“Studi Empiris Teori Market Timing pada Perusahaan Publik di Indonesia Periode 2000 - 2011” Pembimbing 1 : Lukas Setia Atmadja, Ph.D Pembimbing 2 : Dr. Y. Arief Rijanto Dibuat oleh : Jennie Natalia Lidya Puspita Husein 131081063 131081041 BAB 1 – PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Batasan Penelitian LOGO LOGO 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan kompetitif Keunggulan kompetitif (sumber daya) Porter (1980, p. 33) : “The need to invest large financial resources in order to compete creates a barrier to entry, whether those resources must be raised in the capital markets or not.” Dibutuhkan Investasi Besar Struktur permodalan akan mempengaruhi kontinuitas dan bonafiditas dari perusahaan (Sitanggang dan Wardiawati, 2007). Sumber Permodalan LOGO 1.1 Latar Belakang Sumber Permodalan : Internal Eksternal (Modal pemilik & Laba Ditahan) (Hutang & Modal Saham) Schwartz, 1959 • ‘capital structure of the firm’ berarti adalah total hutang dan kepemilikan diklaim atau penjumlahan dari apa yang ada di sisi kredit neraca dalam laporan keuangan Weston dan Copeland (1992) • bagaimana perusahaan mendanai asetnya dicerminkan oleh struktur keuangan, direpresentasikan bagian sisi kanan neraca terdiri dari hutang jangka pendek dan panjang serta modal. LOGO 1.1 Latar Belakang Goldstein, Ju, dan Leland (2001) Opler, Saron, dan Titman (1997) Pilihan kombinasi hutang dan ekuitas selalu menjadi pokok permasalahan utama dalam korporasi keuangan. LOGO C A P I T A L S T R U C T U R E T H E O R Y Teori Irelevan Modigliani & Miller (1958) Dalam pasar sempurna, nilai perusahaan tidak dipengaruhi bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya Teori Static Trade Off Adanya tingkat leverage optimal dalam memprediksi hubungan antara nilai perusahaan dengan struktur permodalannya dengan menambahkan variasi ketidaksempurnaan pasar. Teori Agency Cost (Jensen dan Meckling, 1976) Semakin tinggi hutang berdampak semakin tinggi biaya untuk mengawasi pihak manajemen agar tidak terjadi mismanajemen yang menimbulkan kebangkrutan. Teori Pecking Order (Myers, 1984) Adanya hierarki dalam menentukan keputusan pendanaan, sumber modal internal lebih didahulukan daripada eksternal. Teori Managerial Entrenchment (Zwiebel, 1996) Manajer dengan sukarela memilih hutang dalam struktur pendanaan untuk membatasi future empire-building. Teori Market Timing (Baker & Wurgler,2002) Perusahaan menerbitkan saham ketika nilai pasarnya tinggi, relatif terhadap nilai buku dan harga pasar di masa lampau, dan membeli kembali saham ketika nilai pasar rendah. 1.1 Latar Belakang LOGO Teori Market Timing Taggart (1977) Marsh (1982) Jalilvand dan Harris (1984) Pergerakan dalam nilai pasar dari hutang dan modal jangka panjang merupakan faktor determinan penting dalam penerbitan sekuritas korporasi. (Taggart, 1977). Asquith dan Mullins (1986) Korajczyk, Lucas, dan McDonald (1992) Choe, Masulis, dan Nanda (1993) Loughran, Ritter, dan Rydqvist (1994) Faktor mempengaruhi keputusan sekuritas : 1. harga saham dimasa lampau. 2. kondisi suku bunga. 3. perubahan waktu biaya adverse selection dari penerbitan ekuitas. Rajan dan Zingales (1995) Bayless dan Chaplinsky (1996) Pagano, Panetta, dan Zingales (1998) Hovakimian, Opler, dan Titman (2001) Graham dan Harvey (2001) Manajer mencoba untuk ‘time’ equity market dengan dokumentasi kenaikan harga saham dan undervaluation merupakan faktor paling penting mempengaruhi penerbitan saham. 1.1 Latar Belakang LOGO Studi Empiris Market Timing di US Frank dan Goyal (2004) Huang dan Ritter (2005) Leary dan Robbert (2005) Market Timing Theory Hovakimian (2004) Kayhan dan Titman (2004) Alti (2006) Elliot, et.al. (2007) Baker dan Wurgler (2002) “Capital structure evolves as the cumulative outcome of past attempts to time the market” Baker dan Wurgler (2002) tidak mendukung adanya persistensi efek market timing pada struktur pendanaan di US. 1.1 Latar Belakang LOGO Studi Empiris Market Timing di Negara Lain Belanda • De Jong dan Veld (2001) bukti tidak langsung untuk market timing • De Haan dan Hinloopen (2003) i menerbitkan saham baru ketika harganya meningkat. • Bie dan Haan (2004) bukti yang lemah efek market timing (Targeting dan Pecking Order) China • Huang dan Zhang (2008) market timing dalam equity refinancing biaya ekuitas rendah. Tunisia • Nguyen dan Boubaker (2009) leverage ratio jk pendek didorong valuasi pasar saat ini. Jk. panjang efek market timing sama sekali sudah tidak ada. • Bougatef dan Chichti (2010) konsisten dengan teori market timing dimana manajer mencari keuntungan dari overvaluation secara temporer dengan menerbitkan saham. G-7 • Mahajan dan Tartaroglu (2007) Hutang berhubungan negatif pada semua negara G-7 (kecuali Jepang). Bukan atribut equity market timing (mengarah ke dynamic trade-off) 1.1 Latar Belakang LOGO Studi Empiris Market Timing di Indonesia Indradewa (2002) : Tidak ada market timing pada sampel perusahaan bergerak dalam sektor industri barang konsumsi pada 1997 - 2002. Dahlan (2004) : 43 perusahaan IPO di tahun 1990 kurun waktu observasi 10 tahun dan hasilnya lebih konsisten dengan trade-off dynamic. Saad dan Siagian (2011) : perusahaan manufaktur dari tahun 1994 – 2008, mengikuti prediksi market timing terutama periode 4 10 tahun setelah IPO. Frensidy dan Setyawan (2007) : Metode OLS pada perusahaan non keuangan yang IPO 2000 - 2001, hasil konsisten dengan Baker dan Wurgler (2002). IPO representasi adanya perubahan dramatis dalam lingkungan arus informasi, distribusi dari kontrol, dan akses pada pasar modal (Lemmon, Roberts, dan Zender ; 2008). LOGO 1.2 Rumusan Masalah Apakah teori market timing bisa menjelaskan struktur permodalan yang terdapat pada Perusahaan Publik di Indonesia dalam periode 2000-2011? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang permodalan yang dimiliki Perusahaan Publik di Indonesia yang melakukan IPO pada periode 2000 – 2006 dengan kondisi pasar yang dihadapi. 1.4 Manfaat Penelitian - Bagi Akademisi : Sebagai tambahan bukti empiris penelitian tentang teori market timing dalam praktiknya di Indonesia. - Bagi Manajemen Perusahaan : Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana kondisi pasar dalam teori market timing mempengaruhi perusahaan dalam menentukan struktur pendanaannya. 1.5 Batasan Penelitian Tidak menggunakan data sektor keuangan : • Perilaku struktur modal hutang berbeda. • Sangat dibatasi dan diawasi ketat oleh regulasi pemerintah. Tidak menggunakan periode data yang panjang seperti studi market timing Baker & Wurgler atau rata-rata penelitian di USA yang memiliki periode di atas 20 tahun. Tidak memakai model regresi data panel Generalized Least Square (GLS) . Sehingga menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan basis argumentasi ‘parsimonisitas’ atau penyederhanaan. LOGO BAB 2 – LANDASAN TEORI 1 Teori Struktur Modal Irelevan 2 Teori Static Trade Off 3 Teori Agency Cost 4 Teori Pecking Order 5 Teori Managerial Entrenchment 6 Teori Market Timing 7 Hubungan Market Timing pada Capital Structure saat IPO 8 Penelitian Sebelumnya Mengenai Market Timing LOGO Teori Struktur Modal LOGO Teori struktur permodalan perusahaan selalu menjadi sebuah topik yang menarik dan menimbulkan banyak teka-teki bagi para ekonom keuangan (Indradewa, 2002) Pertanyaan yang dilontarkan oleh Myers (1984) dalam jurnal Capital Structure Puzzle, Bagaimana perusahaan memilih struktur pendanaannya, jawaban : “Tidak Tahu” 10% Strict SURVEY 34% Ketat 37% Fleksibel Graham dan Harvey (2001) Kayhan dan Titman (2007) teori struktur modal memberikan argumentasi berdasarkan : 1. Adanya asimetris informasi 2. Pasar yang tidak efisien 3. Biaya transaksi Mengapa arus kas perusahaan, pengeluaran untuk investasi, dan historis harga saham dapat menjadikan penyimpangan dari target yang telah diusulkan oleh teori struktur modal tradisional. 2.1 Teori Struktur Modal Irelevan MM LOGO Menjual sekuritas harga pasar kompetitif = present value future cash flow Tidak ada pajak, biaya transaksi, biaya penerbitan perdagangan saham Akses simetris pada pasar kredit (pinjam dan meminjam tingkat bunga sama) Perfect Capital Market (Berk dan DeMarzo, 2011) Keputusan pendanaan perusahaan tidak mengubah arus kas yang dihasilkan Modigliani & Miller (1958) : Tidak ada peluang keuntungan menukar porsi ekuitas dan hutang. Modigliani & Miller (1958) : Financial Leverage tidak berhubungan dengan nilai perusahaan. Modigliani & Miller (1963) : “Correction” Menambahkan faktor pajak = ketidaksempurnaan Modigliani (1982) : Tax-deductible interest, nilai perusahaan berhubungan + struktur permodalan Dengan adanya faktor pajak, penggunaan hutang akan selalu lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. 2.2 Teori Static Trade - Off LOGO Modigliani (1982) : Jika hutang itu sangat bernilai, mengapa tidak ada satupun perusahaan mendanai kegiatannya hanya bersumber dari hutang saja? Bankruptcy cost Williamson (1981) Agency Cost Jensen & Meckling (1976) Moral Hazzard Myers (1977) Melindungi pendapatan dari pajak Brennan dan Schwartz (1978) Myers (1977; 1984) & Jensen dan Meckling (1976) struktur modal optimal Asumsi pasar efisien dan informasi simetris + variasi ketidaksempurnaan : Pajak, biaya dari financial distress akibat hutang, agency, bankcruptcy, dan transaction cost Opler, Saron, dan Titman (1997) Optimalnya rasio debt-equity adalah keseimbangan nilai tax shield dari debt dibandingkan meningkatnya risiko financial distress dan bankruptcy. LOGO 2.3 Teori Agency Cost Principal kontrak Agent adanya perbedaan kepentingan dari setiap pihak Jensen dan Meckling (1976) Biaya agensi yang berhubungan dengan hutang terdiri dari : • peluang hilangnya kesejahteraan disebabkan hutang pada keputusan investasi • pengeluaran untuk memonitor dan ikatan oleh pemegang obligasi dan pemilik perusahaan • adanya biaya kebangkrutan dan biaya reorganisasi. Semakin tinggi porsi hutang dalam struktur modal berdampak semakin tinggi biaya mengawasi manajemen agar tidak terjadi mismanajemen yang menimbulkan kebangkrutan. (Jensen dan Meckling, 1976) 2.4 Teori Pecking Order LOGO Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber pendanaan internal. Jika tidak mencukupi, perusahaan dapat mencari pendanaan eksternal, perusahaan akan menggunakan hutang, kemudian hybrid securities seperti convertible bonds, dan yang paling terakhir adalah ekuitas. (Myers, 1984) Cost of Debt < Cost of Equity “If you know the firm will issue equity only when it is overpriced, and debt otherwise, you will refuse to buy equity unless the firm has already exhausted its "debt capacity”. Thus investors would effectively force the firm to follow a pecking order.” 