PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA DAMPAK TAYANGAN RELIGITAINMENT “MISTERI ILLAHI” TERHADAP ASPEK BERPIKIR ANAK Suatu studi deskriptif mengenai dampak tayangan religitainment “misteri illahi” di stasiun televisi Indosiar terhadap aspek berpikir anak SDN Jeung Jirigil Tengah SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Disusun Oleh : Nita Herlianawati 10080002357 Bidang Kajian Public Relations FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2007 Public Relations After she heard it, she just looked at me, For a moment, smiled, laughed humorlessly for a while and said, “Well, everything happens in God’s time, not ours, not yours..” And I believe so.. I would like to thank my Savior, Allah SWT.. I am truly blessed........... Motto : " Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"." (Q.S.Luqman : 13) ABSTRAK Menjamurnya sinetron religi pada kurun waktu terakhir ini memberi warna tersendiri dalam kancah entertainment kita. Namun arus deras religiusitas di dunia hiburan ini menyimpan tanda tanya besar. Pasalnya industri hiburan identik dengan life style yang glamour. Sedangkan agama mengandaikan sesuatu yang suci. Dua hal yang saling bertentangan ini dikawinkan dalam bentuk sinetron, maka lahirlah sinetron religi. Sebagai bagian dari industri hiburan, sinetron memiliki ciri yang khas. Sentuhannya yang langsung mengena kehidupan sehari-hari, mendapat tempat tersendiri di relung kalbu masyarakat. Sinetron umumnya mengikuti trend yang sedang aktual. Sebagai contoh, percintaan remaja, kehidupan glamour dan mistik. Tema-tema tersebut silih berganti menjadi main stream sinetron kita. Dan berkat dialektika sinetron inilah, akhirnya kehidupan keagamaan menjadi tema yang laris manis. Sinetron Misteri Illahi pemutarannya ditayangkan prime time mulai pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Ditayangkan ulang setiap hari pada pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB. Dalam jam tayang ini, anak-anak bisa melihat tayangan sinetron yang bernuansa religi itu dan dibungkus dengan kesan mistis. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis mengidentifikasi masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana aspek berpikir simbolis dan aspek berpikir egosentris pada anak SDN Jeung Jirigil kelas V dan kelas VI terhadap tayangan religitainment ”Misteri Illahi” di Indosiar. Hampir seluruh siswa kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah berpikir simbolis, masih belum bisa membedakan kenyataan dan fantasi. Tayangan “Misteri Illahi” sangat berpengaruh pada perkembangan berpikir anak mengenai agama. Terlebih dengan munculnya tokoh-tokoh yang menyeramkan dan adegan-adegan perkelahian. Mereka juga masih berpikir secara egosentris Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap peristiwa pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir tentang setuju atau tidak setuju terhadap penokohan pada tayangan reigitainment Misteri Illahi. Anak-anak tersebut belum bisa menggunakan logikanya dan tidak dapat menilai hal-hal yang dianggap benar atau tidak benar. Dampak tayangan sinetron bernuansa mistis terhadap logika berpikir anak, bisa membuat sugesti berlebihan terutama pada anak-anak di bawah umur yang dapat dengan mudah menontonnya karena jam penayangannya yang tidaklah terlalu malam. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya karena berkat pertolongan-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “aspek berpikir anak terhadap tayangan religitainment Misteri Illahi” ini masih terdapat kekurangan, bahkan jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. namun dengan penuh kesabaran dan ketekunan serta bimbingan, dorongan secara moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Yusuf Hamdan, Drs., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, atas jasanya yang selalu memberikan kemudahan izin dan prosedur kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 2. Bapak Oji Kurniadi, Drs., M.Si selaku Dosen pembimbing I atas segala bantuan, bimbingan dan waktu yang diberikan, serta koreksi yang tak terhingga nilainya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Dan selaku Ketua Bidang Kajian Public Relations, yang telah banyak memberikan gambaran dan arahan bagaimana ruang lingkup kerja kajian Public Relations. 3. Bapak M.E. Fuady S.Sos selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, serta pengarahan kepada penulis selama dalam penulisan hingga selesainya pembuatan skripsi ini. ii 4. Bapak Satya Indra Karsa. Drs selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan serta dorongannya selama masa perkuliahan kepada penulis. 5. Bapak Wawang Kuswanto yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk membantu saran dan moril. 6. Seluruh Pimpinan Fakultas Ilmu Komunikasi beserta segenap Staf pengajar dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di Bidang Kajian Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. 7. Bapak Gufroni Sakaril selaku Humas PT. Indosiar Visual Mandiri, dan Mba Esty Muthia yang telah memberikan data selengkapnya yang penulis butuhkan, juga dukungan moril yang sangat berharga. Juga seluruh Staf Indosiar yang begitu ramah melayani. 8. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SDN Jeung Jirigil Tengah yang telah memberikan kemudahan dalam penyebaran angket, Murid kelas V dan kelas VI yang telah membantu dan meluangkan waktu istirahatnya untuk penulis. 9. Orang tua ku tercinta di Banten “Mama-Papa” yang telah memberikan doanya, kasih sayangnya juga dorongan yang tak ternilai kepada penulis, I’m still trying so hard to be the best daughter I can be for the both of you here, hopefully I won’t let you down. Begitu juga, my one and only sister, Dedoy. Can’t even envision a better sister for me and the most greatest sibling I’d ever known in life. 10. Ridhanto Pratomo “Mas Dito” yang membuat penulis kembali bersemangat dan termotivasi untuk kembali berjuang menyelesaikan skripsi ini, seseorang yang kehadirannya patut disyukuri. Lucu dengan segala kejayusannya, unik dengan segala keanehannya, sempurna dengan segala kekurangannya. iii 11. Kakekku (Alm) dan nenekku, terima kasih banyak atas kasih sayang dan doanya selama ini. Keluarga besar di Purwakarta dan Rangkas Bitung terima kasih atas dorongan dan doanya. 12. Sahabat-sahabatku di kampus yang sudah sabar dan selalu memberikan dorongan, motivasi, semangat, masukan kepada penulis agar cepat dalam menyelesaikan skripsi ini: Dina, Mira, Rima, Lidya, Selvi, Ruci, Pinky, Dinar, Ivey, Titiek, Novi, Kharis, Aji, Gamma, Dian, Tebe, dan teman-teman seperjuangan Public Relations, teman-teman Mankom, dan teman-teman Jurnalistik. 13. Sahabat-sahabatku di Ranggamalela 25 : Chichi, Intan, Udin, Apri, Ray, Wibi, atas dukungan dan canda-tawanya, yang membuat hidup lebih menyenangkan. 14. Semua pihak ataupun teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran dalam menyusun skripsi ini. Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmiah bagi yang memerlukan dan membutuhkan…amien.. Wassalamualaikum,Wr.Wb Bandung, Agustus 2007 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ....................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 9 1.3. Identifikasi Masalah .................................................................. 9 1.4. Tujuan Penulisan ...................................................................... 10 1.5. Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah 1.5.1. Pembatasan Masalah ........................................................ 10 1.5.2. Pengertian Istilah .............................................................. 11 1.6. Alasan Pemilihan Masalah…………………………………….. 12 1.7. Kegunaan Penelitian.................................................................... 13 1.8. Anggapan Dasar ......................................................................... 14 1.9. Operasionalisasi Variabel ......................................................... 16 1.10. Metodologi 1.10.1. Metode Penelitian ....................................................... 16 1.10.2. Teknik Pengumpulan data .......................................... 17 v 1.11. Populasi dan Sampel................................................................. 18 1.12. Organisasi Karangan............................................................... 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komunikasi...................................................... 23 2.2. Pengertian Komunikasi Massa.................................................... 26 2.3. Proses Komunikasi Massa........................................................... 28 2.4. Karakteristik Komunikasi Massa................................................ 29 2.5. Uses and Gratification Theory.................................................... 30 2.6. Efek Komunikasi Massa.............................................................. 32 2.7. Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan Religitainment...... 34 2.8. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa................................ 38 2.8.1. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa............. 40 2.8.2. Kelebihan dan Kekurangan Televisi.................................... 42 2.9. Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak...................... 43 2.10. Tinjauan Sinetron........................................................................ 46 2.11. Tinjauan Aspek Kognitif............................................................. 48 2.12. Tinjauan Berpikir......................................................................... 50 2.13. Tinjauan Anak............................................................................. 52 2.13.1. Fase Praoperasional............................................................ 53 2.13.2. Pikiran, Ingatan, dan Fantasi Anak................................... 54 vi BAB III GAMBARAN UMUM TINJAUAN PENELITIAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan........................................................ 57 3.2. Logo PT. Indosiar Visual Mandiri., Tbk .................................... 62 3.3. Struktur Organisasi Perusahaan dan Mekanisme Kerja Perusahaan ..................................................... 63 3.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan………………………….. 63 3.3.2. Mekanisme Kerja Perusahaan……………………………. 65 3.4. Visi dan Misi Perusahaan ........................................................... 66 3.5. Aktivitas Perusahaan .................................................................. 67 3.6. Tayangan Religitainment Misteri Illahi……………………….. 67 3.7. Sejarah SDN Jeung Jirigil Tengah……………………………… 69 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Data Responden…………………………… 72 4.1.1. Jenis Kelamin Responden................................................. 73 4.1.2. Usia Responden……………............................................ 74 4.1.3. Pekerjaan Orang Tua Responden……………………….. 75 4.1.4. Memiliki Televisi………………………………………... 76 4.1.5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi…………… 77 4.1.6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi……………………… 78 vii 4.2. Analisis Deskriptif Data Penelitian…………………………... 78 4.2.1. Analisis Deskriptif Format Dasar Tayangan Religitainment Misteri Illahi dalam Aspek Berpikir Anak ……………………………......... 79 4.2.1.1. Siluman pada Tayangan…………………………… 79 4.2.1.2. Siluman dapat Mengganggu………………………. 80 4.2.1.3. Siluman Ular dan Serigala dapat Membunuh kita… 81 4.2.1.4. Syetan, Jin, dan Siluman di Malam Hari…………. 82 4.2.1.5. Manusia dapat Melihat Syetan, Jin, dan Siluman di kuburan………………………………………….. 83 4.2.1.6. Dukun adalah Orang Sakti…………………………… 84 4.2.1.7. Dukun dapat Mengubah Manusia……………………. 85 4.2.1.8. Memasukkan Jarum ke dalam Tubuh Boneka……… 86 4.2.1.9. Perkataan Dukun akan Terbukti……………………… 87 4.2.1.10.Kyai Mengusir Jin, Syetan, dan Siluman…………… 88 4.2.1.11.Ciri Seorang Kyai…………………………………… 89 4.2.1.12.Kyai dapat Membunuh Siluman……………………… 90 4.2.1.13.Kyai Mempunyai Sifat Baik………………………… 91 4.2.1.14.Kyai Selalu Shalat 5 Waktu………………………… 92 4.2.1.15.Kyai Menyembuhkan Orang Kemasukan…………… 93 4.2.1.16.Manusia dapat Merubah Wujud……………………… 94 4.2.1.17.Manusia dapat Merubah Wujud……………………… 95 4.2.1.18.Manusia yang Meninggal akan Hidup lagi…………… 96 4.2.1.19.Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan……….. 97 4.2.1.20.Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi………….... 98 viii 4.2.1.21.Dukun Membalas Ilmu Santet…………………….. 99 4.2.1.22.Siluman dapat Melihat Melalui Air……………….. 100 4.2.1.23.Jin Berwajah Seram………………………………... 101 4.2.1.24.Kuntilanak adalah Jin Wanita……………………… 102 4.2.1.25.Dukun Memakai Pakaian Hitam…………………… 104 4.2.1.26.Kyai adalah Orang Baik……………………………. 104 4.2.1.27.Siluman Ular Manusia yang Dikutuk………………. 105 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 109 5.2 Saran - saran ............................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 114 DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… 115 ix DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. SDN Jeung Jirigil Tengah .............................. ………………….. 20 2. Proses Komunikasi Massa................................................................ 29 3. Uses and Gratification Theory......................................................... 31 4. Struktur Organisasi Indosiar............................................................. 64 5. Susunan Organisasi SDN Jeung Jirigil Tengah................................. 70 x DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jenis Kelamin Responden............................................................... 73 2. Usia Responden……………........................................................... 74 3. Pekerjaan Orang Tua Responden……………………….. ……….. 75 4. Memiliki Televisi…………………………………………………. 76 5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi……………………... 77 6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi…………………………………. 78 7. Siluman pada Tayangan…………………………………………… 79 8. Siluman dapat Mengganggu………………………………………. 80 9. Siluman Ular dan Serigala dapat Membunuh kita………………….. 81 10. Syetan, Jin, dan Siluman di Malam Hari……………………………. 82 11. Manusia dapat Melihat Syetan, Jin, dan Siluman di kuburan………………………………………….. ………………83 12. Dukun adalah Orang Sakti………………………………………… 84 13. Dukun dapat Mengubah Manusia…………………………….……. 85 14. Memasukkan Jarum ke dalam Tubuh Boneka………………...… 86 15. Perkataan Dukun akan Terbukti……………………………….….. 87 16. Kyai Mengusir Jin, Syetan, dan Siluman……………………….… 88 17. Ciri Seorang Kyai……………………………………………….. 89 18. Kyai dapat Membunuh Siluman………………………………… 90 19. Kyai Mempunyai Sifat Baik………………………………….… 91 20. Kyai Selalu Shalat 5 Waktu…………………………………..… 92 21.Kyai Menyembuhkan Orang Kemasukan………………………. 93 22.Manusia dapat Merubah Wujud…………………………. … … 94 xi 23.Manusia dapat Merubah Wujud……………………………………. 95 24.Manusia yang Meninggal akan Hidup lagi………………………… 96 25.Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan……………… ……….. 97 26.Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi………………… …………98 27.Dukun Membalas Ilmu Santet………………………………..……. 99 28.Siluman dapat Melihat Melalui Air………………………………. 100 29.Jin Berwajah Seram……………………………………………… 101 30.Kuntilanak adalah Jin Wanita…………………………………… 102 31.Dukun Memakai Pakaian Hitam………………………………… 104 32.Kyai adalah Orang Baik………………………………………….. 104 33.Siluman Ular Manusia yang Dikutuk…………………………….. 105 34. Kumulatif Berpikir Simbolis…………………………………….. 106 35. Kumulatif Berpikir Egosentris…………………………… ……. 107 xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin maju, terutama sebagai penunjang komunikasi membuat masyarakat modern lebih menatap komunikasi, hal ini disebabkan karena semakin mudahnya suatu informasi dapat diterima secara luas dan dalam waktu relatif singkat. Dalam kaitannya dengan upaya menyampaikan informasi, tentu tidak terlepas dari peran media massa sebagai alat komunikasi. “Pers dan media massa menjadi hasil karya budaya masyarakat manusia yang semakin berkembang dan meluas, sehingga memperluas berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak dibantu oleh instrument yang sanggup menyampaikan pesan secara serentak, cepat, menjangkau luas. Instrument itu ialah media massa”. (Oetomo, 1985:4). Peranan media massa sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan suatu pendidik dan menjadikan media massa sebagai sarana pendidikan dan informasi. Sesuai dengan fungsinya bahwa media massa harus berperan serta dalam menunjang pendidikan masyarakat, dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Masyarakat saat ini berkembang dengan cepat karena dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang menunjukkan pengaruh kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi di lain pihak secara timbal-balik ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif, melainkan dampak yang negatif. Sedangkan, “Fungsi dari komunikasi massa tersebut adalah : menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)”. (Effendy, 2005:31). 1| Televisi sebagai media mampu menyampaikan informasi secara meluas. Bahkan televisi menjadi salah satu sarana yang paling potensial untuk tugas sebagai agen pembaharuan masyarakat yang memungkinkan setiap orang dapat lebih cepat mengerti dan tanggap terhadap apa yang disampaikan, dibandingkan dengan media cetak. Televisi siaran adalah media massa elektronik yang semakin maju berkembang, sejalan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, dimana media itu beroperasi. Kelebihannya selain dapat menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, apabila masyarakat tidak tanggap dan waspada terhadap daya pengaruhnya. Kita ketahui bahwa televisi adalah salah satu bentuk media massa yang memancarkan suara dan gambar, sebagai reproduksi yang nyata. Media televisi memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media massa lainnya di dalam penyampaian pesan. Salah-satu dari beberapa karakteristik yang dimilikinya adalah pesan yang disampaikan melalui televisi bisa diterima khalayak dalam bentuk audiovisual. Pesan yang disampaikan dalam televisi dikemas sedemikian rupa sehingga bisa tampil dengan baik dalam menarik minat perhatian dan mempengaruhi khalayak dengan sifatnya yang audio visual. Ditambah dengan kualitasnya televisi sangat menarik untuk ditonton oleh semua khalayak, sebagaimana alat komunikasi massa televisi dapat menembus dimensi ruang dan waktu. Televisi seolah mampu menciptakan suatu tata kehidupan baru, dimana hubungan di satu pihak dengan pihak lain dapat terjalin mesti dengan jarak yang berjauhan. Menurut Mc. Luhan, “Televisi akan melahirkan desa dunia (Global Village), dimana seluruh dunia membagi pengalaman dan gagasan secara serentak”. 2| Televisi juga mampu merangsang seluruh alat indera kita, mengubah persepsi kita dan akhirnya mempengaruhi perilaku kita”. (Rakhmat, 1992:249). Walaupun saat ini maraknya stasiun televisi swasta, tetapi dimana stasiun itu beroperasi maka sifat penerangannya harus sesuai dengan fungsi pokok televisi yang sifatnya sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan yang disiarkan di masyarakat. Selain sebagai sarana media informasi, stasiun televisi juga sebagai sarana pendidikan yang ampuh untuk menyiarkan secara mendidik kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara stimultan. Media televisi siaran sebagai salah satu bentuk media massa, mempunyai ciri dan kelebihan dibandingkan dengan media massa lainnya. Seperti: radio, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Karena dilihat dari kelebihannya itu, penyampaian komunikasinya melalui gambar dan suara terasa lebih hidup, aktual, dan terjangkau ruang lingkup yang semakin luas. Untuk itu, kebutuhan komunikasi merupakan upaya dari pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Definisi yang diuraikan oleh Jahi, sebagai berikut: “Televisi adalah generasi baru media elektronik yang dapat menyampaikan pesan-pesan oral dan visual secara serentak. Pesan visual yang disampaikan televisi dapat berupa gambar diam, atau gambar hidup yang terakhir ini bila disajikan secara kreatif dalam tata warna yang tepat dan diiringi oleh pesan oral yang sesuai, akan dapat menyuguhkan realita yang ada. Oleh karena itu televisi berhasil memikat banyak khalayak dari pada media massa lainnya”. (Jahi, 1980:140). Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini wajar karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya kritik sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang dilihat mereka pada layar televisi tanpa menyadari nilai-nilai yang terkandung. 