BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran Menurut Stanton dalam Sunyoto (2012): marketing is total business designed to plain, price, promote, and distribute want tisfying products to target market to achieve organizational objective. (Pemasaran adalah suatu sistem dari total kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan). Menurut Philip Kotler 2008 dalam (Sunyoto: 2012) :marketing is asocial and managerial process by which individuals and groups obtain what they need and what throught creating, offering, and exchanging products to value of with other (Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai). Menurut (Swasta: 2005) : pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendisribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi. Sedangkan, menjual adalah ilmu dan 10 11 seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah fungsi bisnisyang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang harus dipuaskan oleh kegiatan manusia lain yang menghasilkan alat pemuas kebutuhan berupa barang maupun jasa. 2. Manajemen Pemasaran Menurut (Sunyoto: 2012): manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (target buyers) dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasiaonal. Definisi manajemen pemasaran menurut Philip Kotler dalam (Sunyoto 2012: 218) manajamen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. 12 3. Konsep Pemasaran Pertukaran merupakan inti dari pemasaran. Pertukaran adalah salah satu dari tiga cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan seseorang, yaitu : Memproduksi sendiri (self production) Dengan paksaan (corsion) Jual beli atau pertukaran (exchange) Jual beli adalah tindakan untuk memperoleh sebuah produk yang diinginkan dari seseoranng dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Syarat-syarat jual beli atau pertukaran yaitu: Terdapat dua atau lebih individu atau perusahaan. Setiap pihak harus siap menerima atau berkeinginan untuk mendapatkan kepuasan. Setiap pihak mempunyai nilai dalam pertukaran itu dan setiap pihak percaya bahwa transaksi yang mereka lakukan itu menguntungkan. Setiap pihak mampu berkomunikasi dengan masing-masing pihak. 13 B. Definisi Merek Kotler dalam Sunyoto (2012): merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau bahkan kombinasi dari semuanya tadi, yang dimaksudkan untuk menyebutkan barang-barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya. Menurut (Walker: 2012): A brand is a name, term, symbol, and or special design that is intented to identity the goods or service of one seller or group of seller (sebuah merek adalah suatu nama, istilah, tanda atau design atau gabungan semua yang diharapkan mengindentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjualan). Undang-Undang RI nomor 15 Tahun 2001 mendefinisikan merek sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dari beberapa definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwamerek adalah nama, simbol, tanda, warna, desain, gerak maupun kombinasi dari atributatribut produk lainnya yang bertujuan untuk membedakannya dengan produk pesaing. 14 1. Fungsi Merek Pemberian merek sebuah produk mempunyai beberapa fungsi, yaitu ; a. Fungsi identitas, dengan merek dapat diketahui identitas produk maupun perusahaan pembuat produk. b. Fungsi kualitas, sebuah merek juga dapat menunjukan kualitas produk. Jika merek sudah terkenal dan mapan, berarti produk tersebut telah diketahui baik kualitasnya oleh konsumen. c. Fungsi loyalitas, jika identitas produk jelas dan kualitas produk baik, serta konsumen selalu mencari dan membeli berulang kali, berarti perusahaan telah sukses menciptakan pelanggan. d. Fungsi citra atau image, pihak perusahaan hukumnya wajib menjaga citra produk-produknya melalui merek. Hal ini dilakukan agar konsumen atau pelanggan tetap loyal dan sekaligus menjaga citra merek sebuah perusahaan. 2. Definisi Ekuitas Merek Menurut Aaker dalam Sumarwan (2013) Ekuitas merek adalah sejumlah harta (nilai) dan liabilitas merek yang berhubungan dengan suatu merek, nama dan simbol. Ekuitas merek akan meningkatkan atau menurunkan nilai suatu produk atau jasa yang di berikan kepada perusahaan atau pelanggan. Brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau 15 mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan (durianto: 2004) Menurut Kotler dan Keller (2009) ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa yang dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Dengan demikian ekuitas merek merupakan nilai tambah yang diberikan nama merek atas suatu produk sehingga akhirnya konsumen akan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding produk-produk lainnya. 