterior.2
Unit fungsional dari ginjal adalah nefron yang tersusun atas tubulus dengan fungsi
sekretorik dan ekskretorik. Bagian sekretorik nefron terutama terletak di dalam korteks
dan terdiri atas korpuskel dan tubulus bagian sekretorik. Korpuskel tersusun atas
glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula Bowman. Bagian sekretorik dari tubulus terdiri
atas tubulus konvolusi proksimal, lengkung Henle, dan tubulus konvolusi distal. Bagian
ekskretorik nefron adalah tubulus kolektivus yang akan mengosongkan isinya melalui
papilla atau ujung piramida ke dalam kaliks minor.2
Gambar 2. (A) Potongan frontal ginjal kanan menunjukkan struktur internal dan pembuluh
darah. (B) Potongan ginjal menunjukkan beberapa nefron.1
Adapun aliran darah yang melalui ginjal adalah sebagai berikut. Darah dari aorta
abdominal memasuki arteri renalis yang bercabang-cabang di dalam ginjal menjadi arteriarteri berukuran lebih kecil. Arteri terkecil masuk ke arteriola aferen di dalam korteks.
Dari arteriola aferen, darah mengalir ke dalam glomerulus (kapiler), ke arteriola eferen,
ke kapiler peritubular, ke vena di dalam ginjal, ke vena renalis, dan akhirnya ke vena kava
inferior.1
Persarafan ginjal berasal dari pleksus renalis bersamaan dengan pembuluh darah
renalis di sepanjang parenkim ginjal. Aliran limfatik ginjal mengalir ke dalam kelenjar
getah bening lumbar.2
Ginjal memiliki banyak fungsi yang dijabarkan seperti di bawah ini.1
Pembentukan urin mulai dari filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus,
sampai dengan hormon-hormon yang memengaruhi reabsorpsi, yaitu aldosteron,
atrial natriuretic peptide, hormon antidiuretik (antidiuretic hormone, ADH), dan
hormon paratiroid.
Keseimbangan asam-basa di dalam tubuh.
Sekresi renin oleh sel-sel jukstraglomerular ketika tekanan darah menurun.
Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan sekresi aldosteron.
Sekresi eritropoietin sebagai respon terhadap hipoksia dimana terjadi perangsangan
sumsum tulang untuk meningkatkan laju produksi sel darah merah.
Aktivasi vitamin D, yaitu mengubah bentuk inaktif menjadi bentuk aktifnya.
2.2 Tumor Ginjal
2.2.1 Tumor Jinak Ginjal
Tumor jinak ginjal meliputi adenoma, onkositoma, angiomiolipoma,
leiomioma, hemangioma, lipoma, dan tumor sel jukstraglomerular. Tiga jenis tumor
yang disebutkan paling awal akan dibahas di bawah ini, sedangkan jenis lainnya tidak
akan dibahas karena sangat jarang ditemukan.3
A. Adenoma3
Adenoma merupakan jenis tumor jinak ginjal yang paling umum
ditemukan. Tumor ini umumnya bersifat asimtomatik dan ditemukan secara
kebetulan. Secara histopatologi, dapat dilihat adanya tumor glandular kecil dengan
diferensiasi baik pada korteks ginjal. Dahulu, semua tumor ginjal berukuran <3
cm dipikirkan merupakan adenoma. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan
ilmu, tumor berukuran kecil dapat memiliki kemampuan membelah dan metastasis
dengan cepat yang kemudian disebut dengan karsinoma sel ginjal (renal cell
carcinoma, RCC).