3| Televisi merupakan lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat mengenai informasi melalui berita yang disajikan dengan beraneka-ragam rubrik yang menarik. Saat ini stasiun televisi swasta kita banyak menayangkan sinetron bernuansa religi, hal ini membuat kalangan masyarakat tertarik pada media elektronik ini. Munculnya sinetron-sinetron yang beraneka ragam, banyak yang tidak ingat akan fungsi televisi sesungguhnya. Pertelevisian kita saat ini semakin diramaikan dengan maraknya tontonan yang berbau religius, mistis, dan ghaib. Kemanapun kita memindahkan channel, disitu pasti akan kita dapati tayangan sinetron-sinetron tersebut. Tidak mengherankan, karena setelah sukses menyajikan sinetron islami selama bulan ramadhan, ketika sinetron-sinetron mulai diputar, ternyata peminatnya juga sama banyaknya, hal tersebut dikarenakan Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim, tenyata masih suka dengan hal-hal yang religius. Menjamurnya sinetron religi pada kurun waktu terakhir ini memberi warna tersendiri dalam kancah entertainment kita. Namun arus deras religiusitas di dunia hiburan ini menyimpan tanda tanya besar. Pasalnya industri hiburan identik dengan life style yang glamour. Sedangkan agama mengandaikan sesuatu yang suci. Dua hal yang saling bertentangan ini dikawinkan dalam bentuk sinetron, maka lahirlah sinetron religi. Sebagai bagian dari industri hiburan, sinetron memiliki ciri yang khas. Sentuhannya yang langsung mengena kehidupan sehari-hari, mendapat tempat tersendiri di relung kalbu masyarakat. Sinetron umumnya mengikuti trend yang sedang aktual. Sebagai contoh, percintaan remaja, kehidupan glamour dan mistik. Tema-tema tersebut silih berganti menjadi main stream sinetron kita. Dan berkat 4| dialektika sinetron inilah, akhirnya kehidupan keagamaan menjadi tema yang laris manis. Tayangan religi dengan nuansa mistik yang semakin marak di televisi sangat memprihatinkan dan mencemaskan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim seakan digiring kepada kepercayaan yang menyesatkan. Ataukah memang ada grand scenario di belakang semua ini? Berawal dari kisah sukses program sinetron Rahasia Ilahi di TPI, sebuah program sinetron yang terinspirasi oleh kehidupan nyata yang ditulis di majalah Hidayah yang telah mendongkraknya menjadi stasiun televisi nomor wahid. Selanjutnya, stasiun televisi lain pun tak urung menayangkan sinetron bertema serupa. Pada dua tahun yang lalu, Di RCTI ada tayangan ‘Silet’ pada setiap hari Selasa pukul 11.30 WIB, yang menceritakan perjalanan ke tempat-tempat angker dan terkadang dipandu oleh orang yang mengaku atau disebut paranormal. Malam harinya ditayangkan Jaka Tingkir, Jaka Tarub, Jaka Umbaran, Angling Darma, dan Jelangkung, semuanya berbentuk sinetron. Semakin marak pada tahun 2006 Trans TV menayangkan Ekspedisi Alam Gaib pada siang hari (12.30 WIB) dilanjutkan malam hari (22.00 WIB). Judul yang sama juga ditayangkan di TV7 pada siang hari (12.30 WIB) di samping Dunia Lain. Di SCTV ditayangkan ‘Gala Misteri’ dan sinetron Disini Ada Setan (yang diperuntukkan bagi ABG). Di ANTV ada tayangan ‘Pesugihan’ dan ‘Percaya Nggak Percaya’. Munculah sinetron ‘Astagfirullah’ (SCTV), ‘Taubat’ (Trans TV), dan ‘Azab Ilahi’ (Lativi), kemudian yang terakhir adalah Misteri Illahi yang ditayangkan di Indosiar setiap hari kamis (pukul 20.00 WIB). Akhirnya agama menjadi tema yang laku untuk dijual. 5| Tidak sengaja penulis menonton sinetron berjudul Misteri Illahi di Indosiar pada hari Kamis, 5 Oktober 2006 pukul 20.00 WIB dalam episode “Gairah Cinta Siluman Serigala”. Sinetron itu menceritakan seorang wanita yang bernama Fitri, seorang mahasiswi cantik digandrungi banyak laki-laki yang ingin menikahinya. Diantaranya: Herman, Indra, dan Bono. Tapi Fitri selalu menolak lamaran itu karena ingin konsentrasi belajar untuk menyelesaikan kuliahnya. Bono pun menjadi penasaran, berbagai usaha dijalankan untuk mendapatkan Fitri. Sementara itu ada seekor siluman serigala yang juga mencintai Fitri dan senantiasa mengikuti Fitri. Kadang-kadang siluman tersebut menyamar menjadi manusia bernama Radea atau Dea. Ketika keluarga Fitri dirampok dan dibunuh, Dea yang menyelamatkan Fitri dari cengkraman Bono. Bono yang gelap mata terus berusaha untuk membunuh Fitri, ia minta bantuan dukun bernama Mbah Dirjo untuk menyantet Fitri sehingga Fitri pun jatuh sakit dan dari tubuhnya keluar belatung. Untunglah santet ini bisa dilawan oleh Kyai Jabar. Fitri yang kena santet diobati di rumah sakit dan dibantu oleh Kyai Jabar hingga sembuh. Sementara itu Siluman Serigala membujuk Fitri dengan kekuatan batinnya hingga Fitri mau menjadi istrinya. Isinya yang full klenik, takhayul, dan menjurus ke syirik. Konteksnya jauh dari kesan religius. Dari pelacakan sinopsis pada episode-episode sebelumnya, memang film ini full misteri dan klenik. Penulis kurang jelas apa maksud dari judul Misteri Illahi. Jika Illahi yang dimaksud adalah sebagai Tuhan (Allah SWT) sebagaimana sering dipakai dalam ajaran Islam, lalu sinetron ini diklaim sebagai sinetron religi. Ini bentuk pelecehan kepada Tuhan. Kualitasnya isinya dalam beberapa hal jauh dari ajaran agama alias menyimpang. Indikasi ini terlihat dari pendramatisasian tokoh antagonis yang 6| berlebihan. Penggambaran syetan atau jin dengan seorang yang buruk rupa memakai aksesoris tanduk, gigi taring dan darah yang keluar dari mulutnya. Contoh kasus yang lain yaitu keadaan seseorang di alam kubur seolah dapat diketahui, bahkan kuburannya dibuka dan terlihat si mayat yang terbakar kepanasan sedang disiksa. Belum lagi, kisah orang yang telah mati lalu hidup kembali dengan rupa dan tingkah yang berbeda jauh dari keadaannya dalam kehidupannya dulu. Uniknya lagi, setiap acara tidak pernah luput dari kuburan. Di sini kuburan menjadi sesuatu yang wajib, sehigga terbentuk citra Islam itu identik dengan kuburan. Pendramatisasian kisahkisah yang berlebihan tersebut dan penyertaan kuburan dalam setiap acara, memicu ketakutan bagi sebagian orang, sehingga ini akan menimbulkan syirik dalam bentuk yang baru. Sinetron Misteri Illahi pemutarannya ditayangkan prime time mulai pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Ditayangkan ulang setiap hari pada pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB. Dalam jam tayang ini, anak-anak bisa melihat tayangan sinetron yang bernuansa religi itu dan dibungkus dengan kesan mistis. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Teori Oswald Kroh dalam bukunya: “Die Psychologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar) menyatakan adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu: a) Periode sintese-fantastis, 7-8 tahun. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan b) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubung-hubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan konkrit. c) Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. 7| Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. d) Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya. Masa ini dibatasi oleh gejala PUBERTAS KEDUA (Trotzalter kedua, Masa menentang kedua) Dalam keadaan normal, pikiran anak usia Sekolah Dasar 6-12 tahun berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal-budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak keterampilan mulai dikuasai. Pada umumnya, anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar). Rasa ingin tahu dan imajinasi pada anak biasanya jauh lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Manusia itu makhluk yang unik yang berbeda dengan semua makhluk yang lainnya, sebab manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, makhluk yang dapat mengerti, yang memiliki kesadaran. Anak sekolah dasar umur 10-12 tahun mulai menyadari akan dirinya sendiri dan menyadari akan yang lain-lain yang ada di luar dirinya. Anak dalam periode itu mulai menyadari tentang dunianya, lingkungannya, tentang benda-benda yang dihadapinya. Anak usia itu mulai mampu dengan sengaja berpikir tentang dirinya sendiri dan berpikir tentang semua obyek yang dihadapinya. Dengan munculnya tayangan sinetron religi, yang banyak mempertontonkan hal-hal mistis dan takhayul ini akan berpengaruh pada anak, dan bukan tidak mungkin seorang anak akan menjadi penakut. Rasa takut yang disebabkan oleh fantasi anak ini biasanya diakibatkan oleh cerita yang didengarnya atau tayangan televisi yang dilihat anak (DuPont, 1983:49). “Anak umumnya tertarik pada segala sesuatu yang aktif dan bergerak”. (Kartono, 1995:138). Tayangan televisi merupakan salah satu sumber 8| model yang dapat ditiru anak untuk berperilaku agresif. Sedangkan kebanyakan penayangan sinetron religi dikemas dengan adegan-adegan perkelahian. Tidak sedikit setelah menonton anak akan merasa cemas dan takut karena teringat dan terbayang adegan dalam sinetron religi tersebut. “Ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar, dan paling kuat”. (Kartono, 1995:138). Anak cenderung mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya. Penulis memilih untuk membahas masalah ini karena masih marak dibicarakan. Selain itu pula penulis ingin mengetahui bagaimana aspek berpikir anak tentang tayangan religitainment Misteri Illahi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan informasi mengenai tayangan religitainment di televisi dan berdasarkan latar belakang masalah dan uraian teoritis diatas, maka dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana aspek berpikir anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI Jalan Sariwangi Bandung tentang tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun televisi Indosiar”. 1.3. Identifikasi Masalah Untuk mempermudah kajian penulisan dan penentuan teknik penulisan yang akan digunakan perlu diidentifikasikan masalah dari perumusan masalah di atas, sehingga tidak terjadi kesimpang-siuran dalam proses penulisan, masalah tersebut di identifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi Indosiar? 9| 2. Bagaimana berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi Indosiar? 1.4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah di identifikasi, jadi terdapat konsistensi antara masalah yang di identifikasi dengan sikap yang hendak diambil oleh penulis. Oleh karena itu tujuan penulisan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi Indosiar. 2. Untuk mengetahui berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi Indosiar. 1.5. Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah 1.5.1. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya, maka penulis membatasi masalah yang diteliti, sebagai berikut: 1. Penelitian ini terbatas pada aspek berpikir anak terhadap tayangan religitainment. 2. Responden dalam penelitian ini adalah pelajar SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI Jalan Sariwangi Bandung. 10 | 3. Tayangan yang diteliti adalah tayangan “Misteri Illahi” setiap hari kamis, pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Dan tayangan ulang setiap hari pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB. 4. Aspek berpikir anak fase praoperasional adalah: berpikir simbolis, berpikir egosentris, dan berpikir intuitif. Di sini, penulis hanya mengambil 2 aspek saja untuk diteliti, yaitu aspek berpikir simbolis, dan aspek berpikir egosentris. Hal ini dikarenakan pada aspek berpikir intuitif anak cenderung melakukan sesuatu dan menciptakan sesuatu, seperti menyusun balok dan menggambar. 1.5.2. Pengertian Istilah 1. Kehidupan pikiran pada anak mengalami perubahan penting. Pada usia 8-9 tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng. Misalnya Timun Emas, Bawang Putih Bawang Merah, Malin Kundang. Unsur-unsur yang hebat dan ajaib dalam dongeng-dongeng ini mencekam segenap minat anak. Lambat laun, unsur kritis mulai muncul, dan anak mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati. (Kartono, 1995:138) 2. Tayangan adalah proses, cara, perbuatan menayangkan (mempertunjukkan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:1017). 3. Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (William.S dan Mabel.L, 1965:3). 4. Dasar berpikir tidak lepas dari dasar realitas, sebab yang dipikirkan ialah realitas (Poedjawijatna, 2004:9). 5. Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. 11 | Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur (Kartono, 1995:138). 1.6. Alasan Pemilihan Masalah Adapun alasan pemilihan masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Tayangan religitainment merupakan tayangan yang semakin diramaikan pertelevisian kita. Dengan maraknya tontonan yang berbau religius, mistis, dan ghaib kemanapun kita memindahkan channel, disitu pasti akan kita dapati tayangan sinetron-sinetron tersebut. Peminat tayangan religi sangat banyak, hal tersebut dikarenakan Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim, tenyata masih suka dengan hal-hal yang religius. 2. Tayangan religitainment ”Misteri Illahi” merupakan tayangan religi yang kental dibungkus dengan nuansa mistis. Dalam setiap episodenya banyak adegan-adegan yang menakutkan, hal ini digambarkan dengan penokohanpenokohan pemerannya. Ada yang memerankan jin, syetan, tuyul, siluman, dukun, dan makhluk mengerikan lainnya. Kostum yang dipakai para pemerannya mungkin mirip dengan aslinya, tapi terkadang tidak jarang pula yang berlebihan. Pada setiap episodenya menceritakan tentang makhlukmakhluk halus yang datang ke dunia manusia untuk mengganggu bahkan membalas dendam, kemudian munculah kyai atau ustadz untuk menolong orang yang terganggu atau terkena balas dendam makhluk-makhluk tersebut. Tidak sedikit pula gambar tokoh siluman adalah animasi. Penayangan Misteri Illahi pada hari kamis pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB. Misteri Illahi ditayangkan ulang setiap hari pukul 13.00 WIB sampai 14.00 WIB. Jam tayang Misteri Illahi dapat dilihat anak-anak, apalagi penayangan ulangnya 12 | ditayangkan ketika anak pulang sekolah. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi penakut. 3. Walaupun tayangan religitainment “Misteri Illahi” disajikan dalam bahasa dan contoh yang sederhana, juga mudah dipahami, dicerna dan diikuti oleh siapapun. Tapi penelitian ini mengangkat satu dari sekian banyak materi tayangan religitainment dalam pertelevisian di negara kita. Alasan pemilihan ini berkaitan dengan beberapa tahun terakhir ini masyarakat kita percaya pada hal-hal yang ghaib. Dampak yang sangat signifikan adalah orang yang mengalami kesulitan menjadi frustasi, putus asa, cepat menyerah, yang pada akhirnya menghalalkan berbagai cara (jalan singkat) agar keinginannya dapat terwujud. Meminta pertolongan dukun, serta melakukan ritual-ritual lainnya. 4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak penyelenggara mengenai pengaruh tayangan ini bagi penonton atau pemirsanya sehingga lebih meningkatkan nilai positifnya. 1.7. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk beberapa pihak, di antaranya: a. Kegunaan teoritis Untuk menambah pengetahuan khususnya bidang ilmu komunikasi serta menambah wawasan tentang bagaimana komunikasi yang baik dan memiliki pengaruh terhadap khalayak, khususnya komunikasi massa yang ada di beberapa acara stasiun televisi. b. Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penyelenggara tayangan religitainment Misteri Illahi yang dikelola oleh 13 | stasiun televisi Indosiar terhadap usahanya ikut memberikan pencerahan moral-religius terhadap masyarakat khususnya anak-anak dalam membentuk tata nilai dan moral yang kondusif. 1.8. Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan landasan teori yang penulis jadikan dasar atau titik tolak dalam melakukan penelitian ini. Mengingat fungsinya yang sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut: 1. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media modern yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 1993:79). 2. Televisi adalah generasi baru media elektronik yang dapat menyampaikan pesan-pesan oral dan visual secara serentak. Pesan visual yang disampaikan televisi dapat berupa gambar diam, atau gambar hidup yang terakhir ini bila disajikan secara kreatif dalam tata warna yang tepat dan diiringi oleh pesan oral yang sesuai, akan dapat menyuguhkan realita yang ada. Oleh karena itu televisi berhasil memikat banyak khalayak dari pada media massa lainnya (Jahi, 1980:140). 3. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator dimana pesan mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan, sehingga pesan dalam ini dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun intinya pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu (Widjaja, 1998:32). 4. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkan secara simbolis dalam alur ceritanya. Kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu (Kuswandi, 1996:131). 14 | 5. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas (Effendy, 1993:319). 6. Dasar berpikir tidak lepas dari dasar realitas, sebab yang dipikirkan adalah realitas (Poedjawijatna, 2004:9). 7. Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realitis dan kritis. Anak sudah bias mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bias menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesamaan atau menjadi satu struktur (Kartono, 1995:138). 8. Fase praoperasional merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Fase ini dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu berpikir simbolis, berpikir egosentris, berpikir intuitif (Jamaris, 2006:23). 9. Berpikir simbolis adalah kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa, walaupun objek dan peristiwa tidak hadir secara fisik atau nyata (Jamaris, 2006:23). 10. Berpikir egosentris adalah cara berpikir tentang benar atau tidak benar dan setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal yang berdasarkan pada pandangan sendiri (Jamaris, 2006:23). 11. Berpikir intuitif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu seperti menggambar atau menyusun balok (Jamaris, 2006:23). 15 | 1.9. Operasionalisasi Variabel Variabel : Aspek berpikir anak. Variabel 1 : Berpikir Simbolis. Alat Ukur : - Berpikir tentang makhluk ghaib pada tayangan religitainment Misteri Illahi - Berpikir tentang dukun pada tayangan pada tayangan religitainment Misteri Illahi. - Berpikir tentang kyai religitainment Misteri Illahi. - Berpikir tentang kejadian pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Sub Variabel 2 Alat Ukur : Berpikir Egosentris. : - Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap peristiwa pada tayangan religitainment Misteri Illahi. - Berpikir tentang setuju atau tidak setuju terhadap penokohan pada tayangan reigitainment Misteri Illahi. 1.10. Metodologi 1.10.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 16 | 2000:24). Ciri lain dari penelitian deskriptif adalah titik berat pada observasi dan suasana ilmiah, peneliti bertindak sebagai pengamat, ia hanya mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Menurut Rakhmat, penelitian deskriptif dapat digunakan dengan maksud : 1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang ada, 2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek– praktek yang berlaku, 3) Mengamati apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 1.10.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang bersifat data primer dari responden serta informasi dari informan adalah menggunakan angket. Sedangkan untuk data yang bersifat data sekunder seperti teori, pandangan-pandangan, hasil penelitian, buku dan catatan-catatan digunakan studi dokumentasi dan kepustakaan. 1. Angket. Ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan untuk memperoleh informasi dengan validitas dan realibilitas setinggi mungkin (Singarimbun, 1989:175). Mengingat terbatasnya masalah yang akan ditanyakan dalam angket, maka pertanyaan yang dibuat diupayakan pertanyaan-pertanyaan yang langsung berkaitan dengan tujuan utama penelitian. Jenis pertanyaannya bersifat tertutup, yakni kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban yang lain. 2. Studi Kepustakaan atau Dokumentasi. Ini dilakukan terutama untuk melengkapi dan menguatkan data yang diperoleh dari hasil angket. Di samping untuk kepentingan yang bersifat teoritis, guna memperoleh kejelasan dan masukan atas masalah penelitian yang dibahas. 17 | 3. Internet. Yaitu alat penelitian berupa media massa elektronik. Hasrat berkomunikasi, dahaga akan informasi dan pengetahuan secara bebas tanpa batasan ras, bangsa, geografi, dan batasan-batasan lainnya merupakan dasar filosofis kemunculan internet sebagai teknologi komunikasi dan informasi (Mahayana, 1999:16-17). 