3. Konsep Ekuitas Merek konsep brand equity memperlihatkan kamampuan brand equity dalam menciptakan nilai bagi perusahaan atau pelanggan atas dasar lima kategori aset yang telah disebutkan. 16 Gambar 2.1 Konsep Brand Equity Perceived quality Brand accosiation Brand awarenesess Other proprietary Brand assets Brand loyality Brand equity (Nama, Simbol) Memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat Interprestasi /proses informasi Rasa percaya diri dalam pembelian Pencapaian kepuasan dari pelanggan Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat Efesiensi dan efektifitas program pemasaran Brand loyality Harga/laba Perluasan merek Peningkatan perdagangan Keuntungan kompetitif Sumber: David A. Aaker dalam Sumarwan (2013) 17 4. Dimensi Ekuitas Merek Menurut Aaker dalam Sumarwan (2013) Ekuitas Merek terdiri dari beberapa unsur yaitu : 1. Brand awareness (kesadaran merek); 2. Brand association (assosiasi merek); 3. Brand-perceived quality (persepsi kualitas); 4. Brand-loyaliti (loyalitas merek); dan 5. Aset-aset merek yang lainya seperti potensi, trademarks, channel relationships, dll (Other proprietary brand assets) Empat dimensi ekuitas merek selai other propiatary brand assets dikenal sebagai dimensi-dimensi utama dari ekuitas merek, sedangkan dimensi terakhir tersebut secara langsung akan dipengaruhi akan dipengaruhi oleh kualitas dari keempat dimensi utama. 1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Keseadaran merek menunjukan kemampuan seorang konsumen untuk mengetahui dan mengingat suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (sumarwan: 2013). Sedangkan (durianto: 2004) kesadaran merek menggmabarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam bebrapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Kesadaran merek terdiri atas beberapa unsur, yaitu puncak pikiran (top of mind), mengingat kembali merek (brand 18 recall), mengenali merek (brand recognition) dan brand unaware (tidak mengenal merek). Aaker dalam Sumarwan (2013) membagi brand awareness menjadi empat tingkat yaitu: a) Unaware of brand (tidak menyadari merek), merupakan tingkat terendah dalam piramida brand awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b) Brand Recognition ketika seorang peneliti membantu konsumen dengan memperlihatkan sebuah merek produk kepadanya dan konsumen tersebutditanya apakah mengenal merek tersebut, jika konsumen mengenali produk tersebut maka disebut sebagai brand recognition. c) Brand Recall ketika konsumen menyebutkan merek kedua, merek ketiga dan merek lainnya dari kategori produk yang ditanyakan tersebut maka merek tersebut dinyatakan brand recall. d) Top of Mind suatu konsep yang memperlihatkan merek P yang pertama kali diingat atau muncul dalam pikiran konsumen ketika ia ditanya untuk menyebutkan suatu merek dari kategori produk tertentu. 2. Asosiasi Merek (Brand Asosiation) Sumarwan (2009: 272 ) menyatakan bahwa persepsi konsumen mengenai beragam atribut atau citra atau kesan yang dimiliki oleh atau terkait dengan suatu merek tertentu. Ketika 19 seorang konsumen mengingat suatu merek maka ingatan tersebut akan dikaitkan dengan persepsinya terhadap merek tersebut. Seorang konsumen akan meiliki banyak persepi menganai merek tersebutjika konsumen tersebut telah mengenal atau telah lama mengguanakan merek tersebut. Beragam kesan atau citra yang di persepsikan konsumen terhadap suatu merek akan membentuk citra merek atau brand images. Asosiasi merek (terutama yang membentuk brand imagenya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut. Dalam prakteknya, didapati banyak sekali kemungkina nasosiasi dan variasi dari brand association yang dapat memberikan nilai bagi suatu merek, dipandang dari sisi perusahaan maupun sisi pengguna, berbagai fungsi asosiasi tersebut adalah (durianto 2004: 70) : a. help process/ retrieve information (membenatu proses penyusunan informasi) b. differentiate (membedakan) suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedan suatu merek dari merek lain. c. reason to buy (alsan pembelian) brand association membangkitkan barbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen (customer benefits) yang dapat 20 memberikan alas an spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. d. create positive attitude feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif) beberapa asosiasi ampu merangsang suatu perasaan positif yang pda gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. e. basis for extentions (landasan untuk perluasan) suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagu suatu perluasan dangan menciptakan rasa kesesuaian (sanse of fit) antara merej dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alsan untuk membeli produk untuk perluasan tersebut. 