Editorial Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja* Muchtaruddin Mansyur Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pendahuluan Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja. Aspek dasar perlindungan kesehatan adalah manajemen risiko kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pertolongan pertama dan pengobatan/kuratif. Manajemen risiko kesehatan adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan adalah menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan pekerja.1 Tujuan tersebut hanya akan tercapai melalui kerja sama antara profesional kesehatan dan * Disampaikan pada Seminar Optimalisasi Pelayanan Kesehatan di Tempat Kerja untuk Peningkatan Produktivitas, Jakarta, 16 Agustus 2007. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 9, September 2007 keselamatan kerja yang membantu manajemen dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program kesehatan kerja, dengan pengusaha yang bertanggung jawab dalam menjamin kesehatan dan keselamatan perusahaan pada tingkat yang setinggi tingginya. Terkait dengan pemenuhan legislasi dan peraturan, pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab dari pengusaha. Meskipun demikian keberhasilan kegiatan manajemen risiko kesehatan dengan efektifitas dan efisiensinya sangat tergantung pada kerjasama antara berbagai pihak yang terlibat dalam program kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk pekerja. Dalam hubungan ini, partisipasi pekerja merupakan hal mutlak yang tidak hanya terkait dengan peningkatan pengetahuan melalui pelatihan, tetapi menjamin implementasi program promosi kesehatan dan menjamin tercapainya keberhasilan program. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan: meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan 285 Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja Komponen utama manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah penilaian risiko (risk assessment), surveilans kesehatan (health surveillance), dan pencatatan (records). Di dalam komponen penilaian risiko (risk assessment), terdapat unsur tahapan yang meliputi Identifikasi bahaya (hazard identification), Penilaian dosis/intensitasefek (dose-effect assessment), dan karakterisasi risiko. Untuk dapat melakukan karakterisasi risiko perlu diketahui status kesehatan pekerja dan penilaian pajanan. Di dalam komponen surveilans kesehatan tercakup unsur surveilans medis dan pemantauan biologis.2 Identifikasi Bahaya Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi. Penilaian Pajanan Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.3 Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, 286 aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Karakterisasi Risiko Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan pekerja. Surveilans Kesehatan Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan kesehatan pekerja yang dilakukan secara teratur dan berkala. Surveilans kesehatan terdiri atas surveilans medis (termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang, serta pemantauan biologis.2 Lebih tepat lagi bahwa bentuk/ isi dan kekerapan (frequency) pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan hasil proses penilaian risiko. Bentuk dan jenis pemeriksaan kesehatan harus secara tegas terkait dengan bahaya kesehatan yang teridentifikasi dan sesuai karakter risikonya. Kekerapan pemeriksaan kesehatan ditentukan oleh besaran risiko kesehatan dan gangguan kesehatan terkait. Sebagai pedoman umum adalah mengacu pada peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu sekali setiap tahun. Surveilans Medis Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu pemeriksaan kesehatan pra-kerja (pre-employment atau preplacement medical examination), sebelum subjek pemeriksaan bekerja atau ditempatkan, Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) yang terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination) yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang berat. Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja 1. menetapkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan penempatan pekerja 2. mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentananan calon pekerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 9, September 2007 Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja 3. tertentu. menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi sebelum pekerja ditempatkan atau melaksanakan pekerjaannya. Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1. mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja. 2. mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang tidak berhubungan dengan pekerjaan) yang bermakna dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melanjutkan pekerjaan, atau menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja atau kondisi kerja. Riwayat kesehatan dan riwayat pekerjaan secara lengkap diperlukan untuk dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan kemungkinan gangguan kesehatan. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Khusus Pada dasarnya pemeriksaan kesehatan khusus sama dengan pemeriksaan kesehatan prakerja. Dalam hal ini hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan prakerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan. Pemantauan Biologis Pemantauan biologis (biological monitoring) adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap bagian tubuh sebagai media biologis (darah, urin, liur, jaringan lemak, rambut, dll) yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pajanan atau efeknya pada pekerja.4 Dengan melakukan pemantauan biologis memungkinkan kita untuk dapat mengetahui dosis yang masuk ke dalam tubuh dari gabungan berbagai cara masuk. Disamping itu dengan pemantauan biologis dimungkinkan pemeriksaan pajanan untuk jangka lama dan adanya akumulasi di dalam tubuh. Pada kasus pajanan bahan kimia, pemeriksaan dapat berupa bahan aktif atau metabolitnya. Pemantauan biologis juga ditujukan untuk mengetahui pengaruh suatu pajanan bahaya kesehatan terhadap tubuh dan kerentanan tubuh terhadap pajanan bahaya kesehatan tertentu. Pengendalian Pajanan Bahaya Kesehatan Pengendalian pajanan ditujukan untuk mencegah terjadinya pajanan bahaya kesehatan, atau menurunkan tingkat pajanan sampai pada tingkat yang dapat diterima Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 9, September 2007 (acceptable level). Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung keadaan pada saat tersebut. Hirarki yang disarankan dalam pengendalian secara umum adalah; pengendalian secara teknis, pengendalian secara administratif, dan yang terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri (personal protective equipment).5 Pada kasus pajanan kimia maka hirarki yang disarankan adalah: substitusi bahan yang berbahaya dengan yang tidak atau kurang berbahaya, pengendalian teknik seperti penyempurnaan ventilasi, perbaikan prosedur kerja dengan tujuan menurunkan pajanan, dan penggunaan alat pelindung diri. Penataan data Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam manajemen risiko kesehatan. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko kesehatan ini terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar: 1. dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian 2. memungkinkan evaluasi epidemiologi 3. memenuhi persyaratan legal 4. tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan 5. memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan pekerja. Perlu dipahami bahwa data surveilans kesehatan pekerja bersifat rahasia sehingga harus mendapat penanganan untuk menjaga kerahasiaan tersebut. Data anonim harus digunakan ketika menyampaikan laporan kepada manajemen dan pengusaha, termasuk pemantauan kinerja program kesehatan dan keselamatan kerja. Data lain yang perlu ditata adalah yang terkait dengan pengendalian dan penilaian pajanan serta kegiatan surveilans kesehatan yang dilaksanakan dalam proses manajemen risiko kesehatan. Pendidikan dan Pelatihan Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan pelatihan, perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan dan latihan merupakan komponen penting dalam perlindungan kesehatan pekerja.2 Tujuan utama pendidikan dan latihan ini adalah agar pekerja: 1. mengerti, paling tidak pada tingkat dasar, bahaya kesehatan yang terdapat di lingkungan kerjanya 2. terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur untuk mengurangi tingkat pajanan 3. menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap berfungsi baik 287 Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja 4. 5. 6. mempunyai kebiasaan sehat dan selamat serta higine perorangan yang baik mengenal gejala dini gangguan kesehatan akibat pajanan bahaya tertentu melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan kesehatan sesegera mungkin. Penutup Harus dipahami bahwa surveilans kesehatan, terutama surveilans medis berbeda dengan surveilans kesehatan pada umumnya, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan proses manajemen risiko. Sayangnya justru surveilans kesehatan diselenggarakan sebagai bagian yang terpisah, yang menyebabkan keluar dari tujuan dan jauh dari efektif dan efisien. Pemeriksaan kesehatan tidak dilaksanakan dengan tepat tidak ditujukan pada pemeriksaan fungsi dan organ target yang relevan, serta pemantauan biologis tidak disesuaikan dengan pajanan bahaya kesehatan yang ada. Isu penting lain dalam penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan kerja adalah penerapan evaluasi epidemiologi status kesehatan pekerja. Evaluasi epidemiologi terhadap hasil pemeriksaan kesehatan pekerja dapat bermanfaat untuk melihat kecenderungan kelainan pada kelompok pekerja, yang pada hasil individual tidak terlihat. Dipihak lain, ketika pada kelompok pekerja kelainan tersebut tidak tampak maka kita dapat mengatakan bahwa program pengendalian bahaya kesehatan telah berjalan baik. Evaluasi secara kelompok memungkinkan kita melihat apakah pada level individual pemeriksaan kesehatan telah dilakukan sesuai kriteria standar, dan perbedaan analisis telah mendapat perhatian. Surveilans kesehatan juga merupakan sarana untuk menilai tingkat pelaksanaan manajemen risiko. Apabila 288 disimpulkan bahwa risiko bahaya kesehatan dapat diabaikan atau dalam batas yang dapat diterima, tidak ditemukan gangguan kesehatan terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, pemantauan biologis menunjukkan tingkat pajanan yang rendah maka dapat dikatakan program manajemen risiko adekuat. Program selanjutnya ditujukan pada zero accident. Kebiasaan dokter di Indonesia tertuju pada deteksi dan pengobatan gangguan kesehatan yang ada. Hal tersebut tidak salah tetapi tidak boleh berhenti sampai pada kegiatan tersebut. Di dalam praktik kesehatan kerja, surveilans kesehatan bukanlah tujuan utama dalam manajemen risiko kesehatan, tetapi merupakan sarana konfirmasi bahwa efek buruk pajanan bahaya kesehatan sudah tidak ada, dan selanjutnya melaksanakan program promosi kesehatan. Sebagai konsekuensi manajemen dan merupakan hal yang penting adalah kebutuhan dokter yang mempunyai kompetensi dan wewenang dalam praktik kedokteran kerja. Manajemen hendaknya tidak memandang dokter perusahaan sebagai dokter yang berpraktik mengobati pekerja sakit saja. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. Seaton A, Agius R, Mc Cloy E, D’Auria D. Practical occupational medicine. London: Edward Arnold; 1994. World Health Organization. Deteksi dini penyakit akibat kerja. Wijaya C (Ed.) Suyono J (Alih bahasa). Jakarta: EGC; 1993. Bisesi MS. Industrial hygiene evaluation methods. 2nd Edition. London: Lewis Publishers; 2004. Lauwerys RR, Hoet P. Industrial chemical exposure, guidelines for biological monitoring. 3rd Edition, Florida: CRC Press; 2001. Greenberg MI. Occupational and environtal medicine. New York – London: Mc Graw Hill; 2006. SS Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 10, Oktober 2007