1.11. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data. Populasi yang sangat besar jumlahnya bahkan ada yang tidak terbatas jumlahnya, sehingga sulit diteliti. Oleh karena itu, perlu dipilih sebagian saja yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Populasi adalah kumpulan objek penelitiannya dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga buku, kata-kata, surat kabar, dan lain-lain (Rakhmat, 1989:109). Secara ideal, sebaiknya meneliti seluruh anggota populasi. Akan tetapi, sering kali populasi penelitian cukup besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya, tenaga yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian hanya dapat dilakukan terhadap sampel. Kegiatan pengumpulan data merupakan rangka penting yang harus dilaksanakan. Objek yang diteliti biasanya disebut dengan istilah populasi yaitu kumpulan objek penelitian, sedangkan bagian yang diamati dari kumpulan objek penelitian disebut sampel (Rakhmat, 1991:78). Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun & Effendy, 1989:52). Adapun yang dijadikan populasi dalam penulisan ini adalah SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI Jalan Sariwangi Bandung. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah suatu pemilihan obyek18 | obyek tertentu dari sekian banyak obyek yang ada, artinya anggota, unsur, dan elemen dalam sampel dapat dianggap menggambarkan keadaan atau ciri-ciri populasinya untuk menentukan sampel dari sejumlah populasi. Dalam penulisan ini penulis menggunakan sampel klaster. Hal ini berdasarkan pernyataan yang diberikan Rakhmat bahwa, sampling klaster dilakukan bila kita tidak mempunyai kerangka sampling disebabkan populasi yang kita teliti sangat banyak dan tidak mungkin untuk dibuat daftarnya. Alasan penulis memilih objek penelitian pada SDN Jeung Jirigil dikarenakan lokasi SDN Jeung Jirigil jauh dari perkotaan, nuansa daerahnya masih kental dengan kepercayaan pada mistis. Walaupun begitu masyarakat disini hampir semua mempunyai televisi. Klaster dapat berupa sekolah, kelas, kecamatan, desa, RW, RT, dan sebagainya (Rakhmat, 1993:81). Dari 4 SD tersebut digunakan teknik sampling klaster dua tahap (two stage), sehingga terpilihlah SDN Jeung Jirigil Tengah dan Kelas V, SDN Jeung Jirigil Tengah dan kelas VI, sebagai sampel dengan 56 anak. Teknik pengambilan sampel klaster dua tahap dapat diperjelas dengan bagan sebagai berikut: 19 | BAGAN I SDN JEUNG JIRIGIL SDN JEUNG JIRIGIL SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas 1 Kelas 2 SDN Jeung Jirigil I Kelas 3 SDN Jeung Jirigil 2 Kelas 4 SDN Jeung Jirigil 3 Kelas 5 Kelas 6 Kelas 5 30 Kelas 6 26 Keterangan: a) Bagan ini menggunakan model dua tahap (two stage). b) Sekolah Dasar Negeri Jeung Jirigil mempunyai 4 SD yang disebut populasi. c) Dari 4 SD yang merupakan populasi dipilih SDN Jeung Jirigil Tengah yang terdiri dari 6 kelas dan disebut sebagai pemilihan. 20 | I.12. Organisasi Karangan Secara keseluruhan skripsi ini peneliti susun dengan urutan bab per bab di bagi sub-sub, untuk itu perinciannya sebagai berikut : untuk mempermudah bahasan skripsi ini, penulis menyusun organisasi karangan secara sistematis ke dalam bab, yaitu sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab Pendahuluan merupakan argumen keseluruhan yang dibahas dengan uraian singkat yang secara garis besar mengenai : Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Identifikasi masalah, Tujuan penelitian, Alasan pemilihan masalah, Pembatasan masalah dan Pengertian istilah, Anggapan dasar, Operasional variabel, Metode dan teknik penelitian, Populasi dan sampel, Organisasi karangan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini penulis menguraikan tinjauan komunikasi yang meliputi Tinjauan Umum Komunikasi Massa, Pengertian Komunikasi Massa, Proses Komunikasi Massa, Karakteristik Komunikasi Massa, Uses and Gratification Theory, Efek Komunikasi Massa, Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan Religitainment, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Kelebihan dan Kekurangan Televisi, Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak, Tinjauan Sinetron, Tinjauan religitainment Misteri Illahi, Tinjauan Aspek Kognitif, Tinjauan Berpikir, Tinjauan anak, Fase Praoperasional, Pikiran Ingatan dan Fantasi Anak, Kehidupan Perasaan Anak dan Rasa Takut. 21 | Bab III Objek Penelitian Dalam bab ini penulis membahas mengenai sejarah dan perkembangan PT. Indosiar Visual Mandiri, Logo PT. Indosiar Visual Mandiri, Struktur Organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri, Mekanisme Kerja PT. Indosiar Visual Mandiri, Aktivitas Perusahaan, Tayangan Religitainment Misteri Illahi, Sejarah Singkat SDN Jeung Jirigil Tengah, Susunan Organisasi SDN Jeung Jirigil Tengah Bab IV Analisis Data Penelitian Dalam bab ini peneliti menuangkan segala hal yang dipermasalahkan pada penelitian berupa analisis deskriptif data berdasarkan hasil teknik pengumpulan data yang terdiri dari studi kepustakaan, wawancara dan angket. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini penulis mengemukakan kembali apa yang telah di teliti oleh penulis dengan menggunakan hasil rangkuman kesimpulan dan memberikan masukan atau sumbang saran kepada perusahaan. Dan juga diharapkan saran-saran ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis. 22 | BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin comunicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang itu tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasive yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan politik. Sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi 23 | teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya. Maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science). Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Karl I. Hovland. Menurut Karl .I. Hovland ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukkan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang-lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan diatas. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, the structure and function of communication in society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In With Channel To Whom In What Effect? 24 | Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: • Komunikator (communicator, source, sender) • Pesan (message) • Media (channel, media) • Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) • Efek (effect, impact, influence) Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis adalah studi kasus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya. Setiap ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). 25 | Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan isi kesadaran pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan. 2.2. Pengertian Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa menurut Bittner yang dikutip oleh Jalalludin Rakhmat menyatakan bahwa “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat, 1992:188). Kemudian ada ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi massa dengan memperinci karakteristik komunikasi massa, salah satunya yaitu Gerbner (1967), ia menulis “komunikasi massa adalah produksi atau distribusi yang berlandaskan teknologi dan 26 | lembaga dari arus pesan yang kontinu, serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri” (Rakhmat, 1992:188). Lain halnya dengan Maletzke (1962) menghimpun banyak definisi diantaranya yang dikutip disini adalah sebagai berikut : Komunikasi yang kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu pernyataan, bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus, untuk mencapai pada saat yang sama, semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Bentuk baru komunikasi massa dapat dibedakan dari corak-corak yang lama, karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif harus heterogen dan anonim. Pesan yang disampaikan secara serentak sekilas. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang komplek yang melibatkan biaya besar. (Rakhmat, 1992:188) Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik. Sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat” dalam definisi ini menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah esensial (Rakhmat, 1992:188). Berbicara tentang masalah komunikasi massa ini kita akan mengenal tentang bentuk komunikai massa yaitu komunikasi modern dan komunikasi 27 | tradisional. Yang dimaksud dengan komunikasi modern adalah meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan digedung-gedung bioskop. Lazimnya media massa modern memajukan seluruh sistem dimana pesanpesan diproduksi, dipilih, disiarkan diterima dan ditanggapi. Komunikasi massa menyiarkan informasi gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. (Effendy, 1986:61). Selain komunikasi modern ini, perlu dijelaskan pula tentang komunikasi tradisional. Dimana terdapat beberapa sarjana diantaranya Everett M. Rogers, yang dikutip oleh Effendy menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang meliputi teater rakyat juru dongeng, keliling, juru pantun dan lain-lain. 2.3. Proses Komunikasi Massa Dalam prosesnya komunikasi berlangsung secara berputar (sircular), tidak melurus (linier), ini berarti ide sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa dapat berubah menjadi suatu pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dan itu harus diusahakan agar menghasilkan suatu efek komunikasi dalam bentuk tanggapan. Dengan kata lain bahwa komunikator dituntut untuk lebih aktif untuk melihat efek atau akibat dalam diri komunikan dari hasil komunikasi yang perlu dilancarkan itu. 28 | Gambar 2.3.1 Proses Komunikasi Massa Kn PR KT P M Kn Kn Tanggapan Keterangan : PR : Peristiwa KT : Komunikator P : Pesan M : Media Kn : Komunikan (Effendy, 1992: 311) Jadi yang membedakan antara komunikasi massa dengan komunikasi lainnya adalah dalam penggunaan media, yaitu media massa. Pesan yang disampaikan selalu menggunakan media massa seperti televisi, surat kabar, radio, majalah dan lain-lain. Seperti yang tertera pada gambar 2.3.1 pesan selalu melalui media dan yang membedakan dengan komunikasi lainnya adalah feed back yang tidak langsung (delayed) terhadap komunikator. 2.4. Karakteristik Komunikasi Massa Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, diuraikan sebagai berikut : 29 | Komunikasi massa bersifat umum, pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. 1. Komunikasi bersifat heterogen perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesanpesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan. 2. Media massa menimbulkan keserempakan. Yang dimaksud dengan keserempakan adalah kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 3. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi. Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat nonpribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sehingga komunikator bersifat non pribadi (Effendy, 1986:61-64). 2.5. Uses and Gratification Theory Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk supra rasional dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Dibandingkan dengan model jarum hipodermis, model uses and gratifications mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20). 30 | Rumusan asumsi-asumsi dasar dari teori ini: 1) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Blumler dan Katz, 1974:22). BAGAN 2 USES AND GRATIFICATION THEORY Pendekatan Efek Pendekatan Uses and Gratification Keuntungan *Relevansi sosial. *Memberikan *Memperhitungkan Kerugian deskripsi dinamis tentang khalayak. seluruh proses komunikasi. *Khalayak tidak sepenuhnya pasif. *Minat karakteristik stimuli. *Menjelaskan penggunaan media. *Khalayak sering dilukiskan sebagai makhluk yang seluruhya pasif dan mudah dimanipulasikan. *Pandangan mekanistis terhadap proses komunikasi. *Terlalu banyak menjelaskan efek dalam hubungannya *Stimuli tidak diperhitungkan hanya model proses penerimaan saja. *Melebih-lebihkan rasionalitas dan keaktifan anggota khalayak. *Menggunakan faktor-faktor mental (seperti motif mencari keterangan). dengan stimuli. 31 | 2.6. Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa, menurut Effendy mengatakan bahwa efek komunikasi massa tersebut diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif yang mengarah kepada efek behavioral. Lebih jelasnya lagi akan dirumuskan di bawah ini : 1. Efek kognitif ini berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti atau yang tadinya bingung menjadi jelas. 2. Efek afektif berkaitandengan perasaan, akibat terpaan media massa yang bermacam-macam, seperti senang sehingga terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan lain-lain. Perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang dan sebagainya. 3. Efek konatif bersangkutan dengan tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif, dengan kata lain perkataan timbulnya efek konatif setelah muncul kognitif dan afektif (Effendy, 1993 : 310). Sebagai contoh efek komunikasi massa ini yaitu, kita ingin tahu, bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menggerakkan prilaku kita, inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa. Sebagai contoh lagi kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak kecil setelah menonton film porno disuatu tempat di Indonesia, atau beberapa orang 32 | pemuda berandal yang membakar seorang wanita di Boston setelah menyaksikan adegan yang sama pada film malam minggu, yang disiarkan ditelevisi ABC. Perkembangan penelitian efek komunikasi massa, mengalami pasang surut menurut pandangan peulisi. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali. Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media. Maka akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe (Wilhoit dan Harold De Bock, 1980:78), ini adalah pendekatan pertama yang terjadi pada diri khalayak massa, penerimaan informasi, perubahan perasaan, atau sikap, dan perubahan prilaku, atau dengan istilah lain perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa individu, kelompok, organisasi, masyarakat dan bangsa. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, dan nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku. Setelah menyaksikan wawancara seorang transmigrasi (efek kognitif), atau mungkin anda terharu karena mendengar keberhasilan mereka dan mendukung digalakkannya transmigrasi efek (afektif), atau mungkin anda segera mendaftarkan diri untuk ikut transmigrasi (efek behavioral). 33 | Menyinggung tentang efek komunikasi massa terbagi dua yaitu efek yang diharapkan (fungsional effect) dan efek yang tidak diharapkan (disfungsional effect). Maka kasus yang di atas merupakan efek yang tidak diharapkan (disfungsional effect). Dan pada saat yang sama kita juga percaya bahwa surat kabar dapat menambah perbendaharaan pengetahuan kita, sehingga kita masukan koran ke desa, walaupun rakyat desa lebih memerlukan subsidi makanan yang bergizi. Kita menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan mentalitas pembangunan sehingga kita bermedia meminjam uang untuk membeli satelit komunikasi. Semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek yang diharapkan (fungsional effect) pada diri khalayaknya. Sebagai contoh efek yang diharapkan pada saat kita sedang menonton acara dapur kita di Indosiar yang menyajikan masakanmasakan favorit, maka kita langsung tertarik untuk mencoba masakan tersebut, dan kita jadi rajin masak, itulah salah satu contoh efek komunikasi massa yang diharapkan (fungsional). 2.7. Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan Religitainment Adapun fungsi utama komunikasi massa yang melekat di tiap-tiap media berbeda, tergantung pada jenisnya. Fungsi komunikasi massa menurut Onong U. Effendy (1995: 31) adalah “menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), mempengaruhi (to influence)“. Televisi memenuhi keempat fungsi komunikasi massa, namun menurut Dr. Edward Depari, mantan PR Manager RCTI, yang paling dominan adalah fungsi hiburan. Ruh dari tayangan TV adalah hiburan. Menyampaikan informasi (to inform), merupakan fungsi utama dari media massa, karena pada dasarnya media massa membawa berbagai pesan-pesan sebagai 34 | hasil liputannya yang ingin disampaikan kepada khalayak. Masyarakat akan selalu membutuhkan informasi mengenai berbagai hal, karena melalui informasi khalayak akan mengetahui, mengerti dan memahami tentang hal-hal yang tidak atau belum diketahuinya. Bagi sebagian publik, tayangan mistik dapat memberi informasi mengenai berbagai tempat yang dianggap angker, seram dan berhantu. Mendidik (to educate), merupakan dimana media massa tidak hanya sebagai penyampai informasi yang bersifat informatif, tetapi media massa juga berupaya memberikan nilai pendidikan yang bermanfaat untuk khalayaknya. Tayangan mistik disebut oleh Production House (PH) dan pengelola stasiun TV sebagai tayangan yang membuka pikiran penonton akan keberadaan makhluk gaib. Tetapi, mereka memanggil makhluk gaib dengan ritual yang melanggar aqidah seorang muslim. Sebagai ilustrasi, seorang tukang obat di sekitar alun-alun Bandung mengatakan bahwa ilmu kebal yang dimilikinya adalah ilmu Allah, tetapi pada bulan suci Ramadhan ia memakan silet dan minum air mineral. Jadi, pernyataan mereka sungguh bertolak belakang dengan tindakan mereka. Menghibur (to entertain), yakni menyatakan bahwa media massa adalah media yang menghibur masyarakat. Media menimbulkan kesenangan untuk mengikuti acara. Penonton merasa senang setelah menonton. Tayangan mistik bisa saja menimbulkan rasa takut, tapi rasa takut tersebut menjadi sensasi tersendiri bagi penonton. Penonton terhibur dengan munculnya rasa “takut” dalam diri mereka. Seperti halnya air mata, tidak selalu air mata cermin dari kesedihan. Air mata bisa saja menunjukkan kebahagiaan. Penonton “merindukan” sensasi dari rasa takut. Sebagai penguat sinyalemen ini, beberapa penonton mengatakan kepada penulis bahwa mereka takut tapi mereka merasa senang dengan rasa takut saat menonton tayangan mistik. Mereka 35 | terhibur dengan kemunculan primadona baru, yakni jin yang disebut sebagai kuntilanak, tuyul, buto ijo dan fenomena suara-suara gaib. Mempengaruhi (to influence), merupakan fungsi yang menjelaskan bahwa media massa berupaya untuk menumbuhkan keyakinan, sikap, kepercayaan dan nilai seseorang terhadap informasi-informasi yang disuguhkan media kepada khalayak. Apabila tertanam keyakinan, kepercayaan serta nilai yang positif dari khalayak terhadap media massa, maka media massa akan menjadi tolak ukur kebenaran dari suatu berita yang disampaikan. Yang dikhawatirkan, tayangan mistik dapat meneguhkan kepercayaan seseorang bahwa makhluk gaib memiliki kekuasaan atas diri seseorang. Mereka dapat mengganggu seseorang. Bila memasuki tubuh seorang mediator, dia dapat mengatakan bahwa dia adalah roh orang yang dibunuh di rumah sang mediator. Padahal, itu adalah jin yang mengaku sebagai roh gentayangan. Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi media massa di atas, dapat dilihat bahwa tayangan religitainment yang menjamur di televisi lebih menonjol pada fungsi untuk menghibur dan mempengaruhi. Sayangnya, hiburan yang satu ini tidak selaras atau bertentangan dengan fungsi media lain yang sangat penting yaitu mendidik. Acara ini justru lebih tampak sebagai pembodohan publik dari pada mendidik. Masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, dikhawatirkan akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat mistis. Apalagi jumlah masyarakat yang berpendidikan rendah masih sangat banyak, ditambah kurangnya pemahaman tentang agama dapat menjadikan masyarakat bersikap irasional dalam menghadapi kehidupan, seperti bersemedi, memberi sesajen, dan lain sebagainya, yang nantinya akan bergulir menjadi syirik. 36 | Harapan publik akan hadirnya tayangan acara yang sarat dengan norma dan nilai, dibuyarkan oleh maraknya tayangan religi yang bernuansa mistik di TV . Berdasarkan pendapat Lasswell & Wright (dalam Panuju, 1997: 94), mengenai paradigma keseimbangan di antara fungsi media massa, tayangan mistik dapat menciptakan ketidakseimbangan. Fungsi sosial yang mengupayakan transmisi nilai dan norma dikaburkan dengan fungsi hiburan tayangan mistik yang tidak mendidik. Sebagai contoh nyata, pada tahun 2006 dalam acara Gentayangan di TPI, pembawa acara Uka-uka (uji keberanian dan uji kebenaran) mengatakan kepada penonton bahwa Uka-uka ditayangkan untuk menghindarkan penonton dari syirik. Tetapi, mereka memanggil makhluk gaib penghuni tempat angker dengan memberi sesaji. Sungguh bertolak belakang dengan pernyataan mereka. Dalam acara Pesugihan di Anteve, penonton diajak untuk mengikuti perjalanan/pengalaman orang yang pernah menjalani pesugihan. Panuju (1997:97-100) menambahkan, media massa telah mengarahkan manusia memahami kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Tetapi, ketika televisi berhasil menyeruak ke dalam hampir setiap rumah tangga manusia, maka keseimbangan itu menjadi terusik. Fungsi hiburan media massa dapat dikatakan telah mengalahkan dimensi pendidikannya. Jadi, daya kritis rasionalitas masyarakat diracuni dengan pesan-pesan tayangan mistik yang membodohi. Karenany,a peningkatan kualitas pemilikiran masyarakat Indonesia yang diharapkan tumbuh oleh media massa, nampaknya semakin menjadi mitos. Disadari atau tidak media massa dalam hal ini televisi bukan hanya menjadi alat komunikasi, tapi juga merupakan sebuah industri yang mencari keuntungan. Saat ini indstri pertelevisian di Indonesia sedang berkembang pesat, makin banyaknya saingan dalam menjual pesan komunikasi mengakibatkan ketidakseimbangan dalam 37 | tubuh industri tersebut. Masih besarnya minat masyarakat terhadap hal yang berbau mistik, dimanfaatkan dengan baik oleh para industriawan televisi untuk meraup keuntungan. Makin besarnya minat khalayak terhadap acara mistik, makin tinggi rating acara. Makin tinggi rating acara mistik, makin banyak besar pula keuntungan yang mereka dapatkan dari pemasang iklan. Hal ini tidaklah salah, karena setiap industri pasti mecari keuntungan. Yang menjadi masalah adalah ketidakseimbangan media dalam menjalankan fungsinya, pesan-pesan mistik yang disampaikan mungkin menghibur khalayak namun juga mempengaruhi mereka menjadi irasional dan musyrik. 2.8. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Media komunikasi massa yang sering dibahas oleh para ahli media adalah media yang memiliki ciri khas, yakni yang mampu memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak). Pers, Radio, televisi, dan film, media inilah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan. Dan semakin lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi sehingga senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama. Oleh karena itu media ini memiliki unsur dari proses komunikasi. Unsur-unsur dari proses komunikasi massa ini ialah adanya isyarat dan lambang-lambang yang mengandung arti. Sedangkan komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audience atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan komunikan, yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa tidak menghasilkan feedback (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif lama. 38 | Dimana ciri-ciri massa yaitu antara lain : 1. Jumlahnya besar. 2. Antara individu tidak ada hubungan / organisatoris. 3. Memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Televisi sebagai media komunikasi massa adalah proses komunikasi antar komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi. Televisi sebagai media komunikasi massa bersifat periodik, dimana lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Selain itu media televisi juga bersifat “transitory” (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat dilihat dan didengar secara sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar tetapi juga dilihat dalam gambar yang bergerak atau dapat pula disebut dengan audio visual (Wahyudi, 1991:16). Tujuan akhir dari penyampaian pesan melalui media televisi bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. Televisi sebagai media massa terbagi dalam beberapa bagian yaitu siaran informasi atau pemberitaan. “news buletin” (berita harian), “news magazine” (berita berkala), wawancara televisi serta laporan investigasi terhadap suatu kasus (Wahyudi, 1991:19). Dalam menyampaikan isi pesannya, televisi sebagai media komunikasi massa memiliki sifat-sifat yaitu publisitas, perioditas, universalitas, aktualitas, dan kontinuitas. Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi ini apabila sudah ditayangkan akan menimbulkan pendapat umum. Pendapat umum tersebut menjadi penting artinya bagi para politikus, karena akan menghasilkan suatu kekuatan yang dapat diarahkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Kehadiran televisi menjadi 39 | bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi dibelahan dunia. Dalam hal ini massa menjadi objek utama dari liputan media televisi, terlepas apakah dalam tayangan liputannya media tersebut bertujuan mempropaganda ideologi suatu negara atau masyarakat. Semuanya sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima oleh masyarakat yang sudah terlanjur menganggap teknologi industrialisasi sebagai zaman keemasan bagi suatu bangsa, yang perlu diwaspadai dari televisi sebagai media komunikasi massa adalah terjadinya ketimpangan arus informasi dari negara maju yang memonopoli untuk kepentingannya. Tanpa melihat dunia ketiga sebagai subjek yang juga membutuhkan sarana informasi untuk mengembangkan keadaan sosial, politik dan ekonominya. 2.8.1. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Fungsi televisi pada dasarnya adalah pelaksanaan dari fungsi media massa pada umumnya, fungsi media massa terdiri dari fungsi sebagai penyampaian informasi (media pekerjaan), pendidikan dan hiburan. Sedangkan titik berat masingmasing fungsisnya erat sekali kaitannya dengan jenis dan sifat siaran yang ditanyangkan suatu stasiun televisi, ketiga fungsi televisi tersebut antara lain : 1. Fungsi Penerangan (The Information Fungsional) Televisi dalam melakukan fungsi penerangan terdapat dua faktor yaitu immedary dan realism. Dimana immediary mencakup pengertian langsung dan dekat, peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Meskipun mereka dapat menyaksikan dengan jelas dari jarak yang sangat dekat, menyaksikan jalannya 40 | pertandingan melalui pesawat televisi bagi khalayak jauh lebih memuaskan dari pada membacanya dari surat kabar yang menginformasikan keesokan harinya. Realism dalam arti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya, sesuai dengan kenyataan. Jadi pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi lain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita yang dibaca penyiar dilengkapi gambar yang sudah tentu faktual, juga diskusi panel, ceramah, komentar dan lain-lain yang semuanya realistis. 2. Fungsi Pendidikan (The Education Functional) Televisi sebagai media komunikasi massa merupakan sarana yang tepat untuk menyiarkan acara pendidikan kepala khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Stasiun televisi menyiarkan acaraacara tertentu secara teratur. Misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain-lain. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan, stasiun televisi juga menyiarkan acara yang secara implisit menyandang pendidikan. 3. Fungsi Hiburan (The entertainment Functional) Di berbagai negara fungsi hiburan sangat melekat pada televisi, siaran lebih mendominasi, terutama dinegara sebagaian besar banyak waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan, hal ini disebabkan pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan yang tuna aksara (Effendy, 1993:24). 41 | 2.8.2. Kelebihan dan Kekurangan Televisi Dengan adanya fungsi televisi sebagai media komunikasi massa maka televisi mempunyai kelebihan dan kekurangannya antara lain : A. Menurut Jenkins kelebihannya yaitu : 1. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali dan mereka itu tetap dapat mengambil manfaatnya sekalipun tidak dapat membaca. 2. Televisi dapat mengajar subjek dengan baik. 3. Televisi dapat bersifat otoritatif dan bersahabat. 4. Televisi lebih berhasil dalam misi pendidikan karena dapat dikemas melalui hiburan sehingga masyarakat tidak merasa digurui. 5. Gambar yang disajikan dapat terlihat dengan jelas. 6. Dengan adanya kekuatan visual (gambar) menjadikan pesan-pesan semakin mudah dipahami karena melalui gambar hidup. (Jahi, 1988:140). B. Kekurangan televisi adalah : 1. Televisi merupakan medium dengan waktu terbatas, artinya program-program yang disiarkan televisi terbatas, sehingga pemirsa tidak mempunyai kesempatan untuk memilih bagian-bagian yang terpenting dan pengulangan kembali. Apa yang dilihat dan apabila ada dua program yang disiarkan secara bersamaan, maka pemirsa tidak memiliki kesempatan untuk membandingkannya kecuali jika pemirsa merekamnya dalam kaset video. 2. Televisi merupakan medium dengan kompleksitas yang tinggi dan biaya pengoperasiannya yang mahal, sebab kamera, film, video tape, peralatan transmisinya memerlukan banyak ahli untuk dapat menanganinya disamping komunikatornya sendiri. Biaya mengoperasikan televisi demikian tingginya. 42 | 3. Keberadaan televisi sering menunjukkan kontraversial dimasyarakat. Maksudnya sebagai contoh adanya pemberitaan di Indosiar tentang pencampuran zat kimia pada produk jamu tradisional maka masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi jamu. 4. Televisi seringkali menayangkan acara yang menimbulkan kesan kekerasan sehingga masyarakat sering meniru prilaku yang ada di acara tersebut. sebagai contoh ditayangkannnya film Superman untuk anak-anak dimana dalam film tersebut diperlihatkan adegan terbang, maka anak yang menonton film tersebut akan melakukan perilaku yang sama seperti yang dilakukan Superman tersebut, sehingga perilaku yang membahayakan keselamatan diri anak. (Wahyudi, 1989:25-26). 2.9. Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir sepanjang hari. Anak-anak menonton acara TV apa saja karena kebanyakan keluarga tidak memberi batasan menonton yang jelas. Mulai dari acara gosip selebritis; berita kriminal berdarah-darah; sinetron remaja yang penuh kekerasan, seks, intrik, mistis, amoral; film dewasa yang diputar dari pagi hingga malam; penampilan grup musik yang berpakaian seksi dan menyanyikan lagu dengan lirik orang dewasa; sinetron berbungkus agama yang banyak menampilkan rekaan azab, hantu, iblis, siluman, dan seterusnya. Termasuk juga acara anak yang banyak berisi adegan yang tidak aman dan tidak pantas ditonton anak. Bayangkan kalau anak-anak kita adalah satu dari mereka yang tiap hari harus menelan hal-hal dari TV yang jelas-jelas tidak untuk mereka tapi untuk orang dewasa. Anak-anak akan sangat berpotensi untuk kehilangan keceriaan dan kepolosan mereka 43 | karena masuknya persoalan orang dewasa dalam keseharian mereka. Akibatnya, sering terjadi gangguan psikologi dan ketidakseimbangan emosi dalam bentuk kesulitan konsentrasi, perilaku kekerasan, persepsi yang keliru, budaya 'instan', pertanyaan-pertanyaan yang 'di luar dugaan' dan sebagainya. Hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menonton TV. Namun jutaan orangtua di Indonesia pada umumnya cemas dan khawatir dengan isi siaran TV kita. Kalangan industri televisi punya argumentasi sendiri mengapa mereka menyiarkan acara-acara yang tidak memperhatikan kepentingan anak dan remaja. Intinya, kepentingan bisnis telah sangat mengalahkan dan menempatkan anak dan remaja kita sekadar sebagai pasar yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya. Meski beberapa stasiun TV sudah mulai memperbaiki isi siaran mereka, itu tetap tidak bisa menghilangkan kesalahan mereka di masa lalu dalam memberi 'makanan' yang merusak jiwa puluhan juta anak Indonesia. Pemerintah maupun institusi lain, terbukti tidak mampu membuat peraturan yang bisa memaksa industri televisi untuk lebih sopan menyiarkan acaranya. Sehingga, tidak ada pilihan lain kecuali individu sendiri yang harus menentukan sikap menghadapi situasi ini. Anggota masyarakat yang bersatu dan memiliki sikap yang sama untuk menolak perilaku industri televisi kita, akan menjadi kekuatan yang besar apabila jumlahnya makin bertambah. Penolakan oleh masyarakat yang merupakan pasar bagi industri televisi, pada saatnya akan menjadi kekuatan yang luar biasa besar. 44 | Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolah-raga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain. Faktanya adalah anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data th 2006 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, "Kidia" mencatat bahwa pada 2005 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam. Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak. Acara yang 'Aman': tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi. Acara yang 'Hatihati': isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema 45 | cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton. Acara yang "Tidak Aman": isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini. 2.10. Tinjauan Sinetron Kehadiran sebuah sinetron di tengah-tengah masyarakat bukanlah merupakan hal yang baru sama sekali, sebab pemutaran sebuah sinetron dimulai ketika televisi pertama di Indonesia yaitu TVRI pernah menayangkan sinetron sebagai salah satu paket unggulan acaranya ketika stasiun televisi swasta belum bermunculan seperti sekarang ini, contohnya sinetron Sengsara Membawa Nikmat, kisah Siti Nurbaya, dan yang lain-lainnya. Dimana pada saat itu siaran sinetron tersebut banyak di gandrungi oleh pemirsa televisi di Indonesia. Namun pada saat itu masyarakat di Indonesia belum menyebut paket acara tersebut sebagai sinetron melainkan menyebutnya sebagai siaran acara drama televisi. Karena istilah sinetron baru muncul pada beberapa tahun terakhir ini ketika peta pertelevisian di Indonesia telah mengalami perkembangan dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta. Istilah sinetron sendiri berasal dari gabungan dari dua istilah cinema dan electronic, sebagaimana yang disebutkan oleh Onong U.E. dalam kamus komunikasi bahwa istilah sinetron merupakan “akronim dari dua istilah ‘cinema’ dan ‘akronim’, berarti film cerita seperti yang lazim dipertunjukkan di gedung bioskop yang disiarkan melalui media elektronik seperti TV dan Video”. (Effendy, 1989:50). Oleh karena sinetron merupakan gabungan dari dua istilah atau kata cinema dan elektronic, sehingga film yang ditampilkan pada sebuah layar televisi kini lebih popular dengan 46 | sebutan sinetron walaupun acara tersebut mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah film drama. Seiring dengan berjalannya waktu, istilah sinetron lebih semakin popular dikalangan masyarakat pencinta televisi Indonesia. Hal tersebut diikuti dengan semakin banyaknya rumah-rumah produksi (Production House) di Indonesia yang menggarap produk andalannya untuk ditayangkan di salah-satu stasiun televisi baik televisi swasta maupun televisi “milik” pemerintah seperti TVRI. Mekarnya produksi sinetron di Indonesia karena dilatar-belakangi semakin melemahnya nilai jual film layar lebar terutama film garapan nasional di bioskop-bioskop di Indonesia. Hal tersebut di karenakan semakin banyak berdatangan dan semakin mudahnya film-film impor yang masuk ke Indonesia, sehingga film-film impor tersebut lebih banyak digandrungi oleh para pecinta film layar lebar yang rata-rata filmnya mempunyai nilai jual yang lebih daripada film produksi dalam negeri. Oleh karena itu, kini banyak para sutradara yang dulunya memproduksi film untuk layar lebar kini lebih menyenangi untuk memproduksi sebuah sinetron yang banyak disenangi masyarakat di Indonesia. Dalam sebuah sinetron terkadang menceritakan tentang sebuah realitas yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat pada saat tersebut. Sehingga dalam membuat paket sinetron, kru televisi (sutradara, pengarah acara dan produser) harus memasukkan isi pesan yang positif bagi pemirsa. Dengan kata lain, pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya. Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. “Pesan-pesan sinetron terkadang terungkan secara simbolis dalam alur ceritanya. Kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif 47 | dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu”. (Kuswandi, 1996:131). Sinetron sebagai salah-satu bentuk mata acara di televisi yang banyak mengandalkan penyampaian pesannya melalui daya tarik alur cerita, tokoh yang bermain, dialog, penampakkan ruangan dan lain sebagainya, juga merupakan salah satu bagian dari produk televisi yang mengandalkan penampakan gambar yang bergerak atau yang bersifat moving dapat memberikan rangsangan yang besar kepada pemirsanya untuk mengingat sebuah pesan pada suatu sinetron. Tjipta Lesmana mengatakan “menurut literatur ilmu jiwa, gambar yang bersifat moving tadi dapat ‘tertanam’ di dalam benak kita dalam tempo yang lama sekali. Makin besar daya pikat atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pengaruh yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan lebih sering teringat dan membayangkannya”. (editor Mulyana & Ibrahim, 1997:139). 2.11. Tinjauan Aspek Kognitif Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia saat ini, kehadiran media massa di tengah-tengah masyarakat telah ikut berperan serta dalam menambah perbendaharaan pengetahuan bagi manusia. Televisi sebagai salah-satu media dalam komunikasi massa dapat menimbulkan efek pada komunikannya bukanlah suatu pernyataan yang tidak dapat disanggah kebenarannya. Salah satu efek yang ditimbulkan dari kehadiran media massa bagi komunikannya adalah efek kognitif, “efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas” (Effendy, 1993:319). Dalam konteks ini pesan yang disampaikan komunikator media massa ditujukan kepada pikiran (aspek kognisi) komunikan. 48 | Menurut Neisser “Istilah ‘cognitive’ berasal dari kata cognition yang padanannya adalah knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan”. (Syah, 1995:65). Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan aspek kognitif terhadap individu mengalami perluasan studi terutama bila dikaitkan dengan studi-studi efek komunikasi massa. Hal ini misalnya terlihat dalam penekanan bagaimana pesan-pesan media diterima, bagaimana pola-pola perilaku dipelajari dana malah ditiru dari penggambaran media, bagaimana sikap itu terjadi, pengetahuan seseorang berubah, nilai-nilai diteguhkan diterima ataupun malah ditolak, maupun perilaku yang dihasilkan melalui proses persuasi. “Aspek kognitif banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh suatu pemahaman akan dirinya serta lingkungannya, dan bagaimana dengan kesadarannya ia bertindak terhadap lingkungannya”. (Pawit M. Yusuf, 1990:42). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa aspek kognitif yang ditimbulkan akibat dari terpaan media massa yang berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran khalayak terhadap lingkungannya. Menurut teori medan kognitif menyebutkan bahwa aspek kognitif “berkenaan dengan bagaimana orang mendapatkan pengertian mengenai diri mereka sendiri dan lingkungan mereka, bagaimana menggunakan pengetahuan mereka dan bagaimana bertindak dalam hubungan dengan lingkungan”. (Sudjana, 1991:96). Menurut teori medan kognitif bahwa aspek kognitif dari khalayak media massa adalah pengertian dan pengetahuan khalayak terhadap isi media massa. Dengan demikian aspek kognitif ini banyak berhubungan dengan pikiran khalayak, terutama kaitannya dengan efek yang ditimbulkan oleh media massa terhadap pertambahan informasi, perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan 49 | diyakini khalayak. Oleh karena itu dalam penelitian ini aspek kognitif anak dalam penelitian ini berupa perubahan yang terjadi pada anak setelah menyaksikan sinetronsinetron bernuansa mistis, yang meliputi penambahan pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan anak mengenai sinetron bernuansa mistis. 2.12. Tinjauan Berpikir Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. (William S. dan Mabel L, 1965:3). Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaah yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika deduktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan 50 | pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pertanyaan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya secangkir kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis. Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Pengetahuan disusun secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang 51 | mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. 2.13. Tinjauan Anak Dalam perkembangan jiwani anak, pengamatan menduduki tempat yang sangat penting. Beberapa teori mengenai fungsi pengamatan ini dipaparkan oleh Meumann, Stern dan Oswald kroh. Teori Oswald Kroh dalam bukunya: “Die Psychologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar) menyatakan adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu: a) Periode sintese-fantastis, 7-8 tahun. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan b) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubung-hubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan konkrit. c) Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. d) Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya. Masa ini dibatasi oleh gejala PUBERTAS KEDUA (Trotzalter kedua, Masa menentang kedua). Mula-mulanya sikap anak terhadap kenyataan faktual bercorak sangat subyektif. Lambat laun gambaran yang diperoleh tentang alam nyata akan makin bertambah sempurna dan makin obyektif. Hubungan antara benda-benda dengan diri sendiri tidak lagi didasarkan pada penghayatan yang subyektif, akan tetapi berubah menjadi pengamatan yang obyektif. Dengan begitu anak mulai merebut atau 52 | menguasai dunia sekitar secara obyektif. Dalam fase inilah anak menceburkan diri ke dalam masyarakat luas, yaitu masyarakat di luar keluarga, Taman Kanak-kanak, sekolah, dan kelompok-kelompok sosial lainnya. Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungís-fungsi anak. Terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua potensinya. Anak usia sekolah dasar mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif. Semua kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan penuh minat. 2.13.1. Fase Praoperasional Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapt berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu: 53 | 1. Subfase berpikir secara simbolis Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak 2. Subfase berpikir secara egosentris Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. 3. Subfase berpikir secara intuitif Fase berpikir secara intuitif yaitu, kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. 2.13.2. Pikiran, Ingatan, dan Fantasi Anak Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium relajar. Disamping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal-budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak keterampilan mulai dikuasai, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkannya. Dari iklim yang egosentris, anak memasuki dunia obyektif dan dunia pikiran orang lain. Hasrat untuk mengetahui realitas bensa dan peristiwaperistiwa mendorong anak untuk menelti dan melakukan eksperimen. Minat anak pada periode tersebut terutama sekali tercurah pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Anak pada usia ini sangat aktif dinamis. Segala sesuatu yang 54 | aktif dan bergerak akan sangat menarik minat-perhatian anak. Lagi pula minatnya banyak tertuju pada macam-macam aktivitas. Dan semakin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas tersebut bagi proses pengembangan kepriadiannya. Ingatan anak pada usia 8-12 tahun ini mencapai intensitas paling besar, dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. Kehidupan fantasi mengalami perubahan penting. Pada usia 8-9 tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng. Misalnya Timun Emas, Bawang Putih Bawang Merah, Malin Kundang. Unsur-unsur yang hebat dan ajaib dalam dongeng-dongeng ini mencekam segenap minat anak. Lambat laun, unsur kritis mulai muncul, dan anak mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati. Namur unsur fantasi masih tetap memegang peranan penting. Kini anak menghendaki peristiwa riil yang betul-betul terjadi, atau semestinya harus terjadi. Karena itu, anak lalu menyenangi cerita-cerita kepahlawanan. 2.13.3. Kehidupan Perasaan Anak dan Rasa Takut Pada umumnya anak itu lebih emosional daripada orang dewasa. Pada usia sekolah dasar anak cepat merasa puas. Sifatnya optimis dan kurang dirisaukan oleh rasa-rasa penyesalan, kepedihan, kesengsaraan, dan kegembiraan orang lain kurang dipahami atau dihayati oleh anak. Namur kalau ia ikut merasakannya maka perasaan tersebut tidak ditampakkannya, sebab ia merasa segan, takut, dan malu memaparkan perasaannya. Perasaan intelektual anak pada periode ini sangat besar. Teka-teki silang, soalsoal matemik dan perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya berupa 55 | angka-angka yang utuh) marupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Sebaliknya, kehidupan emosionalnya belum begitu berkembang. Kriteria baik dan buruk, indah atau jelek, susila atau asusila, semua nilai ini dengan serta merta diperoleh anak dari orang tua dan orang dewasa. Mengenai perasaan takut pada anak DR. Kartini Kartono menyatakan sebagai berikut: “perasaan takut dan cemas itu adalah unsur utama dari kehidupan perasaan yang latent dan merupakan naluri yang memperingatkan manusia akan adanya bahaya, agar ia siap-sedia melindungi dan mempertahankan diri dari ancaman bahaya. Rasa takut pada anak akan menyebabkan kecemasan pada saat tidur dan bangun dengan keadaan panik pada malam hari, hal ini disebabkan oleh kejadiankejadian hebat pada siang hari atau sebelum tidur. Misalnya melihat peristiwa kecelakaan, bencana, perkelahian, atau melihat tayangan di televisi. 56 | BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kekhawatiran terhadap siaran televisi lintas bangsa (transnasional) sering dilontarkan. Televisi transnasional adalah alat inovasi budaya suatu bangsa terhadap bangsa lain. Siaran televise tersebut membawa semua nilai-nilai dari masyarkat penghasil siaran. Karena itu berbagai cara digunakan untuk menangkap perkembangan siaran televise transnasional. Kehadiran beberapa jaringan stasiun televisi swasta di Indonesia memang untuk menunjukan betapa pemerintah mendukung adanya globalisasi di bidang informasi. Dengan adanya beberapa stasiun televise swasta, masyarakat semakin dewasa menyaring berbagai peristiwa, acara dan informasi yang di lihatnya di luar Indonesia. Masuknya informasi dari luar tidak membuat masyarakat Indonesia terpengaruh, tapi lebih mengambil sisi positifnyadan membuang sisi negatifnya. Untuk itulah kelahiran dan kehadiran indosiar juga diharapkan mampu memberikan apa yang dikehendaki dan disukai oleh masyarakat. Melihat peluang yang terbuka untuk ikut berperan serta dalam pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia di bidang informasi dan hiburan, maka PT Indosiar Visual Mandiri melangkah masuk ke dunia pertelevisian swasta. Akhirnya hadir secara resmi satu stasiun swasta terbaru di Indonesia, setelah didera berbagai permasalahan. PT Indosiar Visual Mandiri akhirnya berhasil mendapatkan izin operasional dari pemerintah sebagai televise swasta ke lima di 57 | Indonesia. Terhitung mulai tanggal 7 Desember 1994 Indosiar diperkenankan mengudara (on air) secara penuh sebagaimana televise swasta lainnya. Mengudaranya televisi yang sahamnya dimiliki oleh kelompok salim (salim group) dimungkinkan setelah yayasan TVRI sebagai pemilik hak siar di Indonesia diajak bekerjasama dengan Indosiar. Penandatanganan kerjasama tersebut berlangsung di Jakarta tanggal 7 Desember 1994, perwakilan dari TVRI adalah Azis Husein dan dari Indosiar adalah Handoko. PT Indosiar Visual Mandiri ini dipegang oleh Anry Handoko sebagai Direktur Utama dan Eko Supardjo Rustam sebagai Presiden Komisaris, sedangkan untuk humas dipegang oleh Andreas Ambessa sebagai koordinatornya. Sementara itu badan televise swasta sebaiknya jangan menomor satukan kepentingan idealisme bangsa dan Negara. Untuk itu maka materi siaran jangan sematamata dimaksudkan hanya untuk mengeruk keuntungan dan mengesampiungkan kepentingan yang lebih luas. Atas dasar itu dengan berbekal nilai-nilai idealisme indosiar diharapkan bisa memberikan bobot dan perkembangan siaran televise ditanah air. Dengan begitu berarti indosiar berperan serta dalam memberikan sumbangan besar bagi terwujudnya ketahanan nasional yang mantap dikemudian hari. Televisi sebagai salah satu media yang punya peran besar dalam mempengaruhi opini publik walaupun dalam penyiarannya tidak bisa terlepas dari hal-hal yang bersifat bisnis. Namun harus diingat bahwa tujuan utama sebuah media adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 58 | Usai uji transmisi jaringan, stasiun swasta Indosiar langsung mengadakan siaran pra pradana selama 29 hari, mulai 18 Desember 1994 sampai 10 Januari 1995, sehari menjelang siaran resmi nasional. Pada siaran pra pradananya ini ada 8 kota besar di Indonesia yang dapat dicakupnya, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang dan Medan. Setelah sekian lama ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya jaringan stasiun televise swasta PT Indosiar Visual Mandiri Rabu tanggal 11 Januari 1995 resmi mengudara secara nasional. Kehadiran jaringan stasiun swasta ini sudah dapat dinikmati melalui uji transmisi selama kurang lebih satu setengan bulan. Pada saat uji transmisi Indosiar pun melakukan siaran langsung Festuval Sinetron Indonesia (FSI) pada hari rabu tanggal 14 Desember 1994. Bila dilihat keberadaan indosiar sendiri, stasiun televise swasta ini sejak tahun 1992 ada. Hal ini disebabkan Indosiar terus mengadakan persiapan yang matang sebelum memutuskan untuk mengudara. Dengan demikian program yang Indosiar sajikan juga dapat disajikan dengan persiapan yang matang pula. Uji transmisi dilaksanakan sebulan lebih ini dimaksudkan untuk memantapkan kedudukan transmiter Indosiar. Dengan masa uji transmisi yang cukup lama masyarakat dapat mencari-cari saluran Indosiar di luar stasiun televisi yang lain. Dengan adanya uji transmisi dan siaran pra pradana, Indosiar ingin mencapai ke masyarakat pemirsa secara langsung. Itu disebabkan pada tanggal 18 Desember 1994 Indosiar mulai mengadakan siaran pra pradana dan masyarakat diharapkan mau mengubah salurannya ke Indosiar. Jadi pada saat siaran perdana dimulai masyarakat 59 | sudah dapat “cune in” ke saluran Indosiar untuk menyaksikan program-program yang disajikan. Kehadiran Indosiar dapat dipastikan menambah maraknya dunia pertelevisian di Indonesia. Masyarakat pemirsapun jadi mempunyai banyak alternative untuk acara-acara yang disukainya dari berbagai jaringan televisi yang sudah ada, termasuk Indosiar itu sendiri. Untuk menghadirkan acara-acara yang dapat menarik minat pemirsa, Indosiar melakukan berbagai kesiapan dalam mengemas program. Kelahiran Indosiar sebagai satu stasiun televise swasta lain bukan sebelum waktunya (premature), tetapi melalui proses yang sudah disiapkan dengan matang. Untuk memberikan kepuasan kepada pemirsa hingga bisa berlama-lama duduk menantikan setiap acara yang dinantikan, Indosiar pun tidak hanya menawarkan program sindicated (film import) melainkan juga film local. Khusus untuk program ini perbandingan yang ditawarkan adalah 70% untuk program film import dan 30% program film local. Dari 30% film local, sekitar 70% program local produksi Indosiar dan 30% adalah produksi dari Production House (PH). Biasanya program local produksi sendiri mengharuskan Indosiar memiliki studio dan perlengkapan yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan itu Indosiar memliki 4 studio di kawasan Daan Mogot yang keseluruhannya dilengkapi dengan peralatan canggih dan lengkap. Indosiar memberikan perhatian yang besar kepada calon pemirsanya. Target pemirsa dalah umum dan dari berbagai lapisan, lapisan bawah, menengah dan sampai lapisan atas. Untuk itulah maka program yang ditayangkan juga beragam mulai dari konsumsi lapisan bawah sampai lapisan atas. 60 | Sebagai saluran informasi dan hiburan Indosiar memang bertekad memberikan yang terbaik kepada permisanya, dan hal itu memang merupakan komitmen Indosiar dalam menyiapkan setiap program acara. Pengemasan program acara Indosiar dilakukan semaksimal mungkin, karena sebagai satu stasiun televisi swasta yang baru lahir Indosiar tetap diharapkan muncul dengan penampilan prima, sebab tidak akan ada pemirsa yang mau mentolelir bila program di Indosiar tidak seperti yang diharapkan oleh pemirsa, tidak seperti stasiun televisi yang sudah mapan berjalan. Indosiar diharapkan bisa langsung berjalandan berjalan dan berlari untuk mengejar ketinggalannya. Meskipun demikian kehadiran Indosiar tidak dimaksudkan untuk menyaingi stasiun televisi yang sudah ada, melainkan melengkapi keberadaan jaringan televise lain. Dengan demikian masyarakat semakin dewasa dalam menentukan acara apa yang akan ditontonnya. Pada siaran perdananya tanggal 11 Januari 1995, Indosiar bisa ditangkap di 8 kota besar di Indonesia seperti yang telah dipaparkan diatas, dan untuk menagkap siaran dari Indosiar pemirsa di Jakarta dan sekitarnya bisa mengarahkan antenanya kearah Joglo atau Jakarta Barat. Letak transmitter Indosiar memang dipasang di Joglo. Hal ini disebabkan beberapa stasiun televise swasta yang lain telah terpasang disana. Dengan demikian pemirsa lebih mudah mengarahkan antenanya tanpa harus mengubah arahnya. Setiap daerah yang dapat menagkap siaran Indosiar harus memilih frekuensi, saluran yang sesuai, misalnya untuk pemirsa Jakarta dan sekitarnya (JABOTABEK) frekuensi salurannya adalah 41 UHF, sedangkan untuk wilayah Bandung 94 UHF, 61 | Semarang 27 UHF, Yogyakarta 28 UHF, Surabaya 28 UHF, Denpasar 27 UHF, Ujungpandang 27 UHF, dan Medan 23 UHF. 3.2. LOGO PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk Logo dari Indosiar, dipilih seekor ikan yang bertubuh besi yang mengembangkan sayap dan melintasi bola dunia. Di dalam logo ini terdapat beragam makna dan filosofi. Ikan besi menggambarkan teknologi mutakhir yang digunakan Indosiar, yaitu teknologi diogital Kemudian ikan besi tersebut terbang melintasi bola dunia yang menggambarkan jangkauan Indosiar yang tanpa batas melesat kesegala arah dan diterima oleh segala lapisan penontonnya. Adapun misi yang dibawa oleh logo ini adalah : • Futurustik yang dapat diartikan bahwa segala sasuatu yang dilakukan selalu berorientasi pada masa depan. • Innovative yang selalu mencari hal-hal baru yang original dan bermanfaat bagi perusahaan dan pemirsa Indosiar. • Satisfactory yang selalu mengutamakan kepuasan bagi pemirsa Indosiar pada semua kalangan. • Humanity yang berarti Indosiar selalu peduli terhadap lingkungan social terutama yang menyangkut masalah kemanusiaan. Selain itu, Indosiar juga mempunyai motto “Indosiar Memang Untuk Anda” agar senantiasa dekat dengan masyarakat melalui tayangan program-program yang menarik. 62 | 3.3. Struktur Organisasi Perusahaan dan Mekanisme Kerja Perusahaan 3.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan Dalam menjalankan kegiatan usaha penyiarannya, PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk memiliki struktur organisasi yang baik. Dengan struktur yang ada kerjasama antar bagian dapat berjalan sangat baik sesuai fungsinya masing-masing. Arus informasi baik itu dari atas ke bawah maupun sebaliknya mengalir dan terdistribusi dengan terbuka dan transparan. Dan akhirnya tujuan untuk menyajikan sesuatu yang berkualitas kepada pemirsa kepada pemirsa dapat tercapai dan memuaskan pula para pemasang iklan. Adapun struktur organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk adalah sebagai berikut. 63 | BAGAN 3 Struktur Organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri, Tbk. DIREKTUR CORPORATE SECRETARY PUBLIC RELATION CONCORSHIP BOARD GENERAL & TECHNIC TRANSMISSION PRODUCTION SERVICE INFORMATION TEKNOLOGI RESEARCH & DEVELOPMENT LEGAL FINANCE & ACCOUNTING HRD FINANCE & TREASURY SALES & PROGRAMING ACCOUNTING PRODUCTION PROGRAME NEWS SALES NEWS 64 | 3.3.2. Mekanisme Kerja Perusahaan Tugas dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan distribusikan secara baik pada masing-masing departemen seperti yang tercantum pada struktur organisasi perusahaan. Adapun tugas dan wewenang itu adalah sebagai berikut : 1. Corporate Secretary, merupakan sekretaris perusahaan yang membantu direktur untuk menangani berbagai kegiatan. Departemen-departemen yang berada dalam tanggung jawabnya adalah : a. Public Relation, yang bertugas membina hubungan internal maupun eksternal serta membangun image dan citra baik perusahaan. b. Conchorhip Board c. Research & Development yang bertugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan dengan memperbaharui semua system kerja perusahaan yang dirasakan perlu untuk diperbaharui. d. Legal, tugasnya adalah menagani semua permasalahan hokum yang melibatkan perusahaan 2. Information Technologi, merupakan pembantu direktur yang bertanggung jawab untuk menangani masalah teknologi informasi yang akan digunakan oleh perusahaan. 3. General and technic, yang bertanggung jawab untuk menangani masalah umum dan teknik. Adapun bagian-bagian yang ada di dalamnya adalah: a. Transmision, yang bertugas menangani masalah transmisi siaran perusahaan b. Production Services yang bertanggung jawab terhadap penyediaan fasilitasfasilitas yang dibutuhkan oleh produksi 65 | c. HRD, bagian personalia yang menangani masalah kepegawaian. 4. Finance and Accounting, yang bertanggung jawab menangani masalah keuangan dan akunting. 5. Production, merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi dari program-program acara. 6. Sales, bertugas menangani masalah penjualan program-program acara kepada pengiklan a. Sales, bertugas menangani masalah penjualan program-program acara kepada pengiklan. b. Programe, bertanggung jawab menangani penyusunan program-program acara dan proses seleksi terhadap program-program acara yang akan ditayangkan. 7. News, merupakan departemen yang bertanggung jawab menangani masalah pemberitaan. 3.4. Visi dan Misi Perusahaan Sebagaimana dengan televisi swasta ataupun dengan televisi pemerintah, indosiar ingin lembaga ini dapat sebagai wadah atau lembaga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain visi, indosiar juga memiliki misi yaitu dengan cara memberikan tayangantayangan yang berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat. Bentuk tayangan bersifat informasi, tayangan bersifat hiburan, dan tayangan bersifat pendidikan. 66 | 3.5. Aktivitas Perusahaan Aktivitas perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu aktivitas “on air” dan aktivitas “off air”. Aktivitas-aktivitas tersebut telah terprogram, baik dalam rencana jangka pendek jangka menengahmaupun jangka panjang. Rencana jangka pendek untuk program acara dibuat per satu bulan. Sedangkan jangka menengah bisa 3-6 bulan dan jangka panjang bisa 1 – 2 tahun kedepan. 1. On Air : Membuat dan menayangkan program-program acara yang dibuat di Indosiar. Program-program acara itu sebagian dibuat sendiri oleh Indosiar, sebagian lagi dikerjakan bersama “production House”, atau membeli tayangan dari luar negri. 2. Off Air : Mengadakan kegiatan-kegiatan, seperti jumpa artis, jumpa pemirsa, dan berbagai macam lomba. Selain itu Indosiar juga mengadakan kegiatankegiatan social seperti sunat masa, menyalurkanbuku-buku tulis ke SDSD yang membutuhkan dan sebagainya. 3.6. Tayangan Religitainment Misteri Illahi Tayangan religitainment Misteri Illahi, ditampilkan dalam bentuk sinetron. Istilah sinetron sendiri berasal dari gabungan dari dua istilah cinema dan electronic, sebagaimana yang disebutkan oleh Onong U.E dalam kamus komunikasi bahwa istilah sinetron merupakan “akronim dari dua istilah ‘cinema’ dan ‘akronim’, berarti film cerita seperti yang lazim dipertunjukkan di gedung bioskop yang disiarkan melalui media elektronik seperti TV dan Video”. (Effendy, 1989:50). Oleh karena itu, tayangan 67 | religitainment Misteri Illahi dapat dinikmati secara berstruktur dari satu episode ke episode yang lainnya. Tayangan religitainment Misteri Illahi dibuat untuk dikonsumsi oleh segala jenis umur, dan berbagai macam kalangan. Isi ceritanya mengandung unsur yang dapat menyentuh rasa keagamaan pada diri penonton. Dengan sifat para tokoh utama yang selalu membela agama dan menumpas makhluk ghaib. Religitainment Misteri Illahi yang ditayangkan oleh Indosiar merupakan sinetron yang khusus dibuat untuk televisi, ditayangkan dengan durasi 120 menit pada pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB setiap hari kamis malam. Indosiar menayangkan kembali tayangan religitainment Misteri Illahi setiap hari pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Ceritanya dikemas dalam bentuk serial sehingga bisa diikuti terus oleh penonton setiap episodenya. Sinopsis tayanga religitainment Misteri Illahi dalam episode: “Gairah Cinta Siluman Serigala”. Sinetron itu menceritakan seorang wanita yang bernama Fitri, seorang mahasiswi cantik digandrungi banyak laki-laki yang ingin menikahinya. Diantaranya: Herman, Indra, dan Bono. Tapi Fitri selalu menolak lamaran itu karena ingin konsentrasi belajar untuk menyelesaikan kuliahnya. Bono pun menjadi penasaran, berbagai usaha dijalankan untuk mendapatkan Fitri. Sementara itu ada seekor siluman serigala yang juga mencintai Fitri dan senantiasa mengikuti Fitri. Kadang-kadang siluman tersebut menyamar menjadi manusia bernama Radea atau Dea. Ketika keluarga Fitri dirampok dan dibunuh, Dea yang menyelamatkan Fitri dari cengkraman Bono. Bono yang gelap mata terus berusaha untuk membunuh Fitri, ia minta bantuan dukun bernama Mbah Dirjo untuk menyantet Fitri sehingga Fitri 68 | pun jatuh sakit dan dari tubuhnya keluar belatung. Untunglah santet ini bisa dilawan oleh Kyai Jabar. Fitri yang kena santet diobati di rumah sakit dan dibantu oleh Kyai Jabar hingga sembuh. Sementara itu Siluman Serigala membujuk Fitri dengan kekuatan batinnya hingga Fitri mau menjadi istrinya. Pada setiap episodenya, religitainment Misteri Illahi selalu mengangkat kisahkisah mengenai orang-orang yang ingin membalas dendam, melalui perantara seorang dukun, kemudian setelahnya orang yang mempunyai dendam tersebut berubah menjadi siluman, dan di akhir cerita siluman tersebut dimusnahkan oleh seorang kyai. Dari tayangan tersebut, menurut Departemen Riset Indosiar, mempunyai misi tertentu, yaitu sasaran utama dan penontonnya adalah semua umur dan pesan dari Religitainment Misteri Illahi dapat menambah wawasan mengenai agama. 