3. Perceived quality Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Karena perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa Aaker (Durianto 2004:96) 21 Secara umum perceived quality dapat mengasilkan nilai-nilai sebagai berikut (Durianto: 2004) a. Alasan untuk membeli Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus di pertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih. b. Deferensiasi/posisi Dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari merek, apakah merek tersebut bernilai ekonomis atau tidak, juga berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekedar kompetitif terhadap merek-merek lain. c. Harga optimum Keuntungan ini memberikan pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut. d. Minat saluran distribusi Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para distributor dikarenakan dapat menawarkan suatu produk yang meiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut untuk menyalurkan merek-merek yang diminati konsumen. 22 e. Perluasan merek Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru. Menurut Aaker dalam (durianto: 2004) dimensi perceived quality dapat dibagi menjadi tujuh a. Kinerja Melibatkan karakteristik oprasional utama dari sebuh produk b. Pelayanan Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. c. Ketahanan Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. d. Keandalan Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. e. Karakteristik produk Bagian-bagian tambahan dari produk (features) f. Keseusaian dengan spesifikasi Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufuktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan telah diuji. 23 g. Hasil Akhir mangarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tersebt tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting. 4. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Menurut Sunyoto (2014): Loyalitas merek diartikan sebagai sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merek, konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang maupun pada masa mendatang. Keinginan tersebut dibuktikan dengan selalu membeli produk merek yang sama. Aaker dalam Durianto (2004): menjelaskan tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut: 1. Switcher price buyer (berpindah- pindah) Switcher price buyer merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar. Pembeli tidak loyal sama sekali terhadap suatu merek karena apapun yang diobral atau ditawarkan akan disukai. Pembeli menganggap merek apapun cukup memadai sehingga merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. 2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan) Habitual buyer adalah pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan, dan membeli merek 24 produk tertentu karena kebiasaan.Pembeli seperti ini tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk menstimulasi atau peralihan merek terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha, oleh karenanya tidak ada alasan bagi mereka untuk memperhitungkan alternatif. 3. Satisfied buyer (kepuasan pelanggan) Satisfied buyer adalah orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan, yaitu biaya dalam waktu, uang atau risiko kinerja sehubungan dengan tindakan peralihan merek.Para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan menawarkan bujukan untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya, sehingga menarik minat pembeli yang termasuk di dalam golongan ini. 4. Liking the brand (kesukaan merek) Liking the brand adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan produk, atau perceived quality yang tinggi dan mereka menganggap merek sebagai sahabat. 5. Committed buyer (pelanggan yang setia) Committed buyer adalah pelanggan yang setia.Merek mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek.Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi 25 fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya mereka mendorong mereka merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. C. Definisi Iklan Menurut Sudaryono (2014) iklan adalah bentuk presentasi dan promosi nonpribadi tentang ide, barang, jasa yang di bayar oleh sponsor tertentu. Sponsor bisa perorangan, kelompok atau organisasi. Iklan adalah suatu bentuk pesan dan pesan yang disampaikan kepada masyakarat luas dengan menggunakan suatu media. Istilah periklanan menunjuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian pesan (Niken: 2007). Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa istilah iklan berbeda dengan periklanan. Iklan adalah pesan yang diharapkan dapat mengubah pikiran seseorang untuk membeli, sedangkan periklanan adalah seluruh proses untuk mempersiapkan, merencanakan pesan atau berita dan menyebarkan ke seluruh masyarakat dan diketahui siapa sponsor yang mensponsori iklan tersebut. 1. Tujuan periklanan Pengertian dari periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan barabg atau jasa. Adapun tujuan periklanan diantaranya (Sunyoto: 2014) : 26 a. Iklan yang bersifat memberikan informasi, yaitu iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk dalam tahap rintisan (perkenalan) untuk menciptakan permintaan atas produk tersebut. b. Iklan membujuk, yaitu iklan menjadi penting dalam situasi persaingan dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu. c. Iklan pengingat, yaitu iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaaan suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut. d. Iklan pemantapan, yaitu iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka tela mengambil pilihan yang tepat. 2. Efektivitas Iklan suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari periklanan tersebut dapat tercapai atau terlaksana. Purnama dalam Rahayu (2012) menyatakan bahwa: “tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan meningatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan perusahaan melalui media iklan tersebut. Shimp dalam Azaira (2014) menyatakan periklanan yang efektif akan tersa mudah apabila iklan tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicaapai oleh periklanan. Sebuah iklan yang baik atau efektif adalah sebuah iklan yang diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, dan iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan. Selain itu iklan yang efektif adalah iklan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan yang 27 spesifik, dan menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang efektif memahami baha orang-orang tidsk membeli produk tapi mereka membeli keuntunagan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat, serta membuat orang-orang bertindak. 3. Jenis Media Iklan Utama Ada sejumlah media yang akan dianalisi kelebihan dan kekurangnya sehingga pemasar bisa menentukan atau memeilih media yang paling tepat (Kotler dalam Riyantoro: 2013). a. Surat Kabar Keunggulan: Fleksibilitas, ketepatan waktu, liputan pasar local yang baik, penerimaan yang luas,sangat dipercaya Keterbatasan: jangka waktu pendek, mutu reproduksi burk, “penerusan’ ke audiens berikutnya kecil. b. televisi keunggulan: menggambugkan gambar, suara dan gerak, merangsang indera, perhatian yang tinggi, jangkauan tinggi kelemahan: biaya absolute tinggi, pengelompokan tinggi, paparan bergerak cepat sehingga sulit dilihat, audiens di pilih secara kurang baik. c. surat langsung 28 keunggulan: audiens terpilih, feksibilitas, tidak ada persaingan iklan dalam media yang sama, personalisasi. Keterbatasan: biaya relatif tinggi, citra “surat sampah”. d. Radio Keunggulan: penggunaan missal, pilihan geografis tinggi, biaya rendah. Keterbatasan: hanya penyajian suara, perhatian lebih rendah dari pada teivisi, struktur harga tidak standar, tidak ada jaminan posisi. e. Ruang terbuka Keunggulan: flesibilitas, pengulangan paparan tinggi, biaya rendah, persaingan rendah. Keterbatasan: tidak ada pilihan audiens, krativtas terbatas. f. Halaman kuning pada buku telepon Keunggulan: liputan local yang unggul sangat meyakinkan, jangkauan luas, biaya rendah. Keterbatasan: persaingan tinggi, tenggang waktu atas manfaat dari pembelian iklan panjang, kreativitas terbatas. g. Surat berita Keunggulan: lentur, sangat terkendali, peluang interaktif, biaya relatif rendah. Keterbatasan: biaya bisa mengalir dengan sia-sia. h. Brosur Keunggulan: memiliki banyak pengguna, peluang untuk memberikan sentuhan pribadi. 29 Keterbatasan: produksi yang berlebihan bisa menyebabkan biaya mangalir sia-sia. i. Telepon Keunggulan: selektivitas tinggi, kemungkinan interaktif, biaya relatif rendah. Keterbatasan: biaya relatif tinggi kecuali jika digunakan sukarelawan. j. Internet Keungulan: pemilihan audiens tinggi, kemungkinan interaktif, biaya ralatif rendah. Keterbatasan: media relatif baru dengan jumlah pengguna yang renda di beberapa Negara. 4. EPIC Model EPIC Model Menurut Durianto dalam Rahayu (2012) adalah satu alat ukur efektifitas iklan dengan pendekatan komunikasi yang dikembangkan oleh AC Nielsen- salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, yang mencakup empat dimensi kritis, yaitu : empati, persuasi, dampak, dan komunikasi (Emphaty, Persusasion, Impact, and Comunnication-EPIC) Berikut dimensi-dimensi yang terdapat dalam EPIC model: a. Emphaty (Empati) dimensi empati menginformasikan, apakah konsumen menyukai suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara iklan dengan pribadi mereka. Durianto dalam Rahayu (2012). 