B. Onkositoma
Onkositoma merupakan jenis tumor jinak ginjal dengan jumlah 3-7% dari
keseluruhan kasus tumor ginjal.2 Tumor ini lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan.3
Onkositoma dapat ditemukan di berbagai organ dan sistem organ termasuk
kelenjar adrenal, saliva, tiroid, paratiroid, dan juga ginjal. Penampakan
histopatologi dari onkositoma berupa sel-sel epithelial berukuran besar dengan
sitoplasma eosinofilik berganula halus (onkosit). Tumor ini biasanya berada dalam
kapsul fibrosa berbatas tegas, soliter, unilateral, jarang berpenetrasi ke stuktur di
sekitarnya, dan sangat jarang bermetastasis. Permukaan tumor biasanya berwarna
coklat gelap atau coklat terang dengan sebuah central stellate scar.3
Tidak ada manifestasi klinis khusus dari tumor ini; hematuria makroskopik
dan nyeri pinggang ditemukan pada <20% pasien.3 Pemeriksaan radiologi saja
tidak dapat membedakan onkositoma dengan RCC.3,4 Oleh karena itu, penegakkan
diagnosis onkositoma umumnya dengan pemeriksaan patologi walaupun
spesifisitasnya juga rendah.3,4
C. Angiomiolipoma
Angiomiolipoma merupakan tumor mesenkimal jinak yang tersusun atas
sel-sel lemak, sel-sel otot polos, dan pembuluh darah berdinding tebal abnormal.3,4
Angiomiolipoma dapat muncul secara sporadik dan empat kali lebih banyak
ditemukan pada perempuan.4 Selain itu, tumor ini ditemukan pada 45-80% pasien
tuberous sclerosis4 dengan karakteristik multipel, bilateral, berukuran lebih besar,
dan sering menimbulkan perdarahan spontan.3
Penegakkan diagnosis angiomiolipoma dapat dilakukan berdasarkan
pemeriksaan radiologi ultrasonography (USG), computed tomography (CT), dan
magnetic resonance imaging (MRI) melalui keberadaan sel-sel lemak.3,4
Pemeriksaan biopsi jarang digunakan.4 Tanda dan gejala klinis yang dapat
ditemukan berupa nyeri pinggang dan perdarahan.3,4
Angiomiolipoma memiliki pertumbuhan yang lambat dan konsisten
dengan laju kecepatan pertumbuhan 0,088 cm/tahun. Komplikasi utama yang
dapat mengancam nyawa adalah perdarahan retroperitoneal atau perdarahan ke
dalam sistem pengumpul urinarius akibat ketidakteraturan dan aneurisma
pembuluh darah. Faktor risiko utama dari perdarahan tersebut adalah ukuran
tumor, derajat komponen angiogenik tumor, dan adanya tuberous sclerosis.4
2.2.2 Tumor Ganas Ginjal
Karsinoma Sel Ginjal
A. Epidemiologi
Adenokarsinoma ginjal atau karsinoma sel ginjal sering disebut juga dengan
hipernefroma atau tumor Grawitz.5,6 Oleh karena tumor ini berasal dari sel-sel epitel
tubulus proksimal, nama yang tepat adalah renal cell carcinoma atau adenokarsinoma
ginjal.5 Tumor ini berasal dari epitel tubulus proksimal dan merupakan 3% dari ganas
pada orang dewasa dan biasanya ditemukan pada usia 40-70 tahun. Insidens pada
laki-laki lebih sering daripada perempuan.6
B. Patologi
Penampakan
makroskopik
biasanya
berwarna
kekuningan
karena
mengandungjaringan lemak di daerah korteks sehingga menonjol di permukaan ginjal.
Ukuran tumor bisa kecil, tetapi bisa juga mengisi seluruh rongga peritoneal.
Gambaran mikroskopik dapat terdiri atas clear cell (30-40%), sel bergranula (9-12%),
atau campuran. Yang paling sering adalah tumor campuran clear cell, sel bergranula,
dam sel sarkomatoid.6
C. Etiologi
Penyebab pasti dari tumor ini belum diketahui walaupun secara eksperimen
dilaporkan adanya hubungan dengan cyscasin, aflatoxin, antibiotika, dan zat-zat kimia
(timah dan cadmium), radiasi, virus.1 Merokok merupakan faktor risiko tinggi.6
D. Manifestasi klinik
1. Asimtomatik
Sekitar 20-40% karsinoma sel ginjal ditemukan pada saat pemeriksaan fisik rutin
atau sebab lainnya, pasien tanpa gejala apapun, sebagian besar termasuk dalam
lesi stadium dini, prognosis relatif baik.7
