DURIAN SUKUN (

advertisement
1
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN ANALISIS SITOLOGI TANAMAN
DURIAN SUKUN (DURIO ZIBETHINUS MURR.)
Skripsi
Jurusan/Program Studi Agronomi
Oleh :
Sujud Rianggono Widodo
H.0104087
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversitas karena
memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati
tergolong tinggi di dunia. Termasuk juga dengan kekayaan keanekaragaman
jenis buah-buahan tropisnya. Bahkan Indonesia merupakan salah satu dari
delapan pusat keanekaragaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk
buah-buahan tropis seperti durian (Sastrapradja dan Rifai 1989 dalam Uji,
2005).
Di Indonesia sendiri, telah ditemukan sekitar 27 spesies durian (Astaman,
2007). Diantara spesies tersebut terdapat sembilan jenis yang dapat
dikonsumsi, yaitu D. dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandiflorus
(sukang), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus (teruntung),
D. oxleyanus (kerantungan), durian D. testudinarum (sekura), dan D.
zibethinus (durian). Lima dari sembilan jenis yang buahnya enak dimakan
dilaporkan telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis, D. grandiflorus, D.
kutejensis, D. oxleyanus, dan D. zibethinus (Uji, 2005). Durio zibethinus Murr.
merupakan spesies yang sangat digemari masyarakat dan paling sukses
dibudidayakan. Tanaman ini termasuk tanaman musiman berasal dari
Kalimantan dan Sumatera (Purba, 2005).
Ada tiga belas varietas durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri
Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan.
Macam varietas durian tersebut adalah: Durian Bokor (asal Majalengka),
Durian Kani (introduksi dari Thailand), Durian Otong (introduksi dari
Thailand), Durian Perwira (asal Majalengka), Durian Petruk (asal Jepara),
Durian si Dodol (asal Kalimantan Selatan), durian si hijau (asal Kalimantan
Selatan), Durian si Japang (asal Kalimantan Selatan), Durian si Mas (asal
Bogor), Durian si Tokong (asal Pasar Minggu), Durian si Riwig (asal
Majalengka), Durian Sukun (asal Gempolan), dan Durian Sunan (asal
Boyolali) (Astaman, 2007).
1
3
Durian Sukun merupakan salah satu varietas durian yang telah dikeluarkan
menteri pertanian pada tahun 1984 sebagai buah unggul, namun dalam
perkembangannya sedikit sekali informasi mengenai buah ini yang dapat
diperoleh. Nama dari buah durian sukun seakan tenggelam oleh durian
introduksi ataupun buah durian unggul lokal lainnnya.
Buah durian memiliki potensi yang besar sebagai tanaman perkebunan
masa depan sehingga menyebabkan permintaan akan tanaman ini menjadi
sangat besar. Namun, permasalahan yang sering muncul dalam pengembangan
agribisnis buah-buahan tropis di Indonesia yaitu tidak kontinyunya suplai
buah, rendahnya kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta
tingginya harga buah-buahan. Hal ini akan menyebabkan rendahnya daya
saing buah-buahan Indonesia di luar negeri, bahkan di dalam negeri. Di antara
permasalahan tersebut, masalah produktivitas dan kualitas buah telah
diketahui dikendalikan oleh faktor genetik.
Penampilan morfologi dari tanaman durian beragam tergantung dari
tempat tumbuhnya. Pemilihan bibit yang tepat merupakan suatu keharusan
dalam usaha pembudidayaan tanaman ini karena durian termasuk tanaman
tahunan apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan bibit kerugian yang
ditanggung sangat besar. Kesalahan dalam pemilihan bibit dapat diminimalkan
dengan cara mengenal morfologi durian. Mengingat morfologi dari durian bisa
berubah apabila ditanam pada lingkungan yang berbeda maka penting juga
untuk mengetahui sitologi dari tanaman durian. Pengenalan tanaman durian
berdasarkan karakter morfologi dan sitologinya selain membantu dalam
penentuan pemilihan bibit juga sebagai dasar bagi usaha pemuliaan tanaman.
Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar
unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki
beberapa karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya
saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun
kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul (Carsono, 2009), sehingga
4
diperoleh durian yang berkualitas yang dapat menjadi calon kultivar unggul
tanaman buah-buahan tropis. Peningkatan produksi durian diharapkan mampu
menunjang sektor hortikultura nasional.
B. Rumusan Masalah
Deskripsi mengenai tanaman durian masih sangat sederhana dan
berdasarkan penampilan morfologi padahal hampir di tiap daerah Indonesia
memiliki tanaman ini. Identifikasi berdasarkan penampakan luar (fenotipe)
semata kurang dapat dipercaya apabila digunakan sebagai dasar penentuan
jenis tanaman khususnya untuk usaha pemuliaan tanaman karena pada
tanaman dengan genotip yang sama akan menampakkan fenotipe yang
berbeda pada lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Deskripsi berdasarkan
analisis sitologi (kromosom) diharapkan dapat mendukung informasi yang
lebih akurat mengenai sifat tanaman durian. Berdasarkan uraian tersebut maka
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah karakter morfologi tanaman durian sukun (Durio
zibethinus Murr.)
2. Bagaimanakah sitologi tanaman durian sukun (Durio zibethinus Murr.)
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sifat morfologi tanaman durian sukun (Durio zibethinus
Murr.)
2. Mengetahui jumlah kromosom tanaman durian sukun (Durio zibethinus
Murr.)
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Durian Sukun (Durio zibenthinus Murr.)
Durian merupakan tanaman dikotil yang termasuk dalam tanaman tahunan
yang berbentuk pohon yang tumbuh lurus dengan tinggi 20 - 40 m, dan
mempunyai tajuk pohon yang rimbun tergantung varietasnya (Setiadi, 1999).
Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr.
(Skinner, 2000)
Durian memiliki sistem perakaran tunggang, sangat panjang hingga
mencapai enam meter atau lebih, perpanjangan akar tunggang akan berhenti
bila mencapai permukaan air. Sesudah fase perpanjangan akar tunggang
berhenti, lalu terbentuk banyak akar cabang, yang terus memanjang mencari
air tanah, akar cabang ini makin kebawah makin sedikit dan hanya bertahan
sampai genangan air satu meter (Anonim, 1990).
Batang durian tumbuh tegak, cabang akan tumbuh dan melebar
kesamping. Batang durian pada umumnya agak kuat, bercabang banyak dan
agak kecokelatan. Tinggi pohonnya mencapai 10-25 m, batangnya berkayu
dengan permukaan agak halus khususnya durian unggul (Sunarjono, 1990).
Bentuk dan ukuran daun durian antara satu kultivar dan kultivar lain
berbeda. Pada umumnya daun durian berbentuk lanset, panjang berkisar antara
6-12 cm, lebar sekitar 2-4 cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua dan
bagian bawah berwarna keemasan (Untung, 2005).
Pohon durian termasuk dalam tumbuhan yang berbunga ramiflorous yaitu
bermunculan di cabang atau ranting, durian membentuk gugusan bunga yang
terdiri atas 3-30 bunga, bunga yang berhasil jadi buah pada setiap rantingnya
terdiri atas 3-15 buah. Bunga durian banyak mengandung nektar yang menarik
beberapa jenis serangga. Bunga durian terletak pada tangkai yang tidak
4
6
berdaun, pada siang hari berkembang atau membuka dan pagi hari berikutnya
berjatuhan, baunya tidak enak, kuncup bunga berbentuk bulat telur, benang
sari ada lima berbentuk kipas (Wiryanta, 2006)
Bentuk buah durian biasanya bulat, panjang, atau variasi dari kedua bentuk
itu, bagian ujung dan pangkal buah meruncing. Tangkai berbentuk bulat
sepanjang 3-12 cm terletak di bagian pangkal buah. Ukurannya termasuk
besar, buah yang sudah matang berukuran sekitar 30-45 cm dengan lebar 2530 cm. Bobotnya antara 0,5-5 kg, tetapi sebagian besar berkisar antara 1,5-2,5
kg. Jumlah juring 5-6, satu buah berisi 5-15 butir biji sempurna, daging buah
umumnya berwarna putih, bertekstur halus dan manis (Untung, 2005).
B. Lingkungan Tumbuh
Pemilihan lokasi dalam berkebun durian sangat penting terutama
ketinggian tempat. Ketinggian tempat akan berpengaruh tehadap waktu
pembungaan dan kematangan buah. Durian yang ditanam di (tempat yang
tinggi akan lebih lambat waktu berbunganya dibandingkan dengan yang
ditanam di dataran rendah. Begitu pula dengan proses kematangan buah. Buah
yang ditanam di tempat yang tinggi akan lebih lambat masaknya dibandingkan
dengan yang ditanam di tempat yang rendah. Pada ketinggian 900 m dpl
pohon durian sama sekali tidak akan berbuah karena persyaratan tumbuhnya
tidak sesuai, ketinggian yang ideal adalah 200-500 m dpl (Rukmana, 1996).
Kisaran curah hujan yang ideal 1.500-2.500 mm per tahun. Lokasi kebun
durian harus terbuka, topografinya datar atau agak miring (kemiringan tidak
lebih dari 35 derajat), lama bulan basah 9-11 bulan per tahun. Tanaman ini
juga bisa tumbuh di daerah beriklim sedang yang mempunyai bulan basah 7-8
bulan per tahun (Anonim, 1990). Suhu udara berkisar antara 270-320 C dan
kelembaban 75-80 %. Tanaman durian lebih senang terhadap sinar matahari
penuh sehingga lebih baik di tanam pada daerah terbuka dengan intensitas
cahaya 60-80 % (Setiadi, 1999).
Tanaman durian membutuhkan tanah gembur dan banyak mengandung
bahan organik Drainase air juga harus baik karena pada tanah yang
drainasenya buruk menyebabkan terjadinya busuk akar durian bisa beradaptasi
dengan berbagai jenis tanah namun tanah yang paling cocok adalah tanah
subur dan sedikit berpasir karena tidak tahan terhadap genangan (Winarno,
1990). Derajat kemasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk tanaman durian
adalah 5,5-6,5. Tanah asam tidak cocok untuk tempat tumbuh durian, tanah
masam masih bisa dipakai bila sebelumnya pH tanah dinaikkan melalui
pengapuran sampai keadaan netral Tanah yang netral dapat dengan mudah
menyerap pupuk yang dibutuhkan tanaman, demikian juga halnya dengan
durian akan tumbuh subur pada tanah netral (Setiadi, 1999).
C. Karakterisasi Morfologi
7
Karakterisasi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui variasi sifat
pertumbuhan vegetatif dan generatif maupun sifat morfologi tanaman yang
bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman (Suryadi dkk., 2003).
Karakterisasi merupakan suatu kegiatan dalam plasma nutfah untuk
mengetahui sifat morfologi yang dapat dimanfaatkan dalam membedakan
antar aksesi, menilai besarnya keragaman genetik, mengindentifikasi varietas,
menilai jumlah aksesi, dan sebagainya (Bermawie, 2005).
Karakterisasi adalah suatu kajian yang berkaitan dengan perkenalan akan
sifat-sifat khas suatu organisme dan pembeda antara fenotipe-fenotipe pada
hal-hal yang bersifat heritable (interaksi gen dengan lingkungan) dan
dinampakkan pada berbagai kondisi lingkungan. Karakterisasi tanaman
mencakup pengenalan ciri-ciri morfologi (akar, batang, bentuk percabangan
dan daun) fisiologi dan molekuler (model gen, mutasi). Karakterisasi
mengarah pada deskripsi yang digunakan untuk mengidentifikasi tanaman
atau diferensiasi antar tanaman dan sebagai bahan acuan gambaran sifat-sifat
varietas, baik untuk pemulia, peneliti maupun petani (Hernawati, 2005 dalam
Hayat, 2008 ).
Koleksi yang ada dan yang telah dikarakterisasi dapat menghasilkan
deskripsi yang bermanfaat sebagai materi dalam pembentukan varietas unggul
baru, yang dapat dilakukan melalui introduksi, seleksi dan persilangan dengan
menggunakan tetua yang terpilih dari koleksi plasma nutfah (Suryadi, dkk.,
2003).
Identifikasi berdasarkan karakter morfologi ini memiliki keterbatasan,
diantaranya yaitu faktor lingkungan, jumlah karakter yang diamati terbatas
dan adanya sifat dominan dan resesif pada tanaman. Meskipun demikian,
identifikasi terhadap karakter morfologi tetap penting dan masih tetap
digunakan dalam program pemuliaan tanaman karena pengamatannya sangat
mudah dan cepat (Rusdiansyah, dkk., 2002 dalam Hayat, 2008)
D. Analisis Kromosom
Bagian terkecil dari mahkluk hidup adalah sel. Di dalam sel dari
kebanyakan mahkluk terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk
batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah
pembawa bahan keturunan (Crowder, 1986). Karyotipe adalah susunan
kromosom secara berpasangan yang umumnya diurutkan dari ukuran terbesar
dan atau berdasarkan perbandingan panjang lengan atas dan bawah (Sucipto,
2008).
Dalam analisis kromosom, bahan yang umum digunakan adalah bagian
tanaman yang aktif membelah (merismatis) seperti ujung akar, ujung batang,
primordia daun, petala daun, ovulum muda, dan kalus. Namun yang paling
umum digunakan dalam studi mitosis adalah ujung akar karena mudah tumbuh
dan seragam (Setyawan dan Sutikno, 2006).
8
Fase-fase dalam pembelahan mitosis.
a. Interfase : Sel belum memperlihatkan kegiatan membelah, inti sel tampak
keruh, mulai tampak benang-benang kromatin yang halus.
b. Profase : Benang-benang kromatin makin pendek dan tebal sehingga
terbentuk kromosom. Tiap kromosom lalu membelah, memanjang dan
anakan kromosom disebut kromatid. Dinding mulai menghilang dan
sentriol membelah.
c. Metafase : Kromosom berada di bidang tengah sel.
d. Anafase : Sentriol membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan
bergerak menuju kutub sel yang berlawanan.
e. Telofase : Setiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut
gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk lagi. Kemudian plasma
sel terbagi menjadi dua bagian yang disebut sitokinese. Sitokinese pada
tumbuhan ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah-tengah
sel
(Suryo, 1995).
Waktu pembelahan mitosis bervariasi untuk setiap organisme yang
berbeda, dalam jaringan dan tergantung pada faktor fisiologis dan faktor
lingkungan. Berdasarkan fase pembelahan, kromosom dapat dilihat dengan
jelas pada tahap metafase atau prometafase (De Robertis dkk., dalam
Parjanto dkk., 2003).
Saat paling mudah untuk menghitung banyaknya kromosom dan
mempelajari morfologinya adalah pada saat kromosom mengalami
pembelahan mitosis pada tahap metafase awal, karena pada fase tersebut
kromosom-kromosom telah menebal dan menempatkan diri pada bidang
tengah. Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom dapat dibedakan
menjadi beberapa macam antara lain :
1. Kromosom Metasentrik
Kromosom yang mempunyai sentromer ditengah, sehingga kromosom
dibagi atas dua lengan sama panjang. Biasanya kromosom membengkok di
tempat sentromer sehingga kromosom berbentuk huruf V.
2. Kromosom Submetasentrik
9
Kromosom yang mempunyai sentromer tidak ditengah, sehingga kedua
lengan kromosom tidak sama panjang. Bila kromosom ini membengkok di
tempat sentromer, maka kromosom berbentuk huruf J, lengan yang pendek
biasanya diberi simbol (tanda) p, sedang lengan panjang q.
3. Kromosom Akrosentrik
Kromosom yang mempunyai sentromer di salah satu ujungnya, sehingga
kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Biasanya kromosom ini
lurus, tidak membengkok
4. Kromosom Telosentrik
Kromosom yang mempunyai sentromer di salah satu ujungnya sehingga
kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (Suryo, 1995).
Menurut Ciupercescu dkk. (1990) dalam Parjanto dkk. (2003), Penentuan
bentuk kromosom mengacu pada rasio lengan, sebagaimana terlihat di bawah
ini :
Bentuk kromosom
Rasio lengan (r=q/p)
Metasentrik (m)
1,0 < r ≤ 1,7
Submetasentrik (sm)
1,7< r ≤ 3,0
Akrosentrik (t)
3,0 < r ≤ 7,0
Telosentrik (T)
> 7,0
Untuk mempermudah proses pengamatan jumlah dan morfologi
kromosom, dapat dilakukan pra perlakuan yaitu dengan perusakan viskositas
antara isi spindle dan sitoplasma, sehingga ikatan kromosom akan longgar dan
dapat menyebar dengan baik saat akan dilakukan pengamatan. Pra-perlakuan
bisa dilakukan dengan menggunakan air suling maupun zat kimia.
Untuk mencegah terjadinya perubahan seperti kering dan mengkerut pada
sediaan jaringan yang telah dibuat maka dapat dilakukan fiksasi. Fiksasi
adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Jadi fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan
sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel yang
mungkin terjadi hanya sekecil mungkin (Hizume dkk., 1989).
Dalam melakukan pengamatan kromosom, maka kromosom perlu
diwarnai. Larutan yang biasa digunakan untuk pewarnaan kromosom antara
lain acetic-orcein, iron aceto-carmin, safranin, dan lain-lain. Acetic-orcein
10
paling sering digunakan karena pembuatannya mudah, cocok digunakan pada
jaringan meristem seperti ujung akar, pewarnaannya lebih cepat dibandingkan
dengan larutan pewarna yang lain, dan bisa dipadukan dengan larutan fiksatif
asam asetat (Gunarso, 1988).
Metode pewarnaan menggunakan aceto-orcein mempunyai kelebihan
yaitu gambaran mitosis akan terpulas kuat sehingga sel-selnya dapat terlihat
dengan jelas. Bahan dan larutan yang dipergunakan dalam metode pewarnaan
menggunakan Acetic-orcein yaitu, orcein 1 gram; asam asetat glasial 45 ml;
dan aquadest 55 ml. Mula-mula asam asetat glasial dipanaskan, kemudian
orcein dilarutkan ke dalamnya. Selanjutnya didinginkan dan aquadest
ditambahkan, larutan tersebut dapat segera digunakan. Metode pencet (metode
squash) adalah suatu metode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara
memencet suatu potongan jaringan atau organisme secara keseluruhan,
sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah
mikroskop. Pembuatan sediaan ini diusahakan agar supaya sel-sel terpisah
satu sama lain, tetapi tidak kehilangan bentuk aslinya dan tersebar dalam suatu
lapisan di atas gelas benda. Metode ini banyak dipakai dalam laboratorium
Botani (Suntoro, 1983).
Kromosom dapat dilihat jelas selama tahap-tahap tertentu dari pembelahan
inti terutama pada tahap metafase. Preparat dengan sel-sel yang paling banyak
berada dalam kondisi aktif membelah mewakili waktu optimum pembelahan
sel (Wulandari dkk., 2006). Pada umumnya, jumlah kromosom merupakan
suatu karakter yang stabil dalam suatu spesies serta untuk spesies-spesies yang
berkerabat. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan jumlah
kromosom antara spesies-spesies yang berkerabat (Stace dkk., 1997).
11
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
di
Balai
Benih
Tanaman
Hortikultura
”RANUKITRI” Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah serta di
Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNS mulai bulan Juli
2008 hingga Maret 2010.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Morfologi
1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman durian
sukun yang ada di Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
“RANUKITRI“ Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
1.2 Alat
a) Plastik Pembungkus
b) Penggaris
c) Jangka Sorong
d) Meteran
e) Label
f) Kamera
g) Munsell Color Chart
2. Sitologi
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam analisis sitologi ini antara lain :
a. Ujung akar dari kecambah durian sukun
b. Larutan HCL 1 N
c. Asam asetat 45%,
d. Aquadest
e. Larutan acetic-orcein 2%
11
12
2.2 Alat
Alat yang digunakan antara lain: silet, pinset, flakon, gelas
preparat, gelas penutup, penggaris, mikroskop dan photo.
C. Rancangan Penelitian
1. Morfologi
Penelitian merupakan penelitian survey berdasarkan pengamatan
langsung melalui pencatatan data primer (sampel yang diamati) dan
sekunder (data pendukung), dan pendokumentasian bagian-bagian tanaman
durian sukun yaitu pada bagian vegetatif : batang dan daun, serta bagian
generatif : bunga, buah, dan biji dengan pemilihan sampel secara purposive
random sampling (secara sengaja), sesuai dengan kriteria yang dipilih yaitu
tanaman pokok sampel yang mempunyai perawakan besar serta pernah
berbunga. Pengambilan sampel terbagi sebagai berikut :
a. Deskripsi pohon, data diambil dari 10 pokok sampel.
b. Deskripsi daun, data diambil dari 10 sampel daun yang telah berkembang
sempurna dan diambil dari 10 pokok sampel.
c. Deskripsi bunga, data diambil dari rata-rata 10 sampel bunga yang telah
mekar sempurna dan diambil dari 9 pokok sampel.
d. Deskripsi buah, data diambil dari 4 sampel buah yang telah masak.
e. Deskripsi biji, data diambil dari 20 sampel biji yang sehat.
2. Sitologi
2.1 Penyediaan bahan penelitian
Bahan penelitian ini diperoleh dari akar bibit tanaman durian. Bibit
tersebut didapatkan dengan cara mengecambahkan biji pada media
arang sekam.
2.2 Pembuatan sediaan
Pembuatan
sediaan
dengan
metode
squash
(pemencetan)
menggunakan ujung akar yang meristematis. Akar dipotong sepanjang
5 mm kemudian direndam dalam aquadest selama 24 jam pada suhu
50–80C. Irisan ujung akar yang telah dilakuakan pra-perlakuan
13
kemudian dihidrolisis dengan larutan HCL 1N selama 5-10 menit pada
suhu kamar. Setelah dihirolisis irisan dicuci dengan aquadest. Irisan
direndam dengan larutan acetic-orcein 2% selama 24 jam untuk
pewarnaan. Tudung akar kemudian dihilangkan dan diambil bagian
meristematis (kurang lebih 0,5 mm). Bahan kemudian diletakkan dalam
gelas preparat dan ditetesi larutan asam asetat 45%, kemudian ditutup
dengan gelas penutup dan ditekan dengan ibu jari. Kromosom pada
tahap prametafase yang menunjukkan penyebaran yang baik dipotret
dengan mikroskop-foto Nikon dan hasil gambar diolah menggunakan
aplikasi adobe photoshop 7.0, kemudian dari gambar hasil olahan dapat
dihitung jumlah kromosomnya
D. Variabel Pengamatan
1. Morfologi
Variabel yang diamati dalam mengidentifikasi morfologi tanaman
Durian sukun:
1.1 Tinjauan Lokasi
Pengamatan letak geografis dibedakan menjadi letak lintang, bujur,
altitude, kemiringan lahan, topografi, serta curah hujan. Altitude
merupakan ketinggian habitat tanaman durian sukun diukur dari
permukaan laut. Pengamatan topografi bertujuan untuk menentukan
tipe permukaan tanah pada daerah habitat tanaman durian sukun antara
datar, bergelombang atau berbukit. Pengamatan curah hujan dilakukan
untuk mengetahui jumlah curah hujan habitat tanaman durian sukun.
Pengamatan tersebut dilakukan melalui pencatatan data sekunder atau
pengambilan data yang sudah ada.
1.2 Sejarah Tanaman
Dengan melakukan pencatatan berdasarkan hasil wawancara dari
pihak yang terkait untuk mendapatkan data asal – usul tanaman.
14
1.3 Pengamatan Morfologi Tanaman
Pengamatan yang dilakukan meliputi sifat morfologi pohon batang
dan cabang, daun, bunga, buah, serta biji menggunakan skoring dari
Bioversity (2007) dan tambahan skoring berdasarkan uraian pada buku
Morfologi Tumbuhan karangan Gembong Tjitrosoepomo (2003) (lihat
lampiran 1).
2. Sitologi
Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah jumlah kromosom dari
tanaman durian sukun.
F. Analisis Data
Identifikasi morfologi dianalisis secara deskriptif berdasarkan survei
pengamatan langsung, dan pemotretan bagian-bagian tanaman durian sukun
(Durio zibethinus Murr.) secara spesifik pada bagian vegetatif : batang, daun,
serta bagian generatif: bunga, buah, dan biji. Data sitologis dianalisis
secara deskriptif berdasarkan hasil dari gambar pemotretan yang diolah
menggunakan aplikasi adobe photoshop 7.0.
15
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Tinjauan Lokasi
Desa Pendem secara administratif merupakan bagian wilayah dari
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar yang terletak pada
Propinsi Jawa Tengah paling timur berbatasan dengan propinsi Jawa Timur.
Kecamatan Mojogedang mempunyai ketinggian sekitar ± 449 m di atas
permukaan laut dengan luas lahan 17,23 Ha.
B.
Sejarah tanaman
Tanaman Durian Sukun merupakan salah satu varietas tanaman buah
durian yang menjadi menjadi unggulan nasional melalui SK yang
dikeluarkan oleh menteri pertanian pada tahun 1984. Durian unggul ini
berasal dari desa Gempolan kecamatan Kerjo, Karanganyar, Jawa Tengah.
Dari data sekunder yang diperoleh dari pemilik tanaman, tanaman tersebut
mempunyai umur ratusan tahun. Namun data tersebut belum lengkap
berkenaan dengan pemilik asli yang telah wafat serta data tulisan yang
sedikit ditemui. Tanaman yang diakui sebagai indukan dari durian sukun di
habitat asli hanya berjumlah satu pohon dari sekian banyak pohon durian
lokal. Dalam perkembangannya tanaman yang diakui tersebut tidak
mendapat perhatian dari pihak dinas terkait, sehingga pada awal tahun 2000an indukan durian sukun mengalami kerusakan yang berakibat pada
kematian. Namun sebelum mengalami kematian, oleh Dinas Balai Benih
Hortikultura telah diperbanyak melalui cara perbanyakan vegetatif yakni
melalui penyambungan. Menurut Prastowo, dkk. (2006), Penyambungan
(grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh
sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautannya.
15
16
C.
Deskripsi Pohon
Sebagai bahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel
tanaman di balai benih tanaman hortikultura ”RANUKITRI” karanganyar,
tempat dimana tanaman durian sukun dibudidayakan. Dari data sekunder
didapatkan data umur pohon relatif sama yakni 15 serta 10 tahun.
1. Tinggi tanaman
Tabel 3.1 Tinggi tanaman durian sukun yang
diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tinggi (m)
10,5
8
8,5
10,25
8
7,75
5,75
7,75
7,5
6
Skor
5
3
3
5
3
3
1
3
2
1
Tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai
indikator pertumbuhan ataupun parameter yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas
kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno, 1995). Pengukuran tinggi
dilakukan melalui penghitungan matematis sehingga menghasilkan data yang
akurat. Tanaman Durian Sukun termasuk Jenis tanaman pohon, yakni
tumbuhan tinggi besar, batang berkayu, dan bercabang jauh dari permukaan
tanah (Tjitrosoepomo, 2003). Tanaman Durian Sukun mempunyai tinggi rata
-rata ± 8 meter dengan pohon terendah berukuran ± 6 meter dan yang
tertinggi mencapai hampir 10,5 meter, sedangkan menurut Setiadi (1999),
secara umum pertumbuhan tinggi pohon durian dapat mencapai 20-40 meter.
17
2. Diameter tajuk
Tabel 3.2 Diameter tajuk tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Diameter tajuk (cm)
942
897
904
666
650
760
650
810
990
830
Skor
5
4
4
1
1
2
1
3
5
4
3. Bentuk tajuk tanaman
Tabel 3.3 Bentuk tajuk tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk tajuk
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Spherical
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Bentuk kanopi tanaman durian sukun berbentuk segitiga dengan ukuran
tajuk yang semakin membesar dari pangkal hingga ujung tajuk. Ada
perbedaan bentuk segitiga pada tanaman durian sukun yang dikelola intensif
dengan tanaman yang dikelola biasa. Pada durian sukun yang dikelola
intensif, kanopi tanaman berbentuk pyramidal yang cenderung segitiga sama
sisi sedangkan tanaman dikelola biasa berbentuk spherical yang lebih
mendekati segitiga sama kaki dengan ukuran di tiap sisi yang hampir sama.
Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan pengelolaan. Pada tanaman yang
dikelola
intensif,
dibudidayakan.
tanaman
sengaja
dibentuk
agar
mudah
untuk
18
4. Bentuk batang tanaman
Tabel 3.4 Bentuk batang tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk batang
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Secara sekilas batang tanaman durian adalah nampak bulat (skor 2)
seperti terdapat pada tabel 3.4, namun jika dilakukan pengamatan secara
seksama akan tampat adanya sudut yang tidak terlihat secara jelas
5. Warna batang luar
Tabel 3.5 Warna batang luar tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna batang luar
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6. Warna batang dalam
Tabel 3.6 Warna batang dalam tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna batang dalam
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
19
7. Ketebalan kulit batang
Tabel 3.7 Ketebalan kulit batang tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ketebalan kulit batang (cm)
3,98
4,13
2,61
3,3
4,18
1,78
3,62
3,78
3,64
3,56
Skor
4
5
3
4
5
2
4
4
4
4
8. Keadaan permukaan batang tanaman
Tabel 3.8 Keadaan permukaan batang tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Permukaan batang
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
9. Lapisan lilin
Tabel 3.9 Lapisan lilin pada batang tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lapisan lilin pada batang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
10. Sudut percabangan
Tabel 3.10
Sudut percabangan tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pola percabangan
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Horizontal
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Secara umum pola percabangan tanaman durian membentuk sudut
mendekati 45° dari sumbu atau batang utama, seperti yang terlihat pada
durian sukun yang dikelola secara biasa. Namun hal berbeda ditampakkan
pada durian sukun yang dikelola intensif oleh balai benih, pola percabangan
diatur membentuk sudut mendekati 90° agar mudah dalam pengelolaan.
11. Tipe percabangan
Tabel 3.11 Tipe percabangan tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tipe percabangan
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
monopodial
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Cabang dari pohon durian seperti telah diuraikan diatas mempunyai sudut
percabangan yang horizontal (skor 3), dengan tipe percabangan monopodial
(skor 1) seperti yang terlihat pada tabel 3.10 dan 3.11. Percabangan
monopodial menurut Tjitrosoepomo (2003) adalah jika batang pokok selalu
tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabangcabangnya.
21
12. Letak cabang
Tabel 3.12 Letak cabang tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Letak cabang (m)
0,46
0,31
0,25
0,26
0,21
0,44
0,61
0,23
0,19
0,32
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Letak cabang sendiri dari permukaan tanah sangatlah rendah seperti
terlihat pada tabel 3.12, dimana letak cabang berada pada kisaran 0 – 1 meter
diatas permukaan tanah (skor 1). Hal ini dikarenakan sudah adanya campur
tangan
pengelola dalam
pembentukan
cabang agar mudah
pengambilan buah.
13. Warna cabang
Tabel 3.13 Warna cabang tanaman durian sukun yang
diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna cabang tanaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
dalam
22
14. Bulu pada cabang
Tabel 3.14 Bulu pada cabang tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bulu pada cabang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Bagi Tanaman, batang merupakan bagian tubuh tanaman yang sangat
penting dan dapat disamakan dengan sumbu tubuh dan penopang tanaman
(Tjitrosoepomo, 2003). Selain tinggi, batang tanaman durian sukun juga
mempunyai lingkar batang yang besar. Lingkar batang diukur pada bagian
bawah percabangan awal dari batang. Hal ini dilakukan karena tanaman
sengaja untuk dibuat bercabang dekat dari tanah oleh pengelola balai benih,
sehingga jarak percabangan dengan tanah sangatlah dekat. Dari pengukuran
yang dilakukan, tanaman memiliki rerata lingkar batang 96,74 cm dengan
lingkar batang terkecil adalah 89 cm dan lingkar batang terbesar dimiliki oleh
pohon yang dijadikan sebagai indukan yakni sebesar 135,25 cm.
Bentuk kanopi ini berkaitan dengan percabangan yang muncul di
tanaman. Deskripsi batang dan tajuk pada pohon durian sukun di atas
mengindikasikan bahwa pohon durian sukun mempunyai bentuk fisik yang
besar dan tinggi dengan bentuk kanopi menyerupai segitiga. Bentuk
pengelolaan akan mempengaruhi dalam pengamatan morfologis. Pada
tanaman durian sukun yang diamati menunjukkan bahwa bentuk pengelolaan
berpengaruh terhadap tinggi dan lingkar batang juga bentuk kanopi dan
diameter tajuk. Bentuk kanopi dipengaruhi oleh pola percabangan.
Sedangkan untuk warna dari batang durian itu sendiri adalah coklat
kehitaman (skor 4) untuk batang luar serta coklat (skor 3) seperti terlihat
pada tabel 3.5 dan tabel 3.6 dengan keadaan permukaan batang yang kasar
23
(skor 2, pada tabel 3.8) dan ketiadaan lapisan lilin (skor 2, tabel 3.9). Kulit
batang sendiri mempunyai ketebalan yang bervariasi. Dari data tabel 3.7 di
atas ketebalan dominan berada pada skor 4, yakni berkisar 3,1 cm – 4 cm.
Warna cabang yang diamati pada penelitian ini adalah warna coklat
kehitaman (skor 3), dengan tidak adanya bulu pada cabang seperti terlihat
pada tabel 3.13 dan 3.14.
Gambar 3.1 Tanaman yang dikelola biasa
Gambar 3.2 Tanaman yang dikelola intensif
24
Gambar 3.3 Pembentukan cabang
D.
Deskripsi Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang
dan penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat. Daun pada tanaman tingkat
tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih
pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Berikut
adalah hasil dari karakterisasi daun durian sukun.
1. Bentuk daun
Tabel 4.1 Bentuk daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bangun daun
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
oblongus
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
25
2. Panjang daun
Tabel 4.2 Panjang daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang daun (cm)
15,15
16,03
20,45
15,17
16,9
15,2
14,86
14,4
18,46
16,42
Skor
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3. Lebar daun
Tabel 4.3 Lebar daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lebar daun (cm)
5,68
5,52
6
5,65
6,14
5,55
5,52
5,35
6,05
6
Skor
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
Bangun daun dasarnya merupakan bentuk dari bagian daun yang
disebut helaian daun (lamina). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh
pokok sampel yang diamati mempunyai bangun daun oblongus. Bangun
daun oblongus (memanjang) tersebut memilki perbandingan antara
panjang dan lebar yang sama, yaitu 3:1. Letak bagian terlebar dari bangun
daun oblongus tersebut adalah di tengah lamina-nya. Hal ini berbeda
dengan Irawan (2007) yang menyatakan bahwa bagian terlebar daun
terdapat di bagian atas. Pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 daun tanaman durian
berukuran panjang rata-rata 16,3 cm (klasifikasi panjang), lebar 5,75 cm
(klasifikasi sedang). Menurut Hidayah (1995) peluasan dalam permukaan
26
daun berasosiasi dengan peningkatan jumlah dan ukuran kloroplas serta
jumlah klorofil.
4. tebal daun
Tabel 4.4 Tebal daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
tebal daun (cm)
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5. Tekstur daun
Tabel 4.5 Tekstur daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tekstur daun
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
perkamen
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Berdasarkan pada tabel 4.4, tebal daun durian adalah 0,02 cm. Tebal
ataupun tipisnya helaian daun, pada hekekatnya juga bergantung pada
tebal tipisnya daging daun. Berkaitan dengan sifat tersebut, daun durian
sukun termasuk daun yang mirip perkamen (perkamenteus) yaitu tipis
namun kaku (tabel 4.5).
27
6. Tepi daun muda
Tabel 4.6 Tepi daun muda tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tepi daun muda
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7. Tepi daun tua
Tabel 4.7 Tepi daun tua tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tepi daun tua
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
integer
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Pada Tabel 4.6 dan tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh pokok
sampel yang diamati memiliki bentuk tepi daun integer (skor 1). Tepi daun
ini dibentuk karena tidak adanya toreh – toreh pada tepi daun atau dapat
dikatakan rata. Tepi daun yang tidak rata dapat ditemukan pada varietas
Petruk yang tepi daunnya bergelombang Irawan (2007).
28
8. Bentuk ujung daun
Tabel 4.8 Bentuk ujung daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk ujung daun
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Acuminate
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa seluruh pohon
sampel memiliki bentuk ujung daun acuminate/acuminatus (skor 2).
Bentuk
ujung
daun
acuminatus
(meruncing)
tersebut
menurut
Tjitrosoepomo (2003) terbentuk jika besarnya sudut yang dibentuk pada
pertemuan kedua tepi daun (kanan kiri ibu tulang) di puncak daun lebih
kecil dari 90º, namun titik pertemuan kedua ujungnya lebih tinggi
sehingga ujung daun nampak sempit dan runcing.
9. Bentuk pangkal daun
Tabel 4.9 Bentuk pangkal daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk pangkal daun
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Obtusus
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, seluruh pokok sampel yang diamati
memiliki bentuk pangkal daun obtusus (skor 2). Bentuk pangkal daun
obtusus (tumpul) merupakan keadaan pangkal daun yang tepi daun di
bagian pangkal daunmya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh
29
pangkal ibu tulang atau ujung tangkai daun dengan bentuk yang
membulat.
10. Tipe kedudukan daun
Tabel 4.10 Tipe kedudukan daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
tipe kedudukan daun
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
tersebar
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11. Rumus daun
Tabel 4.11 Rumus daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rumus daun
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
2/5
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut
dengan buku-buku batang (nodus). Pada bagian ini tampak sebagai bagian
batang atau cabang yang sedikit membesar. Demikian pula pada durian,
daun durian sukun duduk pada nodus. Untuk mengetahui rumus daun dari
suatu tanaman harus ditentukan berapa daun yang duduk pada satu buku.
Pada tanaman durian, dalam satu nodus hanya terdapat satu daun atau
yang biasa disebut folia sparsa seperti yang tercantum dalam tabel 4.10.
Tjitrosoepomo (2003) menyatakan bahwa jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral (garis yang
30
menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas) mengelilingi
batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka
perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang
dinamakan rumus daun atau divergensi. Pada Tabel 4.11 menunjukkan
bahwa seluruh pokok sampel yang diamati memiliki rumus daun yang
sama, yakni 2/5 (skor 3). Rumus daun 2/5 artinya adalah untuk mencapai
dua daun yang tegak lurus satu sama lain pada batang atau cabang
diperlukan dua kali putaran (mengelilingi batang atau cabang) serta
banyaknya daun yang dilewati selama putaran tadi adalah lima daun.
12. Bentuk pangkal tangkai daun
Tabel 4.12 Bentuk pangkal tangkai daun tanaman
durian sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
pangkal tangkai daun
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
menggelembung
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13. Tepi tangkai daun
Tabel 4.13 Tepi tangkai daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tepi tangkai daun
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Tidak bersayap
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
31
14. Panjang tangkai daun
Tabel 4.14 Panjang tangkai daun tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
panjang tangkai daun (cm)
2,1
2,8
2,38
2,14
2,44
2,06
2,33
2,24
2,35
2,13
Skor
1
5
3
1
3
1
2
2
2
1
Menurut Tjitrosoepomo (2003) tangkai daun merupakan bagian daun
yang mendukung lamina dan bertugas untuk menempatkan helaian daun
pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari
yang sebanyak-banyaknya. Berdasarkan data pada tabel 4.12, pangkal dari
tangkai daun durian sukun adalah menggelembung. Dan panjang tangkai
yang ada berkisar pada angka rata – rata 2,06 – 2,35 (skor 1 dan 2).
15. Warna permukaan atas daun muda
Tabel 4.15
Warna permukaan atas daun muda tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna permukaan atas daun muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
32
16. Warna permukaan bawah daun muda
Tabel 4.16 Warna permukaan bawah daun muda tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna permukaan bawah daun muda
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
17. Warna permukaan atas daun tua
Tabel 4.17 Warna permukaan atas daun tua tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna permukaan atas daun tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18. Warna permukaan bawah daun tua
Tabel 4.18 Warna permukaan bawah daun tua tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna permukaan bawah daun
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
33
Daun pada banyak dikotil (dan sebagian monokotil) bersifat
dorsiventral, yaitu sifat daun dimana permukaan atas (adaxial) dan
permukaan bawah (abaxial) berbeda secara morfologis (Divinkom, 2005).
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas, sepuluh sampel permukaan atas daun
muda berwarna hijau muda (skor 1) sedangkan untuk daun tua berdasarkan
Tabel 4.17 di atas, sepuluh sampel berwarna hijau tua (skor 3). Menurut
Cahyani (2008) warna daun mencerminkan kandungan klorofil daun,
semakin banyak kandungan klorofil maka warna daun akan semakin hijau.
Klorofil merupakan fitokrom penting dalam proses fisiologis tanaman.
Proses fotosintesis berjalan dengan bantuan klorofil, sehingga tanpa
adanya klorofil fotosintesis tanaman akan terganggu.
Gambar 4.1 Permukaan atas daun
Gambar 4.2 Permukaan bawah daun
Berdasarkan Tabel 4.16 dan tabel 4.18 di atas, pada sepuluh sampel
permukaan atas daun tua maupun tua terdapat perbedaan warna, yaitu
untuk daun muda berwarna coklat (skor 3) dan berwarna coklat muda
untuk daun tua (skor 2).
34
19. Susunan tulang-tulang daun
Tabel 4.19 Susunan tulang-tulang daun tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Susunan tulang-tulang daun
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Menyirip
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Tulang-tulang daun (nervatio) adalah bagian daun yang berguna untuk
memberi kekuatan pada daun dan sesungguhnya merupakan berkas-berkas
pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan air (beserta
garam-garam yang terlarut didalamnya) dari tanah serta sebagai jalan
untuk pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari daun ke bagian-bagian lain
yang memerlukan zat-zat itu (Tjitrosoepomo, 2003).
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas, susunan tulang daun durian sukun
adalah bertulang menyirip (penninervis). Susunan ini mempunyai satu
tulang ibu tulang (costa) yang berjalan dari pangkal sampai ujung daun.
Dari ibu tulang tersebut keluar tulang-tulang cabang (nervus lateralis),
sehingga susunannya seperti sirip pada ikan.
Dalam susunan tulang cabang daun tersebut, akan tumbuh anak cabang
tulang daun/urat daun (vena) begitu seterusnya dan berhenti sebelum
mencapai tepi daun namun tidak pernah menyentuh tepi daun tetapi
membengkok ke atas.
35
20. Aroma flush
Tabel 4.20 Aroma flush (daun muda) tanaman
durian sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aroma flush
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Secara umum kuncup daun mengalami dormansi, kemudian kuncup
akan berkembang jika kondisi lingkungan memungkinkan untuk tumbuh.
Kondisi lingkungan yang dominan adalah adanya air. Air yang berlimbah
karena datangnya musim hujan ataupun pengairan akan memacu
tumbuhnya tunas. Kuncup daun terlindung oleh suatu adanya daun
pelindung. Di dalam kuncup yang belum membuka terdiri atas calon daun
dan calon kuncup. Kuncup akan tumbuh membesar jika kondisi
lingkungan memadai. Kemudian jika kuncup sudah berkembang daun
pelindung akan membuka menjadi dua bagian secara vertikal, dengan sisi
atas (ujung) dan bawah (pangkal) berlekatan (hanya bagian tengah yang
membuka) dan akan terlihat calon daun dan calon kuncup. Calon daun
(masih belum membuka secara sempurna) jika sudah membesar maka
daun pelindung akan gugur. Calon daun tersebut akan membuka sempurna
bila sudah membesar ukurannya. Berdasarkan tabel 4.20 daun muda tidak
mengeluarkan kekhasan aroma atau dengan kata lain tidak beraroma.
36
Gambar 4.3 Kuncup Daun
E.
Deskripsi Bunga
Munculnya bunga merupakan saat dimulainya fase generatif pada suatu
tanaman. Pohon durian mulai memunculkan bunga pada umur. Musim
berbunga pohon durian dimulai pada bulan Juni sampai September, dan buah
akan menjadi matang pada bulan Oktober sampai Februari (Astaman Made,
2007). Secara umum rumus bunga dari durian adalah
Þ K (5), C 5,
A 5(~), G 5 ; yang berarti bahwa bunga durian sukun adalah tanaman
berbunga banci, mempunyai banyak simetri (actinomorf), berkelopak lima
saling berlekatan, mempunyai lima mahkota tidak berlekatan, terdapat 5
kelompok benang sari tiap kelompok terdapat banyak benang sari dan
berlekatan serta bakal buah yang terbentuk dari 5 daun buah berlekatan dan
duduk menumpang di atas dasar bunga. Hasil tersebut berdasarkan
penjelasan di bawah ini mengenai bunga.
1. Letak bunga
Tabel 5.1 Letak bunga tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Letak bunga
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
flos ramiflorous
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
37
Bunga durian merupakan bunga lengkap yang tersusun dari bagianbagian bunga di dalam empat lingkaran (tetracyclis). Bagian-bagian bunga
durian sukun terdiri atas : tangkai bunga, dasar bunga, hiasan bunga dan
alat-alat kelamin jantan dan betina. Hasil pengamatan sifat morfologi letak
bunga dipaparkan pada Tabel 5.1. Dari tabel tersebut tanaman durian
termasuk dalam tumbuhan yang berbunga flos ramiflorous yaitu bunga
yang munculnya terletak pada cabang atau ranting. Pada umumnya durian
termasuk berbunga ramiflorous dan sangat jarang cauliflorous (Lim 1990
dalam Brown, 1997), dimana bunga muncul pada cabang yang tua (Davis
and Bhattacharya 1974 dalam Brown, 1997). Pada durian Sukun bunga
muncul dari kuncup dorman yang terdapat pada buku - buku baik yang
terlihat ataupun tidak jelas terlihat. Hal ini berbeda dngan spesies durian
lain yang mempunyai buah kecil (D. griffithii) dimana bunga muncul dari
ketiak daun (Corner 1988 dalam Brown, 1997)
2. Tata bunga
Tabel 5.2 Tata bunga tanaman durian sukun yang
diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tata bunga
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Bunga payung majemuk
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Bunga pada tanaman durian termasuk dalam bunga majemuk yang tak
berbatas, dimana artinya merupakan bunga dengan ciri ibu tangkainya
yang dapat tumbuh secara menerus. Kemudian bunga majemuk dibagi
menjadi dua yakni yang ibu tangkainya tidak dapat bercabang serta ibu
tangkai dapat bercabang kembali dan durian termasuk dalam bunga
majemuk berbatas yang mampu membentuk cabang kembali. Dari tabel
5.2 terlihat bahwa tanaman durian mempunyai tata bunga payung
38
majemuk. Menurut Tjitrosoepomo (2003), bunga payung majemuk yaitu
suatu bunga majemuk tak berbatas yang dari ujung ibu tangkainya
mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya, kemudian masingmasing cabang mempunyai cabang lagi.
3. Jumlah Bunga Pertandan
Tabel 5.3 Jumlah Bunga Pertandan tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Bunga Pertandan
35
30
29
25
27
30
33
27
22
Skor
5
5
5
1
4
4
5
5
4
4
Tanaman durian sukun termasuk tumbuhan berbunga banyak (planta
multiflora) yang muncul dalam satu periode tiap tahunnya. Dari tabel
diatas bahwa. Dari tabel diatas diketahui bahwasannya terdapat keragaman
dalam pembentukan bunga pada tanaman durian sukun, hal ini dapat
diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut
diakibatkan oleh keragaman pada batang bawah yang digunakan dalam
penyambungan sewaktu perbanyakan. Sedangkan dari faktor eksternal
dapat diakibatkan oleh cara budidaya yang berbeda. Secara umum bunga
pada durian berkisar antara 3-30 (Wiryanta, 2006), 10-25 (Croft 1981
dalam Brown, 1997), 5-30 (Davis and Bhattacharya 1974 dalam Brown,
1997) bunga tiap malainya.
39
4. Bentuk Kuncup Bunga
Tabel 5.4 Bentuk Kuncup Bunga tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk Kuncup Bunga
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Bulat telur
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
5. Panjang tangkai bunga
Tabel 5.5 Panjang tangkai bunga tanaman durian sukun yang
diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang tangkai bunga (cm)
3,65
3,82
3,66
3,9
4,53
4,65
4,7
4,6
4,6
Skor
1
1
1
2
5
5
5
5
5
Tangkai bunga (pedicellus) merupakan bagian bunga yang masih jelas
bersifat
batang
dan
berwarna
hijau.
Sedangkan
dasar
bunga
(receptaculum) merupakan ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan
ruas-ruas yang amat pendek guna menopang bagian bunga yang lain
(Tjitrosoepomo, 2003). Dari data diatas tangkai bunga mempunyai
panjang rata-rata 4,23 cm
40
Gambar 5.1 Tahapan proses pembungaan
6. Panjang bunga
Tabel 5.6 Panjang bunga tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang bunga (cm)
5,28
5,49
5,4
5,42
5,25
5,33
5,2
5,13
5,88
Skor
2
3
2
2
1
2
1
1
5
Berdasarkan tabel 5.6, didapatkan panjang rata-rata bunga durian
adalah 5,37 cm.
41
7. Tebal bunga
Tabel 5.7 Tebal bunga tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tebal bunga (cm)
1,71
1,73
1,76
1,81
1,74
1,75
1,73
1,94
1,91
Skor
1
1
2
3
1
1
1
5
5
Berdasarkan tabel 5.7, didapatkan panjang rata-rata bunga durian
adalah 1,79 cm
8. Aroma bunga
Tabel 5.8 Aroma bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aroma bunga
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
beraroma
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berdasarkan pada tabel 5.8, semua sampel bunga durian sukun yang
teramati mengeluarkan aroma.
42
9. Warna sepal bunga
Tabel 5.9 Warna sepal bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna sepal
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Skor
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
10. Jumlah Tajuk Kelopak Bunga
Tabel 5.10 Jumlah Tajuk Kelopak Bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Tajuk Kelopak Bunga
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Hiasan bunga (perianthum) merupakan bagian bunga yang merupakan
penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang
atau urat-urat yang masih jelas (Tjitrosoepomo, 2003). Hiasan bunga
durian sukun dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelopak bunga (calyx)
dan mahkota atau tajuk bunga (corolla).
Daun-daun kelopak berguna sebagai pelindung bunga ketika masih
kuncup (sebelum bunga mekar). Jika bunga telah mengadakan persarian
maka kelopak akan mengalami kerontokan, demikian pula dengan kelopak
pada bunga durian sukun.
Pada tumbuhan yang tergolong dalam ordo malvales, di luar lingkaran
kelopak bunga, terdapat daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut
43
dengan kelopak tambahan (epicalyx) (Tjitrosoepomo, 2003). Pada bunga
durian sukun kelopak ini juga ditemukan dengan warna hijau. Kelopak
tambahan tersebut menyelubungi bunga ketika masih kuncup dan akan
pecah ketika bunga mulai mekar. Apabila bunga telah mekar sempurna,
kelopak tambahan ini akan rontok mendahului kelopak yang asli.
Berdasarkan tabel 5.10, jumlah dari kelopak bunga adalah sebanyak 5
buah. Menurut Brown (1997), pada umumnya bunga durian memiliki
kelopak yang berlekatan yang terdiri atas 5 cuping. Pada bunga durian
Sukun kelopak mempunyai sifat berlekatan satu sama lain (gamosepalus).
Sifat perlekatan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu: berbagi (partitus),
bercangap (fissus), serta berlekuk (lobatus). Bunga durian sukun,
kelopaknya termasuk dalam berlekatan berlekuk (lobatus). Menurut
(Tjitrosoepomo, 2003), berlekuk artinya jika bagian yang berlekatan
melebihi separuh panjang kelopak, sehingga pancung-pancungnya lebih
pendek.
Berdasarkan data dari tabel 5.9, kelopak bunga dari bunga durian
berwarna kuning tua. Hal ini berbeda dengan bunga pada umumnya
dimana kelopak biasanya berwarna hijau, seperti yang diungkap
(Tjitrosoepomo, 2003), Daun-daun hiasan bunga yang merupakan
lingkaran luar, biasanya hijau, lebih kecil dan lebih kasar dari hiasan
bunga sebelah dalam. Selain itu pada permukaan kelopak tersebut juga
dapat ditemui sisik-sisik. Menurut Nugroho, dkk. (2006), seringkali pada
bagian luar daun kelopak terdapat stomata ataupun trikomata seperti pada
daun.
44
11. Tipe mahkota bunga
Tabel 5.11 Tipe mahkota bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tipe mahkota bunga
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
terompet
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
12. Warna mahkota bunga
Tabel 5.12 Warna mahkota bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna mahkota bunga
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Putih keabu-abuan
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
13. Jumlah Tajuk Mahkota bunga
Tabel 5.13 Jumlah Tajuk Mahkota bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Tajuk Mahkota bunga
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
45
14. Bentuk Mahkota Bunga
Tabel 5.14 Bentuk Mahkota Bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk Mahkota Bunga
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Broad spathulate
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Berdasarkan tabel 5.11, tipe mahkota bunga secara simetri, termasuk
dalam golongan aktinomorf atau tajuk bunga yang mempunyai simetri
banyak dan berbentuk terompet. Berdasarkan tabel 5.12 warna mahkota
bunga durian secara umum adalah putih keabu-abuan. Namun jika
dideskripsikan secara mendetail maka warna mahkota bunga durian sukun
berwarna putih keabu-abuan dengan pangkal memiliki semburat orange
tua pada sisi dalam serta semua bagian menampakkan warna putih keabuabuan pada sisi luar. Menurut Nugroho, dkk (2006), adanya warna yang
bermacam-macam pada daun mahkota disebabkan oleh adanya kromoplas
atau pigmen tambahan yang terdapat pada cairan sel. Warna pada bunga
tersebut berfungsi menarik perhatian dari serangga sebagai penyerbuk
sehingga bunga dapat mengalami penyerbukan.
Berdasarkan data pada tabel 5.13, mahkota bunga durian sukun terdiri
dari lima petala (daun mahkota). Mahkota tersebut lepas atau bebas satu
sama lain (choripetalus). Dalam keadaan demikian pada setiap daun tajuk
dapat dibedakan menjadi dua yaitu kuku daun tajuk (unguis) yakni daun
tajuk yang tidak lebar dan seringkali lebih tebal daripada bagian lainnya
serta helaian daun tajuk (lamina) yakni bagian yang lebar dan biasanya
tipis (Tjitrosoepomo, 2003). Menurut Brown (1997), beberapa spesies
durian memiliki sifat mahkota yang terpisah ketika terjadi anthesis, namun
hal tersebut tidak terjadi pada spesies D. zibethinus.
46
Berdasarkan tabel 5.14, bunga durian sukun mempunyai tajuk bunga
broad spathulate yaitu bentuk solet dengan sisi lamina yang lebih lebar.
Bentuk tersebut akan didapatkan jika helaian tajuk bunga digelar
Gambar 5.2 Tajuk bunga sisi dalam
Gambar 5. 3 Tajuk bunga sisi luar
15. Tipe style
Tabel 5.15 Tipe style bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tipe style bunga
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
47
16. Warna style-stygma
Tabel 5.16 Warna style-stygma bunga tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna style-stygma bunga
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Skor
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
17. Bentuk Stygma
Tabel 5.17 Bentuk Stygma tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentuk Stygma
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
bintang
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
18. Panjang Tangkai Putik
Tabel 5.18 Panjang Tangkai Putik tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang Tangkai Putik (cm)
3,76
4,05
4,03
4,03
4,0
4,05
4,0
4,08
4,2
Skor
1
4
4
4
3
4
3
4
5
48
19. Panjang Putik
Tabel 5.19 Panjang Putik tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang Putik (cm)
4,45
4,82
4,72
4,85
4,82
4,77
4,8
4,95
5,06
Skor
1
4
3
4
4
3
3
5
5
20. Diameter stygma (kepala putik)
Tabel 5.20 Diameter styma bunga tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Diameter styma bunga (cm)
0,22
0,26
0,23
0,25
0,25
0,25
0,24
0,22
0,27
Skor
2
4
2
3
3
3
3
2
4
21. Warna Bakal Buah
Tabel 5.21 Warna Bakal Buah tanaman durian sukun
yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna Bakal Buah
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Skor
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
49
22. Kedudukan Bakal Buah
Tabel 5.22 Kedudukan Bakal Buah tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kedudukan Bakal Buah
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Menumpang ( superus)
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23. Diameter bakal buah
Tabel 5.23 Diameter bakal buah tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Diameter bakal buah (cm)
0,42
0,44
0,45
0,42
0,43
0,45
0,41
0,45
0,47
Skor
1
3
3
1
2
3
1
3
4
Bunga durian sukun merupakan bunga banci (hermaphroditus) yaitu
bunga yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina di dalam satu
bunga. Alat kelamin betina (gynaecium) bunga durian sukun terdiri atas
putik majemuk (pistillum compositus) yang terbentuk empat hingga lima
daun buah (carpella) yang saling berlekatan. Tangkai kepala putik
merupakan bagian putik yang biasanya berbentuk benang dan merupakan
lanjutan bakal buah ke atas (Tjitrosoepomo, 2003). Dari tabel 5.15 terlihat
bahwa tipe style dari bunga durian adalah berbentuk wavy, hai ini
didasarkan atas bentuknya yang berombak/bergelombang.
Putik durian sukun terdiri dari tiga bagian utama yaitu : bakal buah,
tangkai kepala putik (stylus) dan kepala putik (stigma). Bakal buah
50
tanaman durian merupakan bakal buah menumpang (superus). Bakal buah
durian sukun terdiri dari banyak ruang (multilocularis) yaitu 5 ruang
dengan carpella yang saling berlekatan yang membagi ruang bakal buah
namun masih berhubungan atau bersinggungan satu sama lain.
Tangkai kepala putik bunga durian sukun terlihat dengan jelas karena
ukurannya yang jelas. Berdasarkan tabel 5.18, panjang tangkai putik ratarata mempunyai panjang 4 cm. Kepala putik sendiri merupakan bagian
putik yang paling atas dan berbentuk bintang (tabel 5.17). Warna dari
kepala dan tangkai putik durian sukun adalah putih kehijauan dan oranye.
Gambar 5.4 Putik bunga durian sukun
Gambar 5.5 Irisan melintang bakal buah
51
24. Tipe kedudukan kepala sari
Tabel 5.24 Tipe kedudukan kepala sari tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tipe kedudukan kepala sari
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Tegak
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25. Jumlah Benang Sari
Tabel 5.25 Jumlah Benang Sari tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Benang Sari
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
polydelphus
Skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
26. Warna kepala sari bunga
Tabel 5.26 Warna kepala sari bunga tanaman
durian sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna kepala sari
putih
putih
putih
putih
putih
putih
putih
putih
putih
putih
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
52
27. Panjang Benang sari
Tabel 5.27 Panjang Benang sari tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang Benang sari (cm)
4,76
5,01
4,9
5,04
4,86
5,09
4,79
4,93
5,19
Skor
1
3
2
4
2
4
1
2
5
Benang sari / Alat kelamin jantan (androecium) tanaman durian sukun
terlihat jelas duduk pada dasar bunga (Thalamiflore). Benang sari tanaman
durian sukun termasuk berberkas banyak atau bertukal banyak
(polydelphus). Menurut Tjitrosoepomo (2003), jika suatu bunga dimana
jumlah benang sari yang banyak maka tangkai sari (fillamentum) akan
tersusun menjadi beberapa kelompok dan masing – masing tangkai sari
dalam berkas tersebut saling berlekatan maka disebut berberkas banyak
atau bertukal banyak. Pada durian sukun benang sari terdiri dari lima
berkas dan didalam masing-masing berkas tersebut terdapat 9 tangkai
benang sari yang berlekatan, ataupun jika berbeda, perbedaan tersebut
tidaklah jauh yakni 8 sampai 11 tangkai. Brown (1997), menyebutkan
benang sari yang berada di bagian tengah lebih panjang daripada yang
berada pada bagian tepi.
Benang sari tersusun atas tiga bagian yaitu tangkai sari, kepala sari.
Tangkai sari terusun atas jaringan dasar yaitu sel-sel parenkimatis yang
mempunyai vakuola, tanpa ruang antar sel (Nugroho, dkk, 2006). Kepala
sari merupakan bagian benang sari yang terdapat pada ujung benang sari.
Menurut Nugroho, dkk (2006), kepala sari mempunyai struktur yang
sangat komplek, terdiri dari dinding yang berlapis-lapis dimana di bagian
dalam terdapat lokulus/ruang sari yang didalamnya berisi butir-butir polen.
Berdasarkan tabel 5.24, duduknya kepala sari bunga durian termasuk
53
dalam keadaan tegak (innatus). Yaitu kepala sari dengan tangkainya
memperlihatkan batas yang jelas. Kepala sari bersambungan pada
pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak memungkinkan
gerak bagi kepala sarinya (Tjitrosoepomo, 2003).
Gambar 5.5 Benang sari bunga durian sukun
F.
Deskripsi Buah
Penyerbukan bunga yang berhasil ditandai dengan rontoknya bunga dan
diikuti dengan pembentukan buah. Pada pembentukan buah seringkali bagian
bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian buah.
Pada penelitian ini jumlah buah yang teramati hanya sebanyak empat
sampel. Hal ini dikarenakan sifat buah durian sendiri yang masak sempurna
ditandai dengan terlepasnya buah dari batang, sehingga peneliti kesulitan
untuk mengambil sampel sebanyak mungkin. Selain itu pembentukan buah
hanya terjadi pada beberapa tanaman sampel saja. Hasil dari deskripsi buah
durian sukun adalah sebagai berikut.
1. Tipe buah berdaging
Tabel 6.1 Tipe buah berdaging durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Tipe buah berdaging
Buah kotak sejati
Buah kotak sejati
Buah kotak sejati
Buah kotak sejati
Skor
4
4
4
4
54
2. Bentuk buah
Tabel 6.2 Bentuk buah durian sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Bentuk buah
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Skor
4
4
4
4
3. Dasar buah
Tabel 6.3 Dasar buah durian sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Dasar buah
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
Skor
4
4
4
4
4. Bentuk ujung buah
Tabel 6.4 Bentuk ujung buah durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Bentuk ujung buah
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Skor
3
3
3
3
5. Warna kulit buah masak
Tabel 6.5 Warna kulit buah masak durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna kulit buah masak
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Skor
2
2
2
2
6. Warna kulit buah muda
Tabel 6.6 Warna kulit buah muda durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna kulit buah muda
hijau
hijau
hijau
hijau
Skor
4
4
4
4
55
7. Warna kulit dalam
Tabel 6.7 Warna kulit dalam buah durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna kulit dalam
Putih kusam
Putih kusam
Putih kusam
Putih kusam
Skor
2
2
2
2
8. Jumlah buah tiap cabang
Tabel 6.8 Jumlah buah tiap cabang tanaman durian
sukun yang diamati
No pokok sampel
1
2
3
8
10
Jumlah buah tiap cabang
5
2
3
1
1
Skor
2
1
1
1
1
9. Panjang tangkai buah
Tabel 6.9 Panjang tangkai buah durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Panjang tangkai (cm)
6,42
6,15
7,23
6,59
Skor
2
2
2
2
10. Diameter buah durian
Tabel 6.10 Diameter buah durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Diameter buah (cm)
17,21
16,81
16,24
17,54
Skor
3
2
1
4
56
11. Berat buah durian
Tabel 6.11 Berat buah durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Berat buah (kg)
2,5
2,4
2,3
2,5
Skor
3
3
3
3
12. Tekstur permukaan buah muda
Tabel 6.12 Tekstur permukaan buah muda durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Tekstur permukaan buah muda
Keras sekali
Keras sekali
Keras sekali
Keras sekali
Skor
1
1
1
1
13. Tekstur permukaan buah tua
Tabel 6.13 Tekstur permukaan buah tua durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Tekstur permukaan buah tua
Lunak agak keras
Lunak agak keras
Lunak agak keras
Lunak agak keras
14. Warna daging buah
Tabel 6.14 Warna daging buah durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna daging buah
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Skor
15. Rasa buah
Tabel 6.15 Rasa buah durian sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Rasa buah
Lemah/ Tidak berasa
Lemah/ Tidak berasa
Lemah/ Tidak berasa
Lemah/ Tidak berasa
Skor
1
1
1
1
Skor
3
3
3
3
57
16. Jumlah lokus tiap buah
Tabel 6.16 Jumlah lokus tiap buah durian sukun yang
diamati
No sampel
1
2
3
4
Jumlah lokus tiap buah
22
18
19
20
Skor
5
2
3
3
17. Tebal kulit lokus
Tabel 6.17 Tebal kulit lokus buah durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Tebal kulit lokus (cm)
1,1
1,1
1,1
1,1
Skor
3
3
3
3
18. Tebal daging lokus
Tabel 6.18 Tebal daging lokus buah durian
sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Tebal daging (cm)
4
3,3
3,4
4,4
Skor
4
1
1
5
19. Lebar lokus buah
Tabel 6.19 Lebar lokus buah durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Lebar lokus (cm)
2,6
2,9
2,6
2,4
Skor
2
5
2
1
58
20. Panjang lokus buah
Tabel 6.20 Panjang lokus buah durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Panjang lokus (cm)
5,5
4
4,9
5
Skor
5
1
3
4
Pada pengamatan yang dilakukan, buah yang terbentuk dari pohon
sampel hanya terdapat pada pohon indukan saja. Sedangkan pada pohon
lain yang lebih muda, pembentukan buah jarang terjadi. Hal ini
diakibatkan oleh kerontokan buah yang tinggi serta adanya serangan dari
hama penyakit. Pada tabel 6.8, buah hanya terbentuk pada pokok sampel
1, 2, 3, 8,dan 10. Buah pada pokok sampel tersebut adalah terdiri atas buah
yang muda dan masak. Buah yang mencapai taraf masak sempurna yang
dapat dijadikan sampel hanya pada pokok no 1. Sedangkan pada pokok
lainnya, peneliti hanya mengamati hanya sampai fase muda saja karena
buah yang terlebih dahulu rontok sebelum mencapai masak sempurna.
Buah durian sukun termasuk buah sejati tunggal yang kering dalam
golongan buah kotak sejati. Menurut Tjitrosoepomo (2003), buah ini
terjadi dari dua daun buah atau lebih, dan mempunyai ruangan yang
jumlahnya sesuai dengan banyaknya daun buah. Buah ini jika sudah
masak juga akan membuka hingga bijinya keluar. Ditambahkan pula oleh
Tjitrosoepomo (2003), cara membuka dari buah ini ada bermacam-macam.
Salah satunya adalah dengan katup atau kelep (valva) dimana daun buah
mulai lepas dari ujung buah dan tetap menempel pada pangkal, dan durian
sukun termasuk dari tipe ini dengan cara membelah ruangan (loculicidus).
Jumlah ruang buah pada durian sukun adalah 5. Hal ini juga dikatakan
oleh Irawan (1997) bahwa ruang buah berjumlah 5 untuk durian
Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan, Sukun dan Petruk, sedangkan pada
varietas Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek dan Kani ruang
buahnya berjumlah 4-6.
59
Berdasarkan tabel 6.2 bentuk dari buah durian sukun ini adalah ovoid
(bulat telur). Bentuk buah ini dicirikan dengan ujung yang agak meruncing
/tumpul (tabel 6.3) serta bentuk dasar buah yang cenderung membulat
(tabel 6.4). Berdasarkan tabel 6.5 dan tabel 6.6, buah durian sukun
mempunyai warna kulit kuning ketika memasuki masa masak serta
mempunyai warna hijau pada kulitnya ketika masih muda. Dwidjoseputro
(1980) menyatakan bahwa pada buah-buahan yang telah masak, klorofil
telah menghilang (terurai) dan hanya warna kuning atau merah yang
kemudian nampak. Di dalam hal demikian, maka kloroplas telah berganti
isi dan kemudian disebut kromoplas. Selain itu, buah durian mempunyai
warna putih yang kusam pada kulit bagian dalam (Tabel 6.7).
Gambar 6.1 Buah masak dan buah belum masak yang jatuh awal
Menurut
Hidayah
(1995)
dua
proses
yang
mengakibatkan
penambahan ukuran buah, yakni pembelahan dan pembesaran sel, terjadi
secara berurutan. Pada umumnya, penambahan ukuran awal bergantung
pada perbanyakan sel yang dimulai sebelum bunga mekar dan diteruskan
setelah pembuahan. Stadium ini secara bertahap diganti oleh perluasan sel
yang makan waktu paling lama. Pada tabel 6.10 dan tabel 6.11 terlihat
hubungan antara diameter dengan buah, bahwasannya semakin besar
diameter buah maka berat buah juga akan semakin besar.
Pada tabel 6.12 dan tabel 6.13 terlihat bahwa tekstur buah muda
adalah keras sekali dan buah masak adalah lembut agak keras. Pada buah
masak durian pada umumnya, tekstur buah adalah creamy, namun pada
durian sukun, buah masih berada dalam wujud serat yang kasar. Menjadi
60
lunaknya buah disebabkan oleh perombakan propektin yang tidak larut
menjadi pektin yang larut, atau hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau
lemak (pada adpokat). Perubahan komponen-komponen buah ini diatur
oleh enzym-enzym antara lain enzym hidroltik, poligalakturokinase, metil
asetate, selullose (anonim, tanpa tahun). Menurut Haryanto dan Budiastra
(tanpa tahun) lunaknya daging durian matang diduga dipengaruhi oleh
kandungan pektin dalam buah. Zat pektin yang tidak larut dalam air akan
berubah selama pematangan menjadi pektin yang larut dalam air.
Pelunakan jaringan buah dapat pula disebabkan oleh aktifitas enzim ß
galaktosidase dan ekso poligalakturonase serta aktifitas mikroba.
Kualitas buah durian sering dikaitkan dengan rasa buah yang enak
yakni dengan kriteria rasa manis, sedikit pahit, beraroma sedang hingga
kuat. Varietas Sukun memiliki bau durian yang sangat menyengat disertai
citra alkoholik yang tinggi namun jika buah dibuka seakan –akan bau dan
citra alkoholik tersebut hilang. Selain itu rasa durian ini juga juga tidak
memperlihatkan rasa yang gurih dan manis seperti durian pada umumnya,
bahkan seperti tidak berasa apapun atau dapat dikatakan lemah rasanya
(tabel 6.15). Menurut Setiadi (1999), bau yang dikeluarkan oleh buah
durian disebabkan oleh belerang yang terikat pada asam butirat dan asam
organik lain yang mudah menguap. Senyawa yang baunya paling khas
dan menyengat adalah propanatiol dan dietil tioeter.
Ragam varietas durian yang ada di Indonesia sangat bervariasi dan
cukup banyak durian yang tidak beraroma dengan rasa manis. Namun dari
beberapa varietas tersebut umumnya tidak mampu beradaptasi di
agroekologi yang berbeda, sehingga hanya dapat berkembang di lokasi
asalnya (Paimin dan Syariefa, 2003). Kemungkinan hal ini pula yang
berlaku pula pada tanaman durian sukun yang ditanam tidak pada daerah
asal.
61
Gambar 6.2 Tekstur buah muda
Gambar 6.3 Tekstur buah masak/tua yang keras
Gambar 6.4 Tekstur buah masak/tua buah yang lembut
Gambar 6.5 Irisan daging yang kaku
Pada buah durian, yang sering disebut dengan daging buah adalah tali
pusar (funiculus) dari biji durian. Daging buah akan mulai terbentuk pada
62
minggu ke empat setelah anthesis. daging buah pada mulanya merupakan
lembaran putih, kemudian berkembang menyelubungi seluruh permukaan
biji. saat buah mulai masak, daging buah akan berubah warna menjadi
krem, kuning atau orange tua tergantung pada kultivar. daging buah akan
menjadi empuk jika buah mulai masak (Somsri, 2008). Menurut
Tjitrosoepomo (2003), pada biji adakalanya tali pusar ikut tumbuh, dan
berubah sifatnya menjadi salut atau selaput biji. Pada durian, salut biji
termasuk dalam kategori yang berdaging atau berair dan seringkali dapat
dimakan. Dari tabel diatas terlihat bahwasannya daging buah durian
mempunyai ukuran panjang, lebar, serta tebal yang hampir seragam.
G. Deskripsi Biji
Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan, bakal buah
akan tumbuh menjadi bakal buah dan bakal biji menjadi biji. Bagi tumbuhan
berbiji, biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena didalam
biji terdapat calon tumbuhan baru.
Menurut Tjitosoepomo (2003), semula biji duduk pada suatu tangkai
yang keluar dari papan biji atau plasenta, tangkai pendukung tersebut disebut
funiculus (tali pusar). Bagian biji tempat pelekatan tali pusar dinamakan
pusar biji (hilus). Jika biji telah masak biasanya tali pusarnya putus, sehngga
biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya telihat jelas pada
biji.
1. Jumlah biji / Buah
Tabel 7.1 Jumlah biji / Buah tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Jumlah biji / Buah
13
17
13
12
Skor
2
2
2
2
63
2. Jumlah biji / Lokus
Tabel 7.2 Jumlah biji / Lokus tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Jumlah biji / Lokus
2
4
3
2
Skor
1
2
1
1
3. Ujung biji
Tabel 7.3 Ujung biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Ujung biji
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
Skor
4
4
4
4
4. Tekstur biji
Tabel 7.4 Tekstur biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Tekstur biji
Agak keras
Agak keras
Agak keras
Agak keras
Skor
3
3
3
3
5. Bentuk biji
Tabel 7.5 Bentuk biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Bentuk biji
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Skor
3
3
3
3
6. Lebar biji
Tabel 7.6 Lebar biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Lebar biji (cm)
2,7
3
2,8
3,2
Skor
1
3
1
5
64
7. Panjang biji
Tabel 7.7 Panjang biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Panjang biji (cm)
5,5,
4,8
5,1
5
Skor
5
1
3
2
8. Ketebalan biji
Tabel 7.8 Ketebalan biji tanaman durian
sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Ketebalan biji (cm)
2,1
2,6
2,6
2,7
Skor
1
5
5
5
9. Tekstur biji dalam
Tabel 7.9 Tekstur biji dalam tanaman durian
sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Tekstur biji
Agak keras
Agak keras
Agak keras
Agak keras
Skor
3
3
3
3
10. Bentuk biji dalam
Tabel 7.10 Bentuk biji dalam tanaman durian
sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Bentuk biji
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Ovoid
Skor
3
3
3
3
65
11. Warna biji
Tabel 7.11 Warna biji tanaman durian sukun
yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna biji
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Skor
4
4
4
4
12. Warna kulit biji dalam
Tabel 7.12 Warna kulit Biji Dalam tanaman
durian sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Warna kulit Biji
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
Skor
4
4
4
4
13. Besarnya kotilendon
Tabel 7.13 Besarnya kotilendon tanaman durian
sukun yang diamati
No sampel
1
2
3
4
Besarnya kotilendon
Besar
Besar
Besar
Besar
Skor
4
4
4
4
Biji durian terletak di dalam daging buah yang berfungsi sebagai
pembungkus biji. Biji dewasa durian sukun dalam satu buah berjumlah 1317 buah (skor 2) seperti terlihat pada tabel 1, sedangkan pada tabel 2 biji
durian pada tiap lokus rata-rata terdapat 2-3 biji dengan skor 2. Lebar dan
panjang biji durian sukun bervariasi, hal ini nampak dari tabel 6 dan 7
yang memperlihatkan skor berbeda – beda. Untuk ketebalan, biji durian
sukun memiliki biji yang dapat dikategorikan tebal. Pada penelitian
sebelumnya terhadap indukan Durian sukun di habitat aslinya terdapat
adanya biji yang kempes, namun dalam penilitian ini yang dilakukan di
balai benih Ranukitri biji durian memperlihatkan kecenderungan
pembentukan biji yang tebal. Biji Durian sukun cenderung berbentuk
ovate bahkan juga speroid dalam jumlah yang sedikit (tabel 5). Biji buah
66
durian dideskripsikan oleh Gartner (1976) dalam Pramono, 2003)
berbentuk bulat telur (ovoid), panjang 3,5-5,0 cm, diameter 2,5-3,5 cm.
Biji durian sukun memiliki warna coklat muda (tabel 7.11) dengan tekstur
biji yang agak keras (tabel 7.4). Sedangkan biji durian dalam memiliki
warna coklat tua (tabel 7.12) dengan tekstur yang agak keras pula (tabel
7.9). Berdasarkan tabel 7.13, durian sukun memiliki kotiledon yang besar,
ini pula yang menyebabkan durian sukun memiliki biji yang tidak kempes.
Biji tergolong rekalsitran (Hofmann dan Seiner, 1989 dalam
Pramono, 2003), dan berkecambah dalam waktu 3-8 hari dengan tipe
perkecambahan hipogeal tetapi kadang-kadang semihipogeal (Burger,
1972 dalam Pramono, Tentahendro, 2003). Biji tipe rekalsitran memiliki
laju pertumbuhan relatif yang tinggi dalam waktu singkat, namun tingkat
kematian dalam perkecambahannya lebih tinggi pada biji yang lambat
berkecambah (Luttge, 1997 dalam Pramono, 2003).
Gambar 5.1 Biji durian normal dan kempes
H. Deskripsi Sitologi
Bagian terkecil dari mahkluk hidup adalah sel. Di dalam sel dari
kebanyakan mahkluk terdapat kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk
batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah
pembawa bahan keturunan (Crowder, 1986). Dalam analisis kromosom,
bahan yang umum digunakan adalah bagian tanaman yang aktif membelah
67
(merismatis) seperti ujung akar, ujung batang, primordia daun, petala daun,
ovulum muda, dan kalus. Namun yang paling umum digunakan dalam studi
mitosis adalah ujung akar karena mudah tumbuh dan seragam (Setyawan dan
Sutikno, 2006). Seperti halnya dalam penelitian ini, bahan yang digunakan
adalah ujung akar dari biji durian yang dikecambahkan. Hal ini dilakukan
agar mudah dalam pemotongan akarnya.
Secara umum tahapan untuk mendapatkan kromosom ada 5, antara lain
melalui tahap pra-perlakuan, fiksasi, hidrolisis (maserasi), pewarnaan dan
yang terakhir adalah pemencetan (squashing). Penelitian ini semua tahapan
dilalui kecuali tahap fiksasi. Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk
jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur
sel yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin (Hizume dkk., 1989).
Setiap tanaman memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum
pembelahan mitosis (Johansen, 1940 dalam Setyawan 2000). Umumnya
tanaman melakukan pembelahan sel pada pagi hari (Setyawan dan Sutikno,
2000). Dalam penelitian, studi pendahuluan dilakukan pagi mulai pukul
06.00-10.00 WIB dengan rentang waktu 30 menit, dan didapatkan waktu
pembelahan optimum pada pukul 09.00 – 09.30 WIB.
Pra-perlakuan merupakan merupakan suatu metode untuk menjernihkan
sitoplasma, melunakkan tisu, menguraikan bagian-bagian yang lebih
menggumpal sehingga memungkinkan untuk dapat mengamati kromosom.
Penggunaan air suling sebagai bahan dalam pra-perlakuan telah banyak
dilakukan. Penggunaan air suling dapat menyebabkan kontraksi dan
penyebaran kromosom dengan hasil yang memuaskan (Gunarso, 1988).
Dikatakan pula oleh Gunarso (1988), bahwa air suling tersebut berfungsi
sebagai pengganggu ataupun perusak keseimbangan metabolik yang
diperlukan
untuk
berfungsinya
spindel
dan
terpeliharanya
struktur
kromosom.
Fiksatif diartikan sebagai proses dimana tisu dimatikan sehingga
mencapai keadaan yang dikehendaki (Gunarso, 1988). Dalam penelitian ini,
68
penggunaan metode fiksatif ditiadakan karena dimungkinkan menyebabkan
ketidaknampakan kromosom yang diamati.
Hidrolis berfungsi dalam melarutkan lamela tengah, sehingga sel dapat
dipisah-pisahkan hingga ketebalannya tinggal selapis sel. Salah satu asam
yang biasa digunakan dalam adalah asam klorida (HCL). Penggunaan asam
yang terlalu lama dapat mengurangi affinitas pewarna terhadap kromosom
(Setyawan dan Sutikno, 2000).
Pada penelitian ini kromosom yang ada kurang dapat teramati atau
dengan kata lain masih belum jelas meskipun penggunaan fiksasi
telah
ditiadakan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut
antara lain waktu pemotongan yang kurang tepat, penggunaan bahan kimia
yang dapat menyebabkan kerusakan, ataupun sifat dari bahan sediaan itu
sendiri yang terlalu peka atau kuat terhadap perlakuan suatu bahan kimia,
sehingga pewarnaan yang terjadi belum begitu jelas.
Secara umum, tanaman durian memiliki jumlah kromosom sebanyak
2n = 28 Datta and Biswas (1969). Mangenot dan Mangenot 1958, 1962
dalam Brown, (1997) menyatakan bahwa kromosom durian adalah 2n = 56.
Dikatakan oleh Brown (1997), bahwa kromosom yang dinyatakan oleh
Mangenot dan Mangenot merupakan tetraploid.
Pada gambar 2 terlihat adanya jumlah kromosom sebanyak 2n = 22.
Dilihat dari jumlahnya, durian sukun ini memiliki jumlah kromosom yang
mendekati dengan jumlah kromosom Datta and Biswas (1969). Jumlah
tersebut masih diragukan karena kemungkinan adanya kromosom yang
masih tersembunyi akibat ketidakjelasan gambar yang dihasilkan. Pada
gambar 4 terlihat adanya jumlah kromosom sebanyak 2n = 28 sesuai yang
dikatakan oleh Datta and Biswas (1969). Kedua hasil pemotretan di atas
sengaja tidak dilanjutkan dalam pembuatan kariotype karena kualitas kedua
gambar tidak terlalu jelas.
69
Gambar 1. Sel dan kromosom
pada ulangan ke-1
Gambar 2. Sel dan kromosom pada
ulangan ke-1 hasil optimasi pada
adobe photosop
Gambar 3. Sel dan kromosom
pada ulangan ke-2
Gambar 4. Sel dan kromosom
pada ulangan ke-2 hasil optimasi
pada adobe photosop
70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanaman Durian Sukun mempunyai umur 10 – 15 tahun, tinggi rata -rata ±
8 meter, pohon terendah berukuran ± 6 meter dan tertinggi 10,5 meter,
bentuk kanopi segitiga, bentuk batang bulat, tipe percabangan monopodial.
2. Daun mempunyai bangun oblongus, perkamen (perkamenteus) yaitu tipis
namun kaku, bentuk tepi daun integer, ujung daun acuminatus
(meruncing), pangkal daun obtusus (tumpul), tulang daun menyirip
(penninervis), permukaan atas daun muda maupun tua terdapat perbedaan
warna, yaitu hijau muda dan hijau tua. Pada nodus hanya terdapat satu
daun (folia sparsa), memiliki rumus daun 2/5., pangkal tangkai daun
menggelembung.
3. Rumus daun adalah
Þ K(5), C5, A 5(~), G 5 , termasuk
flos
ramiflorous serta bunga majemuk yang tak berbatas (payung majemuk).
4. Buah termasuk buah sejati tunggal yang kering. bentuk buah ovoid (bulat
telur), tekstur buah muda keras sekali dan buah masak adalah lembut agak
keras, rasa durian tidak memperlihatkan rasa yang gurih dan manis seperti
durian pada umunya.
5. Biji durian sukun berjumlah 12-17 buah, biji tebal berbentuk ovoid, warna
oranye yang keabu-abuan dengan tekstur biji yang agak keras.
6. Tanaman durian sukun memiliki jumlah kromosom sebanyak 2n = 28
70
71
Saran
1. Perlunya penggunaan bahan kimia lain pada tiap tahap penelitian
kromosom durian sukun untuk menghasilkan hasil gambar yang lebih baik
2. Perlu adanya penelitian mengenai perubahan yang terjadi pada buah dan
biji durian.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa tahun. Peranan Ethylenen Dalam Pemasakan Buah-Buahan.
http://pertanian.uns.ac.id. Diakses tanggal 9 Desember 2009.
Anonim. 1990. Komoditas Andalan Sulawesi Selatan. Departemen Pertanian
Ujung Pandang.
Astaman, M. 2007. Durian Bukan Buah Terlarang. http://web.ipb.ac.id. Diakses
tanggal 2 Juli 2008.
Bermawie, N. 2005. Karakterisasi plasma nutfah tanaman, hal. 38-52. dalam
Buku Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Bioversity. 2007. Descriptors for Durian (Durio zibethinus Murr.).
http://www.bioversityinternational.org. Diakses tanggal 2 Juni 2009
Brown, M. 2007. Durio — A Bibliographic Review http://www.ipgri.cgiar.org.
Diakses tanggal 3 Januari 2010.
Cahyani, E. 2008. Keragaman dan heritabilitas pertumbuhan vegetatif beberapa
varietas adenium (Adenium sp.) pada radiasi sinar gamma Co-60. Skripsi
S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Carsono, N. 2009. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi
Pertanian di Indonesia. http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 15 juni
2010
Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Datta
dan Biswas. 1969. Karyotype study of Durio zibethinus
http://thaichemphar.sci.ku.ac.id. Diakses tanggal 2 Juni 2009.
L
Divinkom Universitas Udayana. 2005. Anatomi dan morfologi organ utama
tanaman. http://www.fp.unud.ac. Diakses tanggal 4 Desember 2008.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Gunarso,W. 1988. Penuntun Praktikum Sitogenetika. Lembaga Sumberdaya
Informasi-IPB. Bogor.
Haryanto, B dan I. W. Budiastra, tanpa tahun. Mempelajari Hubungan
Kematangan Dan Berat Jenis Durian (Durio zibhetinus, Murr).
www.akademik.unsri.ac.id. Diakses tanggal 2 Juli 2008.
Hayat. 2008. Morfologi Tanaman Durian. http://02genta.multiply.com. Diakses
tanggal 2 juli 2008.
Hidayah, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
73
Hizume, M., A. Ohgiku and N. A. Tanaka. 1989. Chromosome Banding in the
Genus Pinus II, Interspesific Variation of Flourescent Banding Pattern P.
densiflora and P. thunbergii. Bot. Mag. Tokyo. 102: 25 – 36.
Irawan, B., J Kusmoro dan S R Rahayuningsih. 2007. Kajian Taksonomi Kultivar
Durian Di Kabupaten Subang Jawa Barat. http://pustaka.unpad.ac.id.
Diakses tanggal 3 Maret 2010.
Nugroho Hartanto, Purnomo, Isserep Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, F.R. dan E. Syariefa. 2003. Durian incaran berbagai daerah. TRUBUS
398 : 18 - 19.
Parjanto, S. Moeljopawiro, W. T. Artama, dan A. Purwantoro. 2003. Kariotipe
Kromosom Salak. Zuriat, 14(2): 21 – 28
Pramono, Tentahendro. 2003.
Diakses tanggal 2 Juli 2008.
http://www.tenta.8m.com/durian/index.html.
Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E.S Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan,
F. Harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. http://www.worldagroforestry.org. Diakses tanggal 4 Desember
2008.
Purba, F H K. 2005. Peluang Pasar Orientasi Ekspor Durian (Durio zibenthinus
Murr.) di Indonesia. http://agribisnis.deptan.go.id. Diakses tanggal 4
Desember 2008.
Rukmana R., 1996. Durian Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.
Setiadi, 1999. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyawan, A. D. dan Sutikno. 2000. Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L.
(Bawang Putih) dan Pisum Sativum L (Kacang Kapri). BioSmart. 2(1): 20
– 27.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.
Somsri, S., 2008. durian: southeast asia’s king of fruits. chronic horticulture. vol
48. number 4. 2008. 19-22. www.actahort.org. Diakses tanggal 4
Desember 2009.
Sucipto, A. 2008. Karyotipe. http://naksara.net/. Diakses tanggal 4 Desember
2008.
Sunarjono H., 1990. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
74
Suryadi, Lutfhy, Yenni, K., dan Gunawan, 2003. Karakterisasi Plasma Nutfah
Mentimun (Cucumus sativus). Buletin Plasma Nutfah, Lembang. Vol. 10
(1) : 28 – 31.
Suryo. 1995. Sitogenetika. UGM Press. Yogyakarta.
Stace, H.M., A.R. Chamoman, K.L. Lemson and J.M. Powel. 1997.
Cytoevolution, Phylogeni and Taxonomi in Epacridaceae. Annals of
Botany, 79: 283 – 290.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
press. Yogyakarta.
Uji, T. 2005. Keanekaragaman jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio
spp) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah Vol. 11. No. 1.
http://www.indoplasma.or.id. Diakses tanggal 2 Juli 2008.
Untung O., 2005. Durian Untuk Kebun Komersial dan Hobi. Penebar swadaya,
Jakarta Untung, 2005).
Winarno, 1990. Teknik Perbanyakan Cepat Buah-buahan Tropika. Pusat
penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Wiryanta, B. T. W. 2006. Bertanam Durian. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Wulandari, P. Akhiriani, Marsusi, dan A. D. Setyawan. 2006. karyotipe Anggota
genus Hippeastrum Familia Amarillidaceae. Biosmart, 8 (1): 1–7.
Download