BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mata Pelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Menurut Wahyudi, Kriswandani (2013), istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, “mathein” atau “manthenein” yang berarti mempelajari. Kata “matematika” juga diduga erat hubungannya dengan kata dari bahasa Sanksekerta “medha” atau “widya” yang berarti kepandaian, ketahuan atau intelegensia. Berikut beberapa pendapat para pakar atas pengertian dari matematika: Menurut Jujun S (2007), matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat dan terbebas dari emosi. Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lain halnya dengan pendapat Subarinah (2006) yang menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dari pola hubungan yang ada di dalamnya.Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat dan terbebas dari emosi. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, berpola deduktif dan berupa bahasa yang dilambangkan dengan simbol-simbol. b. Tujuan Matematika Matematika di SD digunakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan bekerjasama. Tujuan matematika di SD yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan yang dikutip Aisyah (2007), yaitu : 6 7 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum dan khusus yang ada di kurikulum SD merupakan pelajaran matematika di sekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif (Aisyah, 2007). Selama ini matematika hanya meliputi kognitif saja dan kurang memperdulikan segi afektifdan psikomotorik. Hal ini menunjukkan, dalam mata pelajaran matematika hanya menuntut kognitifnya dan ini mencerminkan hanya hasil akhirnya saja yang diperhatikan. Belajar matematika berarti belajar pola dan keteraturan. Belajar pola dan keteraturan berarti belajar menghargai dan menanamkan jiwa yang selalu bersyukur kepada Tuhan karena segala ciptaan Tuhan itu sifatnya teratur dan terpola. Belajar pola dan keteraturan juga dapat menanamkan pendidikan karakter bagi siswa sehinggakarakter yang bagus mempunyai nasionalisme yang tinggi, mencintai ketertiban dan keteraturan maka akan menetap dan menumbuhkembangkan rasa menghormati dan menghargai sesama sehingga akan tercipta Indonesia yang damai sejahtera dan maju berkembang. Hal ini akan tercipta jika setiap proses dalam mempelajari matematika dapat menanamkan nilai kehidupan yang berguna bagi siswa di masa yang akan datang. 8 c. Ciri-ciri pembelajaran Matematika di SD Menurut Suherman (2006), ciri-ciri yang dimiliki pada pembelajaran matematika di SD, yaitu: (1) Memiliki objek kajian yang abstrak (2) Memiliki pola pikir deduktif konsisten. Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat dipahami oleh siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya matematika untuk siswa-siswa usia dini di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses belajar-mengajar di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu, matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya, karena itu pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Keterampilan yang menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan,perkalian,danpembagian). Untuk itu dalam pembelajaran matematika terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, dan (2) matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. Karena itu dua aspek matematika yang dikemukakan di atas, perlu mendapat perhatian yang proporsional (Syamsuddin, 2003). Konsep yang sudah diterima dengan baik dalam benak siswa akan memudahkan pemahaman konsep-konsep berikutnya. Untuk itu dalam penyajian topik-topik baru hendaknya dimulai pada tahapan yang paling sederhana ketahapan yang lebih kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari lingkungan dekat anak ke lingkungan yang lebih luas. d. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika SD 9 Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Bilangan, (2) Geomteri, (3) Pengolahan data. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran. Fatta hillah (2012). e. Teknik Pembelajaran Matematika di SD Menurut Mohammad (2009), Pelajaran matematika seringkali dirasakan sulit oleh siswa sehingga cenderung tidak disenangi anak. Bahkan tidak jarang anak yang memandang pelajaran matematika sebagai momok yang menakutkan. Meskipun ada sebagian siswa yang menyenanginya atau bahkan justru “jagoan” di bidang matematika, tetapi selalu saja ada siswa yang menganggap matematika sebagai “monster” yang menakutkan. Akibatnya tidak sedikit siswa yang malas untuk mempelajari matematika dan akhirnya menjadi siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Kesulitan belajar matematika ini seringkali disebut dengan istilah “diskalkula”. Pertanyaan yang penting yang harus dicari jawabannya adalah : apa saja teknik untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika? Berikut ini adalah pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau persepsi negatif terhadap matematika: 1) Buatlah pembelajaran matematika yang berorientasi dunia sekitar siswa. Teknik ini seringkali dikenal dengan istilah “Realistic Mathematic Education” (RME). RME dilakukan dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar siswa, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekatan RME siswa tidak hanya dibawa ke dunia nyata melainkan juga berhubungan langsung dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian, matematika bukanlah sesuatu yang 10 abstrak melainkan menjadi sesuatu yang nyata sehingga dapat memudahkan siswa untuk memecahkannya. 