BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup di alam yang selalu terpapar oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, dan parasit. Infeksi terjadi bila mikroorganisme tersebut masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan yang mengganggu fungsi fisiologi normal tubuh. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Penyakit ini sering terjadi di daerah tropis seperti Indonesia karena udara yang banyak debu, temperatur yang hangat dan lembab sehingga mikroba dapat tumbuh dengan subur. (Syahrurachman, 1994) Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Sekitar 20-50 % Stapylococus aureus merupakan flora normal pada saluran penapasan. Selain pada saluran pernapasan, Staphylococcus aureus juga merupakan flora normal pada kulit dan saluran cerna. Sumber utama infeksi ini adalah pada luka-luka yang terbuka, benda-benda yang terkontaminasi luka tersebut, serta saluran napas dan kulit manusia. (Jawetz, 2007) Staphylococcus aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering dengan tanda-tanda radang yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Selain itu, enterotoksin bakteri ini dapat mengakibatkan keracunan makanan dengan gejala yang umum seperti mual hebat, muntah, dan diare. Pada saluaran pernapasan, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia pada infeksi primer ataupun sekunder. Jika Staphylococcus aureus ini menyebar luas dalam darah yang menjadi bakteremia dapat mengakibatkan endocarditis, osteomyelitis hematogen akut, meningitis, atau infeksi paru. (Todd, 1999) Selain bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli juga dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi. E.coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih Universitas Sumatera Utara pertama pada wanita muda. Selain itu, sekitar 50% dari pneumonia nosokomial primer yang didapat di rumah sakit di sebabkan oleh strain E.coli. (Lucky et al, 1994) Untuk menanggulangi penyakit infeksi tersebut digunakan antibiotik. Antibiotika merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Namun,di negara berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit infeksi merupakan masalah penting. (Katzung, 1997) Pada zaman dahulu masyarakat tidak mengenal obat-obat seperti antibiotik untuk menangulangi infeksi dan mereka lebih banyak menggunakan berbagai bahan yang diperoleh dari sekitar rumah. Dari berbagai survey, di antaranya Survey Kesehatan Rumah Tangga, Survey Penggunaan Obat Tradisional di masyarakat di Sulawesi dan Kalimantan Timur di Aceh dan Madura, Survey Etnobotani di daerah oleh Pus-litbang Biologi LIPI disimpulkan bahwa masyarakat masih mengandalkan alam sekitarnya untuk menanggulangi penyakit infeksi. Selain itu, alasan masyarakat menggunakan obat tradisional adalah karena obat-obat antibiotik ataupun obat-obat yang modern masih sedikit beredar di daerah mereka, membutuhkan resep, dan mahal harganya. (Dzulkarnain et al, 1996) Jeruk nipis atau Citrus aurantifolia merupakan salah satu tanaman buah yang masih banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) banyak di gunakan untuk meredakan batuk, pilek, pusing, mual, menghilangkan letih dan lelah, batu ginjal, ketombe, serta jerawat. (Astarini et al, 2010). Selain itu, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Citrus aurantifolia juga memiliki efek sebagai antimikroba baik terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. (Onyeagba et al, 2004). Dari uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro dengan menggunakan antibiotik ciprofloxacin sebagai kontrol. Universitas Sumatera Utara 1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantigolia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana daya antibakteri dari air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk menguji kemungkinan adanya perbedaan daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut : a) Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat antibakteri dari air jeruk nipis (Citrus aurantifolia). b) Dapat dijadikan sebagai masukan ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara