hubungan antara tayangan religitainment

advertisement
PERINGATAN !!!
Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan
referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila
Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan
pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan
karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
DAMPAK TAYANGAN RELIGITAINMENT “MISTERI ILLAHI”
TERHADAP ASPEK BERPIKIR ANAK
Suatu studi deskriptif mengenai dampak tayangan religitainment “misteri illahi” di
stasiun televisi Indosiar terhadap aspek berpikir anak SDN Jeung Jirigil Tengah
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian memperoleh
gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh :
Nita Herlianawati
10080002357
Bidang Kajian Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2007
Public Relations
After she heard it, she just looked at me,
For a moment, smiled, laughed humorlessly for
a while and said, “Well, everything happens in
God’s time, not ours, not yours..” And I believe
so.. I would like to thank my Savior, Allah SWT..
I am truly blessed...........
Motto :
" Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar"." (Q.S.Luqman : 13)
ABSTRAK
Menjamurnya sinetron religi pada kurun waktu terakhir ini memberi warna
tersendiri dalam kancah entertainment kita. Namun arus deras religiusitas di dunia
hiburan ini menyimpan tanda tanya besar. Pasalnya industri hiburan identik dengan
life style yang glamour. Sedangkan agama mengandaikan sesuatu yang suci. Dua hal
yang saling bertentangan ini dikawinkan dalam bentuk sinetron, maka lahirlah
sinetron religi. Sebagai bagian dari industri hiburan, sinetron memiliki ciri yang khas.
Sentuhannya yang langsung mengena kehidupan sehari-hari, mendapat tempat
tersendiri di relung kalbu masyarakat. Sinetron umumnya mengikuti trend yang
sedang aktual. Sebagai contoh, percintaan remaja, kehidupan glamour dan mistik.
Tema-tema tersebut silih berganti menjadi main stream sinetron kita. Dan berkat
dialektika sinetron inilah, akhirnya kehidupan keagamaan menjadi tema yang laris
manis.
Sinetron Misteri Illahi pemutarannya ditayangkan prime time mulai pukul
20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Ditayangkan ulang setiap hari pada pukul 13.00 WIB
sampai 15.00 WIB. Dalam jam tayang ini, anak-anak bisa melihat tayangan sinetron
yang bernuansa religi itu dan dibungkus dengan kesan mistis. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
penulis mengidentifikasi masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana aspek berpikir
simbolis dan aspek berpikir egosentris pada anak SDN Jeung Jirigil kelas V dan kelas
VI terhadap tayangan religitainment ”Misteri Illahi” di Indosiar. Hampir seluruh siswa
kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah berpikir simbolis, masih belum bisa
membedakan kenyataan dan fantasi.
Tayangan “Misteri Illahi” sangat berpengaruh pada perkembangan berpikir
anak mengenai agama. Terlebih dengan munculnya tokoh-tokoh yang menyeramkan
dan adegan-adegan perkelahian. Mereka juga masih berpikir secara egosentris
Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap peristiwa pada tayangan
religitainment Misteri Illahi. Berpikir tentang setuju atau tidak setuju terhadap
penokohan pada tayangan reigitainment Misteri Illahi. Anak-anak tersebut belum bisa
menggunakan logikanya dan tidak dapat menilai hal-hal yang dianggap benar atau
tidak benar. Dampak tayangan sinetron bernuansa mistis terhadap logika berpikir
anak, bisa membuat sugesti berlebihan terutama pada anak-anak di bawah umur yang
dapat dengan mudah menontonnya karena jam penayangannya yang tidaklah terlalu
malam.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya karena berkat pertolongan-Nya lah penulis
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat akhir untuk memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “aspek berpikir anak terhadap
tayangan religitainment Misteri Illahi” ini masih terdapat kekurangan, bahkan jauh
dari kesempurnaan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki
penulis. namun dengan penuh kesabaran dan ketekunan serta bimbingan, dorongan
secara moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Yusuf Hamdan, Drs., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung, atas jasanya yang selalu memberikan kemudahan izin
dan prosedur kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
2. Bapak Oji Kurniadi, Drs., M.Si selaku Dosen pembimbing I atas segala bantuan,
bimbingan dan waktu yang diberikan, serta koreksi yang tak terhingga nilainya
yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Dan selaku
Ketua Bidang Kajian Public Relations, yang telah banyak memberikan gambaran
dan arahan bagaimana ruang lingkup kerja kajian Public Relations.
3. Bapak M.E. Fuady S.Sos selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak
memberikan bimbingan, dorongan, serta pengarahan kepada penulis selama dalam
penulisan hingga selesainya pembuatan skripsi ini.
ii
4. Bapak Satya Indra Karsa. Drs selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan serta dorongannya selama masa perkuliahan kepada penulis.
5. Bapak Wawang Kuswanto yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk
membantu saran dan moril.
6. Seluruh Pimpinan Fakultas Ilmu Komunikasi beserta segenap Staf pengajar dan
staf administrasi yang telah banyak membantu penulis selama menempuh
pendidikan di Bidang Kajian Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung.
7. Bapak Gufroni Sakaril selaku Humas PT. Indosiar Visual Mandiri, dan Mba Esty
Muthia yang telah memberikan data selengkapnya yang penulis butuhkan, juga
dukungan moril yang sangat berharga. Juga seluruh Staf Indosiar yang begitu
ramah melayani.
8. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SDN Jeung Jirigil Tengah yang telah
memberikan kemudahan dalam penyebaran angket, Murid kelas V dan kelas VI
yang telah membantu dan meluangkan waktu istirahatnya untuk penulis.
9. Orang tua ku tercinta di Banten “Mama-Papa” yang telah memberikan doanya,
kasih sayangnya juga dorongan yang tak ternilai kepada penulis, I’m still trying so
hard to be the best daughter I can be for the both of you here, hopefully I won’t let
you down. Begitu juga, my one and only sister, Dedoy. Can’t even envision a
better sister for me and the most greatest sibling I’d ever known in life.
10. Ridhanto Pratomo “Mas Dito” yang membuat penulis kembali bersemangat dan
termotivasi untuk kembali berjuang menyelesaikan skripsi ini, seseorang yang
kehadirannya patut disyukuri. Lucu dengan segala kejayusannya, unik dengan
segala keanehannya, sempurna dengan segala kekurangannya.
iii
11. Kakekku (Alm) dan nenekku, terima kasih banyak atas kasih sayang dan doanya
selama ini. Keluarga besar di Purwakarta dan Rangkas Bitung terima kasih atas
dorongan dan doanya.
12. Sahabat-sahabatku di kampus yang sudah sabar dan selalu memberikan dorongan,
motivasi, semangat, masukan kepada penulis agar cepat dalam menyelesaikan
skripsi ini: Dina, Mira, Rima, Lidya, Selvi, Ruci, Pinky, Dinar, Ivey, Titiek, Novi,
Kharis, Aji, Gamma, Dian, Tebe, dan teman-teman seperjuangan Public Relations,
teman-teman Mankom, dan teman-teman Jurnalistik.
13. Sahabat-sahabatku di Ranggamalela 25 : Chichi, Intan, Udin, Apri, Ray, Wibi,
atas dukungan dan canda-tawanya, yang membuat hidup lebih menyenangkan.
14. Semua pihak ataupun teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu kelancaran dalam menyusun skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik. Akhir
kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan ilmiah bagi yang memerlukan dan membutuhkan…amien..
Wassalamualaikum,Wr.Wb
Bandung, Agustus 2007
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................
9
1.3. Identifikasi Masalah ..................................................................
9
1.4. Tujuan Penulisan ......................................................................
10
1.5. Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah
1.5.1. Pembatasan Masalah ........................................................
10
1.5.2. Pengertian Istilah ..............................................................
11
1.6. Alasan Pemilihan Masalah……………………………………..
12
1.7. Kegunaan Penelitian....................................................................
13
1.8. Anggapan Dasar .........................................................................
14
1.9. Operasionalisasi Variabel .........................................................
16
1.10. Metodologi
1.10.1. Metode Penelitian .......................................................
16
1.10.2. Teknik Pengumpulan data ..........................................
17
v
1.11. Populasi dan Sampel.................................................................
18
1.12. Organisasi Karangan...............................................................
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Komunikasi......................................................
23
2.2. Pengertian Komunikasi Massa....................................................
26
2.3. Proses Komunikasi Massa...........................................................
28
2.4. Karakteristik Komunikasi Massa................................................
29
2.5. Uses and Gratification Theory....................................................
30
2.6. Efek Komunikasi Massa..............................................................
32
2.7. Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan Religitainment......
34
2.8. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa................................
38
2.8.1. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa.............
40
2.8.2. Kelebihan dan Kekurangan Televisi....................................
42
2.9. Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak......................
43
2.10. Tinjauan Sinetron........................................................................
46
2.11. Tinjauan Aspek Kognitif.............................................................
48
2.12. Tinjauan Berpikir.........................................................................
50
2.13. Tinjauan Anak.............................................................................
52
2.13.1. Fase Praoperasional............................................................
53
2.13.2. Pikiran, Ingatan, dan Fantasi Anak...................................
54
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM TINJAUAN PENELITIAN
3.1. Sejarah Singkat Perusahaan........................................................
57
3.2. Logo PT. Indosiar Visual Mandiri., Tbk ....................................
62
3.3. Struktur Organisasi Perusahaan dan
Mekanisme Kerja Perusahaan .....................................................
63
3.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan…………………………..
63
3.3.2. Mekanisme Kerja Perusahaan…………………………….
65
3.4. Visi dan Misi Perusahaan ...........................................................
66
3.5. Aktivitas Perusahaan ..................................................................
67
3.6. Tayangan Religitainment Misteri Illahi………………………..
67
3.7. Sejarah SDN Jeung Jirigil Tengah………………………………
69
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif Data Responden……………………………
72
4.1.1. Jenis Kelamin Responden.................................................
73
4.1.2. Usia Responden……………............................................
74
4.1.3. Pekerjaan Orang Tua Responden………………………..
75
4.1.4. Memiliki Televisi………………………………………...
76
4.1.5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi……………
77
4.1.6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi………………………
78
vii
4.2. Analisis Deskriptif Data Penelitian…………………………...
78
4.2.1. Analisis Deskriptif Format Dasar Tayangan
Religitainment Misteri Illahi dalam
Aspek Berpikir Anak …………………………….........
79
4.2.1.1. Siluman pada Tayangan……………………………
79
4.2.1.2. Siluman dapat Mengganggu……………………….
80
4.2.1.3. Siluman Ular dan Serigala dapat Membunuh kita…
81
4.2.1.4. Syetan, Jin, dan Siluman di Malam Hari………….
82
4.2.1.5. Manusia dapat Melihat Syetan, Jin, dan Siluman
di kuburan…………………………………………..
83
4.2.1.6. Dukun adalah Orang Sakti…………………………… 84
4.2.1.7. Dukun dapat Mengubah Manusia……………………. 85
4.2.1.8. Memasukkan Jarum ke dalam Tubuh Boneka……… 86
4.2.1.9. Perkataan Dukun akan Terbukti……………………… 87
4.2.1.10.Kyai Mengusir Jin, Syetan, dan Siluman…………… 88
4.2.1.11.Ciri Seorang Kyai…………………………………… 89
4.2.1.12.Kyai dapat Membunuh Siluman……………………… 90
4.2.1.13.Kyai Mempunyai Sifat Baik………………………… 91
4.2.1.14.Kyai Selalu Shalat 5 Waktu…………………………
92
4.2.1.15.Kyai Menyembuhkan Orang Kemasukan…………… 93
4.2.1.16.Manusia dapat Merubah Wujud……………………… 94
4.2.1.17.Manusia dapat Merubah Wujud……………………… 95
4.2.1.18.Manusia yang Meninggal akan Hidup lagi…………… 96
4.2.1.19.Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan………..
97
4.2.1.20.Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi…………....
98
viii
4.2.1.21.Dukun Membalas Ilmu Santet……………………..
99
4.2.1.22.Siluman dapat Melihat Melalui Air……………….. 100
4.2.1.23.Jin Berwajah Seram………………………………... 101
4.2.1.24.Kuntilanak adalah Jin Wanita……………………… 102
4.2.1.25.Dukun Memakai Pakaian Hitam…………………… 104
4.2.1.26.Kyai adalah Orang Baik……………………………. 104
4.2.1.27.Siluman Ular Manusia yang Dikutuk………………. 105
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 109
5.2 Saran - saran ............................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
114
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………
115
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. SDN Jeung Jirigil Tengah .............................. …………………..
20
2. Proses Komunikasi Massa................................................................ 29
3. Uses and Gratification Theory.........................................................
31
4. Struktur Organisasi Indosiar............................................................. 64
5. Susunan Organisasi SDN Jeung Jirigil Tengah................................. 70
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jenis Kelamin Responden...............................................................
73
2. Usia Responden……………...........................................................
74
3. Pekerjaan Orang Tua Responden……………………….. ………..
75
4. Memiliki Televisi………………………………………………….
76
5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi……………………... 77
6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi…………………………………. 78
7. Siluman pada Tayangan……………………………………………
79
8. Siluman dapat Mengganggu………………………………………. 80
9. Siluman Ular dan Serigala dapat Membunuh kita………………….. 81
10. Syetan, Jin, dan Siluman di Malam Hari……………………………. 82
11. Manusia dapat Melihat Syetan, Jin, dan Siluman
di kuburan………………………………………….. ………………83
12. Dukun adalah Orang Sakti………………………………………… 84
13. Dukun dapat Mengubah Manusia…………………………….……. 85
14. Memasukkan Jarum ke dalam Tubuh Boneka………………...…
86
15. Perkataan Dukun akan Terbukti……………………………….….. 87
16. Kyai Mengusir Jin, Syetan, dan Siluman……………………….… 88
17. Ciri Seorang Kyai………………………………………………..
89
18. Kyai dapat Membunuh Siluman…………………………………
90
19. Kyai Mempunyai Sifat Baik………………………………….…
91
20. Kyai Selalu Shalat 5 Waktu…………………………………..…
92
21.Kyai Menyembuhkan Orang Kemasukan……………………….
93
22.Manusia dapat Merubah Wujud…………………………. … …
94
xi
23.Manusia dapat Merubah Wujud……………………………………. 95
24.Manusia yang Meninggal akan Hidup lagi………………………… 96
25.Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan……………… ……….. 97
26.Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi………………… …………98
27.Dukun Membalas Ilmu Santet………………………………..……. 99
28.Siluman dapat Melihat Melalui Air………………………………. 100
29.Jin Berwajah Seram……………………………………………… 101
30.Kuntilanak adalah Jin Wanita…………………………………… 102
31.Dukun Memakai Pakaian Hitam………………………………… 104
32.Kyai adalah Orang Baik………………………………………….. 104
33.Siluman Ular Manusia yang Dikutuk…………………………….. 105
34. Kumulatif Berpikir Simbolis…………………………………….. 106
35. Kumulatif Berpikir Egosentris…………………………… ……. 107
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang semakin maju, terutama sebagai penunjang
komunikasi membuat masyarakat modern lebih menatap komunikasi, hal ini
disebabkan karena semakin mudahnya suatu informasi dapat diterima secara luas dan
dalam waktu relatif singkat. Dalam kaitannya dengan upaya menyampaikan
informasi, tentu tidak terlepas dari peran media massa sebagai alat komunikasi.
“Pers dan media massa menjadi hasil karya budaya masyarakat manusia yang
semakin berkembang dan meluas, sehingga memperluas berekspresi dan
berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak dibantu oleh instrument yang
sanggup menyampaikan pesan secara serentak, cepat, menjangkau luas.
Instrument itu ialah media massa”. (Oetomo, 1985:4).
Peranan media massa sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan suatu
pendidik dan menjadikan media massa sebagai sarana pendidikan dan informasi.
Sesuai dengan fungsinya bahwa media massa harus berperan serta dalam menunjang
pendidikan masyarakat, dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat.
Masyarakat saat ini berkembang dengan cepat karena dipacu oleh kemajuan
teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang menunjukkan pengaruh kuat
terhadap kemekaran media massa, tetapi di lain pihak secara timbal-balik ini
menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar
komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan
dampak yang positif, melainkan dampak yang negatif. Sedangkan, “Fungsi dari
komunikasi massa tersebut adalah : menyampaikan informasi (to inform), mendidik
(to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)”. (Effendy,
2005:31).
1|
Televisi sebagai media mampu menyampaikan informasi secara meluas.
Bahkan televisi menjadi salah satu sarana yang paling potensial untuk tugas sebagai
agen pembaharuan masyarakat yang memungkinkan setiap orang dapat lebih cepat
mengerti dan tanggap terhadap apa yang disampaikan, dibandingkan dengan media
cetak. Televisi siaran adalah media massa elektronik yang semakin maju berkembang,
sejalan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, dimana media itu
beroperasi.
Kelebihannya
selain
dapat
menimbulkan
dampak
positif
juga
menimbulkan dampak negatif, apabila masyarakat tidak tanggap dan waspada
terhadap daya pengaruhnya.
Kita ketahui bahwa televisi adalah salah satu bentuk media massa yang
memancarkan suara dan gambar, sebagai reproduksi yang nyata. Media televisi
memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media massa lainnya di dalam
penyampaian pesan. Salah-satu dari beberapa karakteristik yang dimilikinya adalah
pesan yang disampaikan melalui televisi bisa diterima khalayak dalam bentuk audiovisual.
Pesan yang disampaikan dalam televisi dikemas sedemikian rupa sehingga
bisa tampil dengan baik dalam menarik minat perhatian dan mempengaruhi khalayak
dengan sifatnya yang audio visual. Ditambah dengan kualitasnya televisi sangat
menarik untuk ditonton oleh semua khalayak, sebagaimana alat komunikasi massa
televisi dapat menembus dimensi ruang dan waktu.
Televisi seolah mampu menciptakan suatu tata kehidupan baru, dimana
hubungan di satu pihak dengan pihak lain dapat terjalin mesti dengan jarak yang
berjauhan. Menurut Mc. Luhan, “Televisi akan melahirkan desa dunia (Global
Village), dimana seluruh dunia membagi pengalaman dan gagasan secara serentak”.
2|
Televisi juga mampu merangsang seluruh alat indera kita, mengubah persepsi kita dan
akhirnya mempengaruhi perilaku kita”. (Rakhmat, 1992:249).
Walaupun saat ini maraknya stasiun televisi swasta, tetapi dimana stasiun itu
beroperasi maka sifat penerangannya harus sesuai dengan fungsi pokok televisi yang
sifatnya sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan yang disiarkan di
masyarakat.
Selain sebagai sarana media informasi, stasiun televisi juga sebagai sarana
pendidikan yang ampuh untuk menyiarkan secara mendidik kepada khalayak yang
jumlahnya begitu banyak secara stimultan.
Media televisi siaran sebagai salah satu bentuk media massa, mempunyai ciri
dan kelebihan dibandingkan dengan media massa lainnya. Seperti: radio, majalah,
surat kabar, dan lain-lain. Karena dilihat dari kelebihannya itu, penyampaian
komunikasinya melalui gambar dan suara terasa lebih hidup, aktual, dan terjangkau
ruang lingkup yang semakin luas. Untuk itu, kebutuhan komunikasi merupakan upaya
dari pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di dalam mendapatkan apa yang
diinginkan. Definisi yang diuraikan oleh Jahi, sebagai berikut:
“Televisi adalah generasi baru media elektronik yang dapat menyampaikan
pesan-pesan oral dan visual secara serentak. Pesan visual yang disampaikan televisi
dapat berupa gambar diam, atau gambar hidup yang terakhir ini bila disajikan secara
kreatif dalam tata warna yang tepat dan diiringi oleh pesan oral yang sesuai, akan
dapat menyuguhkan realita yang ada. Oleh karena itu televisi berhasil memikat
banyak khalayak dari pada media massa lainnya”. (Jahi, 1980:140).
Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya
pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini wajar
karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya kritik
sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang dilihat
mereka pada layar televisi tanpa menyadari nilai-nilai yang terkandung.
3|
Televisi merupakan lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat mengenai
informasi melalui berita yang disajikan dengan beraneka-ragam rubrik yang menarik.
Saat ini stasiun televisi swasta kita banyak menayangkan sinetron bernuansa religi,
hal ini membuat kalangan masyarakat tertarik pada media elektronik ini. Munculnya
sinetron-sinetron yang beraneka ragam, banyak yang tidak ingat akan fungsi televisi
sesungguhnya.
Pertelevisian kita saat ini semakin diramaikan dengan maraknya tontonan
yang berbau religius, mistis, dan ghaib. Kemanapun kita memindahkan channel, disitu
pasti akan kita dapati tayangan sinetron-sinetron tersebut. Tidak mengherankan,
karena setelah sukses menyajikan sinetron islami selama bulan ramadhan, ketika
sinetron-sinetron mulai diputar, ternyata peminatnya juga sama banyaknya, hal
tersebut dikarenakan Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim, tenyata
masih suka dengan hal-hal yang religius.
Menjamurnya sinetron religi pada kurun waktu terakhir ini memberi warna
tersendiri dalam kancah entertainment kita. Namun arus deras religiusitas di dunia
hiburan ini menyimpan tanda tanya besar. Pasalnya industri hiburan identik dengan
life style yang glamour. Sedangkan agama mengandaikan sesuatu yang suci. Dua hal
yang saling bertentangan ini dikawinkan dalam bentuk sinetron, maka lahirlah
sinetron religi.
Sebagai bagian dari industri hiburan, sinetron memiliki ciri yang khas.
Sentuhannya yang langsung mengena kehidupan sehari-hari, mendapat tempat
tersendiri di relung kalbu masyarakat. Sinetron umumnya mengikuti trend yang
sedang aktual. Sebagai contoh, percintaan remaja, kehidupan glamour dan mistik.
Tema-tema tersebut silih berganti menjadi main stream sinetron kita. Dan berkat
4|
dialektika sinetron inilah, akhirnya kehidupan keagamaan menjadi tema yang laris
manis.
Tayangan religi dengan nuansa mistik yang semakin marak di televisi sangat
memprihatinkan dan mencemaskan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim
seakan digiring kepada kepercayaan yang menyesatkan. Ataukah memang ada grand
scenario di belakang semua ini?
