2015 MARKET BRIEF PELUANG USAHA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT (HS 1511) DI ITALIA ITPC MILAN Via Vittor Pisani, 8 – 6° Piano 20124 Milan (MI), ITALY Tel. +39 02 3659 8182 Fax. +39 02 3659 8191 [email protected] Page 0 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR 2 I. II. III. PENDAHULUAN . I. 1 Pemilihan Produk 4 I. 2 Profil Geografi Italia 7 POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA II. 1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia 9 II. 2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia 11 II. 3 Regulasi Impor Produk CPO di Italia 12 II. 4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia 14 II. 5 Hambatan dan tantangan Lainnya 14 PELUANG & STRATEGI III. 1 Peluang 15 III. 2 Strategi 16 IV. INFORMASI PENTING 18 Page 1 KATA PENGANTAR Dalam upaya penyediaan informasi pasar produk 10 – 10 – 3 dan sesuai dengan keputusan Menteri Perdagangan RI No. 706/M-DAG/KEP/9/2011 tentang Pedoman Penyusunan dan Mekanisme Pelaporan Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri, ITPC Milan, Italia telah melakukan penyusunan Market Brief yang didasarkan pada studi literatur (desk study). Informasi pasar ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh pimpinan dan atau sebagai bahan referensi pelaku usaha dibidangnya. Penulisan Market Brief merupakan rangkaian kajian yang terus dilakukan selama 1 tahun untuk memenuhi target yaitu menyiapkan 10 Market Brief. Pada topik ini dipilih produk CPO (HS 1511) sesuai data yang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar serta adanya peluang pasar untuk produk CPO di Italia. Di dalam Market Brief ini akan diinformasikan mengenai latar belakang pemilihan produk, profil Italia, potensi pasar di Italia, serta peluang dan strategi memasuki pasar di Italia. Untuk itu penyusunan laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pihak Pemerintah maupun Swasta di Indonesia, khususnya bagi kalangan eksportir dan pengusaha produk terkait dalam menyikapi peluang ekspor di italia. Disadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini sangat kami harapkan. Semoga Laporan Market Brief ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan informasi tentang produk CPO. Milan, Desember 2015 Kepala ITPC Milan Agung Pramudya FR. Page 2 ABSTRAKSI Produk CPO (HS 1511) merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Volume impor CPO HS 1511 Uni Eropa dari dunia terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar US$ 823,46 juta sampai dengan tahun 2014 sebesar US$ 1549,86 juta. Berdasarkan data Istat, maka dapat dilihat bahwa nilai impor Italia terhadap produk Indonesia jauh melebihi nilai ekspor Italia ke Indonesia dalam hal produk CPO HS 1511. Selain itu, total nilai impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia adalah sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014 sedangkan total nilai ekspor produk CPO Italia ke Indonesia hanya sebesar US$ 4,95 juta pada tahun 2014. Indonesia menduduki peringkat ke-1 sebagai negara eksportir CPO terbesar ke Italia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014. Indonesia menyumbang nilai impor sebesar 75,41% dari total nilai impor pada tahun 2014. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia menunjukkan tren yang positif sebesar 19,83% selama periode 2010-2014. Kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia mengalami kenaikan tajam mulai tahun 2012. Hal ini membuktikan bahwa Italia merupakan pangsa pasar yang sangat baik bagi ekspor produk CPO dari Indonesia. Peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk CPO HS 1511 ke Uni Eropa khususnya Italia sangat besar. Untuk dapat mengambil peluang tersebut, maka Indonesia perlu melakukan beberapa langkah strategis sebagai berikut: Strategi produksi Strategi ini meliputi peningkatan kualitas produksi dengan penetapan CPO yang bersertifikat RSPO atau EURED sesuai dengan regulasi dari Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD. Strategi produk Strategi ini meliputi proses mempertahankan produk CPO dengan kualitas yang sangat tinggi yang sesuai dengan ketentuan Uni Eropa dan ketentuan RED sehingga dapat dipergunakan untuk bahan baku alternatif pengganti bensin untuk transportasi. Strategi promosi Strategi ini meliputi penyelenggaraan kampanye produk CPO dengan “Green Campaign” serta aktif mengikuti pameran dan konferensi yang berkaitan dengan CPO. Page 3 I PENDAHULUAN CPO adalah minyak nabati yang dapat dikonsumsi yang dihasilkan dari bagian mesocarp (lapisan dalam dari dinding buah) dari buah kelapa sawit (Elaeisguineensis). Minyak inti kelapa sawit dihasilkan dari inti buah yang sama; perbedaan keduanya adalah warna (minyak inti kurang memiliki karotenoida dan tidak merah) dan mengandung lemak jenuh. Minyak ini memiliki banyak kegunaan, sebagai produk makanan, sumber bahan bakar nabati, dan lain-lain. Tahapan awal dari produksi minyak sawit adalah proses penggilingan dan pemurnian. Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah dipisahkan dengan proses fraksinasi, proses kristalisasi dan pemisahan untuk mendapatkan komponen padat (stearin) dan cair (olein). Proses pelelehan ulang dan pemisahan gum (degumming) dapat menghilangkan zat sisa yang ada. Minyak ini kemudian disaring dan diberi zat pemutih. Proses pemurnian fisik adalah untuk menghilangkan bau dan warna dan menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan asam lemak bebas yang digunakan sebagai bahan baku penting dalam pembuatan sabun mandi, sabun cuci, dan produk kebersihan dan perawatan diri lainnya. RBDPO adalah produk minyak dasar yang dijual dalam pasar komoditi dunia meskipun banyak perusahaan yang memfraksinasikan minyak ini lebih lanjut menjadi minyak olein untuk minyak masak. CPO merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak bumi dan gas, dan menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar internasional. Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia ke negara Uni Eropa yang merupakan negara pengimpor terbesar setelah India, mencatat kenaikan sebesar 3% dari 4 juta ton pada tahun 2013 menjadi 4,13 juta ton di tahun 20141. Uni Eropa sangat masif dalam menggalakkan kampanye negatif penggunaan CPO dengan berbagai cara. Kenyataan CPO merupakan minyak nabati yang paling efektif dan murah membuat Uni Eropa tetap meningkatkan permintaan ditengah gencarnya kampanye hitam minyak sawit dan pemberlakuan anti dumping duty. I.1 Pemilihan Produk Produk CPO Indonesia menghadapi banyak hambatan dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai contoh, aturan Renewable 1 Data menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia - GAPKI (2014) Page 4 Energy Directive (RED) yang ditujukan melindungi produk biofuel Eropa berbasis minyak nabati seperti kanola dan bunga matahari supaya tidak kalah bersaing dengan produk biofuel berbasis CPO. Pasalnya, harga CPO lebih kompetitif dari minyak nabati lain. Dari total jumlah ekspor CPO, permintaan CPO dari Uni Eropa lebih banyak ditujukan memenuhi kebutuhan industri biofuel, yang porsinya mencapai 65%. Sisanya 35% digunakan bagi kebutuhan baku industri makanan. Setelah adanya aturan RED ini, diperkirakan permintaan minyak sawit dari industri biofuel Uni Eropa akan berkurang menjadi 60%. Dengan posisi geografis Indonesia sebagai negara tropis, total produksi CPO Indonesia secara relatif sangat besar dan signifikan di pasaran perdagangan di dunia. Berdasarkan Skema 1, Volume impor CPO HS 1511 Uni Eropa dari tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami penurunan sebesar 3,5%. Penurunan ini ada kaitannya dengan penggunaan minyak nabati lainnya sebagai pengganti dari CPO. Pada tahun 2014, 66% total impor CPO berasal dari negara-negara berkembang sekitar 3,1 juta ton dan sisanya berasal dari Belanda. Skema 1. Grafik Total Impor CPO HS 1511 Uni Eropa (2010 – 2014) Sumber: Eurostat (2015) Berdasarkan Skema 2, Indonesia merupakan negara pengimpor CPO terbesar ke Uni Eropa selain negara berkembang lainnya (22% dari total impor pada tahun 2014), disusul oleh Malaysia dengan presentase 18%, dan Papua Nugini sebesar 11%. Negara berkembang lainnya yang mengeskpor CPO ke Uni Eropa adalah Guatemala, Honduras, dan Kolombia. Ketiga negara ini mengalami kenaikan ekspor CPO ke Uni Eropa dari tahun 2010-2014 dengan rata-rata Page 5 kenaikan 50% ton CPO setiap tahunnya. Guatemala mengekspor 157 ribu ton CPO ke Uni Eropa dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya berkisar 3 ribu ton. Belanda dan Jerman juga merupakan pengekspor CPO besar ke Uni Eropa sekitar 1,8 triliun ton CPO berasal dari dua negara ini. Skema 2. Grafik Impor CPO HS 1511 ke Uni Eropa (2010 – 2014) Sumber: Eurostat (2015) Berdasarkan Tabel 1, maka dapat dilihat bahwa nilai impor CPO HS 1511 Italia terhadap produk CPO Indonesia cukup besar yaitu sebesar US$ 1168,71 juta di tahun 2014 atau naik 24,82% dibandingkan dengan nilai impor di tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, nilai impor CPO HS 1511 Italia terhadap produk CPO Indonesia mencatat tren positif sebesar 22,3% dari tahun 2010 – 2014. Kenaikan nilai impor ini karena pertumbuhan perekonomian Italia yang semakin membaik dan terus pulih dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 sehingga tingkat permintaan akan CPO juga meningkat. Tabel 1. Kinerja Ekspor-Impor Italia Terhadap Produk CPO HS 1511 Indonesia Page 6 Sumber: Istat Berdasarkan data – data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan ekspor produk CPO HS 1511 ke pasar Uni Eropa terutama Italia. Peluang yang besar ini juga didukung oleh kemampuan Indonesia dalam memasok produk CPO HS 1511 dalam jumlah lebih besar lagi mengingat Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara pengekspor CPO terbesar di dunia. I.2 Profil Geografi Italia Italia sebelah utara berbatasan langsung dengan empat negara Eropa yaitu Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia. Memiliki posisi yang strategis yaitu berada di tengah-tengah antara Eropa dan Afrika, Italia meiliki keuntungan sebagai negara yang memberikan akses ke negara-negara Eropa Utara, negaranegara Mediterania dan negara-negara Eropa Timur. Wilayah Italia meliputi luas kedaulatan 301.340 km2 termasuk dua pulau utama yaitu pulau Sisilia dan pulau Sardinia, yang merupakan dua pulau utama di samping 38 pulau lainnya. Italia memiliki dua teritorial yang independen yaitu Kota Vatican dan Republik San Marino. Kota perdagangan di Italia adalah Milan dengan GDP per kapita pada awal tahun 2014 mencapai € 35.137. Milan disebut-sebut sebagai salah satu kota utama untuk keuangan dan bisnis dimana GDP-nya merupakan ke-4 Page 7 tertinggi di Eropa dan ke-26 tertinggi di dunia. Milan juga menduduki 20 besar sebagai kota dengan finansial terbaik. Berdasarkan estimasi sensus yang dilakukan oleh ISTAT pada Desember 2013, populasi di Italia mencapai 60.782.668 jiwa dengan dua wilayah berpenduduk terbesar di wilayah Italia-Utara sebanyak 27 % dari jumlah populasi dan wilayah Italia-Selatan sebanyak 23 % dari jumlah populasi Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Italia. Mayoritas penduduk Italia beragama Katolik dengan persentase sebesar 83%. Italia dikenal sebagai negara yang penuh dengan peninggalan sejarah dan jenius dalam kebudayaan. Saat ini Italia memiliki 400 buah museum, galeri dan situs arkeologi. Italia memiliki fasilitas transportasi yang sangat baik, dimana jaringan kereta api dikontrol oleh Trenitalia, Ferrovie dello Stato (Perusahaan Kereta Api Italia) yang rata-rata mengangkut setidaknya 23,3 juta ton komoditas sejak tahun 2005 dan kecenderungan jumlah penumpang yang selalu meningkat. Jaringan jalan raya untuk pengangkutan kargo dan truk serta transportasi penumpang juga terus bertambah. Sementara komoditas minyak menggunakan pelayaran sebagai moda transportasi utama dengan jaringan pelabuhan antara lain di Genova, La