2. Gejala lokal tipikal
Hematuria, nyeri, dan massa merupakan „tiga serangkai‟ tipikal karsinoma sel
ginjal. Sindroma tiga serangkai itu hanya ditemukan pada sebagian kecil pasien
(10%), sering kali pertanda penyakit sudah termasuk lanjut, sebagian besar pasien
hanya menunjukkan satu atau dua gejala dari sindrom tiga serangkai tersebut.5,6,7
a. Hematuria: sekitar 40-50%, pasien karsinoma sel ginjal mengalami hematuria
total makroskopik yang intermiten, tidak nyeri. Pada sebagian kecil kasus
terjadi hematuria mikroskopik. Hematuria massif dengan bekuan darah dapat
menimbulkan kolik ginjal, buang air kecil sakit atau sulit, bahkan retensi urin.7
b. Massa: Ginjal terletak retperitoneal, lokasinya dalam, palpasi abdomen sulit
merabanya, hanya bla tumor cukup besar atau terletak di kutub bawah ginjal,
barulah teraba, sekitar 10-49% teraba massa abdominal.7
c. Nyeri: tumor berdarah hingga berbentuk hematom subkapsul ginjal dapat
timbul nyeri tumpul atau nyeri samar, bila terjadi bekuan darah hingga
obstruksi saluran kemih dapat timbul nyeri kolik dan dysuria. Tumor
menginvasi jaringan organ sekitar seperti otot psoas atau saraf dapat
menimbulkan nyeri pinggang dan punggung menetap dan berat. Frekuensi
kejadian nyeri adalah 20-40%.7
3. Manifestasi sistemik
Terdapat demam, anemia, lesu, berat badan turun, mengurus, hipertensi,
giperkalsemia dan gangguan fungsi hati (sindrom Staufer), varikokel, dilatasi vena
dinding abdomen, dan lain-lain.7
a. Demam: terjadi pada 10-20% pasien. Tumor menyebar luas, hemoaragi,
nekrosis dapat menimbulkan demam, sitokin seperti interleukin-6 yang
disekresi sel karsinoma ginjal juga dapat menimbulkan demam.7
b. Anemia: terjadi pada 15-40% pasien, lebih sering pada kasus dengan
prognosis buruk.7
c. Lesu: terjadi pada sekitar 1/3 pasien.7
d. Nafsu makan turun, berat badan turun, mengurus: terjadi pada sekitar 1/3
pasien, berkaitan dengan reaksi antigen-antibodi terhadap jaringan saraf dalam
tumor seingga fungsi saraf tepi terganggu, tidak selalu pertanda stadium
lanjut.7
e. Hipertensi. Pasien karsinoma sel ginjal 15-40% menderita hipertensi, paskanefrektomi tensi dapat turun hingga normal.7
f. Hiperkalsemia, terjadi pada 10% pasien berkaitan dengan sekresi zat mirip
hormon paratiroid dari sel karsinoma ginjal, paska-reseksi tumor primer kadar
kalsium darah akan turun. Bila kadar kalsium darah tidak turun atau setelah
turun naik lagi, pertanda metastasis atau rekurensi.7
g. Gangguan fungsi hati. Kelainan fungsi hati bersumber ginjal, disebut juga
dengan staufer, tetapi tampil sebagai kelainan hasil laboratorium fungsi hati,
leukopenia, demam dan fokus nekrosis dalam hati, tanpa metastasis hati.
Paska-nefrektomi fungsi hati kembali normal, 88% pasien memiliki survival
lebih dari satu tahun. Sindrom Staufer menetap atau rekuren pertanda terjadi
metastasis atau rekurensi.7
h. Varikokel atau dilatasi vena dinding abdomen, terjadi pada 2-3% kasus.
Tumor menginvasi vena ginjal atau vena kava inferior, membentuk embolus
kanker hingga menghambat aliran balik vena, dapat timbul varikokel, dilatasi
vena dinding abdomen. Vena spermatik kiri bermuara langsung ke vena ginjal
kiri, maka bila terdapat embolus kanker vena ginjal kiri, dapat tumbl varikokel
kiri secara mendadak. Sedangkan embolus kanker vena kava inferior
menyebabkan timbulnya dilatasi vena dinding abdomen secara bertahap.7
4. Gejala metastasis
Sekitar 10% pasien datang dengan gejala metastasis. Dari kasus yang datang
pertama kali, 25-30% sudah terjadi metastasis.7 Cara penyebaran bisa secara
langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekiatarnya dan melalui pembuluh
limfe atau vena renalis.6 Pada autopsi ditemukan lokasi metastasis yang sering
adalah di paru (50-60%), kelenjar limfe (30-55%), tulang (30-40%), hati (2040%), kelenjar adginjal ipsilateral (20-25%), kelenjar adginjal kontralateral (1020%), otak (5-8%), jantung (5-6%), limpa (5%), usus kecil (4%) dan kulit (23%).7
E. Diagnosis dan diagnosis banding
Laboratorium
Pada pemeriksaan urinalisa dapat dijumpai adanya hematuria. Namun, harus
diingat bahwa tidak adanya hematuria tidaklah dapat menyingkirkan kemungkinan
adanya tumor ganas ginjal. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai anemia, gangguan
fungsi hepar, dan hiperkalsemia. Peninggian laju endap darah juga sering dijumpai.5
Radiologi
Diagnosis karsinoma ginjal terutama mengandalkan pemeriksaan pencitraan,
termasuk USG, CT dan MRI, BNO-IVP dan angiografi ginjal kiri sudah jarang
digunakan, skrining radioisotope terutama digunakan untuk menilai metastasis tulang
atau hati. Pasien hematuria harus berlebih dulu diperiksa dengan USG, jika
menemukan lesi penempat ruang, harus diperiksa lebih lanjut dengan CT atau MRI
untuk memperjelas diagnosis. Karsinoma asimtomatik dewasa ini sebagian terbesar
terdeteksi dengan USG. Setahun sekali USG ginjal merupakan cara paling sederhana
dan efektif untuk menemukan karsinoma ginjal.7
Pemeriksaan
USG
umumnya
dapat
membedakan
karsinoma
ginjal,
angioleiomiolipoma ginjal dan kista ginjal sederhana. Lemak menunjukkan
hiperekoik, karsinoma sel ginjal tidak mengandung lemak sehingga USG dapat
membedakan dengan baik karsinoma ginjal dan angioleiomiolipoma ginjal. Tapi
angioleiomiolipoma ginjal yang mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis keliru
sebagai karsinoma ginjal. Skringing CT harus planar dan kontras, dapat mendiagnosis
secara tepat kebanyakan karsinoma ginjal, tapi kista hemoragik mudah terdiagnosis
keliru sebagai karsinoma ginjal, dalam hal ini MRI dapat membantu membedakannya,
CT dan MRI sangat membantu dlam menemukan embolus vena, menentukan lingkup
embolus kanker dan stadium klinis.7
Diagnosis banding antara lain hidronefrosis, ginjal polikistik, dan tuberkulosis
ginjal.6
F. Penentuan gradasi dan stadium
Gradasi patologik
Berdasarkan bentuk dan ukuran sel tumor dilakukan gradasi . Penggolongan
gradasi patologik yang sering dipakai adalah gradasi Fuhrman:
-
Grade I (GI): diameter nukleus 10 µm, semua berbentuk sferis, nukleolus tidak
jelas atau tidak ada.
-
Grade II (G2): diameter nukleus 15 µm, di bawah magnifikasi tinggi tampak
bentuk nukleus tidak beraturan, terdapat nukleolus.
-
Grade III (G3): diameter nukleus 20 µm, di bawah mangifikasi rendah bentuk
nukleus tidak beraturan, nukleolus jelas.
-
Grade IV (G4): diameter nukleus 20 µm, bentuk deformasi, lobulasi, kromatin
berbongkah-bongkah, nukleolus jelas.
Klasifikasi TNM (JACC edisi 6, tahun 2002)
Penggolongan stadium:
-
I
: T1 N0 M0
-
II : T2 N0 M0
-
III : T1 NI M0 – T3 N1 M0
-
IV : T4 N0 M0, T4 N1 M0, T apapun N2 M0, T apapun N apapun M1.
Tabel 1. Klasifikasi TNM karsinoma sel ginjal.4
Klasifikasi stadium klinik ditambahkan huruf kecil “c” di depan stadium,
misalnya cT2aN0M0. Sementara itu, penggolongan stadium patologik, tambahkan
huruf kecil “p” di depan stadium, misalnya pT2aN0M0.
Klasifikasi stadium Robson
Klasifikasi ini sudah jarang digunakan. Terdiri dari stadium I, II, III (III a-c),
dan IV.
G. Tatalaksana
Pengobatan pilihan untuk tumor yang belum menunjukkan tanda-tanda
metastasis adalah radikal nefrektomi (pada stadium I, II, dan III A). Pada tumor yang
sudah bermetasasis jauh, nefrektomi radikal merupakan terapi paliatif bila ada
hematuria, nyeri, atau sindrom paraneoplastik. Meskipun tumor ginjal bersifat
radioresisten, radioterapi bermanfaat sekali untuk menghilangkan metastasis jauh
seperti di otak, tulang, dan paru.