Berawal dari kisah sukses program sinetron Rahasia Ilahi di TPI, sebuah
program sinetron yang terinspirasi oleh kehidupan nyata yang ditulis di majalah
Hidayah yang telah mendongkraknya menjadi stasiun televisi nomor wahid.
Selanjutnya, stasiun televisi lain pun tak urung menayangkan sinetron bertema serupa.
Pada dua tahun yang lalu, Di RCTI ada tayangan ‘Silet’ pada setiap hari
Selasa pukul 11.30 WIB, yang menceritakan perjalanan ke tempat-tempat angker dan
terkadang dipandu oleh orang yang mengaku atau disebut paranormal. Malam harinya
ditayangkan Jaka Tingkir, Jaka Tarub, Jaka Umbaran, Angling Darma, dan
Jelangkung, semuanya berbentuk sinetron.
Semakin marak pada tahun 2006 Trans TV menayangkan Ekspedisi Alam
Gaib pada siang hari (12.30 WIB) dilanjutkan malam hari (22.00 WIB). Judul yang
sama juga ditayangkan di TV7 pada siang hari (12.30 WIB) di samping Dunia Lain.
Di SCTV ditayangkan ‘Gala Misteri’ dan sinetron Disini Ada Setan (yang
diperuntukkan bagi ABG). Di ANTV ada tayangan ‘Pesugihan’ dan ‘Percaya Nggak
Percaya’. Munculah sinetron ‘Astagfirullah’ (SCTV), ‘Taubat’ (Trans TV), dan ‘Azab
Ilahi’ (Lativi), kemudian yang terakhir adalah Misteri Illahi yang ditayangkan di
Indosiar setiap hari kamis (pukul 20.00 WIB). Akhirnya agama menjadi tema yang
laku untuk dijual.
5|
Tidak sengaja penulis menonton sinetron berjudul Misteri Illahi di Indosiar
pada hari Kamis, 5 Oktober 2006 pukul 20.00 WIB dalam episode “Gairah Cinta
Siluman Serigala”. Sinetron itu menceritakan seorang wanita yang bernama Fitri,
seorang mahasiswi cantik digandrungi banyak laki-laki yang ingin menikahinya.
Diantaranya: Herman, Indra, dan Bono. Tapi Fitri selalu menolak lamaran itu karena
ingin konsentrasi belajar untuk menyelesaikan kuliahnya.
Bono pun menjadi penasaran, berbagai usaha dijalankan untuk mendapatkan
Fitri. Sementara itu ada seekor siluman serigala yang juga mencintai Fitri dan
senantiasa mengikuti Fitri. Kadang-kadang siluman tersebut menyamar menjadi
manusia bernama Radea atau Dea. Ketika keluarga Fitri dirampok dan dibunuh, Dea
yang menyelamatkan Fitri dari cengkraman Bono. Bono yang gelap mata terus
berusaha untuk membunuh Fitri, ia minta bantuan dukun bernama Mbah Dirjo untuk
menyantet Fitri sehingga Fitri pun jatuh sakit dan dari tubuhnya keluar belatung.
Untunglah santet ini bisa dilawan oleh Kyai Jabar. Fitri yang kena santet diobati di
rumah sakit dan dibantu oleh Kyai Jabar hingga sembuh. Sementara itu Siluman
Serigala membujuk Fitri dengan kekuatan batinnya hingga Fitri mau menjadi istrinya.
Isinya yang full klenik, takhayul, dan menjurus ke syirik. Konteksnya jauh dari kesan
religius.
Dari pelacakan sinopsis pada episode-episode sebelumnya, memang film ini
full misteri dan klenik. Penulis kurang jelas apa maksud dari judul Misteri Illahi. Jika
Illahi yang dimaksud adalah sebagai Tuhan (Allah SWT) sebagaimana sering dipakai
dalam ajaran Islam, lalu sinetron ini diklaim sebagai sinetron religi. Ini bentuk
pelecehan kepada Tuhan.
Kualitasnya isinya dalam beberapa hal jauh dari ajaran agama alias
menyimpang. Indikasi ini terlihat dari pendramatisasian tokoh antagonis yang
6|
berlebihan. Penggambaran syetan atau jin dengan seorang yang buruk rupa memakai
aksesoris tanduk, gigi taring dan darah yang keluar dari mulutnya. Contoh kasus yang
lain yaitu keadaan seseorang di alam kubur seolah dapat diketahui, bahkan
kuburannya dibuka dan terlihat si mayat yang terbakar kepanasan sedang disiksa.
Belum lagi, kisah orang yang telah mati lalu hidup kembali dengan rupa dan tingkah
yang berbeda jauh dari keadaannya dalam kehidupannya dulu. Uniknya lagi, setiap
acara tidak pernah luput dari kuburan. Di sini kuburan menjadi sesuatu yang wajib,
sehigga terbentuk citra Islam itu identik dengan kuburan. Pendramatisasian kisahkisah yang berlebihan tersebut dan penyertaan kuburan dalam setiap acara, memicu
ketakutan bagi sebagian orang, sehingga ini akan menimbulkan syirik dalam bentuk
yang baru.
Sinetron Misteri Illahi pemutarannya ditayangkan prime time mulai pukul
20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Ditayangkan ulang setiap hari pada pukul 13.00 WIB
sampai 15.00 WIB. Dalam jam tayang ini, anak-anak bisa melihat tayangan sinetron
yang bernuansa religi itu dan dibungkus dengan kesan mistis. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Teori Oswald Kroh dalam
bukunya: “Die Psychologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar)
menyatakan adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu:
a) Periode sintese-fantastis, 7-8 tahun. Artinya, segala hasil pengamatan
merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar.
Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi
dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda,
kisah-kisah, dan cerita khayalan
b) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah bisa membedakan
bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubung-hubungkan satu dengan
lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan
pengamatan konkrit.
c) Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan
kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan.
7|
Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau
menjadi satu struktur.
d) Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan
kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya.
Masa ini dibatasi oleh gejala PUBERTAS KEDUA (Trotzalter kedua, Masa
menentang kedua)
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia Sekolah Dasar 6-12 tahun
berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam
stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis
terhadap pembentukan akal-budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat.
Banyak keterampilan mulai dikuasai. Pada umumnya, anak berinteraksi dengan dunia
sekitarnya. Terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium,
dan mendengar). Rasa ingin tahu dan imajinasi pada anak biasanya jauh lebih besar
dibandingkan dengan orang dewasa.
Manusia itu makhluk yang unik yang berbeda dengan semua makhluk yang
lainnya, sebab manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, makhluk yang dapat
mengerti, yang memiliki kesadaran. Anak sekolah dasar umur 10-12 tahun mulai
menyadari akan dirinya sendiri dan menyadari akan yang lain-lain yang ada di luar
dirinya. Anak dalam periode itu mulai menyadari tentang dunianya, lingkungannya,
tentang benda-benda yang dihadapinya. Anak usia itu mulai mampu dengan sengaja
berpikir tentang dirinya sendiri dan berpikir tentang semua obyek yang dihadapinya.
Dengan munculnya tayangan sinetron religi, yang banyak mempertontonkan
hal-hal mistis dan takhayul ini akan berpengaruh pada anak, dan bukan tidak mungkin
seorang anak akan menjadi penakut. Rasa takut yang disebabkan oleh fantasi anak ini
biasanya diakibatkan oleh cerita yang didengarnya atau tayangan televisi yang dilihat
anak (DuPont, 1983:49). “Anak umumnya tertarik pada segala sesuatu yang aktif dan
bergerak”. (Kartono, 1995:138). Tayangan televisi merupakan salah satu sumber
8|
model yang dapat ditiru anak untuk berperilaku agresif. Sedangkan kebanyakan
penayangan sinetron religi dikemas dengan adegan-adegan perkelahian. Tidak sedikit
setelah menonton anak akan merasa cemas dan takut karena teringat dan terbayang
adegan dalam sinetron religi tersebut. “Ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai
intensitas paling besar, dan paling kuat”. (Kartono, 1995:138). Anak cenderung
mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya. Penulis memilih untuk membahas
masalah ini karena masih marak dibicarakan. Selain itu pula penulis ingin mengetahui
bagaimana aspek berpikir anak tentang tayangan religitainment Misteri Illahi.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi mengenai tayangan religitainment di televisi dan
berdasarkan latar belakang masalah dan uraian teoritis diatas, maka dalam penulisan
makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana aspek berpikir anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas
VI Jalan Sariwangi Bandung tentang tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun
televisi Indosiar”.
1.3.
Identifikasi Masalah
Untuk mempermudah kajian penulisan dan penentuan teknik penulisan yang
akan digunakan perlu diidentifikasikan masalah dari perumusan masalah di atas,
sehingga tidak terjadi kesimpang-siuran dalam proses penulisan, masalah tersebut di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan
Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi
Indosiar?
9|
2. Bagaimana berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan
Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di stasiun televisi
Indosiar?
1.4.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah di
identifikasi, jadi terdapat konsistensi antara masalah yang di identifikasi dengan sikap
yang hendak diambil oleh penulis. Oleh karena itu tujuan penulisan yang dilakukan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas
V dan Kelas VI terhadap
tayangan religitainment “Misteri Illahi” di
stasiun televisi Indosiar.
2. Untuk mengetahui berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah
Kelas V dan Kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri Illahi” di
stasiun televisi Indosiar.
1.5.
Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah
1.5.1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya, maka
penulis membatasi masalah yang diteliti, sebagai berikut:
1. Penelitian ini terbatas pada aspek berpikir anak terhadap tayangan
religitainment.
2. Responden dalam penelitian ini adalah pelajar SDN Jeung Jirigil Tengah
Kelas V dan Kelas VI Jalan Sariwangi Bandung.
10 |
3. Tayangan yang diteliti adalah tayangan “Misteri Illahi” setiap hari kamis,
pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB. Dan tayangan ulang setiap hari
pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB.
4. Aspek berpikir anak fase praoperasional adalah: berpikir simbolis, berpikir
egosentris, dan berpikir intuitif. Di sini, penulis hanya mengambil 2 aspek
saja untuk diteliti, yaitu aspek berpikir simbolis, dan aspek berpikir
egosentris. Hal ini dikarenakan pada aspek berpikir intuitif anak cenderung
melakukan sesuatu dan menciptakan sesuatu, seperti menyusun balok dan
menggambar.
1.5.2. Pengertian Istilah
1. Kehidupan pikiran pada anak mengalami perubahan penting. Pada usia 8-9
tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng. Misalnya Timun Emas,
Bawang Putih Bawang Merah, Malin Kundang. Unsur-unsur yang hebat dan
ajaib dalam dongeng-dongeng ini mencekam segenap minat anak. Lambat
laun, unsur kritis mulai muncul, dan anak mulai mengoreksi peristiwa yang
dihayati. (Kartono, 1995:138)
2. Tayangan adalah proses, cara, perbuatan menayangkan (mempertunjukkan)
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:1017).
3. Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (William.S dan
Mabel.L, 1965:3).
4. Dasar berpikir tidak lepas dari dasar realitas, sebab yang dipikirkan ialah
realitas (Poedjawijatna, 2004:9).
5. Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan
kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan.
11 |
Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau
menjadi satu struktur (Kartono, 1995:138).
1.6.
Alasan Pemilihan Masalah
Adapun alasan pemilihan masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tayangan religitainment merupakan tayangan yang semakin diramaikan
pertelevisian kita. Dengan maraknya tontonan yang berbau religius, mistis,
dan ghaib kemanapun kita memindahkan channel, disitu pasti akan kita dapati
tayangan sinetron-sinetron tersebut. Peminat tayangan religi sangat banyak,
hal tersebut dikarenakan Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim,
tenyata masih suka dengan hal-hal yang religius.
2. Tayangan religitainment ”Misteri Illahi” merupakan tayangan religi yang
kental dibungkus dengan nuansa mistis. Dalam setiap episodenya banyak
adegan-adegan yang menakutkan, hal ini digambarkan dengan penokohanpenokohan pemerannya. Ada yang memerankan jin, syetan, tuyul, siluman,
dukun, dan makhluk mengerikan lainnya. Kostum yang dipakai para
pemerannya mungkin mirip dengan aslinya, tapi terkadang tidak jarang pula
yang berlebihan. Pada setiap episodenya menceritakan tentang makhlukmakhluk halus yang datang ke dunia manusia untuk mengganggu bahkan
membalas dendam, kemudian munculah kyai atau ustadz untuk menolong
orang yang terganggu atau terkena balas dendam makhluk-makhluk tersebut.
Tidak sedikit pula gambar tokoh siluman adalah animasi. Penayangan Misteri
Illahi pada hari kamis pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB. Misteri Illahi
ditayangkan ulang setiap hari pukul 13.00 WIB sampai 14.00 WIB. Jam
tayang Misteri Illahi dapat dilihat anak-anak, apalagi penayangan ulangnya
12 |
ditayangkan ketika anak pulang sekolah. Hal ini dapat menyebabkan anak
menjadi penakut.
3. Walaupun tayangan religitainment “Misteri Illahi” disajikan dalam bahasa dan
contoh yang sederhana, juga mudah dipahami, dicerna dan diikuti oleh
siapapun. Tapi penelitian ini mengangkat satu dari sekian banyak materi
tayangan religitainment dalam pertelevisian di negara kita. Alasan pemilihan
ini berkaitan dengan beberapa tahun terakhir ini masyarakat kita percaya pada
hal-hal yang ghaib. Dampak yang sangat signifikan adalah orang yang
mengalami kesulitan menjadi frustasi, putus asa, cepat menyerah, yang pada
akhirnya menghalalkan berbagai cara (jalan singkat) agar keinginannya dapat
terwujud. Meminta pertolongan dukun, serta melakukan ritual-ritual lainnya.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
penyelenggara mengenai pengaruh tayangan ini bagi penonton atau
pemirsanya sehingga lebih meningkatkan nilai positifnya.
1.7.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk beberapa pihak, di antaranya:
a. Kegunaan teoritis
Untuk menambah pengetahuan khususnya bidang ilmu komunikasi serta
menambah wawasan tentang bagaimana komunikasi yang baik dan
memiliki pengaruh terhadap khalayak, khususnya komunikasi massa yang
ada di beberapa acara stasiun televisi.
b. Kegunaan praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
masukan
terhadap
penyelenggara tayangan religitainment Misteri Illahi yang dikelola oleh
13 |
stasiun televisi Indosiar terhadap usahanya ikut memberikan pencerahan
moral-religius
terhadap
masyarakat
khususnya
anak-anak
dalam
membentuk tata nilai dan moral yang kondusif.
1.8.
Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan landasan teori yang penulis jadikan dasar atau
titik tolak dalam melakukan penelitian ini. Mengingat fungsinya yang sangat penting
dalam penelitian ini, penulis mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut:
1. Komunikasi
massa adalah komunikasi melalui media modern yang
meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan
televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop (Effendy, 1993:79).
2. Televisi adalah generasi baru media elektronik yang dapat menyampaikan
pesan-pesan oral dan visual secara serentak. Pesan visual yang
disampaikan televisi dapat berupa gambar diam, atau gambar hidup yang
terakhir ini bila disajikan secara kreatif dalam tata warna yang tepat dan
diiringi oleh pesan oral yang sesuai, akan dapat menyuguhkan realita yang
ada. Oleh karena itu televisi berhasil memikat banyak khalayak dari pada
media massa lainnya (Jahi, 1980:140).
3. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator
dimana pesan mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi
pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan, sehingga pesan dalam ini dapat secara panjang lebar
mengupas berbagai segi, namun intinya pesan dari komunikasi akan selalu
mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu (Widjaja, 1998:32).
4. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkan secara simbolis dalam alur
ceritanya. Kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial
objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita
sinetron tersebut hanya gambaran semu (Kuswandi, 1996:131).
14 |
5. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang
tadinya bingung menjadi merasa jelas (Effendy, 1993:319).
6. Dasar berpikir tidak lepas dari dasar realitas, sebab yang dipikirkan adalah
realitas (Poedjawijatna, 2004:9).
7. Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realitis dan
kritis. Anak sudah bias mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf
kematangan. Anak kini bias menghubungkan bagian-bagian menjadi satu
kesamaan atau menjadi satu struktur (Kartono, 1995:138).
8. Fase praoperasional merupakan masa permulaan bagi anak untuk
membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Fase ini dapat
dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu berpikir simbolis, berpikir egosentris,
berpikir intuitif (Jamaris, 2006:23).
9. Berpikir simbolis adalah kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa, walaupun objek dan peristiwa tidak hadir secara fisik atau nyata
(Jamaris, 2006:23).
10. Berpikir egosentris adalah cara berpikir tentang benar atau tidak benar dan
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal yang berdasarkan pada
pandangan sendiri (Jamaris, 2006:23).
11. Berpikir intuitif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu seperti
menggambar atau menyusun balok (Jamaris, 2006:23).
15 |
1.9.
Operasionalisasi Variabel
Variabel
: Aspek berpikir anak.
Variabel 1
: Berpikir Simbolis.
Alat Ukur
:
- Berpikir tentang makhluk ghaib pada tayangan
religitainment Misteri Illahi
-
Berpikir
tentang
dukun
pada
tayangan
pada
tayangan
religitainment Misteri Illahi.
- Berpikir
tentang
kyai
religitainment Misteri Illahi.
-
Berpikir
tentang
kejadian
pada
tayangan
religitainment Misteri Illahi.
Sub Variabel 2
Alat Ukur
: Berpikir Egosentris.
: - Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap
peristiwa pada tayangan religitainment Misteri
Illahi.
- Berpikir tentang setuju atau tidak
setuju terhadap
penokohan pada tayangan reigitainment Misteri
Illahi.
1.10. Metodologi
1.10.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan oleh peneliti adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini
tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat,
16 |
2000:24). Ciri lain dari penelitian deskriptif adalah titik berat pada observasi dan
suasana ilmiah, peneliti bertindak sebagai pengamat, ia hanya mengamati gejala dan
mencatatnya dalam buku observasi.
Menurut Rakhmat, penelitian deskriptif dapat digunakan dengan maksud :
1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang
ada,
2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek– praktek
yang berlaku,
3) Mengamati apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.
1.10.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang bersifat data primer dari responden serta
informasi dari informan adalah menggunakan angket. Sedangkan untuk data yang
bersifat data sekunder seperti teori, pandangan-pandangan, hasil penelitian, buku dan
catatan-catatan digunakan studi dokumentasi dan kepustakaan.
1. Angket. Ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian dan untuk memperoleh informasi dengan validitas dan realibilitas
setinggi mungkin (Singarimbun, 1989:175). Mengingat terbatasnya masalah
yang akan ditanyakan dalam angket, maka pertanyaan yang dibuat diupayakan
pertanyaan-pertanyaan yang langsung berkaitan dengan tujuan utama
penelitian.
Jenis
pertanyaannya
bersifat
tertutup,
yakni
kemungkinan
jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi
kesempatan untuk memberikan jawaban yang lain.
2. Studi Kepustakaan atau Dokumentasi. Ini dilakukan terutama untuk melengkapi
dan menguatkan data yang diperoleh dari hasil angket. Di samping untuk
kepentingan yang bersifat teoritis, guna memperoleh kejelasan dan masukan
atas masalah penelitian yang dibahas.
17 |
3. Internet. Yaitu alat penelitian berupa media massa elektronik. Hasrat
berkomunikasi, dahaga akan informasi dan pengetahuan secara bebas tanpa
batasan ras, bangsa, geografi, dan batasan-batasan lainnya merupakan dasar
filosofis kemunculan internet sebagai teknologi komunikasi dan informasi
(Mahayana, 1999:16-17).
1.11. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data. Populasi yang
sangat besar jumlahnya bahkan ada yang tidak terbatas jumlahnya, sehingga sulit
diteliti. Oleh karena itu, perlu dipilih sebagian saja yang memiliki sifat-sifat yang
sama dengan populasinya.
Populasi adalah kumpulan objek penelitiannya dapat berupa orang, umpi,
organisasi, kelompok, lembaga buku, kata-kata, surat kabar, dan lain-lain (Rakhmat,
1989:109). Secara ideal, sebaiknya meneliti seluruh anggota populasi. Akan tetapi,
sering kali populasi penelitian cukup besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti
seluruhnya dengan waktu, biaya, tenaga yang tersedia. Dalam keadaan demikian,
maka penelitian hanya dapat dilakukan terhadap sampel.
Kegiatan pengumpulan data merupakan rangka penting yang harus
dilaksanakan. Objek yang diteliti biasanya disebut dengan istilah populasi yaitu
kumpulan objek penelitian, sedangkan bagian yang diamati dari kumpulan objek
penelitian disebut sampel (Rakhmat, 1991:78).
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga (Singarimbun & Effendy, 1989:52). Adapun yang dijadikan populasi dalam
penulisan ini adalah SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI Jalan Sariwangi
Bandung. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah suatu pemilihan obyek18 |
obyek tertentu dari sekian banyak obyek yang ada, artinya anggota, unsur, dan elemen
dalam sampel dapat dianggap menggambarkan keadaan atau ciri-ciri populasinya
untuk menentukan sampel dari sejumlah populasi. Dalam penulisan ini penulis
menggunakan sampel klaster. Hal ini berdasarkan pernyataan yang diberikan
Rakhmat bahwa, sampling klaster dilakukan bila kita tidak mempunyai kerangka
sampling disebabkan populasi yang kita teliti sangat banyak dan tidak mungkin untuk
dibuat daftarnya.
Alasan penulis memilih objek penelitian pada SDN Jeung Jirigil dikarenakan
lokasi SDN Jeung Jirigil jauh dari perkotaan, nuansa daerahnya masih kental dengan
kepercayaan pada mistis. Walaupun begitu masyarakat disini hampir semua
mempunyai televisi.
Klaster dapat berupa sekolah, kelas, kecamatan, desa, RW, RT, dan
sebagainya (Rakhmat, 1993:81). Dari 4 SD tersebut digunakan teknik sampling
klaster dua tahap (two stage), sehingga terpilihlah SDN Jeung Jirigil Tengah dan
Kelas V, SDN Jeung Jirigil Tengah dan kelas VI, sebagai sampel dengan 56 anak.
Teknik pengambilan sampel klaster dua tahap dapat diperjelas dengan bagan sebagai
berikut:
19 |
BAGAN I
SDN JEUNG JIRIGIL
SDN JEUNG JIRIGIL
SDN Jeung
Jirigil Tengah
Kelas
1
Kelas
2
SDN Jeung
Jirigil I
Kelas
3
SDN Jeung
Jirigil 2
Kelas
4
SDN Jeung
Jirigil 3
Kelas
5
Kelas
6
Kelas 5
30
Kelas 6
26
Keterangan:
a) Bagan ini menggunakan model dua tahap (two stage).
b) Sekolah Dasar Negeri Jeung Jirigil mempunyai 4 SD yang disebut populasi.
c) Dari 4 SD yang merupakan populasi dipilih SDN Jeung Jirigil Tengah yang
terdiri dari 6 kelas dan disebut sebagai pemilihan.
20 |
I.12. Organisasi Karangan
Secara keseluruhan skripsi ini peneliti susun dengan urutan bab per bab di bagi
sub-sub, untuk itu perinciannya sebagai berikut : untuk mempermudah bahasan
skripsi ini, penulis menyusun organisasi karangan secara sistematis ke dalam bab,
yaitu sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab Pendahuluan merupakan argumen keseluruhan yang dibahas dengan
uraian singkat yang secara garis besar mengenai : Latar belakang masalah,
Perumusan masalah, Identifikasi masalah, Tujuan penelitian, Alasan pemilihan
masalah, Pembatasan masalah dan Pengertian istilah, Anggapan dasar,
Operasional variabel, Metode dan teknik penelitian, Populasi dan sampel,
Organisasi karangan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini penulis menguraikan tinjauan komunikasi yang meliputi Tinjauan
Umum
Komunikasi
Massa,
Pengertian
Komunikasi
Massa,
Proses
Komunikasi Massa, Karakteristik Komunikasi Massa, Uses and Gratification
Theory, Efek Komunikasi Massa, Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan
Religitainment, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Fungsi Televisi
sebagai Media Komunikasi Massa, Kelebihan dan Kekurangan Televisi,
Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak, Tinjauan Sinetron, Tinjauan
religitainment Misteri Illahi, Tinjauan Aspek Kognitif, Tinjauan Berpikir,
Tinjauan anak, Fase Praoperasional, Pikiran Ingatan dan Fantasi Anak,
Kehidupan Perasaan Anak dan Rasa Takut.
21 |
Bab III Objek Penelitian
Dalam bab ini penulis membahas mengenai sejarah dan perkembangan PT.
Indosiar Visual Mandiri, Logo PT. Indosiar Visual Mandiri, Struktur
Organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri, Mekanisme Kerja PT. Indosiar Visual
Mandiri, Aktivitas Perusahaan, Tayangan Religitainment Misteri Illahi,
Sejarah Singkat SDN Jeung Jirigil Tengah, Susunan Organisasi SDN Jeung
Jirigil Tengah
Bab IV Analisis Data Penelitian
Dalam bab ini peneliti menuangkan segala hal yang dipermasalahkan pada
penelitian
berupa
analisis
deskriptif
data
berdasarkan
hasil
teknik
pengumpulan data yang terdiri dari studi kepustakaan, wawancara dan angket.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini penulis mengemukakan kembali apa yang telah di teliti oleh penulis
dengan menggunakan hasil rangkuman kesimpulan dan memberikan masukan
atau sumbang saran kepada perusahaan. Dan juga diharapkan saran-saran ini
dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis.
22 |
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
Latin comunicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna.
Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan
dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain
perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan
oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang itu tadi dapat dikatakan
komunikatif apabila keduanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga
mengerti dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah,
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna
antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak
hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasive
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan
sosial, budaya, pendidikan, dan politik. Sudah disadari oleh para cendekiawan sejak
Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles
hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi
23 |
teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon,
surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya. Maka para cendekiawan pada abad
sekarang
menyadari
pentingnya
komunikasi
ditingkatkan
dari
pengetahuan
(knowledge) menjadi ilmu (science).
Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika
Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Karl I. Hovland.
Menurut Karl .I. Hovland ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan
objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukkan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude)
yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat
penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi
sendiri, Hovland mengatakan bahwa, komunikasi adalah proses mengubah perilaku
orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other
individuals).
Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
orang-lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan diatas.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara
efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell dalam karyanya, the structure and function of communication in
society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi
ialah untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Who Says What In With Channel To Whom In What Effect?
24 |
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
•
Komunikator (communicator, source, sender)
•
Pesan (message)
•
Media (channel, media)
•
Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
•
Efek (effect, impact, influence)
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan
setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control
analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis
adalah studi kasus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan
penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian
kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada
dalam setiap prosesnya.
Setiap ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala
komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi),
tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif)
dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan).
25 |
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain
tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan
perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang
menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari.
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan
perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu
menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.
Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh
Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut
Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan isi kesadaran pada komunikator itu dapat dimengerti,
diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan.
2.2.
Pengertian Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa menurut Bittner yang dikutip oleh Jalalludin
Rakhmat menyatakan bahwa “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat, 1992:188). Kemudian
ada ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi massa dengan memperinci
karakteristik komunikasi massa, salah satunya yaitu Gerbner (1967), ia menulis
“komunikasi massa adalah produksi atau distribusi yang berlandaskan teknologi dan
26 |
lembaga dari arus pesan yang kontinu, serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri” (Rakhmat, 1992:188).
Lain halnya dengan Maletzke (1962) menghimpun banyak definisi diantaranya
yang dikutip disini adalah sebagai berikut :
Komunikasi yang kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan
pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan
satu arah pada publik yang tersebar.
Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu
pernyataan, bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari
berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian
khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya
alat-alat khusus, untuk mencapai pada saat yang sama, semua orang yang mewakili
berbagai lapisan masyarakat.
Bentuk baru komunikasi massa dapat dibedakan dari corak-corak yang lama,
karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang
relatif harus heterogen dan anonim. Pesan yang disampaikan secara serentak sekilas.
Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang komplek yang
melibatkan biaya besar. (Rakhmat, 1992:188)
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak
atau elektronik. Sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Perkataan “dapat” dalam definisi ini menekankan pengertian bahwa jumlah
sebenarnya penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah esensial
(Rakhmat, 1992:188). Berbicara tentang masalah komunikasi massa ini kita akan
mengenal tentang bentuk komunikai massa yaitu komunikasi modern dan komunikasi
27 |
tradisional. Yang dimaksud dengan komunikasi modern adalah meliputi surat kabar
yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada
umum dan film yang dipertunjukkan digedung-gedung bioskop.
Lazimnya media massa modern memajukan seluruh sistem dimana pesanpesan diproduksi, dipilih, disiarkan diterima dan ditanggapi. Komunikasi massa
menyiarkan informasi gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam
jumlah yang banyak dengan menggunakan media. (Effendy, 1986:61). Selain
komunikasi modern ini, perlu dijelaskan pula tentang komunikasi tradisional. Dimana
terdapat beberapa sarjana diantaranya Everett M. Rogers, yang dikutip oleh Effendy
menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang
meliputi teater rakyat juru dongeng, keliling, juru pantun dan lain-lain.
2.3.
Proses Komunikasi Massa
Dalam prosesnya komunikasi berlangsung secara berputar (sircular), tidak
melurus (linier), ini berarti ide sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa dapat
berubah menjadi suatu pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, dan itu harus diusahakan agar menghasilkan suatu efek komunikasi
dalam bentuk tanggapan. Dengan kata lain bahwa komunikator dituntut untuk lebih
aktif untuk melihat efek atau akibat dalam diri komunikan dari hasil komunikasi yang
perlu dilancarkan itu.
28 |
Gambar 2.3.1
Proses Komunikasi Massa
Kn
PR
KT
P
M
Kn
Kn
Tanggapan
Keterangan :
PR : Peristiwa
KT : Komunikator
P : Pesan
M : Media
Kn : Komunikan
(Effendy, 1992: 311)
Jadi yang membedakan antara komunikasi massa dengan komunikasi lainnya
adalah dalam penggunaan media, yaitu media massa. Pesan yang disampaikan selalu
menggunakan media massa seperti televisi, surat kabar, radio, majalah dan lain-lain.
Seperti yang tertera pada gambar 2.3.1 pesan selalu melalui media dan yang
membedakan dengan komunikasi lainnya adalah feed back yang tidak langsung
(delayed) terhadap komunikator.
2.4.
Karakteristik Komunikasi Massa
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa,
diuraikan sebagai berikut :
29 |
Komunikasi massa bersifat umum, pesan komunikasi yang disampaikan
melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
1. Komunikasi bersifat heterogen perpaduan antara jumlah komunikan yang
besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesanpesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen
komunikan.
2. Media
massa
menimbulkan
keserempakan.
Yang
dimaksud
dengan
keserempakan adalah kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak
jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah.
3. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi. Dalam komunikasi
massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat nonpribadi,
karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sehingga komunikator bersifat non
pribadi (Effendy, 1986:61-64).
2.5.
Uses and Gratification Theory
Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk supra
rasional dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam
model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan
pesan. Dibandingkan dengan model jarum hipodermis, model uses and gratifications
mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan
sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada
kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan akibat-akibat lain, barangkali termasuk
juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20).
30 |
Rumusan asumsi-asumsi dasar dari teori ini:
1) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini
terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak
yang bersangkutan.
4) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum
diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Blumler dan Katz, 1974:22).
BAGAN 2
USES AND GRATIFICATION THEORY
Pendekatan Efek
Pendekatan Uses and
Gratification
Keuntungan *Relevansi sosial.
*Memberikan
*Memperhitungkan
Kerugian
deskripsi
dinamis
tentang khalayak.
seluruh proses komunikasi.
*Khalayak tidak sepenuhnya pasif.
*Minat karakteristik stimuli.
*Menjelaskan penggunaan media.
*Khalayak sering dilukiskan
sebagai
makhluk
yang
seluruhya pasif dan mudah
dimanipulasikan.
*Pandangan mekanistis
terhadap proses komunikasi.
*Terlalu banyak menjelaskan
efek
dalam
hubungannya
*Stimuli
tidak
diperhitungkan
hanya model proses penerimaan
saja.
*Melebih-lebihkan
rasionalitas
dan keaktifan anggota khalayak.
*Menggunakan
faktor-faktor
mental (seperti motif mencari
keterangan).
dengan stimuli.
31 |
2.6.
Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa,
menurut Effendy mengatakan bahwa efek komunikasi massa tersebut diklasifikasikan
sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif yang mengarah kepada efek
behavioral. Lebih jelasnya lagi akan dirumuskan di bawah ini :
1. Efek kognitif ini berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti atau yang tadinya
bingung menjadi jelas.
2. Efek afektif berkaitandengan perasaan, akibat terpaan media massa yang
bermacam-macam, seperti senang sehingga terbahak-bahak, sedih sehingga
mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan lain-lain. Perasaan yang
hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan benci, kesal, kecewa,
penasaran, sayang dan sebagainya.
3. Efek konatif bersangkutan dengan tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif tidak langsung timbul
sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif
dan afektif, dengan kata lain perkataan timbulnya efek konatif setelah muncul
kognitif dan afektif (Effendy, 1993 : 310).
Sebagai contoh efek komunikasi massa ini yaitu, kita ingin tahu, bukan untuk
apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar
dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menggerakkan prilaku
kita, inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa. Sebagai contoh lagi kita
pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak kecil
setelah menonton film porno disuatu tempat di Indonesia, atau beberapa orang
32 |
pemuda berandal yang membakar seorang wanita di Boston setelah menyaksikan
adegan yang sama pada film malam minggu, yang disiarkan ditelevisi ABC.
Perkembangan penelitian efek komunikasi massa, mengalami pasang surut
menurut pandangan peulisi. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat
berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir
tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media. Maka
akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa, baik yang berkaitan
dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe (Wilhoit dan
Harold De Bock, 1980:78), ini adalah pendekatan pertama yang terjadi pada diri
khalayak massa, penerimaan informasi, perubahan perasaan, atau sikap, dan
perubahan prilaku, atau dengan istilah lain perubahan kognitif, afektif dan behavioral.
Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa
individu, kelompok, organisasi, masyarakat dan bangsa.
Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan
pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya
dengan emosi, sikap, dan nilai.
Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku. Setelah menyaksikan
wawancara seorang transmigrasi (efek kognitif), atau mungkin anda terharu karena
mendengar keberhasilan mereka dan mendukung digalakkannya transmigrasi efek
(afektif), atau mungkin anda segera mendaftarkan diri untuk ikut transmigrasi (efek
behavioral).
33 |
Menyinggung tentang efek komunikasi massa terbagi dua yaitu efek yang
diharapkan (fungsional effect) dan efek yang tidak diharapkan (disfungsional effect).
Maka kasus yang di atas merupakan efek yang tidak diharapkan (disfungsional effect).
Dan pada saat yang sama kita juga percaya bahwa surat kabar dapat menambah
perbendaharaan pengetahuan kita, sehingga kita masukan koran ke desa, walaupun
rakyat desa lebih memerlukan subsidi makanan yang bergizi. Kita menaruh perhatian
pada peranan televisi dalam menanamkan mentalitas pembangunan sehingga kita
bermedia meminjam uang untuk membeli satelit komunikasi. Semuanya didasarkan
pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek yang diharapkan
(fungsional effect) pada diri khalayaknya. Sebagai contoh efek yang diharapkan pada
saat kita sedang menonton acara dapur kita di Indosiar yang menyajikan masakanmasakan favorit, maka kita langsung tertarik untuk mencoba masakan tersebut, dan
kita jadi rajin masak, itulah salah satu contoh efek komunikasi massa yang diharapkan
(fungsional).
2.7.
Fungsi Komunikasi Massa dalam Tayangan Religitainment
Adapun fungsi utama komunikasi massa yang melekat di tiap-tiap media
berbeda, tergantung pada jenisnya. Fungsi komunikasi massa menurut Onong U.
Effendy (1995: 31) adalah “menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to
educate), menghibur (to entertain), mempengaruhi (to influence)“.
Televisi
memenuhi keempat fungsi komunikasi massa, namun menurut Dr. Edward Depari,
mantan PR Manager RCTI, yang paling dominan adalah fungsi hiburan. Ruh dari
tayangan TV adalah hiburan.
Menyampaikan informasi (to inform), merupakan fungsi utama dari media
massa, karena pada dasarnya media massa membawa berbagai pesan-pesan sebagai
34 |
hasil liputannya yang ingin disampaikan kepada khalayak. Masyarakat akan selalu
membutuhkan informasi mengenai berbagai hal, karena melalui informasi khalayak
akan mengetahui, mengerti dan memahami tentang hal-hal yang tidak atau belum
diketahuinya. Bagi sebagian publik, tayangan mistik dapat memberi informasi
mengenai berbagai tempat yang dianggap angker, seram dan berhantu.
Mendidik (to educate), merupakan dimana media massa tidak hanya sebagai
penyampai informasi yang bersifat informatif, tetapi media massa juga berupaya
memberikan nilai pendidikan yang bermanfaat untuk khalayaknya. Tayangan mistik
disebut oleh Production House (PH) dan pengelola stasiun TV sebagai tayangan yang
membuka pikiran penonton akan keberadaan makhluk gaib. Tetapi, mereka
memanggil makhluk gaib dengan ritual yang melanggar aqidah seorang muslim.
Sebagai ilustrasi, seorang tukang obat di sekitar alun-alun Bandung mengatakan
bahwa ilmu kebal yang dimilikinya adalah ilmu Allah, tetapi pada bulan suci
Ramadhan ia memakan silet
dan minum air mineral. Jadi, pernyataan mereka
sungguh bertolak belakang dengan tindakan mereka.
Menghibur (to entertain), yakni menyatakan bahwa media massa adalah media
yang menghibur masyarakat. Media menimbulkan kesenangan untuk mengikuti acara.
Penonton merasa senang setelah menonton. Tayangan mistik bisa saja menimbulkan
rasa takut, tapi rasa takut tersebut menjadi sensasi tersendiri bagi penonton. Penonton
terhibur dengan munculnya rasa “takut” dalam diri mereka. Seperti halnya air mata,
tidak selalu air mata cermin dari kesedihan. Air mata bisa saja menunjukkan
kebahagiaan. Penonton “merindukan” sensasi dari rasa takut. Sebagai penguat
sinyalemen ini, beberapa penonton mengatakan kepada penulis bahwa mereka takut
tapi mereka merasa senang dengan rasa takut saat menonton tayangan mistik. Mereka
35 |
terhibur dengan kemunculan primadona baru, yakni jin yang disebut sebagai
kuntilanak, tuyul, buto ijo dan fenomena suara-suara gaib.
Mempengaruhi (to influence), merupakan fungsi yang menjelaskan bahwa
media massa berupaya untuk menumbuhkan keyakinan, sikap, kepercayaan dan nilai
seseorang terhadap informasi-informasi yang disuguhkan media kepada khalayak.
Apabila tertanam keyakinan, kepercayaan serta nilai yang positif dari khalayak
terhadap media massa, maka media massa akan menjadi tolak ukur kebenaran dari
suatu berita yang disampaikan. Yang dikhawatirkan, tayangan mistik dapat
meneguhkan kepercayaan seseorang bahwa makhluk gaib memiliki kekuasaan atas
diri seseorang. Mereka dapat mengganggu seseorang. Bila memasuki tubuh seorang
mediator, dia dapat mengatakan bahwa dia adalah roh orang yang dibunuh di rumah
sang mediator. Padahal, itu adalah jin yang mengaku sebagai roh gentayangan.
Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi media massa di atas, dapat dilihat
bahwa tayangan religitainment yang menjamur di televisi lebih menonjol pada fungsi
untuk menghibur dan mempengaruhi. Sayangnya, hiburan yang satu ini tidak selaras
atau bertentangan dengan fungsi media lain yang sangat penting yaitu mendidik.
Acara ini justru lebih tampak
sebagai pembodohan publik dari pada mendidik.
Masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, dikhawatirkan akan
mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat mistis. Apalagi jumlah masyarakat yang
berpendidikan rendah masih sangat banyak, ditambah kurangnya pemahaman tentang
agama dapat menjadikan masyarakat bersikap irasional dalam menghadapi kehidupan,
seperti bersemedi, memberi sesajen, dan lain sebagainya, yang nantinya akan bergulir
menjadi syirik.
36 |
Harapan publik akan hadirnya tayangan acara yang sarat dengan norma dan
nilai, dibuyarkan oleh maraknya tayangan religi yang bernuansa mistik di TV .
Berdasarkan pendapat Lasswell & Wright (dalam Panuju, 1997: 94), mengenai
paradigma keseimbangan di antara fungsi media massa, tayangan mistik dapat
menciptakan ketidakseimbangan. Fungsi sosial yang mengupayakan transmisi nilai
dan norma dikaburkan dengan fungsi hiburan tayangan mistik yang tidak mendidik.
Sebagai contoh nyata, pada tahun 2006 dalam acara Gentayangan di TPI, pembawa
acara Uka-uka (uji keberanian dan uji kebenaran) mengatakan kepada penonton
bahwa Uka-uka ditayangkan untuk menghindarkan penonton dari syirik. Tetapi,
mereka memanggil makhluk gaib penghuni tempat angker dengan memberi sesaji.
Sungguh bertolak belakang dengan pernyataan mereka. Dalam acara Pesugihan di
Anteve, penonton diajak untuk mengikuti perjalanan/pengalaman orang yang pernah
menjalani pesugihan.
Panuju (1997:97-100) menambahkan, media massa telah mengarahkan
manusia memahami kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Tetapi, ketika televisi
berhasil
menyeruak ke dalam hampir setiap rumah tangga manusia, maka
keseimbangan itu menjadi terusik. Fungsi hiburan media massa dapat dikatakan telah
mengalahkan dimensi pendidikannya.
Jadi, daya kritis rasionalitas masyarakat
diracuni dengan pesan-pesan tayangan mistik yang membodohi. Karenany,a
peningkatan kualitas pemilikiran masyarakat Indonesia yang diharapkan tumbuh oleh
media massa, nampaknya semakin menjadi mitos.
Disadari atau tidak media massa dalam hal ini televisi bukan hanya menjadi
alat komunikasi, tapi juga merupakan sebuah industri yang mencari keuntungan. Saat
ini indstri pertelevisian di Indonesia sedang berkembang pesat, makin banyaknya
saingan dalam menjual pesan komunikasi mengakibatkan ketidakseimbangan dalam
37 |
tubuh industri tersebut. Masih besarnya minat masyarakat terhadap hal yang berbau
mistik, dimanfaatkan dengan baik oleh para industriawan televisi untuk meraup
keuntungan. Makin besarnya minat khalayak terhadap acara mistik, makin tinggi
rating acara. Makin tinggi rating acara mistik, makin banyak besar pula keuntungan
yang mereka dapatkan dari pemasang iklan. Hal ini tidaklah salah, karena setiap
industri pasti mecari keuntungan. Yang menjadi masalah adalah ketidakseimbangan
media dalam menjalankan fungsinya, pesan-pesan mistik yang disampaikan mungkin
menghibur khalayak namun juga mempengaruhi mereka menjadi irasional dan
musyrik.
2.8.
Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Media komunikasi massa yang sering dibahas oleh para ahli media adalah
media yang memiliki ciri khas, yakni yang mampu memikat perhatian khalayak
secara serempak dan serentak). Pers, Radio, televisi, dan film, media inilah yang
paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan. Dan semakin
lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi sehingga senantiasa
memerlukan pengkajian yang seksama. Oleh karena itu media ini memiliki unsur dari
proses komunikasi. Unsur-unsur dari proses komunikasi massa ini ialah adanya
isyarat dan lambang-lambang yang mengandung arti. Sedangkan komunikasi massa
adalah berkomunikasi dengan massa (audience atau khalayak sasaran). Massa disini
dimaksudkan sebagai para penerima pesan komunikan, yang memiliki status sosial
dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi
massa tidak menghasilkan feedback (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda
dalam waktu yang relatif lama.
38 |
Dimana ciri-ciri massa yaitu antara lain :
1. Jumlahnya besar.
2. Antara individu tidak ada hubungan / organisatoris.
3. Memiliki latar belakang sosial yang berbeda.
Televisi sebagai media komunikasi massa adalah proses komunikasi antar
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi. Televisi
sebagai media komunikasi massa bersifat periodik, dimana lembaga penyelenggara
komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan
organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Selain itu media televisi juga
bersifat “transitory” (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampaikan
melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat dilihat dan didengar secara
sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar tetapi juga dilihat dalam gambar
yang bergerak atau dapat pula disebut dengan audio visual (Wahyudi, 1991:16).
Tujuan akhir dari penyampaian pesan melalui media televisi bisa menghibur,
mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. Televisi
sebagai media massa terbagi dalam beberapa bagian yaitu siaran informasi atau
pemberitaan. “news buletin” (berita harian), “news magazine” (berita berkala),
wawancara televisi serta laporan investigasi terhadap suatu kasus (Wahyudi,
1991:19).
Dalam menyampaikan isi pesannya, televisi sebagai media komunikasi massa
memiliki sifat-sifat yaitu publisitas, perioditas, universalitas, aktualitas, dan
kontinuitas. Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi ini apabila sudah
ditayangkan akan menimbulkan pendapat umum. Pendapat umum tersebut menjadi
penting artinya bagi para politikus, karena akan menghasilkan suatu kekuatan yang
dapat diarahkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Kehadiran televisi menjadi
39 |
bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang
lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi
tentang suatu isu yang sedang terjadi dibelahan dunia.
Dalam hal ini massa menjadi objek utama dari liputan media televisi, terlepas
apakah dalam tayangan liputannya media tersebut bertujuan mempropaganda ideologi
suatu negara atau masyarakat. Semuanya sudah menjadi konsekuensi yang harus
diterima oleh masyarakat yang sudah terlanjur menganggap teknologi industrialisasi
sebagai zaman keemasan bagi suatu bangsa, yang perlu diwaspadai dari televisi
sebagai media komunikasi massa adalah terjadinya ketimpangan arus informasi dari
negara maju yang memonopoli untuk kepentingannya. Tanpa melihat dunia ketiga
sebagai subjek yang juga membutuhkan sarana informasi untuk mengembangkan
keadaan sosial, politik dan ekonominya.
2.8.1. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Fungsi televisi pada dasarnya adalah pelaksanaan dari fungsi media massa
pada umumnya, fungsi media massa terdiri dari fungsi sebagai penyampaian
informasi (media pekerjaan), pendidikan dan hiburan. Sedangkan titik berat masingmasing fungsisnya erat sekali kaitannya dengan jenis dan sifat siaran yang
ditanyangkan suatu stasiun televisi, ketiga fungsi televisi tersebut antara lain :
1. Fungsi Penerangan (The Information Fungsional)
Televisi dalam melakukan fungsi penerangan terdapat dua
faktor yaitu
immedary dan realism. Dimana immediary mencakup pengertian langsung dan
dekat, peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar
oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Meskipun mereka dapat
menyaksikan dengan jelas dari jarak yang sangat dekat, menyaksikan jalannya
40 |
pertandingan melalui pesawat televisi bagi khalayak jauh lebih memuaskan
dari pada membacanya dari surat kabar yang menginformasikan keesokan
harinya. Realism dalam arti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya
secara audio visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya, sesuai
dengan kenyataan. Jadi pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri. Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi lain
menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita yang
dibaca penyiar dilengkapi gambar yang sudah tentu faktual, juga diskusi panel,
ceramah, komentar dan lain-lain yang semuanya realistis.
2. Fungsi Pendidikan (The Education Functional)
Televisi sebagai media komunikasi massa merupakan sarana yang tepat untuk
menyiarkan acara pendidikan kepala khalayak yang jumlahnya begitu banyak
secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat. Stasiun televisi menyiarkan acaraacara tertentu secara teratur. Misalnya pelajaran bahasa, matematika,
elektronika dan lain-lain. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara
berkesinambungan, stasiun televisi juga menyiarkan acara yang secara implisit
menyandang pendidikan.
3. Fungsi Hiburan (The entertainment Functional)
Di berbagai negara fungsi hiburan sangat melekat pada televisi, siaran lebih
mendominasi, terutama dinegara sebagaian besar banyak waktu masa siaran
diisi oleh acara-acara hiburan, hal ini disebabkan pada layar televisi dapat
ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat
dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan yang tuna
aksara (Effendy, 1993:24).
41 |
2.8.2. Kelebihan dan Kekurangan Televisi
Dengan adanya fungsi televisi sebagai media komunikasi massa maka televisi
mempunyai kelebihan dan kekurangannya antara lain :
A. Menurut Jenkins kelebihannya yaitu :
1. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali dan mereka itu tetap dapat
mengambil manfaatnya sekalipun tidak dapat membaca.
2. Televisi dapat mengajar subjek dengan baik.
3. Televisi dapat bersifat otoritatif dan bersahabat.
4. Televisi lebih berhasil dalam misi pendidikan karena dapat dikemas melalui
hiburan sehingga masyarakat tidak merasa digurui.
5. Gambar yang disajikan dapat terlihat dengan jelas.
6. Dengan adanya kekuatan visual (gambar) menjadikan pesan-pesan semakin
mudah dipahami karena melalui gambar hidup.
(Jahi, 1988:140).
B. Kekurangan televisi adalah :
1. Televisi merupakan medium dengan waktu terbatas, artinya program-program
yang disiarkan televisi terbatas, sehingga pemirsa tidak mempunyai
kesempatan untuk memilih bagian-bagian yang terpenting dan pengulangan
kembali. Apa yang dilihat dan apabila ada dua program yang disiarkan secara
bersamaan,
maka
pemirsa
tidak
memiliki
kesempatan
untuk
membandingkannya kecuali jika pemirsa merekamnya dalam kaset video.
2. Televisi merupakan medium dengan kompleksitas yang tinggi dan biaya
pengoperasiannya yang mahal, sebab kamera, film, video tape, peralatan
transmisinya memerlukan banyak ahli untuk dapat menanganinya disamping
komunikatornya sendiri. Biaya mengoperasikan televisi demikian tingginya.
42 |
3. Keberadaan
televisi
sering
menunjukkan
kontraversial
dimasyarakat.
Maksudnya sebagai contoh adanya pemberitaan di Indosiar tentang
pencampuran zat kimia pada produk jamu tradisional maka masyarakat
menjadi takut untuk mengkonsumsi jamu.
4. Televisi seringkali menayangkan acara yang menimbulkan kesan kekerasan
sehingga masyarakat sering meniru prilaku yang ada di acara tersebut. sebagai
contoh ditayangkannnya film Superman untuk anak-anak dimana dalam film
tersebut diperlihatkan adegan terbang, maka anak yang menonton film tersebut
akan melakukan perilaku yang sama seperti yang dilakukan Superman
tersebut, sehingga perilaku yang membahayakan keselamatan diri anak.
(Wahyudi, 1989:25-26).
2.9.
Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Anak
Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir
sepanjang hari. Anak-anak menonton acara TV apa saja karena kebanyakan keluarga
tidak memberi batasan menonton yang jelas. Mulai dari acara gosip selebritis; berita
kriminal berdarah-darah; sinetron remaja yang penuh kekerasan, seks, intrik, mistis,
amoral; film dewasa yang diputar dari pagi hingga malam; penampilan grup musik
yang berpakaian seksi dan menyanyikan lagu dengan lirik orang dewasa; sinetron
berbungkus agama yang banyak menampilkan rekaan azab, hantu, iblis, siluman, dan
seterusnya. Termasuk juga acara anak yang banyak berisi adegan yang tidak aman
dan tidak pantas ditonton anak.
Bayangkan kalau anak-anak kita adalah satu dari mereka yang tiap hari harus
menelan hal-hal dari TV yang jelas-jelas tidak untuk mereka tapi untuk orang dewasa.
Anak-anak akan sangat berpotensi untuk kehilangan keceriaan dan kepolosan mereka
43 |
karena masuknya persoalan orang dewasa dalam keseharian mereka. Akibatnya,
sering terjadi gangguan psikologi dan ketidakseimbangan emosi dalam bentuk
kesulitan konsentrasi, perilaku kekerasan, persepsi yang keliru, budaya 'instan',
pertanyaan-pertanyaan yang 'di luar dugaan' dan sebagainya.
Hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas
dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal yang
lebih penting daripada sekadar menonton TV. Namun jutaan orangtua di Indonesia
pada umumnya cemas dan khawatir dengan isi siaran TV kita. Kalangan industri
televisi punya argumentasi sendiri mengapa mereka menyiarkan acara-acara yang
tidak memperhatikan kepentingan anak dan remaja. Intinya, kepentingan bisnis telah
sangat mengalahkan dan menempatkan anak dan remaja kita sekadar sebagai pasar
yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya. Meski beberapa stasiun TV sudah mulai
memperbaiki isi siaran mereka, itu tetap tidak bisa menghilangkan kesalahan mereka
di masa lalu dalam memberi 'makanan' yang merusak jiwa puluhan juta anak
Indonesia.
Pemerintah maupun institusi lain, terbukti tidak mampu membuat peraturan
yang bisa memaksa industri televisi untuk lebih sopan menyiarkan acaranya.
Sehingga, tidak ada pilihan lain kecuali individu sendiri yang harus menentukan sikap
menghadapi situasi ini. Anggota masyarakat yang bersatu dan memiliki sikap yang
sama untuk menolak perilaku industri televisi kita, akan menjadi kekuatan yang besar
apabila jumlahnya makin bertambah. Penolakan oleh masyarakat yang merupakan
pasar bagi industri televisi, pada saatnya akan menjadi kekuatan yang luar biasa besar.
44 |
Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih &
intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk
memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan
waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak
menonton TV sekitar 170 jam. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu
menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton,
bukannya bermain di luar dan berolah-raga. Hal ini menjauhkan mereka dari
pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan
teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan
orang lain.
Faktanya adalah anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan
terhadap dampak negatif siaran TV. Data th 2006 mengenai jumlah jam menonton TV
pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun .
Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai
1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, "Kidia" mencatat
bahwa pada 2005 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu
harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan
sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan
selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam. Jadi, selain
sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.
Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak
Aman untuk anak. Acara yang 'Aman': tidak banyak mengandung adegan kekerasan,
seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan
mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi. Acara yang 'Hatihati': isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema
45 |
cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus
didampingi ketika menonton. Acara yang "Tidak Aman": isi acara banyak
mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya
tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak
menonton acara ini.
2.10.
Tinjauan Sinetron
Kehadiran sebuah sinetron di tengah-tengah masyarakat bukanlah merupakan
hal yang baru sama sekali, sebab pemutaran sebuah sinetron dimulai ketika televisi
pertama di Indonesia yaitu TVRI pernah menayangkan sinetron sebagai salah satu
paket unggulan acaranya ketika stasiun televisi swasta belum bermunculan seperti
sekarang ini, contohnya sinetron Sengsara Membawa Nikmat, kisah Siti Nurbaya, dan
yang lain-lainnya. Dimana pada saat itu siaran sinetron tersebut banyak di gandrungi
oleh pemirsa televisi di Indonesia. Namun pada saat itu masyarakat di Indonesia
belum menyebut paket acara tersebut sebagai sinetron melainkan menyebutnya
sebagai siaran acara drama televisi. Karena istilah sinetron baru muncul pada
beberapa tahun terakhir ini ketika peta pertelevisian di Indonesia telah mengalami
perkembangan dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta.
Istilah sinetron sendiri berasal dari gabungan dari dua istilah cinema dan
electronic, sebagaimana yang disebutkan oleh Onong U.E. dalam kamus komunikasi
bahwa istilah sinetron merupakan “akronim dari dua istilah ‘cinema’ dan ‘akronim’,
berarti film cerita seperti yang lazim dipertunjukkan di gedung bioskop yang
disiarkan melalui media elektronik seperti TV dan Video”. (Effendy, 1989:50). Oleh
karena sinetron merupakan gabungan dari dua istilah atau kata cinema dan elektronic,
sehingga film yang ditampilkan pada sebuah layar televisi kini lebih popular dengan
46 |
sebutan sinetron walaupun acara tersebut mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah
film drama.
Seiring dengan berjalannya waktu, istilah sinetron lebih semakin popular
dikalangan masyarakat pencinta televisi Indonesia. Hal tersebut diikuti dengan
semakin banyaknya rumah-rumah produksi (Production House) di Indonesia yang
menggarap produk andalannya untuk ditayangkan di salah-satu stasiun televisi baik
televisi swasta maupun televisi “milik” pemerintah seperti TVRI. Mekarnya produksi
sinetron di Indonesia karena dilatar-belakangi semakin melemahnya nilai jual film
layar lebar terutama film garapan nasional di bioskop-bioskop di Indonesia. Hal
tersebut di karenakan semakin banyak berdatangan dan semakin mudahnya film-film
impor yang masuk ke Indonesia, sehingga film-film impor tersebut lebih banyak
digandrungi oleh para pecinta film layar lebar yang rata-rata filmnya mempunyai nilai
jual yang lebih daripada film produksi dalam negeri.
Oleh karena itu, kini banyak para sutradara yang dulunya memproduksi film
untuk layar lebar kini lebih menyenangi untuk memproduksi sebuah sinetron yang
banyak disenangi masyarakat di Indonesia. Dalam sebuah sinetron terkadang
menceritakan tentang sebuah realitas yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat
pada saat tersebut. Sehingga dalam membuat paket sinetron, kru televisi (sutradara,
pengarah acara dan produser) harus memasukkan isi pesan yang positif bagi pemirsa.
Dengan kata lain, pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat
dalam realitas sosialnya. Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi sosial dan
moral dalam kehidupan masyarakat tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam
menentukan sikap. “Pesan-pesan sinetron terkadang terungkan secara simbolis dalam
alur ceritanya. Kalau isi pesan sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif
47 |
dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya
gambaran semu”. (Kuswandi, 1996:131).
Sinetron sebagai salah-satu bentuk mata acara di televisi yang banyak
mengandalkan penyampaian pesannya melalui daya tarik alur cerita, tokoh yang
bermain, dialog, penampakkan ruangan dan lain sebagainya, juga merupakan salah
satu bagian dari produk televisi yang mengandalkan penampakan gambar yang
bergerak atau yang bersifat moving dapat memberikan rangsangan yang besar kepada
pemirsanya untuk mengingat sebuah pesan pada suatu sinetron. Tjipta Lesmana
mengatakan “menurut literatur ilmu jiwa, gambar yang bersifat moving tadi dapat
‘tertanam’ di dalam benak kita dalam tempo yang lama sekali. Makin besar daya pikat
atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pengaruh yang ditimbulkannya.
Artinya, kita akan lebih sering teringat dan membayangkannya”. (editor Mulyana &
Ibrahim, 1997:139).
2.11.
Tinjauan Aspek Kognitif
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia saat ini, kehadiran media
massa di tengah-tengah masyarakat telah ikut berperan serta dalam menambah
perbendaharaan pengetahuan bagi manusia. Televisi sebagai salah-satu media dalam
komunikasi massa dapat menimbulkan efek pada komunikannya bukanlah suatu
pernyataan yang tidak dapat disanggah kebenarannya. Salah satu efek yang
ditimbulkan dari kehadiran media massa bagi komunikannya adalah efek kognitif,
“efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang
semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa
jelas” (Effendy, 1993:319). Dalam konteks ini pesan yang disampaikan komunikator
media massa ditujukan kepada pikiran (aspek kognisi) komunikan.
48 |
Menurut Neisser “Istilah ‘cognitive’ berasal dari kata cognition yang
padanannya adalah knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan”. (Syah, 1995:65).
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan aspek kognitif terhadap individu
mengalami perluasan studi terutama bila dikaitkan dengan studi-studi efek
komunikasi massa. Hal ini misalnya terlihat dalam penekanan bagaimana pesan-pesan
media diterima, bagaimana pola-pola perilaku dipelajari dana malah ditiru dari
penggambaran media, bagaimana sikap itu terjadi, pengetahuan seseorang berubah,
nilai-nilai diteguhkan diterima ataupun malah ditolak, maupun perilaku yang
dihasilkan melalui proses persuasi.
“Aspek kognitif banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh
suatu pemahaman akan dirinya serta lingkungannya, dan bagaimana dengan
kesadarannya ia bertindak terhadap lingkungannya”. (Pawit M. Yusuf, 1990:42). Dari
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa aspek kognitif yang ditimbulkan akibat
dari terpaan media massa yang berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran khalayak
terhadap lingkungannya.
Menurut teori medan kognitif menyebutkan bahwa aspek kognitif “berkenaan
dengan bagaimana orang mendapatkan pengertian mengenai diri mereka sendiri dan
lingkungan mereka, bagaimana menggunakan pengetahuan mereka dan bagaimana
bertindak dalam hubungan dengan lingkungan”. (Sudjana, 1991:96). Menurut teori
medan kognitif bahwa aspek kognitif dari khalayak media massa adalah pengertian
dan pengetahuan khalayak terhadap isi media massa.
Dengan demikian aspek kognitif ini banyak berhubungan dengan pikiran
khalayak, terutama kaitannya dengan efek yang ditimbulkan oleh media massa
terhadap pertambahan informasi, perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan
49 |
diyakini khalayak. Oleh karena itu dalam penelitian ini aspek kognitif anak dalam
penelitian ini berupa perubahan yang terjadi pada anak setelah menyaksikan sinetronsinetron bernuansa mistis, yang meliputi penambahan pengetahuan, pemahaman, dan
keyakinan anak mengenai sinetron bernuansa mistis.
2.12.
Tinjauan Berpikir
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan
baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana
logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
sahih”. (William S. dan Mabel L, 1965:3).
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai
dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan
melakukan penelaah yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan
kesimpulan, yakni logika deduktif dan logika deduktif. Logika induktif erat
hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika
deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
50 |
pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum penting artinya
karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa
pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang beraneka
ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa
pertanyaan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi
dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam
pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat
reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang
menyangga wujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan
cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya secangkir kopi atau pahitnya
sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat
kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah
cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir
teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara
deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat
disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Pengetahuan disusun secara
sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamental.
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran
induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
51 |
mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat
dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
2.13.
Tinjauan Anak
Dalam perkembangan jiwani anak, pengamatan menduduki tempat yang
sangat penting. Beberapa teori mengenai fungsi pengamatan ini dipaparkan oleh
Meumann, Stern dan Oswald kroh. Teori Oswald Kroh dalam bukunya: “Die
Psychologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar) menyatakan
adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu:
a) Periode sintese-fantastis, 7-8 tahun. Artinya, segala hasil pengamatan
merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar.
Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi
dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda,
kisah-kisah, dan cerita khayalan
b) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah bisa membedakan
bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubung-hubungkan satu dengan
lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan
pengamatan konkrit.
c) Periode realisme kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan
kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan.
Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau
menjadi satu struktur.
d) Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan
kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya.
Masa ini dibatasi oleh gejala PUBERTAS KEDUA (Trotzalter kedua, Masa
menentang kedua).
Mula-mulanya sikap anak terhadap kenyataan faktual bercorak sangat
subyektif. Lambat laun gambaran yang diperoleh tentang alam nyata akan makin
bertambah sempurna dan makin obyektif. Hubungan antara benda-benda dengan diri
sendiri tidak lagi didasarkan pada penghayatan yang subyektif, akan tetapi berubah
menjadi pengamatan yang obyektif. Dengan begitu anak mulai merebut atau
52 |
menguasai dunia sekitar secara obyektif. Dalam fase inilah anak menceburkan diri ke
dalam masyarakat luas, yaitu masyarakat di luar keluarga, Taman Kanak-kanak,
sekolah, dan kelompok-kelompok sosial lainnya. Mengingat perkembangan anak yang
amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang
tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungís-fungsi
anak. Terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka
anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas berupa sekolahan,
untuk mengembangkan semua potensinya. Anak usia sekolah dasar mulai memandang
semua peristiwa dengan obyektif. Semua kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan
penuh minat.
2.13.1. Fase Praoperasional
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya
tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan yang
bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapt berbentuk melakukan percakapan melalui
telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis
lainnya. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional, yaitu suatu proses
berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang
memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya.
Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat
dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu:
53 |
1. Subfase berpikir secara simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak
2. Subfase berpikir secara egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak
benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab
itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang
lain.
3. Subfase berpikir secara intuitif
Fase berpikir secara intuitif yaitu, kemampuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui
dengan pasti alasan untuk melakukannya.
2.13.2. Pikiran, Ingatan, dan Fantasi Anak
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara
berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium relajar.
Disamping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap
pembentukan akal-budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak
keterampilan
mulai
dikuasai,
dan
kebiasaan-kebiasaan
tertentu
mulai
dikembangkannya. Dari iklim yang egosentris, anak memasuki dunia obyektif dan
dunia pikiran orang lain. Hasrat untuk mengetahui realitas bensa dan peristiwaperistiwa mendorong anak untuk menelti dan melakukan eksperimen.
Minat anak pada periode tersebut terutama sekali tercurah pada segala sesuatu
yang dinamis bergerak. Anak pada usia ini sangat aktif dinamis. Segala sesuatu yang
54 |
aktif dan bergerak akan sangat menarik minat-perhatian anak. Lagi pula minatnya
banyak tertuju pada macam-macam aktivitas. Dan semakin banyak dia berbuat, makin
bergunalah aktivitas tersebut bagi proses pengembangan kepriadiannya. Ingatan anak
pada usia 8-12 tahun ini mencapai intensitas paling besar, dan paling kuat. Daya
menghafal dan daya memorisasi
(dengan sengaja memasukkan dan melekatkan
pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah
materi ingatan paling banyak.
Kehidupan fantasi mengalami perubahan penting. Pada usia 8-9 tahun anak
menyukai sekali cerita-cerita dongeng. Misalnya Timun Emas, Bawang Putih Bawang
Merah, Malin Kundang. Unsur-unsur yang hebat dan ajaib dalam dongeng-dongeng
ini mencekam segenap minat anak. Lambat laun, unsur kritis mulai muncul, dan anak
mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati. Namur unsur fantasi masih tetap
memegang peranan penting. Kini anak menghendaki peristiwa riil yang betul-betul
terjadi, atau semestinya harus terjadi. Karena itu, anak lalu menyenangi cerita-cerita
kepahlawanan.
2.13.3. Kehidupan Perasaan Anak dan Rasa Takut
Pada umumnya anak itu lebih emosional daripada orang dewasa. Pada usia
sekolah dasar anak cepat merasa puas. Sifatnya optimis dan kurang dirisaukan oleh
rasa-rasa penyesalan, kepedihan, kesengsaraan, dan kegembiraan orang lain kurang
dipahami atau dihayati oleh anak. Namur kalau ia ikut merasakannya maka perasaan
tersebut tidak ditampakkannya, sebab ia merasa segan, takut, dan malu memaparkan
perasaannya.
Perasaan intelektual anak pada periode ini sangat besar. Teka-teki silang, soalsoal matemik dan perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya berupa
55 |
angka-angka yang utuh) marupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak, baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Sebaliknya, kehidupan emosionalnya
belum begitu berkembang. Kriteria baik dan buruk, indah atau jelek, susila atau
asusila, semua nilai ini dengan serta merta diperoleh anak dari orang tua dan orang
dewasa.
Mengenai perasaan takut pada anak DR. Kartini Kartono menyatakan sebagai
berikut: “perasaan takut dan cemas itu adalah unsur utama dari kehidupan perasaan
yang latent dan merupakan naluri yang memperingatkan manusia akan adanya
bahaya, agar ia siap-sedia melindungi dan mempertahankan diri dari ancaman bahaya.
Rasa takut pada anak akan menyebabkan kecemasan pada saat tidur dan
bangun dengan keadaan panik pada malam hari, hal ini disebabkan oleh kejadiankejadian hebat pada siang hari atau sebelum tidur. Misalnya melihat peristiwa
kecelakaan, bencana, perkelahian, atau melihat tayangan di televisi.
56 |
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
3.1.
Sejarah Singkat Perusahaan
Kekhawatiran terhadap siaran televisi lintas bangsa (transnasional) sering
dilontarkan. Televisi transnasional adalah alat inovasi budaya suatu bangsa terhadap
bangsa lain. Siaran televise tersebut membawa semua nilai-nilai dari masyarkat penghasil
siaran. Karena itu berbagai cara digunakan untuk menangkap perkembangan siaran
televise transnasional.
Kehadiran beberapa jaringan stasiun televisi swasta di Indonesia memang untuk
menunjukan betapa pemerintah mendukung adanya globalisasi di bidang informasi.
Dengan adanya beberapa stasiun televise swasta, masyarakat semakin dewasa menyaring
berbagai peristiwa, acara dan informasi yang di lihatnya di luar Indonesia. Masuknya
informasi dari luar tidak membuat masyarakat Indonesia terpengaruh, tapi lebih
mengambil sisi positifnyadan membuang sisi negatifnya. Untuk itulah kelahiran dan
kehadiran indosiar juga diharapkan mampu memberikan apa yang dikehendaki dan
disukai oleh masyarakat.
Melihat peluang yang terbuka untuk ikut berperan serta dalam pembangunan
masyarakat dan bangsa Indonesia di bidang informasi dan hiburan, maka PT Indosiar
Visual Mandiri melangkah masuk ke dunia pertelevisian swasta.
Akhirnya hadir secara resmi satu stasiun swasta terbaru di Indonesia, setelah
didera berbagai permasalahan. PT Indosiar Visual Mandiri akhirnya berhasil
mendapatkan izin operasional dari pemerintah sebagai televise swasta ke lima di
57 |
Indonesia. Terhitung mulai tanggal 7 Desember 1994 Indosiar diperkenankan mengudara
(on air) secara penuh sebagaimana televise swasta lainnya.
Mengudaranya televisi yang sahamnya dimiliki oleh kelompok salim (salim
group) dimungkinkan setelah yayasan TVRI sebagai pemilik hak siar di Indonesia diajak
bekerjasama dengan Indosiar. Penandatanganan kerjasama tersebut berlangsung di
Jakarta tanggal 7 Desember 1994, perwakilan dari TVRI adalah Azis Husein dan dari
Indosiar adalah Handoko.
PT Indosiar Visual Mandiri ini dipegang oleh Anry Handoko sebagai Direktur
Utama dan Eko Supardjo Rustam sebagai Presiden Komisaris, sedangkan untuk humas
dipegang oleh Andreas Ambessa sebagai koordinatornya.
Sementara itu badan televise swasta sebaiknya jangan menomor satukan
kepentingan idealisme bangsa dan Negara. Untuk itu maka materi siaran jangan sematamata dimaksudkan hanya untuk mengeruk keuntungan dan mengesampiungkan
kepentingan yang lebih luas.
Atas dasar itu dengan berbekal nilai-nilai idealisme indosiar diharapkan bisa
memberikan bobot dan perkembangan siaran televise ditanah air. Dengan begitu berarti
indosiar berperan serta dalam memberikan sumbangan besar bagi terwujudnya ketahanan
nasional yang mantap dikemudian hari.
Televisi sebagai salah satu media yang punya peran besar dalam mempengaruhi
opini publik walaupun dalam penyiarannya tidak bisa terlepas dari hal-hal yang bersifat
bisnis. Namun harus diingat bahwa tujuan utama sebuah media adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
58 |
Usai uji transmisi jaringan, stasiun swasta Indosiar langsung mengadakan siaran
pra pradana selama 29 hari, mulai 18 Desember 1994 sampai 10 Januari 1995, sehari
menjelang siaran resmi nasional. Pada siaran pra pradananya ini ada 8 kota besar di
Indonesia yang dapat dicakupnya, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang dan Medan.
Setelah sekian lama ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya jaringan stasiun
televise swasta PT Indosiar Visual Mandiri Rabu tanggal 11 Januari 1995 resmi
mengudara secara nasional. Kehadiran jaringan stasiun swasta ini sudah dapat dinikmati
melalui uji transmisi selama kurang lebih satu setengan bulan.
Pada saat uji transmisi Indosiar pun melakukan siaran langsung Festuval Sinetron
Indonesia (FSI) pada hari rabu tanggal 14 Desember 1994.
Bila dilihat keberadaan indosiar sendiri, stasiun televise swasta ini sejak tahun
1992 ada. Hal ini disebabkan Indosiar terus mengadakan persiapan yang matang sebelum
memutuskan untuk mengudara. Dengan demikian program yang Indosiar sajikan juga
dapat disajikan dengan persiapan yang matang pula. Uji transmisi dilaksanakan sebulan
lebih ini dimaksudkan untuk memantapkan kedudukan transmiter Indosiar. Dengan masa
uji transmisi yang cukup lama masyarakat dapat mencari-cari saluran Indosiar di luar
stasiun televisi yang lain.
Dengan adanya uji transmisi dan siaran pra pradana, Indosiar ingin mencapai ke
masyarakat pemirsa secara langsung. Itu disebabkan pada tanggal 18 Desember 1994
Indosiar mulai mengadakan siaran pra pradana dan masyarakat diharapkan mau
mengubah salurannya ke Indosiar. Jadi pada saat siaran perdana dimulai masyarakat
59 |
sudah dapat “cune in” ke saluran Indosiar untuk menyaksikan program-program yang
disajikan.
Kehadiran Indosiar dapat dipastikan menambah maraknya dunia pertelevisian di
Indonesia. Masyarakat pemirsapun jadi mempunyai banyak alternative untuk acara-acara
yang disukainya dari berbagai jaringan televisi yang sudah ada, termasuk Indosiar itu
sendiri. Untuk menghadirkan acara-acara yang dapat menarik minat pemirsa, Indosiar
melakukan berbagai kesiapan dalam mengemas program. Kelahiran Indosiar sebagai satu
stasiun televise swasta lain bukan sebelum waktunya (premature), tetapi melalui proses
yang sudah disiapkan dengan matang.
Untuk memberikan kepuasan kepada pemirsa hingga bisa berlama-lama duduk
menantikan setiap acara yang dinantikan, Indosiar pun tidak hanya menawarkan program
sindicated (film import) melainkan juga film local.
Khusus untuk program ini
perbandingan yang ditawarkan adalah 70% untuk program film import dan 30% program
film local. Dari 30% film local, sekitar 70% program local produksi Indosiar dan 30%
adalah produksi dari Production House (PH).
Biasanya program local produksi sendiri mengharuskan Indosiar memiliki studio
dan perlengkapan yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan itu Indosiar memliki
4 studio di kawasan Daan Mogot yang keseluruhannya dilengkapi dengan peralatan
canggih dan lengkap.
Indosiar memberikan perhatian yang besar kepada calon pemirsanya. Target
pemirsa dalah umum dan dari berbagai lapisan, lapisan bawah, menengah dan sampai
lapisan atas. Untuk itulah maka program yang ditayangkan juga beragam mulai dari
konsumsi lapisan bawah sampai lapisan atas.
60 |
Sebagai saluran informasi dan hiburan Indosiar memang bertekad memberikan
yang terbaik kepada permisanya, dan hal itu memang merupakan komitmen Indosiar
dalam menyiapkan setiap program acara.
Pengemasan program acara Indosiar dilakukan semaksimal mungkin, karena
sebagai satu stasiun televisi swasta yang baru lahir Indosiar tetap diharapkan muncul
dengan penampilan prima, sebab tidak akan ada pemirsa yang mau mentolelir bila
program di Indosiar tidak seperti yang diharapkan oleh pemirsa, tidak seperti stasiun
televisi yang sudah mapan berjalan. Indosiar diharapkan bisa langsung berjalandan
berjalan dan berlari untuk mengejar ketinggalannya.
Meskipun demikian kehadiran Indosiar tidak dimaksudkan untuk menyaingi
stasiun televisi yang sudah ada, melainkan melengkapi keberadaan jaringan televise lain.
Dengan demikian masyarakat semakin dewasa dalam menentukan acara apa yang akan
ditontonnya.
Pada siaran perdananya tanggal 11 Januari 1995, Indosiar bisa ditangkap di 8 kota
besar di Indonesia seperti yang telah dipaparkan diatas, dan untuk menagkap siaran dari
Indosiar pemirsa di Jakarta dan sekitarnya bisa mengarahkan antenanya kearah Joglo atau
Jakarta Barat.
Letak transmitter Indosiar memang dipasang di Joglo. Hal ini disebabkan
beberapa stasiun televise swasta yang lain telah terpasang disana. Dengan demikian
pemirsa lebih mudah mengarahkan antenanya tanpa harus mengubah arahnya.
Setiap daerah yang dapat menagkap siaran Indosiar harus memilih frekuensi,
saluran yang sesuai, misalnya untuk pemirsa Jakarta dan sekitarnya (JABOTABEK)
frekuensi salurannya adalah 41 UHF, sedangkan untuk wilayah Bandung 94 UHF,
61 |
Semarang 27 UHF, Yogyakarta 28 UHF, Surabaya 28 UHF, Denpasar 27 UHF,
Ujungpandang 27 UHF, dan Medan 23 UHF.
3.2.
LOGO PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk
Logo dari Indosiar, dipilih seekor ikan yang bertubuh besi yang mengembangkan
sayap dan melintasi bola dunia. Di dalam logo ini terdapat beragam makna dan filosofi.
Ikan besi menggambarkan teknologi mutakhir yang digunakan Indosiar, yaitu teknologi
diogital Kemudian ikan besi tersebut terbang melintasi bola dunia yang menggambarkan
jangkauan Indosiar yang tanpa batas melesat kesegala arah dan diterima oleh segala
lapisan penontonnya. Adapun misi yang dibawa oleh logo ini adalah :
• Futurustik yang dapat diartikan bahwa segala sasuatu yang dilakukan selalu
berorientasi pada masa depan.
• Innovative yang selalu mencari hal-hal baru yang original dan bermanfaat bagi
perusahaan dan pemirsa Indosiar.
• Satisfactory yang selalu mengutamakan kepuasan bagi pemirsa Indosiar pada
semua kalangan.
• Humanity yang berarti Indosiar selalu peduli terhadap lingkungan social
terutama yang menyangkut masalah kemanusiaan.
Selain itu, Indosiar juga mempunyai motto “Indosiar Memang Untuk Anda”
agar senantiasa dekat dengan masyarakat melalui tayangan program-program yang
menarik.
62 |
3.3.
Struktur Organisasi Perusahaan dan Mekanisme Kerja Perusahaan
3.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam menjalankan kegiatan usaha penyiarannya, PT. Indosiar Visual Mandiri
Tbk memiliki struktur organisasi yang baik. Dengan struktur yang ada kerjasama antar
bagian dapat berjalan sangat baik sesuai fungsinya masing-masing. Arus informasi baik
itu dari atas ke bawah maupun sebaliknya mengalir dan terdistribusi dengan terbuka dan
transparan. Dan akhirnya tujuan untuk menyajikan sesuatu yang berkualitas kepada
pemirsa kepada pemirsa dapat tercapai dan memuaskan pula para pemasang iklan.
Adapun struktur organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk adalah sebagai berikut.
63 |
BAGAN 3
Struktur Organisasi PT. Indosiar Visual Mandiri, Tbk.
DIREKTUR
CORPORATE
SECRETARY
PUBLIC
RELATION
CONCORSHIP
BOARD
GENERAL &
TECHNIC
TRANSMISSION
PRODUCTION
SERVICE
INFORMATION
TEKNOLOGI
RESEARCH &
DEVELOPMENT
LEGAL
FINANCE &
ACCOUNTING
HRD
FINANCE &
TREASURY
SALES &
PROGRAMING
ACCOUNTING
PRODUCTION
PROGRAME
NEWS
SALES
NEWS
64 |
3.3.2. Mekanisme Kerja Perusahaan
Tugas dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan distribusikan
secara baik pada masing-masing departemen seperti yang tercantum pada struktur
organisasi perusahaan. Adapun tugas dan wewenang itu adalah sebagai berikut :
1. Corporate Secretary, merupakan sekretaris perusahaan yang membantu direktur
untuk menangani berbagai kegiatan. Departemen-departemen yang berada dalam
tanggung jawabnya adalah :
a. Public Relation, yang bertugas membina hubungan internal maupun eksternal
serta membangun image dan citra baik perusahaan.
b. Conchorhip Board
c. Research & Development yang bertugas untuk melakukan penelitian dan
pengembangan dengan memperbaharui semua system kerja perusahaan yang
dirasakan perlu untuk diperbaharui.
d. Legal, tugasnya adalah menagani semua permasalahan hokum yang
melibatkan perusahaan
2. Information Technologi, merupakan pembantu direktur yang bertanggung jawab
untuk menangani masalah teknologi informasi yang akan digunakan oleh
perusahaan.
3. General and technic, yang bertanggung jawab untuk menangani masalah umum
dan teknik. Adapun bagian-bagian yang ada di dalamnya adalah:
a. Transmision, yang bertugas menangani masalah transmisi siaran perusahaan
b. Production Services yang bertanggung jawab terhadap penyediaan fasilitasfasilitas yang dibutuhkan oleh produksi
65 |
c. HRD, bagian personalia yang menangani masalah kepegawaian.
4. Finance and Accounting, yang bertanggung jawab menangani masalah keuangan
dan akunting.
5. Production, merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap kelancaran
produksi dari program-program acara.
6. Sales, bertugas menangani masalah penjualan program-program acara kepada
pengiklan
a. Sales, bertugas menangani masalah penjualan program-program acara kepada
pengiklan.
b. Programe, bertanggung jawab menangani penyusunan program-program
acara dan proses seleksi terhadap program-program acara yang akan
ditayangkan.
7. News, merupakan departemen yang bertanggung jawab menangani masalah
pemberitaan.
3.4.
Visi dan Misi Perusahaan
Sebagaimana dengan televisi swasta ataupun dengan televisi pemerintah, indosiar
ingin lembaga ini dapat sebagai wadah atau lembaga untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Selain visi, indosiar juga memiliki misi yaitu dengan cara memberikan tayangantayangan yang berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat. Bentuk tayangan bersifat
informasi, tayangan bersifat hiburan, dan tayangan bersifat pendidikan.
66 |
3.5.
Aktivitas Perusahaan
Aktivitas perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu aktivitas “on air” dan
aktivitas “off air”. Aktivitas-aktivitas tersebut telah terprogram, baik dalam rencana
jangka pendek jangka menengahmaupun jangka panjang.
Rencana jangka pendek untuk program acara dibuat per satu bulan. Sedangkan
jangka menengah bisa 3-6 bulan dan jangka panjang bisa 1 – 2 tahun kedepan.
1. On Air :
Membuat dan menayangkan program-program acara yang dibuat di
Indosiar. Program-program acara itu sebagian dibuat sendiri oleh Indosiar,
sebagian lagi dikerjakan bersama “production House”, atau membeli
tayangan dari luar negri.
2. Off Air :
Mengadakan kegiatan-kegiatan, seperti jumpa artis, jumpa pemirsa, dan
berbagai macam lomba. Selain itu Indosiar juga mengadakan kegiatankegiatan social seperti sunat masa, menyalurkanbuku-buku tulis ke SDSD yang membutuhkan dan sebagainya.
3.6.
Tayangan Religitainment Misteri Illahi
Tayangan religitainment Misteri Illahi, ditampilkan dalam bentuk sinetron. Istilah
sinetron sendiri berasal dari gabungan dari dua istilah cinema dan electronic,
sebagaimana yang disebutkan oleh Onong U.E dalam kamus komunikasi bahwa istilah
sinetron merupakan “akronim dari dua istilah ‘cinema’ dan ‘akronim’, berarti film cerita
seperti yang lazim dipertunjukkan di gedung bioskop yang disiarkan melalui media
elektronik seperti TV dan Video”. (Effendy, 1989:50). Oleh karena itu, tayangan
67 |
religitainment Misteri Illahi dapat dinikmati secara berstruktur dari satu episode ke
episode yang lainnya.
Tayangan religitainment Misteri Illahi dibuat untuk dikonsumsi oleh segala jenis
umur, dan berbagai macam kalangan. Isi ceritanya mengandung unsur yang dapat
menyentuh rasa keagamaan pada diri penonton. Dengan sifat para tokoh utama yang
selalu membela agama dan menumpas makhluk ghaib.
Religitainment Misteri Illahi yang ditayangkan oleh Indosiar merupakan sinetron
yang khusus dibuat untuk televisi, ditayangkan dengan durasi 120 menit pada pukul
20.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB setiap hari kamis malam. Indosiar
menayangkan kembali tayangan religitainment Misteri Illahi setiap hari pada pukul 13.00
WIB sampai dengan 15.00 WIB. Ceritanya dikemas dalam bentuk serial sehingga bisa
diikuti terus oleh penonton setiap episodenya.
Sinopsis tayanga religitainment Misteri Illahi dalam episode: “Gairah
Cinta Siluman Serigala”. Sinetron itu menceritakan seorang wanita yang bernama Fitri,
seorang mahasiswi cantik digandrungi banyak laki-laki yang ingin menikahinya.
Diantaranya: Herman, Indra, dan Bono. Tapi Fitri selalu menolak lamaran itu karena
ingin konsentrasi belajar untuk menyelesaikan kuliahnya.
Bono pun menjadi penasaran, berbagai usaha dijalankan untuk mendapatkan Fitri.
Sementara itu ada seekor siluman serigala yang juga mencintai Fitri dan senantiasa
mengikuti Fitri. Kadang-kadang siluman tersebut menyamar menjadi manusia bernama
Radea atau Dea. Ketika keluarga Fitri dirampok dan dibunuh, Dea yang menyelamatkan
Fitri dari cengkraman Bono. Bono yang gelap mata terus berusaha untuk membunuh
Fitri, ia minta bantuan dukun bernama Mbah Dirjo untuk menyantet Fitri sehingga Fitri
68 |
pun jatuh sakit dan dari tubuhnya keluar belatung. Untunglah santet ini bisa dilawan oleh
Kyai Jabar. Fitri yang kena santet diobati di rumah sakit dan dibantu oleh Kyai Jabar
hingga sembuh. Sementara itu Siluman Serigala membujuk Fitri dengan kekuatan
batinnya hingga Fitri mau menjadi istrinya.
Pada setiap episodenya, religitainment Misteri Illahi selalu mengangkat kisahkisah mengenai orang-orang yang ingin membalas dendam, melalui perantara seorang
dukun, kemudian setelahnya orang yang mempunyai dendam tersebut berubah menjadi
siluman, dan di akhir cerita siluman tersebut dimusnahkan oleh seorang kyai.
Dari tayangan tersebut, menurut Departemen Riset Indosiar, mempunyai misi
tertentu, yaitu sasaran utama dan penontonnya adalah semua umur dan pesan dari
Religitainment Misteri Illahi dapat menambah wawasan mengenai agama.
3.7.
Sejarah SDN Jeung Jirigil Tengah
SDN Jeung Jirigil Tengah berdiri pada tahun 1967. Pada saat itu, kepala sekolah
yang pertama terpilih adalah Sarjono dengan jumlah tim pengajar 4 orang, dan jumlah
murid pada waktu itu sekitar 150 anak dengan lokasinya masih menumpang di SDN
Jeung Jirigil I. Kemudian pada tahun 1976, SDN Jeung Jirigil Tengah pindah ke lokasi
SDN Jeung Jirigil III. Baru pada tahun 1982, SDN Jeung Jirigil Tengah mempunyai
lokasi sendiri. Yang menjabat sebagai kepala sekolah saat ini adalah Wiwi Wikoyah,
dengan jumlah tim pengajar 10 orang dan jumlah murid 298 anak.
69 |
Bagan 4
Susunan Organisasi
SDN Jeung Jirigil Tengah
Kepala
Dinas
Kepala
Sekolah
Sekretaris
Komite
Sekolah
Bendahara
TIM
PENGAJAR
M U R I D
70 |
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan data penelitian mengenai tayangan religitainment dalam
upaya mengetahui pola pikir anak. Pada bab ini peneliti berusaha memberikan gambaran dari apa
yang telah dijabarkan di bab-bab sebelumnya, serta menghubungkannya dengan hasil
pengumpulan angket yang meliputi daftar pertanyaan disertai beberapa alternatif jawaban yang
dianggap paling benar menurut responden.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling klaster, hal ini berdasarkan
pada pernyataan yang diberikan Rakhmat (sumber) bahwa, sampling klaster dilakukan bila kita
tidak mempunyai kerangka sampling disebabkan populasi yang kita teliti sangat banyak dan
tidak mungkin untuk dibuat daftarnya.
Populasinya adalah anak-anak SDN Jeung Jirigil, hal ini dikarenakan lokasi SDN Jeung
Jirigil jauh dari perkotaan, nuansa daerahnya masih kental dengan kepercayaan dan mistis.
Walaupun begitu masyarakat di sini hampir semua mempunyai televisi.
Seluruh angket yang disebarkan dan diisi oleh responden dapat terkumpul kembali,
kemudian setelah angket diperiksa satu persatu seluruhnya sah karena responden menjawab
sesuai petunjuk penyusunan yang telah ditentukan. Angket yang penulis sebarkan terdiri dari 33
pertanyaan, masing-masing berjumlah 6 pertanyaan adalah data responden dan 27 pertanyaan
berkaitan dengan data penelitian.
Seperti telah dikemukakan di dalam bab pendahuluan, bahwa dalam penelitian ini
digunakan metode deskriptif analisis, yaitu data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
71 | dikelompokan kemudian dijelaskan atau dipaparkan dan dibuat gambarannya, sehingga data
yang diperoleh dapat dimengerti keadaannya oleh responden
Agar penelitian ini sistematis, maka peneliti mengelompokan menjadi beberapa sub-sub
yaitu :
4.1 Analisis deskriptif data responden.
4.2 Analisis deskriptif data penelitian.
4.1.
Analisis Deskriptif Data Responden
Untuk mengetahui pendapat responden terhadap peranan tampilan religitainment dari
tayangan Misteri Illahi dalam melihat aspek berpikir anak terhadap tayangan tersebut, penulis
perlu mengemukakan data responden. Pentingnya data responden untuk mengetahui latar
belakang dari responden yang memberikan pendapatnya mengenai tayangan Misteri Illahi, dalam
penelitian ini penulis mengemukakan data responden, dengan memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan jenis kelamin, usia responden, pekerjan/profesi orang tua reponden, apakah
responden memiliki televisi, berapa kali menonton Misteri Illahi, apakah menyukai tayangan
sineton tersebut.
Untuk mendapatkan data responden penulis terjun langsung dan menyebarkan angket di
SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan VI pada hari Senin tanggal 23 April sampai dengan hari
Rabu tanggal 25 April 2007. Waktu penyebaran angket dilakukan pada siang hari sekitar jam
09.30 – 10.00 WIB menurut pengamatan penulis pada waktu tersebut banyak anak-anak yang
sedang beristirahat mengisi waktu luangnya, sehingga lebih memudahkan penulis untuk
menyebarkan angket. Penulis membutuhkan waktu selama 3 hari untuk penyebaran angket sesuai
dengan data yang dibutuhkan.
72 | Hasil data yang berasal dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam angket kemudian disusun dalam lembar koding. Struktur penyusunan tabel-tabel
tersebut disesuaikan dengan nomor pertanyaan angket yang dibagi ke dalam analisis data
responden dan data penelitian. Identitas responden ini selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel
yang disertai analisisnya, yaitu sebagai berikut :
4.1.1. Jenis Kelamin Responden
Tabel 1
Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Satuan
Persentase
1
Laki-laki
26
46,42 %
2
Perempuan
30
53,57%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden laki-laki dengan jumlah 26 orang
(46,42%), sedangkan responden perempuan yang berjumlah 30 orang (53,57%). Hal ini
disebabkan pada saat menyebarkan angket kepada siswa-siswi SDN Jeung Jirigil Tengah, sedikit
lebih banyak siswi dibandingkan dengan siswa.
73 | 4.1.2. Usia Responden
Tabel 2
Usia Responden
No
Usia
Satuan
Presentase
1.
10 – 11 tahun
30
53,57 %
2.
12 – 13 tahun
26
47,42 %
3.
> 13 tahun
0
0%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar usia rata-rata responden yang memberikan
pendapatnya mengenai tayangan televisi Misteri Illahi di Indosiar dalam mempengaruhi aspek
berpikir anak antara umur 10-11 tahun yang berjumlah 30 orang (53,57%) terbukti angka yang
ditunjukan pada tabel diatas. Selanjutnya responden yang berumur 12-13 tahun berjumlah 26
orang (47,42%). Sedangkan untuk usia > 13 tahun berjumlah 0 orang (0%) atau tidak ada. Dari
data tersebut mayoritas responden berumur 10-11 tahun. Hal ini disebabkan pada waktu
penyebaran angket di SDN Jeung Jirigil Tengah penulis lebih memfokuskan pada anak-anak
kelas V dan VI karena disesuaikan dengan usia mereka yang termasuk pada periode realisme
kritis yang memiliki pengamatan lebih realistis dan kritis. Dan juga, pemerintah telah
mewajibkan usia anak harus 7 tahun untuk dapat masuk ke sekolah dasar.
74 | 4.1.3. Pekerjaan Orang Tua Responden
Tabel 3
Pekerjaan Orang Tua Responden
No
Pekerjaan
Satuan
Persentase
1.
Pegawai Negeri
33
58,92%
2.
Pegawai Swasta
10
17,85%
3.
Wiraswasta
13
23,21%
4.
Lainnya, sebutkan…
0
0%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa 33 orang (58,92%) responden orang
tuanya bekerja sebagai pegawai negeri, 10 orang (17,85%) responden, orang tuanya bekerja
sebagai karyawan swasta, dan sisanya sebanyak 13 orang (23,21%) memiliki orang tua yang
bekerja sebagai wiraswasta. Penulis dapat melihat berbagai status pekerjaan orang tua siswa,
yang mungkin dapat turut serta dalam pengawasan untuk menonton televisi di rumah.
75 | 4.1.4. Memiliki Televisi
Tabel 4
No
Memiliki Televisi
Memiliki Televisi
Satuan
Persentase
1.
Ya
56
100%
2.
Tidak
0
0%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dari 56 orang responden (100%)
responden keseluruhannya memiliki televisi di rumahnya masing-masing, sedangkan yang
menyatakan tidak memiliki televisi 0 responden. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah seluruhnya telah memiliki televisi, dan memiliki
kemungkinan untuk melihat tayangan Misteri Illahi di Indosiar. Televisi yang merupakan salah
satu jenis media yang digunakan oleh media massa untuk menyampaikan sebuah pesan, baik itu
merupakan hiburan, pendidikan, atau pun informasi kepada masyarakat. Dalam hal ini televisi
digunakan sebagai mediator penyebar propaganda dari jenis hiburan sinema elektronik (sinetron)
“Misteri Illahi” yang ditayangkan prime time di Indosiar pada hari kamis pukul 20.00-22.00
WIB, sedangkan tayangan ulang setiap hari pukul 13.00-15.00 WIB.
76 | 4.1.5. Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi
Tabel 5
Intensitas Menonton Tayangan Misteri Illahi
No
Intensitas Menonton
Satuan
Persentase
1.
1 – 3 kali
7
12,5%
2.
4 – 6 kali
29
51,78%
3.
7 – 9 kali
16
28,57%
4.
Lebih dari 9 kali
4
7,14%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dari 56 orang responden (100%),
responden yang menonton “Misteri Illahi” sebanyak 1-3 kali sebanyak 7 orang (12,5%),
responden yang menonton tayangan Misteri Illahi sebanyak 4-6 kali sebanyak 29 orang
(51,78%), anak-anak yang menonton Misteri Illahi 7-9 kali sebanyak 16 orang (28,57%), dan
yang lebih dari 9 kali menonton tayangan Misteri Illahi sebanyak 4 orang (7,14%) tergolong
pada kategori sering menonton tayangan Misteri Illahi. Penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah keseluruhan siswanya pernah menonton atau
melihat tayangan Misteri illahi di Indosiar. Anak-anak siswa kelas V dan VI yang dinilai telah
memiliki daya pikir yang cukup tinggi dan mampu untuk menilai secara pribadi dari tayangan
religitainment Misteri Illahi.
77 | 4.1.6. Menyukai Tayangan Misteri Illahi
Tabel 6
Menyukai Tayangan Misteri Illahi
No
Menyukai
Satuan
Persentase
1.
Ya
35
62,5%
2.
Tidak
21
37,5%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel di atas tersebut, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan ‘Ya’
menyukai tayangan Misteri Illahi sebanyak 35 orang (62,5%) dan yang menyatakan ‘Tidak’
sebanyak 21 orang responden (37,5%) dari 56 orang responden. Penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa SDN Jeung Jirigil Tengah menyukai tayangan Misteri
illahi di Indosiar.
4.2.
Analisis Deskriptif Data Penelitian
Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan langsung dengan data-data penelitian,
yang bersumber dari angket yang penulis sebarkan. Isinya menggambarkan jawaban responden
mengenai peranan tayangan religitainment “Misteri” Illahi yang ditayangkan prime time di
Indosiar pada pukul 20.00-22.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari pukul 13.00-15.00 WIB
dalam mempengaruhi aspek berpikir anak, berpikir simbolis dan berpikir egosentris. Data
tersebut disajikan dalam bentuk tabel beserta analisisnya.
78 | 4.2.1. Analisis Deskriptif Format Dasar Tayangan Religitainment Misteri Illahi Dalam
Aspek Berpikir Anak
Pada pertanyaan 1 sampai 22 mengenai isi tayangan (pesan) dengan dua pilihan jawaban,
benar atau salah. Widjaja, (1998:32) mengatakan bahwa : “keseluruhan dari apa yang
disampaikan komunikator dimana pesan mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi
pengaruh di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan, sehingga pesan
dalam ini secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun intinya pesan dari komunikasi
akan selalu mengarah kepada tujuan komunikasi itu”.
Analisis mengenai tayangan
religitainment “Misteri Illahi” dalam aspek berpikir anak, terdiri dari cara berpikir simbolis,
mengenai berpikir tentang makhluk ghaib, berpikir tentang dukun, berpikir tentang kyai, dan
berpikir tentang kejadian pada tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir egosentris, terdiri
dari berpikir benar atau tidak benar dan setuju atau tidak setuju terhadap penokohan pada
tayangan religitainment Misteri Illahi.
Berpikir Simbolis
4.2.1.1.
Siluman Pada Tayangan Misteri Illahi ada di Sekitar Kita
Tabel 7
Siluman Pada Tayangan Misteri Illahi ada di Sekitar Kita
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
37
66,07%
2.
Salah
19
33,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
79 | Melihat tabel diatas, 37 orang (66,07%) menyatakan bahwa kehadiran siluman dalam
kehidupan sehari-hari itu ‘benar’ adanya, dan sebanyak 19 orang (33,92%) menyatakan bahwa
‘salah’ ada siluman dalam kehidupan nyata. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka
yang menyatakan ‘benar’ adanya siluman dalam kehidupan sehari-hari, berarti mereka percaya
bahwa adanya dunia ghaib selain manusia di muka bumi ini. Menurut van den Haag, “media
massa menimbulkan depersonalisasi dan dehumanisasi manusia. Media massa menyajikan bukan
saja realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga “menipu” manusia; memberikan
rumus hidup yang didasarkan pada “pseudoworld” (dunia pulasan), yang tidak “attined tro the
development of human being” (Mills, 1968) – yang tidak serasi dengan perkembangan manusia.
Intinya media massa telah menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya.
4.2.1.2.
Siluman pada Tayangan “Misteri Illahi” dapat Mengganggu
Tabel 8
Siluman pada tayangan “Misteri Illahi” dapat Mengganggu
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
37
66,07%
2.
Salah
19
33,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Melihat tabel diatas, 37 orang (66,07%) menyatakan bahwa kehadiran siluman dalam
kehidupan sehari-hari itu dapat mengganggu, dan sebanyak 19 orang (33,92%) menyatakan
siluman tidak dapat mengganggu. Karena apabila dihubungkan dengan tabel sebelumnya, anak
yang menjawab salah pada pernyataan “siluman ada di sekitar kita” sangat konsisten, karena
80 | mereka tidak mempercayai siluman itu ada, maka siluman tidak dapat mengganggu Anak sudah
mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan
pandangannya, sendiri.dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu
dari sekian banyak pandangan orang (M. Syah, 2003). Penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa mereka yang menyatakan adanya siluman dalam kehidupan sehari-hari dan mengganggu,
berarti mereka percaya bahwa adanya dunia ghaib beserta sifat-sifatnya.
4.2.1.3.Siluman Ular dan Serigala Pada Tayangan Misteri Illahi dapat Membunuh Kita
Tabel 9
Siluman Ular dan Serigala Pada Tayangan Misteri Illahi dapat Membunuh Kita
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
23
41,07%
2.
Salah
33
58,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari 56 responden, mereka menanggapi pertanyaan apakah siluman ular dan serigala
dalam tayangan Misteri Illahi dapat membunuh kita, 23 responden (41,07%) meyatakan benar,
dengan pernyataan bahwa mereka percaya sepenuhnya dan takut dengan siluman ular serta
serigala pada tayangan Misteri Illahi, serta meyakini keberadaannya di dunia selain hanya
mereka lihat di televisi. Sedangkan yang tidak setuju atau memberi pernyataan ‘salah’ sebanyak
33 responden (58,92%) sedikit lebih banyak dari mereka yang percaya. Anak-anak yang tidak
percaya akan adanya siluman ular dan serigala yang dapat membunuh kita, mereka memiliki
alibi, bahwa itu semua hanya ada dalam sebuah film saja bukan dalam kehidupan yang nyata.
81 | Mereka yang menganggap siluman itu ada dan dapat mengganggu kita, tidak setuju dengan
pernyataan bahwa siluman dapat membunuh kita, menurutnya yang dapat mengambil nyawa
manusia adalah Allah SWT bukan siluman.
4.2.1.4 .Syetan, Jin, dan Siluman akan Berkeliaran di Malam Hari
Tabel 10
Syetan, Jin, dan Siluman akan Berkeliaran di Malam Hari
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
34
60,71%
2.
Salah
22
39,28%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel diatas, 34 responden (60,71%) menyatakan bahwa syetan, jin dan
siluman berkeliaran di malam hari, sedangkan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan
bahwa syetan, jin dan siluman berkeliaran di malam hari sebanyak 22 responden (39, 28%).
Mereka yang merespon dengan percaya bahwa makhluk ghaib berkeliaran di malam hari dapat
dikategorikan dalam keadaan “imbauan takut”. “Imbauan takut” menggunakan pesan yang
mencemaskan, mengancam, atau meresahkan, Janis dan Feshbach (1953). Sebagian penerima
pesan yang sangat takut, dan sebagaian penerima pesan tidak kurang takut. Mereka menemukan
bahwa tingkat imbauan takut yang rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak serta
mereka menduga juga bahwa imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi
sehingga komunikate kurang memperhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian
pada kecemasan sendiri.
82 | Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan kebenaran dengan
makhluk ghaib yang berkeliaran dimalam hari memiliki rasa takut yang tinggi, hal ini disebabkan
oleh tayangan Misteri Illahi.
4.2.1.5.Manusia dapat Melihat Syetan, Jin dan Siluman di Kuburan
Tabel 11
Manusia dapat Melihat Syetan, Jin dan Siluman di Kuburan
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
41
73,21%
2.
Salah
15
26,78%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Melihat tabel diatas 41 responden (73,21%) menyatakan ‘benar’ bahwa manusia dapat
melihat syetan, jin dan siluman dikuburan, sedangkan 15 responden (26,78%) menyatakan
‘salah’ manusia dapat melihat syetan, jin, dan siluman dikuburan.
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbanyak mereka menyatakan
manusia dapat melihat makhluk ghaib hanya di kuburan saja. Dengan alasan responden, bahwa
kuburan merupakan tempat manusia yang telah mati dengan suasana yang sepi dan menakutkan.
Sedangkan yang tidak setuju dengan peryataan di atas memiliki argumentasi, bahwa makhluk
ghaib ada di sekitar kita, bisa atau tidaknya kita melihat makkhluk ghaib itu tergantung pada
keimanan atau keberuntungan saja. Sedangkan penulis melihat dari sudut pandang yang lain,
ketika anak-anak lebih cenderung beranggapan bahwa manusia dapat melihat makhluk ghaib di
kuburan, itu hanya pada penggambaran yang sering diceritakan orang tua untuk menakut-nakuti
83 | anak-anak agar tidak bermain di kuburan. Jika dengan menggunakan logika dan pemikiran
tentang agama, makhluk ghaib itu akan ada di sekitar kita, karena Tuhan menciptakan manusia
dan Jin di bumi ini dengan tugasnya masing-masing, permasalahan melihat atau tidak-nya kita
terhadap makhluk ghaib, itu lebih cenderung pada perasaan percaya berlebihan atau rasa takut
dan halusinasi manusia.
4.2.1.6 Dukun adalah Orang Sakti yang bisa Melakukan Segala Hal
Tabel 12
Dukun adalah Orang Sakti yang bisa Melakukan Segala Hal
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
23
41,07%
2.
Salah
33
58,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Melihat tabel di atas, 33 responden (58,92%) menyatakan ‘salah’ jika dukun adalah orang
sakti yang bisa melakukan segala hal, dan 23 responden (41,07%) menyatakan ‘benar’ bahwa
dukun adalah orang sakti yang bisa melakukan segala hal. Dari mayoritas 58,92% responden
yang diteliti yaitu anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan VI, memberikan pernyataan
bahwa dukun bukan orang yang dapat melakukan segala hal dan dapat melakukan apapun yang
diinginkannya, alasan yang dapat ditarik bahwa, dukun hanyalah manusia yang memiliki
keterbatasan dan hanya manusia biasa. Karena hanya Allah SWT yang dapat melakukan segala
hal. Dalam hal ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mayoritas responden menyatakan
84 | tidak setuju ketika diberikan pernyataan bahwa dukun adalah orang yang mampu melakukan
segala hal dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya.
4.2.1.7.Dukun dapat Mengubah Manusia Jadi Siluman
Tabel 13
Dukun dapat Mengubah Manusia Jadi Siluman
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
26
46,42%
2.
Salah
30
53,57%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari tabel di atas, responden yang menyatakan ‘salah’ bahwa dukun dapat mengubah
manusia menjadi siluman sebanyak 30 responden (53,57%), dan sisanya 26 responden (46,42%)
menyatakan ‘benar’ bahwa dukun dapat mengubah manusia menjadi siluman. Dari responden
mayoritas dapat disesuaikan dengan teori Oswald Kroh dalam bukunya “Die Pshycologie des
Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar), yang mengkategorikan pada periode
realism kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realisitis dan kritis. Anak sudah bisa
mengadakan sisntesis logis, karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah
mencapai taraf kematangan. Anak kini sudah bisa menghubungkan begian-bagian menjadi satu
kesatuan atau menjadi satu struktur.
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari penelitian diatas bahwa anak sekolah sudah
dapat berpikir dengan menggunakan logika dari apa yang dilihatnya, serta mampu menyesuaikan
dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.
85 | 4.2.1.8.Dengan Memasukan Jarum ke dalam Tubuh Boneka, Dukun dapat Membunuh
Manusia
Tabel 14
Dengan Memasukan Jarum ke dalam Tubuh Boneka, Dukun dapat Membunuh Manusia
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
23
41,07%
2.
Salah
33
58,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari tabel diatas, responden yang menyatakan ‘salah’ dengan memasukan jarum ke
dalam tubuh boneka, dukun dapat membunuh manusia, sebanyak 33 responden (58,92%) dan
sisanya 23 responden (41,07%) menyatakan ‘benar’ dengan memasukan jarum ke dalam tubuh
boneka, dukun dapat membunuh manusia. Beberapa responden yang menyatakan salah pada
pernyataan diatas, berpendapat bahwa jarum tidak dapat membunuh manusia. Salah satu dari
mereka mengungkapkan dirinya pernah tertusuk jarum, tangannya hanya terluka, sedikit sobek
dan berdarah. Dari responden mayoritas dapat disesuaikan dengan teori Reber, bahwa dalam
berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebabakibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukumhukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan (M. Syah, 2003).
Penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa sebagian besar anak yang berusia 10-12
tahun sudah bisa menggunakan pikirannya secara rasional, dan disesuaikan dengan kenyataan
yang ada di masyarakat.
86 | 4.2.1.9.Perkatan Seorang Dukun akan Terbukti dengan Benar “Matilah ke Neraka”
Tabel 15
Perkatan Seorang Dukun akan Terbukti dengan Benar “Matilah ke Neraka”
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
26
46,42%
2.
Salah
30
53,57%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari 56 responden, sebanyak 30 responden (53,57%) menyatakan ‘salah’ dengan
pernyataan bahwa ketika seorang dukun mengucapkan mantera “matilah ke neraka!!” pada
seseorang maka orang itu akan meninggal dan masuk neraka. Sedangkan sisanya 26 responden
(46,42%) menyatakan ‘benar’. Pernyataan yang dapat diambil adalah bahwa yang dapat masuk
neraka adalah mereka yang tidak melaksanakan ibadah dengan baik kepada Tuhan Yang Maha
Esa, pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ferry siswa kelas V, salah seorang siswa yang tidak
setuju atau memiliki anggapan ‘salah’ dengan pernyataan diatas.
Menurut Al-Khaththabi, kahin (dukun) adalah orang yang mengaku bisa mengetahui hal
ghaib memberitahukan berbagai hal kepada orang banyak. Al-Kahanah adalah segolongan kaum
yang mempunyai pikiran tajam, berperangai buruk, bertabiat seperti api, dan ditemani setan
karena kesamaan di berbagai hal antara keduanya.
Islam mengharamkan semua praktik perdukunan dan mendatangi dukun karena termasuk
dosa besar. Dukun adalah orang hina karena dalam hadis disejajarkan dengan anjing dan tukang
zina. Penulis dapat menyimpulkan dari data responden yang terdapat di lapangan adalah bahwa
siswa sudah dapat berpikir dengan menggunakan logika secara seutuhnya, alasan ini diperkuat
87 | dengan adanya mata pelajaran Agama Islam di sekolah SDN Jeung Jirigil Tengah, yang
sedikitnya memberi pengertian bahwa hanya Allah SWT saja yang mampu menentukan
seseorang untuk masuk neraka atau surga, bukan dari perkataan seorang dukun.
4.2.1.10. Pekerjaan Seorang Kyai adalah Mengusir Jin, Syetan dan Siluman
Tabel 16
Pekerjaan Seorang Kyai adalah Mengusir Jin, Syetan dan Siluman
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
32
57,14%
2.
Salah
24
42,85%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa
pekerjaan seorang kyai adalang mengusir jin, syetan, dan siluman ditujukan respon sebanyak 32
responden (57,14%), dan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa kyai adalah orang
yang bertugas untuk mengusir jin, syetan dan siluman ditujukan dengan 24 responden (42,85%).
Sebagian besar yang menjawab salah, mengatakan bahwa pekerjaan seorang kyai adalah mengaji
di mesjid. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau
dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi (Rakhmat, 2004:219). Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
mereka percaya apa yang digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa kyai bertugas
mengusir jin, syetan dan siluman.
88 | 4.2.1.11. Ciri-ciri Seorang Kyai adalah Pakaian Serba Putih, Berjanggut Panjang,
Memakai Sorban dan Membawa Tasbih di Tangannya
Tabel 17
Ciri-ciri Seorang Kyai adalah Pakaian Serba Putih, Berjanggut Panjang, Memakai Sorban
dan Membawa Tasbih di Tangannya
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
51
91,07%
2.
Salah
5
8,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan di lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa ciri-ciri
seorang kyai adalah: pakaian yang serba putih, berjanggut panjang, memakai sorban, dan
membawa tasbih ditangannya, sebanyak 51 responden (91,07%), dan yang menyatakan ‘salah’
sebanyak 5 responden (8,92%). McLuhan (1965), mengatakan bahwa dampak yang paling
penting dari media komunikasi adalah bahwa media komunikasi mempengaruhi kebiasaan
persepsi dan berpikir kita.
Salah satu siswa kelas VI yang menjawab salah pada pernyataan diatas mengaku pada
penulis, bahwa kakeknya adalah seorang kyai di daerahnya. Selalu banyak tamu yang datang ke
rumah kakeknya untuk meminta nasehat bahkan untuk menyembuhkan penyakit. Kakeknya tidak
pernah memakai pakaian serba putih, tidak berjanggut panjang, tidak memakai sorban, juga tidak
membawa tasbih di tangannya.
89 | 4.2.1.12. Kyai Dapat Membunuh Siluman dengan Melemparkan Tasbih ke Bagian Kepala
Siluman
Tabel 18
Kyai Dapat Membunuh Siluman dengan Melemparkan Tasbih ke Bagian Kepala Siluman
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
35
62,5%
2.
Salah
21
37,5%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari tabel berikut ini dapat ditarik 35 responden (62,5%) yang menyatakan benar bahwa
kyai dapat membunuh siluman dengan melempar tasbih ke bagian kepala siluman, dan sebagian
kecil menyatakan salah, 21 responden (37,5%) beranggapan lain. Mereka yang menyatakan salah
beranggapan bahwa tasbih berfungsi untuk berdzikir, bukan untuk membunuh siluman. Sebagian
responden yang juga menyatakan salah berpendapat bahwa bukan hanya melemparkan tasbih ke
bagian kepala saja dapat membunuh siluman, akan tetapi dengan melemparkan ke semua bagian
tubuhnya, maka siluman itu akan mati. Bahkan tasbih tidak hanya digunakan oleh muslim, tetapi
digunakan juga oleh agama lain khususnya agama budha. Tasbih dapat juga berupa aksesoris.
Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka responden terbesar meyakini benar dengan
melemparkan tasbih ke bagian kepala siluman dapat membunuh siluman tersebut.
90 | 4.2.1.13. Kyai Mempunyai Sifat dan Tingkah Laku yang Baik
Tabel 19
Kyai Mempunyai Sifat dan Tingkah Laku yang Baik
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
49
87,5%
2.
Salah
7
12,5%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari data 56 responden, 49 responden (87,5%) menyatakan benar, dengan pernyataan
kyai mempunyai sifat dan tingkah laku yang baik, sedangkan 7 responden (12,5%) menyatakan
salah. Sebagian responden yang menyatakan salah, berpendapat bahwa kyai tidak mempunyai
sifat dan tingkah laku baik karena mereka melihat di televisi bahkan di daerahnya sendiri, kyai
mempunyai istri banyak, mereka juga menyebutnya dengan istilah poligami. Dengan melakukan
itu, kyai telah menyakiti hati orang lain. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden
terbesar bahwa, kyai memang memiliki sifat yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan realita
yang ada, seperti seorang kyai tercermin dalam perbuatannya sehari-hari yang sedikit banyak
menghabiskan waktu hidupnya untuk berbuat kebajikan dan beribadah dalam kehidupan sehariharinya.
91 | 4.2.1.14. Kyai Selalu Melaksanakan Ibadah Shalat Wajib 5 Waktu
Tabel 20
Kyai Selalu Melaksanakan Ibadah Shalat Wajib 5 Waktu
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
51
91,07%
2.
Salah
5
8,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa selalu
melakukan ibadah shalat wajib 5 waktu, sebanyak 51 responden (91,07%), dan yang menyatakan
‘salah’ dengan pernyataan bahwa kyai selalu melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu
sebanyak 5 responden (8,92%).
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil responden berikut adalah para siswa
dapat menyimpulkan adegan sinetron Misteri Illahi dengan kehidupan seorang pemimpin agama
atau kyai pada kehidupan mereka sehari-hari, jelasnya mereka sudah dapat memberi penilaian
pada status seseorang yang disebut kyai. Responden yang menyatakan salah mengungkapkan
bahwa kyai adalah manusia biasa, yang mungkin saja bisa melakukan kesalahan atau lupa tidak
melaksanakan shalat.
92 | 4.2.1.15 Kyai Dapat Menyembuhkan Orang yang Kemasukan Makhluk Ghaib
Tabel 21
Kyai Dapat Menyembuhkan Orang yang Kemasukan Makhluk Ghaib
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
44
78,57%
2.
Salah
12
21,42%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari data 56 responden, 44 responden (78,57%) menyatakan benar, dengan pernyataan
kyai dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib, sedangkan 12 responden
(21,42%) menyatakan salah. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbesar
bahwa, kyai memang dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk ghaib. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kenyataan yang ada, dengan berbekal ilmu Al’quran dan hafal sebagian besar
ayat-ayat yang terdapat dalam Al’quran tersebut sehingga dapat memberikan ajian kepada orang
yang kemasukan makhluk ghaib.
Seperti pengakuan seorang murid kelas VI, yang bernama Ratih. Siswi tersebut pernah
melihat sedikitnya tiga kali orang yang kemasukan makhluk ghaib, dan tidak ada yang bisa
menyembuhkan orang itu selain seorang kyai. Sedangkan mereka yang menjawab salah,
mengungkapkan bahwa kyai hanya mengaji dan tidak dapat menyembuhkan orang yang
kemasukan makhluk ghaib.
93 | 4.2.1.16. Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Ular dalam tayangan “Misteri
Illahi”
Tabel 22
Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Ular dalam tayangan “Misteri Illahi”
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
18
32,14%
2.
Salah
38
67,85%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari data 56 responden, 18 responden (32,14%) menyatakan benar bahwa manusia dapat
merubah wujudnya menjadi ular , sedangkan 38 responden (67,85%) menyatakan salah. Dari
responden mayoritas, dapat disesuaikan dengan teori Martini Jamaris dalam bukunya
“Perkembangan dan Pengembangan Anak”, Pada anak usia 7-12 tahun, kemampuan anak untuk
berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, objek yang menjadi sumber berpikir
logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalam kemampuan
mengklasifikasikan objek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata
urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir
secara deduktif.
Sebagian kecil anak yang menyatakan benar bahwa manusia dapat merubah wujudnya
menjadi ular mengaku setelah menonton tayangan tersebut, salah satu anak tersebut bermimpi
bertemu dengan siluman ular. Oleh karena itu, responden tersebut mempercayai bahwa manusia
dapat berubah menjadi ular.
94 | Penulis dapat mengambil kesimpulan dari responden terbesar yang menyatakan manusia
tidak dapat merubah wujudnya menjadi ular, Hal ini disebabkan oleh bimbingan orang tua yang
sebagian besar menemani anak-anaknya pada saat menonton televisi. Sehingga pada saat anak
menonton tayangan tersebut, orang tuanya dapat menjelaskan isi dari tayangan di televisi.
4.2.1.17. Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Serigala dalam tayangan “Misteri
Illahi”
Tabel 23
Manusia Dapat Merubah Wujudnya Menjadi Serigala dalam tayangan “Misteri Illahi”
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
18
32,14%
2.
Salah
38
67,85%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Melihat tabel diatas, 38 responden (67,85%) menyatakan ‘salah’ jika manusia dapat
merubah wujudnya menjadi serigala, dan 18 responden (32,14%) menyatakan ‘benar’ bahwa
manusia dapat merubah wujudnya menjadi serigala. Dari mayoritas 67,85% responden yang
diteliti yaitu anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan VI, memberikan pernyataan bahwa
setelah menonton tayangan Misteri Illahi, manusia tidak dapat merubah wujudnya menjadi
serigala. Hal ini dapat dilihat juga pada tabel 22, anak-anak yang menjawab benar sangat
konsisten dengan pernyataan ini. Mereka tetap berpendapat bahwa manusia dapat berubah
menjadi segala jenis siluman. Teori Stern menyatakan bahwa anak yang berusia 9-10 tahun dan
95 | selanjutnya mengamati relasi/hubungan dalam dimensi ruang dan waktu, juga hubungan kausal
dari benda-benda dan peristiwa.
Penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah
sudah dapat membedakan cerita yang ada di tayangan Misteri Illahi dengan realita yang ada.
Mereka dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan yang sebenarnya.
4.2.1.18 Manusia yang Meninggal Akan Hidup Lagi Ketika Seekor Kucing Hitam
Melangkahi Mayatnya
Tabel 24
Manusia yang Meninggal Akan Hidup Lagi Ketika Seokor Kucing Hitam Melangkahi
Mayatnya
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
29
51,78%
2.
Salah
27
48,21%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel diatas, 29 responden (51,78%) menyatakan bahwa manusia yang
meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya. Sedangkan yang
menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa manusia yang meninggal akan hidup lagi ketika
seekor kucing hitam melangkahi mayatnya sebanyak 27 responden (48,21%). Mereka yang
merespon dengan percaya bahwa manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi ketika seekor
kucing hitam melangkahi mayatnya. Salah seorang anak mengaku pernah melihat kejadian
tersebut, ketika seorang pamannya meninggal dan ketika orang-orang sedang mengaji, mata
96 | pamannya yang sudah meninggal itu terbuka dan melotot, dia melihat ada kucing berwarna hitam
di rumahnya. Proses berpikir selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindera,
seperti apa yang dilihat, didengar, dikecap, diraba, dan dicium. (Martini Jamaris, 2006)
Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan benar bahwa
manusia yang meninggal akan hidup lagi ketika seekor kucing hitam melangkahi mayatnya
setelah melihat tayangan tersebut di televisi, kemudian mendengar cerita-cerita mistis tersebut di
kampungnya yang masih kental dengan nuansa mistis.
Berpikir Egosentris
4.2.1.19. Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan, Jin, dan Siluman
Tabel 25
Hari Jum’at adalah Hari Keluarnya Syetan, Jin, dan Siluman
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
29
51,78%
2.
Salah
27
48,21%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Berdasarkan tabel diatas, 29 responden (51,78%) menyatakan bahwa hari jum’at adalah
hari keluarnya syetan, jin, dan siluman, sedangkan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan
bahwa hari jum’at adalah hari keluarnya syetan, jin, dan siluman sebanyak 27 responden
(48,21%). Mereka yang merespon dengan percaya bahwa hari jum’at adalah hari keluarnya jin,
syetan, dan siluman termasuk ke dalam berpikir egosentris. Semua kejadian yang terjadi di
97 | sekitar anak-anak mempunyai alasan, tetapi berdasarkan sudut pandangnya sendiri. (Jamaris,
2006).
Dalam islam, semua hari adalah hari yang baik. Kita juga harus melakukan sesuatu yang
baik setiap harinya. Bahkan hari jum’at adalah hari utama “Sayidul Ayyam”. Dan juga 1 Shiro
jatuh pada malam jum’at.
Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka yang menyatakan benar pada
pernyataan hari jum’at adalah hari keluarnya jin, syetan, dan siluman adalah karena orang-tua
mereka selalu menyampaikan hal tersebut, dan melarang anak-anaknya keluar rumah pada
malam jum’at. Dan pengajian dilakukan setiap malam jum’at di desa Jeung Jirigil. Oleh karena
itu, anak-anak mempercayai mitos yang sudah beredar sejak lama.
4.2.1.20. Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi untuk Mencari Uang
Tabel 26
Manusia Berubah Wujud Menjadi Babi untuk Mencari Uang
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
42
75%
2.
Salah
14
25%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari 56 responden, sebanyak 42 responden (75%) menyatakan benar dengan pernyataan
bahwa manusia berubah wujud menjadi babi untuk mencari uang. Sedangkan sisanya 14
responden (25%) menyatakan salah. Orang-orang yang berada disekitar anak, baik orang tua
maupun guru berperan dalam mengembangkan psikososial anak. (Jamaris, 2006). Dan menurut
98 | pengakuan Galuh, siswi kelas V yang pernah diceritakan hal tersebut adalah benar oleh orang
yang berada disekitarnya. Jadi sampai saat ini, sisiwi tersebut mempercayai hal itu.
Penulis dapat menyimpulkan dari data responden yang terdapat di lapangan, peran orang
tua dan guru sangat penting, perlu memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan kenyataan
dan dapat diterima oleh anak-anak tersebut. Pada kenyataannya, di daerah Jeung Jirigil ini masih
mempercayai mitos yang berkembang di masyarakat.
4.2.1.21. Dukun yang Mempunyai Dendam pada Seseorang akan Membalasnya dengan
Ilmu Santet
Tabel 27
Dukun yang Mempunyai Dendam pada Seseorang akan Membalasnya dengan Ilmu Santet
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
43
76,78%
2.
Salah
13
23,21%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari 56 responden, sebanyak 43 responden (76,78%) menyatakan benar dengan
pernyataan bahwa dukun yang mempunyai dendam pada seseorang akan membalasnya dengan
ilmu santet. Sedangkan sisanya 13 responden (23,21%) menyatakan salah.
Ada empat macam perdukunan:
1. Berita yang didapat dari jin pencuri kabar langit, seperti yang disinggung oleh firman
Allah SWT., “akan tetapi barang siapa yang mencuri –curi maka ia dikejar oleh suluh api
yang cemerlang”.
99 | 2. Berita yang dikabarkan oleh jin pendampingnya tentang orang lain.
3. Perkiraan dan tebakan.
4. Eksperimen dan adat.
4.2.1.22. Siluman dapat Melihat Peristiwa yang Sedang Terjadi Melalui Air
Tabel 28
Siluman dapat Melihat Peristiwa yang Sedang Terjadi Melalui Air
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Benar
34
60,71%
2.
Salah
22
39,28%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa siluman
dapat melihat peristiwa yang terjadi melalui air ditujukan respon sebanyak 34 responden
(60,71%), dan yang menyatakan ‘salah’ dengan pernyataan bahwa siluman dapat melihat
peristiwa yang sedang terjadi melalui air ditujukan dengan 22 responden (39,28%). Efek kognitif
terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (Rakhmat,
2004:219). Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka percaya dengan apa yang
digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa siluman dapat melihat peristiwa yang sedang
terjadi melalui air.
100 | 4.2.1.23. Jin Berwajah Seram dan Berbadan Besar
Tabel 29
Jin Berwajah Seram dan Berbadan Besar
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Setuju
42
75%
2.
Tidak Setuju
14
25%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Melihat tabel diatas, 42 orang (75%) menyatakan bahwa Jin berwajah seram dan
berbadan besar, dan sebanyak 14 orang (25%) menyatakan bahwa jin tidak berwajah seram dan
berbadan besar.
AL Qur’an menerangkan bahwa perbedaan jin dan setan itu ada yang kafir dan
muslim. Artinya bahwa jin itu ada yang kafir dan ada pula yang muslim. Hal ini diterangkan
dalam surat Al-Jin ayat 14 :
“Dan sesungguhnya, di antara kami (bangsa jin) ada orang-orang yang taat (muslim)
dan ada juga yang pembangkang atau menyimpang dari kebenaran.”(Q.S. Al-Jin 14)
Kembali kepada pengertian secara bahasa bahwa kata jin berarti tertutup. Dengan
demikian kita sulit untuk melihat jin secara biasa. Kita tidak mungkin bisa menatap jin dengan
cara seperti kita lakukan untuk memandang bangsa manusia. Sebab jin adalah makhluk halus
101 | yang tempat telinganya sama dengan malaikat. Jika jin mempengaruhi manusia maka hampir
manusia yang dipengaruhi itu tak menyadarinya. Sebaliknya jika kita tak dapat melihat Jin
dengan jelas maka Jin bisa melihat manusia dengan mudah.
Sebagian responden menyatakan jin itu wanita cantik, hal ini karena responden tersebut
pernah menonton tayangan “Jinny Oh Jinny” di televisi.
4.2.1.24. Kuntilanak adalah Jin Wanita yang Memiliki Rambut Panjang
Tabel 30
Kuntilanak adalah Jin Wanita yang Memiliki Rambut Panjang
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Setuju
36
64,28%
2.
Tidak Setuju
20
35,71%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa
kuntilanak adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang ditujukan respon sebanyak 36
responden (64,28%), dan yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa kuntilanak
adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang ditujukan dengan 20 responden (35,71%).
Responden yang tidak setuju mengemukakan pendapatnya, bahwa kuntil anak bukan jin wanita
tetap syetan wanita yang tidak selalu mempunya rambut yang panjang. Penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa mereka percaya apa yang digambarkan dalam sinetron Misteri Illahi bahwa
kuntilanak adalah jin wanita yang memiliki rambut panjang.
102 | Sebagian ulama berpendapat setan dan jin itu beda, walaupun proses penciptaannya
sama. Iblis adalah kakek moyang setan, atau Jin adalah kakek moyang setan yang terbuat dari
api, tetapi jin dapat dibedakan menjadi dua bagian yakni Jin yang taat dan Jin yang
pembangkang (Maulana, 2002:12-14).
Jin yang baik dan soleh dilukiskan dalam salah satu hadits :
“Sesungguhnya telah datang kepadaku utusan jin dari Nashibin dan mereka sebaik-baiknya
jin…” (HR. Tirmidzi)
Sementara jin-jin kafir pekerjaanya akan terus mengganggu tidak hanya kepada NabiNabi, namun juga kepada umat manusia. Mereka akan datang dan menggoda dari berbagai
penjuru. Firman Allah dalam surat Al-A’raf 16-17 menerangkan :
“Iblis (jin-jin kafir) itu menjawab “karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian saya akan mendatangkan mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat)”. (Q.S. Al-A’raf 16-17)
103 | 4.2.1.25. Dukun Selalu Memakai Pakaian Warna Hitam
Tabel 31
Dukun Selalu Memakai Pakaian Warna Hitam
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Setuju
46
82,14%
2.
Tidak Setuju
10
17,85%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Pada data tabel yang ditemukan dilapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa ciri
seorang dukun selalu memakai pakaian warna hitam, sebanyak 46 responden (82,14%), dan yang
menyatakan tidak
setuju sebanyak 10 responden (17,85%). Responden yang tidak setuju
menyatakan bahwa ada juga dukun yang memakai pakaian berwarna putih, bahkan seseorang
pernah melihatnya. Penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil responden berikut adalah
bahwa tayangan di televisi dapat mengubah persepsi pada manusia khususnya anak-anak.
4.2.1.26. Kyai adalah Orang Baik yang Tidak Pernah Membunuh
Tabel 32
Kyai adalah Orang Baik yang Tidak Pernah Membunuh
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Setuju
51
91,07%
2.
Tidak Setuju
5
8,92%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
104 | Dari tabel berikut ini dapat ditarik 51 responden (91,07%) yang menyatakan setuju
bahwa kyai adalah orang baik dan tidak pernah membunuh, dan sebagian kecil menyatakan tidak
setuju, 5 responden (8,92%) beranggapan lain. Responden yang menyatakan salah, sebelumnya
diungkit di tabel 19 bahwa kyai yang tidak pernah membunuh bukan berarti orang yang baik,
karena banyak dari kyai tersebut yang melakukan poligami, dan itu sangat jelas dapat menyakiti
hati orang lain. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka responden terbesar
meyakini bahwa kyai adalah orang baik dan tidak pernah membunuh.
4.2.1.27. Siluman Ular adalah Manusia yang Dikutuk
Tabel 33
Siluman Ular adalah Manusia yang Dikutuk
No.
Jawaban
Satuan
Persentase
1.
Setuju
28
50%
2.
Tidak Setuju
28
50%
56
100 %
Jumlah
n = 56
Sumber : Angket Penelitian
Dari data 56 responden, 28 responden (50%) menyatakan setuju, dengan pernyataan
siluman ular adalah manusia yang dikutuk, dan 28 responden (50%) menyatakan tidak setuju.
Responden yang menyatakan setuju berpendapat bahwa siluman ular adalah manusia yang
melakukan kesalahan, dan tidak berbakti kepada orang-tua, kemudian orang-orang yang tidak
menyukai orang tersebut, mengutuk manusia itu agar menjadi ular.
105 | TABEL KUMULATIF
Tabel 34
Berpikir Simbolis
No
Kategori
Jumlah Responden
1.
Tinggi
21
31 – 36
2.
Cukup
31
24 – 30
3.
Rendah
4
18 – 23
n = 56
Tabel kumulatif di atas, menunjukkan bahwa berpikir simbolis anak dengan kategori
tinggi (31-36) terdapat 21 anak, berpikir simbolis anak dengan kategori cukup (24-30) terdapat
31 anak, sedangkan sisanya 4 anak berpikir simbolis dengan kategori rendah (18-23).
Maksudnya adalah, mayoritas 21 anak dengan kategori tinggi (31-36) termasuk ke dalam periode
sintese-fantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang
sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak.
Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah,
dan cerita khayalan
Sedangkan, anak dengan kategori cukup (24-30) termasuk ke dalam Periode realisme
naif. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubunghubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti
dengan pengamatan konkrit. Jawaban responden minoritas termasuk ke dalam kategori rendah
106 | (18-23) terdapat 4 anak termasuk ke dalam periode Periode realisme kritis. Pengamatannya
bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa
menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur.
Hal ini dapat membuktikan bahwa anak-anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan
kelas VI dengan kisaran usia 11-12 tahun, masih tidak bisa atau sulit membedakan antara fantasi
dengan kenyataan, tidak berpikir secara logis. Orang-tua dan guru sangat berperan penting
dalam perkembangan seorang anak, sebaiknya tidak memberikan cerita-cerita takhayul.
Membimbing anak dalam pertumbuhannya, juga memberikan jawaban-jawaban masuk akal yang
dapat diterima oleh anak.
Tabel 35
Berpikir Egosentris
No
Kategori
Jumlah Responden
1.
Tinggi
28
16 – 18
2.
Cukup
24
12 – 15
3.
Rendah
4
9 – 11
n = 56
107 | Tabel kumulatif di atas, menunjukkan bahwa berpikir egosentris anak dengan kategori
tinggi (16-18) terdapat 28 anak, berpikir egosentris anak dengan kategori cukup (12-15) terdapat
24 anak, sedangkan sisanya 4 anak berpikir egosentris dengan kategori rendah (9-11).
Maksudnya dari pernyataan di atas adalah, mayoritas 28 anak dengan kategori tinggi (31-36)
termasuk ke dalam periode sintese-fantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan
totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut
dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng,
sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan
Sedangkan, 24 anak dengan kategori cukup (12-15) termasuk ke dalam Periode realisme
naif. Anak sudah bisa membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu menghubunghubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti
dengan pengamatan konkrit. Jawaban responden minoritas termasuk ke dalam kategori rendah
(9-11) terdapat 4 anak termasuk ke dalam periode Periode realisme kritis. Pengamatannya
bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa
menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur.
Hal ini dapat membuktikan bahwa anak-anak SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan
kelas VI dengan kisaran usia 11-12 tahun masih berpikir egosentris. Belum pintar menilai
tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju. Belum mampu mengklasifikasikan objek
sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, dan berpikir sesuai
dengan cara pikirannya menilai sesuatu.
108 | BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berpikir simbolis anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap
tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun televisi Indosiar.
Mayoritas 21 anak dengan kategori tinggi (31-36) termasuk ke dalam periode sintesefantastis. Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya
masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi
dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan
cerita khayalan
Tabel kumulatif pada bab sebelumnya juga menunjukkan hal yang sama, hampir seluruh
siswa kelas V dan kelas VI SDN Jeung Jirigil Tengah berpikir simbolis, masih belum bisa
membedakan kenyataan dan fantasi. Tayangan “Misteri Illahi” sangat berpengaruh pada
perkembangan berpikir anak mengenai agama. Terlebih dengan munculnya tokoh-tokoh yang
menyeramkan dan adegan-adegan perkelahian.
2.
Berpikir egosentris anak SDN Jeung Jirigil Tengah Kelas V dan Kelas VI terhadap
tayangan religitainment Misteri Illahi di stasiun televisi Indosiar.
Anak SDN Jeung Jirigil kelas V dan kelas VI masih berpikir egosentris, hal ini dapat
dilihat di tabel kumulatif. Berpikir tentang benar atau tidak benar terhadap peristiwa pada
tayangan religitainment Misteri Illahi. Berpikir tentang setuju atau tidak setuju terhadap
109 |
penokohan pada tayangan reigitainment Misteri Illahi. Anak-anak tersebut belum bisa
menggunakan logikanya dan tidak dapat menilai hal-hal yang dianggap benar atau tidak benar.
Dampak tayangan sinetron bernuansa mistis terhadap logika berpikir anak, bisa membuat
sugesti berlebihan terutama pada anak-anak di bawah umur yang dapat dengan mudah
menontonnya karena jam penayangannya yang tidaklah terlalu malam.
5.2.
Saran
5.2.1. Saran Pendidik (Orang Tua dan Guru)
Orang tua dan guru sangat berperan penting dalam perkembangan anak-anak, sebaiknya
perlu:
a. Mendampingi anak-anak pada saat menonton televisi
b. Memilihkan acara yang tepat untuk anak-anak
c. Menjelaskan tayangan di televisi
d. Memberikan arahan pada anak-anak
e. Menjawab pertanyaan-pertanyaannya tanpa berlebihan
f. Tidak menakut-nakuti anak-anak dengan cerita mistis
5.2.2. Saran Lembaga
Permasalahan yang penulis kemukakan diatas adalah, mengenai Aspek berpikir anak
SDN Jeung Jirigil Tengah kelas V dan kelas VI terhadap tayangan religitainment “Misteri
Illahi”. Dalam dunia Islam, jin dan setan bukanlah satu-satunya tema yang bisa diketengahkan.
Islam tidak hanya soal jin, sebagaimana Islam tidak hanya soal syari’at dan fiqh. Banyak sekali
aspek dalam Islam yang bisa dieksplorasi, mulai dari spiritual (sufisme), sosial, politik, budaya,
110 |
kemanusiaan, ekonomi. Dari etika, ada soal kejujuran, keberanian moral, kedermawanan,
keadilan, dan banyak lagi. Banyak sekali tema-tema soal kehidupan yang bisa dieksplorasi, dan
tidak harus eksplisit keislamannya, sebagaimana tidak harus ada ustadz yang menyimpulkan
segalanya dan mematikan kreativitas penonton untuk menafsirkan yang berbeda. Mulai dari soal
kemiskinan, pengangguran, rumah tangga, keluarga, hingga lingkungan kerja dan kenegaraan.
Mulai dari genre anak-anak, musikal,drama, komedi, hingga yang dianggap art film. Misalnya
saja Kiamat Sudah Dekat, Ketika (keduanya karya Deddy Mizwar), atau Rindu Kami Pada-Mu
(Garin Nugroho).
Kita harusnya berkaca kepada kreativitas Iran, yang mayoritas memilih neo-realisme dan
mengeksplorasi banyak tema tanpa terjebak dengan syaria’t yang mengungkung, atau lembaga
sensor yang memagari. Atau, kepada negara-negara tetangga, seperti Thailand atau Korea, yang
sangat cepat perkembangan perfilmannya.
Tema jin pada akhirnya membuat sinetron-sinetron “islami” itu berakhir dengan kondisi
tidak jauh beda dengan lawan-lawannya. Karena tema jin yang mendominasi layar kaca itu
bukanlah yang tema dan masalah utama umat Islam di negeri ini. Masih banyak lagi tema.
Kehadiran ayat-ayat al-Qur’an dan ustadz disana tak lebih dari peran ulama dalam film horor
1980an macam Sundel Bolong: sama-sama pengusir setan. Padahal, katanya al-Qur’an adalah
panduan seluruh hidup kita, dan agama adalah sebuah dien, sistem hidup kita. Tetapi mengapa
masih saja berkutat pada setan dan jin? Apakah karena, kalau kita mengeksplorasi tema lain,
akan ditinggal investor atau penonton?
Belum lagi dari segi plot, karakteristik, dan unsur-unsur lainnya dari sebuah skenario.
Tidak ada bedanya. Temanya masih hitam-putih, kelihatan benar jagoan yang pasti menang.
Karakter tidak digarap dengan dalam dan baik. Plot sudah terang benderang, dan, lebih parah
111 |
lagi, bahkan diberikan kesimpulan oleh seorang ustadz di akhir acara yang membatasi bahkan
mengarahkan apresiasi dan penafsiran pembacanya. Dialog-dialog juga tidak lancar. Intinya:
tidak ada beda antara yang dikritik dan yang mengkritik, antara dia dan lawan-lawannya.
Anak membutuhkan tontonan yang mencerahkan, yang menangkap masalah umat yang
sebenarnya yang ada dalam realitas hidup. Anak membutuhkan tontonan yang mengatasi
masalah tanpa masalah. Untuk Indosiar, diharapkan acara ini diganti dengan tayangan yang
meendidik.
5.2.3. Saran Peneliti Selanjutnya
Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan sebaiknya dapat lebih teliti dalam mengupas
tayangan religitainment. Mengenai sugesti pada anak setelah menonton tayangan religitainment,
bisa juga mengenai fantasi atau ketakutan pada anak setelah menonton tayangan religitainment.
112 |
DAFTAR PUSTAKA
• Dawud, Muhammad, Isa, 1995, Dialog dengan Jin Muslim, Pustaka
Hidayah, Bandung.
• Effendy, Onong, Uchjana, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung.
• Gerungan, 2004, Psikologi Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung.
• Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan anak, PT.
Grasindo, Jakarta.
• Kartono, Kartini, 1995, Psikologi Anak, Mandar Maju, Bandung.
• Poedjawijatna, 2004, Logika Filsafat Berpikir, Rineka Cipta, Jakarta.
• Rakhmat, Jalaluddin, 2005, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja
Rosda Karya, Bandung.
• Rakhmat, Jalaluddin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung.
• Salamah, Bassam, 2004, Penampakan Dari Dunia Lain, Hikmah, Bandung.
• Severin, Werner & Tankard, James, 2005, Teori Komunikasi, Prenada
Media, Jakarta.
• Suhamihardja, Agraha, Suhandi, 2003, Logika sebagai Seni Berpikir,
Fakultas Sastra Unpad, Bandung.
• Djuharie, O. Setiawan, 2001, Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi,
Yrama Widya, Bandung.
Sumber Lain :
•
www. yahoo.com
•
www.google.com
Public Relations
No. Angket
(Di isi oleh penulis)
ANGKET PENELITIAN
Petunjuk pengisian angket :
1. Mohon adik membaca setiap pertanyaan di dalam angket ini dengan teliti dan
seksama agar tidak terjadi kesalahan dalam menjawab.
2. Pilihlah jawaban yang adik anggap paling tepat kemudian berilah tanda silang
(X) pada jawaban yang adik pilih.
A.
DATA RESPONDEN
1. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Usia :
a. 10-11 tahun
b. 12-13 tahun
c. Lebih dari 13 tahun
3. Pekerjaan Orang Tua :
a. Pegawai Negeri
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Lainnya, …………………..(isi sendiri)
4. Memiliki televisi di rumah :
a. Ya
b. Tidak
5. Berapa kali menonton acara Misteri Illahi dalam satu bulan :
a. 1-3 kali
b. 4-6 kali
c. 7-9 kali
d. Lebih dari 9 kali
6. Menyukai tayangan sinetron Misteri Illahi :
a. Ya
b. Tidak
B.
No
DATA PENELITIAN
Pernyataan berdasarkan isi tayangan
1.
Siluman pada tayangan Misteri Illahi ada di sekitar kita.
2.
Siluman pada tayangan Misteri Illahi dapat mengganggu kita.
3.
Siluman ular dan serigala pada tayangan Misteri Illahi dapat
membunuh kita.
4.
Syetan, jin, dan siluman berkeliaran di sekitar kita hanya pada
malam hari, karena setelah matahari terbit syetan, jin, dan
siluman akan terbakar.
5.
Manusia dapat melihat syetan, jin, dan siluman di kuburan.
6.
Dukun adalah orang sakti yang dapat mengetahui segala hal
dan dapat melakukan apapun yang diinginkannya.
7.
Dukun dapat mengubah manusia menjadi siluman hanya
dengan bertapa di gunung.
8.
Dengan menusukkan jarum ke dalam tubuh boneka, dukun
dapat membunuh manusia.
Benar
Salah
No
9.
Pernyataan berdasarkan isi tayangan
Ketika seorang dukun mengucapkan mantera: “matilah ke
neraka!!” pada seseorang maka orang itu akan meninggal dan
masuk neraka.
10. Pekerjaan seorang kyai adalah mengusir jin, syetan, dan
siluman.
11. Ciri-ciri dari seorang kyai adalah: Pakaian yang serba putih,
berjanggut panjang, memakai sorban, dan membawa tasbih di
tangannya.
12. Kyai dapat membunuh siluman dengan melemparkan tasbih
ke bagian kepala siluman.
13. Kyai mempunyai sikap dan tingkah laku yang baik.
14. Kyai selalu melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu.
15. Kyai dapat menyembuhkan orang yang kemasukan makhluk
ghaib dengan memberikan air minum yang sebelumnya sudah
diberikan ajian selama 7 hari 7 malam.
16. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, manusia dapat
merubah wujudnya menjadi seekor ular.
17. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi, manusia dapat
merubah wujudnya menjadi seekor serigala.
18. Manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi ketika seekor
kucing yang berwarna hitam melangkahi mayatnya.
Benar
Salah
No
Pernyataan berdasarkan isi tayangan
19. Hari Jum’at adalah hari keluarnya syetan, jin, dan siluman.
20. Manusia berubah wujud menjadi babi untuk mencuri uang.
21. Dukun yang mempunyai dendam pada seseorang akan
membalasnya dengan ilmu santet.
22. Siluman dapat melihat peristiwa yang sedang terjadi melalui
air.
23. Jin berwajah seram dan berbadan besar.
24. Kuntilanak adalah jin wanita yang mempunyai rambut
panjang.
25. Dukun selalu memakai pakaian berwarna hitam.
26. Kyai adalah orang yang baik dan tidak pernah membunuh.
27. Siluman ular adalah manusia yang dikutuk
Benar
Salah
Cooding Book
COODING BOOK
NO
KOLOM
VARIABEL
1-2
1
3
KODE
A. DATA RESPONDEN
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
1
2
b. Perempuan
2. Usia Responden
2
4
a. 10-11 tahun
1
b. 12-13 tahun
2
c. Lebih dari 13 tahun
3
3. Pekerjaan / Profesi Orang Tua Responden
3
5
a. Pegawai Negeri
1
b. Pegawai Swasta
2
c. Wiraswata
3
d. Lainnya, sebutkan
4
4. Memiliki Televisi di rumah
4
6
a. Ya
1
b. Tidak
2
5. Berapa kali menontton acara Misteri Illahi dalam
satu bulan
5
7
a. 1-3 kali
1
b. 4-6 kali
2
c. 7-9 kali
3
d. Lebih dari 9 kali
4
6. Menyukai tayangan sinetron Misteri Illahi
6
8
a. Ya
1
b. Tidak
2
B. DATA PENELITIAN
I. PERNYATAAN BERDASARKAN ISI
TAYANGAN
7
9
1. Siluman pada tayangan Misteri Illahi ada di
sekitar kita
a. Benar
2
b. Salah
1
2. Siluman pada tayangan Misteri Illahi dapat
8
10
mengganggu kita
a. Benar
2
b. Salah
1
3. Siluman ular dan serigala pada tayangan Misteri
9
11
Illahi dapat membunuh kita
a. Benar
2
b. Salah
1
4. Syetan, jin dan siluman berkeliaran disekitar kita
hanya pada malam hari, karena setelah mataharai
10
12
terbit syetan, jin dan siluman akan terbakar
a. Benar
2
b. Salah
1
5. Manusia dapat melihat syetan, jin dan siluman
11
13
dikuburan
a. Benar
2
b. Salah
1
6. Dukun adalah orang sakti yang dapat mengetahi
segala hal dan dapat melakukan apapun yang
diinginkannya
12
14
a. Benar
2
b. Salah
1
7. Dukun dapat mengubah manusia menjadi
13
15
siluman hanya dengan betapa di gunung
a. Benar
2
b. Salah
1
8. Dengan memasukan jarum kedalam tubuh
14
16
boneka, dukun dapat membunuh manusia
a. Benar
2
b. Salah
1
9. Ketika seorang dukun mengucapkan mantera;
15
17
“matilah ke neraka!!” pada seseorng maka orang
itu akan meninggal dan masuk neraka
a. Benar
2
b. Salah
1
10. Pekerjaan seorang Kyai adalah mengusir jin,
16
18
syetan, dan siluman
a. Benar
2
b. Salah
1
11. Ciri-ciri dari seorang Kyai adalah: pakaian
17
19
yang serba putih, berjanggut panjang, memakai
sorban, dan membawa tasbih
a. Benar
2
b. Salah
1
12. Kyai dapat membunuh siluman hanya dengan
melempar tasbih ke bagian kepala siluman
18
20
a. Benar
2
b. Salah
1
13. Kyai mempunyai sikap dan tingkah laku yang
19
21
baik
a. Benar
b. Salah
2
1
14. Kyai selalu melaksanakan ibadah 5 waktu
20
22
a. Benar
2
b. Salah
1
15. Kyai dapat menyembuhkan orang yang
21
23
kemasukan makhluk ghaib dengan memberikan
air minum yang sebelumnya sudah diberikan
ajian 7 hari 7 malam
a. Benar
2
b. Salah
1
16. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi,
22
24
manusia dapat merubah wujudnya menjadi
seekor ular
a. Benar
2
b. Salah
1
17. Setelah menyaksikan tayangan Misteri Illahi,
23
25
manusia dapat merubah wujudnya menjadi
seekor Serigala
a. Benar
2
b. Salah
1
18. Manusia yang sudah meninggal akan hidup lagi
24
26
ketika seekor kucing yang berwarna hitam
melangkahi mayatnya
a. Benar
2
b. Salah
1
19. Hari Jum’at adalah hari kluarnya syetan, jin dan
25
27
siluman
a. Benar
2
b. Salah
1
20. Manusia berubah wujud menjadi babi untuk
26
28
mencari uang
a. Benar
2
b. Salah
1
21. Dukun yang mempunyai dendam pada
27
29
seseorang akan membalasnya dengan ilmu
santet
a. Benar
2
b. Salah
1
22. Siluman dapat melihat peristiwa yang sedang
28
30
terjadi melalui air
a. Benar
2
b. Salah
1
23. Jin berwajar seram dan berbadan besar
29
31
a. Benar
2
b. Salah
1
24. Kuntilanak adalah jin wanita yang mempunyai
30
32
rambut panjang
a. Benar
2
b. Salah
1
31
33
25. Dukun selalu memakai pakaian berwarna hitam
a. Benar
2
1
b. Salah
26. Kyai adalah orang yang baik dan tidak pernah
32
34
membunuh
a. Benar
2
b. Salah
1
27. Siluman ular adalah manusia yang dikutuk
33
35
a. Benar
b. Salah
2
1
COODING SHEET
NO
1 2
0 1
0 2
0 3
0 4
0 5
0 6
0 7
0 8
0 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Data Responden
3 4 5 6 7 8
2 1 1 1 2 1
1 2 1 1 3 1
1 1 2 1 3 1
2 2 1 1 3 1
2 2 1 1 3 1
1 2 3 1 2 1
2 1 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1
1 1 1 1 2 1
2 2 3 1 2 2
2 2 2 1 2 2
1 1 3 1 1 2
2 1 1 1 2 2
1 2 1 1 3 1
1 1 2 2 1 2
2 2 2 1 1 2
2 2 1 1 3 1
1 1 1 1 2 2
2 1 3 1 3 1
1 2 1 1 2 1
1 1 3 1 3 1
2 2 1 1 1 2
2 1 1 1 2 2
1 1 1 1 2 1
2 1 1 1 2 2
1 2 2 1 2 1
1 1 2 1 1 2
2 2 3 1 4 1
9
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
10
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
2
11
2
2
1
1
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
12
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
13
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
14
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
15
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
16
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
17
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
18
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
19
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
Data Penelitian
20 21 22 23 24
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
2 1 1 2 2
1 2 2 2 1
2 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 1 2 2 2
2 2 2 1 1
2 2 2 1 1
2 2 2 2 1
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
2 2 2 1 1
2 2 2 2 1
2 2 2 2 1
2 2 2 2 1
2 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 1
1 2 2 2 2
1 2 2 2 2
2 2 2 1 1
2 2 2 1 1
2 2 2 2 2
25
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
26
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
27
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
28
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
29 30 31 32 33 34 35
2 2 1 1 2 2 2
2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 1 2 2 2
2 2 1 2 2 2 1
1 2 1 2 2 2 2
2 2 2 1 1 2 2
1 1 1 1 1 2 1
1 2 1 1 2 2 1
2 1 2 1 1 2 2
2 2 2 1 1 2 2
1 2 2 2 1 1 1
2 2 2 2 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 2 2 1
1 1 2 2 2 2 2
2 2 1 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 1
2 1 2 2 2 2 1
2 1 2 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 1
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
2
3
3
1
2
1
1
1
2
1
3
3
1
1
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
4
2
2
3
1
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
4
2
3
1
4
2
3
3
3
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Nita Herlianawati
Tempat/Tgl Lahir
:
Rangkas / 24-November-1984
Agama
:
Islam
Nama Ibu
:
Hj. Neneng Rohayati, SE
Nama Ayah
:
H. E. Soehaeris, Drs., MM
Anak Ke
:
1 (satu)
Pendidikan
:
1989 – 1990 : TK Gelatik Pandeglang, Banten
1990 – 1996 : SDN IV Pandeglang, Banten
1996 – 1999 : SLTPN I Pandeglang, Banten
2000 – 2002 : SMUN I Pandeglang, Banten
Pendidikan Informal :
2000 – 2001 : General English LB LIA
2004 – 2005 : Conversation EF Bandung
Pengalaman Pelatihan :
-
Pelatihan PMB Fikom Unisba, Bandung, 2002
-
Pelatihan anggota osis SMUN I Pandeglang, Banten, 2002
-
Pelatihan anggota Drumband se-propinsi, Banten, 2000
Download