Spezia, Napoli, Trieste, Livorno dan Venezia. Untuk moda penerbangan, Italia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2005 dimana tercatat setidaknya terdapat 48,9 juta penumpang domestik dan 63,2 juta penumpang internasional. Italia telah membangun dua bandara udara yang modern di Roma yaitu Fiumicino dan Ciampino serta dua di Milan yaitu Linate dan Malpensa yang mencatat 50% kedatangan dan penerbangan internasional dilakukan di Milan. Beberapa sektor yang turut mendukung kondisi ekonomi Italia diantaranya adalah sektor pos dan telekomunikasi. Italia telah mengalami reorganisasi yang dilakukan pada tahun 2004 dimana Italia berhasil menggabungkan 3.440 perusahaan skala kecil menjadi beberapa perusahaan skala besar. Beberapa perusahaan komunikasi yang berskala multinasonal antara lain: Vodavone, Telecom, Tele2, Wind, H3g serta memiliki pasar yang terus Page 8 berkembang, dimana 70% populasi memiliki setidaknya satu telepon selular. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Italia juga mulai memberikan insentif kepada perusahaan swasta. Italia juga memiliki sistem IT yang sangat baik pada kantor-kantor administrasi lokalnya. Otoritas sektor perbankan Italia berada di bawah Bank of Italy yang berdasarkan hukum perbankan Eropa bertanggung jawab sebagai peninjau, pemeriksa serta menganalisa sistem perbankan di seluruh negeri. II.POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA II.1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia Secara umum, Italia mengalami kenaikan ekspor untuk produk CPO HS 1511 berdasarkan Tabel 2 dari tahun 2010-2011, penurunan pada tahun 20112013, dan kenaikan pada tahun 2013-2014 di mana mencapai US$ 67,04 juta. Penurunan yang terjadi dari tahun 2011-2013 disinyalir karena pada tahun-tahun tersebut semakin berkembangnya dan bertambah pesatnya produksi CPO dari negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dan Malaysia yang menjadi kekuatan raksasa asia sebagai pengimpor terbesar CPO di Uni Eropa. Faktor geografisnya kedua negara ini yang berada di iklim tropis menjadi faktor utama yang menjadikan kedua negara asia ini menjadi penghasil CPO terbesar bila dibandingkan dengan negara Uni Eropa. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang lambat dari negara tujuan ekspor Italia juga merupakan faktor pemicu sehingga menyebabkan melemahnya permintaan CPO dari Italia. Tabel 2. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia (2010 – 2014) Sumber: Istat Page 9 Kinerja ekspor produk CPO Italia ke negara lain di dunia dapat dilihat pada Tabel 3. Secara keseluruhan, Italia mengalami kenaikan kinerja ekspor produk CPO ke dunia sebesar 17,21% pada tahun 2014 apabila dibandingkan dengan data pada tahun 2013. Berdasarkan data tahun 2014 yang terdapat di Tabel 3 dapat dilihat bahwa Amerika menjadi negara tujuan ekspor di peringkat ke-1 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 557,75 juta. Jerman berada di peringkat ke-2 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 330,51 juta, diikuti oleh Perancis di peringkat ke-3 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 187,31 juta, Jepang di peringkat ke-4 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 149,87 juta, dan Kanada di peringkat ke-5 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 119,75 juta. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-49 dimana total nilai ekspor produk CPO Italia ke Indonesia sebesar US$ 4,95 juta. Pada tahun 2014, Italia mengalami penurunan ekspor ke Amerika (1,54%), Jerman (5,29%), dan Perancis (4,9%) dibandingkan dengan data pada tahun 2013. Namun, Italia mengalami kenaikan ekspor ke Jepang (0,96%), Kanada (15,69%), dan Indonesia (2,03%). Kenaikan ekspor CPO Italia untuk beberapa negara di dunia akibat meningkatnya konsumsi CPO di negara-negara tersebut yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara – negara tersebut. Tabel 3. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia berdasarkan Negara Tujuan Sumber: Istat Page 10 II.2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia Kinerja impor Italia terhadap produk CPO HS 1511 dunia dapat dilihat pada Tabel 4 di mana total nilai impor produk CPO adalah sebesar US$ 1549,86 juta pada tahun 2014. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk CPO menunjukkan pertumbuhan positif selama periode 2010 – 2014 sebesar 16,67%. Selama periode 2013 – 2014, nilai impor produk CPO pada tahun 2014 mengalami kenaikan tajam sekitar 17,21% dibandingkan dengan data pada tahun 2013. Kenaikan ini karena semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi di negara Italia sehingga tingkat konsumsi akan CPO juga semakin meningkat. Tabel 4. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia (2010 – 2014) Sumber: Istat Italia banyak mengimpor produk CPO dari negara – negara di dunia seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Thailand, dan Papua Nugini. (data dapat dilihat pada Tabel 5). Indonesia berada di peringkat ke-1 dengan menyumbang nilai impor sebesar 75,41% dari total nilai impor pada tahun 2014. Malaysia berada di peringkat ke-2 yang menyumbang sebesar 12,68% dari total nilai impor pada tahun 2014, Belanda berada di peringkat ke-3 yang menyumbang sebesar 5,69% dari total nilai impor pada tahun 2014, Thailand berada di peringkat ke-4 yang menyumbang sebesar 3,46% dari total nilai impor pada tahun 2014, dan Papua Nugini berada di peringkat ke-5 yang menyumbang 1,55% dari total nilai impor pada tahun 2014. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia menunjukkan tren yang positif sebesar 19,83% selama periode 2010 – 2014. Kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia mengalami kenaikan tajam mulai tahun 2012 akibat mulai pulihnya perekonomian Italia dari krisis ekonomi global pada tahun 2008 sehingga meningkatkan tingkat konsumsi impor CPO. Hal ini membuktikan bahwa Italia merupakan pangsa Page 11 pasar yang sangat baik bagi ekspor produk CPO dari Indonesia. Dua negara Asia lainnya memiliki peringkat di bawah Indonesia adalah Hongkong yang berada di peringkat ke-19 dan Kamboja yang berada di peringkat ke-36. Tabel 5. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia (2010 – 2014) Sumber: Istat II.3 Regulasi Produk CPO di Italia Italia menerapkan kebijakan yang secara umum mengacu pada garis besar ketentuan impor yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa. Kebijakan impor serta regulasi ekspor yang perlu dipenuhi terkait syarat ketentuan secara detail dapat disimak pada portal EU Help Desk (http://www.exporthelp.europa.eu) dengan memasukkan kode HS pada kolom yang telah ditentukan. Export Helpdesk EU sebagai layanan online yang disediakan oleh Komisi Uni Eropa untuk mempermudah akses pasar bagi negara-negara berkembang, mengelompokkan ketentuan legal requirements yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor ke Uni Eropa menjadi tujuh bagian yakni: Tabel 6. Kebijakan dan Regulasi Ekspor Produk CPO untuk Negara Berkembang yang diterapkan oleh Uni Eropa Legislasi Kontaminasi Dasar Hukum Regulation (EC) 1881/2006 Deskripsi Singkat Peraturan yang dirancang untuk memastikan bahwa makanan yang masuk ke pasar Uni Eropa aman dikonsumsi dan tidak mengandung kontaminan pada tingkat yang dapat mengancam kesehatan manusia. Page 12 Residu pestisida Legislasi Dasar Hukum Regulation (EC) 1881/2006 Kontrol kesehatan Regulation (EC) 1881/2006 Label Directive 2000/13/EC Directive 90/496/EC Regulation 1924/2006/EC Directive 2005/26/EC Directive 2007/68/EC Aditif, enzim, Regulation (EC) dan perasa No 1331/2008 dalam No 1332/2008 makanan No 1333/2008 No 1334/2008 Suplemen Directive (vitamin dan 2006/125/EC mineral) Directive 2002/46/EC Hygiene of Regulation (EC) foodstuffs 852/2004 (HACCP) Kebersihan produk makanan Kebijakan REDD Kebijakan RED Directive 2009/28/EC Deskripsi Singkat Regulasi ditentukan guna memastikan perlindungan terhadap konsumen. Jika terdapat kandungan residu dalam tanaman dan hewan atau bagiannya yang digunakan untuk konsumsi, hanya diperbolehkan diimpor jika sesuai dengan ketetapan undang-undang Uni Eropa yang dirancang untuk mengontrol keberadaan zat kimia dan residu dari hewan hidup, produk hewani, dan produk yang berasal dari tumbuhan. Ketentuan umum dan ketentuan khusus yang didesain untuk mencegah risiko terhadap kesehatan konsumen dan melindungi kepentingan konsumen. Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus mematuhi aturan pelabelan Uni Eropa, yang bertujuan untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan semua informasi penting dalam memilih saat membeli bahan makanan tersebut. Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus sesuai dengan komposisi adiktif, enzim, dan perasa yang masih dalam kategori aman bagi kesehatan. Makanan-makanan yang masuk ke Uni Eropa harus mengandung berbagai vitamin dan mineral yang menyehatkan bagi tubuh. Proses produksi makanan yang masuk ke Uni Eropa harus berdasarkan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point). Uni Eropa juga mengadopsi mekanisme Reduce Carbon Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD). Jadi CPO yang masuk ke Uni Eropa harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia. Uni Eropa juga mengadopsi Renewable Energy Directive (RED) dengan tujuan memenuhi tercapainya target minimal 20% renewable energy pada tahun 2020. Jadi CPO yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan sebagai produk yang ramah lingkungan mulai dari produksi, proses, maupun transportasi. Page 13 II.4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia Berdasarkan Skema 3, eksportir produk CPO dari negara berkembang dapat memasok produknya ke broker maupun importir dimana importir dapat langsung memasok produk ke konsumen akhir di Italia (Khusus untuk red palm oil) yang meliputi ritel, katering, industri makanan, industri pengolahan makanan, industri kimia, dan industri botol. CPO jenis red palm oil banyak digunakan untuk industri pewarna. Sedangkan CPO murni harus melalui tahap pengolahan di industri pengolahan (refinery) terlebih dahulu baru kemudian dapat digunakan oleh konsumen akhir. Selain itu, beberapa perusahaan eksportir CPO Indonesia telah memiliki jaringan representasi khusus yang menghubungkan perusahaan di Jakarta dengan importir di Italia sehingga mempermudah proses ekspor CPO ke Italia. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : PT Wilmar Nabati Indonesia (Grup Wilmar), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMART)PT.Golden Agri Resources (GAR), PT Cargill Indonesia, dan PT Musim Mas. Skema 3. Jalur Distribusi Produk CPO ke Italia Sumber: CBI II.5 Hambatan dan Tantangan Hambatan dan tantangan yang akan dihadapi oleh eksportir produk CPO dari negara berkembang untuk masuk ke pasar Uni Eropa tak terkecuali Italia adalah sebagai berikut: Tabel 7. Hambatan dan Tantangan yang Kemungkinan Dihadapi oleh Eksportir Produk CPO Indonesia Page 14 No Kategori Deskripsi Hambatan dan Tantangan 1 Sertifikasi RSPO 2 Komposisi CPO 3 Reduce Carbon Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD) Produk yang akan diekspor ke Italia harus memiliki sertifikasi RSPO. Sebagai contoh, Ferrero, produsen Nutella menyatakan bahwa mulai tahun 2014, semua minyak kelapa sawit yang akan dibeli oleh Ferrero wajib memiliki sertifikat RSPO. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, konsumen Uni Eropa menuntut Sertifikat Sustainability RSPO. Para pembeli dari Uni Eropa umumnya tidak hanya tertarik dengan eksportir yang mengandalkan produk dan profil perusahaannya saja melainkan juga kondisi perekonomian negara eksportir. Reputasi dari negara eksportir dapat memberikan pengaruh terhadap pembeli misalnya beberapa negara yang pernah mengirim CPO yang mengandung lemak jenuh yang berlebihan tidak berhasil dalam finalisasi kontrak akhir. Seharusnya minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega). Mekanisme ini sedang ramai diperbincangkan oleh dunia guna menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca. Perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama deforestasi hutan hujan tropis di negara – negara berkembang2. Akibat adanya mekanisme REDD ini, maka Uni Eropa akan semakin menerapkan standar yang ketat bagi pengusaha kelapa sawit di negara – negara berkembang untuk memperluas lahan CPO yang umumnya dilakukan dengan cara melakukan pembakaran hutan dan konversi dari hutan menjadi lahan sawit yang justru dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. III PELUANG DAN STRATEGI III.1 Peluang Berdasarkan Tabel 1 mengenai kinerja ekspor – impor Italia terhadap produk CPO Indonesia, maka dapat dilihat bahwa nilai impor Italia terhadap produk Indonesia jauh melebihi nilai ekspor Italia ke Indonesia dalam hal produk CPO HS 1511. Total nilai impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia adalah sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014 sedangkan total nilai ekspor produk CPO Italia ke Indonesia hanya sebesar US$ 4,95 juta pada tahun 2014. Di samping itu, berdasarkan Tabel 5, Indonesia menduduki peringkat ke-1 sebagai negara eksportir CPO ke Italia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014 diikuti oleh Malaysia dan Belanda yang berada di urutan 2 Data menurut Buckland (2005) Page 15 ke-2 dan ke-3. Dengan memasukkan asumsi proyeksi grafik impor Italia terhadap produk CPO Indonesia yang terus meningkat yaitu sebesar 31,52% selama periode 2010 – 2014 yang terdapat pada Tabel 5, maka kita dapat mengambil hipotesis awal bahwa peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk CPO-HS 1511 ke Uni Eropa khususnya Italia sangat besar. Peluang yang besar ini juga didukung oleh kapasitas Indonesia sebagai negara eksportir CPO terbesar di dunia serta ketergantungan Uni Eropa terhadap produk CPO dari negara lain. Tabel 8. Peluang Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia No 1 2 3 Kategori Deskripsi Peluang Sustainability Uni Eropa merupakan negara yang memiliki kebijakan sustainability yang sangat berpengaruh terhadap peraturan-peraturan ekspor CPO ke negara Uni Eropa. Dalam proses produksi CPO, negara ekportir harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Uni Eropa. Dengan demikian Eropa dapat meningkatkan impor CPO-nya. Fair Trade Palm Oil Uni Eropa menerapkan kebijakan Fair trade CPO. Negara ekportir harus menerapkan CPO yang bersetifikat RSPO karena CPO tanpa sertifikat akan gagal menembus pasar Uni Eropa. Kebijakan fair trade palm oil ini memberikan peluang market kepada negaranegara berkembang yang dapat menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Renewable Energy Uni Eropa menerapkan kebijakan ini bertujuan Directive (RED) untuk mencapai 20% sumber energinya berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Kebijakan ini memberikan peluang kepada negara-negara berkembang pengekspor CPO karena CPO merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbaharui (biofuel) yang juga dapat dipergunakan untuk bahan bakar pengganti minyak bumi untuk transportasi. III.2 Strategi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa strategi sebagai berikut: Tabel 9. Strategi Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia Page 16 No Strategi Deskripsi Outcome 1 Strategi Produksi 2 Strategi Produk Eksportir dapat memasok CPO dalam kuantitas yang lebih besar lagi ke Uni Eropa karena Indonesia mampu memenuhi syarat “Sustainability” dan “Fair Trade Palm Oil” yang ditetapkan oleh Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD. Produk CPO dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Italia dan Uni Eropa akan semakin diminati oleh pembeli di Italia dan Uni Eropa. 