2.5 Teori Managerial Entrenchment LOGO Manajer sukarela memilih hutang dalam struktur pendanaannya untuk membatasi future empire-building. Managerial Entrenchment : Upaya sekelompok manajer yang dilakukan untuk membuat investasi lebih bernilai dibawah kendali mereka sendiri daripada kelompok manajer lainnya. Ketika manajer kekuasaan dan wewenang cukup besar, memungkinkan Ekuitas difasilitiasi tingginya valuasi dan peluang investasi, namun saat mereka menggunakan kepentingan bersamaan manajemen entrenched, pribadi daripada pemegang saham hanya memanfaatkan investor lama (Weisbach,1988) tidak rebalancing. (Zwiebel, 1996) LOGO 2.6 Teori Market Timing Teori MM Teori Static Trade-Off Teori Pecking Order Tidak menjelaskan fenomena pasar Muncul Teori Market Timing Fama (1972) •Prediksi fluktuasi harga saham pada kondisi pasar umum Baker dan Wurgler (2002) •Corporate finance: -praktek menerbitkan saham -> harga tinggi -membeli kembali saham -> harga rendah •Struktur modal melibatkan hasil2 kumulatif atas usaha2 di masa lalu untuk ‘time the market’ => manager ‘time the market’ -> struktur pendanaan yang profitable •Market Timing -> Historical market-to-book ratio LOGO 2.6 Teori Market Timing Insider trading & mispricing Asymmetric information BW (2002): Efek persistensi: Fokus pada historical M/B Efek net equity issuance Antara perusahaan & investor •Tidak segera menyesuaikan target leverage • EFWAMB 2.6 LOGO Dua Versi Market Timing Dynamic Form Myers & Majluf:1984) Korajczyk et al (1991) Manager & Investor rasional Manager & Investor irasional Adverse selection yang berbeda antar perusahaan dan waktu Time-varying mispricing Fluktuasi sementara variasi M/B -> mengukur variasi adverse selection Menerbitkan ekuitas saat biaya rendah Biaya a/deviasi < biaya menerbitkan ekuitas -> historical M/B punya longterm effect Membeli kembali ekuitas saat biaya tinggi 2.6.1 Versi Adverse Selection LOGO 2.6.1 Versi Perceived Mispricing Sudut pandang manager dan investor irasional: Perbedaan antara market value dan fair value perusahaan Efek berlawanan antara informasi asimetris dengan kualitas perusahaan (IPO) LOGO 2.7 Hubungan Market Timing dan IPO •Go public -> melihat kondisi pasar menarik •Kondisi pasar menarik -> menjual ekuitas lebih banyak •Going public -> event pendanaan paling penting •Ketidakpastian dan tingkat informasi asimetris yang tinggi •Upaya melakukan timing sangat jelas di IPO LOGO •Optimisme pasar tinggi -> korelasi (-) M/B dan leverage 2 Implikasi Market Timing (Alti:2006) Aktivitas pelepasan saham 3 Alasan IPO = laboratorium market timing Bentuk irasionalitas dan mispricing saat IPO •Market Timing: memanfaatkan real option dengan go public (Pastor dan Veronesi:2005) 2.8.1 Penelitian di Luar Negeri LOGO 2.8.1 Penelitian di Luar Negeri (Cont’d) LOGO 2.8.1 Penelitian di Luar Negeri (Cont’d) LOGO 2.8.2 Penelitian di Indonesia No Peneliti 1. Indradewa (2002) 2. Tujuan Meneliti dan membuktikan validitas teori market timing dalam struktur modal perusahaan di Indonesia. Metode Model : Baker & Wurgler (2002) dan Distribusi-lag. Sampel : 37 perusahaan go public bergerak di sektor industri barang konsumsi tahun 1997 – 2002 (pooled data). LOGO Kesimpulan Tidak ada indikasi teori market timing dalam struktur modal Indonesia pada sampel. Mungkin dikarenakan pergerakan fluktuasi saham perusahaan pada tahun tersebut masih rendah. Dahlan (2004) Menguji adanya Model : Mengacu pada Baker Efek market timing hanya indikasi market & Wurgler (2002). Random sesaat dan segera timing dengan effect dengan Generalized diimbangi pada tahun proxy market to Least Square. pertama setelah IPO, book yang memiliki Sampel : 43 sampel pada ditunjukkan oleh pengaruh pada tahun 1990, periode penurunan drastis rataleverage pengamatan t =10. rata jumlah penerbitan perusahaan di Data panel (gabungan cross saham. Hasilnya lebih Indonesia. section dan time series) konsisten dengan teori dinamis trade-off. 2.8.2 Penelitian di Indonesia (Cont’d) No Peneliti Tujuan Metode 3. Frensidy dan Membuktikan apakah Setyawan (2007) teori market timing bisa diaplikasikan di Bursa Efek Jakarta. Model : OLS. Variabel profit = EAT (Earning After Tax) Sampel : 28 perusahaan non keuangan di Indonesia IPO di tahun 2000-2001. 4. Saad dan Siagian (2011) Model : Mengacu Baker dan Wurger (2002), menambahkan faktor sentimen keuangan (proxy perputaran saham) dan kendala keuangan (proxy rasio arus kas operasi terhadap aset dan ln penjualan bersih) Menemukan bukti empiris konsistensi teori equity market timing terhadap struktur modal perusahaan manufaktur LOGO Kesimpulan Adanya teori market timing pada struktur permodalan perusahaan non keuangan di Indonesia. Ada karakter unik perusahaan IPO 2000-2001, data harga saham cenderung berkurang setelah tahun pertama IPO. Ada 3 hasil : 1). Konsisten dengan prediksi teori market timing terutama dalam periode 4 sampai dengan 10 tahun setelah IPO. 2). Sentimen investor mendorong praktik equity market timing. Sampel : Perusahaan manufaktur 3). Kendala keuangan yang tercatat di Bursa Efek memperlemah terjadinya Indonesia dari tahun 1994 - 2008. praktik equity market timing. BAB 3 – METODE PENELITIAN LOGO 3.1 Populasi & Sampel Perusahaan non keuangan (bukan Bank dan Institusi Keuangan) IPO dan listing di BEI selama tahun 2000 sampai tahun 2006. Data Sekunder Laporan Keuangan Perusahaan IPO tahun 2000-2006 Kurun waktu 5 tahun setelah IPO Purposive Sampling : 2005, 4 2006, 9 2004, 8 • Perusahaan non keuangan • Tidak terkena status delisting • Kelengkapan Laporan Keuangan 2000, 9 2003, 2 2002, 11 2001, 27 Sumber Data : Bursa Efek Indonesia (BEI), situs Yahoo Finance, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). LOGO D A F T A R P E R U S H A A N I P O 2 0 0 0 2 0 0 6 LOGO 3.3 Variabel Penelitian Dependent Variable Dependent Variable Book Leverage Market Leverage Net Equity Issues Retained Earnings Net Debt Issues Independent Variable Historical M/B Asset tangibility (PPE/Total Asset) Profitabilitas (EBITDA/ Total Asset) Independent Variable Size (Log Sales) Leverage lag dari book leverage Tabel Variabel LOGO 3.4 Model Penelitian LOGO 3.5 Estimasi Panel Data Regression Model Metode OLS Multivariate model Panel Data 3 Bentuk model dalam menganalisa data panel: Fixed Effect • Ada variasi intercept dalam bentuk dummy variable (least square dummy variable) Random Effect • Variasi intercept dalam bentuk galat (error component model) Pooled Least Square • Setiap cross section memiliki perilaku yang sama • Parameter intercept dan slope yang sama LOGO LOGO Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel 1. Chow Test atau Uji F -> memilih model Least Square atau Fixed Effect Hipotesis: H0 = Model PLS (Restricted) H1 = Model Fixed Effect (Unrestricted) Dasar Penolakan pada H0 -> Uji F menggunakan distribusi F:FN-1, NT-N-K RRSS = Restricted Residual Sum Square atau sum square dari model least square URSS = Unrestricted Residual Sum Square dari model fixed effect N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas Jika nilai hasil pengujian Chow Statistic > F tabel, tolak H0 => Model Fixed Effect Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel 2. Hausman Test -> memilih model Random Effect atau Fixed Effect Hipotesis: H0 = Random Effects Model H1 = Fixed Effect Model Dasar Penolakan pada H0 -> statistik chi square 3. LM Test (The Breusch – Pagan LM Test) -> memilih model Random Effect atau Pooled Least Square LM Test: H0 = PLS H1 = Random Effect Dasar Penolakan pada H0 -> statistik chi square Jika nilai LM statistik > nilai kritis statistik chi-squares maka menggunakan metode random Effect daripada metode OLS. LOGO Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel LOGO Pengujian strategi yang dapat dipilih: a) RE vs FE (Hausman Test) b) PLS vs FE (Chow Test) Jika (b) tidak signifikan -> Pooled Least Square Jika (b) signifikan tapi (a) tidak signifikan -> Random Effect Model Jika keduanya signifikan -> Fixed Effect Model Pengujian Otokorelasi LOGO Tujuan: mengetahui dugaan adanya korelasi antara error dalam observasi Adanya korelasi ini -> hasil persamaan menjadi tidak efisien & kurang tepat Cara mendeteksi otokorelasi: 1) Durbin-Watson test et et-1 = error term periode t = error term periode sebelumnya Pengujian Otokorelasi LOGO Tahap (1) Durbin-Watson test: 1) Persamaan regresi 2) Tentukan nilai d serta upper limit dan lower limit 3) Pengujian ada tidaknya otokorelasi dengan hipotesis. H0 = ada otokorelasi Nilai DW : antara 0-4 Bila 1,65 < DW < 2,35 => tidak terjadi otokorelasi => Tolak H0 Bila 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 => otokorelasi tidak dapat disimpulkan Bila DW < 1,21 atau DW > 2,79 => ada otokorelasi Pengujian Multikolinearitas LOGO Dugaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi Akibat ada multikolinearitas : sulit untuk memisahkan penagruh satu variabel bebas terhadap variabel bebas lain. Cara mendeteksi: correlation matrix (korelasi antar variabel bebas dalam model) Jika korelasi antar variabel bebas < 0,8 maka H0 diterima, H0 = tidak ada multikolinearitas Cara atasi multikolinearitas: variabel bebas yang memiliki nilai multikolinearitas yang tinggi dihilangkan Pengujian Heterokedastisitas LOGO Dalam persamaan regresi berganda, model tidak memiliki varians yang konstan Model persamaan berganda harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dalam bentuk varians yang konstan Cata deteksi: 1)White’s Heterocedasticity Consistent Variance and Standard Error -> standard error dianggap > OLS standard error, -> t-value menjadi < yang diteliti OLS 2) R2 Weighted -> Jika R2 Weighted > R2 unweighted -> Terima H0 -> Model mengandung heterokedastisitas LOGO 3.5.4 Uji T Koefisien Regresi Parsial Variabel: Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan terhadap terhadap terhadap terhadap perubahan penerbitan penerbitan laba baru leverage saham hutang ditahan bersih bersih Market to book (-) (+) (-) (-) Asset tangibility (+) (-) (+) (-) Profitability (-) (-) (-) (+) Size (+) (-) (+) (+) Lag book leverage (-) (+) (-) (+) LOGO 3.5.4 Uji T Koefisien Regresi Parsial (Cont’d) Hipotesa H0 H1 Market to Book Asset Tangibility H0 H2 H0 H3 H0 Profitability Size Lag Book Leverage Tidak Memiliki Perubahan Leverage Memiliki Memiliki Tidak Memiliki Memiliki Tidak Memiliki Memiliki Kriteria Penerimaan Penolakan Ho : d = n-2 Terhadap Tidak Memiliki H4 𝛽𝑖 𝑡= 𝑠. 𝑒. (𝛽𝑖) Hubungan Penerbitan Saham Bersih Laba Baru Ditahan Penerbitan Hutang Bersih Berdasarkan probabilitas: t stat > t tabel Tolak H0 1) Probabilitas (ρ-value) > 0,05, Terima H0 t stat < t tabel Terima H0 2) Probabilitas (ρ-value) < 0,05, Tolak H0 3.5.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesa Tetap Sama Kriteria Penerimaan/Penolakan H0 : F 𝑀𝑆𝑅 = 𝑀𝑆𝐸 = 𝑆𝑆𝑅 𝑘 𝑆𝑆𝐸 𝑛−𝑘−1 Pengujian ini membandingkan nilai F hitung dan F tabel : Bila F statistik > F α;(k,n-k-1) maka H0 ditolak Bila F statistik < F α;(k,n-k-1) maka H0 diterima Berdasarkan probabilitas: 1) Probabilitas (ρ-value) > 0,05, Terima H0 2) Probabilitas (ρ-value) < 0,05, Tolak H0 LOGO 3.5.6 Uji LOGO 2 R (Koefisien determinasi yang disesuaikan) 1 Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1 2 3 Semakin besar R2 (mendekati 100%) semakin baik model regresi tersebut Nilai R2 = 0 berarti variasi variabel dependen tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel independen dan sebaliknya. Dibuat oleh : Jennie Natalia Lidya Puspita Husein 131081063 131081041