30 Emapti melibatkan afeksi dan kognisi konsumen. afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsanngan lingkungan dan kejadian yang sedanng berlangsung,. Dalam bahasa yang lebih sederahana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran, varias0i tenggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya. b. Persuasion (Persuasi) Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi. Proses persuasi yang di pakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk ( Peter dan Olson dalam Rahayu: 2012). Persuasi merupakan esensi dari komunikasi pemasaran.Komunikator pemasaran berupaya mengarahkan orang untuk menerima suatu kepercayaan, sikap, atau perilaku dengan menggunakan daya tarik logis (reasoning) serta emosional. Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat di berikan suatu iklan untuk meningkatkan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga, pemasangan iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh gambaran kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek (Rahayu 2012: 299) 31 c. Imapact ( Dampak) Menurut Durianto dalam (Rahayu: 2012) Dimensi dampak (Impact) menunjukan apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dampak (Impact) yang diniginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involment) konsumen dengan produk atau proses pemilihan. Selain itu konsumen juga konsumen dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk yaitu, pengetahuan atau ciri karakter produk, konsekuaensi atau manfaat posGitif mengguanakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk (Bram dalam Rahayu: 2012). d. Communication (Komunikasi) komunikasi merupakan aspek penting dalam keseluruhan misi serta penentu suksesnya pemasaran. Semua organisasi modern, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba menggunakan berbagai bentuk komunikasi pemasaran untuk mempromosikan apa yang mereka tawarkan danmencapai tujuan finasial dan nonfinansial. Dimensi komuniaksi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahan konsumen, serta kekuatuaan kesan yang ditimggalkan tersebut.Persfektif pemrosesan kognitif 32 adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasaalah komunikasi (Bram dalam Rahayu: 2012). Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian meng-encondingpesan tersebut dalam bentuk symbol-simbol yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). Kemudian, pesan ditransimisikan ke sebuah penerima memlalui berbagai media, seperti pertunjukan televise, penawaran via pos, billboard atau majalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi harus mendecoding atau menerjemahkan maknanya.Kemudian, konsumen dapat mengambil tindakan, seperti pergi ketoko atau melakukan pembelian. D. Definisi Perilaku Konsumen Pengertian mengenai prilaku konsumen di kemukakan oleh Kotler dan Keller (2009) prilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Sunyoto (2012) perilaku konsumen (customer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. 33 Perilaku konsumen sebenarnya merupakan tahapan-tahapan langkah yang di tempuh dan dilakukan oleh seseorang atau individual atau kelompok orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginanya. Menurut Schiffman dan Kanuk ( Sudarono: 2014 ), tahapan-tahapan langkah yang dimaksud adalah : 1. Need recognition (mengenali kebutuhan) 2. Pre-purchase search (mencari informasi sebelum membeli) 3. Purchase trial and repeat purchase (melakukan pembeian dengan cara mencoba-coba dan melakukan pembelian ulang) 4. Post purchase evaluation (melakukan evaluasi pasca pembelian) 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal (Sudaryono: 2014). Faktor eksternal Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku konsumen antara lain. a. Kebudayaan Mempelajari prilaku konsumen adalah mempelajari prilaku manusia, sehingga prilaku konsumen juga di tentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan ke majuan dan perkembangan zaman dan masyarakat itu. Bentuk kebudayaan khusus lainya adalah serikat-serikat keagamaan, persaudaraan, kebangsaan dan lain-lain, yang memberikan 34 identifikasi pada orang orang yang menjadi anggotanya. Kebudayaan khusus ini memainkan peran penting dalam pembentukan sikap konsumen dan merupakan petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang akan di anut oleh konsumen. Pengidentifikasi penting bagi strategi pemasaran.Termasuk di dalam segmentasinya, perkembangan produk baru, promosi dan kegiatan-kegiatan distribusi. b. Kelas Sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relative homogen yang bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara hierarkhi dan yang keanggotaanya mempunyai nilai minat dan prilaku yang sama. Kelas sosial mempunyai beberapa karakteristik antara lain: 1. Orang-orang dalam kelas sosial cenderung mempunyai prilaku yang serupa di banding orang-orang yang berasal dari kelas sosial yang berbeda. 2. Seseorang di pandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai dengan kelas sosialnya. 3. Kelas sosial sosial seseorang di nyatakan dengan beberapa variabel seperti jabatan, pendapatan, kekayaan, pendidikan, dan orientasi terhadap nilai dari pada hanya berdasarkan sebuah variabel. Dengan memahami prilaku konsumen masing-masing kelas sosial maka perusahaan dapat menyelenggarakan dan program-program pemasaran yang efektif dan efisien. melaksanakan 35 c. Keluarga Keluarga di gunakan untuk mengambarkan berbagai macam bentuk rumah tangga. Macam-macam bentuk keluarga tersebut adalah: 1. Keluarga Inti (Nuclear family) Merupakan lingkup keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan anakanaknya. 2. Keluarga Besar (Extended Family) Yaitu keluarga inti di tambah dengan orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut seperti kakak, paman, bibi dan menantu. Faktor internal Faktor-faktor lingkungan internal yang mempengaruhi prilaku konsumen adalah : a. Motivasi Secara definisi motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keingininan individu yang di arahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan (Swastha dan Handoko dalam Sudaryono: 2014).Tanpa motivasi seseorang berpengaruh untuk mencari kepuasan terhadap dirinya.Para ahli psikologis telah mengembangkan teori-teori motivasi manusia. Tiga dari 36 teori-teori tersebut yang terkenal adalah teori Sigmun Freud, Abraham Maslow dab Fredric Herzberg (Kotler dalam Sudaryono: 2014). 1. Teori Motivasi Freud Fred mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan psikologi yang membentuk prilaku pembeli sebagian besar berasal dari bawah sadar 2. Teori Motivasi Maslow bahwa kekuatan manusia tersusun dalam suatu hierarki, dari kebutuhan yang paling mendesak. Dalamannya, kebutuhan itu adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan pernyataan diri. 3. Teori Motivasi Herzberg Frederick Herzberg mengambarkan teori motivasi dua faktor, yang membedakan antara faktor-faktor yang menyebakan ketidak puasan dan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan. b. Persepsi Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memeilih mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini (Kotler dalam Sudaryono: 2014) 37 c. Belajar Belajar menjelaskan perubahan dalam prilaku seseorang, yang timbul dari pengalaman (Kotler dalam Sudaryono: 2014). Perubahan-perubahan tersebut bersifat tetap dan fleksibel. d. Kepribadian dan konsep diri 1. Kepribadian Kepribadian adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. 2. Konsep diri Konsep diri merupakan pendekatan yang di kenal luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri dalam konsumen dengan Image Merek dan Image Penjual. e. Kepercayaan dan Sikap 1. Kepercayaan adalah suatu pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai sesuatu. 2. Sikap Sikap menggambarkan penialaian kognitif yang baik meupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. 38 2. Definisi Keputusan Pembelian Menurut kotler dan keller (2009), bahwa keputusan adalah sebuah proses pendekatan penyelasaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penelitian alternative, membuat keputusan pembelian, dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen. Sudaryono (2014) mendefinisikan keputusan sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative. Dengan kata lain, orang yang mengambil keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternative yang ada. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli, dan kemudian dia memmilih membeli, maka dia ada didalam posisi membuat suatu keputusan. Keputusan merupakan bagian salah satu elemen penting dari perilaku konsumen disamping kegiatan fisik yang melibatkan konsumen dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta jasa ekonomis.Perspektif pemecahan masalah mencakup semua jenis perilaku pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor-faktor yang memotivasi dan mempengaruhi keputusan konsumen. 