3.7. Sejarah SDN Jeung Jirigil Tengah SDN Jeung Jirigil Tengah berdiri pada tahun 1967. Pada saat itu, kepala sekolah yang pertama terpilih adalah Sarjono dengan jumlah tim pengajar 4 orang, dan jumlah murid pada waktu itu sekitar 150 anak dengan lokasinya masih menumpang di SDN Jeung Jirigil I. Kemudian pada tahun 1976, SDN Jeung Jirigil Tengah pindah ke lokasi SDN Jeung Jirigil III. Baru pada tahun 1982, SDN Jeung Jirigil Tengah mempunyai lokasi sendiri. Yang menjabat sebagai kepala sekolah saat ini adalah Wiwi Wikoyah, dengan jumlah tim pengajar 10 orang dan jumlah murid 298 anak. 69 | Bagan 4 Susunan Organisasi SDN Jeung Jirigil Tengah Kepala Dinas Kepala Sekolah Sekretaris Komite Sekolah Bendahara TIM PENGAJAR M U R I D 70 | BAB IV PEMBAHASAN Bab ini merupakan pembahasan data penelitian mengenai tayangan religitainment dalam upaya mengetahui pola pikir anak. Pada bab ini peneliti berusaha memberikan gambaran dari apa yang telah dijabarkan di bab-bab sebelumnya, serta menghubungkannya dengan hasil pengumpulan angket yang meliputi daftar pertanyaan disertai beberapa alternatif jawaban yang dianggap paling benar menurut responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling klaster, hal ini berdasarkan pada pernyataan yang diberikan Rakhmat (sumber) bahwa, sampling klaster dilakukan bila kita tidak mempunyai kerangka sampling disebabkan populasi yang kita teliti sangat banyak dan tidak mungkin untuk dibuat daftarnya. Populasinya adalah anak-anak SDN Jeung Jirigil, hal ini dikarenakan lokasi SDN Jeung Jirigil jauh dari perkotaan, nuansa daerahnya masih kental dengan kepercayaan dan mistis. Walaupun begitu masyarakat di sini hampir semua mempunyai televisi. Seluruh angket yang disebarkan dan diisi oleh responden dapat terkumpul kembali, kemudian setelah angket diperiksa satu persatu seluruhnya sah karena responden menjawab sesuai petunjuk penyusunan yang telah ditentukan. Angket yang penulis sebarkan terdiri dari 33 pertanyaan, masing-masing berjumlah 6 pertanyaan adalah data responden dan 27 pertanyaan berkaitan dengan data penelitian. Seperti telah dikemukakan di dalam bab pendahuluan, bahwa dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis, yaitu data yang dikumpulkan mula-mula disusun, 71 | dikelompokan kemudian dijelaskan atau dipaparkan dan dibuat gambarannya, sehingga data yang diperoleh dapat dimengerti keadaannya oleh responden Agar penelitian ini sistematis, maka peneliti mengelompokan menjadi beberapa sub-sub yaitu : 4.1 Analisis deskriptif data responden. 4.2 Analisis deskriptif data penelitian. 4.1. Analisis Deskriptif Data Responden Untuk mengetahui pendapat responden terhadap peranan tampilan religitainment dari tayangan Misteri Illahi dalam melihat aspek berpikir anak terhadap tayangan tersebut, penulis perlu mengemukakan data responden. Pentingnya data responden untuk mengetahui latar belakang dari responden yang memberikan pendapatnya mengenai tayangan Misteri Illahi, dalam penelitian ini penulis mengemukakan data responden, dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan jenis kelamin, usia responden, pekerjan/profesi orang tua reponden, apakah responden memiliki televisi, berapa kali menonton Misteri Illahi, apakah menyukai tayangan sineton tersebut. Untuk mendapatkan data responden penulis terjun langsung dan menyebarkan angket di SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan VI pada hari Senin tanggal 23 April sampai dengan hari Rabu tanggal 25 April 2007. Waktu penyebaran angket dilakukan pada siang hari sekitar jam 09.30 – 10.00 WIB menurut pengamatan penulis pada waktu tersebut banyak anak-anak yang sedang beristirahat mengisi waktu luangnya, sehingga lebih memudahkan penulis untuk menyebarkan angket. Penulis membutuhkan waktu selama 3 hari untuk penyebaran angket sesuai dengan data yang dibutuhkan. 72 | Hasil data yang berasal dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket kemudian disusun dalam lembar koding. Struktur penyusunan tabel-tabel tersebut disesuaikan dengan nomor pertanyaan angket yang dibagi ke dalam analisis data responden dan data penelitian. Identitas responden ini selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel yang disertai analisisnya, yaitu sebagai berikut : 4.1.1. Jenis Kelamin Responden Tabel 1 Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Satuan Persentase 1 Laki-laki 26 46,42 % 2 Perempuan 30 53,57% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden laki-laki dengan jumlah 26 orang (46,42%), sedangkan responden perempuan yang berjumlah 30 orang (53,57%). Hal ini disebabkan pada saat menyebarkan angket kepada siswa-siswi SDN Jeung Jirigil Tengah, sedikit lebih banyak siswi dibandingkan dengan siswa. 73 | 4.1.2. Usia Responden Tabel 2 Usia Responden No Usia Satuan Presentase 1. 10 – 11 tahun 30 53,57 % 2. 12 – 13 tahun 26 47,42 % 3. > 13 tahun 0 0% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar usia rata-rata responden yang memberikan pendapatnya mengenai tayangan televisi Misteri Illahi di Indosiar dalam mempengaruhi aspek berpikir anak antara umur 10-11 tahun yang berjumlah 30 orang (53,57%) terbukti angka yang ditunjukan pada tabel diatas. Selanjutnya responden yang berumur 12-13 tahun berjumlah 26 orang (47,42%). Sedangkan untuk usia > 13 tahun berjumlah 0 orang (0%) atau tidak ada. Dari data tersebut mayoritas responden berumur 10-11 tahun. Hal ini disebabkan pada waktu penyebaran angket di SDN Jeung Jirigil Tengah penulis lebih memfokuskan pada anak-anak kelas V dan VI karena disesuaikan dengan usia mereka yang termasuk pada periode realisme kritis yang memiliki pengamatan lebih realistis dan kritis. Dan juga, pemerintah telah mewajibkan usia anak harus 7 tahun untuk dapat masuk ke sekolah dasar. 74 | 4.1.3. Pekerjaan Orang Tua Responden Tabel 3 Pekerjaan Orang Tua Responden No Pekerjaan Satuan Persentase 1. Pegawai Negeri 33 58,92% 2. Pegawai Swasta 10 17,85% 3. Wiraswasta 13 23,21% 4. Lainnya, sebutkan… 0 0% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa 33 orang (58,92%) responden orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri, 10 orang (17,85%) responden, orang tuanya bekerja sebagai karyawan swasta, dan sisanya sebanyak 13 orang (23,21%) memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta. Penulis dapat melihat berbagai status pekerjaan orang tua siswa, yang mungkin dapat turut serta dalam pengawasan untuk menonton televisi di rumah. 75 | 4.1.4. Memiliki Televisi Tabel 4 No Memiliki Televisi Memiliki Televisi Satuan Persentase 1. Ya 56 100% 2. Tidak 0 0% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dari 56 orang responden (100%) responden keseluruhannya memiliki televisi di rumahnya masing-masing, sedangkan yang menyatakan tidak memiliki televisi 0 responden. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah seluruhnya telah memiliki televisi, dan memiliki kemungkinan untuk melihat tayangan Misteri Illahi di Indosiar. Televisi yang merupakan salah satu jenis media yang digunakan oleh media massa untuk menyampaikan sebuah pesan, baik itu merupakan hiburan, pendidikan, atau pun informasi kepada masyarakat. Dalam hal ini televisi digunakan sebagai mediator penyebar propaganda dari jenis hiburan sinema elektronik (sinetron) “Misteri Illahi” yang ditayangkan prime time di Indosiar pada hari kamis pukul 20.00-22.00 WIB, sedangkan tayangan ulang setiap hari pukul 13.00-15.00 WIB. 76 | 4.1.5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi Tabel 5 Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi No Intensitas Menonton Satuan Persentase 1. 1 – 3 kali 7 12,5% 2. 4 – 6 kali 29 51,78% 3. 7 – 9 kali 16 28,57% 4. Lebih dari 9 kali 4 7,14% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dari 56 orang responden (100%), responden yang menonton “Misteri Illahi” sebanyak 1-3 kali sebanyak 7 orang (12,5%), responden yang menonton tayangan Misteri Illahi sebanyak 4-6 kali sebanyak 29 orang (51,78%), anak-anak yang menonton Misteri Illahi 7-9 kali sebanyak 16 orang (28,57%), dan yang lebih dari 9 kali menonton tayangan Misteri Illahi sebanyak 4 orang (7,14%) tergolong pada kategori sering menonton tayangan Misteri Illahi. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah keseluruhan siswanya pernah menonton atau melihat tayangan Misteri illahi di Indosiar. Anak-anak siswa kelas V dan VI yang dinilai telah memiliki daya pikir yang cukup tinggi dan mampu untuk menilai secara pribadi dari tayangan religitainment Misteri Illahi. 77 | 4.1.6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi Tabel 6 Menyukai Tayangan Misteri Illahi No Menyukai Satuan Persentase 1. Ya 35 62,5% 2. Tidak 21 37,5% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel di atas tersebut, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan ‘Ya’ menyukai tayangan Misteri Illahi sebanyak 35 orang (62,5%) dan yang menyatakan ‘Tidak’ sebanyak 21 orang responden (37,5%) dari 56 orang responden. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah menyukai tayangan Misteri illahi di Indosiar. 4.2. Analisis Deskriptif Data Penelitian Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan langsung dengan data-data penelitian, yang bersumber dari angket yang penulis sebarkan. Isinya menggambarkan jawaban responden mengenai peranan tayangan religitainment “Misteri” Illahi yang ditayangkan prime time di Indosiar pada pukul 20.00-22.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari pukul 13.00-15.00 WIB dalam mempengaruhi aspek berpikir anak, berpikir simbolis dan berpikir egosentris. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel beserta analisisnya. 78 | 4.2.1. Analisis Deskriptif Format Dasar Tayangan Religitainment Misteri Illahi Dalam Aspek Berpikir Anak Pada pertanyaan 1 sampai 22 mengenai isi tayangan (pesan) dengan dua pilihan jawaban, benar atau salah. Widjaja, (1998:32) mengatakan bahwa : “keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator dimana pesan mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengaruh di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan, sehingga pesan dalam ini secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun intinya pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan komunikasi itu”. Analisis mengenai tayangan religitainment “Misteri Illahi” dalam aspek berpikir anak, terdiri dari cara berpikir simbolis, mengenai berpikir tentang makhluk ghaib, berpikir tentang dukun, berpikir tentang kyai, dan berpikir tentang kejadian pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir egosentris, terdiri dari berpikir benar atau tidak benar dan setuju atau tidak setuju terhadap penokohan pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir Simbolis 4.2.1.1. Siluman Pada Tayangan Misteri Illahi ada di Sekitar Kita Tabel 7 Siluman Pada Tayangan Misteri Illahi ada di Sekitar Kita No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 37 66,07% 2. Salah 19 33,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian 79 | Melihat tabel diatas, 37 orang (66,07%) menyatakan bahwa kehadiran siluman dalam kehidupan sehari-hari itu ‘benar’ adanya, dan sebanyak 19 orang (33,92%) menyatakan bahwa ‘salah’ ada siluman dalam kehidupan nyata. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan ‘benar’ adanya siluman dalam kehidupan sehari-hari, berarti mereka percaya bahwa adanya dunia ghaib selain manusia di muka bumi ini. Menurut van den Haag, “media massa menimbulkan depersonalisasi dan dehumanisasi manusia. Media massa menyajikan bukan saja realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga “menipu” manusia; memberikan rumus hidup yang didasarkan pada “pseudoworld” (dunia pulasan), yang tidak “attined tro the development of human being” (Mills, 1968) – yang tidak serasi dengan perkembangan manusia. Intinya media massa telah menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya. 4.2.1.2. Siluman pada Tayangan “Misteri Illahi” dapat Mengganggu Tabel 8 Siluman pada tayangan “Misteri Illahi” dapat Mengganggu No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 37 66,07% 2. Salah 19 33,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Melihat tabel diatas, 37 orang (66,07%) menyatakan bahwa kehadiran siluman dalam kehidupan sehari-hari itu dapat mengganggu, dan sebanyak 19 orang (33,92%) menyatakan siluman tidak dapat mengganggu. Karena apabila dihubungkan dengan tabel sebelumnya, anak yang menjawab salah pada pernyataan “siluman ada di sekitar kita” sangat konsisten, karena 80 | mereka tidak mempercayai siluman itu ada, maka siluman tidak dapat mengganggu Anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya, sendiri.dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang (M. Syah, 2003). Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan adanya siluman dalam kehidupan sehari-hari dan mengganggu, berarti mereka percaya bahwa adanya dunia ghaib beserta sifat-sifatnya. 4.2.1.3.Siluman Ular dan Serigala Pada Tayangan Misteri Illahi dapat Membunuh Kita Tabel 9 Siluman Ular dan Serigala Pada Tayangan Misteri Illahi dapat Membunuh Kita No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 23 41,07% 2. Salah 33 58,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari 56 responden, mereka menanggapi pertanyaan apakah siluman ular dan serigala dalam tayangan Misteri Illahi dapat membunuh kita, 23 responden (41,07%) meyatakan benar, dengan pernyataan bahwa mereka percaya sepenuhnya dan takut dengan siluman ular serta serigala pada tayangan Misteri Illahi, serta meyakini keberadaannya di dunia selain hanya mereka lihat di televisi. Sedangkan yang tidak setuju atau memberi pernyataan ‘salah’ sebanyak 33 responden (58,92%) sedikit lebih banyak dari mereka yang percaya. Anak-anak yang tidak percaya akan adanya siluman ular dan serigala yang dapat membunuh kita, mereka memiliki alibi, bahwa itu semua hanya ada dalam sebuah film saja bukan dalam kehidupan yang nyata. 81 | Mereka yang menganggap siluman itu ada dan dapat mengganggu kita, tidak setuju dengan pernyataan bahwa siluman dapat membunuh kita, menurutnya yang dapat mengambil nyawa manusia adalah Allah SWT bukan siluman. 4.2.1.4 .Syetan, Jin, dan Siluman akan Berkeliaran di Malam Hari Tabel 10 Syetan, Jin, dan Siluman akan Berkeliaran di Malam Hari No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 34 60,71% 2. Salah 22 39,28% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel diatas, 34 responden (60,71%) menyatakan bahwa syetan, jin dan siluman berkeliaran di malam hari, sedangkan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa syetan, jin dan siluman berkeliaran di malam hari sebanyak 22 responden (39, 28%). Mereka yang merespon dengan percaya bahwa makhluk ghaib berkeliaran di malam hari dapat dikategorikan dalam keadaan “imbauan takut”. “Imbauan takut” menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan, Janis dan Feshbach (1953). Sebagian penerima pesan yang sangat takut, dan sebagaian penerima pesan tidak kurang takut. Mereka menemukan bahwa tingkat imbauan takut yang rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak serta mereka menduga juga bahwa imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga komunikate kurang memperhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian pada kecemasan sendiri. 82 | Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan kebenaran dengan makhluk ghaib yang berkeliaran dimalam hari memiliki rasa takut yang tinggi, hal ini disebabkan oleh tayangan Misteri Illahi. 4.2.1.5.Manusia dapat Melihat Syetan, Jin dan Siluman di Kuburan Tabel 11 Manusia dapat Melihat Syetan, Jin dan Siluman di Kuburan No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 41 73,21% 2. Salah 15 26,78% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Melihat tabel diatas 41 responden (73,21%) menyatakan ‘benar’ bahwa manusia dapat melihat syetan, jin dan siluman dikuburan, sedangkan 15 responden (26,78%) menyatakan ‘salah’ manusia dapat melihat syetan, jin, dan siluman dikuburan. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbanyak mereka menyatakan manusia dapat melihat makhluk ghaib hanya di kuburan saja. Dengan alasan responden, bahwa kuburan merupakan tempat manusia yang telah mati dengan suasana yang sepi dan menakutkan. Sedangkan yang tidak setuju dengan peryataan di atas memiliki argumentasi, bahwa makhluk ghaib ada di sekitar kita, bisa atau tidaknya kita melihat makkhluk ghaib itu tergantung pada keimanan atau keberuntungan saja. Sedangkan penulis melihat dari sudut pandang yang lain, ketika anak-anak lebih cenderung beranggapan bahwa manusia dapat melihat makhluk ghaib di kuburan, itu hanya pada penggambaran yang sering diceritakan orang tua untuk menakut-nakuti 83 | anak-anak agar tidak bermain di kuburan. Jika dengan menggunakan logika dan pemikiran tentang agama, makhluk ghaib itu akan ada di sekitar kita, karena Tuhan menciptakan manusia dan Jin di bumi ini dengan tugasnya masing-masing, permasalahan melihat atau tidak-nya kita terhadap makhluk ghaib, itu lebih cenderung pada perasaan percaya berlebihan atau rasa takut dan halusinasi manusia. 4.2.1.6 Dukun adalah Orang Sakti yang bisa Melakukan Segala Hal Tabel 12 Dukun adalah Orang Sakti yang bisa Melakukan Segala Hal No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 23 41,07% 2. Salah 33 58,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Melihat tabel di atas, 33 responden (58,92%) menyatakan ‘salah’ jika dukun adalah orang sakti yang bisa melakukan segala hal, dan 23 responden (41,07%) menyatakan ‘benar’ bahwa dukun adalah orang sakti yang bisa melakukan segala hal. Dari mayoritas 58,92% responden yang diteliti yaitu anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan VI, memberikan pernyataan bahwa dukun bukan orang yang dapat melakukan segala hal dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya, alasan yang dapat ditarik bahwa, dukun hanyalah manusia yang memiliki keterbatasan dan hanya manusia biasa. Karena hanya Allah SWT yang dapat melakukan segala hal. Dalam hal ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mayoritas responden menyatakan 84 | tidak setuju ketika diberikan pernyataan bahwa dukun adalah orang yang mampu melakukan segala hal dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya. 4.2.1.7.Dukun dapat Mengubah Manusia Jadi Siluman Tabel 13 Dukun dapat Mengubah Manusia Jadi Siluman No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 26 46,42% 2. Salah 30 53,57% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari tabel di atas, responden yang menyatakan ‘salah’ bahwa dukun dapat mengubah manusia menjadi siluman sebanyak 30 responden (53,57%), dan sisanya 26 responden (46,42%) menyatakan ‘benar’ bahwa dukun dapat mengubah manusia menjadi siluman. Dari responden mayoritas dapat disesuaikan dengan teori Oswald Kroh dalam bukunya “Die Pshycologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar), yang mengkategorikan pada periode realism kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realisitis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sisntesis logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini sudah bisa menghubungkan begian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari penelitian diatas bahwa anak sekolah sudah dapat berpikir dengan menggunakan logika dari apa yang dilihatnya, serta mampu menyesuaikan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. 