3 Strategi Promosi Peningkatan kualitas produksi dengan penerapan proses produksi serta konversi lahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan CPO yang bersetifikat RSPO atau EURED yang sesuai dengan regulasi dari Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD Mempertahankan produk CPO dengan kualitas yang sangat tinggi dengan komposisi sebagai berikut: minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega) dimana CPO ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku alternatif pengganti bensin untuk transportasi. Menyelenggarakan kampanye produk CPO dengan “Green Campaign” serta aktif mengikuti pameran dan konferensi yang berkaitan dengan CPO misalnya seperti European Palm Oil Conference yang tahun ini diadakan di Milan, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang tahun ini diadakan di Amsterdam, European Biomass Conference and Exhibition yang tahun ini juga diadakan di Amsterdam, dan IFT Food Expo yang tahun ini diadakan di Chicago. Bekerjasama dengan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) setempat untuk membangun citra Meningkatnya impor CPO dari Indonesia akibat citra positif yang dimiliki oleh Indonesia. Page 17 No Strategi Deskripsi Outcome Indonesia yang positif bagi negara Uni Eropa khususnya Italia. IV. INFORMASI PENTING 4. 1 Major player di Italia 1. Cominter Bio - http://cominter-bio.it – berlokasi di Milano 2. Olfood - http://www.olfood.it – berlokasi di San Giacomo 3. Agrotrading - http://www.agrotrading.it/ – berlokasi di Genova 4. Delizia 2000 S.R.L- http://www.delizia2000.eu – berlokasi di Trinitapoli 5. Oleficio Speroni SRP- http://www.oleificiosperoni.it – berlokasi di Parma 4. 2 Alamat dan Website Penting 1. Kedutaan Italia di Indonesia. Jl. Dipenogoro 45 Jakarta 10310, Indonesia. 2. Kamar Dagang Italia di Indonesia. Italian Business Association Indonesia (IBAI). Wisma BRI II, 15th Floor, Suite 1501 Jend. Sudirman No. 44 46 Jakarta 10210 IndonesiaTel: +62 (21) 5713540 ; Fax: +62 (21) 571-9013. Email: [email protected]. Kontak person: Dr. Luigi Carlo Gastel (President) 3. Promosi Perdagangan Indonesia di Italia. ITPC MILAN, Via Vittor Pisani No.8 Piano 6° Milan, Italia. 4. Perwakilan Indonesia di Italia. Ambasciata della Repubblica di Indonesia, Via Campania 53-55,00187 Roma, Italia.Tel: +39064200911; Fax: +39064880280 / +390648904910 5. Pihak Yang Dihubungi Bila Terjadi Dispute. Departemen Perdagangan Luar Negeri Italia (Instituito Nazionale per il commercio) perdagangan Estero Italia http://www.ice.gov.it/. Kementrian http://www.mincomes.it/. atau http://europa.eu/abc/governments/index_en.htm 6. Untuk Memastikan Nilai Mata Uang Euro Page 18 Untuk memastikan nilai tukar euro dengan mata uang lainnya, dapat dilakukan dengan mengakses http://www.oanda.com/Atau dapat juga melalui Euromonitor International (agensi riset) Email: mailto:[email protected]://www.euromonitor.com 7. International Chamber of Commerce. E-mail: mailto:[email protected]. http://www.iccwbo.org 8. International Trade Centre UNCTAD/ WTO E-mail: mailto:[email protected]. http://www.intracen.org 9. Pameran Perdagangan. Macef (http://www.fmi.it/macef) 10. Website tentang Informasi terbaru mengenai pameran perdagangan Internasional Miller Freeman at: http://www.dotfood.com/schedule/index.htm 11. Organisasi Promosi Perdagangan Italia ICE, National Institute for Foreign Trade. Address: Via Liszt 21, 00144 Rome, Italy. Telephone: (39) 6-59921 Telefax: (39) 659926900 12. Informasi produk dapat dilihat di Eurostat dan Italian National Statistics (http://www.istat.it) 13. Informasi mengenai European Palm Oil Conference dapat dilihat di: http://www.palmoilandfood.eu/en/event/european-palm-oilconference-epoc-2015 14. Informasi mengenai Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dapat dilihat di: https://www.eurt.rspo.org/register/general/home.asp 15. Informasi mengenai European Biomass Conference and Exhibition dapat dilihat di: http://www.eubce.com/exhibition/listof-exhibitors/global-fibre-sdn-bhd.html 16. Informasi mengenai IFT Food Expo dapat dilihat di: http://greenpalm.org/DB/events-and-conferences-2/ift15-annualmeeting-and-food-expo Page 19