3. Tahap-tahap proses keputusan pembelian Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan dimiliki dampak yang lama setelah itu. Proses tersebut dapat dipahami melalui gambar berikut : 39 Gambar 2.2 Tahap-tahap proses keputusan pembelian Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Sumber: Kotler dan Kaller (2009) Kotler dan Kaller (2009) menyatakan bahwa ada lima tahap dalam proses pembelian konsumen yaitu: a. Pengenalan Masalah Proses membeli dengan mengenalkan masalah atau kebutuhan pembelian menyadari suatu atau perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan 40 keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat di gerakan oleh rangsangan dari dalam pembelian atau dari luar. b. Pencarian Informasi Kita tidak dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif: mencari bahan bacaan, menelfon teman, malakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut. Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasanya melaksanakan fungsi legitimasi atau evaluasi. c. Evaluasi Alternatif beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi: pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan ini. Atribut minat beli bervariasi sesuai produk. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang menghantarkan manfaat yang memenuhi kebutuhan. 41 d. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefensi antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam malaksanakan maksud pemebelian, konsumen dapat membentuk lima sub keputusan: merek (merek A); penyalur (penyalur 2); kuantitas (satu computer); waktu (akhir minggu); dan metode pembayaran (kartu kredit). e. Perilaku Pasca Pembelian Setelah pembelian, kosumen mungkinmengalami konflik dikaranakan melihat fitur menhawatirkan tertentu, atau mendengar hal-hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusanya. Komunikasi pemasaran seharusnya memasok keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya merasa nyaman tentang merek tersebut. 42 E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitan Terdahulu Judul Peneliti Hasil Penelitian Sikap, keyakinan dan Efektivitas iklan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian penggunaan produk kartu AS konsumen dimanado Town Squere Mega Chirstin Kairupan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen, Universitas Sam Ratulangi Manad. (2013) Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian : Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Cabang Bandung Arianis Chan, Jurusan administrasi niaga fakultas ilmu sosial, Universitas Padjajaran (2010) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1. Sikap tidak berpenagaruh dan tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan produk kartu AS pada konsumen yang berbelanja di Manado Town Squere dapat di terima. 2. Keyakinan berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan kartu AS pada konsumen yang berbelanja di Manado Town Squere, dengan demikian hipotesis diterima.3. Efektifitas iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan produk kartu AS pada konsumen yang berbelanja di Manado Town Squere, dengan demikian hipotesis diterima. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa brand equity BankMuamalat Indonesia adalahkategori tinggi dan juga untukkeputusan pembelianpembuatan proses pelanggan diBank Muamalat IndonesiaBandung Cabang kategori tinggijuga. Ekuitas merek berpengaruh tertinggi pada proses pengambilan keputusan 43 Pengaruh Ekuitas Merek dan Iklan terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada Sabun Muka Merek POND’S ) Dhaniar Putra Bayu, Universitas Negri Yogyakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen (2012) pelanggan pembuatan untuk membeli, itu berarti ekuitas merek memiliki kondisi yang lebih baik dapat membuat lebih tinggi dalam keputusan pembelian pelanggan proses pembuatan. Pembahasan dari penelitian menjelaskan bahwa: (1) variabel ekuitas merek memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen produk sabun muka POND’S di Sleman, Yogyakarta, (2) variabel klan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen produk sabun muka POND’S di Sleman, Yogyakarta (3) variabel ekuitas merek dan iklan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian, Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel ekuitas merek dan iklan sebesar 46,9%, sedangkan sisanya sebesar 53,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. 44 F. Rerangka Pikiran Berdasarkan judul yang telah diangkat oleh penulis “Pengaruh Ekuitas Merek dan Efektivitas Iklan terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Pepsodent. Gambar 2.3 Rerangka Pikiran EKUITAS MEREK X1 H2 KEPUTUSAN PEMBELIAN H1 Y Y EFEKTIVITAS IKLAN X2 H3 45 G. Hipotesis H1= Diduga variabel Ekuitas Merek dan Efektivitas Iklan secara bersama-sama berpengarun Keputusan Pembelian. H2= Diduga variabel Ekuitas Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. H3= Diduga variabel Efektivitas Iklan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.