Nefrektomi radikal
Nefrektomi radikal tipikal mencakup fasia gerota, kantung lemak periginjal,
ginjal dan adginjal serta kelenjar limfe regional. Separasi dilakukan di luar fasia
gerota, reseksi in toto semua jaringan tersebut, merupakan faktor paling menentukan
untuk mengurangi reseksi lokal. Jika terdapat emboli kanker dalam vena, saat operasi
radikal sedapat mungkin mengangkat emboli kanker tersebut.
Surgical debulking
Surgical debulking tumor merupakan sebuah prosedur dimana sebuah tumor
ganas diangkat secara parsial untuk kemudian mendapatkan terapi lanjutan dengan
obat-obatan, radiasi, atau lainnya sehingga meningkatkan lamanya kelangsungan
hidup.8 Debulking telah dianjurkan untuk penanganan karsinoma testis dan ovarium,
subtipe limfoma, sarkoma, karsinoma sel ginjal, tumor adrenal dan lainnya yang
terkait endokrin, neoplasma sistem saraf pusat, dan lain-lain.8 Debulking dikenal juga
dengan sebutan cytoreductive surgery.
Nefrektomi tumor bersifat kuratif hanya jika pembedahan dapat mengeksisi
semua massa tumor. Pada kebanyakan pasien dengan metastasis, cytoreductive
nephrectomy terapi paliatif dan sistemik yang perlu dilakukan. Pada sebuah studi
metaanalisis yang membandingkan antara cytoreductive nephrectomy dikombinasikan
dengan imunoterapi dan imunoterapi saja, peningkatan lama kelangsungan hidup
ditemukan pada pasien yang menjalani cytoreductive nephrectomy.4
H. Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penyakit ini seperti keadaan
klinis, stadium, derajat histologi dan ukuran tumor, laju endap darah, dan kelamin
penderita. Secara umum presentasi harapan hidup untuk stadium I adalah 95%,
stadium II 88%, stadium III 59%, dan stadium IV 20%. Paska nefrektomi radikal
karsinoma sel ginjal yang terlokalisir memiliki survival 5 tahun 89-94%. Karsinoma
sel ginjal yang terlokasisasi berdiameter ≤4 cm, paska-operasi memiliki survival 90100%, angka rekurensi lokal dalam 3%. Rekurensi lokal tanpa metastasis jauh, paskareseksi lesi rekuren, survival 5 tahun masih mencapi 80%.7
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kiri yang sudah mulai
dirasakan sejak 4 tahun SMRS. Nyeri pinggang dirasakan muncul tiba-tiba; tidak dipengaruhi
oleh perubahan posisi tubuh. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan tidak menjalar. Dari
keluhan nyeri pinggang tersebut terdapat beberapa diagnosis yang bisa dipikirkan, misalnya
gangguan pada ginjal, ureter, atau trauma. Gangguan pada ginjal bisa berupa tumor ginjal,
kista ginjal, nefrolitiasis, hidronefrosis, ginjal polikistik, dan lain-lain.6 Gangguan pada ureter
yang menyebabkan nyeri ginjal bisa berupa tumor ganas ureter yang menyumbat total
sehingga terjadi dilatasi ureter dan hidronefrosis.
Kemungkinan trauma disingkirkan karena pasien tidak ada riwayat trauma. Keluhan
nyeri saat buang air kecil (BAK), BAK keruh, dan BAK berdarah disangkal. Riwayat keluar
batu atau pasir saat BAK disangkal. Oleh karena itu, kemungkinan nyeri pinggang
dikarenakan oleh nefrolitiasis bisa disingkirkan. Oleh karena nyeri pinggangnya itu, pasien
berobat ke dokter dan dilakukan pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan USG dikatakan
terdapat tumor pada ginjal kiri pasien dan pasien disarankan operasi, tetapi pasien tidak
melakukannya dan malah berobat herbal. Pada 4 tahun SMRS, keluhan yang dirasakan pasien
hanya nyeri pinggang, tetapi nyerinya tidak bertambah berat setiap harinya. Keluhan BAB
berdarah disangkal oleh pasien. Pasien juga mengaku perutnya seperti membesar, tetapi
pasien tidak merasakan terdapat massa di perutnya. Sejak 2 tahun SMRS, pasien merasakan
tubuhnya terasa lemah dan ternyata pasien menderita anemia sehingga harus melakukan
transfusi darah. Selain itu, 2 tahun SMRS pasien merasakan berat badannya turun hingga 10
kg dan nafsu makanpun turun. Sejak 2 tahun SMRS, pasien juga mengaku mulai menderita
darah tinggi. Pasien juga diperiksa CT-Scan dan dinyatakan terdapat tumor ginjal kiri dd/
nefroma dd/ Wilms tumor.
Berdasarkan keluhan yang dikatakan pasien, penyakit pasien memang mengarah
kepada tumor ginjal. Trias karsinoma sel ginjal terdiri dari nyeri di pinggang, hematuria, dan
massa di daerah ginjal.5,6,7 Gejala klinis yang jelas yang ada pasien berupa nyeri di pinggang.
Pasien tidak mengaku BAK berwarna merah, tetapi pada urinalisis didapatkan eritrosit trace
(1-2/LPB). Massa pada ginjal tidak dapat dipastikan karena pada saat pemeriksaan sudah
dilakukan operasi pengangkatan ginjal pada pasien. Berdasarkan tinjauan pustaka, trias klasik
karsinoma sel ginjal tidak harus ada semuanya. Trias klasik hanya ditemukan pada sebagian
kecil pasien (10%) dimana seringkali sebagai petanda penyakit sudah termasuk lanjut.
Sebagian besar pasien hanya menunjukkan satu atau dua gejala dari trias klasik tersebut.7
Manifestasi klinis karsinoma sel ginjal yang ada pada pasien adalah anemia, hipertensi, dan
sedikit peningkatan LED. Sindrom paraneoplastik seperti eritrosiosis, hiperkalsemia,
gangguan fungsi hati belum ada pada pasien. Sindrom paaneoplastik yang sudah ada hanya
hipertensi saja.
Berdasarkan hasil CT scan, tumor terlokalisir di ginjal dan berukuran 10 cm. Tidak
ada penyebaran ke pembuluh limfe dan tidak ada kecurigaan terjadinya metastasis. Secara
klinis, staging pada pasien cT2bN0M0 dengan stadium II berdasarkan klasifikasi TNM.
Dikarenakan pasien masih stadium II, seharusnya pada pasien dilakukan nefrektomi radikal.
Namun, pada saat dilakukan operasi, ternyata terdapat perlengkatan massa di colon
transversum dan kolon descendens sehingga dilakukan reksesi segmental colon descenden
yang nonvital sepanjang 10 cm dan dikirim untuk pemeriksaan PA, kemudian dibuat
colostomy double barrel. Pada operasi, diputuskan untuk melakukan debulking tumor.
Berdasarkan pengertian, debulking dilakukan pada keadaan karsinoma ginjal dimana
pembedahan biasa tidak dapat mengeksisi seluruh massa tumor, biasanya pada kasus
metastasis. Meskipun penegakan klinis kasus ini tidak menunjukkan adanya metastasis,
debulking tetap dipilih untuk dilakukan karena terjadi perlengketan massa ke jaringan
sekitarnya.
Prognosis pada pasien bergantung pada keadaan klinis dan stadium pasien.
Perlengketan yang ada di colon decendens dan transversum akan diperiksa PA untuk
menentukan adakah metastasis atau tidak. Sebelum ada hasil PA, sejauh ini pasien
dikategorikan stadium II. Pada stadium II, angka survival 5 tahun adalah 88%. Secara
keseluruhan, prognosis ad functionam bonam, ad sanactionam dubia, dan ad vitam dubia.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology.5th ed. Philadelphia: F.A.
Davis Company; 2007. p.421-30.
2. Tanagho EA. Anatomy of the genitourinary tract. In: Tanagho EA, McAninch JW,
editors. Smith‟s general urology. 17th ed. USA: McGraw-Hill; 2008. p.1-4.
3. Konety BR, Williams RD. Renal parenchymal neoplasms. In: Tanagho EA, McAninch
JW, editors. Smith‟s general urology. 17th ed. USA: McGraw-Hill; 2008. p.328-9.
4. Ljungberg B, Bensalah K, Bex A, Canfield S, Dabestani S, Hofmann F, et al. Guidelines
on renal cell carcinoma. European Association of Urology; 2013. p.28, 37.
5. Umbas Rainy. Tumor ganas dalam bidang urologi. Dalam: Reksoprodjo S, editor.
Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara; 2008. h.169-74.
6. Murtdjo U, Iyad HA, Manoppo AE, Manuaba TW. Sistem endokrin. Dalam:
Samsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono T, Rudiman R, editor. Buku ajar ilmu
bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2007. h.890-5.
7. Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011. h.467-72.
8. Silberman AW. Surgical debulking of tumors. Surg Gynecol Obstet. 1982
Oct;155(4):577-85.
Download