85 | 4.2.1.8.Dengan Memasukan Jarum ke dalam Tubuh Boneka, Dukun dapat Membunuh Manusia Tabel 14 Dengan Memasukan Jarum ke dalam Tubuh Boneka, Dukun dapat Membunuh Manusia No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 23 41,07% 2. Salah 33 58,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari tabel diatas, responden yang menyatakan ‘salah’ dengan memasukan jarum ke dalam tubuh boneka, dukun dapat membunuh manusia, sebanyak 33 responden (58,92%) dan sisanya 23 responden (41,07%) menyatakan ‘benar’ dengan memasukan jarum ke dalam tubuh boneka, dukun dapat membunuh manusia. Beberapa responden yang menyatakan salah pada pernyataan diatas, berpendapat bahwa jarum tidak dapat membunuh manusia. Salah satu dari mereka mengungkapkan dirinya pernah tertusuk jarum, tangannya hanya terluka, sedikit sobek dan berdarah. Dari responden mayoritas dapat disesuaikan dengan teori Reber, bahwa dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebabakibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukumhukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan (M. Syah, 2003). Penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa sebagian besar anak yang berusia 10-12 tahun sudah bisa menggunakan pikirannya secara rasional, dan disesuaikan dengan kenyataan yang ada di masyarakat. 86 | 4.2.1.9.Perkatan Seorang Dukun akan Terbukti dengan Benar “Matilah ke Neraka” Tabel 15 Perkatan Seorang Dukun akan Terbukti dengan Benar “Matilah ke Neraka” No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 26 46,42% 2. Salah 30 53,57% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari 56 responden, sebanyak 30 responden (53,57%) menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa ketika seorang dukun mengucapkan mantera “matilah ke neraka!!” pada seseorang maka orang itu akan meninggal dan masuk neraka. Sedangkan sisanya 26 responden (46,42%) menyatakan ‘benar’. Pernyataan yang dapat diambil adalah bahwa yang dapat masuk neraka adalah mereka yang tidak melaksanakan ibadah dengan baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ferry siswa kelas V, salah seorang siswa yang tidak setuju atau memiliki anggapan ‘salah’ dengan pernyataan diatas. Menurut Al-Khaththabi, kahin (dukun) adalah orang yang mengaku bisa mengetahui hal ghaib memberitahukan berbagai hal kepada orang banyak. Al-Kahanah adalah segolongan kaum yang mempunyai pikiran tajam, berperangai buruk, bertabiat seperti api, dan ditemani setan karena kesamaan di berbagai hal antara keduanya. Islam mengharamkan semua praktik perdukunan dan mendatangi dukun karena termasuk dosa besar. Dukun adalah orang hina karena dalam hadis disejajarkan dengan anjing dan tukang zina. Penulis dapat menyimpulkan dari data responden yang terdapat di lapangan adalah bahwa siswa sudah dapat berpikir dengan menggunakan logika secara seutuhnya, alasan ini diperkuat 87 | dengan adanya mata pelajaran Agama Islam di sekolah SDN Jeung Jirigil Tengah, yang sedikitnya memberi pengertian bahwa hanya Allah SWT saja yang mampu menentukan seseorang untuk masuk neraka atau surga, bukan dari perkataan seorang dukun. 4.2.1.10. Pekerjaan Seorang Kyai adalah Mengusir Jin, Syetan dan Siluman Tabel 16 Pekerjaan Seorang Kyai adalah Mengusir Jin, Syetan dan Siluman No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 32 57,14% 2. Salah 24 42,85% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan seorang kyai adalang mengusir jin, syetan, dan siluman ditujukan respon sebanyak 32 responden (57,14%), dan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa kyai adalah orang yang bertugas untuk mengusir jin, syetan dan siluman ditujukan dengan 24 responden (42,85%). Sebagian besar yang menjawab salah, mengatakan bahwa pekerjaan seorang kyai adalah mengaji di mesjid. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (Rakhmat, 2004:219). Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka percaya apa yang digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa kyai bertugas mengusir jin, syetan dan siluman. 88 | 4.2.1.11. Ciri-ciri Seorang Kyai adalah Pakaian Serba Putih, Berjanggut Panjang, Memakai Sorban dan Membawa Tasbih di Tangannya Tabel 17 Ciri-ciri Seorang Kyai adalah Pakaian Serba Putih, Berjanggut Panjang, Memakai Sorban dan Membawa Tasbih di Tangannya No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 51 91,07% 2. Salah 5 8,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan di lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa ciri-ciri seorang kyai adalah: pakaian yang serba putih, berjanggut panjang, memakai sorban, dan membawa tasbih ditangannya, sebanyak 51 responden (91,07%), dan yang menyatakan ‘salah’ sebanyak 5 responden (8,92%). McLuhan (1965), mengatakan bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi adalah bahwa media komunikasi mempengaruhi kebiasaan persepsi dan berpikir kita. Salah satu siswa kelas VI yang menjawab salah pada pernyataan diatas mengaku pada penulis, bahwa kakeknya adalah seorang kyai di daerahnya. Selalu banyak tamu yang datang ke rumah kakeknya untuk meminta nasehat bahkan untuk menyembuhkan penyakit. Kakeknya tidak pernah memakai pakaian serba putih, tidak berjanggut panjang, tidak memakai sorban, juga tidak membawa tasbih di tangannya. 89 | 4.2.1.12. Kyai Dapat Membunuh Siluman dengan Melemparkan Tasbih ke Bagian Kepala Siluman Tabel 18 Kyai Dapat Membunuh Siluman dengan Melemparkan Tasbih ke Bagian Kepala Siluman No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 35 62,5% 2. Salah 21 37,5% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari tabel berikut ini dapat ditarik 35 responden (62,5%) yang menyatakan benar bahwa kyai dapat membunuh siluman dengan melempar tasbih ke bagian kepala siluman, dan sebagian kecil menyatakan salah, 21 responden (37,5%) beranggapan lain. Mereka yang menyatakan salah beranggapan bahwa tasbih berfungsi untuk berdzikir, bukan untuk membunuh siluman. Sebagian responden yang juga menyatakan salah berpendapat bahwa bukan hanya melemparkan tasbih ke bagian kepala saja dapat membunuh siluman, akan tetapi dengan melemparkan ke semua bagian tubuhnya, maka siluman itu akan mati. Bahkan tasbih tidak hanya digunakan oleh muslim, tetapi digunakan juga oleh agama lain khususnya agama budha. Tasbih dapat juga berupa aksesoris. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka responden terbesar meyakini benar dengan melemparkan tasbih ke bagian kepala siluman dapat membunuh siluman tersebut. 90 | 4.2.1.13. Kyai Mempunyai Sifat dan Tingkah Laku yang Baik Tabel 19 Kyai Mempunyai Sifat dan Tingkah Laku yang Baik No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 49 87,5% 2. Salah 7 12,5% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari data 56 responden, 49 responden (87,5%) menyatakan benar, dengan pernyataan kyai mempunyai sifat dan tingkah laku yang baik, sedangkan 7 responden (12,5%) menyatakan salah. Sebagian responden yang menyatakan salah, berpendapat bahwa kyai tidak mempunyai sifat dan tingkah laku baik karena mereka melihat di televisi bahkan di daerahnya sendiri, kyai mempunyai istri banyak, mereka juga menyebutnya dengan istilah poligami. Dengan melakukan itu, kyai telah menyakiti hati orang lain. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbesar bahwa, kyai memang memiliki sifat yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan realita yang ada, seperti seorang kyai tercermin dalam perbuatannya sehari-hari yang sedikit banyak menghabiskan waktu hidupnya untuk berbuat kebajikan dan beribadah dalam kehidupan sehariharinya. 91 | 4.2.1.14. Kyai Selalu Melaksanakan Ibadah Shalat Wajib 5 Waktu Tabel 20 Kyai Selalu Melaksanakan Ibadah Shalat Wajib 5 Waktu No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 51 91,07% 2. Salah 5 8,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa selalu melakukan ibadah shalat wajib 5 waktu, sebanyak 51 responden (91,07%), dan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa kyai selalu melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu sebanyak 5 responden (8,92%). Penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil responden berikut adalah para siswa dapat menyimpulkan adegan sinetron Misteri Illahi dengan kehidupan seorang pemimpin agama atau kyai pada kehidupan mereka sehari-hari, jelasnya mereka sudah dapat memberi penilaian pada status seseorang yang disebut kyai. Responden yang menyatakan salah mengungkapkan bahwa kyai adalah manusia biasa, yang mungkin saja bisa melakukan kesalahan atau lupa tidak melaksanakan shalat. 92 | 4.2.1.15 Kyai Dapat Menyembuhkan Orang yang Kemasukan Makhluk Ghaib Tabel 21 Kyai Dapat Menyembuhkan Orang yang Kemasukan Makhluk Ghaib No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 44 78,57% 2. Salah 12 21,42% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari data 56 responden, 44 responden (78,57%) menyatakan benar, dengan pernyataan kyai dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib, sedangkan 12 responden (21,42%) menyatakan salah. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbesar bahwa, kyai memang dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan yang ada, dengan berbekal ilmu Al’quran dan hafal sebagian besar ayat-ayat yang terdapat dalam Al’quran tersebut sehingga dapat memberikan ajian kepada orang yang kemasukan makhluk ghaib. Seperti pengakuan seorang murid kelas VI, yang bernama Ratih. Siswi tersebut pernah melihat sedikitnya tiga kali orang yang kemasukan makhluk ghaib, dan tidak ada yang bisa menyembuhkan orang itu selain seorang kyai. Sedangkan mereka yang menjawab salah, mengungkapkan bahwa kyai hanya mengaji dan tidak dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib. 93 | 4.2.1.16. Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Ular dalam tayangan “Misteri Illahi” Tabel 22 Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Ular dalam tayangan “Misteri Illahi” No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 18 32,14% 2. Salah 38 67,85% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari data 56 responden, 18 responden (32,14%) menyatakan benar bahwa manusia dapat merubah wujudnya menjadi ular , sedangkan 38 responden (67,85%) menyatakan salah. Dari responden mayoritas, dapat disesuaikan dengan teori Martini Jamaris dalam bukunya “Perkembangan dan Pengembangan Anak”, Pada anak usia 7-12 tahun, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, objek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif. Sebagian kecil anak yang menyatakan benar bahwa manusia dapat merubah wujudnya menjadi ular mengaku setelah menonton tayangan tersebut, salah satu anak tersebut bermimpi bertemu dengan siluman ular. Oleh karena itu, responden tersebut mempercayai bahwa manusia dapat berubah menjadi ular. 94 | Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbesar yang menyatakan manusia tidak dapat merubah wujudnya menjadi ular, Hal ini disebabkan oleh bimbingan orang tua yang sebagian besar menemani anak-anaknya pada saat menonton televisi. Sehingga pada saat anak menonton tayangan tersebut, orang tuanya dapat menjelaskan isi dari tayangan di televisi. 4.2.1.17. Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Serigala dalam tayangan “Misteri Illahi” Tabel 23 Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Serigala dalam tayangan “Misteri Illahi” No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 18 32,14% 2. Salah 38 67,85% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Melihat tabel diatas, 38 responden (67,85%) menyatakan ‘salah’ jika manusia dapat merubah wujudnya menjadi serigala, dan 18 responden (32,14%) menyatakan ‘benar’ bahwa manusia dapat merubah wujudnya menjadi serigala. Dari mayoritas 67,85% responden yang diteliti yaitu anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan VI, memberikan pernyataan bahwa setelah menonton tayangan Misteri Illahi, manusia tidak dapat merubah wujudnya menjadi serigala. Hal ini dapat dilihat juga pada tabel 22, anak-anak yang menjawab benar sangat konsisten dengan pernyataan ini. Mereka tetap berpendapat bahwa manusia dapat berubah menjadi segala jenis siluman. Teori Stern menyatakan bahwa anak yang berusia 9-10 tahun dan 95 | selanjutnya mengamati relasi/hubungan dalam dimensi ruang dan waktu, juga hubungan kausal dari benda-benda dan peristiwa. Penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah sudah dapat membedakan cerita yang ada di tayangan Misteri Illahi dengan realita yang ada. Mereka dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan yang sebenarnya. 4.2.1.18 Manusia yang Meninggal Akan Hidup Lagi Ketika Seekor Kucing Hitam Melangkahi Mayatnya Tabel 24 Manusia yang Meninggal Akan Hidup Lagi Ketika Seokor Kucing Hitam Melangkahi Mayatnya No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 29 51,78% 2. Salah 27 48,21% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel diatas, 29 responden (51,78%) menyatakan bahwa manusia yang meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya. Sedangkan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa manusia yang meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya sebanyak 27 responden (48,21%). Mereka yang merespon dengan percaya bahwa manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya. Salah seorang anak mengaku pernah melihat kejadian tersebut, ketika seorang pamannya meninggal dan ketika orang-orang sedang mengaji, mata 96 | pamannya yang sudah meninggal itu terbuka dan melotot, dia melihat ada kucing berwarna hitam di rumahnya. Proses berpikir selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindera, seperti apa yang dilihat, didengar, dikecap, diraba, dan dicium. (Martini Jamaris, 2006) Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan benar bahwa manusia yang meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya setelah melihat tayangan tersebut di televisi, kemudian mendengar cerita-cerita mistis tersebut di kampungnya yang masih kental dengan nuansa mistis. Berpikir Egosentris 4.2.1.19. Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan, Jin, dan Siluman Tabel 25 Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan, Jin, dan Siluman No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 29 51,78% 2. Salah 27 48,21% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Berdasarkan tabel diatas, 29 responden (51,78%) menyatakan bahwa hari jum’at adalah hari keluarnya syetan, jin, dan siluman, sedangkan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa hari jum’at adalah hari keluarnya syetan, jin, dan siluman sebanyak 27 responden (48,21%). Mereka yang merespon dengan percaya bahwa hari jum’at adalah hari keluarnya jin, syetan, dan siluman termasuk ke dalam berpikir egosentris. Semua kejadian yang terjadi di 97 | sekitar anak-anak mempunyai alasan, tetapi berdasarkan sudut pandangnya sendiri. (Jamaris, 2006). Dalam islam, semua hari adalah hari yang baik. Kita juga harus melakukan sesuatu yang baik setiap harinya. Bahkan hari jum’at adalah hari utama “Sayidul Ayyam”. Dan juga 1 Shiro jatuh pada malam jum’at. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan benar pada pernyataan hari jum’at adalah hari keluarnya jin, syetan, dan siluman adalah karena orang-tua mereka selalu menyampaikan hal tersebut, dan melarang anak-anaknya keluar rumah pada malam jum’at. Dan pengajian dilakukan setiap malam jum’at di desa Jeung Jirigil. Oleh karena itu, anak-anak mempercayai mitos yang sudah beredar sejak lama. 4.2.1.20. Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi untuk Mencari Uang Tabel 26 Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi untuk Mencari Uang No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 42 75% 2. Salah 14 25% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari 56 responden, sebanyak 42 responden (75%) menyatakan benar dengan pernyataan bahwa manusia berubah wujud menjadi babi untuk mencari uang. Sedangkan sisanya 14 responden (25%) menyatakan salah. Orang-orang yang berada disekitar anak, baik orang tua maupun guru berperan dalam mengembangkan psikososial anak. (Jamaris, 2006). Dan menurut 98 | pengakuan Galuh, siswi kelas V yang pernah diceritakan hal tersebut adalah benar oleh orang yang berada disekitarnya. Jadi sampai saat ini, sisiwi tersebut mempercayai hal itu. Penulis dapat menyimpulkan dari data responden yang terdapat di lapangan, peran orang tua dan guru sangat penting, perlu memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima oleh anak-anak tersebut. Pada kenyataannya, di daerah Jeung Jirigil ini masih mempercayai mitos yang berkembang di masyarakat. 4.2.1.21. Dukun yang Mempunyai Dendam pada Seseorang akan Membalasnya dengan Ilmu Santet Tabel 27 Dukun yang Mempunyai Dendam pada Seseorang akan Membalasnya dengan Ilmu Santet No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 43 76,78% 2. Salah 13 23,21% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari 56 responden, sebanyak 43 responden (76,78%) menyatakan benar dengan pernyataan bahwa dukun yang mempunyai dendam pada seseorang akan membalasnya dengan ilmu santet. Sedangkan sisanya 13 responden (23,21%) menyatakan salah. Ada empat macam perdukunan: 1. Berita yang didapat dari jin pencuri kabar langit, seperti yang disinggung oleh firman Allah SWT., “akan tetapi barang siapa yang mencuri –curi maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang”. 99 | 2. Berita yang dikabarkan oleh jin pendampingnya tentang orang lain. 3. Perkiraan dan tebakan. 4. Eksperimen dan adat. 4.2.1.22. Siluman dapat Melihat Peristiwa yang Sedang Terjadi Melalui Air Tabel 28 Siluman dapat Melihat Peristiwa yang Sedang Terjadi Melalui Air No. Jawaban Satuan Persentase 1. Benar 34 60,71% 2. Salah 22 39,28% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa siluman dapat melihat peristiwa yang terjadi melalui air ditujukan respon sebanyak 34 responden (60,71%), dan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa siluman dapat melihat peristiwa yang sedang terjadi melalui air ditujukan dengan 22 responden (39,28%). Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (Rakhmat, 2004:219). Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka percaya dengan apa yang digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa siluman dapat melihat peristiwa yang sedang terjadi melalui air. 100 | 4.2.1.23. Jin Berwajah Seram dan Berbadan Besar Tabel 29 Jin Berwajah Seram dan Berbadan Besar No. Jawaban Satuan Persentase 1. Setuju 42 75% 2. Tidak Setuju 14 25% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Melihat tabel diatas, 42 orang (75%) menyatakan bahwa Jin berwajah seram dan berbadan besar, dan sebanyak 14 orang (25%) menyatakan bahwa jin tidak berwajah seram dan berbadan besar. AL Qur’an menerangkan bahwa perbedaan jin dan setan itu ada yang kafir dan muslim. Artinya bahwa jin itu ada yang kafir dan ada pula yang muslim. Hal ini diterangkan dalam surat Al-Jin ayat 14 : “Dan sesungguhnya, di antara kami (bangsa jin) ada orang-orang yang taat (muslim) dan ada juga yang pembangkang atau menyimpang dari kebenaran.”(Q.S. Al-Jin 14) Kembali kepada pengertian secara bahasa bahwa kata jin berarti tertutup. Dengan demikian kita sulit untuk melihat jin secara biasa. Kita tidak mungkin bisa menatap jin dengan cara seperti kita lakukan untuk memandang bangsa manusia. Sebab jin adalah makhluk halus 101 | yang tempat telinganya sama dengan malaikat. Jika jin mempengaruhi manusia maka hampir manusia yang dipengaruhi itu tak menyadarinya. Sebaliknya jika kita tak dapat melihat Jin dengan jelas maka Jin bisa melihat manusia dengan mudah. Sebagian responden menyatakan jin itu wanita cantik, hal ini karena responden tersebut pernah menonton tayangan “Jinny Oh Jinny” di televisi. 4.2.1.24. Kuntilanak adalah Jin Wanita yang Memiliki Rambut Panjang Tabel 30 Kuntilanak adalah Jin Wanita yang Memiliki Rambut Panjang No. Jawaban Satuan Persentase 1. Setuju 36 64,28% 2. Tidak Setuju 20 35,71% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa kuntilanak adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang ditujukan respon sebanyak 36 responden (64,28%), dan yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa kuntilanak adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang ditujukan dengan 20 responden (35,71%). Responden yang tidak setuju mengemukakan pendapatnya, bahwa kuntil anak bukan jin wanita tetap syetan wanita yang tidak selalu mempunya rambut yang panjang. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka percaya apa yang digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa kuntilanak adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang. 102 | Sebagian ulama berpendapat setan dan jin itu beda, walaupun proses penciptaannya sama. Iblis adalah kakek moyang setan, atau Jin adalah kakek moyang setan yang terbuat dari api, tetapi jin dapat dibedakan menjadi dua bagian yakni Jin yang taat dan Jin yang pembangkang (Maulana, 2002:12-14). Jin yang baik dan soleh dilukiskan dalam salah satu hadits : “Sesungguhnya telah datang kepadaku utusan jin dari Nashibin dan mereka sebaik-baiknya jin…” (HR. Tirmidzi) Sementara jin-jin kafir pekerjaanya akan terus mengganggu tidak hanya kepada NabiNabi, namun juga kepada umat manusia. Mereka akan datang dan menggoda dari berbagai penjuru. Firman Allah dalam surat Al-A’raf 16-17 menerangkan : “Iblis (jin-jin kafir) itu menjawab “karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangkan mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (Q.S. Al-A’raf 16-17) 103 | 4.2.1.25. Dukun Selalu Memakai Pakaian Warna Hitam Tabel 31 Dukun Selalu Memakai Pakaian Warna Hitam No. Jawaban Satuan Persentase 1. Setuju 46 82,14% 2. Tidak Setuju 10 17,85% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa ciri seorang dukun selalu memakai pakaian warna hitam, sebanyak 46 responden (82,14%), dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 10 responden (17,85%). Responden yang tidak setuju menyatakan bahwa ada juga dukun yang memakai pakaian berwarna putih, bahkan seseorang pernah melihatnya. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil responden berikut adalah bahwa tayangan di televisi dapat mengubah persepsi pada manusia khususnya anak-anak. 4.2.1.26. Kyai adalah Orang Baik yang Tidak Pernah Membunuh Tabel 32 Kyai adalah Orang Baik yang Tidak Pernah Membunuh No. Jawaban Satuan Persentase 1. Setuju 51 91,07% 2. Tidak Setuju 5 8,92% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian 104 | Dari tabel berikut ini dapat ditarik 51 responden (91,07%) yang menyatakan setuju bahwa kyai adalah orang baik dan tidak pernah membunuh, dan sebagian kecil menyatakan tidak setuju, 5 responden (8,92%) beranggapan lain. Responden yang menyatakan salah, sebelumnya diungkit di tabel 19 bahwa kyai yang tidak pernah membunuh bukan berarti orang yang baik, karena banyak dari kyai tersebut yang melakukan poligami, dan itu sangat jelas dapat menyakiti hati orang lain. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka responden terbesar meyakini bahwa kyai adalah orang baik dan tidak pernah membunuh. 4.2.1.27. Siluman Ular adalah Manusia yang Dikutuk Tabel 33 Siluman Ular adalah Manusia yang Dikutuk No. Jawaban Satuan Persentase 1. Setuju 28 50% 2. Tidak Setuju 28 50% 56 100 % Jumlah n = 56 Sumber : Angket Penelitian Dari data 56 responden, 28 responden (50%) menyatakan setuju, dengan pernyataan siluman ular adalah manusia yang dikutuk, dan 28 responden (50%) menyatakan tidak setuju. Responden yang menyatakan setuju berpendapat bahwa siluman ular adalah manusia yang melakukan kesalahan, dan tidak berbakti kepada orang-tua, kemudian orang-orang yang tidak menyukai orang tersebut, mengutuk manusia itu agar menjadi ular. 105 | TABEL KUMULATIF Tabel 34 Berpikir Simbolis No Kategori Jumlah Responden 1. Tinggi 21 31 – 36 2. Cukup 31 24 – 30 3. Rendah 4 18 – 23 n = 56 Tabel kumulatif di atas, menunjukkan bahwa berpikir simbolis anak dengan kategori tinggi (31-36) terdapat 21 anak, berpikir simbolis anak dengan kategori cukup (24-30) terdapat 31 anak, sedangkan sisanya 4 anak berpikir simbolis dengan kategori rendah (18-23). Maksudnya adalah, mayoritas 21 anak dengan kategori tinggi (31-36) termasuk ke dalam periode sintese-fantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan Sedangkan, anak dengan kategori cukup (24-30) termasuk ke dalam Periode realisme naif. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubunghubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan konkrit. Jawaban responden minoritas termasuk ke dalam kategori rendah 106 | (18-23) terdapat 4 anak termasuk ke dalam periode Periode realisme kritis. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. Hal ini dapat membuktikan bahwa anak-anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan kelas VI dengan kisaran usia 11-12 tahun, masih tidak bisa atau sulit membedakan antara fantasi dengan kenyataan, tidak berpikir secara logis. Orang-tua dan guru sangat berperan penting dalam perkembangan seorang anak, sebaiknya tidak memberikan cerita-cerita takhayul. Membimbing anak dalam pertumbuhannya, juga memberikan jawaban-jawaban masuk akal yang dapat diterima oleh anak. Tabel 35 Berpikir Egosentris No Kategori Jumlah Responden 1. Tinggi 28 16 – 18 2. Cukup 24 12 – 15 3. Rendah 4 9 – 11 n = 56 107 | Tabel kumulatif di atas, menunjukkan bahwa berpikir egosentris anak dengan kategori tinggi (16-18) terdapat 28 anak, berpikir egosentris anak dengan kategori cukup (12-15) terdapat 24 anak, sedangkan sisanya 4 anak berpikir egosentris dengan kategori rendah (9-11). Maksudnya dari pernyataan di atas adalah, mayoritas 28 anak dengan kategori tinggi (31-36) termasuk ke dalam periode sintese-fantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan Sedangkan, 24 anak dengan kategori cukup (12-15) termasuk ke dalam Periode realisme naif. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubunghubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan konkrit. Jawaban responden minoritas termasuk ke dalam kategori rendah (9-11) terdapat 4 anak termasuk ke dalam periode Periode realisme kritis. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. Hal ini dapat membuktikan bahwa anak-anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan kelas VI dengan kisaran usia 11-12 tahun masih berpikir egosentris. Belum pintar menilai tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju. Belum mampu mengklasifikasikan objek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, dan berpikir sesuai dengan cara pikirannya menilai sesuatu. 108 | BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun televisi Indosiar. Mayoritas 21 anak dengan kategori tinggi (31-36) termasuk ke dalam periode sintesefantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan Tabel kumulatif pada bab sebelumnya juga menunjukkan hal yang sama, hampir seluruh siswa kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah berpikir simbolis, masih belum bisa membedakan kenyataan dan fantasi. Tayangan “Misteri Illahi” sangat berpengaruh pada perkembangan berpikir anak mengenai agama. Terlebih dengan munculnya tokoh-tokoh yang menyeramkan dan adegan-adegan perkelahian. 2. Berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun televisi Indosiar. Anak SDN Jeung Jirigil kelas V dan kelas VI masih berpikir egosentris, hal ini dapat dilihat di tabel kumulatif. Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap peristiwa pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir tentang setuju atau tidak setuju terhadap 109 | penokohan pada tayangan reigitainment Misteri Illahi. Anak-anak tersebut belum bisa menggunakan logikanya dan tidak dapat menilai hal-hal yang dianggap benar atau tidak benar. Dampak tayangan sinetron bernuansa mistis terhadap logika berpikir anak, bisa membuat sugesti berlebihan terutama pada anak-anak di bawah umur yang dapat dengan mudah menontonnya karena jam penayangannya yang tidaklah terlalu malam. 5.2. Saran 5.2.1. Saran Pendidik (Orang Tua dan Guru) Orang tua dan guru sangat berperan penting dalam perkembangan anak-anak, sebaiknya perlu: a. Mendampingi anak-anak pada saat menonton televisi b. Memilihkan acara yang tepat untuk anak-anak c. Menjelaskan tayangan di televisi d. Memberikan arahan pada anak-anak e. Menjawab pertanyaan-pertanyaannya tanpa berlebihan f. Tidak menakut-nakuti anak-anak dengan cerita mistis 5.2.2. Saran Lembaga Permasalahan yang penulis kemukakan diatas adalah, mengenai Aspek berpikir anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi”. Dalam dunia Islam, jin dan setan bukanlah satu-satunya tema yang bisa diketengahkan. Islam tidak hanya soal jin, sebagaimana Islam tidak hanya soal syari’at dan fiqh. Banyak sekali aspek dalam Islam yang bisa dieksplorasi, mulai dari spiritual (sufisme), sosial, politik, budaya, 110 | kemanusiaan, ekonomi. Dari etika, ada soal kejujuran, keberanian moral, kedermawanan, keadilan, dan banyak lagi. Banyak sekali tema-tema soal kehidupan yang bisa dieksplorasi, dan tidak harus eksplisit keislamannya, sebagaimana tidak harus ada ustadz yang menyimpulkan segalanya dan mematikan kreativitas penonton untuk menafsirkan yang berbeda. Mulai dari soal kemiskinan, pengangguran, rumah tangga, keluarga, hingga lingkungan kerja dan kenegaraan. Mulai dari genre anak-anak, musikal,drama, komedi, hingga yang dianggap art film. Misalnya saja Kiamat Sudah Dekat, Ketika (keduanya karya Deddy Mizwar), atau Rindu Kami Pada-Mu (Garin Nugroho). Kita harusnya berkaca kepada kreativitas Iran, yang mayoritas memilih neo-realisme dan mengeksplorasi banyak tema tanpa terjebak dengan syaria’t yang mengungkung, atau lembaga sensor yang memagari. Atau, kepada negara-negara tetangga, seperti Thailand atau Korea, yang sangat cepat perkembangan perfilmannya. Tema jin pada akhirnya membuat sinetron-sinetron “islami” itu berakhir dengan kondisi tidak jauh beda dengan lawan-lawannya. Karena tema jin yang mendominasi layar kaca itu bukanlah yang tema dan masalah utama umat Islam di negeri ini. Masih banyak lagi tema. Kehadiran ayat-ayat al-Qur’an dan ustadz disana tak lebih dari peran ulama dalam film horor 1980an macam Sundel Bolong: sama-sama pengusir setan. Padahal, katanya al-Qur’an adalah panduan seluruh hidup kita, dan agama adalah sebuah dien, sistem hidup kita. Tetapi mengapa masih saja berkutat pada setan dan jin? Apakah karena, kalau kita mengeksplorasi tema lain, akan ditinggal investor atau penonton? Belum lagi dari segi plot, karakteristik, dan unsur-unsur lainnya dari sebuah skenario. Tidak ada bedanya. Temanya masih hitam-putih, kelihatan benar jagoan yang pasti menang. Karakter tidak digarap dengan dalam dan baik. Plot sudah terang benderang, dan, lebih parah 111 | lagi, bahkan diberikan kesimpulan oleh seorang ustadz di akhir acara yang membatasi bahkan mengarahkan apresiasi dan penafsiran pembacanya. Dialog-dialog juga tidak lancar. Intinya: tidak ada beda antara yang dikritik dan yang mengkritik, antara dia dan lawan-lawannya. Anak membutuhkan tontonan yang mencerahkan, yang menangkap masalah umat yang sebenarnya yang ada dalam realitas hidup. Anak membutuhkan tontonan yang mengatasi masalah tanpa masalah. Untuk Indosiar, diharapkan acara ini diganti dengan tayangan yang meendidik. 5.2.3. Saran Peneliti Selanjutnya Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan sebaiknya dapat lebih teliti dalam mengupas tayangan religitainment. Mengenai sugesti pada anak setelah menonton tayangan religitainment, bisa juga mengenai fantasi atau ketakutan pada anak setelah menonton tayangan religitainment. 112 | DAFTAR PUSTAKA • Dawud, Muhammad, Isa, 1995, Dialog dengan Jin Muslim, Pustaka Hidayah, Bandung. • Effendy, Onong, Uchjana, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. • Gerungan, 2004, Psikologi Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung. • Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan anak, PT. Grasindo, Jakarta. • Kartono, Kartini, 1995, Psikologi Anak, Mandar Maju, Bandung. • Poedjawijatna, 2004, Logika Filsafat Berpikir, Rineka Cipta, Jakarta. • Rakhmat, Jalaluddin, 2005, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. • Rakhmat, Jalaluddin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. • Salamah, Bassam, 2004, Penampakan Dari Dunia Lain, Hikmah, Bandung. • Severin, Werner & Tankard, James, 2005, Teori Komunikasi, Prenada Media, Jakarta. • Suhamihardja, Agraha, Suhandi, 2003, Logika sebagai Seni Berpikir, Fakultas Sastra Unpad, Bandung. • Djuharie, O. Setiawan, 2001, Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi, Yrama Widya, Bandung. Sumber Lain : • www. yahoo.com • www.google.com Public Relations No. Angket (Di isi oleh penulis) ANGKET PENELITIAN Petunjuk pengisian angket : 1. Mohon adik membaca setiap pertanyaan di dalam angket ini dengan teliti dan seksama agar tidak terjadi kesalahan dalam menjawab. 2. Pilihlah jawaban yang adik anggap paling tepat kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang adik pilih. A. DATA RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia : a. 10-11 tahun b. 12-13 tahun c. Lebih dari 13 tahun 3. Pekerjaan Orang Tua : a. Pegawai Negeri b. Pegawai Swasta c. Wiraswasta d. Lainnya, …………………..(isi sendiri) 4. Memiliki televisi di rumah : a. Ya b. Tidak 5. Berapa kali menonton acara Misteri Illahi dalam satu bulan : a. 1-3 kali b. 4-6 kali c. 7-9 kali d. Lebih dari 9 kali 6. Menyukai tayangan sinetron Misteri Illahi : a. Ya b. Tidak B. No DATA PENELITIAN Pernyataan berdasarkan isi tayangan 1. Siluman pada tayangan Misteri Illahi ada di sekitar kita. 2. Siluman pada tayangan Misteri Illahi dapat mengganggu kita. 3. Siluman ular dan serigala pada tayangan Misteri Illahi dapat membunuh kita. 4. Syetan, jin, dan siluman berkeliaran di sekitar kita hanya pada malam hari, karena setelah matahari terbit syetan, jin, dan siluman akan terbakar. 5. Manusia dapat melihat syetan, jin, dan siluman di kuburan. 6. Dukun adalah orang sakti yang dapat mengetahui segala hal dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya. 7. Dukun dapat mengubah manusia menjadi siluman hanya dengan bertapa di gunung. 8. Dengan menusukkan jarum ke dalam tubuh boneka, dukun dapat membunuh manusia. Benar Salah No 9. Pernyataan berdasarkan isi tayangan Ketika seorang dukun mengucapkan mantera: “matilah ke neraka!!” pada seseorang maka orang itu akan meninggal dan masuk neraka. 10. Pekerjaan seorang kyai adalah mengusir jin, syetan, dan siluman. 11. Ciri-ciri dari seorang kyai adalah: Pakaian yang serba putih, berjanggut panjang, memakai sorban, dan membawa tasbih di tangannya. 12. Kyai dapat membunuh siluman dengan melemparkan tasbih ke bagian kepala siluman. 13. Kyai mempunyai sikap dan tingkah laku yang baik. 14. Kyai selalu melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu. 15. Kyai dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib dengan memberikan air minum yang sebelumnya sudah diberikan ajian selama 7 hari 7 malam. 16. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, manusia dapat merubah wujudnya menjadi seekor ular. 17. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, manusia dapat merubah wujudnya menjadi seekor serigala. 18. Manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing yang berwarna hitam melangkahi mayatnya. Benar Salah No Pernyataan berdasarkan isi tayangan 19. Hari Jum’at adalah hari keluarnya syetan, jin, dan siluman. 20. Manusia berubah wujud menjadi babi untuk mencuri uang. 21. Dukun yang mempunyai dendam pada seseorang akan membalasnya dengan ilmu santet. 22. Siluman dapat melihat peristiwa yang sedang terjadi melalui air. 23. Jin berwajah seram dan berbadan besar. 24. Kuntilanak adalah jin wanita yang mempunyai rambut panjang. 25. Dukun selalu memakai pakaian berwarna hitam. 26. Kyai adalah orang yang baik dan tidak pernah membunuh. 27. Siluman ular adalah manusia yang dikutuk Benar Salah Cooding Book COODING BOOK NO KOLOM VARIABEL 1-2 1 3 KODE A. DATA RESPONDEN 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki 1 2 b. Perempuan 2. Usia Responden 2 4 a. 10-11 tahun 1 b. 12-13 tahun 2 c. Lebih dari 13 tahun 3 3. Pekerjaan / Profesi Orang Tua Responden 3 5 a. Pegawai Negeri 1 b. Pegawai Swasta 2 c. Wiraswata 3 d. Lainnya, sebutkan 4 4. Memiliki Televisi di rumah 4 6 a. Ya 1 b. Tidak 2 5. Berapa kali menontton acara Misteri Illahi dalam satu bulan 5 7 a. 1-3 kali 1 b. 4-6 kali 2 c. 7-9 kali 3 d. Lebih dari 9 kali 4 6. Menyukai tayangan sinetron Misteri Illahi 6 8 a. Ya 1 b. Tidak 2 B. DATA PENELITIAN I. PERNYATAAN BERDASARKAN ISI TAYANGAN 7 9 1. Siluman pada tayangan Misteri Illahi ada di sekitar kita a. Benar 2 b. Salah 1 2. Siluman pada tayangan Misteri Illahi dapat 8 10 mengganggu kita a. Benar 2 b. Salah 1 3. Siluman ular dan serigala pada tayangan Misteri 9 11 Illahi dapat membunuh kita a. Benar 2 b. Salah 1 4. Syetan, jin dan siluman berkeliaran disekitar kita hanya pada malam hari, karena setelah mataharai 10 12 terbit syetan, jin dan siluman akan terbakar a. Benar 2 b. Salah 1 5. Manusia dapat melihat syetan, jin dan siluman 11 13 dikuburan a. Benar 2 b. Salah 1 6. Dukun adalah orang sakti yang dapat mengetahi segala hal dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya 12 14 a. Benar 2 b. Salah 1 7. Dukun dapat mengubah manusia menjadi 13 15 siluman hanya dengan betapa di gunung a. Benar 2 b. Salah 1 8. Dengan memasukan jarum kedalam tubuh 14 16 boneka, dukun dapat membunuh manusia a. Benar 2 b. Salah 1 9. Ketika seorang dukun mengucapkan mantera; 15 17 “matilah ke neraka!!” pada seseorng maka orang itu akan meninggal dan masuk neraka a. Benar 2 b. Salah 1 10. Pekerjaan seorang Kyai adalah mengusir jin, 16 18 syetan, dan siluman a. Benar 2 b. Salah 1 11. Ciri-ciri dari seorang Kyai adalah: pakaian 17 19 yang serba putih, berjanggut panjang, memakai sorban, dan membawa tasbih a. Benar 2 b. Salah 1 12. Kyai dapat membunuh siluman hanya dengan melempar tasbih ke bagian kepala siluman 18 20 a. Benar 2 b. Salah 1 13. Kyai mempunyai sikap dan tingkah laku yang 19 21 baik a. Benar b. Salah 2 1 14. Kyai selalu melaksanakan ibadah 5 waktu 20 22 a. Benar 2 b. Salah 1 15. Kyai dapat menyembuhkan orang yang 21 23 kemasukan makhluk ghaib dengan memberikan air minum yang sebelumnya sudah diberikan ajian 7 hari 7 malam a. Benar 2 b. Salah 1 16. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, 22 24 manusia dapat merubah wujudnya menjadi seekor ular a. Benar 2 b. Salah 1 17. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, 23 25 manusia dapat merubah wujudnya menjadi seekor Serigala a. Benar 2 b. Salah 1 18. Manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi 24 26 ketika seekor kucing yang berwarna hitam melangkahi mayatnya a. Benar 2 b. Salah 1 19. Hari Jum’at adalah hari kluarnya syetan, jin dan 25 27 siluman a. Benar 2 b. Salah 1 20. Manusia berubah wujud menjadi babi untuk 26 28 mencari uang a. Benar 2 b. Salah 1 21. Dukun yang mempunyai dendam pada 27 29 seseorang akan membalasnya dengan ilmu santet a. Benar 2 b. Salah 1 22. Siluman dapat melihat peristiwa yang sedang 28 30 terjadi melalui air a. Benar 2 b. Salah 1 23. Jin berwajar seram dan berbadan besar 29 31 a. Benar 2 b. Salah 1 24. Kuntilanak adalah jin wanita yang mempunyai 30 32 rambut panjang a. Benar 2 b. Salah 1 31 33 25. Dukun selalu memakai pakaian berwarna hitam a. Benar 2 1 b. Salah 26. Kyai adalah orang yang baik dan tidak pernah 32 34 membunuh a. Benar 2 b. Salah 1 27. Siluman ular adalah manusia yang dikutuk 33 35 a. Benar b. Salah 2 1 COODING SHEET NO 1 2 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Data Responden 3 4 5 6 7 8 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 2 1 3 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 1 3 1 1 2 3 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 3 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1 4 1 9 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 10 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 11 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 12 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 13 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 14 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 15 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 16 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 17 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 18 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 Data Penelitian 20 21 22 23 24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 26 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 28 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 29 30 31 32 33 34 35 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 3 1 2 1 1 1 2 1 3 3 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 4 2 3 1 4 2 3 3 3 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nita Herlianawati Tempat/Tgl Lahir : Rangkas / 24-November-1984 Agama : Islam Nama Ibu : Hj. Neneng Rohayati, SE Nama Ayah : H. E. Soehaeris, Drs., MM Anak Ke : 1 (satu) Pendidikan : 1989 – 1990 : TK Gelatik Pandeglang, Banten 1990 – 1996 : SDN IV Pandeglang, Banten 1996 – 1999 : SLTPN I Pandeglang, Banten 2000 – 2002 : SMUN I Pandeglang, Banten Pendidikan Informal : 2000 – 2001 : General English LB LIA 2004 – 2005 : Conversation EF Bandung Pengalaman Pelatihan : - Pelatihan PMB Fikom Unisba, Bandung, 2002 - Pelatihan anggota osis SMUN I Pandeglang, Banten, 2002 - Pelatihan anggota Drumband se-propinsi, Banten, 2000