2) Berikan siswa kebebasan bergerak Kalau pembelajaran matematika ini selalu dilaksanakan di ruang kelas sehinga siswa kurang bebas bergerak, cobalah strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah dan sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar. Strategi pembelajaran seperti ini dikenal dengan istilah “out door mathematics”. Pilihlah materi yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari, misalnya: mengukur tinggi pohon, mengukur lebar pohon, mengukur tinggi layang-layang. Dengan cara seperti ini, matematika akan menjadi lebih menarik bagi siswa. 3) Tuntaskan dalam mengajar Sesungguhnya lebih baik siswa mempelajari sedikit materi sampai tuntas daripada belajar banyak namun dangkal. Seringkali guru dihadapkan pada sejumlah besar tuntutan pancapaian target kurikulum dan tuntutan target daya serap, namun dengan alokasi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum melanjutkan pada materi berikutnya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan konsepsi pada materi yang dipelajari yang akan berakibat pada kesulitan siswa untuk mempelajari konsep-konsep materi berikutnya. 4) Belajar sambil bermain Gejala umum selama ini, kebanyakan siswa merasakan bahwa belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan. Akibatnya siswa kurang termotivasi, cepat bosan, cepat lelah, dan bahkan malas belajar matematika. Untuk itu, ciptakanlah salah satu cara belajar sambil bermain, misalnya: memberikan kuis atau teka-teki yang harus titebak secara berkelompok atau individu, membuat puisi matematika dan mempresentasikan di depan kelas secara bergantian. 2.1.2. Metode Pembelajaran Demonstrasi 11 a. Pengertian Metode Pembelajaran Demonstrasi Pengertian metode demonstrasi menurut Sumiati dan Asra (2009) mengatakan bahwa demonstrasi berarti pertunjukkan atau peragaan. Dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukkan suatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya. Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian metode pembelajaran demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan, Agus Dm (2013). Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Sehingga siswa sendirilah yang menemukan suatu konsep dari inti pembelajaran yang dimaksud. Hal tersebut akan membuat siswa selalu teringat tentang pembelajaran yang sudah pernah dilihatnya dalam proses demonstrasi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. d. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Demonstrasi Menurut Drs. Sukrisman (2012), karakteristik adalah ciri khas yang membedakan dengan yang lain. Ada beberapa ciri khas yang ada pembelajaran matematika yang menggunakan metode demonstrasi : 1) Digunakannya masalah atau soal-soal konkret atau yang ada dalam pikiran siswa. Yang disebut dengan masalah realistik sebagai titik awal proses pembelajaran. Diharapkan dapat 12 membuat siswa berfikir aktif sejak awal dan siswa sendiri menemukan konsep yang akan dipelajari, peran guru hanya sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator antara lain adalah memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu siswa dalam mengungkapkan gagasannya, menunjukkan pemikiran siwa dapat sejalan atau tidak untuk menghadapi persoalan baru yang ditemui. Setelah siswa menyelesaikan masalah menurut cara berfikir siswa maka guru bersama siswa membahas konsep yang dipelajari. 2) Siswa didorong untuk menemukan atau memunculkan suatu cara. Alat atau model sistematis sehingga diperoleh pemahaman tentang hal yang dipelajari dari masalah atau suatu realistic yang dihadapi. 3) Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran selain diusahakan siswa sendiri yang menemukan cara atau model dan pemahaman konsep juga dapat dengan berdiskusi dengan temannya atau dengan bantuan guru sehingga pemberian pemahaman yang sudah jadi sebaiknya dihindari. Sehubungan dengan hal tersebut maka interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa menjadi penting, sebaliknya belajar berkelompok karena biasanya siswa akan tidak sungkan bertanya pada temannya yang sebaya. Ciri berikut adalah siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi yaitu berfikir dengan halhal yang baru dipelajari. Siswa dapat mengendap hal yang baru dipelajarinya sehingga merupakan pengetahuan baru atau merupakan pengayaan pengetahuan ataupun revisi terhadap pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Cara melakukan refleksi antara lain siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang hal yang baru saja dipelajari, menyampaikan gagasan, membuat kesimpulan. c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Demonstrasi Usman (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Djamarah (2000) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu 13 kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Kelebihan metode demonstrasi: 1) Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati. 2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain. 3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. 4) Dapat menambah pengalaman anak didik. 5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan. 6) Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit. 7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung. Dari pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya. Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Djamarah (2000), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. Kekurangan Metode Demonstrasi : 14 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak 2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien. 3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya. 4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. 5) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus . Meskipun metode ini memiliki kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus apabila diterapkan dalam pembelajaran matematika yang menyenangkan, misalnya dengan siswa melakukan aktifitas jual beli, dalam pembelajaran matematika akan lebih membuat suasana belajar yang sangat menyenangkan bagi siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai semakin memuaskan. d. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Demonstrasi Langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi adalah : 1) Tahap persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: - Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan keterampilan tertentu. - Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan. - Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan. 2) Tahap pelaksanaan a) Langkah pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: - Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan. 15 - Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik. - Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, misalnya ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang penting dari pelaksanaan demonstrasi. b) Langkah pelaksanaan demonstrasi - Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk berfikir. Misalnya pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong peserta didik tertarik untuk memperhatikan demonstrasi. - Ciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang menegangkan. - Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi. - Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi. c) Langkah mengakhiri demonstrasi Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Arif (2013) Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, maka dapat diuraiakan sintaks metode pembelajaran demonstrasi yang dilakukan penulis sebagai berikut : 1) Tahap persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: - Guru merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi berakhir, yaitu siswa dapat memecahkan masalah yang melibatkan uang. - Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk proses kegiatan demonstrasi berupa : uang mainan dari kertas dan logam, benda konkret berupa: buku, pulpen, pensil, penghapus dan penggaris. - Guru menyusun langkah-langkah pelaksanaan demonstrasi. - Guru mempersiapkan lembar kegiatan untuk siswa yang berisi tentang petunjuk pelaksanaan demonstrasi serta beberapa pertanyaan tentang hasil kegiatan. 2) Tahap pelaksanaan 16 a) Langkah pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: - Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian membagi alat dan bahan yang akan mereka gunakan untuk proses demonstrasi. - Guru memberi petunjuk pada siswa tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam kegiatan demonstrasi. b) Langkah pelaksanaan demonstrasi - Demonstrasi yang pertama dilakukan oleh 2 perwakilan siswa yaitu dengan memprakekkan kegiatan jual beli di kopreasi sekolah. Sementara guru bertindak sebagai fasilitator. Hal utama yang perlu diperhatikan siswa adalah bagaimana cara menghitung harga dari sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli, serta menghitung uang sisa pembelian. - Guru memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan kegiatan demonstrasi dengan seksama dikarenakan mereka akan melaksanakan proses demonstrasi yang sama dalam kelompoknya. - Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam proses kegiatan demonstrasi. - Setelah siswa siap dalam kelompoknya, mereka mulai melaksanakan kegiatan mendemonstrasikan proses jual beli di koperasi sekolah dengan alat dan bahan yang sudah tersedia. - Masing-masing siswa mempunyai peran, ada yang berperan sebagai penjual, pembeli, pembaca petunjuk kegiatan, dan ada pula yang bertugas mencatat jalannya proses demonstrasi serta mengisi lembar pertanyaan. - Guru memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan demonstrasi agar berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran bisa tercapai. c) Langkah mengakhiri demonstrasi (penutup) - Setelah pelaksanaan kegiatan demonstrasi, guru mengajak siswa untuk merapikan tempat duduknya kembali serta membenahi semua alat dan bahan yang telah dipergunakan. - Guru meminta perwakilan siswa dari kelompok (secara bergiliran) untuk membacakan hasil dari kegiatan demonstrasi jual beli yang telah dilaksanakan. 17 - Guru megevaluasi dan melakukan penilaian serta memberikan penguatan terhadap hasil yang telah dicapai siswa. - Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran matematika dalam memecahkan masalah yang melibatkan uang. 2.1.3. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti. Menurut B. F. Skinner (dalam belajar dan pembelajaran, 2008) Sebagai tokoh berpendapat teori belajar operant conditioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Teori belajar itu sering disebut operant conditioning yang berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif, namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Alwisol (2013), keberhasilan usaha belajar ditentukan oleh faktor-faktor yang terikat dengan diri sendiri, tujuan belajar, materi yang dipelajari, cara mempelajari materi itu, nara sumber yang membantu proses belajar dan faktor-faktor lingkungan fisik maupun sosial. Faktor-faktor itu bekerja bersama-sama dalam fenomena yang kompleks sehingga pembahasan yang terpisah hanya untuk mempermudah pemahaman karena faktor-faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri : 18 1) Faktor individu : meliputi faktor yang bersifat fisik dan psikologi. Termasuk dalam faktor fisik antara lain : keadaan indera, cacat tubuh, keseimbangan hormonal, sistem persarafan khususnya keadaan otak dan kelelahan fisik/penyakit. Faktor psikologi meliputi : kecerdasan, perhatian, kepribadian dan faktor-faktor psikologi lainnya. 2) Tujuan belajar : penetapan tujuan belajar yang tepat dirinci dengan tujuan-tujuan jangka pendek yang atraktif, akan membuat tujuan itu padu dan diterima sebagai tujuan pribadi. Tujuan semacam itu dapat memelihara minat dan motivasi untuk berusaha mencapainya yang menjadi jaminan keberhasilan usaha belajar. 3) Materi yang dipelajari : materi bisa mudah atau sulit, luas atau sempit, mendalam atau permukaan. Masa peka juga menentukan tingkat keberhasilan mempelajari materi. Mempelajari sesuatu harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari materi subordinat berlanjut ke materi superordinat. Tanpa memperhatikan pengetahuan atau ketrampilan prasarat, suatu materi yang sangat mudahpun dapat menjadi sulit untuk dipelajari. 4) Teknik belajar : bagaimana orang dapat mempelajari sesuatu secara efektif telah lama menjadi bahasan ahli pendidikan. Ternyata tidak pernah diperoleh resep tunggal mengenai belajar efektif. Teknik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat pribadi, dan juga faktor yang terikat dengan jenis materinya. Materi ketrampilan dan sikap tentu lebih baik di dekati memakai pola kondisioning, sedang materi pengetahuan memakai belajar kognitif. Teknik-teknik memorizing merupakan bagian dari model belajar yang kalau dikembangkan akan menjadi dasar pendekatan belajar efektif. 5) Nara sumber : belajar formal membutuhkan guru sebagai nara sumber. Pada belajar informal nara sumbernya bisa apa saja atau siapa saja. Nara sumber ini penting karena menentukan jelas tidaknya materi sekaligus menjadi kriteria seberapa jauh proses belajar telah berlangsung dan seberapa banyak keberhasilannya. 6) Lingkungan : secara sempit lingkungan belajar adalah lingkungan fisik tempat belajar berlangsung. Faktor-faktor yang terikat didalamnya antara lain faktor fasiliitas belajar (meja, kursi, buku), faktor ruangan belajar, kesegaran/cuaca, penerangan, sanitasi, kebisingan dan lain-lain. Faktor lingkungan juga mencakup faktor sosial yang lebih luas. 19 Suasana kompetitif di kelas, masyarakat yang tenang, orang tua yang penuh perhatian, kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan pergaulan akan mempengaruhi belajar. c. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Menurut Sudjana (2004), bahwa menggunakan hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : 1. Keterampilan dan kebiasaan ; 2. Pengetahuan dan pengertian ; 3. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang diinginkan pada diri siswa , sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam Sardiman, 2000). Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan 20 perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya baik dari aspek kognitif, affektif, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah kompetensi yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, hasil belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Diantara faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang antara lain: Kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor eksternal antara lain: keadaan lingkungan keluarga, keadaan lingkungan sekolah, dan keadaan lingkungan masyarakat. 2.1.4. Hubungan Antara Metode Demonstrasi dengan Hasil Belajar Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Hal ini sangatlah erat hubungannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa. Peran metode demonstrasi dalam peningkatan hasil belajar adalah penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode 21 yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif akan mampu mebuat hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat. 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya lakukan antara lain sebagai berikut : 1. Hartati (2010) Dalam PTK yang berjudul : Meningkatkan hasil belajar siswa tentang menentukan pencerminan pada koordinat kertasius dengan metode demonstrasi menggunakan menggunakan media pembelajaran di kelas 6 SD Negeri Denasri Kulon 02 tahun 2009/2010. Dari hasil pengamatan terhadap siswa kelas VI SDN Denasri Kulon 02, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang tahun pelajaran 2009/2010 untuk pelajaran matematika sebelum pelaksanaan tindakan kelas , teridentifikasi bahwa siswa kurang memperhatikan dalam pelajaran matematika, siswa cepat bosan dan sering berbicara dengan teman sebangku, karena kurangnya metode yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 2. Mulyati (2012) Dalam PTK yang berjudul : Upaya meningkatkan hasil belajar matematika tentang kemampuan mengukur waktu melalui metode demonstrasi siswa kelas II SDN Jatimulyo Kecamatan Wedaruaksa Kabupaten Pati Semester I tahun pelajaran 2011/2012. Perbedaan dengan penelitian ini hanya kelas dan materi pembelajaran saja, karena metode, hasil belajar dan mata pelajarannya pun sama yaitu matematika. 3. Suwoto (2012) Dalam PTK yang berjudul : Peningkatan hasil belajar matematika melalui pemanfaatan media gambar dengan metode demonstrasi Kelas III SDN Ngablak 02 Kecamatan Cluwah Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. 2.3. Kerangka Pikir 22 Berdasarkan kondisi awal siswa kelas 4 SD Negeri Proyonanggan 11 Kecamatan Batang semester I tahun pelajaran 2013/2014 bahwa hasil belajar matematika belum optimal. Hasil belajar mata pelajaran Matematika rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah. Metode ini akan membuat siswa jenuh karena disini peran siswa hanya sebagai pendengar sehingga siswa cenderung pasif dalam belajar dan konsep pelajaran yang diterimapun kurang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode demonstrasi dalam dua siklus. Pada siklus pertama guru melakukan tindakan dengan cara mendemonstrasikan proses jual beli di depan kelas menggunakan alatalat dan beberapa mata uang guna melakukan kegiatan jual beli. Pada siklus kedua siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan kegiatan demonstrasi sesuai petunjukguru. Kondisi akhir yang diharapkan mengenai hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Proyonanggan 11 Kecamatan Batang Kabupaten Batang mata pelajaran matematika setelah menerapkan metode demonstrasi adalah : 1. Peningkatan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai ulangan pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua. 2. Dengan menggunakan metode demonstrasi, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan 3. Pemahaman siswa dan daya serap meningkat 4. Nilai tes siswa akan semakin meningkat ( lebih dari 75% diatas KKM=65 ). Pembelajaran matematika materi uang. Pembelajaran menggunakan metode konvensional: Siswa pasif, komunikasi satu arah, hanya guru yang aktif, pembelajaran tidak efektif. Hasil belajar siswa rendah Penerapan metode demonstrasi: siswa dan guru aktif (sebagai pelaku demonstrasi) siswa memahami konsep pembelajaran, KBM lebih intensif 23 Hasil belajar siswa lebih meningkat Pemantapan penerapan metode demonstrasi: Siswa semakin aktif, guru hanya sebagai fasilitator, siswa menemukan konsep pembelajaran tentang materi uang. Hasil belajar siswa meningkat Gambar 1 SKEMA KERANGKA PIKIR 2.4. Hipotesis Tindakan Penggunaan metode demonstrasi, diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi pemecahan masalah yang melibatkan uang pada siswa kelas 4 SDN Proyonanggan 11 Kecamatan Batang Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.